Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS ISU KONTEMPORER

DI LINGKUNGAN LAYANAN PERADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK


INDONESIA ERA 4.0

Dunia peradilan selalu bergerak dinamis seiring dengan kemajuan zaman dan
teknologi. Begitu juga dengan Mahkamah Agung Republik Indonesia selalu adaptif
terhadap perkembangan zaman dan teknologi dari masa ke masa. Mahkamah
Agung Republik Indonesia (disingkat MARI atau MA) adalah lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan
pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi dan
bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya. Mahkamah Agung
menyatakan badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata
usaha negara.

Mahkamah Agung Republik Indonesia telah menyepakati visi dan misi yang akan
dicapai dalam 25 tahun mendatang yaitu : “Mewujudkan Badan Peradilan Yang
Agung”. Melalui misi tersebut Mahkamah Agung melalui berbagai inovasi yang telah
dibuat telah memasuki era baru yaitu era peradilan modern berbasis teknologi
informasi. Modernisasi yang Mahkamah Agung lakukan di lembaga peradilan
merupakan wujud konkrit dari wajah negara hukum di Indonesia diera teknologi
informasi saat ini.

Dalam pelaksanaan di era kemajuan teknologi dan informasi Mahkamah Agung


telah berinisiatif mengembangkan pelayanan publik melalui jaringan teknologi,
komunikasi dan informasi, antara lain berupa Peradilan Elektronik (e-
Court).Kemajuan Teknologi informasi ini tentu berdampak terhadap dunia peradilan
di Indonesia, kemajuan ini tentu harus diikuti guna menuju era revolusi 4.0. apa itu
era revolusi 4.0? revolusi 4.0 adalah istilah yang berasal dari sebuah proyek dalam
strategi teknologi yang canggih. Dalam hal ini Mahkamah Agung benar-benar
menggapai pelayanan berbasis teknologi informasi modern, dimana akan muncul
isu-isu strategis dilingkungan Mahkamah Agung di era revolusi 4.0.
A. Analisis Isu-Isu Strategis Pada Mahkamah Agung

Berikut ini merupakan isu-isu strategis pada Mahkamah Agung Republik Indonesia
diantaranya adalah:

1. Keterbatasan sarana dan prasarana menuju layanan peradilan era revolusi 4.0
Mahkamah Agung dalam menggunakan sarana dan prasarana Teknologi
Informasi guna memodernisasi administrasi penyelesaian perkara, baik dari
aspek strukturnya maupun fungsinya dalam rangka menghadapi revolusi
industri 4.0. masih mengalami kendala.
penyelenggaraan layanan peradilan yang sudah berbasis teknologi & informasi
masih mengalami hambatan seperti keterbatasan Sarana & Prasarana dapat
meliputi aspek Jaringan Internet, PC atau Laptop dengan spesifikasi yang
diperlukan, Aliran Listrik yang stabil, dsb.Keterbatasan sarana dan prasarana
ini tentu akan menghambat Mahkamah Agung Republik Indonesia untuk dapat
menuju layanan peradilan era revolusi 4.0.
2. Pendidikan dan pelatihan (Diklat) di era 4.0
Dalam melaksanakan tupoksi jabatan, seorang pegawai pasti akan dibekali
dengan adanya pendidikan & latihan. Tanpa Menempuh Pendidikan & Latihan
terlebih dahulu, Pegawai tidak akan memiliki konsep, tujuan & nilai-nilai dasar
sebagai pedoman dalam melakukan suatu pekerjaan
Semakin canggihnya teknologi yang sedang berkembang, tidak dipungkiri
membawa perubahan-perubahan yang sangat signifikan di berbagai lintas
sektor kehidupan salah satunya dalam sektor pendidikan dan pelatihan yang
sekarang berhadapan dengan tantangan revolusi industri 4.0. Untuk
menghadapi tantangan ini, pendidikan dan pelatihan dituntut untuk berubah.
Salah satunya perubahan tersebut yaitu dengan melaksankan pendidikan dan
pelatihan di era revolusi 4.0
3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) pengguna peradilan menuju
pelayanan peradilan era revolusi 4.0
Seiring berkembanganya tekhnologi informasi, Pengguna Layanan Peradilan
juga harus beradaptasi dengan perubahan tekhnologi tersebut. Sehingga Visi
Misi Mahkamah Agung dalam mensukseskan layanan peradilan berbasis
Teknologi & Informasi juga tercapai . kemajuan teknologi informasi diera 4.0
tentu mengalami kendala, terutama ketika menyikapi perubahan paradigma
dalam berhukum. Paradigma lama menggambarkan lembaga peradilan
sebagai lembaga yang tertutup, sehingga tidak salah ungkapan yang
menyatakan bahwa hukum itu selalu ada di belakang dan berkembang
mengikuti peristiwa atau kejadian dalam masyarakat. Namun hal ini tentu dapat
dirbah ketika lembaga peradilan dapat mewujudkan layanan peradilan berbasis
Teknologi & Informasi yang kredibel dan transparan.

