Anda di halaman 1dari 62

SURAT PERNYATAAN

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ratna Wulandari Daulay, S.Pd, M.Sc
NIDN : 022068801
Program Studi : Pendidikan Geografi

Dengan ini menyatakan bahwa modul praktikum Penginderaan Jauh ini tidak
untuk diperjualbelikan dan hanya untuk digunakan di kalangan institusi
Universitas PGRI Palembang. Atas perhatiannya, saya ucapkan terimakasih.

Yang Menyatakan,

Ratna Wulandari Daulay, S.Pd, M.Sc


NIDN. 022068801

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) ii


HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Buku Ajar : Modul Praktikum Penginderaan Jauh


2. Penulis :
a. Nama : Ratna Wulandari Daulay, S.P, M.Sc
b. NIDN : 0220068801
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Jabatan : Dosen Tetap Yayasan
e. Pangkat/Golongan : -
f. Jabatan Fungsional : -

3. Fakultas/Jurusan/Prodi : KIP/P.IPS/P.Geografi

Palembang, Februari 2018


Penulis,

Ratna Wulandari Daulay, S.Pd, M.Sc


NIDN. 0220068801

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan IPS Ketua Pendidikan Geografi


Universitas PGRI Palembang Universitas PGRI Palembang

Drs. Sukardi, M.Pd. Giyanto, S.Pd, M.Sc.


NIP. 196307011990031002 NIDN. 0217108201

Menyetujui,
Dekan FKIP Universitas PGRI Palembang

Drs. Andinasari, M.M., M.Pd.


NIP. 196708271993032002

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
segala karunia-Nya sehingga terselesaikanlah modul praktikum penginderaan jauh
dasar ini. Modul praktikum ini merupakan salah satu bahan ajar pendukung untuk
mata kuliah penginderaan jauh dasar semester II pada program studi pendidikan
geografi. Melalui modul ini diharapkan mahasiswa dapat dengan mudah
mempelajari, memahami, dan mempraktikkan materi-materi yang telah diajarkan
di kelas dalam teori mata kuliah ini. Kemudian modul ini diharapkan dapat
menjadi referensi untuk pemecahan permasalahan umum di luar materi
perkuliahan. Penyusun berharap agar modul ini dapat bermanfaat bagi kalangan
civitas akademik.
Akhir kata, penulis berharap semoga modul ini dapat bermanfaat bagi
kalangan dan kepentingan civitas akademika khususnya prodi pendidikan
geografi, universitas PGRI Palembang, serta akan berguna bagi semua yang
membaca atau memanfaatkannya kelak. Banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan yang terdapat dalam penulisan modul ini, namun semoga hal
tersebut menjadi pembelajaran bagi penulis untuk menjadi lebih baik lagi.

Palembang, Februari 2018


Penyusun,

Ratna Wulandari Daulay, S.Pd, M.Sc


NIDN. 022068801

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) iv


DAFTAR ISI

Hal
Halaman sampul................................................................................... I
Surat Pernyataan.................................................................................. Ii
Lembar Pengesahan.............................................................................. iii
Kata Pengantar..................................................................................... Iii
Daftar Isi............................................................................................... iv
Materi Praktikum
Modul 1. Simulasi Pengenalan Beberapa Unsur Interpretasi.......... 1
Modul 2. Pengenalan Jenis-jenis Citra Foto Udara......................... 7
Modul 3.Pengenalan Jenis-jenis Citra.............................................. 14
Modul 4. Interpretasi Satuan Fisiografi Berdasarkan Citra Satelit.. 25
Modul 5. Interpretasi Penggunaan Lahan Menggunakan Citra
Satelit Skala Besar........................................................... 30
Modul 6. Kegiatan Lapangan........................................................... 38
Daftar Pustaka...................................................................................... 41

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) v


DAFTAR TABEL

No Tabel Hal
1.1 Estimasi persentase gradasi warna............................................................ 5
2.1 Tabel foto udara......................................................................................... 13
2.2 Interpretasi FU melalui skema klasifikasi penutup lahan/penggunaan
lahan ......................................................................................................... 13
3.1 Jenis-jenis citra berdasarkan sensor, spektrum panjang gelombang, film,
format penyajian, sebutan, dan sebutan berdasarkan skala....................... 18
3.2 Ukuran resolusi spasial, lebar spectrum, dan jumlah saluran spectral
untuk beberapa jenis citra yang biasa dipakai dalam kajian
sumberdaya............................................................................................... 19
5.1 Rincian bentuk lahan asal genetik............................................................. 27
6.1 Rangkuman spesifikasi teknis dari satelit quickbird................................. 31
6.2 Format data PJ dalam variasi tingkatan klasifikasi penutup dan
penggunaan lahan...................................................................................... 32

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) vi


DAFTAR GAMBAR

No Gambar Hal

1.1 Susunan hirarkik unsur interpretasi (Sutanto, 1986)............................................. 3


1.2 Contoh komposisi warna RGB dan gradasi warna versi........................................ 4
1.3 Estimasi persentase dengan latar belakang............................................................. 5
2.1 Bagian-bagian fisik foto udara............................................................................... 9
2.2 FU Pankromatik Hitam Putih................................................................................. 12
2.3 FU Pankromatik berwarna...................................................................................... 12
2.4 FU Inframerah berwarna........................................................................................ 12
2.5 FU Inframerah semu............................................................................................... 12
3.1 Pola spektral beberapa jenis obyek......................................................................... 21
3.2 Contoh pola spasial dan spectral untuk citra satelit Landsat.................................. 21
6.1 Menunjukkan citra quickbird (kiri-kanan) : multispektral, pankromatik hitam-
putih, pankromatik berwarna). Gambar 2 (bawah) menunjukkan (kiri) citra
quickbird resolusi spasial pankromatik H/P (Lokasi : Tokyo, Jepang),(kanan)
menunjukkan citra quickbird dengan resolusi spasial multispektral (Lokasi :
New York, USA).................................................................................................... 35

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) vii
MODUL 1
SIMULASI PENGENALAN BEBERAPA UNSUR INTERPRETASI

Tujuan Praktikum : Memperkenalkan beberapa unsur interpretasi melalui


simulasi, terutama warna/rona, tekstur, dan pola.
Bahan : - Perlengkapan simulasi
- Tabel isian
- Alat tulis
- Pallete rona/warna, tekstur, dan pola
- Beberapa contoh citra yang mendukung simulasi

DASAR TEORI SINGKAT

Penginderaan jauh adalah aktivitas penyadapan informasi tentang obyek atau gejala di
permukaan bumi (atau dekat permukaan bumi) tanpa melalui kontak langsung. Dikarenakan,
tanpa kontak langsung, maka diperlukan media supaya obyek atau gejala tersebut dapat diamati
dan ‘didekati’ oleh si penafsir. Media ini beruapa citra (image atau gambar). Citra dapat
diperoleh melalui perekaman fotografis, yaitu pemotretan dengan kamera; dan dapat pula
diperoleh melalui perekaman non-fotografis, misalnya dengan pemindai atau penyiam (scanner).
Perekaman fotografis menghasilkan foto udara, sedangkan perekaman lain menghasilkan citra
non-foto. Citra foto udara selalu berupa hard copy (gambar tercetak) yang diproduksi dan
reproduksi dari master rekaman yang berupa film. Citra non-foto biasanya terekam secara digital
dalam format asli, dan memerlukan computer untuk persentasinya. Citra non-foto juga dapat
(dan perlu) dicetak menjadi hard copy, untuk keperluan interpretasi secara visual.

Untuk dapat melakukan interpretasi, penafsiran memerlukan unsure-unsur pengenalan


pada obyek atau gejala yang terekam pada citra. Unsur-unsur pengenal ini secara individual
maupun secara kolektif dapat membimbing penafsir kearah pengenalan yang benar. Unsur-unsur
ini disebut unsur-unsur interpretasi, dan meliputi 9 (Sembilan) hal, yaitu rona/warna, bentuk,
ukuran, bayangan, tekstur, pola, tinggi, situs, dan asosiasi.

Rona, merupakan derajat kecerahan relatif (rentang gelap-cerah) pada tampilan citra
skala warna keabuan (grayscale) (Campbell, 2002; lillesand et al, 2008). Sedangkan warna
Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 1
merujuk pada tampilan citra skala komposit warna HIS (hue, saturation, intensity); RGB (red,
green, blue); atau sistem warna munsell (Jensen, 2007).

Bentuk (shape) sebagai unsure interpretasi mengacu ke bentuk secara umum,


konfigurasi, atau garis besar wujud obyek secara individual. Bentuk beberapa obyek kadang-
kadang begitu berbeda dari yang lain, sehingga obyek tersebut dapat dikenali semata-mata dari
unsure bentuknya saja.

Ukuran (size) obyek pada foto harus dipertimbangkan dalam konteks skala yang ada.
Penyebutan ukuran juga tidak selalu dapat dilakukan untuk semua jenis obyek. Ukuran obyek
pada citra merupakan fungsi dari skala, maka di dalam memanfaatkan ukuran sebagai unsure
interpretasi citra hasus selalu diingat skalanya. Contoh : ukuran rumah sering mencirikan apakah
rumah itu rumah mukim, kantor, atau industry. Rumah mukim pada umumnya lebih kecil bila di
bandingkan dengan kantor atau industri.

Tekstur (texture) merupakan ukuran frekuensi perubahan rona pada gambar obyek.
Tekstur dapat dihasilkan oleh agregasi/pengelompokkan suatu kenampakan yang terlalu kecil
untuk dapat dibedakan secara individual, misalnya dedaunan pada pohon dan bayangannya,
gerombolan satwa liar di gunung, ataupun bebatuan yang terserak di atas permukaan tanah.
Lillesand et al (2008) mendefinisikan tekstur merupakan frekuensi perubahan rona pada citra,
yang diperoleh dari pengelompokan kenampakan pada citra yang terlalu kecil untuk dapat
dibedakan secara individual.

