Anda di halaman 1dari 3

Rospita Nur Fazriah | 10201241009 | Kelas A

MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

Pada jurnal Lentera edisi Oktober 2011 halaman 114-125, Burhan Nurgiyantoro dan
Pujiati Sujaya menulis artikel ilmiah dengan judul Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran
Bahasa. Artikel ilmiah ini menjelaskan mengenai penelitian pengembangan buku panduan
tentang penilaian otentik dalam pembelajaran bahasa. Pengembangan buku panduan tersebut
sudah tervalidasi, hasil validasi yang dilakukan menunjukkan bahwa produk buku panduan yang
dimaksud baik untuk digunakan dalam pembelajaran bahasa.

Pendekatan kontekstual cenderung mengaitkan informasi yang di dapat dari sekolah


(pengetahuan) dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah dimiliki dan dipelajari saat di
luar kelas. Dengan begitu akan muncul kesesuaian antara apa yang dipelajari peserta didik di
sekolah dan kemanfaatannya dengan kebutuhan hidup secara nyata. Pada dasarnya penilaian
otentik menekankan pengukuran hasil pembelajaran yang berupa kompetensi peserta didik untuk
melakukan sesuatu, bukan sekedar mengetahui dari kompetensi yang dibelajarkan. Sehingga
penilaian otentik merupakan model penilaian yang sejalan dengan pendekatan kontekstual yang
direkomendasikan oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Tujuan penilaian otentik adalah untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai
konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata dimana keterampilan-keterampilan itu
diguanakan, seperti tugas-tugas yang menyerupai kegiatan membaca dan menulis. Dalam
hubungannya dengan pembelajaran bahasa, penilaian ini menekankan pada kerja bahasa
(kompetensi berbahasa kompetensi komunikatif) sebagaimana halnya dalam berkomunikasi
sehari-hari untuk berbagai keperluan dan bukan sekadar mengungkap pengetahuan bahasa
(kompetensi linguistik).

Penelitian pengembangan ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama yaitu survei lapangan
dan kajian pustaka. Kegitan penelitian tahap kedua lebih difokuskan pada pengembangan buku
panduan yang menjadi tujuan utama penelitian ini. Buku panduan ini telah divalidasi oleh
validator yang terdiri atas tuga orang dosen pakar penilaian dan lima ornag guru SMP mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian angket dan lembar
saran. Angket untuk pakar penilaian berkaitan dengan ketepatan konsep penilaian otentik dan
Rospita Nur Fazriah | 10201241009 | Kelas A

penerapannya dalam pengukuran keterampilan berbahasa. Angket untuk guru berkaitan dengan
penilaian hasil pembelajaran di sekolah.

Buku panduan ini terdiri atas halaman depan (Kata Pengantar, Daftar Isi) dan tiga bab
batang tubuh, Daftar Pustaka, Glosarium, dan Indeks. Hasil validasi menunjukkan bahwa buku
panduan tersebut baik digunakan dalam kegiatan belajar bahasa di sekolah. Menurut validator,
hal ini berguna untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa.
Rospita Nur Fazriah | 10201241009 | Kelas A

Kata kunci: Penilaian otentik, pembelajaran bahasa, validasi,

Pesan penulis: Penggunaan model penilaian otentik merupakan konsekuensi dari penggunaan
pendekatan pembelajaran kontekstual dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa
karena pembelajaran kontekstual menuntut pelibatan konteks dan keaktifan
peserta didik dan penilaian otentik menekankan pada kinerja peserta didik.

Menurut saya, dalam empat bagian artikel, yakni abstrak, pendahuluan, metode,
pembahasan, dan simpulan, penulis sudah cukup rinci menjelaskan mengenai model penilaian
otentik dalam pembelajaran bahasa. Hal tersebut terbukti dengan terjawabnya pertanyaan yang
diajukan oleh diri saya sendiri. Sebelum membaca secara keseluruhan, saya memiliki pertanyaan
seperti ini, “apa kelebihan model penilaian otentik sehingga penulis mengungkapkan bahwa
model tersebut tepat dalam pembelajaran bahasa?” Setelah membaca keseluruhan, saya
mendapat jawabannya, yaitu karena penilaian otentik menekankan pada kerja bahasa
(kompetensi berbahasa kompetensi komunikatif) sebagaimana halnya dalam berkomunikasi
sehari-hari untuk berbagai keperluan dan bukan sekadar mengungkap pengetahuan bahasa
(kompetensi linguistik). Artinya, hal ini akan mempengaruhi peserta didik untuk mencerminkan
pengetahuan dan keterampilan di dunia nyata, dan karenanya lebih bermakna.

Apabila dilihat dari kacamata linguistik, tidak ditemukan adanya kesalahan baik pada
penggunaan kata maupun kalimatnya. Namun kekurangannya hanya satu, data yang
menunjukkan hasil validasi tidak menggunakan tabel atau diagram. Hal ini menyebabkan
pembaca harus lebih cermat dalam membaca data angka yang dicantumkan.

Anda mungkin juga menyukai