Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PERAKITAN PRODUK BARANG/JASA

A. PERAKITAN PRODUK OTOMOTIF

Perakitan atau assembly adalah menyusun dan menyatukan beberapa komponen menjadi
suatu alat atau mesin dengan fungsi tertentu. Pekerjaan perakitan dimulai saat objek siap
dipasang dan berakhir saat objek tersambung sepenuhnya. Perakitan juga dapat didefinisikan
sebagai pengabungan suatu bagian ke bagian lain atau pasangannya.

Kegiatan perakitan dalam pembuatan produk otomotif kendaraan ringan meliputi


pemasangan semua bagian komponen mesin dalam pembuatan produk. Untuk perakitan
produk berupa proses pengencangan, inspeksi dan pengujian fungsional, penamaan atau
pelabelan, pemisahan hasil perakitan yang baik dari hasil perakitan yang buruk, serta
pengemasan dan persiapan untuk penggunaan akhir.

1. Konsep dan Prinsip Perakitan

Perakitan atau biasa disebut dengan assembly line mengacu pada pembuatan produk
yang setiap bagiannya diatur agar menghasilkan produk jadi lebih cepat dari metode
biasanya. Dalam metode assembly line, pergerakan pekerja harus sesedikit mungkin, dan
komponen yang akan dipasang biasanya ditempatkan pada konveyor dan dijalankan
sesuai dengan urutan pembuatan produk otomotif kendaraan ringan.
Prinsip-prinsip assembly line sebagai berikut.

a. Meletakkan peralatan dan pekerja dalam urutan pekerjaan/ operasional sehingga


setiap bagian/ komponen dapat dipasang secara berurutan sampai dengan proses
akhir.

b. Area kerja untuk pemasangan komponen dibuat secara nyaman, sehingga pekerja
dapat secara mudah membuat rangkaian produk yang berjalan dibantu konveyor.

Dalam metode assembly line, banyak waktu yang dapat dihemat. Pekerja dapat
memasang komponen terus menerus tanpa menunggu proses akhir. Setiap pekerja
bertanggung jawab untuk memasang komponen sesuai urutannya, dan dapat terus
mengerjakan produk lain tanpa menunggu produk akhir selesai dibuat.

Sistem konveyor digunakan dalam produksi massal berbagai produk yang dibutuhkan
oleh dunia otomotif kendaraan ringan, seperti baut dan mur, komponen kelistrikan, roda
dan ban, dll.

Namun, meski terkesan mudah dan simpel, cara perakitannya tetap saja membawa
kerugian, terutama bagi pekerja. Pekerja bosan dan jenuh karena harus menyelesaikan
pekerjaan yang sama sepanjang hari, dan dalam sehari pekerja dapat melakukan aktivitas
yang sama ratusan kali untuk memasang komponen di bagian yang sama. Permasalahan
lain yang muncul adalah keterbatasan ruang gerak pekerja akibat tata letak yang kurang
baik tanpa memperhatikan faktor ergonomis
Banyak hasil positif dari penerapan metode perakitan, manfaat dalam metode
perakitan, sebagai berikut:

a. Pekerja tidak perlu mengangkat beban berat.

b. Tidak ada posisi membungkuk yang menyebabkan kelelahan fisik pekerja.

c. Tidak memerlukan pelatihan khusus dalam penggunaan assembly line.

d. Pekerjaan yang sangat mudah dan dapat dilakukan oleh semua orang.

e. Manfaat lainnya adalah peningkatan produktivitas yang cukup signifikan.

2. Jenis Perakitan

Dalam dunia usaha atau industri ada beberapa macam jenis perakitan yang sering
digunakan, hal ini tergantung pada pekerjaan yang akan dilakukan. Faktor bentuk dan
jumlah produk yang akan dihasilkan biasanya menentukan.

Secara umum ada dua macam jenis perakitan, sebagai berikut:

a. Perakitan Manual
Perakitan manual adalah perakitan yang sebagian besar dalam proses
pengerjaannya dilakukan secara konvensional atau menggunakan tenaga manusia
dengan peralatan yang sederhana tanpa alat-alat bantu yang spesifik atau khusus.
b. Perakitan Otomatis
Perakitan otomatis adalah perakitan yang dikerjakan secara otomatis seperti
otomasi, elektronik, mekanik, gabungan mekanik dan elektronik (mekatronik), dan
membutuhkan alat bantu yang lebih khusus.