Pola (pattern) terkait dengan susunan keruangan obyek. Pola biasanya terkait dengan
adanya pengulangan bentuk umum suatu atau sekelompok obyek dalam ruang. Istilah-istilah
yang digunakan untuk menyatakan pola misalnya adalah “teratur”  teratur dan kurang teratur,
namun kadang-kadang juga perlu digunakan istilah yang ekspresif, misalnya melingkar,
memanjang terputus-putus, konsentris, dan sebagainya.

Bayangan (shadows) sangat penting bagi penafsir, karena dapat memberikan dua macam
efek yang berlawanan. Pertama, bayangan mampu menegaskan bentuk obyek pada citra, karena
outline obyek menjadi lebih tajam/jelas; begitu pula kesan ketinggiannya. Kedua, bayangan
justru kurang memberikan pantulan obyek ke sensor, sehingga obyek yang diamati menjadi tidak
jelas.
Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 2
Tinggi juga merupakan salah satu unsure dalah kunci interpretasi yang penting, biasanya
ketinggian dapat diinterpretasi melalui stereoskopis pada citra foto yang bertampalan dengan
kesan 3 dimensi. Fungsinya untuk melihat berapa ketinggian dataran tinggi dan kaitannya nanti
untuk membuat peta kontur.

Situs (site) atau letak merupakan penjelasan tentang lokasi obyek relatif terhadap obyek
atau kenampakan lain yang lebih mudah untuk dikenali, dan dipandang dapat dijadikan dasar
untuk identifikasi obyek yang dikaji. Obyek dengan rona cerah, berbentuk silinder, ada
bayangannya, dan tersusun dalam pola teratur dikenali sebagai kilang minyak, apabila terletak di
dekat perairan pantai.

Asosiasi (association) merupakan unsur yang mempertahankan keterkaitan antara suatu


obyek atau fenomena dengan obyek atau fenomena lain, yang digunakan sebagai dasar untuk
menggali obyek yang dikaji. Misalnya pada foto udara skala besar dapat terlihat adanya
bangunan berukuran lebih besar daripada rumah, mempunyai halaman terbuka, terletak di tepi
jalan besar, dan terdapat kenampakan menyerupai tiang bendera (terlihat dengan adanya
bayangan tiang) pada halaman tersebut. Bangunan ini dapat di tafsirkan sebagai bangunan
kantor, berdasarkan asosiasinya tiang bendera dengan kantor (terutama kantor pemerintahan).

Untuk mempermudah melihat susunan kunci interpretasi, dapat dilihat pada gambar
piramida hirarki sebagai berikut :

Gambar 1. Susunan hirarkik unsur interpretasi (Sutanto, 1986)

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 3


LANGKAH KERJA

Latihan Pengamatan Rona dan Warna

1. Pada anda diberikan contoh warna, perhatikan baik-baik bahwa pada versi 1, terdapat gradasi
warna hitam dari 3%, 10%, 20%, 30%, hingga 100%. Pada baris berikutnya Anda lihat warna
merah dengan gradasi intensitas yang sama. Selang satu baris terlihat hijau dengan intensitas
yang sama pula; sedangkan di antara merah dan hijau dapat Anda lihat kombinasi keduanya,
yang membentuk warna kuning. Perhatian seterusnya dengan melihat teks penjelasan di
sebalah kanan.

3% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 85% 90% 95% 100%
Hitam – putih

Gradasi Magenta

Gradasi Biru

Gradasi Hijau

Gradasi Merah

8 26 50 77 100 128 153 179 204 217 230 242 255

Gambar 2. Contoh komposisi warna RGB, Gambar 2. Gradasi warna versi

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 4


2. Sekarang pada Anda diberikan suatu himpunan warna tanpa informasi apapun. Tugas anda
adalah melakukan estimasi (membuat perkiraan berapa persen intensitas warna merah, hijau,
dan biru yang membentuk warna-warna itu. Tuliskan jawaban Anda pada lembar yang
terpisah, mengikuti pedoman yang diberikan.

Tabel 1. Estimasi persentase gradasi warna


No. Sampel Warna % merah % Hijau % Biru

Ket : Sampel warna akan diberikan pada saat praktikum berlangsung

3. Kemudian pada Anda diberikan lembar himpunan warna versi 4, dimana terdapat 6 matriks
warna, dan masing-masing matriks tersusun dari 5 x 5 kotak dengan kombinasi warna yang
berbeda. Tepat pada bagian tengah tiap matriks (kotak warna ke-13), tentukan persentase
merah- hijau dan biru yang membentuk kotak ke -13 pada setiap matriks itu!

A B C

C D E
Gambar 3. Estimasi persentase dengan latar belakang

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 5


4. Jika sudah selesai, dosen pembimbing akan memberitahu anda, nilai kombinasi merah-hijau-
biru yang benar pada setiap soal.
5. Jawablah pertanyaan ini : “Apa kesimpulan Anda atas hasil yang Anda berikan? Beri
penjelasan !” , “Apa manfaat permainan warna ini dalam kajian penginderaan jauh? Uraikan
jawaban Anda?”

Latihan Pengamatan Tekstur


1. Pada Anda diberikan contoh-contoh tentang tekstur tanpa warna dan dengan warna.
Perhatikan sebutan untuk tiap contoh tekstur tersebut dan kenampakan yang mewakilinya.
2. Dosen pembimbing akan memberikan Anda contoh tekstur yang belum diwarnai. Tugas
Anda adalah menyebutkan kenampakan tekstur tersebut. Tuliskan jawaban Anda pada
lembar kertas HVS.

Latihan Pengamatan Pola


1. Pada Anda diberikan contoh pola (pola versi 1 dan 3, tekstur versi 1), dimana sebagian dari
contoh tersebut juga bisa digunakan untuk pengenalan tekstur (tekstur versi 1 dan 2).
Perhatikan bagaimana cara penamaan pola tersebut.
2. Mengapa kenampakan tekstur tertentu juga dapat dipandang sebagai pola? Coba berikan
alasan Anda!

Latihan Pengamatan Kombinasi Warna/Rona, Tekstur dan Pola dengan Potongan


Foto/Citra
1. Pada Anda diberikan gambar berupa potongan foto udara/citra, yang memuat aspek
warna/rona, tekstur dan pola sekaligus. Berikan deskripsi untuk masing-masing potongan
(warna/ronanya bagaimana; teksturnya bagaimana; polanya bagaimana), sehingga setiap
deskripsi itu jelas dalam mewakili kenampakan obyek!

OUTPUT PRAKTIKUM

1. Tabel pengamatan rona/warna; tekstur ; dan pola.


2. Desktipsi masing-masing pengamatan.
3. Jawaban untuk pertanyaan pada langkah 6 (rona/warna).

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 6


MODUL 2
PENGENALAN JENIS-JENIS CITRA FOTO UDARA
Tujuan Praktikum : Memperkenalkan jenis-jenis citra foto Udara
penginderaan jauh dan melatih kemampuan untuk
mengenalinya
Bahan : Berbagai macam foto udara (hard copy)
Lembar isian praktikum
Alat tulis

DASAR TEORI SINGKAT


Citra penginderaan jauh dapat dibedakan menjasi Citra foto dan Citra Non foto. Citra foto
secara umum disebut foto udara; sedangkan citra non foto biasanya diklasifikasikan berdasarkan
spektrum yang digunakan (gelombang mikro dan termal dan atau wahana yang digunakan/citra
satelit).
Citra foto merupakan citra yang direkam melalui kamera sebagai sensor dan
menggunakan film sebagai detector. Perekaman obyek dalam citra foto atau foto udara dilakukan
secara serentak untuk seluruh daerah yang tergambar pada suatu lembar citra. Proses perekaman
tersebut menggunakan jendela atmosfer pada spectrum tampak dan perluasannya. Pada foto
udara, semua yang ada di permukaan bumi yang tidak terlindungi dari benda lain atau tidak
terlalu kecil ukurannya, dapat direkam. Hasil rekamannya mirip wujud sebenarnya di lapangan
dan tiap benda tersebut letaknya mirip dengan letak aslinya. Hal ini sangat penting untuk analisis
geografi, baik spasial maupun analisis ekologikal dan komplek wilayah.
Untuk memudahkan memahami karakteristik dari obyek muka bumi yang terekam oleh
suatu jenis citra foto, maka diadakan pengklasifikasian dari citra foto tersebut. Dasar
pengklasifikasian tersebut adalah wahana, arah sumbu kamera, jendela atmosfer, dan ukuran.
Berdasarkan pada wahana, citra foto dibedakan menjadi foto udara dan foto satelit, sedangkan
berdasarkan arah sumbu kamera, dibedakan menjadi foto tegak, foto agak condong, dan foto
sangat condong. Didasarkan pada jendela atmosfer atau panjang gelombang elektromagnetik
yang digunakan, citra foto dibagi menajdi foto ultraviolet, foto pankromatik, foto inframerah,
dan foto multispekral. Selanjutnya, didasarkan pada ukurannya, citra foto dibagi menjadi foto

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 7


formal baku dan foto formal kecil. Untuk foto udara inframerah dan pankromatik dapat berupa
foto udara hitam putih dan foto udara berwarna.
Citra non foto merupakan citra yang perekamannya dilakukan dengan menggunakan
sensor yang mendasarkan atas penyiaman, detektornya bukan film serta perekamanannya bagian
demi bagian (tidak serentak untuk tiap lembar atau scene). Proses perekamanannya dapat
menggunakan satu atau beberapa bagian dari seluruh jendela atmosfer. Citra non foto dapat
dibedakan berdasarkan spectrum elektromagentiknya dan berdasarkan ruang perekamannya.
Berdasarkan spektrum elektromagnetiknya, citra non foto dibedakan menjadi spectrum tampak,
citra inframerah dekat pantulan, citra inframerah termal dan citra gelombang mikro. Sedangkan
berdasarkan ruang perekamannnya dibagi menjadi citra hasil dari perekemanan dari udara dan
citra hasil perekaman dari antariksa.
Praktikum ini, praktikan hanya mengidentifikasi jenis citra foto yang berdasarkan
panjang gelombang, yakni terdiri dari :
1. Foto Pankromatik hitam putih
a) Panjang gelombangnya 0,4 – 0,7 µm.
b) Nilai rona/kecerahan selaras dengan wujud alami yang tampak, karena kepekaan
film pankromatik sama dengan kepekaan mata kita
2. Foto Pankromatik berwarna.
a) Warna fotonya serupa dengan warna aslinya di lapangan.
3. Foto Inframerah hitam putih
a) panjang gelombangnya 0,7 -0,9 µm mempunyai kemampuan menembus kabut
tipis
4. Foto Inframerah berwarna
a) warnanya agak semu,
b) mempunyai kemudahan dalam membedakan vegetasi, karena vegetasi tampak
berwarna merah.

