DI JALAN ALLAH
ول َربِّ لَ ْوٓاَل َأ َّخرْ تَنِ ٓى ِإلَ ٰ ٓى َأ َج ٍل ُ وا ِمن َّما َر َز ْق ٰنَ ُكم ِّمن قَب ِْل َأن يَْأتِ َى َأ َح َد ُك ُم ْٱل َم ْو
َ ُت فَيَق ۟ َُوَأنفِق
ين
َ صلِ ِح َّ ٰ ق َوَأ ُكن ِّم َن ٱل َّ ب فََأ
َ ص َّد ٍ قَ ِري
Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada
salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), "Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan
menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-
orang yang saleh." (QS. Al-Munafiqun, Ayat 10)
Dengan demikian, amal nyata itu harus dibuktikan sebelum ajal menjemput kita, dengan kata lain
amaliah nyata harus dibuktikan selagi hayat masih dikandung badan. Bentuk amaliah yang ditekankan
dalam ayat di atas adalah menafkahkan sebagian pemberian Allah, termasuk di dalamnya harta benda,
di jalan yang diridai-nya. Harta benda adalah nikmat Allah yang amat besar. Sebab, satu kenyataan
bahwa orang yang mempunyai harta benda yang berlimpah, kehidupannya secara lahiriah penuh
kebahagiaan. Segala kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi, semua keinginannya bisa tercapai, sehingga
tidak jarang manusia terlena oleh kemewahan dunia sebab harta benda yang dimilikinya. Mereka
menjadi lalai bahwa hakikatnya harta benda itu adalah pemberian Allah Swt. yang harus disyukuri dan
dibelanjakan dijalan-nya
Mereka lupa diri dan beranggapan seolah-olah harta bendanya didapat karena usahanya semata-mata
dan bukan pemberian Allah Swt. Bagi mereka jerih payahnya lebih ditonjolkan daripada sumber
pemberinya. Mereka baru disadarkan bahwa semua harta itu adalah pemberian dan milik Allah Swt.
menjelang kematiannya.
Hadirin jamaah Jum'at rahimakumullah
Dengan cara berpikir yang demikian itu, muncul manusia-manusia egois yang hanya mementingkan diri
pribadi, mereka tidak mau tahu keadaan sekeliling, apalagi hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan
agama. Maka jadilah mereka, manusia-manusia bakhil dan kikir. Mereka tidak sadar bahwa sebenarnya
dalam harta yang dimilikinya itu terdapat hak-hak orang lain. seperti fakik miskin, anak yatim, janda-
janda dan orang- orang jompo yang tak kuat berusaha dan tak memiliki sumber penghidupan.
Secara tegas ayat tersebut menyatakan adanya hak fakir miskin dalam harta para aghniya' (orang-
orang kaya) yang harus diberikan kepada mereka. Bagi orang-orang yang bakhil dan kikir ayat tersebut
merupakan peringatan keras, mereka diingatkan bahwa harta bendanya, meskipun secara lahiriah
mereka yang mencari dan mengumpulkan, tetapi sebagian dari padanya terselip titipan Allah untuk
orang-orang fakir miskin.
Bagi orang-orang yang suka membantu kepada orang-orang fakir miskin, berarti mereka telah
menafkahkan sebagian hartanya, yang berarti telah memperhatikan dan memenuhi perintah,
sebagaimana yang disampaikan melalui ayat di atas.
Masih banyak bentuk-bentuk lain, yang termasuk membelanjakan harta di jalan Allah, seperti
menyantuni anak yatim piatu, membantu pembangunan masjid, pondok-pondok pesantren, panti
asuhan, tempat-tempat pendidikan dan yang lain sebagainya. Semuan itu memerlukan kesadaran dan
harus dilakukan secara tulus ikhlas karena Allah, bukan karena unsur riya' dan bukan pula untuk mencari
popularitas dan motivasi duniawi lainnya.
Semua itu, kita buktikan dan lakukan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan untuk memenuhi
perintah Allah dan mendapatkan keridaan-Nya. Insya Allah jika kita telah melaksanakannya, baik secara
terang-terangan maupun tanpa setahu orang lain, maka Allah akan menambah nikmat dan karunia-Nya
kepada kita.
