LAPORAN KEMAJUAN
TAHUN 2021
Peneliti
Prof. Dr. Nengah Suparta, M.Si Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd
NIP. 196507111990031003 NIP. 196205151988031005
Menyetujui,
Ketua LP2M Undiksha
i
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................................iv
ABSTRAK................................................................................................................................................v
BAB I........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................1
1.2 Tujuan Umum dan Khusus Penelitian.............................................................................................3
1.3. Rencana Capaian Tahunan.........................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................................5
2.1. Roadmap Penelitian....................................................................................................................5
2.2. Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal dan Berpikir Tinggi melalui
Pembelajaran IPA di SMP................................................................................................................6
BAB III...................................................................................................................................................10
METODE PENELITIAN......................................................................................................................10
3.1. Desain Penelitian........................................................................................................................10
3.2. Variabel, Instrumen, dan Teknik Analisis Data......................................................................11
BAB IV...................................................................................................................................................12
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................................................................12
BAB V.....................................................................................................................................................23
PENUTUP..............................................................................................................................................23
5.1 Simpulan.......................................................................................................................................23
5.2. Saran............................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................24
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
ABSTRAK
Pengembangan karakter (character building) serta peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
dalam proses pembelajaran IPA di kelas merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan dalam
mempersiapkan peserta didik sebagai generasi penerus warga masyarakat dan Negara. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji efektivitas model pembelajaran IPA SMP bermuatan sains asli (indigenous
science) untuk mengembangkan karakter berbasis kearifan lokal dan kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tahun kedua (2021) dari penelitian pengembangan model
pembelajaran IPA SMP yang valid, praktis, dan efektif bermuatan Sains Asli yang dilakukan selama 2
tahun (2020-2022). Penelitian ini difokuskan pada uji coba model pembelajaran beserta perangkatnya
secara terbatas dan revisi perangkat. Uji coba terbatas melibatkan 3 sekolah (1 SMP di Desa, 1 SMP di
antara kota dan desa, dan 1 SMP di kota) yang tersebar di wilayah Bali. Dari hasil analisis data
penelitian ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa antara yang belajar dengan model pembelajaran IPA bermuatan sains asli dengan belajar secara
konvensional. Di samping itu penerapan model IPA bermuatan sains asli juga memberikan dapat yang
positif pada pengembangan karakter siswa yang berbasis kearifan lokal dimana karakter siswa yang
belajar dengan model IPA bermuatan sains asli terevaluasi pada kriteria baik sedangkan siswa
pada kelas kontrol yang belajar dengan model pembelajaran konvensional berkategori cukup.
Kata kunci : sains asli, karakter berbasis kearifan lokal, kemampuan berpikir tingkat tinggi
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
masalah kehidupan kesehariannya (Suastra, 2005). Namun, dalam kenyataannya etnoscience
kurang mendapat perhatian dalam konteks pembelajaran di sekolah. Hal ini sesuai dengan
temuan Suastra (2006) yang mengatakan bahwa rendahnya mutu pendidikan sains di
Indonesia disebabkan karena kurang diperhatikannya budaya lokal (sains aslinya). Budaya
lokal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dapat berupa artefak, pengetahuan asli
masyarakat, sikap dan perilaku, keyakinan dalam keagamaan/spiritual masyarakat Bali yang
sesuai dengan tema/topik/kompetensi pembelajaran IPA di sekolah khususnya di SMP.
Baker, et al (1995) menyatakan bahwa jika pembelajaran sains di sekolah tidak
memperhatikan budaya lokal anak, maka konsekuansinya siswa akan “menolak” sebagian
konsep-konsep sains yang dipelajarinya. Hasil penelitian Suastra, dkk (2020a) menemukan
bahwa terdapat 8 aspek karakter berbasis kearifan local Bali yang meliputi: religious, berkata
benar dan berbuat jujur, toleransi/tat twam asi, tanggung jawab (sesana/swadharma), rasa ingin
tahu, Jengah, suka bekerja keras dan dermawan, peduli pada lingkungan sosial budaya dan
alamiah. Di samping itu, ditemukan model konseptual pembelajaran bermuatan sains asli yang
mampu mengembangkan karakter berbasis kearifan local dan keterampilan berpikir tingkat
tinggi siswa di SMP dalam pembelajaran IPA dengan langkah-langkah berikut: (1) Orientasi
awal, (2) eksplorasi pengetahuan awal siswa, (3) penyelidikan dari berbagai perspektif (ilmiah,
sosial-budaya, sejarah), (4) elaborasi, dan (5) konfirmasi dan penguatan.