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 8


Orientasi
arah utara

Jam terbang

Titik fidusial
Waterpass

Titik prinsipal
Fokus kamera

Informasi
Nomor Lembar
lembaga

Gambar 1. Bagian-bagian fisik foto udara (BPN, 1990)


Pada gambar 1 berikut ini, dijelaskan isi dari setiap bagian foto udara yang berfungsi memberikan
informasi yang lebih rinci mengenai foto udara. Setiap masing-masing instansi/lembaga memiliki
sedikit perbedaan dalam hal peletakan keterangan simbol yang ada, namun intinya tetap sama.

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 9


Foto udara hitam putih biasanya dibuat dengan film pankromatik atau film yang peka
terhadap inframerah. Film pankromatik telah lama digunakan untuk foto udara sebagai jenis film
baku. Penggunaan fotografi hitam putih untuk membedakan antara pohon gugur daun musiman
dan pohon berdaun jarum. Melakukan pemotretan pada julat sekitar 0,3 µm – 0,9 µm ini
berdasarkan ketidakstabilan material emulsi segera fotokimiawi yang peka hingga di luat
kepekaan film. Masalah bagi pemotretan pada panjang gelombang yang lebih pendek dari 0,4
µm adalah : atmosfer menyerap atau menghamburkan tenaga ini, dan lensa kamera kaca
menyerap energy ini. akan tetapi fotografi dapat diperoleh pada julat ultraviolet apabila dapat
dihindari batas ketinggian terbang dalam kondisi atmosfer yang tidak menyenangkan. Fotografi
ultraviolet menarik pada penelitian dan pengelolaan zoologi, yang ditujukan ialah foto udara
pankromatik dan ultraviolet yang dibuat secara bersamaan utnuk memotret binatang kutub.
Terapan foto udara ultraviolet sangat terbatas jumlahnya, terutama adanya hamburan atmosfer
yang sangat kuat pada energi ultraviolet.
Banyak terapan yang digunakan menggunakan film berwarna. Manfaat utama
penggunaan film berwarna adalah karena mata manusia dapat membedakan tingkat warna lebih
banyak dari pada membedakannya dalam bentuk keabuan. Film negative berwarna menghasilkan
citra negative yang digunakan didalam urutan negatif ke positif dengan cara yang serupa dengan
film megatif hitam putih. Negatif berwarna menyajikan suatu gambaran geometri dan
kecerahannya terbalik. Film berwarna terbalik ialah film yang dapat diproses untuk
menghasilkan citra positif secara langsung pada film asli yang di buka di dalam kamera.
Pemberian suatu lapisan warna pada julat kepekaan spectral tertentu merupakan parameter
pembuatan film yang dapat bervariasi menurut pembuatannya. Warna lapi warna yang dapat
dikembangkan di dalam suatu lapis emulsi tidak harus berkaitan dengan warna unsure cahaya
yang merupakan kepekaan lapis tersebut. Film inframerah berwarna diproduksi untuk merekam
tenaga pada spectrum hijau, merah, dan inframerah (hingga sekitar 0,9 µm) pada tiga lapis
emulsinya. Hasilnya berupa film “warna semu” dimana biru pada citra diperoleh dari objek yang
terutama memantulkan tenaga pada spektrum hijau, warna hijau dari objek yang memantulkan
tenaga spectrum merah, dan dan merah dari objek yang memantulkan tenaga inframerah (0,7 µm
– 0,9 µm).
Film inframerah berwarna sering disebut dengan “film pendeteksi bentuk samaran”, film
inframerah berwarna menjadi film yang sangat bermanfaat untuk analisis sumberdaya.

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 10


Persamaan : batas tertinggi penggunaan panjang gelombang adalah 0,9 µm. Perbedaan : pada
foto pankromatik, menggunakan spectrum tampak. Pada foto inframerah modifikasi
menggunakan spectrum inframerah dekat dan sebagian spectrum tampak pada saluran merah dan
saluran hijau.
Teknologi foto udara format kecil (FUFK) adalah teknologi pemotretan dari udara
menggunakan wahan pesawat ultra light dengan memanfaatkan kamera non-metrik. Teknologi
ini memiliki karakterisik resolusi spasial cukup tinggi, cocok untuk daerah yang tidak terlalu
luas, cepat, dan murah.
Kamera no-metrik adalah kamera yang tidak didesain khusus untuk keperluan pemotretan
udara dan banyak dijumpai di pasaran. Foto udara non-metrik memiliki ukuran formal film
24mm x 36mm untuk kamera dengan panjang fokus 35mm, dan 55mm x 55 mm atau 60mm x
60mm untuk kamera dengan panjang fokus 70 mm. foto udara non-metrik tidak memiliki tanda
fidusial dan tidak memiliki informasi parameter orietansi dalam, seperti foto udara pada
umumnya (lihat Gambar 1). Untuk pengelolaan sumber daya lahan, data spasial merupakan data
dasar yang harus tersedia. Untuk menentukan metode pengadaan data spasial tersebut, faktor
utama yang harus dipertimbangkan adalah tingkat kedetailan informasi, ketelitian, kecepatan
perolehan (extraction) informasi, kebaharuan, dan biaya. Akan tetapi, teknologi ini juga
memiliki beberapa keterbatasan, yaitu masih memiliki distorsi geometric, ketidakseragaman
kontras, dan data yang saling “terpisah” pada masing-maisng lembar foto. Pemanfaatannya
adalah untuk mengidentifikasi tanah sangat potensial untuk mendukung bidang tugas BPN
(badan Pertahanan Nasional), PBB (Pajak BUmi dan Bangunan). Selain itu dapat
mengidentifikasi jenis tanaman, karena tingginya resolusi spasial dan radiometric. Untuk
ekstraksi jenis tanaman dapat digunakan secara manual maupun otomatis. Secara manual
dilakukan interpretasi secara visual dengan menggunakan unsure interpretasi ; sedangkan secara
otomatis degan menggunakan algoritma image classification. Sampai saat ini hasil maksimal
untuk identifikasi jenis tanaman pertanian dan penggunaan lahan pada FUFK menggunakan cara
interpretasi secara visual dari cara otomatis.

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 11


BEBERAPA CONTOH FOTO UDARA

Gambar 2. FU Pankromatik Hitam Putih Gambar 3. FU Pankromatik Berwarna

Gambar 4. FU Inframerah Berwarna Gambar 5. FU warna semu

LANGKAH KERJA
Pada praktikum kali ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan interpretasi foto udara
dengan berbagai tipe yang tersedia. Mahasiswa menggunakan sistem klasifikasi USGS land
cover/Land use classification system dan berusaha mengenali sistem klasifikasi dengan baik.
Pertanyaan yang harus dijawab, adalah :

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 12


1. Identifikasi Foto Udara yang ada di depan anda, tentukan arah utaranya, skala foto udara, jam
pemotretan, ketinggian, dan jalur terbang yang ada pada masing-masing FU. Buatlah tabel
seperti dibawah ini :
Tabel 1. Tabel foto udara
Jenis FU Skala FU Jam Ketinggian Jalur Ket.
Pemotretan Terbang
1
2
3
4
5

2. Interpretasi FU yang ada dengan skema klasifikasi penutup lahan/penggunaan lahan


Tabel 2. Interpretasi FU melalui skema klasifikasi penutup lahan/penggunaan lahan
Jenis FU Level 1 Level 2 Level 3 Keterangan
1
2
3
4
..dst
Minimal 7 jenis FU.
3. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini :
a. Bagaiman cara menidentifikasikan permukaan sangat padat pada FU?
b. Bagaimana cara mengenali obyek jalan pada FU?
c. Bagaimana menentukan objek sekolah pada FU yang anda hadapi?
4. Jelaskan perbedaan 5 objek penggunaan lahan/penutup lahan dari berbagai FU yang ada di
hadapan anda.

OUTPUT PRAKTIKUM
Adapun hasil akhir pada praktikum ke-2 ini, meliputi :
1. Tabel identifikasi Foto Udara yang telah di tulis ulang di kertas HVS.
2. Tabel interpretasi Foto udara yang telah di tulis ulang di kertas HVS.
3. Jawaban yang lengkap dan ditulis tangan mengenai soal-soal yang ada pada langkah
kerja.
4. Melampirkan lembar pre-test acara ke-2.

