Anda di halaman 1dari 9

Pada prinsipnya produksi massal dapat dikatakan berhasil apabila produk yang dihasilkan

dapat dijual dan kemudian menghasilkan laba. Namun dalam pelaksanaannya, perlu


diterapkan metode perakitan dengan tujuan meminimalisasi atau mengurangi terjadinya
kerugian atau kesalahan. Di mana melakukan perakitan sebelum dilakukan proses produksi
massal sangatlah penting. Tidak hanya itu, dalam melakukan proses produksi massal juga
dibutuhkan pemahaman terkait cara dan langkah-langkah dalam pelaksanaannya. 

Bagaimanakah proses perakitan produksi massal? 

Untuk memahami secara lebih jelas tentang metode perakitan produk, maka simaklah materi
berikut dengan saksama! 

Perakitan Produksi Barang/Jasa

Perakitan adalah suatu proses penyusunan dan penyatuan beberapa bagian komponen menjadi
suatu alat atau mesin yang mempunyai fungsi tertentu. Pada umumnya, perakitan dalam
proses produksi barang/jasa terdiri dari semua bagian-bagian komponen yang menjadi suatu
produk, yaitu proses pengencangan, proses inspeksi dan pengujian fungsional, pemberian
nama atau label, pemisahan antara hasil perakitan yang baik dengan hasil perakitan yang
buruk, serta pengepakan dan penyiapan untuk pemakaian akhir. 

Perakitan merupakan proses khusus apabila dibandingkan dengan proses penyusunan yang
lain karena proses perakitan bisa meliputi berbagai proses yang ada di dalamnya. 

1. Konsep dan prinsip perakitan produk


Perakitan atau biasa disebut dengan assembly line adalah suatu proses penyusunan di mana
pada setiap bagian penyusunan disusun berdasarkan urutan untuk menghasilkan produk jadi
yang lebih cepat dari metode yang biasa. Dalam metode assembly line pergerakan pekerja
diminimalisasi sedikit mungkin, komponen-komponen yang akan dipasang biasanya
diletakkan di atas konveyor sesuai urutan proses produk tersebut. 

Adapun prinsip perakitan produk, sebagai berikut :

a. Meletakkan peralatan dan pekerja dalam urutan pekerjaan/operasional, sehingga setiap


bagian/komponen dapat dipasang secara berurutan sampai de􀀤gan proses akhir.

b. Area kerja untuk pemasangan komponen dibuat secara nyaman, sehingga pekerja dapat
dengan mudah memasang komponen ke dalam rangkaian produk yang berjalan di atas
konveyor.

Dalam metode perakitan banyak sekali penghematan waktu yang diperoleh. Pekerja dapat
memasang komponen secara terus-menerus tanpa harus menunggu proses akhir. Setiap
pekerja mempunyai tanggung jawab memasang komponen sesuai urutannya dan dapat
melanjutkan pekerjaan produk lainnya tanpa menunggu produk akhir tersebut
selesai.Walaupun terlihat mudah dan sederhana, metode perakitan tetap saja membawa
kerugian terutama bagi para pekerja. Pekerja akan merasa terasingkan dan jenuh karena harus
melakukan pekerjaan yang sama sepanjang hari. Dalam sehari, pekerja dapat melakukan
kegiatan yang sama sebanyak ratusan kali untuk memasang komponen yang ada pada bagian
yang sama. Permasalahan lain yang timbul adalah sempitnya ruang gerak pekerja karena tata
letak yang buruk tanpa memerhatikan faktor ergonomi.

2. Jenis-jenis perakitan
Dalam proses perakitan terdapat beberapa jenis perakitan yang dapat digunakan terutama di
dunia industri, hal ini tergantung pada pekerjaan yang dilakukan. Dalam hal ini biasanya
faktor bentuk dan jumlah produk yang akan dihasilkan sangat menentukan jenis perakitan
yang dilakukan.