Penelitian pengembangan yang diusulkan ini menunjang pencapaian Visi dan Misi
serta target-target indikator Renstra LPPM Undiksha Tahun 2017-2021. Visi LPPM
Undiksha adalah Menjadi Pusat Pengembangan dan Penerapan IPTEK yang Unggul dan
Berkarakter. Misinya yang dapat didukung adalah (1) s.d (5) yaitu: (1) mengembangkan
penelitian berorientasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara global
dengan berlandasrkan pada budaya lokal, (2) meningkatkan kualitas penelitian untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, (3) meningkatkan relevansi penelitian untuk memenuhi
kebutuhan dunia usaha dan industri serta masyarakat, (4) mengembangkan penelitian
unggulan untuk meningkatkan peran Undiksha kepada masyarakat dan publikasi
internasional, dan (5) meningkatkan perolehan HKI. Dengan demikian, maka tujuan
penelitian ini adalah menghasilkan model pembelajaran IPA bermuatan sains asli yang
valid, praktis, dan efektif untuk meningkatkan karakter berbasis kearifan lokal dan berpikir
tingkat tinggi siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian tahun ke dua (tahun 2021)
2
ini merupakan kegiatan yang sangat penting dilaksanakan untuk menemukan efektivitas
model dalam upaya mengembangkan karakter berbasis budaya local dan berpikir tingkat
tinggi siswa yang telah dirancang pada tahun 1 (2020).
3
Intelektual Paten
sederhana
Hak Cipta V Draf Terdaftar Sudah
dilak-
sanakan
Dll
6 Teknologi tepat guna
7 Model/Purwarupa/Des V Draf Draf Sudah
ain/Karya dilaksank
Seni/Rekayasa Sosial an
8 Buku Ajar (ISBN) Pembelajaran V Draf Uji coba Sudah
IPA terbit ber-
Bermuatan ISBN
Sains Asli
SMP
9 Buku Referensi Pembelajaran V Draf Dalam Sudah
Sains proses terbit ber-
Berbasis editing ISBN
Budaya
Lokal
10 Tingkat Kesiapan 6 6 6 7
Teknologi (TKT)
TS = Tahun Sekarang (Tahun Pertama Penelitian)
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.2. Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal dan Berpikir Tinggi melalui
Pembelajaran IPA di SMP
6
demikian, karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpatri dalam diri dan
terejawantahkan dalam perilaku. Secara universal karakter dirumuskan sebagai nilai hidup
bersama berdasarkan atas pilar: kedamaian (peace), menghargai (respect), kerja sama
(cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan (happiness), kejujuran (honesty),
kerendahan hati (humility), kasih sayang (love), tanggung jawab (responsibility),
kesederhanaan (simplicity), toleransi (tolerance), dan persatuan (unity) (Samani &
Hariyanto, 2011).
Kearifan lokal didefinisikan sebagai kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg
dalam suatu daerah (Gobyah, 2003). Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom dapat
dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk
bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang
tertentu. Suastra,dkk (2017) mengidentifikasi ada 10 karakter yang dapat dikembangkan
dalam pembelajaran fisika di SMA yang meliputi: religius, berkata benar dan berbuat jujur,
toleransi, disiplin/taat aturan, tanggung jawab (sesana/swadharma), rasa ingin tahu, jengah,
suka bekerja keras dan dermawan, peduli dan bersahabat dengan alam, dan merefleksi diri
(mulat sarira). Lebih lanjut Suastra, dkk (2017) menyarankan pembelajaran berbasis budaya
lokal dapat mengembangkan karakter berbasis kearifan lokal.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diterjemahkan dari Higher Order
Thinking Skills (HOTS) adalah kegiatan berpikir yang melibatkan level kognitif hirarki
tinggi dari taksonomi berpikir Bloom. Secara hirarkikal taksonomi Bloom terdiri dari enam
level, yaitu knowledge, comprehension, application, analysis, synthesis dan evaluation
(consider evidence to support conclusions). Anderson, L., and Krathwohl, D. (2001)
merevisi level taxonomi ini menjadi remembering, understanding, applying, analysing,
evaluating, and creating. Hasil revisi dari Anderson and Krathwohl ini sangat mudah
diterima oleh banyak saintisi dan praktisi sehingga keberadaannnya selalu menjadi rujukan
dari perkembangan teori pembelajaran. Dalam perkembangannya remembering,
understanding, applying dikategorikan dalam recalling dan processing, sedangkan
analysing dan evaluating dikategorikan dalam critical thinking dan yang terakhir creating
dikategorikan dalam creative thinking.
Liliasari (2000) mengemukakan berpikir dianggap sebagai suatu proses kognitif dan
aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Keterampilan berpikir selalu berkembang
7
dan dapat di pelajari. Menurutnya, keterampilan berpikir dibedakan menjadi keterampilan
berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks. Dalam hal ini proses dasar berpikir
adalah menemukan hubungan, menghubungkan sebab akibat, mentransformasi,
mengklasifikasi, dan memberikan kualifikasi. Proses berpikir kompleks dikenal sebagai
proses berpikir tingkat tinggi. Proses berpikir kompleks (berpikir tingkat tinggi) ini
dibedakan menjadi empat kelompok yaitu pemecahan masalah, pembuatan keputusan,
berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Johnson (2002) dan Krulik and Rudnick (1996)
menyatakan berpikir tingkat tinggi dibedakan menjadi berpikir kreatif dan berpikir kritis.