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 13


MODUL 3
PENGENALAN JENIS-JENIS CITRA

Tujuan Praktikum : Memperkenalkan jenis-jenis citra penginderaan jauh dan


melatih kemampuan untuk mengenalinya
Bahan : - Berbagai macam citra (hard copy), diantaranya : (a)
Citra Landsat berbagai macam bands, (b) Citra
QUICKBIRD, Citra IKONOS, Citra SPOT, Citra
ALOS, Citra Worldview, citra NOAA, citra RADAR
- Lembar kerja praktikum
- Alat tulis
DASAR TEORI SINGKAT
1. Sensor
Alat utama untuk dapat menggali dan memahami berbagai kenampakan/obyek di
permukaan bumi melalui penginderaan jauh adalah citra. Citra dihasilkan melalui proses
perekaman dengan bantuan sensor. Sensor secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2
jenis, yaitu sensor fotografik (kamera) dan sensor non-fotografik. Sensor non-fotografik masih
dapat dirinci menjadi sensor pemindai (pelarik/penyiam atau scanner) dan sensor
radar/gelombang mikro. Masing-masing jenis sensor ini bekerja dengan cara yang berbeda,
sehingga menghasilkan citra dengan karakteristik yang berbeda pula.
Sensor berupa kamera ‘menangkap’ kenampakkan objek melalui perekaman besarnya
pantulan sinar (gelombang elektromagnetik) dari obyek yang masuk melalui susunan lensa pada
kamera dan kemudian mengenai lapisan film yang peka cahaya. Variasi warna yang muncul pada
gambar yang dihasilkan tergantung pada (a) sistem lensa, diafragma dan filter yang digunakan
untuk menerima cahaya, (b) jenis dan kepekaan film yang digunakan, serta (c) spectrum panjang
gelombang yang ‘diijinkan’ masuk ke dalam sistem kamera. Cahaya masuk ke dalam sistem
kamera, dan secara serentak menerpa film dan meninggalkan jejak kekuatan energy paparan
pada tingkat pembakaran yang ada pada film tersebut. Film kemudian diproses secara kimiawi di
laboratorium, dan dicetak menjadi foto udara. Kamera dengan film ini hanya mampu bekerja
pada spectrum tampak (0,4 – 0,7 µm) dan perluasannya, yaitu spectrum inframerah dekat

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 14


(hingga sekitar 0,9 µm). Penggunaan film dan pencetakkan yang berbeda pun dapat
menghasilkan foto berwarna maupun foto hitam-putih.

Sensor non-fotografik berupa scanner menerima pantulan dari suatu wilayah sangat
sempit pada permukaan bumi (instantaneous field of view/IFOV = medan pedang sesaat) yang
masuk ke dalam sistem lensa, dan kemudian mendeteksi kenampakkan obyek dapat terekam,
penerimaan gelombang pantulan dari wilayah sistem lensa (teleskop) menyilang arah gerak
wahaan (across-track). Sensor semacam ini disebut dengan whiskbroom. Sapuan menyilang yang
disertai dengan gerak maju ini menghasilkan himpunan informasi pantulan pada setiap titik
obyek. Cara lain dalam memindai (scanning) ialah dengan menggunakan pemintdai yang terdiri
dari sederet detector yang disebut CCD (change coupled device) berjumlah ribuan keeping per
spectrum panjang gelombang, dan gerak sapuannya adalah sepanjang gerak wahana. Cara
memindai semacam ini disebut dengan along-track scanning, dan pemindainya dikategorikan
sebagai pemindai berupa sapu (pushbroom).

Perkembangan dalam 20 tahun terakhir telah melahirkan sensor non-fotografik berupa


area array, yaitu susunan dua-dimensi CCD berbentuk matriks. Dengan susunan detector
semacam ini, sensor dapat difungsikan secara diam dan menangkap informasi spectral onyek
tanpa melakukan gerakan sepanjang orbit ataupun menyilang arah orbit. Area array inilah yang
kemudian digunakan dalam teknologi kamera digital yang disebut ‘kamera’meskipun tidak
melakukan proses perekaman gambar secara fotografik.

Data hasil pemindaian disimpan secara digital, yaitu disimpan dalam kode biner tingkat
kecerahan 0-63, 0-127, 0-255, atau bahkan 0-2047. Angka-angka digital yang mewakili variasi
nilai pantulan ini kemudian dibaca oleh program computer, dan setiap titik obyek dengan nilai
digital tertebtu diubah menjadi sel-sel penyusun gambar pada layak monitor yang disebut piksel.
Susunan piksel-piksel ini secara visual dikenal dengan citra non-foto. Perbesaran citra non-foto
pada tahap tertentu akan memunculkan kenampakan piksel-piksel ini, dan member kesan
‘pecah’nya kenampakan obyek.

Sensor pemindai atau scanner semacam ini dapat dioperasikan pada satu spectrum
tunggal yang sangat lebar – misalnya spectrum tampak, namun dapat pula dioperasikan pada
spectrum yang sangat sempit namun banyak, misalnya spectrum hijau (0,5 -0,6 µm), merah (0,6

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 15


– 0,7 µm), inframerah dekat (0,7 – 1,1 µm), dan inframerah termal (3 – 12 µm) sekaligus. Citra

yang dihasilkan disebut citra multispektral, dan dapat meliputi spectrum pantulan (reflektif)
maupun spectrum foto pada berbagai saluran, namun membutuhkan beberapa lensa sekaligus
pada kameranya. Foto semacam ini disebut dengan foto multiband.

Sensor non-fotografik berupa sensor gelombang mikro-radar bekerja dengan cara yang
sama sekali berbeda dari kedua macam sensor yang telah disebutkan sebelumnya. Perekaman
dengan kamera maupun scanner dapat dilakukan secara tegak maupun miring/menyamoing;
meskipun keuntungan yang diperoleh dari perekaman menyamping lebih banyak. Perekaman
dengan gelombang mikro-radar (sering disebut sistem gelombang mikro aktif) harus dilakukan
secara meyamping karena sistem radar merupakan sistem aktif yang mengirim sistem gelombang
dari suatu antenna, dan sekaligus menerima hamburan balik (backscatter) dari sasaran. Posisi
dan sikap obyek terhadap sensor menentukan banyak sedikitnya hamburan balik yang dicatat
oleh sensor, karena pengiriman sinyal dilakukan secara menyamping (side-looking), maka pada
umumnya lereng yang menghadap sensor akan tampak cerah, sedangkan lereng yang
membelakangi sensor tampak gelap. Hal ini mengakibatkan citra yang dihasilkan cenderung
mampu menyajikan kenampakkan relief dengan baik.

Pencatatan hamburan balik pada sistem radar sangat rumit. Sinyal yang kembali ke
sensor ini dicatat amplitude dan frekuensinya sekaligus, sejauh masih dalam lingkup lebar
pancaran (karena ketika gelombang dipancarkan oleh sensor, wahana sudah bergerak maju,
sehingga tidak seluruh pantulan yang berupa hamburan balik akan sampia ke sensor). Sinyal
kembali ini kemudian dibandingkan dengan ‘sinyal referensi’ yang dimiliki sistem, dan juga
diperhitungkan akibat interfensi anatra sinyal dating dan kembali ke sensor. Sinyal ini disimpan
secara fotografis dan menghasilkan ‘film sinyal’. Perkembangan modern sistem radar saat ini
memungkinkan pencatatan dan pemrosesan secara digital, dan citra yang dihasilkan pun banyak
yang berupa citra digital.

2. Citra
Berbagai macam sensor yang telah diuraikan terdahulu dapat dipasang pada wahana yang
berbeda-beda, mulai dari balon udara, pesawat udara, pesawat ulang-alik, dan satelit. Tinggi
terbang yang berbeda-beda akan menghasilkan citra dengan skala yang berbeda-beda pula.

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 16


Dengan demikian, perbedaan jenis-jenis citrapun menjadi kompleks, karena dapat dilakukan
berdasarkan (1) jenis sensor, (2) spectrum yang digunakan, (3) proses pencetakan, (4) format
penyimpanan, dan (5) skala yang digunakan. Di samping itu, citra yang format aslinya
digitalpun mempunyai cirri pengenal lain, yaitu resolusi spasial. Resolusi spasial secara
langsung terkait dengan kerincian informasi spasial citra (seberapa rinci citra itu mampu
menyajikan ukuran obyek terkecil).

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 17


Tabel 1. Jenis-jenis citra berdasarkan sensor, spektrum panjang gelombang, film, format penyajian, sebutan, dan sebutan berdasarkan skala

SEBUTAN
FORMAT
SENSOR SPEKTRUM FILM SEBUTAN BERDASARKAN
PENYAJIAN
SKALA
Kamera Tampak Berwarna Tercetak Foto udara pankromatik
(0,4 – 0,7 µm) berwarna
Hitam-putih Foto udara pankromatik H/P
Inframerah dekat Berwarna Foto udara inframerah warna
(0,7 – 0,97 µm) semu
Hitam-putih Foto udara inframerah H/P
Beberapa band Berwarna Foto udara multispektral Skala Besar
(0,5 – 0,7 µm) Berwarna / Foto udara pan-blue > 1 : 10.000
HP berwarna/ HP
Scanner/ Tampak - Tercetak Citra pankromatik berwarna/ Skala Sedang
Pemindai/ HP 1:10.000 – 1:50.000
pelarik/ Banyak spectrum relatif - Digital Citra multispectral
penyiam sempit, julat 0,4 – 12 µm,
Skala semi tinjau
lebar -spectrum > 0,5 µm 1 : 50.000 –
Banyak sekali spectrum - Tercetak/digital Citra hiperspektral 1 :100.000
sangat sempit , julat dari
0,4 – 12 µm, lebar Skala tinjau
< 1 : 100.000
spectrum sampai sekitar
0,02 µm
Inframerah termal (3 – - Citra inframerah termal
12 µm) (dapat tercetak/digital)
Radar Gelombang mikro - Tercetak digital Citra Radar
(panjang gelombang
dalam cm)
*Catatan : kriteria skala untuk penyebutan ini dapat berbeda-beda dari satu pakar ke pakar lain, dan dari satu bidang ke bidang aplikasi lainnya.