Secara umum terdapat dua jenis perakitan dalam sebuah produksi. Berikut akan dijelaskan
dua macam jenis perakitan yang sudah sering digunakan.

a. Perakitan manual
Perakitan manual adalah perakitan yang sebagian prosesnya dilakukan atau dikerjakan secara
konvensional atau menggunakan tenaga manusia dengan peralatan yang sederhana tanpa
adanya alat bantu yang spesifik atau khusus.

b. Perakitan otomatis
Perakitan otomatis adalah perakitan yang dikerjakan dengan menggunakan sistem otomatis,
seperti automasi, elektronik, mekanik, gabungan mekanik dan elektronik (mekatronik), dan
membutuhkan alat bantu yang lebih spesifik atau khusus.

Untuk menggunakan jenis perakitan ini, dapat dibedakan lagi menurut jenis produk yang
akan dilakukan perakitan. 

Adapun jenis perakitan berdasarkan jenis produk yang dilakukan perakitan, sebagai berikut:
1) Produk tunggal
Jenis perakitan produk tunggal, yaitu jenis produk perakitan di mana perakitan produk hanya
satu janis saja.
2) Produk seri
Jenis perakitan produk seri, yaitu jenis produk perakitan yang dilakukan dalam jumlah massal
dalam bentuk dan ukuran yang sama.

3. Faktor-faktor yang memengaruhi kegiatan perakitan


Kegiatan perakitan dalam proses produksi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berikut faktor-
faktor yang memengaruhi kegiatan perakitan.

a. Jenis bahan yang akan mengalami perakitan


Pada setiap jenis bahan terdapat sifat-sifat khusus dari bahan lainnya, sehingga sewaktu
dilakukan perakitan pada jenis bahan terlebih dahulu harus diketahui sifat-sifatnya. Hal ini
dikarenakan, sifat-sifat bahan ini sangat berpengaruh terhadap metode pemilihan
penyambungan.

b. Kekuatan yang dibutuhkan


Adanya pertimbangan kekuatan yang dibutuhkan dalam suatu konstruksi, sebaiknya sudah
dihitung terlebih dahulu pada saat merencanakan konstruksi produk yang akan diproduksi.
Hal ini disesuaikan dengan mempertimbangkan kegunaan konstruksi dan atas dasar ini, maka
dapat dipilih metode produksi yang akan dipakai, yaitu metode penyambungan dalam
perakitan. Dasar dari pertimbangan ini adalah dengan meninjau proses kerja yang mudah dan
sesuai dengan kekuatan konstruksi sambungan yang diminta.

c. Pemilihan metode penyambungan


Pemilihan metode penyambungan ini sangat erat hubungannya dengan jenis bahan dan
kekuatan sambungan yang dibutuhkan. Karena setiap metode penyambungan mempunyai
keistimewaan tersendiri.

d. Penggunaan alat bantu perakitan


Alat-alat bantu dalam perakitan harus dipertimbangkan berdasarkan bentuk-bentuk
konstruksi. Konstruki terdiri dari jumlah komponen yang banyak membutuhkan alat bantu
perakitan. Alat bantu ini terutama dibutuhkan untuk memproduksi suatu alat dalam jumlah
yang relatif besar.

e. Toleransi
Adanya toleransi yang digunakan dalam perakitan dapat dipertimbangkan berdasarkan
pasangan antara elemen yang dirakit menjadi komponen yang lebih besar. Toleransi untuk
bagian-bagian ini dikenal dengan istilah interchange ability (sifat mampu tukar). Patokan
dasar yang digunakan dalam perakitan harus ditentukan terlebih dahulu sebagai acuan dasar
untuk merangkai komponen yang lain.

f. Bentuk atau tampilan


Bentuk atau tampilan dari suatu produk sangat memengaruhi terhadap nilai jual produk itu
sendiri. Bentuk atau tampilan pada dasarnya diawali dari gambar atau desainnya dengan
penggunaan konstruksi di lapangan.

g. Ergonomis
Ergonomis dalam perakitan adalah kesesuaian antara produk dengan kenyamanan pemakai
(end user), artinya apabila produk ini digunakan tidak menimbulkan cepat letih,
membahayakan, membosankan, qan sebagainya.
h. Finishing
Finishing atau pekerjaan akhir merupakan bagian yang sangat penting dalam proses
perakitan. Finishing ini juga akan memberikan tampilan terhadap nilai jual produk.

