hamdani.wahab2012@grad.unri.ac.id
Abstract :
Fluida yang berasal dari sumur-sumur produksi minyak, akan dikumpulkan pada station
pengumpul (Gathering Station/GS) dimana akan dilakukan proses pemisahan antara
crude oil dan air pada tangki-tangki pengumpul. Selanjutnya crude oil (minyak mentah)
akan dialirkan melalui pipa penyalur (shipping line) menuju titik pengumpulan akhir. Crude
oil yang dihasilkan di mayoritas ladang minyak di Indonesia memiliki karakteristik High
Pour Point Oil (HPPO) yaitu titik tuang yang tinggi atau fluida crude oil akan kehilangan
karakteristik alirannya pada temperatur tertentu, perubahan karakteristik pada titik pour
point ini menyebabkan crude oil menjadi congeal pada pipa alir sehingga terjadi kenaikan
viskositas crude oil yang sangat signifikan dan berpotensi terjadi sendimentasi komponen
berat minyak mentah (parafin) yang mengendap pada dinding pipa. Fenomena perubahan
karakteristik viskositas crude oil ini terjadi akibat perpindahan kalor dari minyak mentah
kelingkungan sehingga tempeture crude oil akan berada dibawah temperatur pour point-
nya. Kenaikan viskositas crude oil yang dialirkan akan menyebabkan kenaikan tekanan
operasi pipa diatas yang di izinkan (Maximum Allowable Working Pressure) sehingga
berpotensi akan terjadi kebocoran pada pipa yang diakibatkan oleh naiknya tekanan pada
dinding pipa penyalur. Terdapat beberapa cara yang dilakukan untuk menjaga temperatur
crude oil tetap berada di atas pour point-nya yaitu salah satunya adalah dengan
penggunaan heater disepanjang pipa dikombinasikan dengan insulation untuk
mengurangi sejumlah panas yang lepas ke lingkungan. Untuk menentukan laju alir pada
pipa penyalur diperlukan analisa perpindahan panas dari heater pada pipa ber-isolasi atau
laju penurunan temperatur fluida dan dibandingkan terhadap pour point-nya sehingga
didapat simulasi aliran untuk mendapat besaran kebutuhan temperature panas yang
seharusnya di supply oleh heater sect feeding.
Kata kunci : Crude Oil, Pour Point, Maximum Allowable Working Pressure, Pipe Heater
Abstract
Fluid originating of oil production wells will be collected at the Gathering Station (GS)
where the crude oil and water will be separated in the collection tanks. Furthermore, crude
oil will be flowed through a distribution pipe (shipping line) to the final collection point.
Crude oil produced in the majority of oil fields in Indonesia has the characteristics of High
Pour Point Oil (HPPO), which is a high pour point or crude oil fluid will lose its flow
characteristics at a certain temperature, the change in characteristics at this pour point
causes crude oil to become congeal in the duct so that there is a very significant viscosity
increase and the potential for sedimentation of heavy components of crude oil (paraffin)
which settles on the pipe wall. The phenomenon of changing the viscosity characteristics
of crude oil occurs due to the transfer of heat from the crude oil to the environment so that
the temperature of crude oil will be below its pour point temperature. High viscosity of
crude oil will cause operating pressure increase more than of the permitted pipeline
(Maximum Allowable Working Pressure) so that there will be potential for leakage in the
pipe due to increased pressure on the pipe wall. There are several ways to keep the
temperature of crude oil above the pour point, one of which is by using a heater along the
pipe combined with insulation to reduce the amount of heat that is released into the
environment. To determine the flow rate in the pipeline, it is necessary to analyze the heat
transfer from the heater on the insulated pipe or the rate of decrease in fluid temperature
and compare it to the pour point so that a flow simulation is obtained to obtain the amount
of heat required that should be supplied by the sectional feeding heater.
Keywords: Crude Oil, Pour Point, Maximum Allowable Working Pressure, Pipe Heater
I. PENDAHULUAN
1.2. Permasalahan
Salah satu permasalahan berkaitan dengan kelancaran operasi pengiriman crude oil
HPPO dari stasiun pengumpul (gathering station/GS) menuju titik penerimaan yaitu terjadi
keterlambatan penerimaan crude oil dan kenaikan tekanan/pressure pada pipa diatas nilai
yang di izinkan (Maximum Allowable working pressure/MAWP).