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 18


Tabel 2. Ukuran resolusi spasial, lebar spectrum, dan jumlah saluran spectral untuk beberapa jenis citra yang biasa dipakai dalam kajian
sumberdaya

JENIS JULATPANJANG JUMLAH RESOLUSI RESOLUSI SKALA


SENSOR WAHANA
CITRA GELOMBANG SALURAN SPASIAL TEMPORAL TERCETAK
1 (pankro/infrared
Pesawat 0,1 – 4 1 : 2.000 –
Foto Udara Kamera 0,4 – 0,9µm dekat atau 4
Udara meter 1 : 100.000
(multiband)
2 Pushbroom
10 meter
scanner 1 pankromatik
Citra Spot identik HRV (0,51 – 0,73 µm) 1 : 25.000 –
0,51 – 0,89 µm
HRV (High 1 : 100.000
Resolution 3 multispektral
20 meter
Visible)
2 Pushbroom Satelit SPOT
scanner (Perancis)
20 meter
identik
10 meter
Citra Spot HRVIR 1 : 25.000 –
0,51 – 1,75µm 4 multispektral khusus
HRVIR (High 1 : 100.000
saluran
Resolution
merah
Visible &
Infrared)
Whiskbroom
Citra Landsat Satelit 1 : 250.000 –
Multi 0,5 – 1,1µm 4 multispektral 79 meter
MSS Landsat 1 : 1.000.000
Scanner
(Amerika
Citra Landsat Whiskbroom 1 : 50.000 –
Serikat) 0,4 – 2,35µm 6 multispektral 30 meter
TM Thematic 1 : 250.000

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 19


Mapper (TM)
Scanner
saluran 1 – 5
dan 7
Whiskbroom
Thematic
1 spektrum pancaran
Mapper (TM) 10,4 – 12,5µm 120 meter
thermal
Scanner
saluran 6
AVHHR
2 multispektral
Saluran 1 dan 0,58 – 1, 10µm 1,1 km
Satelit NOAA pantulan 1 : 1. 000. 000
Citra NOAA- 2 (LAC)
(Amerika –
AVHRR AVHHR 4 km
Serikat) 2 multispektral 1 : 5.000.000
Saluran 3 dan 3,55 – 12,5 (GAC)
pancaran thermal
4
Satelit ERS 5,7 cm (frekuensi 1 gelombang 12,5 meter 1 : 50.000 –
Citra ERS Antena radar
(Uni Eropa) GHz), band C mikro/radar (azimuth) 1 : 250.000
Multispectral
CitraMESSR- Satelit MOS 1 : 100.000 –
Scanner 0,5 – 1,1 4 multispektral 50 meter
MOS (Jepang) 1 : 250.000
Optik
Pesawat ulang
Citra SIR-B Antena radar alik 23,5 cm 2
Challanger
Catatan : skala tercetak ini mengacu pada skala yang biasa digunakan untuk pemetaan dan interpretasi, dan bukan skala pada cetakan master
film. Skala tercetak yang lebih besar atau lebih kecil dari keterangan pada tabel di atas juga masih sering dijumpai

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 20


Gambar 1. Pola spektral beberapa jenis obyek (Sutanto, 1986)

Gambar 2. Contoh pola spasial dan spectral untuk citra satelit Landsat

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 21


3. Pengenalan Pola Spektral

Pengenalan pola spektral obyek dapat menjadi pemandu yang sangat bermanfaat dalam
upaya mengenali obyek pada citra. Gambar berikut ini menyajikan kurva pantulan beberapa
obyek pada julat (rentang, range) panjang gelombang antara 0,4 µm hingga 2,35 µm. secara garis

besar dapat dikatakan bahwa air jernih cenderung memberikan pantulan yang lebih rendah
daripada air keruh pada semua wilayah panjang gelombang. Vegetasi memberikan pantulan
sangat rendah pada spectrum biru, meningkat agak tinggi pada spectrum hijau (oleh karena itu.
vegetasi tampak hijau di mata manusia), menurun lagi di spectrum merah (karena serapan kuat
oleh pigmen daun), dan meningkat sangat tajam di spectrum inframerah dekat, sebagai akibat
dari pantulan oleh ruang antar sel pada jaringan spongy daun. Vegetasi kembali memberikan
pantulan rendah di saluran inframerah tengah I dan inframerah II karena pengaruh kandungan
lengas (kelembaban) yang tinggi. Tanah bertekstur relatif kasar (pasiran) ataupun relatif lembab
memberikan pantulan yang cenderung meningkat dari spectrum biru ke inframerah dekat,
kemudian sedikit turun pada spectrum inframerah tengah I dan II karena pengaruh serapan oleh
lengas tanah. Tanah bertekstur relatif halus ataupun yang berona cerah di lapangan dan sangat
tipis cenderung memberikan pantulan tinggi pada semua spectra. Dedaunan kering akan
memberikan pantulan yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya panjang gelombang.
Meskipun demikian, gejala ini cenderung ideal pada laboraturium, sedangkan kombinasi
berbagai faktor di lapangan kadang-kadang mengaburkan pola ‘teoretis’ semacam ini.

LANGKAH KERJA

1. Isilah tabel perbedaan kenampakkan obyek pada citra satelit yang telah disediakan :

Tabel 1. Tabel jenis-jenis citra

Obyek Jenis-jenis citra


Landsat Landsat Landsat Landsat Landsat Quickbird Ikonos
TM MMS 4 MMS 5 MMS 6 MMS 7
Tubuh air
Daratan
Vegetasi
Awan

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 22


Lanjutan tabel 1.

Obyek Jenis-jenis citra


ALOS SPOT NOAA Radar Worldview
Tubuh air
Daratan
Vegetasi
Awan

2. Lakukan identifikasi untuk melihat perbedaan pada masing-masing citra pada tabel
perbedaan kenampakan pada citra Landsat MSS, Landsat TM, dan citra SPOT!

Citra Radar Citra NOAA

3. Lakukan identifikasi untuk melihat perbedaan pada masing-masing citra pada tabel
perbedaan kenampakan pada citra Quickbird, Worldview, dan citra ALOS !

Citra Radar Citra NOAA

4. Lakukan identifikasi untuk melihat perbedaan pada masing-masing citra pada tabel
perbedaan kenampakan pada citra Radar dan citra NOAA !

Citra Radar Citra NOAA

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 23


Melalui tabel di atas, silahkan jawab pertanyaan berikut ini :

a) Sebutkan citra yang digunakan untuk melihat aktivitas cuaca!


b) Sebutkan citra yang digunakan untuk melihat sumber daya alam!
c) Sebutkan citra yang digunakan untuk melihat wilayah perkotaam!
d) Sebutkan kelebihan dan kelemahan citra radar!
e) Sebutkan sensor yang digunakan citra-citra satelit!
f) Melalui pengisian tabel diatas, apa hasil yang saudara/i peroleh dari masing-masing citra
yang ada?

OUTPUT PRAKTIKUM

1. Pengisian tabel-tabel yang diminta oleh dosen praktikum dengan tulis tangan kembali yang
rapid an sertakan nama tabel pada masing-masingnya.
2. Menjawab pertanyaan yang ada pada modul praktikum.
3. Melampirkan hasil pretest/tugas (jika ada) di dalam laporan praktikum acara ini.

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 24


MODUL 4

INTERPRETASI SATUAN FISIOGRAFI BERDASARKAN CITRA SATELIT


Tujuan Praktikum : Melatih kemampuan mahasiswa untuk interpretasi
fisiografi menggunakan citra satelit
Bahan : - Citra resolusi menengah (Landsat/ASTER/ALOS)
- Kertas Transparansi
- Kertas kalkir
- Spidol OHP 4 warna
- Lembar isian praktikum
- Alat tulis
DASAR TEORI

Studi interpretasi penginderaan jauh secara geomorfologikal adalah memperoleh


gambaran “landform” secara sistematik dengan gejala-gejala yang berhubungan. Peta yang
dihasilkan tidak hanya merupakan dokumen ilmiah saja tetapi juga merupakan alat yang bernilai
dalam memberikan penilaian-penilaian sumberdaya; hal ini karena adanya hubungan yang timbul
antara perwatakan-perwatakan geomorfologikal dari daratan dengan faktor-faktor lingkungan.

Penginderaan jauh terutama sesuai untuk digunakan dalam studi aspek dinamika
mengenai kenampakan medan, khususnya keaslian genetic bentuklahan dalam aplikasi
geomorfologi. Aspek dinamika ini menjelaskan proses dan perubahan temporal serta dalam
seluruh aplikasi menggunakan aspek kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif memberikan
identifikasi dan deskripsi kenampakan medan, pendekatan ini mencakup evaluasi karakteristik
citra (khususnya rona, pola, tekstur, dan bentuk atau relief). Sedangkan pendekatan kuantitatif
meliputi pengukuran metric karakteristik medan, khususnya data arah dan tinggi, volume, luas,
dan linier.

Mengidentifikasi bentuklahan maka yang digunakan sebagai parameter penentuan


bentuklahan adalah relief dan jaring-jaring alur sungai. Komponen dari relief adalah amplitude
(beda tinggi antara lembah dan puncak),bentuk punggung, bentuk lereng, dan bentuk lembah.
Ada tiga pendekatan yang ditempuh untuk identifikasi satuan bentuklahan, yaitu : pendekatan
pola, pendekatan geomorfologis atau fisiografis, dan pendekatan unsur atau parameter

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 25


bentuklahan. Permukaan bumi merupakan diferensiasi areal yang memiliki perbedaan potensi
fisik antara satu daerah dengan daerah yang lain.