Sedangkan untuk jenis perakitan dapat dibedakan menurut jenis produk yang akan
dilakukan perakitan, sebagai berikut.

a. Produk Tunggal
Jenis perakitan tunggal, yaitu perakitan dengan produk hanya satu jenis saja
dalam produksi.

b. Produk Seri
Jenis perakitan produk seri adalah bila perakitan dilakukan dengan jumlah massal
dalam bentuk dan ukuran yang sama dalam produksi.

Contohnya proses perakitan produk mur, baut, ring, velg, ban, komponen
kelistrikan mobil, dan lain-lain.

3. Faktor yang Paling Berpengaruh pada Proses Perakitan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses perakitan produk supaya
menghasilkan produk yang baik dan diminati oleh para calon pembeli. Apa sajakah faktor
tersebut?
a. Jenis Bahan yang Akan Dirakit

Bahan merupakan hal yang penting dalam perakitan, dalam proses perakitan kita
harus tau terlebih dahulu jenis bahan yang akan dirakit. Merakit bahan yang sejenis
akan lebih mudah daripada merakit produk dengan bahan yang berbeda jenisnya.

Contohnya merakit produk dari bahan kayu dan kayu akan lebih mudah daripada
membuat produk dari bahan kaca dan besi.

b. Kekuatan yang Dibutuhkan

Untuk faktor kekuatan, kita harus melihat produk kita akan diberi beban seberapa
beratnya. Tentunya semakin berat pembebanan maka produk yang akan dirakit harus
menggunakan jenis bahan yang lebih kuat dan kokoh.

Contohnya:

Kita akan membuat produk berupa rak. Pertimbangannya yaitu, rak tersebut akan
dibebani apa? Buku, sepatu, atau piring? Apabila dibebani dengan sepatu, cukup
dibuat dengan bahan plastik, namun jika dbebani dengan buku maka lebih cocok
dibuat dengan bahan kayu.

c. Pemilihan Metode Penyambungan

Dalam merakit produk, hampir pasti kita akan menemui yang namanya proses
penyambungan. Menyambung suatu produk perlu teknik supaya hasilnya bagus dan
sebisa mungkin agar hasilnya tidak terlihat seperti sambungan. Ada beberapa metode
penyambungan beberapa bahan yang dapat dilakukan, yaitu :

1) Untuk menyambung bahan kayu dengan kayu, dapat dilakukan dengan cara
dipaku
2) Untuk menyambung bahan alumunium dengan alumunium, dapat dilakukan
dengan cara dirivet
3) Untuk menyambung bahan besi dengan besi, dapat dilakukan dengan cara dilas
4) Untuk menyambung komponen elektronika dengan papan PCB, dapat dilakukan
dengan cara disolder
5) Untuk menyambung bahan emas dengan emas, dapat dilakukan dengan cara
dipatri

d. Pemilihan Metode Penguatan

Adakalanya dalam suatu proses penyambungan produk, hasilnya kurang kokoh


karena sifat bahan yang sulit untuk disambung . Maka untuk memperkuat hasil
sambungan dapat diberikan penguatan.

Contohnya :

Pada pemasangan tiang penopang jembatan, walaupun sudah diberi mur dan baut.
Namun bagian bawahnya masih juga diberi penopang lagi. Hal ini supaya jembatan
dapat menahan beban yang lebih berat.

e. Penggunaan Alat Bantu Perakitan

Tentunya dalam merakit produk dibutuhkan alat bantu untuk mempermudah dan
mempercepat proses perakitan. Nah, tentunya kita harus bisa mengoperasikan
peralatan tersebut dengan benar, supaya kita terhindar dari kecelakaan kerja. Supaya
menjadi ahli dalam menggunakan alat, maka kita perlu belajar menggunakan dan
sering menggunakan alat tersebut.