Untuk mengatasi permasalahan congeal akibat pour point adalah dengan surface heat
treatment menggunakan kabel heater dengan sumber panas electrical sect feeding
dimana dibutuhkan energi listrik yang besar untuk menyalurkan sejumlah panas melalui
kabel pemasnas sepanjang 10 kilometer.
Permasalahan operasi yang disebutkan diatas berkaitan dengan karakteristik fluida,
kondisi operasi pengiriman dan perubahan karakteristik fluida yang diakibatkan oleh
perpindahan panas dari fluida ke lingkungan serta penggunaan energi listrik yang besar.
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk :
1. mengetahui laju perpindahan panas dan profil aliran didalam pipa.
2. Mengetahui kebutuhan panas yang sesuai agar panas dapat diserap sempurna
untuk menjaga temperatur fluida berada diatas titik pour point-nya sehingga didapat
nilai efisiensi penggunaan listrik yang sesuai untuk mencapai temperatur yang diinginkan.
1.4. Batasan
Perhitungan perpindahan panas dan penurunan temperatur fluida serta pemodelan
simulasi aliran untuk pipa 24 inch sepanjang 10 kilometer dengan pemanas sect feeding.
Pour point atau titik tuang cairan adalah besaran nilai temperature dimana fluida akan
mengalami perubahan kenaikan viskostitas sehingga karakteristik aliran menjadi lambat
atau dengan kata lain titik tuang adalah temperature suatu fluida agar dapat mengalir
steady. Karakteristik pour point erat kaitannya dengan kandungan wax (paraffinic) dan
aspal pada fluida tersebut serta nilai API gravity.
Minyak mentah dengan nilai API > 23 dikategorikan sebagai minyak dengan karateristik
HPPO (Pusdiklat Cepu, 2016) dan minyak mentah dengan specific gravity (SG) < 0,825
dan nilai API ≥ 40 pada temperature 60 oF, dikategorikan kedalaman fluida “Paraffinic-
Paraffinic”.
Berdasarkan hukum thermodinamika I, energy panas akan berpindah dari suatu benda
dengan temperature tinggi ke temperature rendah. Perpindahan panas terjadi dengan 3
proses yaitu secara konduksi, konveksi dan radiasi (Yunus a Cengel Heat and mass
transfer, 2014).
1. Perpindahan panas dari cable heater (sebagai pengantar panas) ke dinding pipa
secara konduksi.
2. Perpindahan panas dari dinding pipa ke crude oil secara konduksi.
3. Kehilangan panas pada fluida sepanjang pipa secara konveksi (proses pendinginan
fluida).
Perpindahan panas yang disebutkan diatas diassumsikan pipa di isolasi dengan baik
sehingga tidak ada panas yang lepas ke lingkungan.
Heater
Lingkungan
Lingkungan
Arah
Aliran
Fluida
Pipa
Dinding
Insulation/Polyurethan
Insulation luar /Plate Galvanized
Q
R3 R2 R1
𝑇∞2 𝑇∞1
Insulation
R3 R2 R1
Untuk mendapatkan gambar terhadap laju alir didalam pipa (internal flow), dilakukan
analisa masalah aliran terhadap 2 parameter operasi sebagai berikut : (Frank M White,
Fluid mechanic, 2012).
1. Perhitungan pressure drop (head loss) yang terjadi di sepanjang pipa. Kecepatan
laju alir didalam pipa akan menentukan waktu yang dibutuhkan fluida mengalir dari
titik kirim menuju titik penerimaan. Semakin lama waktu yang dibutuhkan akan
memperbesar potensi terbentuknya endapan pada dinding pipa yang lamba laun
akan memperkecil diameter luas penampang yang akan dilalui oleh fluida.
2. Perhitungan flow rate atau velocity fluida yang melalui pipa untuk menentukan tipe
aliran pada pipa alir dimana akan berhubungan dengan sejumlah panas yang
diterima dari heater dan laju kehilangan panas yang terjadi pada fluida.
Pressure drop yang terjadi berhubungan dengan energi mekanis dari pompa pengirim dan
faktor gesekan yang terjadi disepanjang pipa. Penentuan jenis aliran laminar dan
turbulance harus dilakukan untuk menghitung velocity fluida. Karakteristik aliran laminar
dan turbulance tergantung dari bentuk geometri, kekasaran permukaan, flow velocity,
temperatur permukaan dan jenis fluida (Osborne Reynold, 1880s). Untuk menentukan
bentuk aliran ini tergantung dari rasio gaya inertia terhadap gaya viskositas yang di
rumuskan menjadi bilangan Reynold (Re).