Teknik interpretasi foto yang digunakan untuk lebih berkembang dan lebih berguna pada
kepentingan-kepentingan dengan tujuan praktis dan ilmiah diperlukan metodologi sistematik
atau tahapan-tahapan analisis atau interpretasi dengan menggunakan citra atau foto udara sebagai
berikut :

a) Relief atau morfologi


Meliputi ketinggian (titik tinggi dan pemisah aliran), kemiringan lereng, patahan lereng,
bentuk-bentuk daratan dan sebagainya. Analisis jika menggunakan citra foto udara
khususnya pada tahapan ini dapat memberikan gambaran bagi para ahli geomorfologi tentang
klasifikasi tentang bentanglahan (landform). Relief umum terbagi dalam aspek morfologi
dengan deskripsinya seperti daratan, perbutikan, pegunungan, dan plato. Interpretasi ini
sifatnya kualitatif dan subyektif. Sedangkan aspek morfometri menyangkut aspek kuantitatif
suatu daerah seperti kemiringan lereng, beda tinggi, dan luas satuan.

b) Pola Aliran Sungai


Pola aliran sungai ada beberapa tipe dan dapat dikelaskan berdasarkan ke-khasan-nya, dalam
interpretasi dengan melihat pola aliran sungai perhatian harus ditujukan pada lembah, dasar
lembah, tipe sungai danau dan sebagainya. Pola aliran sungai akan memberikan petunjuk
pada interpretasi dasar untuk studi detail tentang litologi dan struktur geologi seperti halnya
tipe tanah, vegetasi, dan lain sebagainya.

c) Vegetasi
Aspek-aspek penting yang menyolok dari vegetasi adalah ada tidaknya tumbuh-tumbuhan
pada material-material tertentu, adanya tumbuh-tumbuhan indikator, jaluran atau pola-pola
lain yang ditimbulkan oleh spesies, komposisi, kepadatan, dan ketinggian tumbuhan.
Bentangan vegetasi tidak selalu mempunyai rona yang lebih gelap dari pada tumbuhan
disekitarnya. Pada hal ini tipe vegetasi kadang-kadang menandai tipe tanah dan air yang
memungkinkan pengklasifikasian permukaan relief yang lebih baik.

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 26


d) Morfogenesa
Morfogenesa (asal dan perkembangan bentuklahan, proses yang membentuknya dan yang
bekerja padanya). (a) morfostruktural pasif menyangkut litologi, baik jenis maupun struktur
batuan yang berhubungan dengan denudasi; (b) morfostruktur aktif menyangkut dinamika
endogen meliputi volkanisme, tetonisme lipatan dengan sesar seperti gunungapai, pematang
antiklin, dan gawir sesar; dan untuk (c) morfodinamik menyangkut dinamika eksogen yang
berhubungan dengan angin, dan bukit pasir pantai. Perbedaan geological dan litologikal
dapat dibedakan dari dip dan strike perlapisan, struktur perlapisan (lipatan, patahan) garis
patahan dan proses-proses vulkanik serta kenampakan erosi. Melalui interpretasi litologi
memberikan kemudahan pada tipe tanah, tipe vegetasi, dan berbagai kenampakan
geomofologikal.

e) Geomorfologi (landform dan proses)


Satuan bentuklahan, baik secara morfologi, morfogenesis, morfokronologi maupun
morfoaarragement dapat diinterpretasikan dari foto udara (Zuidam, 1993) yang sebagian
telah dijelaskan di atas. Sedangkan untuk morfokronologi atau penanggalan relatif dan
berbagai bentuklahan dan proses yang berhubungan, sebagai contoh : teras sungai muda dan
teras sungai tua, pematang pantai muda dan pematang pantai tua. Sedangkan morpho-
arrangement merupakan susunan keruangan dari jaringan hubungan berbagai bentuklahan
dan proses yang berhubungan, seperti : saluran sungai, tanggul alam, daratan banjir, daratan
teras sungai, dan rawa belakang. Berikut satuan lahan utama menurut genetik :

Tabel 1. Rincian bentuk lahan asal genetik


BENTUKLAHAN STRUKTURAL BENTUKLAHAN VULKANIK
S1 : Pegunungan blok sesar V1 : Kepundan
S2 : Gawir sesar V2 : Kerucut gunungapi
S3 : Pegunungan lipatan V3 : Lereng gunungapi
S4 : Perbukitan lipatan V4 : Kaki gunungapi
S5 : Pegunungan antiklinal/sinklinal V5 : Dataran kaki gunungapi
S6 : Perbukitan kubah V6 : Dataran kaki fluvio gunungapi
S7 : Pegunungan/ perbukitan plato V7 : Padang lava
S8 : Lembah antiklinal/sinklinal V8 : Aliran lava
S9 : Hogback/cuesta V9 : Aliran lahar

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 27


V10 : Dataran anatar gunungapi
V11 : Leher gunungapi
V12 : Kerucut parasite
V13 : Baranco

BENTUKLAHAN DEDUNASIONAL BENTUKLAHAN FLUVIAL


D1 : Pegunungan terkikis F1 : Dataran alluvial
D2 : Perbukitan terkikis F2 : Tanggul alam sungai
D3 : Bukit sisa F3 : Dataran banjir
D4 : Perbukitan terisolir F4 : Rawa belakang
D5 : Dataran nyasar (Paneplain) F5 : Teras sungai
D6 : Kaki lereng F6 : Kipas alluvial
D7 : Kipas rombakan lereng F7 : Gosong
D8 : Gawir F8 : Delta
D9 : Lahan rusak (bad land) F9 : Dataran delta

BENTUKLAHAN MARIN BENTUKLAHAN SOLUSIONAL


M1 : Gisik K1 : Kubah karst
M2 : Beting gisik K2 : Dataran karst
M3 : Dataran pantai K3 : Perbukitan karst
M4 : Laguna K4 : Perb. Sisa karst
M5 : Rataan pasut K5 : Uvala/polje
M6 : Teras marin K6 : Ledok karst
M7 : Rataan lumpur K7 : Dolina
M8 : Gosong laut

BENTUKLAHAN EOLIAN
E1 : Gumuk pasir
E2 : Gumuk pasir barkan
E3 : Gumuk pasir parallel

LANGKAH KERJA

1. Buatlah peta tentatif bentuklahan pada citra yang telah disiapkan di lab praktikum di kertas
transparansi.
2. Dilanjutkan dengan membuat peta tentatif bentuklahan pada citra yang telah disiapkan di lab.
praktikum di kertas kalkir.
3. Isilah tabel klasifikasi bentuklahan, dengan format sebagai berikut :

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 28


Tabel 2. Klasifikasi bentuklahan
No. Lahan Mayor Lahan Minor Alasan
1. Fluvial Dataran alluvial  Berada di areal datar dan
ditunjukkan oleh adanya aliran
sungai.
Dataran Banjir ....
Tanggul alam sungai ....
..dan seterusnya.

4. Tugas!!
Buatlah gambar dan berikan keterangan mengenai bentuk lahan dari berbagai macam proses
terbentuknya (vulkanik, marin, denudasional, dan lainnya).

OUTPUT PRAKTIKUM

Adapun hasil akhir pada praktikum ke-5 ini, meliputi :


5. Tabel klasifikasi bentuk lahan di tulis ulang di kertas HVS.
6. Peta tentatif bentuklahan.
7. Jawab yang lengkap dan ditulis tangan mengenai tugas yang ada pada langkah kerja.
8. Melampirkan tabel klasifikasi dan peta kertas transparansi yang telah di Acc dosen
praktikum.
9. Melampirkan lembar pre-test acara ke-5.

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 29


MODUL 5
INTERPRETASI PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT
SKALA BESAR
Tujuan Praktikum : Melatih kemampuan mahasiswa dalam melakukan
deleniasi penggunaan lahan dan membangun kunci
interpretasi secara visual melalui citra satelit skala
besar.
Bahan : - Citra Quickbird sebagian wilayah Yogyakarta
- Kertas transparansi
- Kertas Kalkir
- Spidol OHP
- Alat Tulis
- Lembar isian praktikum
- Tabel klasifikasi penggunaan lahan (bawa masing-
masing).
- Kertas HVS

DASAR TEORI SINGKAT

QuickBird merupakan citra satelit yang memiliki resolusi tinggi/skala yang besar.
Quickbird merupakan satelit ketiga yang diluncurkan oleh DigitalGlobe dengan tujuan untuk
menghasilkan citra satelit resolusi tinggi untuk kepentingan komersial. QuickBird memiliki
resolusi spasial 0.6 meter untuk citra pankromatik (hitam-putih) serta 2.4 meter untuk citra
multispektral (berwarna). Citra multispektral QuickBird mempunyai 4 band yang biasa dikenal
dengan nama VNIR (Visible – Near InfraRed), yaitu Band Merah (630 – 690 nm), Band Hijau
(520 – 600 nm), Band Biru (450 – 520 nm), serta Band Infra Merah Dekat (Near InfraRed : 760
– 900 nm). Satelit QuickBird berada pada ketinggian 450 km (980 sun synchronous) dari
permukaan bumi, dan melaju pada orbitnya dengan kecepatan 7.1 km/detik (25.560 km/jam).
Dengan kecepatan orbit 7.1 km/detik, Satelit QuickBird dapat melintasi tempat yang sama dalam
waktu sekitar 1 sampai dengan 3.5 hari (tergantung dari latitude). Adapun detail mengenai citra
Quickbird dapat dilihat pada tabel 1 dan gambar 1 dan 2 berikut ini :

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 30


Tabel 1. Rangkuman spesifikasi teknis dari satelit quickbird

Gambar 1 (atas). menunjukkan citra quickbird (kiri-kanan) : multispektral, pankromatik hitam-


putih, pankromatik berwarna). Gambar 2 (bawah) menunjukkan (kiri) citra quickbird resolusi
spasial pankromatik H/P (Lokasi : Tokyo, Jepang),(kanan) menunjukkan citra quickbird dengan
resolusi spasial multispektral (Lokasi : New York, USA)

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 31


Citra quickbird erat kaitannya dengan pemetaan perkotaan melalui interpretasi
penggunaan lahan. Definisi dari penggunaan lahan merujuk pada bagaimana luasan potongan
(parcel) lahan yang digunakan oleh manusia (Jensen, 2005 & 2007); Sabins, 1987) yang
ditekankan pada fungsi ekonomisnya (Campbell, 2002; lillesand et al., 2008). Contoh
penggunaan lahan yaitu pertanian, perdagangan, permukiman (Jensen, 2005). Untuk wilayah
perkotaan, informasi penggunaan lahan berguna sebagai terapan ilmu tertentu atau mungkin
berguna untuk terapan lainnya (Jensen, 2007).