Contohnya :

Hasil las dari orang yang sudah terbiasa memegang dan menggunakan las, pasti
akan berbeda dengan hasil dari orang yang baru pertamakali menggunakan las.
f. Toleransi

Toleransi berkaitan dengan ukuran dari komponen-komponen yang dapat ditukar-


tukar atau komponen yang digunakan sebagai pengganti.

Contohnya :
Produk resistor memiliki batas toleransi yang disepakati bersama oleh
perusahaan-perusahaan pembuatnya yaitu 0.1%, 0.25%, 1%, 2%, dst. Semakin kecil
nilai toleransinya, semakin bagus produk tersebut.

g. Bentuk Produk

Bentuk produk berkaiatan erat dengan estetika (seni keindahan). Bentuk tampilan
memberikan kesan pertama kepada calon pembeli untuk segera membeli produk yang
kita produksi. Bentuk produk yang kita rakit seharusnya mengikuti perkembangan
jaman dan trend sekarang, karena manusia sangat mudah sekali bosan dengan produk
yang begitu-begitu saja tanpa mengalami perubahan bentuk yang lebih bagus.

Contohnya :
Setiap tahun bentuk mobil dan motor pasti berubah mengikuti perkembangan
desain dan jamannya, padahal mesin yang digunakan masih sama.

h. Ergonomis

Ergonomis memiliki arti kesesuaian bentuk produk dengan kenyamanan si


pemakai produk. Pembeli pasti menginginkan produk yang digunakan bukanlah
produk yang melelahkan dan membahayakan saat digunakan. Maka dalam proses
pembuatan produk harus memperhatikan faktor ergonomis

Contohnya :
1) tempat sampah dengan sistem injak;
2) pel dengan sistem peras tarikan;
3) meja gambar dengan hidrolik;
4) kursi hidrolik;
5) gerobak sorong;
6) saddle sepeda mtb;
7) engsel laptop;
8) jok mobil yg dapat diatur posisinya

i. Finishing

Dalam finishing terdapat proses yang namanya Quality Control biasa disebut
dengan istilah QC (baca : kyusi). Quality Control yaitu pengawasan kualitas produk
yang akan dipasakan ke masyarakat luas.

4. Metode Perakitan Produk

Dalam suatu jenis proses produksi massal, proses perakitan dapat dilakukan secara
otomatis. Contohnya pada proses pengelasan, penyekrupan, pengikatan, pengelingan dan
lain-lain dalam urutan rangkaian proses produksi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
hasil dengan bentuk yang standar pada setiap produk.

Macam Metode Perakitan ditinjau dari proses penyambungan komponen

a. Metode Cascade
Metode Cascade merupakan sebuah metode perakitan antar komponen dengan
urutan langkah yang runtut. Pada prinsipnya metode cascade banyak digunakan untuk
sistem pengabungan komponen dengan menggunakan rivet atau paku keling. Metode
perakitan cascade banyak digunakan dalam proses pengabungan atau penyambungan
antara komponen dari bahan pelat-pelat tipis.

Metode Cascade ini banyak digunakan untuk perakitan dengan menggunakan


sistem sambungan riveting atau keling. Proses riveting ini dengan menggunakan alat
sederhana yakni perangkat penembak paku atau biasa disebut dengan tang rivet. Alat
ini menjepit paku yang sudah dimasukkan dalam lobang hasil pengeboran pelat yang
akan disambung. Selanjutnya alat ini ditekan secara bertahap sampai batang paku
putus.

b. Metode Keseimbangan

Metode keseimbangan dalam kegiatan perakitan merupakan proses


penyambungan komponen-komponen dengan menggunakan spot welding. Spot
welding merupakan salah satu jenis pengelasan. Biasa dikenal dengan istilah las titik.

Proses perakitan produk dengan las spot ini sangat banyak digunakan untuk
penyambungan plat-plat yang tipis. Aplikasi proses penyambungan spot welding ini
banyak digunakan di industri otomotif dan kereta api, juga dipakai pada industri
pesawat terbang. Industri-industri ini banyak menggunakan bahan baku logam untuk
pembuatan body kendaraan dari bahan plat yang tipis.