Bentuk aliran akan mempengaruhi gaya gesek viskositi yang disebut dengan velocity
boundary layer. Ketebalan boundary layer akan meningkat searah aliran sampai boundary
layer mencapai titik tengah diameter pipa.
Perhitungan analisa Dressure drop ΔP tergantung dari gaya mekanis pompa yaitu :
Terdapat beberapa minor losses pressure drop disepanjang pipa yang dapat diabaikan
yaitu seperti minor losses pada valve, sambungan, elbow dan lainnya.
Terdapat beberapa metoda yang dapat digunakan untuk menghindari terjadi congeal
akibat karakteristik pour point fluida yaitu salah satunya dengan metoda perpindahan
panas dari sumber panas ke fluida yang mengalir.
Untuk menjaga temperatur fluida tetap berada diatas pour point, maka kabel pemanas
dipasang didinding pipa bagian luar. Energi listrik diubah oleh sect feeding menjadi energi
panas yang dialirkan melalui kabel pemanas yang ditempel disepanjang pipa dengan
tujuan terjadi perpindahan panas dari kabel pemanas-dinding pipa-fluida. Panas yang
dihasilkan akan diserap sebagian oleh fluida dan untuk mencegah panas lepas
kelingkungan, maka insulation polyurethane dengan plate galvanize dipasang sepanjang
pipa penyalur.
Pada tulisan ini, akan menggunakan metoda perpindahan panas dengan kombinasi
insulation pipa. Perhitungan dan simulasi di fokuskan pada pipa 24 in sepanjang 10
kilometer dengan kabel pemanas dari sect feeding.
Untuk mendapatkan perhitungan yang spesifik, maka analisa perhitungan dan simulasi di
batasi pada 1 unit sect feeding sebagai sumber panas untuk memanasi 10 kilometer pipa.
Data pengukuran aktual diambil disepanjang 10 kilometer pipa dengan jumlah titik
pengambilan data per-500 meter. Analisa perhitungan menggunakan MATHLAB dan
pemodelan simulasi menggunakan ANSYS FLUENT. Hasil perhitungan dan simulasi
komputerisasi akan dibandingkan dengan kondisi pengukuran aktual.
Gambar 6. Simulasi pipa dengan pemanas kabel sect feeding
Karakteristik umum crude oil yang dialirkan pada pipa penyalur adalah :
184 2
3 48
- Laju aliran massa ( ̇
63 2
̇
- Menentukan jenis aliran di dalam pipa
Bilangan Reynold (Re)
4 ̇ 4 14 83
9 33 1 3 14 6 96
1 2 ∑ ∑ 1 2
2 2
25 63 3 ⁄
hp = 0 (heat pompa)
2 6 9 2 9 18 ⁄
Sehingga :
14 613 9
2 ⁄ 2
Pada gambar 7 diketahui profil perpindahan panas pada penampang pipa yaitu sebagai
berikut :
A1 = Merupakan profil luas area diameter pipa yang dilalui oleh fluida.
A3 = Merupakan profil insulation pipa dengan kabel pemanas yang menempel di dinding
pipa.
123 123
Pada gambar 7 juga digambarkan profil perpindahan panas yang terjadi yaitu :
Dari T2 ke T1 = Proses perpindahan panas secara konveksi pada sepanjang aliran fluida
(center radialflow)
Dari T3 ke T2 = Proses perpindahan panas secara konduksi dari dari dinding pipa ke
fluida yang mengalir.
Dari T4 ke T3 = Proses perpindahan secara konduksi dari kabel pemanas ke dinding pipa.
Dari T4 ke T5 = Proses perpindahan panas secara radiasi dari sistem ke lingkungan dan
karena pipa di insulasi dengan baik, maka perpindahan panas secara radiasi
diassumsikan tidak terjadi.