Berpikir kreatif, menggunakan dasar proses berpikir untuk mengembangkan atau
menemukan ide atau hasil yang asli (orisinil), estetis, konstruktif yang berhubungan dengan
pandangan, konsep, dan menekankan pada aspek berpikir intuitif dan rasional khususnya
dalam menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkan atau menjelaskannya dengan
perspektif asli pemikir. Berpikir kritis adalah proses terorganisasi yang melibatkan
aktivitas mental seperti dalam memecahkan masalah (problem solving), pengambilan
keputusan (decision making), analisis asumsi (analyzing asumption), dan inkuiri sains
(scientific inquiry). Suastra, dkk (2020b) menemukan secara konseptual bahwa terdapat lima
tahapan pembelajaran sains/IPA untuk mengembangkan karakter berbasis budaya lokal
meliputi: (a) eksplorasi pengetahuan awal siswa, (b) inkuiri/penyelidikan dari berbagai perspektif
(ilmiah, sosial-budaya, sejarah), (d) elaborasi, dan (e) konfirmasi dan penguatan. Alur
pembelajaran fisika selanjutnya diperlihatkan sebagaimana tampak pada Gambar.2.1 berikut.
KEGIATAN AWAL
ELABORASI
KEGIATAN PENUTUP
9
Dengan demikian, model pembelajaran bermuatan sains asli akan dapat diduga mampu
mengembangkan karakter berbasis kearifan lokal dan berpikir tingkat tinggi siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
TAHUN II (2021)
TAHUN II (2022)
Variabel penelitian ini adalah variabel bebas yaitu model pembelajaran bermuatan sains asli
dan model pembelajaran konvensional, sedangkan variabel terikatnya adalah karakter berbasis
kearifan lokal, kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa (berpikir kritis, berpikir kreatif, dan
problem solving). Instrumen penelitian ini adalah kuesioner karakter, tes kemampuan pemecahan
masalah, berpikir kritis, tes berpikir kreatif, beserta rubrik penilaiannya. Tes pemecahan masalah,
berpikir kritis, dan kreativitas diuji validitas dan reliabilitasnya minimal validitas dan
reliabilitasnya tinggi. Data dianalisis secara deskriptif dan uji hipotesis tahun II dilakukan
dengan uji Manova pada taraf signifikansi 5%.
11
BAB IV
Hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian ini berhubungan
dengan tujuan dan data yang telah dikumpulkan. Adapun hasil dari studi yang telah dilakukan
yaitu: nilai test kemampuan berpikir tingkat tinggi serta hasil pengisian kuesioner karakter
berbasis kearifan lokal siswa antara yang belajar dengan model pembelajaran IPA bermuatan
sains asli dengan belajar secara konvensional.
Hasil test kemampuan berpikir tingkat tinggi dikemas dalam bentuk pilihan ganda dan
diberikan di akhir penerapan model pembelajaran yang diberikan pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Setelah dilakukan pelaksanaan test kepada peserta, hasil diolah menggunakan
statistik dekriptif. Data dari hasil test kemampuan berpikir tingkat tinggi ini juga dianalisis untuk
mengetahui normalitas dan kesamaan varians serta dilanjutkan dengan analisis dengan
menggunakan uji perbandingan dipasangkan untuk menentukan perbedaan kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa antara yang belajar dengan model pembelajaran IPA bermuatan sains asli
dengan belajar secara konvensional. Nilai rata-rata diperlihatkan pada Tabel 2
Dari tabel 1 di atas terlihat bahwa nilai rata-rata test kemampuan berpikir tingkat tinggi
pada kelompok kontrol untuk tiap sekolah masing-masing bernilai 43, 49, dan 49 yang mana
nilai rata-rata ini berada pada kategori rendah. Di sisi lain siswa pada kelas eksperimen yang
belajar dengan menggunakan model pembelajaran IPA bermuatan sains asli mendapatkan nilai
12
rata-rata masing-masing sebesar 50, 60, dan 58 yang berada pada kategori cukup. Dari hasil ini
terlihat bahwa siswa pada kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata test sekitar 20% lebih tinggi
dari siswa pada kelompok kontrol.
Hasil uji normalitas dan homogenitas dari masing-masing kelompok data untuk tiang
sekolah di tampilkan pada tabel 3 berikut ini.
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Sekolah Kelompok
Statistic df Sig.