Keseimbangan yang dimaksudkan dalam proses ini adalah posisi sambungan di


beberapa titik sambungan harus dilakukan dengan seimbang.
c. Metode Bongkar Pasang (Knock down)

Metode bongkar pasang atau istilah yang lebih populernya adalah knock
down merupakan metode yang banyak digunakan untuk perakitan suatu produk.

Tujuan penggunaan metode bongkar pasang ini diantaranya:

1) Memudahkan dalam mobilitas atau transportasi


2) Memudahkan untuk proses perawatan atau penggantian komponen bagian dalam
3) Memudahkan dalam operasional pekerjaan
4) Konstruksi produk menjadi lebih sederhana
5) Penggunaan lebar bahan dan jenis dapat dengan mudah diterapkan dalam
perakitan

Penggunaan lebar bahan dan jenis dapat dengan mudah diterapkan dalam proses
perakitan. Proses perakitan dengan metode knock down ini umumnya menggunakan
sambungan baut dan mur ataupun sekrup (screw). Perakitan dengan metode ini harus
dilakukan secara teliti, terutama dalam hal pengeboran lubang-lubang tempat baut
mur atau sekrup. Pengeboran lubang-lubang ini biasanya dilakukan dengan memberi
posisi dasar pemasangan. Lubang yang tidak tetap lebih besar dari lubang yang tetap.

Metode perakitan ditinjau dari sifat komponen yang dirakit

a. Metode perakitan yang dapat ditukar-tukar


Pada metode ini, bagian-bagian yang akan dirakit dapat ditukarkan satu sama lain
(interchangeable), karena bagian tersebut dibuat oleh suatu pabrik secara massal dan
sudah distandarkan baik menurut ISO, DIN, JIS, dan lain sebagainya.
Keuntungan bila kita menggunakan bagian atau komponen yang telah
distandarkan adalah waktu perakitan komponen yang lebih cepat. Selain itu dalam
penggantian komponen yang rusak, dapat diganti dengan komponen yang sejenis
yang ada di pasaran. Namun ada juga kekurangannya, yaitu kita harus membeli
komponen tersebut dengan harga yang relatif lebih mahal.

b. Perakitan dengan pemilihan


Pada metode perakitan dengan metode pemilihan, komponen-komponennya juga
dihasilkan dengan produksi massal yang pengukuran-pengukurannya tersendiri
menurut batasan-batasan ukuran.

c. Perakitan secara individual


Perakitan secara individual dalam pengerjaannya tidak dapat kita pisahkan antara
pasangan satu dengan pasangannya, karena dalam pengerjaannya harus berurutan
tergantung bagian yang sebelumnya. Salah satu komponen yang berpasangan tersebut
kita selesaikan terlebih dahulu, kemudian pasangan lainnya menyusul dengan ukuran
patokan yang diambil dari komponen yang pertama.

B. LINE BALANCING

Di sekitar kita, masih banyak pebisnis yang masih asing dengan istilah line balancing.
Istilah ini memang masih sangat jarang di gunakan di kesempatan umum. Istilah ini akan
sangat akrab di telinga mereka yang kesehariannya sudah menerapkan line balancing.

Secara umum, line balancing diterapkan pada proses produksi di dalam industri
manufaktur, yang mana line balancing ini memiliki peran yang sangat penting dalam
memastikan produksi yang dilakukan sesuai dengan target dan juga memberikan keuntungan
yang lebih untuk perusahaan.

Setiap perusahaan tentunya ingin mampu mengurangi biaya produksi dan juga
mendapatkan yang besar. Hal tersebut bisa dicapai dengan cara menerapkan line
balancing. Jadi, bisa kita katakan bahwa line balancing sangat berguna dalam
memaksimalkan kepentingan manufaktur secara signifikan.
Untuk itu, setiap perusahaan dan pebisnis harus bisa memahami apa yang dimaksud
dengan line balancing dan juga manfaatnya secara lebih mendalam.

Penyeimbangan lini atau line balancing adalah suatu strategi produksi yang di dalamnya
mencakup menyeimbangkan operator dan juga waktu pada mesin produksi dalam
menyesuaikan tingkat produksi yang dilakukan. Fungsi utamanya adalah guna membuat lini
produksi yang cukup fleksibel agar bisa meminimalisir adanya ketidakteraturan internal dan
juga eksternal.