Sumber Panas
(Qin)
Crude Oil
Crude Oil API = 37,2
T1= 71 oC T1= ..... oC
SG=0.8388
P1 = 200 Psi P2 =...Psi
3
ρ= 806,Kg/m
Untuk mendapatkan profil perpindahan panas dan aliran pada aliran fluida, digunakan
data awal berupa hasil pengukuran temperatur kabel pemanas dan permukaan pipa yang
bersentuhan dengan kabel pemanas pada beberapa segment (per 250 meter) yaitu
sebagai berikut :
1
2 2
1 2 3
Koefisiensi perpindahan panas konveksi (h)= 10 w/m2.K
71 67
̇
7 962 1
57 54
̇
1 63 1
̇ ̇ ̇ ̇
5 266855 8
1483 24 4187
Jadi dititik 250 meter dari titip masuk, temperatur fluida adalah 70,19 oC.
Perhitungan di segment pertama ini menjadi acuan untuk perhitungan iterasi berikutnya
sampai di titip 10.000 meter yaitu sebagai berikut :
Grafik2. Profil Penurunan Temperatur dan Penurunan Pressure sepanjang 10.000 meter
200,0
180,0
160,0
140,0
120,0
100,0
80,0
60,0
40,0
20,0
0,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Pin (Psi) Titik Pengukuran
Pout (Psi)
Tin (oC)
Tout (oC)
Building...
mesh
materials,
interface,
domains,
mixture
zones,
contact_region-trg
contact_region-src
heaterout
pipeout
heaterin
pipein
interior-solid
interior-4
wall-11
wall-12
solidSliding interface contact_region already defined, skipped.
parallel,
Done.
Domain Extents:
x-coordinate: min (m) = -6.109927e-18, max (m) = 1.200000e+01
y-coordinate: min (m) = -7.112000e-01, max (m) = 6.095995e-01
z-coordinate: min (m) = -6.096000e-01, max (m) = 6.096000e-01
Volume statistics:
minimum volume (m3): 2.098370e-08
maximum volume (m3): 3.720938e-03
total volume (m3): 1.393900e+01
Face area statistics:
minimum face area (m2): 7.153730e-07
maximum face area (m2): 5.061913e-02
Checking mesh............................
Done.
Mesh Quality:
Minimum Orthogonal Quality = 8.67473e-02 cell 285 on zone 2 (ID: 19818 on partition: 0) at
location ( 6.74570e-03, -6.94960e-01, 3.65350e-02)
(To improve Orthogonal quality , use "Inverse Orthogonal Quality" in Fluent Meshing,
where Inverse Orthogonal Quality = 1 - Orthogonal Quality)
Maximum Aspect Ratio = 6.72038e+01 cell 38 on zone 2 (ID: 16448 on partition: 0) at location (
1.19939e+01, -6.83035e-01, -4.49186e-02)
Material ethyl-radical:
New property "Density" has been added.
Selecting constant method for "Density" -- data required.
New property "Thermal Conductivity" has been added.
Selecting constant method for "Thermal Conductivity" -- data required.
New property "Viscosity" has been added.
Selecting constant method for "Viscosity" -- data required.
iter scalar-0
1 1.000000e+00
2 2.833190e-04
3 3.468010e-05
4 1.894353e-05
5 3.881666e-05
6 1.670038e-04
7 1.040642e-03
8 4.958541e-03
9 1.068005e-02
10 1.116725e-02
Done
=======================================================================
Calculation complete.
Note: zone-surface: cannot create surface from sliding interface zone.
Creating empty surface.
Note: zone-surface: cannot create surface from sliding interface zone.
Creating empty surface.
dari hasil iterasi yang dilakukan menggunakan ANSYS 2021R, selanjutnya disimulasikan
menggunakan ANSYS Fluent sebagai berikut :
Gambar 11. Simulasi pola aliran dan perpindahan panas pada pipa
Gambar 12. Simulasi kondisi thermal
Iterasi dan simulasi yang dilakukan adalah persegment panjang pipa, dimana gambar
diatas merupakan simulasi yang mewakili segment pertama.
Dari iterasi yang dilakukan didapat temperatur akhir sebesar 38,62 oCdan tekanan akhir
170,7 Psi. Dari perhitungan dan simulasi yang didapat sesuai dengan kebutuhan operasi
yang di inginkan yatu temperatur minimum 30 oC dan tekanan minimum 140 Psi.
IV. Kesimpulan dan Saran
IV.1. Kesimpulan
Hasil iterasi menunjukkan kondisi operasi saat ini sudah diatas kebutuhan
minimum operasi sehingga tidak diperlukan upgrade pemanas untuk menaikkan
temperatur dan pola aliran.
IV.2. Saran
Daftar Pustaka