SMP N 1 Singaraja Eksperimen .872 25 .005
Kontrol .933 25 .102
SMP N 4 Singaraja Eksperimen .910 25 .030
Kontrol .905 25 .024
SMP N 1 Banjar Eksperimen .929 22 .118
Kontrol .958 22 .444
Dari tabel uji normalitas di atas didapatkan bahwa nilai sig. dari data hasil test pada
kelompok ekseperimen di SMP N 1 Singaraja memiliki nilai yang lebih kecil dari taraf nyata α =
0,05 (0.005 < 0.05) yang berarti bahwa data tidak berdistribusi normal, sedangkan hasil test pada
kelompok kontrol di SMP N 1 Singaraja memiliki nilai yang lebih besar dari taraf nyata α =
0,05 yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Di sisi lain, nilai sig. dari hasil test di SMP 4
Singaraja pada kedua kelompok penelitian lebih kecil dari nilai taraf nyata sehingga data hasil
test tidak terdistribusi secara normal. Sedangkan nilai signifikansi dari hasil test di SMP N 1
Banjar masing-masing 0,118 dan 0,444 untuk kelompok kontrol dan eksperimen. Untuk nilai
taraf nyata α = 0,05 berarti nilai sig. lebih besar dari nilai taraf nyata, sehingga data hasil test di
SMP N 1 Banjar terdistribusi secara normal.
13
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Based on Median .216 1 48 .645
Based on Median and .216 1 47.307 .645
with adjusted df
Based on trimmed mean .357 1 48 .553
Nilai Test SMPN 4 Singaraja Based on Mean .335 1 48 .565
Dari tabel uji homogenitas, nilai sig. semua kelompok untuk tiap-tiap sekolah memiliki
nilai di atas taraf nyata α = 0,05 yang berarti bahwa kelompok data yaitu hasil test pada
kelompok kontrol dan eksperimen untuk tiap sekolah mempunyai variansi yang sama.
Dari uji normalitas dan uji homogenitas terlihat bahwa hanya kelompok data hasil test
kemampuan tingkat tinggi pada siswa SMP N 1 Banjar yang terdistribusi secara normal dan
mempunyai variansi yang sama. Sedangkan kelompok data yang didapatkan dari hasil test di
SMP N 1 Singaraja dan SMP 4 Singaraja mempunyai varians yang sama, akan tetapi salah satu
kelompok data di SMP N 1 Singaraja tidak berdistribusi normal dan di SMP N 4 singajara kedua
kelompok data tidak berdistribusi normal. Ini berarti uji perbedaan kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa antara yang belajar dengan model pembelajaran IPA bermuatan sains asli dengan
belajar secara konvensional di SMP N 1 Banjar akan menggunakan statistik parametrik (Uji
ANOVA) sedangkan uji perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa antara yang belajar
dengan model pembelajaran IPA bermuatan sains asli dengan belajar secara konvensional di
SMP N 1 Singraja dan SMP N 4 Singaraja menggunakan statistik non parametrik yaitu uji
perbandingan dipasangkan Wilcoxon. Hasil uji perbedaan kelompok data untuk tiap sekolah
dapat dilihat pada tabel berikut
14
Tabel 5 Test Uji Wilcoxon SMP N 4 Singaraja
Test Statisticsa
Kelas Eksperimen SMP N 1 Singaraja
- Kelas Kontrol SMP N 1 Singaraja
Z -2.081b
Asymp. Sig. (2-tailed) .037
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Test Statisticsa
Kelas Eksperimen SMP N 4 Singaraja -
Kelas Kontrol SMP N 4 Singaraja
Z -2.643b
Asymp. Sig. (2-tailed) .008
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
ANOVA
Nilai Test SMPN 1 Banjar
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 752.818 1 752.818 5.798 .021
Within Groups 5453.727 42 129.851
Total 6206.545 43
Berdasarkan test output pada tabel 5 dan 6, di ketahui nilai Asymp. Sig bernilai 0.008 dan
0.037 yang lebih kecil dari taraf nyata α = 0,05, maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa
hipotesis Ho yang menyatakan tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa antara yang belajar dengan model pembelajaran IPA bermuatan sains asli dengan belajar
secara konvensional di tolak. Atau dengan kata lain terdapat perbedaan kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa antara yang belajar dengan model pembelajaran IPA bermuatan sains asli
dengan belajar secara konvensional di SMP N 1 dan 4 Singaraja. Pada tabel 7 terlihat hasil uji
ANOVA juga dapat disimpulkan abhwa hipotesis Ho yang menyatakan tidak terdapat perbedaan
15
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa antara yang belajar dengan model pembelajaran IPA
bermuatan sains asli dengan belajar secara konvensional di tolak (F = 5.798, sig. value > 0.05).
Data karakter berbasis kearifan lokal pada siswa dalam penelitian ini dikumpulkan
dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini berupa 30 butir pernyataan yang harus direspon,
terdiri dari 21 butir pernyataan positif dan sembilan butir pernyataan negatif. Keseluruhan butir
pernyataan kuesioner ini mewakili sebanyak delapan aspek karakter berbasis kearifan lokal
meliputi (1) religius, (2) berkata benar dan berbuat jujur (tri kaya parisudha), (3) toleransi (tat
twam asi, menyama braya), (4) tanggung jawab (sesana/swadharma), (5) rasa ingin tahu (sekadi
nyampat hilang luhu buke katah), (6) jengah, (7) suka bekerja keras dan dermawan serta (8)
peduli dan bersahabat dengan alam (sekadi manik ring cacupu). Gambaran lengkap instrumen
kuesioner karakter berbasis kearifan lokal disajikan dalam kisi-kisi instrumen pada tabel 8
berikut.