1. Jenis-Jenis Line Balancing


Tercatat ada dua jenis line balancing yang umumnya digunakan di dalam proses
produksi, yaitu static balance dan dynamic balance.

a. Static Balance

Line balancing dengan jenis static balance lebih mengacu pada perbedaan tingkat
kapasitas jangka panjang selama beberapa jam ataupun lebih. Adanya
ketidakseimbangan statis ini akan menyebabkan berkurangnya penggunaan mesin,
tenaga kerja dan juga workstation.

b. Dynamic Balance

Berbanding terbalik dengan jenis line balancing sebelumnya, pada dynamic


balance ini lebih mengacu pada perbedaan kapasitas jangka pendek, seperti selama
kurun waktu beberapa menit atau paling maksimal dalam hitungan jam.

Umumnya, ketidakseimbangan dinamis ini terjadi karena adanya perubahan di


dalam pencampuran antara produk dengan variasi di dalam waktu pengerjaannya
yang tidak berhubungan dengan penggabungan produksi atas produk yang berbeda-
beda.

Itu artinya, strategi line balancing ini umumnya digunakan untuk tujuan
pengelompokkan fasilitas dan juga tugas yang ada dan tenaga kerja di dalam suatu
pola yang lebih efisien supaya nantinya mampu menghasilkan keseimbangan yang
maksimal atau paling potensial dari kapasitas dan juga aliran produksi di dalam
proses perakitan.

Berbagai tugas tersebut dikelompokkan sehingga total waktu yang digunakan


untuk proses produksi bisa menjadi lebih efisien dan mampu mengurangi waktu
kosong yang bisa digunakan untuk menghasilkan lebih banyak produk atau mengejar
target dengan lebih cepat.

Pada lini produksi tertentu, jika waktu produksinya sama seperti waktu yang
diperlukan untuk suatu produk, maka harus bisa diproduksi agar bisa memenuhi
permintaan pelanggan, atau yang biasa disebut dengan takt time, maka lini produksi
ini akan dianggap telah seimbang secara sempurna.

Bila tidak, maka sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan harus bisa
dialokasikan kembali ataupun diatur ulang agar bisa menghilangkan ataupun
memperkecil kemacetan dan juga kelebihan kapasitas produksi.

Itu artinya, jumlah karyawan dan juga mesin yang diberikan tugas untuk setiap
tugas yang harus diselesaikan di dalam lini produksi yang sudah ditentukan harus bisa
diseimbangkan lagi agar perusahaan mampu memenuhi tingkatan produksi yang
maksimal.

2. Manfaat dari Line Balancing


Setelah kita memahami bersama apa itu line balancing dan juga berbagai jenisnya,
maka Anda juga harus bisa mengetahui manfaat yang harus dihasilkan dari menerapkan
strategi line balancing di dalam proses produksi yang dilakukan oleh pihak perusahaan.

Dalam hal ini, setidaknya terdapat empat manfaat yang bisa Anda peroleh dari
menerapkan strategi line balancing di dalam proses produksi Anda, yakni:

a. Mengurangi Pemborosan Waktu


Pemborosan waktu adalah satu dari delapan jenis limbah ataupun pemborosan
yang sangat sering ditemukan di dalam perusahaan manufaktur. Pemborosan dalam
hal ini mengacu pada waktu idle yang terjadi saat operasional tidak disinkronkan
secara menyeluruh.

Sebagai contoh, pemborosan waktu yang terjadi saat karyawan operator


menunggu bahan baku produksi yang dibutuhkan ataupun menunggu karyawan lain
dalam menyelesaikan tugasnya. Contoh lain dari pemborosan waktu ini juga terjadi
saat adanya peralatan yang tidak mampu beroperasi karena adanya kerusakan.

Penerapan strategi line balancing ini mampu memastikan seluruh operator dan
mesin bisa bekerja secara berkesinambungan. Tidak ada lagi operator ataupun mesin
yang dibebani secara berlebihan ataupun menganggur saat jam kerja.

