Anda di halaman 1dari 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan
larutan air fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika air
yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase
pembantu emulsi ini disebut emulsi air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan
penstabilan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetes kecil
yang menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah.
Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar permukaan
antara tetesan dan fase eksternal dan membuat batas fisik di sekeliling partikel yang
akan berkoalesens i. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan
antara fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi sesama pencampuran
(Farmakope Indonesia Edisi V). Minyak ikan adalah minyak lemak hasil destearisasi
sebagian dari minyak lemak segar Gadus morrhua Linne, dan spesies lain dari familia
Gadidae. Mengandung tidak kurang dari 225µg (850 unit FI) Vitamin A dan tidak
kurang dari 2,125 µg (85 unit FI) Vitamin D per gram minyak ikan. Minyak ikan
dapat di tambah penyedap tunggal atau campuran penyedap yang sesuai tidak lebih
dari 1% (Farmakope Indonesia Edisi V). R i m p a n g t e m u l a w a k a d a l a h r i m p a n g
t u m b u h a n Curcuma xanthorrhiza Roxb, s u k u Zingiberaceae, mengandung minyak
atsiri tidak kurang dari 5,08% v/b dan kurkuminoid tidak kurang dari 4,0% dihitung
sebagai kurkumin (Farmakope Herbal).

Anda mungkin juga menyukai