4 Negatif
Terbuka dalam
mengungkapkan kesulitan 5 Positif
belajarnya baik kepada teman
maupun guru 6 Negatif
16
3 TOLERANSI (TATTWAM ASI, Tidak membedakan suku, 7 Positif
MENYAMA BRAYA) ras, agama dalam
Sikap persaudaraan tanpa mengerjakan tugas-tugas
membedakan agama, suku, sekolah
etnis, sosial ekonomi, dan jenis
kelamin Mau menerima pendapat 8 Positif
yang berbeda dari teman
lainnya bila diyakininya benar
13 Positif
Selalu membaca buku-buku
5 RASA INGIN TAHU (SEKADI IPA, teknologi, dan budaya 14 Positif
NYAMPAT (MENYAPU),
HILANG LUHU BUKE KATAH) 15 Positif
Bertanya,mendiskusikan, dan
ingin menyelidiki/mengetahui Selalu ingin mencoba 16 Positif
berbagai peristiwa yang ada di melakukan penyelidikan
alam terkait fenomena alam yang
berhubungan dengan
pelajaran IPA
17 Positif
Selalu ingin mencari tahu
jawaban lain dari 18 Negatif
permasalahan IPA yang
dipecahkannya
17
7 SUKA BEKERJA KERAS DAN Tekun mengikuti 22 Positif
DERMAWAN pembelajaran untuk
Melakukan pekerjaan sampai memperoleh hasil yang 23 Positif
memperoleh hasil yang memuaskan
memuaskan dan bermanfaat bagi
diri dan orang lain Suka menolong atau 24 Positif
Atharwaveda XX.18.3 membantu teman yang
Atharwaveda III.24.5 memerlukan bantuan
18
Penguasaan/Interna-lisasi Instrumen (Skor berdasarkan Karakter
Karakter Maks 150) Konversi Berbasis
Kearifan Lokal
19
Tabel 10 Profil karakter berbasis kearifan lokal pada siswa secara keseluruhan
Keterangan:
N real : Jumlah siswa keseluruhan
Missing : Jumlah siswa yang tidak mengisi kuesioner
N : Jumlah siswa yang mengisi kuesioner
Secara deskriptif, gambaran karakter berbasis kearifan lokal yang ditunjukkan oleh kedua
kelompok seusai mengisi kuesioner dan melalui proses pembelajaran ternyata sama-sama berada
pada kriteria cukup. Walaupun demikian dari segi angka, menunjukkan perbedaan tipis pada
kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pada kolom standar deviasi juga menunjukkan bahwa
tingkat variasi dalam kelompok baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol
itu tidak jauh berbeda.
Tabel 11 Profil karakter berbasis kearifan lokal pada siswa pada tiap sekolah
20
Standar
deviasi 7,38 7,83 7,81 8,26 6,45 7,58
N real 36 35 33 33 31 33
Missing 6 9 5 0 0 0
N 30 26 28 33 31 33
Dibandingkan profil karakter siswa secara keseluruhan, seperti yang dijelaskan pada
bagian sebelumnya, profil karakter siswa tiap sekolah ini menunjukkan hasil yang lebih spesifik.
Kelompok eksperimen maupun kelompok pada SMP N 1 Banjar secara deskriptif tidak
menunjukkan perbedaan, karena kedua kelompok tersebut terevaluasi pada kriteria yang sama-
sama cukup. Perbedaan kriteria karakter kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol ini
terlihat pada siswa di SMP N 1 Singaraja dan SMP N 4 Singaraja. Siswa kelompok eksperimen
di SMP Negeri 1 Singaraja terevaluasi lebih baik secara deskriptif dibandingkan siswa kelompok
kontrol, di mana pada kelas eksperimen, karakter siswa terevaluasi pada kriteria baik. Sedangkan
pada kelompok kontrol masih pada kriteria cukup bahkan juga disertai dengan nilai standar
deviasi (8,26) lebih besar dibanding kelas eksperimen (7,81). Ini menunjukkan variasi dalam
kelompok pada kelompok kontrol cenderung melebar dibandingkan kelompok eksperimen.
Kondisi yang sama juga terjadi pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol pada
siswa di SMP N 1 Banjar. Bahkan pada kelompok eksperimen memiliki data standar deviasi
yang paling kecil (6,45) dibandingkan kelompok pada sekolah lainnya, di mana hal ini
menunjukkan variasi antar siswa dalam kelompok yang cenderung lebih homogen.