B. Teknis Analisis Isu Menggunakan APKL (Aktual, Problematik,


Kekhalayakan, Kelayakan)
Dari beberapa isu di atas dapat dilakukan penapisan isu untuk menentukan Core
Issue yang akan diangkat untuk menjadi isu utama, yaitu dengan menggunakan
metode Aktual, Problematik, Kekhalayakan, Kelayakan (APKL). Metode APKL
merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menguji kelayakan suatu isu
untuk dicarikan solusinya dalam kegiatan aktualisasi. Metode APKL ini
menggunakan teknik scoring dalam penetapan prioritas isu.
Teknik aktual adalah teknik untuk menganalisis apaka isu tersebut benar-benar
terjadi dan sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat. Teknik problematik
merupakan isu yang memiliki dimensi yang kompleks, sehingga perlu dicarikan
segera solusinya. Teknik kekhalayakan yaitu Isu yang menyangkut hajat hidup
orang banyak. Sedangkan teknik kelayakan merupakan isu yang masuk akal dan
realistis serta relevan untuk dimunculkan pemecahan masalahnya.

Berikut ini merupakan tabel dari analisis isu menggunakan teknik APKL :
1. Sarana dan Prasarana Menuju Layanan Peradilan Era 4.0

Untuk menciptakan keberhasilan dalam bekerja, kantor harus menjamin


dan menyediakan fasilitas-fasilitas yang menunjang keberhasilan pegawai
dalam bekerja. Hal ini disebabkan karena tenaga kerja saja tidak cukup
untuk melakukan sebuah kegiatan kantor, tetapi harus di dukung dengan
adanya fasilitas agar pencapaian kerja pegawai sesuai dengan yang
diinginakan. Fasilitas kantor ini terdiri dari dua yaitu sarana dan prasarana.
Kondisi seperti ini sudah pasti akan menimbulkan keterlambatan dalam
menginput dan mengeluarkan output data perusahaan. Padahal dewasa ini
di perlukan kecepatan dan ketepatan dan hasil kualitas kerja yang
maksimal dari kantor atau perusahaan. Maka dari itu, kantor harus sangat
memperhatikan tentang pentingnya sarana dan prasarana dengan
kelengkapannya agar pencapaian kerja pegawai menghasilkan hasil yang
sangat memuaskan.
Adapun fungsi dari fasilitas sarana kantor adalah sebagai berikut :
1. Untuk menghemat secara fisik tenaga dan pikiran manusia dalam
melakukan pekerjaannya.
2. Memudahkan pegawai maupun pengguna peradilan dalam pelayanan
peradilan.
3. Efisiensi waktu.
Ketersediaan Sarana dan Prasarana merupakan poin penting dalam
penyelenggaraan layanan peradilan di era 4.0, karena tanpa poin tersebut
penyelenggaraan layanan peradilan yang sudah berbasis teknologi dan
informasi justru akan mengalami hambatan dan tujuan tidak tercapai.
Keterbatasan Sarana dan Prasarana dapat meliputi aspek Jaringan
Internet, PC atau Laptop dengan spesifikasi yang diperlukan, Aliran Listrik
yang stabil, dsb.
Identifikasi isu kontemporer mengenai Keterbatasan Sarana dan Sarana
Menuju Layanan Peradilan Era 4.0 tidak memenuhi syarat APKL.

2. Pendidikan dan Latihan (Diklat) di Era 4.0


Pendidikan dan pelatihan (Diklat) sebagai upaya dalam mengembangkan
sumber daya manusia (SDM) terutama untuk mengembangkan
kemampuan intelektual dan kepribagian manusia. Oleh karena itu untuk
memperoleh hasil yang maksimal dalam pengembangan pegawai
diperlukan program pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan analisa
jabatan agar pegawai mengetahui tujuan pendidikan dan pelatihan yang
dijalankannya.
Dalam melaksanakan tupoksi jabatan, seorang pegawai pasti akan dibekali
dengan adanya pendidikan & latihan. Tanpa Menempuh Pendidikan &
Latihan terlebih dahulu, Pegawai tidak akan memiliki konsep, tujuan & nilai-
nilai dasar sebagai pedoman dalam melakukan suatu pekerjaan.