Dengan meminimalisir waktu henti atas penggunaan mesin produksi, maka line
balancing mampu meminimalisir pemborosan waktu yang seharusnya bisa
dimaksimalkan agar proses produksi bisa berjalan lebih efisien.

b. Mengurangi Limbah Persediaan


Limbah persediaan atau limbah inventaris adalah pemborosan atau limbah lainnya
yang bisa sangat mudah ditemukan di dalam perusahaan manufaktur.

Dalam hal ini, pemborosan persediaan yang dimaksud adalah terjadinya ketidak
efisienan dalam hal mengalokasikan modal yang dimiliki perusahaan, seperti adanya
kelebihan bahan mentah, pekerjaan dalam proses ataupun barang yang belum matang,
dan juga barang yang sudah matang atau siap dijual.

Untuk itu, strategi line balancing nantinya akan menyamakan standarisasi


produksi yang mana dalam hal ini akan dilakukan guna memberikan kemudahan
dalam menghindari penumpukan ataupun kelebihan persediaan yang dimiliki oleh
perusahaan.

Dengan mengurangi waktu idle atau waktu kosong, maka line balancing ini akan
memastikan bahwa terdapat pekerjaan minimal yang memang sedang berlangsung.
Terakhir, dengan cara mendekatkan kesenjangan waktu produksi dan waktu takt,
maka line balancing mampu menjamin pengiriman yang lebih tepat waktu pada
konsumen.

c. Menyerap Penyimpangan Internal dan Eksternal


Manfaat lainnya dari line balancing adalah mampu meminimalisir variasi yang
terdapat di dalam lini produksi yang dilakukan. Line balancing akan mamungkinkan
hasil lini produksi yang lebih seimbang, stabil, dan juga fleksibel agar mampu
beradaptasi dengan perubahan yang ada.

Seperti bila permintaan pelanggan tengah berubah dalam hal adanya perubahan
waktu yang lebih cepat, maka proses produksi nantinya bisa diatur kembali secara
lebih cepat dengan cara menggunakan line balancing.

Adanya penerapan strategi ini pun akan memungkinkan perusahaan dalam


memprediksi konsekuensi dari perubahan yang dibawa pada lini produksi yang
bersangkutan. Nantinya perusahaan akan jauh lebih mudah lagi dalam memodifikasi
jalur dalam menyesuaikan laju produksi karena mampu melakukan prediksi tersebut.

3. Cara Menerapkan Line Balancing

a. Mengetahui Takt Time setiap Stasiun Kerja


Tahap pertama yang terdapat di dalam line balancing adalah dengan memahami
takt time di setiap pos kerja. Anda harus mengetahui tingkat permintaan pelanggan
dan juga waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu proses produksi.

b. Membuat Rincian Proses


Untuk bisa memastikan adanya keseimbangan, maka Anda harus bisa memahami
keterkaitan dan juga urutan antara berbagai tugas yang ada di dalam suatu proses.
Membuat rincian proses dangan mengidentifikasi hubungan dan juga urutan antara
berbagai proses yang berkaitan.
c. Memahami Waktu yang Dibutuhkan Pada Setiap Kegiatan Proses
Setelah selesai membuat rincian proses, maka kita harus bisa memahami waktu
yang diperlukan dalam setiap pos kerja. Setiap rincian ini nantinya harus bisa
diketahui waktu pengerjaannya dan juga kemudian dijumlahkan menjadi total cycle
time atau total waktu pada siklus di dalam pos kerja terkait.

d. Identifikasikan Stasiun Kerja yang Memiliki Selisih


Setelah berhasil mengetahui waktu kerja pada setiap pos, maka selanjutnya Anda
harus mengidentifikasi pos kerja mana yang mempunyai selisih waktu dengan siklus
waktu yang ditetapkan, baik itu selisih waktu yang lebih tinggi ataupun selisih waktu
yang lebih kecil.

e. Analisis dan Lakukan Tindakan Penyeimbangan


Setelah berhasil melakukan identifikasi yang mempunyai selisih waktu dengan
waktu yang ditetapkan, maka selanjutnya lakukanlah tindakan penyeimbangan beban
kerja agar total waktu siklus pada stasiun kerja yang bersangkutan lebih rendah
daripada total siklus waktu.

f. Evaluasi dan Pemantauan Hasil


Setiap pos kerja yang telah diseimbangkan pada proses dan tugasnya harus tetap
dilakukan evaluasi dan dimonitor setiap hasilnya.