21
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran IPA SMP bermuatan sains asli (indigenous science) mampu secara efektif
mengembangkan karakter berbasis kearifan lokal dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
Jika dilihat dari kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, terlihat bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan dari hasil test kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa antara antara yang belajar
dengan model pembelajaran IPA bermuatan sains asli dengan belajar secara konvensional. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa siswa pada kelas eksperimen yang belajar menggunakan
model pembelajaran IPA bermuatan sains asli memiliki nilai rata-rata test sekitar 20% lebih
tinggi dari siswa pada kelompok kontrol. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penerapan
model IPA bermuatan sains asli juga memberikan dapat yang positif pada pengembangan karakter siswa
yang berbasis kearifan lokal dimana karakter siswa yang belajar dengan model IPA bermuatan sains
asli terevaluasi pada kriteria baik sedangkan siswa pada kelas kontrol yang belajar dengan model
pembelajaran konvensional berkategori cukup.
22
5.2. Saran
Perlu dilakukan kajian dan penelitian lanjutan untuk dapat mengetahui dampak dari
model yang dikembangkan terutama dalam mengembangkan karakter berbasis kearifan lokal dan
berpikir tingkat tinggi siswa pada skala penelitian yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Abu, L.et al. (2015). How to Develop Character Education of Madrassa Students in Indonesia.
Journal of Education and Learning. Vol.9(1), pp.79-86.
Aisah, A.R. (2014). The Implementation of Character Education Through Contextual Teaching
and Learning at Personality Development Unit in The Sriwijaya University Palembang.
International Journal of Education and Reserach. Vol.2 No.10, Oktober 2014.
Aktamis, H. (2012). Develoving Scientific Creativity Tes. Journal of Educationnal Research,
6(2), 89-97.
Alferi,L, Brooks,P.J,& Aldrich,N.J. (2013). Does Discovery-based Instruction Enhance
Learning? Journal of Educational Psychology, 103(1), 1-18.
Anderson,L.W.& Krathwohl,V. (2012). A Taxonomy of Learning, Teaching, and Asssesing: A
Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. Longman.
Arnyana,I.B.P. (2005). Pengembangan Model Belajar Berbasis Masalah dan Kooperatif Terhadap
Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Disertasi. Tidak
Dipublikasikan.
Arnyana,I.B.P. dkk (2009). Analisis Profil Mutu Pendidikan Dasar dan Menngah di Provinsi
Bali. Laporan Penelitian. Tidak Dipublikasikan.
Arnyana, I,B.P. (2011). Implementasi Model Siklus belajar Berbantuan Buku Ajar untuk
Meningkatkan Kualitas Perkuliahan. Laporan Penelitian DIPA Undiksha. Tidak
Dipublikasikan.
Arnyana, I,B.P.dkk (2012). Upaya Meningkatkan Kualitas Perkuliahan dan Hasil Belajar
23
Matakuliah Ekologi Tumbuhan melalui Penerapan Model PBL Berbantuan Buku Ajar
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi. Laporan Penelitian DIPA Undiksha.
Arnyana, I,B. dan Suastra, I,W. (2013) Model Pembelajaran MIPA Berbasis Budaya Lokal
untuk Meningkatkan Berpikir Kritis dan Karakter Bangsa. Proceeding Seminar
Nasional 3 FMIPA Undiksha, 30 Nopember 2013.
Arnyana, I,B.P. dkk (2016). Pengembangan Instrumen Asesmen Pendidikan Karakter Untuk
Siswa Sekolah Menengah Pertama. Laporan Penelitian DIPA Undiksha.
Balanay, C.A.S. (2013). Asessment on Students’ Science Process Skill: A Studetn Centered
Approach. International Journal of Biology Education., 3(1), 45-55.
Baker et al (1995). The Effect of Culture on the Learning of Science in non-WesternCountries:
The Results of a Integrated Research Review. International Journal Science Education.
Vol.17.
Borg,W.R & Gall,M.D (1989). Educational Research. New York: Longman.
Collette, A.T & Chiappetta,E.L. (1994). Science Instruction in the Midle & Secondary School.
New York: Maxwell Macmillan International.
Costa,A.L. (1985). Goal for Critical Thinking Curriculum dalam Costa,A.L (ed). Develoving
Minds. A Resource Book for Teaching Thinking. ASCD. Virginia: Alaxandria.
Edwards, M.C., and Briers, G.E.(2000). Higher-Order and Lower-Order Thinking Skill
Achievement in Secondary-Level Animal Science: Does Block Scheduling Pattern
Influence End-OF-Course Learner Performance. Journal of Agricultural Education.
41(4). P 2-14.
Enis, R.H. (1985). Goals for A Critical Thiking Curriculum. Costa, A.L. (Ed). Developing Minds
A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandra, Virginia: Assosiation for
Supervisions and Curriculum Development (ASCD). p.54-57.
Enis, R.H. (1993). Critical Thinking Assessment. Theory Into Practice. 32(3) Summer 1993.
179-186.
Enger, S. R., & Yager, R. E. (2000). Assesing student understanding in science: A standards-
based K-12 handbook. California: Corwin Press, INC.