Identifikasi isu kontemporer mengenai pendidikan dan latihan (Diklat) di Era


4.0 tidak memenuhi syarat APKNL.

3. Keterbatasan SDM Pengguna Peradilan Menuju Layanan Peradilan Era 4.0


Persepsi masyarakat yang masih minim terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) menjadi salah satu penyebab sulit beradaptasinya
masyarakat/pengguna peradilan terhadap perubahan teknologi. Diketahui,
dari salah satu hasil wawancara kepada masyarakat/pengguna peradilan
bahwa mereka belum begitu mengerti akan teknologi ataupun
menyesuaikan teknologi dengan perkembangan zaman saat ini.
Seiring berkembanganya tekhnologi informasi, Pengguna Layanan
Peradilan juga harus beradaptasi dengan perubahan tekhnologi tersebut.
Sehingga Visi Misi Mahkamah Agung dalam mensukseskan layanan
peradilan berbasis Teknologi & Informasi juga tercapai.

Oleh karena itu identifikasi isu terhadap Keterbatasan SDM Pengguna


Peradilan Menuju Layanan Peradilan Era 4.0 memenuhi syarat.

C. Isu Strategis Prioritas Menggunakan Teknik U S G


Isu strategis prioritas yang dilakukan yaitu dengan menggunakan teknik USG
(Menentukan Prioritas).
1. Urgency
Benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat.
2. Seriousness
Isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan
segera solusinya.
3. Growth
Isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Seberapa besar kemungkinan
memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani sebagaimana mestinya.

Terdapat 3 identifikasi isu kontenporer yang akan diangkat dengan induk isunya
ialah sarpras, kepegawaian, dan pengguna peradilan.
Dari 3 analisia isu diatas, terdapat satu isu yang terpilih dengan total nilai 24 point.
Dengan kesimpulan yang dapat diambil dari identifikasi isu tersebut ialah:
1. Urgency dengan 11 point
Kompetensi tentang IT adalah landasan dasar sebagai pengguna peradilan
dalam menggunakan layanan peradilan, mengingat teknologi informasi
yang semakin berkembang juga menunjang para pengguna peradilan
untuk mencari keadilan.
2. Seriousness dengan 6 point
Merupakan permasalahan yang serius agar penyelenggaraan layanan
peradilan dalam sebuah system peradilan dapat berjalan secara efektif dan
efisien, serta teknologi informasi dibutuhkandalam menjangkau pengguna
peradilan guna mencari keadilan.
3. Growth dengan 7 point
Jika masalah ini tidak segera ditangani akan menghambat proses
penegakan keadilan yang berlandaskan teknologi dan informasi.

D. Identifikasi Berbagai Alternatif Solusi (Gagasan Pemecah Isu)


Gagasan pemecah isu yang dapat diberikan terhadap keterbatasan SDM
pengguna peradilan menuju layanan peradilan Era 4.0 yaitu:
1. Pengadaan webinar tentang system layanan peradilan yang terbaru.
2. Pendampingan pegawai kepada pengguna peradilan.
3. Penyediaan fitur helpdesk dan FAQ dalam setiap web dan aplikasi layanan
peradilan.
4. Promosi tentang aplikasi dan tutorial di setiap media sosial Mahkamah
Agung.
E. Gagasan Pemecah Isu Menggunakan Tapisan Mac-Namora)
Gagasan pemecah isu merupakan konsep yang akan diterapkan untuk
mengatasi isu/masalah dengan memuat beberapa kegiatan yang akan
dilaksanakan pada lingkungan Peradilan yang bersifat inovatif, kreatif dan
bermanfaat.
Berikut ini beberapa gagasan pemecah isu yang dapat diterapkan:

Berikut ini beberapa gagasan pemecah isu yang dapat diterapkan:


1. Pengadaan Webinar tentang Sistem Layanan Peradilan yang Terpadu.
Pengadaan webinar tentang system layanan peradilan terbaru ditinjau dari
sisi efektivitas, efisiensi, dan kemudahan tidak memperoleh penilaian
sempurna dikarenakan metode ini hanya dapat di ikuti bagi pengguna
peradilan yang telah memiliki dasar dalam menggunakan teknologi & internet
yang baik sedangkan bagi pengguna peradilan yang masih belum menguasai
IPTEK, metode ini tidak dapat memberikan dampak yang signifikan.
2. Pendampingan Pegawai Kepada Pengguna Peradilan.
Pendampingan Pegawai kepada Para Pengguna Peradilan memiliki
efektifitas, efisiensi dan kemudahan tertinggi karena pelatihan dan
pembelajaran disampaikan secara langsung kepada pengguna peradilan
yang bersangkutan, sehingga segala kendala dan permasalahan yang terjadi
ketika pendampingan dapat ditangani secara cepat dan tepat. disamping itu
face to face learning memberikan kemudahan akses bagi setiap stakeholder
dalam kelancaran penggunaan layanan peradilan tersebut.
3. Penyediaan Fitur Helpdesk dan FAQ dalam Setiap Web dan Aplikasi Layanan
Peradilan.
Ditinjau dari segi efektivitas, efisiensi, dan kemudahan, Penyediaan Fitur
Helpdesk & FAQ Dalam Setiap Web & Aplikasi Layanan Peradilan memiliki
nilai terendah dikarenakan dari kegiatan ini membutuhkan penjabaran yang
kurang terperinci yang disebabkan karena fitur tersebut hanya berupa tulisan
atau karakter dari penjelasan singkat mengenai Aplikasi yang ada.
4. Promosi Tentang Aplikasi dan Tutorial di Setiap Media Sosial Mahkamah
Agung.
Promosi tentang Aplikasi & Tutorial Di Setiap Media Sosial Mahkamah Agung
ditinjau dari segi efektivitas, efisiensi, dan kemudahan dinilai kurang begitu
sempurna dikarenakan tidak semua orang dapat mencerna modul/juknis
berupa tutorial (lebih nyaman dengan metode face to face learning) dan juga
tidak semua orang bisa melakukan akses terhadap Media Sosial Mahkamah
Agung.

F. Strategi/Langkah-Langkah
Berdasarkan analisis terhadap gagasan pemecahan isu dengan cara
pendampingan pegawai kepada pengguna peradilan dinilai yang paling tepat
sebagai pemecahan masalah dari isu keterbatasan SDM Pengguna peradilan
dalam menuju layanan peradilan di era 4.0.
Langkah-Langkah yang dapat dilakukan terkait pendampingan pegawai
kepada pengguna peradilan adalah dengan cara sebagai berikut :
1. Identifikasi Jenis/Tipe SDM Yang Akan didampingi Untuk Menentukan
Jenis/Cara Menyampaikan
Pihak yang berpekara di pengadilan memiliki background yang berbeda-beda
dari segi usia dan tingkat pendidikan. Tentunya diperlukan cara yang mudah
bagi para pihak mendapatkan dan memahami informasi yang diberikan dari
peradilan, agar tercapainya kemudahan dalam memerikan pelayanan secara
maksimal.
2. Identifikasi Tujuan/keperluan Yang Akan digunakan oleh para pengguna
peradilan
Peradilan sebagai lembaga hukum memiliki berbagai macam layanan,
sehingga setiap layanan memiliki prosedur masing-masing. Berkaitan dengan
hal tersebut maka perlunya diidentifikasi terlebih dahulu tujuan atau keperluan
para pihak yang datang ke pengadilan sehingga bisa melayani dengan tepat
sasaran.
3. Pemberian materi
Pemberian materi disini memiliki maksud yaitu memberikan panduan secara
langsung kepada para pihak yang memiliki kesulitan ketika mendapatkan
pelayanan.
4. Pemberian Simulasi
Pemberian simulasi tentunya akan sangat membantu para pihak yang
mengalami kesulitan atau kebingungan. Simulasi ini dapat ditanyangkan di
semua media sosial yang dimiliki oleh peradilan mulai dari Facebook,
Youtube, instagram, website, tv di ruang tunggu atau tv di ruang tunggu
sidang sehingga semua orang bisa melihat simulasi tersebut.
5. Belajar mandiri
Para pihak dapat belajar mandiri melalui brosur yang disediakan di bagian
ptsp pengadilan. Informasi yang diberikan dibrosur tentunya sudah dikonsep
agar mudah dipahami dan dimengerti.

G. Peran Nyata dalam Upaya Mengimplementasikan Pemecahan Masalah


Upaya nyata yang dapat dilakukan untuk mengimplementasikan pemecahan
masalah tersebut adalah:
1. Mengajukan pada satker/instansi terkait untuk dapat melaksanakan
pendampingan face to face learning.
2. Monitoring dan evaluasi secara berkala
3. Penyediaan materi yang dibutuhkan
4. Mengidentifikasi Pengguna/Pencari Keadilan yang membutuhkan
pendampingan
5. Penyediaan ruangan yang nyaman untuk pemberian simulasi/materi

Anda mungkin juga menyukai