Mari Soon
Mari Soon
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Untuk mengetahui apakah pengajaran yang dilakukan bisa
dijadikan bagian dari solusi masalah yang ada maka diperlukan
identifikasi masalah. Misalnya, Nilai rata-rata yang diperoleh
kelas tujuh dalam mata pelajaran matematika di kota Bandung
dibawah rata-rata nilai yang telah ditetapkan. Situasi seperti ini
menunjukkan bahwa siswa tidak memperoleh hasil seperti yang
diharapkan. Oleh sebab itu, untuk membantu meningkatkan nilai
mereka, banyak cara yang bisa dilakukan, salah satunya yaitu
dengan menambahkan satu atau dua unit pengajaran lagi. Tetapi,
apakah dengan menambah pengajaran itu dapat memecahkan
permasalahan yang sedang dihadapi? Agar kita tahu akar
permasalahannya, maka kita dapat mengetahui pengajaran
seperti apakah yang dapat memecahkan persoalan tadi, dan
seorang desainer pembelajaran harus sudah dapat menentukan
cara yang paling sesuai dan tepat. Untuk itu para desainer dapat
menggunakan salah satu atau kombinasi dari ketiga bentuk
pendekatan yang berbeda-beda berikut dalam mengidentifikasi
masalah, yaitu:
1. Analisis Kebutuhan
Dalam konteks pengembangan kurikulum, John McNeil (1985)
mendefinisikan analisis kebutuhan sebagai suatu proses yang
menentukan kebutuhan dalam pendidikan dan apa yang menjadi
prioritasnya. Kebutuhan yang diartikan sebagai suatu kondisi
dimana terdapat suatu kesenjangan antara apa yang diterima
oleh siswa dengan apa yang diharapkan diterima oleh siswa.
Pengertian tersebut sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh
Seels dan Glasgow (1990) yang menyatakan bahwa analisis
kebutuhan adalah proses mengumpulkan informasi tentang
kesenjangan dan menentukan prioritas dari kesenjangan tersebut
untuk dipecahkan. Berdasarkan pengertian di atas disebutkan
bahwa analisis kebutuhan adalah suatu proses artinya ada
rangkaian kegiatan dalam pelaksanaannya. Proses yang diawali
dengan perencanaan, mengumpulkan data, menganalisa, dan
berakhir pada mempersiapkan laporan akhir. Secara lengkap
kegiatan analisis kebutuhan digambarkan oleh Morisson, dkk
dalam Gambar 1.
2. Analisis Tujuan
Kadang-kadang pendekatan analisis kebutuhan tidak praktis dan
realistis, oleh sebab itu biasa digunakan pendekatan alternatif
lainnya untuk mendefinisikan masalah, yaitu analisis tujuan.
Mager (1984a) mendeskripsikan analisis tujuan sebagai suatu
metode untuk mendefinisikan yang tidak terdefinisikan. Beberapa
desainer menganggap analisis tujuan sebagai suatu bagian
penting dalam proses analisis kebutuhan. Tidak seperti analisis
kebutuhan yang dimulai dengan mengidentifikasi masalah,
analisis tujuan dimulai dengan memberikan saran berupa suatu
permasalahan.
Misalnya, seorang kepala sekolah memintamu untuk mengatur
suatu pelatihan internet bagi guru di sekolahnya. Ketika anda
tidak mengenal para guru, anda dapat menghadiri pertemuan
fakultas keguruan misalnya dan mengadakan analisis tujuan
untuk menentukan apa yang para guru inginkan dalam pelatihan
itu.