Gabel, D.L., (1994). Handbook of Research on Science Teaching and Learning. New York:
Macmillan College Publishing Company.
Garcia, G.E., Pearson, P.D., (1994). Asssessmen and Diversity. In Review of Research in
Education, 20 : 337 – 391.
Gagne, R.M. 1980. Learnabel Aspects of Human Thinking. In: Lawson, A. E. (Ed) . Science
Education Information Report. USA: The Eric Science, Mathematics and Environmental
Education Clearing House . p. 1-28.
Geertz, C. (1992) Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius Press.
Gobyah, I. Ketut (2003) Berpijak pada Kearifan Lokal.www.balipos.co.id.
http://www.ngsp.com/Portals/0/downloads/SCL22-0449A_AM_Bell.pdf
Gronlund,N.E. (1988). How to Construct Achievement Test. Englewood Cliffs,NJ: Prentice Hall.
Hammer,D. (1997). Discovery Learning and Discovery Teaching. Journal Cognition and
Instruction, 15(4), 485-529.
Hohenberg, P.C. (2016). What is Science? Journal on Science Education, 2(5), 45-52.
Hurst, R. W. 1996. Facilitating Successful Prediction Problem Solving in Biology through
Application of Skill Theory. Journal of Research in Science Teaching. 33(5) p. 541-552.
Johnson, E. B. (2002). Contextual Teaching and Learning. Califorenia: Corwin Press, Inc.
24
Irzik,G. (2001). Universalism, Multiculturalism, and Science Education. Science
Education. 85(1). 77-79.
Kipnis,W.B, Silvia,P.J. (2007). Discovery in Science and in Science Education. Journal Science
and Education. 16, 883-920.
Koesoema A. D. (2009). Pendidikan Karakter di Zaman Keblinger Mengembangkan Visi Guru
sebagai Pelaku Perubahan dan Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Kompas, (2018). Guru Bergerak untuk Memacu Daya Nalar. Opini Pendidikan dan Kebudayaan,
Kompas Senin, 14 Mei 2018.
Konberg, J.K. and Griffin, M. S. (2000). Analysis Problem--- A Means to Developing Student’
Critical-Thinking Skills: Pushing the Boundaries of Higher-Oder Thinking. Journal
College Science Teacher (JCST). 24(5). p. 348-352.
Kusniati,M. 2012. Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan IPA. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia (JPII) 1(2), 204-210.
Kusniati,M. 2014. Model Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan Lokal dalam Menumbuhkan
Karakter Konservasi. Indonesian Journal of Conservation. 3(1), 67-74.
Krulik, S. and Rudnik, J. A. (1996). The New Source Book Teaching Reasioning and Problem
Solving in Junior and Senior Hig School. Massachusets: Allyn & Bacon.
Lawson, A. E. (2000a). The Generality of Hypotetico-Deductive Reasonin: Making Scientific
Thinking Explicit. The American Biology Teacher. 62(7) September 2000. p. 482-495.
Lickona (1999). Character Education: Seven Crusial Issue. Action in Teacher Education.
20(4):77-84.
Liliasari. (2000). Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual
Tingkat Tinggi Calon Guru IPA. Proseding Seminar Nasional 23 Pebruari 2000.
Malang: Dirjen Dikti Depdiknas – JICA-IMSTEP. hal. 135-140.
Liliasari. (2001). Model Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi Calon Guru Sebagai Kecenderungan Baru pada Era Globalisasi. Jurnal
Pengajaran MIPA. 2(1). Juni 2001. hal. 55-66.
Lopes,J.Oliveira,C.Reed,L & Gable,R.A.(2013). Character Education in Portugal. Chilhood
Education. 89(5):286-289.
Marzano, R.J., Pickering, D., McTighe, J. (1993). Assessing Student Outcomes Performance
Assessment Using the Dimensions of Learning Model. Virginia: : Association for
Supervision and Curriculum Development.
Matthews, Michael R. (2015) The nature of Science and Science Teaching. Tersedia pada
http://faculty.ed.uiuc.edu/m-osbor/507SE06/matthews.pdf. Didownloud, 2-11-2015.
Munandar, S. C. U. (1999). Kreativitas dan keberbakatan: Strategi mewujudkan potensi kreatif
dan bakat. Jakarta: PT Gramedia.
National Research Council,. (1996). National Science Education Standard. Washington:
National Academy Press.
Opara, J. A. (2011). Inquiry method and student academic achievement in biology: Lessons and
policy implications. American-Eurasian Journal of Scientific Research. 6(1): 28-31.
Tersedia pada http://www.idosi.org/aejsr/6%281% 2911/5.pdf. Diakses tanggal 21
September 2011.
Okasha,S, (2002). Philosophy of Science. Oxford University Press. New York.
Parwati,W. N.K.Suarni, I.W. Suastra, P.B.Adnyana (2019). The effect of project based learning
and authentic assessment on students’ natural science learning outcome by controlling
25
critical thinking skill. Journal of Physics: Conf.Series: 1318 (2019) 012096. IOP
Publishing. doi:10.1088/1742-6596/1318/1/012096. Terindeks Scopus.
