a. Otoskopi
Otoskopi adalah prosedur klinis yang digunakan untuk memeriksa struktur telinga,
terutama saluran pendengaran eksternal, membran timpani, dan telinga tengah. Selama
pemeriksaan otoskopi, pemeriksa menggunakan otoskop yang dikenal sebagai auriskop,
untuk memvisualisasikan anatomi telinga. Otoskop berisi lensa ringan dan pembesar untuk
menerangi dan memperbesar struktur telinga untuk membantu pemeriksa secara akurat
memvisualisasikan dan mengevaluasi kesehatan struktur anatomi yang terlihat (Mankowski
& Raggio, 2021)
1. Posisikan kepala pasien dengan nyaman, sedikit menunduk agar dapat melihat kondisi
liang telinga dan membran timpani dengan maksimal.
2. Pegang daun telinga dengan kuat tapi lembut, kemudian tarik ke atas lalu ke belakang
dan sedikit menjauh dari kepala.
3. Pegang otoskop menggunakan ibu jari dan telunjuk pada tangan yang lain. Letakkan
kelingking pada wajah atau pipi pasien sebagai tumpuan. Tangan dan otoskop akan
mengikuti gerakan dari pasien. Memeriksa telinga kanan menggunakan tangan kanan,
dan sebaliknya.
4. Masukkan spekulum secara perlahan dan lembut ke dalam liang telinga, gerakkan
spekulum maju dan arahkan spekulum ke bawah menembus rambut-rambut halus
sampai pada membran timpani.
Interpretasi
1. Inspeksi, Lihat Daun Telinga : bentuk normal/abnormal, ada tidaknya : fistula, massa,
abses (belakang telinga). Tekan tragus, dan Tarik daun telinga ke atas belakang : ada
nyeri/tidak
2. Dengan otoskop : Lihat Membran Timpaninya, lihat posisi, strukturnya, apakah
ada/tidak : hiperemis, retraksi, perforasi, dan bulging.
3. Membran Timpani normal
• Warna : putih (seperti kapas)
• Memantulkan refleks cahaya, telinga kanan : arah jam 5, telinga kiri : arah jam 7
b. Rhinoskopi Anterior
c. Orofaring
Dengan mulut pasien terbuka tetapi lidah tidak menjulur, minta pasien untuk
menguap atau mengucapkan "ah". Tindakan ini memungkinkan Anda melihat faring
dengan baik. Jika tidak, tekan spatula lidah ke bawah di titik tengah lengkung lidah,
cukup jauh untuk melihat faring tetapi tidak cukup jauh untuk merangsang refleks
muntah. Secara bersamaan, minta pasien berkata "ah" atau menguap. Perhatikan
terangkatnya palatum mole—tes saraf kranialis X (saraf vagus) (Bickley & Szilagyi,
2013)
Inspeksi palatum mole, pilar anterior dan posterior, uvula, tonsil, dan faring.
Perhatikan warna dan simetri mereka serta cari ada tidaknya eksudat, pembengkakkan,
ulserasi, atau pembesaran tonsil. Jika mungkin, palpasi setiap daerah yang mencurigakan
untuk indurasi atau nyeri tekan. Tonsil memiliki kriptus, atau alur lipatan yang dalam
pada epitel skuamosanya. Bercak-bercak keputihan eksfoliasi epitel yang normal kadang
terlihat di kriptus-kriptus ini (Bickley & Szilagyi, 2013).
Analisis Masalah
Gangguan pendengaran akibat bising adalah penurunan pendengaran tipe sensorineural yang
awalnya tidak disadari karena belum sebanding dengan kerusakan yang didapat. Hal tersebut
dikarenakan paparan terus-menerus dapat merusak sel-sel rambut koklea.