Anderson et al. (1976) menjelaskan bahwa teknik penginderaan jauh efektif digunakan
untuk melengkapi survei berdasarkan observasi lapangan dan pencacahan, sehingga akurasi
waktu dan akurasi inventarisasi penggunaan lahan dapat terpenuhi. Terapan PJ meliputi
inventarisasi penggunaan lahan secara komprehensif dan pemetaan tematik penggunaan lahan
(Nunnally, 1974). Adapun menurut Anderson dan Jensen ada beberapa tingkatan klasifikasi
penggunaan lahan ataupun penutup lahan dengan mempertimbangkan format data PJ yang
representatif, sebagai berikut :

Tabel 2. Format data PJ dalam variasi tingkatan klasifikasi penutup dan penggunaan lahan

Tingkatan Format data Contoh citra PJ yang dapat digunakan dan


Klasifikasi penginderaan jauh yang resolusi spasialnya
representatif
I Citra satelit resolusi Foto udara skala 1 : 120.000 – 1: 240.000; SPOT XS
rendah – menengah (20m); Landsat TM (30M); Landsat MSS (79m);
Indian LISS (23,5M ; 36,25M ; 72,5M);
RADARSAT (100M) ; MODIS (250M; 500M) ;
SPOT Vegetation (1Km) ; NOAA AVHRR (1,1 km)
II Setara foto udara skala Foto Udara skala 1 : 60.000 – 1 : 120.000; Geo Eye
kecil dan citra satelit IKONOS (1m, pan ; 4m, multi) ; Indian IRS (5,8m) ;
resolusi menengah SPOT HVR Pan (10m) ; RADARSAT (11x9m) ;
Landsat 7 ETM + pan (15m) ; SPOT HRV XS (20m)
III Setara foto udara resolusi Foto udara skala 1 ; 20.000 – 1 : 60.000 ; foto udara
sedang; citra resolusi digital (1-3m) ; Digital globe Quickbird (0,61m) ;
menengah hingga tinggi Geoeye IKONOS pan (1m) ; Orbview 3 (1m) ; Indian
IRS pan (5,8m)
IV Setara foto udara skala Foto udara skala 1 : 6000 – 1:20.000 ; foto udara
besar dan citra satelit digital (0,25 – 1m) ; Digital Globe Quickbird (0,61m)
resolusi tinggi ; Geoeye IKONOS pan (1m) ; Orbview 3 (1m)

(Sumber : Anderson et al., 1976 ; Jensen 2005, 2007 ; Lillesand et al., 2008 dengan modifikasi).
Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 32
KLASIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN MENURUT USGS

Pada level I dan II

Tingkat I Tingkat II
1. Perkotaan atau lahan terbangun 1.1.Permukiman

1.2.Perdagangan dan jasa

1.3.Industry

1.4.Transportasi, komunikasi dan umum

1.5.Kompleks industry dan perdagangan

1.6.Kekotaan campuran atau lahan bangunan

1.7.Kekotaan atau lahan bangunan lainnya

2. Lahan pertanian 2.1.Tanaman semusim dan padang rumput

2.2.Daerah buah-buahan, bibit, dan tanaman


hias

2.3.Tempat penggembalaan terkurung

2.4.Lahan pertanian lainnya

3. Lahan peternakan 3.1.Lahan tanaman/ rumput

3.2.Lahan peternakan semak dan belukar

3.3.Lahan peternakan campuran

4. Lahan hutan 4.1.Lahan hutan gugur dan musiman

4.2.Lahan hutan yang selalu hijau

4.3.Lahan hutan campuran

5. Air 5.1.Sungai dank anal

5.2.Danau

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 33


5.3.Waduk

5.4.Teluk dan muara

6. lahan basah 6.1.Lahan hutan basah

6.2.Lahan basah bukan hutan

7. Lahan gundul 7.1.Dataran garam kering

7.2.Gisik

7.3.Daerah berpasir selain gisik

7.4. Batuan singkapan gundul

7.5.Tambang terbuka, pertambangan dan


tambang kecil

7.6.Daerah peralihan

7.7.Daerah gundul campuran

8. Padang lumut 8.1.Padang lumut semak dan belukar

8.2.Padang lumut tanah gundul

8.3.Padang lumut basah

8.4.Padang lumut campuran

9. Es atau salju abadi 9.1.Lapang salju abadi

9.2.Glasier

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 34


Pada level I,II,III,IV

Tingkat I Tingkat II Tingkat III Tingkat IV


Kota dan daerah 1. Perumahan a.satu keluarga a.1. Lantai Satu
a.2. Lantai &gt; Satu
terbangun
b.&gt;satu keluarga ….
c.1. Losmen
c.Penginapan c.2. Hotel
c.3. Motel
d.Asrama ….
….
e.Tempat kost
f.1. Panti Jompo
f.Panti
f.2. Panti asuhan

2. Perdagangan a.Pasar a.1. Pasar hewan


a.2. Pasar umum
dan jasa
b.Pertokoan a.3. Pasar
….
c.Perkantoran ….
d.1. SD
d.Pendidikan d.2. SLTP/TA
d.3. Kampus
e.Rumah sakit d.4. Pesantren
….
f.Bank dst

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 35


LANGKAH KERJA

1. Langkah awal membuat klasifikasi terlebih dahulu, obyek apa saja yang terdapat pada citra
dengan menyesuaikannya pada tabel klasifikasi penggunaan lahan yang saudara/i bawa.
Hasil klasifikasi diisi dalam bentuk tabel seperti dibawah ini :
Tabel 3. Klasifikasi penggunaan lahan berdasarkan tingkatannya
No. KLASIFIKASI OBYEK

Tingkat I Tingkat II Tingkat III Tingkat IV Tingkat V

1. Perkotaan 11. 111 Bangunan 1111. Rumah, 1111.1 Rumah


dan lahan Permukiman permukiman rumah kapal, teratur
terbangun yang di tempati gubuk, tenda
satu keluarga 1111.2 Rumah
semi teratur
2. ...dst

2. Selanjutknya, melakukan deleniasi obyek pada kertas transparansi. Sebelum melakukan


deleniasi, terlebih dahulu lakukan interpretasi setiap obyek dengan pendekatan “9 kunci
interpretasi” untuk memudahkan pengenalan obyek. Setiap deleniasi obyek diberikan simbol
penamaan penggunaan lahan, misal : obyek sawah, diberi inisial : Sw, obyek permukiman,
diberi inisial : Pm,dan seterusnya. Pemberiaan simbol dan penamaan setiap obyek harus
mengikuti kaedah/ aturan penamaan yang telah ditentukan oleh beberapa pakarnya. Khusus
untuk perkotaan, silahkan mengikuti tabel klasifikasi berdasarkan beberapa pakar, sepeti :
Anderson, dinas BSN, atau carilah referensinya di perpustakaan atau website resmi terkait
pengklasifikasian obyek.
3. Membuat Tabel interpretasi hasil klasifikasi penggunaan lahan pada citra, sebagai berikut

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 36


Tabel 4. Interpretasi hasil klasifikasi penggunaan dengan menggunakan citra

No Nama Obyek Unsur-unsur interpretasi Ket

Rona/warna Ukuran Tekstur Bentuk Pola Tinggi Bayangan Situs Asosiasi

1 Rumah teratur Hitam/Cokelat Kecil Kasar Kotak- Teratur Ada Ada Atap Jalan
gelap kotak warna
seragam,
jalan
lurus
teratur,
tanah
tertutup
bangunan
....dst.

OUTPUT PRAKTIKUM

Adapun hasil akhir pada praktikum ke-6 ini, meliputi :


1. Peta tentatif penggunaan lahan sebagian kota Yogyakarta pada kertas transparansi.
2. Peta tematik penggunaan lahan sebagian kota Yogyakarta pada kertas kalkir yang di warnai, lengkap dengan legenda yang telah ditulis
rapi.
3. Tabel klasifikasi penggunaan lahan sebagian kota Yogyakarta.
4. Tabel interpretasi hasil klasifikasi penggunaan lahan pada citra.
5. Melampirkan hasil pre-test dan lembar tugas di lampiran pada laporan acara ini.

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 37


MODUL 6
KEGIATAN LAPANGAN
Tujuan Praktikum : Memberikan latihan dasar kepada mahasiswa untuk
melakukan kegiatan lapangan yang meliputi tahap
persiapan (interpretasi, pembuatan peta tentative, dan
persiapan sampel dan rute observasi), pelaksanaan
lapangan, paska lapangan (reinterpretasi, uji ketelitian,
dan peta akhir).
Bahan : - Citra IKONOS/Quickbird
- Tabel cek list lapangan
- Kertas transparansi
- Peta tentatif penggunaan lahan daerah yang akan di
uji ketelitiannya
- Alat tulis

DASAR TEORI SINGKAT

Kegiatan lapangan dalam praktikum ini sangat penting dilakukan, agar setiap individu memiliki
skill dan pengetahuan dasar mengenai penelitian yang berorientasi kepada penginderaan jauh.
Untuk kegiatan lapangan ini, ada beberapa hal yang harus diketahui terlebih dahulu, diantaranya:

1. Pembuatan Peta tentatif


Pembuatan peta ini berguna untuk nantinya diteliti kebenarannya di lapangan, karena
walaupun ilmu penginderaan jauh dikatakan bahwa “mampu mengidentifikasi setiap
obyek secara jauh”, akan tetapi setiap interpretasi individu pasti memiliki kekurangan,
sehingga sangat jarang sekali interpretasi yang dilakukan semampunya benar 100%.
Maka, pembuatan peta sementara ini nantinya dapat di cocokan dengan hasil obyek yang
ada dilapangan.