Popham, W.J., (1995). Classroom Assessment What Teacher Need to Know. Boston: Allyn &
Bacon.
Rindell, A. J. A. (1999). Applying Inquiry-Based and Cooperative Group Learning Strategies to
promote Critical Thinking. Journal of College Science Teaching (JCST) 28(3). p. 203-
207.
Stiggins, R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York: Prentice Hall.
Samani, M & Hariyanto. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Pt. Remaja
Rosdakarya.
Suastra, I.W., N.K.Suarni, K.S.Dharma. (2019). The effect of Problem Based Learning (PBL)
model on elementary school students’ science higher order thinking skill and learning
autonomy. Journal of Physics: Conf. Series 1318 (2019) 012084. IOP Publishing
doi:10.1088/1742-6596/1318/1/012084.Terindeks Scopus.
Suastra, I.W. P.B.Adnyana, N.Kanca (2019). The effectiveness of Problem Based Learning -
physics module with authentic assessment for enhancing senior high school students’
physics problem solving ability and critical thinking ability. Journal of Physics:
Conf.Series. 1171 (2019) 012027. IOP Publishing doi:10.1088/1742-
6596/1171/1/012027. Terindeks Scopus.
Suastra,I.W, Ristiati, B Jatmiko, L.P.B.Yasmini (2017) Develoving Characters Based on
Local Wisdom of Bali in Theaching Physics in Senior High School. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia (JPII) No. 6 (2) p. 306-312 Terindeks Scopus. DOI:
10.15294/jpii.v6i2.10681
Suastra,I.W. (2017). Balinese Local Wisdom and their Implications in Science Education at
School. International Research Journal of Management, IT & Social Sciences (IRJMIS).
4(2), 42-50.
Suastra, I.W. (2013). Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja: Undiksha Press.
Suastra,I.W.(2010). Model Pembelajaran Berbasis Budaya sebagai Upaya Pengembangan
Kompetensi Sains dan Nilai-nilai Kearifan Lokal Bali. JPP. Jilid 43 No. 1, April 2010.
Suastra,I.W. (2012). Model Konseptual untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif di
SD. Jurnal IKA. Vol.10.No.1, Maret 2012.
Suastra, I.W. (2012). Model Pembelajaran Fisika untuk Mengembangkan Kreativitas Berpikir
dan Karakter Bangsa Berbasis Kearifan Lokal. Makalah disajikan pada Konvensi
Nasional Pendidikan (Konaspi) 7. Yogyakarta, 31 Oktober s.d 3 Nopember 2012.
Suastra,I.W & Ristiati, N,P. (2016). Pengembangan Perangkat Penilaian Otentik dalam
Pembelajaran Sains di SMP dan SMA. Laporan Tim Hibah Pasca Kemristekdikti Tahun I
(Tidak dipublikasikan).
Suastra, I.W. dkk. 2020a. Elaborating indigenous science into science learning process: A new
science instructional model to develov students’ local wisdom-based character and higher
order thinking skills. Article Presented in Conference in The 2th International
Conference of Education and Science. Theme New Normal on Education. Jakarta-
Indonesia, 9th- 10th December 2020.
Suastra, I.W dkk. 2020b. Pengembangan Pembelajaran IPA SMP Bermuatan Sains Asli untuk
Mengembangkan Karakter Berbais budaya Lokal Bali dan Berpikir Tingkat Tinggi
Siswa. Laporan Penelitian. Tidak duipublikasikan.
Suja, W. (2009). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia Berbasis Siklus Belajar Catur
Premana. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Vol 42. April 2009.
26
Suja,W (2010). Pengembangan Buku Ajar Sains SMP Mengintegrasikan Content dan Context
Pedagogi Budaya Bali. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Vol 43 (1).
Wardani,I.G.A, dkk (2012). Perspektif Pendidikan SD. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
Wenning, C. J. (2006). A framework for teaching the nature of science. Journal of Physics
Teacher Education Online. 3(3): 3-10. Tersedia pada: http://www.phy.ilstu.edu/jpteo
Wenning, C. J. (2011). Eksperimental inquiry in introductory physics courses. Journal of
Physics Teacher Education Online. 6(2): 2-8. Tersedia pada http://www.phy.ilstu.edu/
jpteo/issues/jpteo6%282%29sum11a.pdf. Diakses tanggal 14 Agustus 2011.
Widyatiningtyas, R. (2010). Pembentukan pengetahuan sains, teknologi dan masyarakat dalam
pandangan pendidikan IPA. Jurnal Pendidikan dan Budaya. Tersedia pada:
http://educare.e-fkinpula.net.
Winston, S. (2010). Character Education: Implication for Critical Democracy. International
Critical Chilhood Policy Studies. Vol 1 (I).
Zamroni. (2000). Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf
Publishing.
27