4. Istilah dalam Line Balancing


ada beberapa istilah yang lazim digunakan dalam line balancing. Istilah-istilah
tersebut antara lain :

a. Precedence Diagram
Precedence diagram digunakan sebelum melangkah pada penyelesaian
menggunakan metode keseimbangan lintasan. Precedence diagram sebenarnya
merupakan gambaran secara grafis dari urutan operasi kerja, serta ketergantungan
pada operasi kerja lainnya yang tujuannya untuk memudahkan pengontrolan dan
perencanaan kegiatan yang terkait di dalamnya, adapun tanda yang dipakai
dalam precedence diagram adalah sebagai berikut.

1) Simbol lingkaran dengan huruf atau nomor di dalamnya untuk mempermudah


identifikasi asli dari suatu proses operasi.
2) Tanda panah menunjukkan ketergantungan dan urutan proses operasi. Hal ini
operasi yang ada di pangkal panah berarti mendahului operasi yang ada di
pangkal panah berarti mendahului operasi kerja yang ada pada ujung anak panah.
3) Angka di atas simbol lingkaran adalah waktu standar yang diperlukan untuk
menyelesaikan setiap proses operasi.

b. Assemble Product
Assemble Product adalah produk yang melewati urutan work station di mana,
setiap work station memberikan proses tertentu hingga selesai menjadi produk akhir
pada perakitan akhir.

c. Waktu Menunggu (Idle Time)


Di mana operator atau pekerja menunggu untuk melakukan proses kerja atau
kegiatan operasi yang selanjutnya akan dikerjakan. Selisih atau perbedaan
antara Cycle Time (CT) dan Statiun Time (ST), atau CT dikurangi ST.

Keterangan :

= jumlah stasiun kerja

= waktu stasiun kerja terbesar

= waktu sebenarnya pada stasiun kerja


d. Keseimbangan Waktu Senggang (Balance Delay)
Balance delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan lintasan yang dihasilkan
dari waktu menganggur sebenarnya yang disebabkan karena pengalokasian yang
kurang sempurna di antara stasiun-stasiun kerja. Balance delay dapat dirumuskan
sebagai berikut.

Keterangan :

= balance delay (%)

= waktu siklus

= jumlah stasiun kerja

∑ = jumlah semua waktu operasi

= waktu operasi

e. Efisiensi Stasiun Kerja Merupakan Rasio Antara Waktu Operasi


Tiap stasiun kerja (Wi) dan waktu operasi stasiun kerja terbesar (Ws). Efisiensi
stasiun kerja dapat dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan :

= tiap stasiun kerja

= waktu operasi stasiun kerja terbesar


f. Line Efficiency
Line efficiency merupakan rasio dari total waktu stasiun kerja dibagi dengan
siklus dikalikan jumlah stasiun kerja atau jumlah efisiensi stasiun kerja dibagi jumlah
stasiun kerja. Line efficiency dapat dirumuskan sebagai berikut.


( )( )

Keterangan :

= waktu stasiun kerja dari ke-i

= jumlah stasiun kerja

= waktu siklus

g. Work Station
Merupakan tempat pada lini perakitan di mana proses perakitan dilakukan.
Setelah menentukan interval waktu siklus, maka jumlah stasiun kerja yang efisien
dapat diciptakan dengan rumus berikut.

Keterangan :

= waktu operasi (elemen)

= jumlah elemen

= waktu siklus stasiun kerja

= jumlah stasiun kerja minimal


h. Smoothes Index (SI)
SI adalah suatu indeks yang menunjukkan kelancaran relatif dari penyeimbangan
lini perakitan tertentu.

√∑( )

Keterangan :

= maksimum waktu di stasiun

= waktu stasiun di stasiun kerja ke-i

Anda mungkin juga menyukai