2. Pengambilan populasi dan sampel


Populasi adalah keseluruhan obyek yang akan diamati. Obyek yang diamati dapat berupa
benda hidup maupun benda mati., dimana sifat-sifat yang ada dalam obyek tersebut dapat

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 38


diukur atau diamati. Hasil pengukuran atau karakteristik dari populasi disebut
“parameter” yaitu harga rata-rata hitung (mean) dan simpangan baku (standar deviasi).
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi obyek penelitian. Hasil pengukuran
atau karakteristik dari sampel disebut “statistik”. Tujuan sampel yang diambil dapat
memberikan informasi yang cukup untuk dapat mengestimasi jumlah populasinya.
Alasannya perlu pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
a) Keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya.
b) Lebih cepat dan lebih mudah.
c) Memberikan informasi yang lebih banyak dan dalam.
d) Dapat ditangani lebih teliti.

Teknik pengambilan sampel dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu :

a) Probability Sampling
b) Non Probability Sampling
3. Uji Lapangan
Melakukan uji lapangan dengan membawa sampel yang telah ditentukan terlebih dahulu
dan disertai dengan membawa peta tentatif dan citranya. Selain mencari kebenaran hasil
interpetasi, setiap individu juga dapat melakukan wawancara dan mencari data-data yang
terkait dengan tugas uji lapangan ini, sehingga hasil yang di dapat lebih akurat, lengkap,
dan relevan di masa sekarang, dan dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.

4. Uji Akurasi/uji ketelitian


Setelah survey/ uji lapangan, saatnya mecocokkan data awal dengan data hasil lapangan
dengan cara “membandingkan katagori perkatagori (kelas per kelas) hubungan antara
data sebenarnya (ground truth) atau data lapangan dengan data hasil klasifikasi manual”.
Hasil interpretasi ini selanjutnya dapat digunakan untuk melakukan uji ketelitian data
penggunaan lahan berdasarkan atas kenyataan yang ada saat ini dilapangan, pengujian
ketelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui ketelitian secara sistematik dengan
menggunakan tabel matrik 2 dimensi. Perhitungan ketelitiannya dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 39


Tabel 1. Contoh matriks penaksiran akurasi hasil interpretasi

Hasil Data Lapangan Jumlah


Klasifikasi baris
Pekarangan Sungai Permukiman Sekolah
Pekarangan
Sungai
Permukiman
Semak
...dst
Jumlah
kolom

LANGKAH KERJA :
1. Siapkan hasil interpretasi citra Ikonos/Quickbird yang sudah dilakukan sebelumnya.
2. Pilihlah beberapa sampelpenutup/penggunaan lahan untuk melakukan cek lapangan
3. Tentukan route/jalan ke lapangan.
4. Siapkanlah plastic transparansi untuk melakukan koreksi interpretasi penggunaan lahan.
5. Lakukan cek lapangan untuk beberapa sampel yang telah anda tentukan.
6. Jika dimungkinkan untuk menambah hasil interpretasi, silahkan melakukan wawancara
dan pengumpulan dokumen yang terkait dengan penelitian ini (dokumentasi hasil di
lapangan).
7. Menyiapkan tabel perubahan penggunaan lahan yang telah disiapkan terlebih dahulu.
8. Seteleh selesailapangan, lakukan uji ketelitian terhadap hasil interpretasi anda. Jangan
lupa bedakan kesalahan interpretasi atau memang sudah terjadi perubahan penggunaan
lahan selama tahun perekamanan citra hingga tahun sekarang.
9. Lakukan re-interpretasi dan buatlah peta akhir penggunaan lahan.
10. Buatlah laporan secara lengkap, yang meliputi : (tujuan, alat dan bahan, dasar teori, hasil
berupa peta tentatif dan hasil interpretasi, pembahasan, dan daftar pustaka).

OUTPUT PRAKTIKUM LAPANGAN

Adapun hasil akhir pada praktikum ke-7 ini, meliputi :


1. Laporan hasil lapangan disertai dokumentasi lapangan.
2. Peta sebelum dan sesudah uji lapangan.
3. Tabel perubahan penggunaan lahan.

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 40


DAFTAR PUSTAKA

Anderson, James R., Hardy, Ernest E., and Roach, John T., 1976, A land-use classification
system for use with remote-sensor data: U.S. Geol. Survey Cire. 671, 16 p., refs.
Campbell, B. James., 2002. Introduction to Remote Sensing : Fifth Edition. The Guilford Press :
New York
DigitalGlobe. 2016. Digital Globe Satellite. (Online). (https://www.digitalglobe.com/, diakses 27
Januari 2016)

Jensen, J.R., 2007. Introductory Digital Image Processing : A Remote Sensing Perspective.
Prentice- Hall EnglewoodCliffs : New Jersey
Malingreau, J. and Kristina, 1986. Land Use/Land Cover Classification.
Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.

Purwadhi., Sri Hardiyanti, F., Sanjoto., Tjaturahono budi, 2002. Pengantar Interpretasi Citra
Penginderaan Jauh. Pusat Data Penginderaan Jauh dan UNS : Jakarta

Quickbird. 2016. Quickbird Satellite. (online). (http://www.satimagingcorp.com/satellite-


sensors/quickbird/, diakses 15 Februari 2016)

Sutanto., 1986. Penginderaan Jauh Jilid 1. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

Sabins, Floyd F. Jr. 1987. Remote Sensing : Principles and Interpretation, 2 édition, W.H.
Freeman and Co. : New York

T.M. Lillesand, R.W. Kiefer., 2008. Penginderaan Jarak Jauh dan Interpretasi Citra. Gajah mada
University Press : Yogyakarta
Tim Penginderaan Jauh., 2014. Modul Praktikum Penginderaan Jauh (DPJP 108).
Yogyakarta: Sekolah vokasi Fakultas Geografi UGM.

Van Zuidam, R. A. 1993. Terrain Analysis and Classification Using Aerial Photographs : A
Geomorphological Approach. Vol. 7. Part 6. International Institute for Aerial Survey
and Eart Sciences : ITC

Praktikum Penginderaan Jauh Dasar Tahun 2017 (Universitas PGRI Palembang ) 41


LAMPIRAN
LAMPIRAN ACARA 1

Contoh tekstur (versi 1)

HALUS SEDANG AGAK HALUS AGAK HALUS

AGAK KASAR SEDANG SEDANG KASAR

TUGAS : DEFINISIKAN TEKSTUR DI BAWAH INI!


Contoh Pola versi 1

1. Teratur, bintik-bintik 2. Teratur, bergaris horizontal 3. Teratur, bergaris tipis rapat


putus-putus diagonal

Tugas : Definisikan pola versi 2 ini


Latihan Pendefinisian rona/warna, tekstur, dan pola sekaligus (1)
Latihan Pendefinisian rona/warna, tekstur, dan pola sekaligus (1)
442000.000000 445000.000000 448000.000000 451000.000000 454000.000000
9260000.000000

9260000.000000
CITRA SATELIT ALOS
SEBAGIAN KABUPATEN DEMAK
TAHUN 2013
9255000.000000

9255000.000000
9250000.000000

9250000.000000
9245000.000000

9245000.000000
9240000.000000

9240000.000000

SKALA 1 : 100.000

442000.000000 445000.000000 448000.000000 451000.000000 454000.000000


439000.000000 442000.000000 445000.000000
9240000.000000

9240000.000000
CITRA SATELIT ALOS
SEBAGIAN KABUPATEN DEMAK
TAHUN 2013
9235000.000000

9235000.000000
9230000.000000

9230000.000000

SKALA 1 : 60.000

439000.000000 442000.000000 445000.000000


436000.000000 439000.000000 442000.000000 445000.000000 448000.000000 451000.000000

CITRA SATELIT ALOS


9245000.000000

9245000.000000
SEBAGIAN KABUPATEN DEMAK
TAHUN 2013
9240000.000000

9240000.000000
9235000.000000

9235000.000000
9230000.000000

9230000.000000
9225000.000000

9225000.000000

SKALA 1 : 100.000

436000.000000 439000.000000 442000.000000 445000.000000 448000.000000 451000.000000


Nn'OOII'l\Pfon:JuliC$ end
SQ.",,' Adrnno"mIC)l1 Advanced Spaceborne Thermal Emission
GoddInI ~ Right c.n.., and Reflection Radiometer (ASTER)
Jot Propul$Jon laboratory
CITRA LANDSAT TM SEBAGIAN KOTA PALEMBANG
TAHUN 1997
SKALA 1 : 125.000
90.000000 150.000000 210.000000 270.000000 330.000000 390.000000
-20.000000

-20.000000
-100.000000

-100.000000
-180.000000

-180.000000
-260.000000

-260.000000
-340.000000

-340.000000
-420.000000

-420.000000

90.000000 150.000000 210.000000 270.000000 330.000000 390.000000


11122407GMT
CITRA QUICKBIRD SEBAGIAN KOTA YOGYAKARTA
TAHUN 2010
SKALA 1 : 7.000
431400.000000 431600.000000 431800.000000 432000.000000 432200.000000 432400.000000
9139250.000000

9139250.000000
9139000.000000

9139000.000000
9138750.000000

9138750.000000
9138500.000000

9138500.000000
9138250.000000

9138250.000000
9138000.000000

9138000.000000

431400.000000 431600.000000 431800.000000 432000.000000 432200.000000 432400.000000

Anda mungkin juga menyukai