4. Metode-metode yang digunakan dalam perakitan


Dalam produksi massal, proses perakitan dapat dilakukan dengan cara otomatis. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan hasil pada setiap produk dengan bentuk yang standar. Dalam
perakitan terdapat beberapa metode yang dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan. Metode-
metode tersebut, yaitu metode perakitan yang dapat ditukar-tukar, metode perakitan dengan
pemilihan, dan metode perakitan secara individual. Berikut penjelasan metode-metode dalam
perakitan. 

a. Metode perakitan yang dapat ditukar-tukar


Dalam metode ini, bagian-bagian yang akan dirakit dapat ditukarkan antara satu sama lain
(interchangeable), karena bagian tersebut dibuat oleh suatu pabrik secara massal dan sudah
distandardisasi, baik menurut ISO (International Organization far Standardization), DIN
(Deutsche lndustrie Norm), JIS (Japan Industrial Standard), dan sebagainya.

Keuntungan yang diperoleh bila menggunakan bagian atau komponen yang telah
distandardisasi adalah waktu untuk perakitan komponen yang lebih cepat dan dalam
penggantian komponen yang rusak dapat diganti dengan komponen yang sejenis yang ada di
pasaran. Meskipun memiliki kelebihan tetap saja terdapat kekurangan pada komponen yang
telah distandardisasi, yaitu harga komponen tersebut yang relatif mahal.

b. Metode perakitan dengan pemilihan 


Pada metode perakitan dengan menggunakan metode pemilihan, komponen-komponennya
juga dihasilkan dengan produksi massal serta pengukurannya diukur menurut batasan-batasan
ukuran. 

c. Metode perakitan secara individual


Perakitan ini dalam pengerjaannya tidak dapat dipisahkan antara bagian satu dengan bagian
yang lain atau pasangan satu dengan pasangan yang lainnya.Hal'ini dikarenakan dalam
pengerjaannya harus berurutan tergantung pada bagian yang sebelumnya. Salah satu
komponen pada bagian tersebut diselesaikan terlebih dahulu, kemudian bagian yang menjadi
pasangannya menyusul dengan ukuran patokan yang diambil dari komponen yang pertama.

5.  Keseimbangan lini (line balancing)


Keseimbangan lini atau line balancing merupakan penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam
stasiunstasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lintasan atau lini produksi. Stasiun kerja
tersebut tidak memiliki waktu yang tidak melebihi waktu siklus dan stasiun kerja. 

Fungsi dari line balancing ini adalah membuat suatu lintasan yang seimbang. Sedangkan
tujuan pokok dari penyeimbang lintasan adalah meminimumkan waktu menganggur (idle
time) pada lintasan yang ditentukan oleh operasi yang paling lambat.

Keseimbangan lini adalah suatu usaha untuk mengadakan keseimbangan kapasitas antara satu
bagian dengan bagian lainnya di dalam proses produksi. Hal ini perlu juga adanya
pertimbangan dalam menentukan pembagian pekerjaan ke dalam masing-masing stasiun
kerja. 
Adapun tujuan utama dalam menyusun line balancing adalah untuk membentuk dan
menyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada tiap-tiap bagian kerja. Apabila tidak
dilakukan keseimbangan seperti ini, maka akan mengakibatkan ketidakefisienan kerja di
beberapa unit kerja. Di mana unit kerja yang satu dengan unit kerja yang lain memiliki beban
kerja yang tidak seimbang.

Dalam keseimbangan lini terdapat prinsip dasar yang harus diperhatikan. Selain itu, terdapat
juga prosedur dan langkah pemecahan yang harus dipahami. Berikut penjelasan mengenai
prinsip dasar keseimbangan lini, prosedur keseimbangan lini, dan hal-hal yang berkaitan
dengan keseimbangan lini. 

a. Prinsip dasar keseimbangan lini (line balancing)


Perencanaan produksi memegang peranan yang penting dalam perusahaan yang mempunyai
tipe produksi massal, terutama dalam pengaturan dan perencanaan operasi-operasi atau
penugasan kerja yang harus dilakukan. Pengaturan dan perancangan yang tidak tepat akan
mengakibatkan stasiun kerja di lintasan perakitan tersebut mempunyai kecepatan produksi
yang berbeda-beda. 

Hal ini akan berakibat pada lintasan perakitan yang tidak efisien, terjadinya penumpukan
material, atau produk setengah jadi antara stasiun kerja yang tidak berimbang kecepatan
produksinya.