َ اب هَّللا ِ َوَأقَا ُموا الصَّالةَ َوَأ ْنفَقُوا ِم َّما َر َز ْقنَاهُ ْم ِس ًّرا َو َعالنِيَةً يَرْ ج
ُون َ ِإ َّن الَّ ِذ
َ ُين يَ ْتل
َ َون ِكت
30( ُورهُ ْم َويَ ِزي َدهُ ْم ِم ْن فَضْ لِ ِه ِإنَّهُ َغفُو ٌر َش ُكو ٌرَ ) لِي َُوفِّيَهُ ْم ُأج29( ُورَ تِ َجا َرةً لَ ْن تَب
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al-Qur`ān) dan melaksanakan salat dan
menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-
terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi, Agar Allah menyempurnakan
pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha
Mensyukuri. (QS. Fathir, Ayat 29- 30)
ٰ
ار
ٍ صَ ين ِم ْن َأن
َ َو َمٓا َأنفَ ْقتُم ِّمن نَّفَقَ ٍة َأ ْو نَ َذرْ تُم ِّمن نَّ ْذ ٍر فَِإ َّن ٱهَّلل َ يَ ْعلَ ُمهۥُ ۗ َو َما لِلظَّلِ ِم
Dan apa pun infak yang kamu berikan atau nazaryang kamu janjikan, maka sungguh, Allah
mengetahuinya. Dan bagi orang zalim tidak ada seorang penolong pun. (QS. Al-Baqarah, Ayat 270)
Hadirin jamaah Jum'at rahimakumullah
Secara realitas umat Islam sampai sekarang adalah umat yang besar, bahkan hampir di seluruh
belahan bumi ini berada di posisi mayoritas. Secara logika tentu saja memiliki potensi yang dapat
diandalkaṇ, namun pada kenyataannya, potensi ini banyak yang belum terakomodir dengan baik,
banyak ketimpangan yang seharusnya tidak terjadi. Di antaranya dapat kita lihat pada bidang ekonomi,
jurang pemisah antara kaya miskin sangat nampak, padahal mereka memiliki agama yang sama.
Kenyataan semacam ini tentu saja harus kita teliti penyebabnya untuk kita perbaiki bersama.
Lalu, bila kita amati secara serius, kita dapat menarik kesimpulan bahwa ketimpangan ekonomi yang
terjadi di kalangan umat Islam ini terjadi karena umat Islam kurang memiliki semangat beragama dalam
konteks sosial. Memang, dalam konteks ritual boleh dikatakan cukup kuat, namun pada konteks sosial
terasa belum mendapat perhatian yang memadai.
َواَل يَحْ َسبَ َّن الَّ ِذ ْينَ يَبْخَ لُوْ نَ بِ َمٓا ٰا ٰتىهُ ُم هّٰللا ُ ِم ْن فَضْ لِ ٖه هُ َو َخ ْيرًا لَّهُ ْم ۗ بَلْ هُ َو َش ٌّر لَّهُ ْم ۗ َسيُطَ َّوقُوْ نَ َما بَ ِخلُوْ ا
ض َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ خَ بِ ْي ٌر
ِ ۗ ْت َوااْل َر
ِ اث السَّمٰ ٰو ُ بِ ٖه يَوْ َم ْالقِ ٰي َم ِة ۗ َوهّٰلِل ِ ِمي َْر
Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari
karunia-Nya, mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa
(harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat. Milik Allah-lah warisan
(apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Dari ayat-ayat tersebut menjadi jelas bagi kita bahwa secara tegas Allah mengaitkan ketakwaan
dengan kesadaran berinfak. Di sisi lain Allah juga mengecam dan mengancam terhadap orang-orang
yang bakhil, tidak mau menunaikan kewajiban hartanya. Sehingga kesimpulannya adalah bahwa untuk
menjadi muslim yang sempurna, seseorang mesti memiliki semangat beragama yang sempurna pula,
baik yang bertalian dengan ritual maupun yang bersifat sosial.
Hadirin jamaah Jum'at rahimakumullah
Untuk itu, marilah kita pengamalan ajaran agama secara menyeluruh dan tidak sepotong-potong.
Kepada yang sudah berkewajiban zakat, sebagaimana yang sudah diatur oleh syariah, segeralah
menunaikan kewajibannya. Tak lupa juga, marilah kita lebih meningkatkan kesadaran untuk bersedekah
dan berinfak agar tercipta suatu kondisi masyarakat yang saling kasih mengasihi, saling menyantuni,
sehingga potensi-potensi perpecahan, kerusuhan, kriminalitas dan sebagainya, yang dipicu oleh
kecemburuan sosial dapat ditekan dan diminimalkan.
َّجي ِْم
ِ ان الر ِ َاَ ُع ْو ُذ بِاهللِ ِم َن ال َّش ْيط
۟ ُصلَ ٰوةَ َوَأنفَق
وا ِم َّما َر َز ْق ٰنَهُ ْم ِس ًّرا ۟ ب ٱهَّلل ِ َوَأقَا ُم
َّ وا ٱل َ َون ِك ٰت َ ِإ َّن ٱلَّ ِذ
َ ُين يَ ْتل
نت َخ ۡي ُرَ ٱغفِ ۡر َو ۡٱر َحمۡ َوَأ ۡ ِّ َوقُل رَّب.ُون تِ ٰ َج َرةً لَّن تَبُو َر َ َو َعاَل نِيَةً يَرْ ج
َ ٱل ٰ َّر ِح ِم
ين