Perencanaan suatu keseimbangan dalam suatu lintasan perakitan, yaitu suatu usaha yang
bertujuan untuk mencapai kapasitas yang optimal, di mana tidak terjadi penghamburan
fasilitas. 

Agar dapat tercapai lintasan perakitan yang seimbang, masing-masing stasiun kerja
mendapatkan tugas yang sama nilai ukurannya dengan waktu. Dengan demikian, masalah
keseimbangan lintasan perakitan yang sebenarnya adalah bagaimana agar suatu pekerjaan
dapat diselesaikan dengan beban kerja yang sama pada setiap stasiun kerja, sehingga akan
menghasilkan keluaran produk yang sama pada persatuan waktu.

b. Prosedur keseimbangan lini (line balancing)


Prosedur line balancing bertujuan untuk meminimalkan harga balance day dari lintasan untuk
nilai waktu siklus yang telah ditetapkan. Jumlah ini diharapkan mampu meminimalkan
jumlah stasiun kerja. 

Prosedur dasar yang dilaksanakan adalah dengan menambahkan elemen-elemen aktivitas


pada setiap stasiun kerja sampai jumlahnya mendekati sama, tetapi tidak melebihi harga
waktu siklus. 

Dalam hal ini biasanya akan ditemui hambatan-hambatan dari elemen aktivitas yang
ditempatkan dalam suatu stasiun kerja. Namun, hal yang terpenting adalah tetap
memerhatikan ketentuan hubungan suatu aktivitas untuk mendahului aktivitas lainnya atau
dapat digambarkan ke dalam bentuk precedence diagram. Di mana diagram tersebut akan
dapat dimanfaatkan sebagai prosedur dasar untuk mengalokasikan elemen-elemen aktivitas.

c. Langkah pemecahan masalah line balancing


Terdapat sejumlah langkah pemecahan masalah line balancing menurut Gaspersz. 
Adapun langkah-langkah pemecahan masalahnya, sebagai berikut.
1) Mengidentifikasi tugas-tugas individual atau aktivitas yang sedang dilakukan.
2) Menentukan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap tugas.
3) Menetapkan procedence constraints, jika adanya kaitan dengan setiap tugas tersebut.
4) Menentukan output dari assembly line yang dibutuhkan.
5) Menentukan waktu total yang tersedia untuk memproduksi output.
6) Menghitung cycle time yang dibutuhkan, seperti waktu di antara penyelesaian produk yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan output yang diinginkan dalam batas toleransi dari waktu
(batas waktu yang sudah diizinkan).
7) Memberikan tugas-tugas kepada pekerja atau mesin.
8) Menetapkan jumlah minimum banyaknya stasiun kerja yang dibutuhkan untuk
memproduksi output yang diinginkan.
9) Menilai efektivitas dan efisiensi dari solusi.
10) Mencari terobosan-terobosan untuk memperbaiki proses terus-menerus (continous
process improvement).

d. Hubungan precedence dalam line balancing


Hubungan atau saling keterkaitan antara satu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya
digambarkan dalam suatu diagram yang disebut precedence diagram atau diagram
pendahuluan. 

Dalam suatu perusahaan yang memiliki tipe produksi massal yang melibatkan sejumlah besar
komponen yang harus dirakit, perencanaan produksi memegang peranan yang sangat penting
dalam membuat penjadwalan produksi (production schedule), terutama dalam masalah
pengaturan operasi-operasi atau penugasan kerja yang harus dilakukan. 

Keseimbangan lini sangatlah penting karena akan menentukan aspek-aspek lain dalam sistem
produksi dalam jangka waktu yang cukup lama.

Beberapa aspek yang akan terpengaruh, antara lain biaya, keuntungan, tenaga kerja,
peralatan, dan sebagainya. Hal ini digunakan untuk mendapatkan lintasan perakitan yang
memenuhi tingkat produksi tertentu, sehingga penyeimbangan lini harus dilakukan dengan
menggunakan metode yang tepat agar menghasilkan keluaran berupa keseimbangan lini yang
terbaik. Tujuan akhir pada line balancing adalah memaksimalkan kecepatan pada setiap
stasiun kerja, sehingga efisiensi kerja yang tinggi dapat dicapai pada setiap stasiun. 

e. Istilah-istilah dalam line balancing


Dalam line balancing terdapat istilah-istilah yang lazim untuk digunakan. Berikut akan
dijelakan mengenai istilah-istilah tersebut.

1) Precedence diagram
Precedence diagram digunakan sebelum melangkah pada penyelesaian yang menggunakan
metode keseimbangan lintasan. Precedence diagram sendiri sebenarnya merupakan gambaran
secara gratis dari urutan operasi kerja, serta ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang
bertujuan untuk memudahkan pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di
dalamnya.

2) Assemble product
Assemble product adalah produk yang melewati urutan work station, di mana setiap work
station memberikan proses tertentu hingga selesai menjadi produk akhir pada perakitan akhir.
3) Waktu menunggu (idle time)
Dalam hal ini operator atau para pekerja menunggu untuk melakukan proses kerja ataupun
kegiatan operasi yang selanjutnya akan dikerjakan. Selisih atau perbedaan antara Cycle Time
(CT) dan Stasiun Time (ST), atau CT dikurangi ST, sebagai berikut.

4) Keseimbangan waktu senggang (balance delay)


Keseimbangan waktu senggang atau balance delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan
lintasan yang dihasilkan dari waktu menganggur sebenarnya, hal ini terjadi karena
pengalokasian yang kurang sempurna di antara stasiun-stasiun kerja. Balance delay dapat
dirumuskan, sebagai berikut.

5) Efisiensi stasiun kerja


Efisiensi stasiun kerja merupakan rasio·antara waktu operasi pada setiap stasiun kerja (Wi)
dar:i waktu operasi stasiun kerja terbesar (Ws). Efisiensi stasiun kerja dapat dirumuskan,
sebagai berikut.

6) Line efficiency
Line efficiency merupakan rasio dari total waktu stasiun kerja dibagi dengan siklus kemudian
Line efficiency dikalikan dengan  jumlah stasiun kerja atau jumlah efisiensi kerja dibagi
dengan siklus lalu dikalikan dengan jumlah stasiun kerja atau jumlah efisiensi stasiun kerja
dibagi jumlah stasiun kerja. Adapun rumus line efficiency, sebagai berikut.
7) Work station
Work station merupakan tempat pada lini perakitan di mana proses perakitan dilakukan
Setelah
menentukan interval waktu siklus, maka jumlah stasiun kerja yang efisien dapat diterapkan
dengan rumus, sebagai berikut.

8) Smoothes Index
Merupakan suatu indeks yang menunjukkan kelancaran relatif dari penyeimbang lini
perakitan tertentu. Dengan rumus, sebagai berikut.

f. Metode yang digunakan pada pengukuran  waktu kerja


Waktu kerja merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap suatu proses produksi,
terutama dalam hal perakitan. Secara garis besar teknik-teknik pengukuran waktu kerja dibagi
atas dua bagian, sebagai berikut.

1) Pengukuran secara langsung


Pengukuran waktu secara langsung adalah pengukuran yang dilaksanakan secara langsung,
sesuai dengan tempat pekerjaan yang bersangkutan.

2) Pengukuran secara tidak langsung


Pengukuran waktu secara tidak langsung adalah pengukuran yang dilakukan tanpa harus
berada di tempat pekerjaan, yaitu dapat dilakukan dengan  membaca tabel-tabel yang tersedia
dengan syarat mengetahui jalannya pekerjaan atau gerakan.

g. Konsep lini dalam tata letak yang berorientasi produk


Penyusunan pada tipe ini adalah berdasarkan urutan proses produksi, di mana mesin-mesin
atau peralatannya disusun sesuai dengan urutan proses, sehingga dalam pengerjaannya akan
diikuti oleh pengerjaan berikutnya, dan sesuai urutan prosesnya.

Untuk industri perusahaan yang membuat produk secara massal dan dalam waktu yang relatif
panjang atau terus-menerus serta tidak tergantung pada pesanan, maka untuk jenis tata letak
yang sesuai adalah product layout. Sedangkan untuk produksi yang berulang dan kontinu,
maka tata letak yang sesuai adalah dengan menggunakan tata letak produk.

Anda mungkin juga menyukai