Mahesa Scrippt
Mahesa Scrippt
“JIWA”
Written by :
Viera Amelia Septiani
Zadya Rifatunnisa
DRAFT 5
001. EXT. LAPANGAN/JALANAN – SAIRA - SORE
CUT TO
CUT TO
Ekstras
“ra”
Saira
“Iya”
Ekstras
“Oiya BTW, gua tadi kan abis dari ruang guru, denger denger bakal ada
murid baru nih ra di kelas Lo. Ganteng lagi raa”
Saira
“Ohh Iya”
Ekstras
Ekstras
Following cam
SAIRA
(ekspresi wajah sedikit khawatir)
“Jangan duduk di sana!”
RASHEL
(Kaget)
“Kenapa? salah?”
“Aneh lo Ra!”
Bu guru datang bersama Sagara dari arah pintu kelas lalu berdiri
di depan kelas.
BU GURU
”Baik anak-anak, selamat pagi. Mohon perhatiannya sebentar, Ibu punya
teman baru untuk kalian yang akan gabung di kelas ini. Nak silahkan
perkenalan diri kamu.”
SAGARA
(Tersenyum ngangguk)
“Halo, perkenalkan nama gua Aksagara Radea Darmanta, Biasa dipanggil
Sagara, gua pindahan dari Bandung.”
BU GURU
“Semoga kalian bisa berteman baik dengan Sagara ya, Sagara”
(melihat Sagara)
“Kamu boleh duduk di sana ya”
(Sambil nunjuk bangku kosong)
CUT TO
BU GURU
“Ibu absen dulu ya, jangan berisik.”
“Andi Wijaya?”
“Beno Hapsari?”
(Terus berlanjut sampai absen ke 28)
“Nyi Saira Larasati?”
SAIRA
(angkat tangan)
“Hadir bu.”
Sagara yang sedang bersiap untuk belajar, mendengar nama Nyi Saira
dengan sedikit terkejut. Dan melihat Saira dengan tatapan yang sulit
diartikan lalu pandangannya teralihkan oleh Bu Guru yang sudah membuka
kelas
Bu guru
“jadi hari ini kita akan belajar”
Cut To
010. INT. DALAM KELAS – SAIRA, LAISA, RASHEL, EXTRAS – SIANG, JAM
ISTIRAHAT
RASHEL
(Bicara saat akan duduk di bangku sebelah Saira)
“Lo kenapa gak istirahat?”
SAIRA
(Menoleh sebentar, lalu kembali menggambar lagi)
“Ini gua lagi istirahat”
LAISA
(Melihat dengan ekspresi heran)
“Kebiasaan deh lo, jangan gambar setan mulu.”
SAIRA
(menoleh)
“Lu nanya gua?”
SAGARA
(Dengan gelagat sedikit canggung)
“Iya gua nanya lu, kan di sini cuma ada kita berdua.”
SAGARA
(Mengulurkan tangan)
“Sagara, kelas XII MIPA 5.”
SAIRA
(Terlihat sangat terkejut)
SAIRA
(Mengalihkan pandangannya)
“Kita sekelas.”
SAGARA
(Ekspresi mengingat nama Saira)
“Oohh lo yang itu.”
Selang beberapa menit hujan sedikit reda, Saira hendak pergi dari
Loby.
SAGARA
(Sagara yang masih terdiam ditempatnya, menatap Saira penuh harap)
“Ra”
SAIRA
(Menoleh kebelakang)
“Apa?”
SAGARA
(menatap Saira lalu datang menghampiri Saira)
“Bareng gua aja ayo”
SAIRA
(langsung menjawab dengan cepat)
“Gak usah, makasih. Gua bisa pulang sendiri kok”
SAGARA
(Menunjuk langit dengan dagunya)
“Lo gak liat masih gerimis, kalau tiba-tiba hujannya deras lagi
gimana?”
SAIRA
(Mengangguk kecil, tatapan datar)
“Yaudah ayo”
Saira dan Sagara telah sampai dihalaman rumah Saira, Saira turun
dari motor Sagara.
SAIRA
(tersenyum tipis)
“Makasih ya.”
SAGARA
(tersenyum)
“Sama-sama Saira.”
TEMAN PEREMPUAN
(menunjuk Saira)
“Ra traktirannya ya.
Jangan lupa rayain ya Saira.”
Sagara yang duduk tak jauh dari sana memandang Saira seraya tersenyum
tipis.
Laisa dan Rashel menggoda Saira dengan menyanyikan lagu yang membuat
Saira malu
RASHEL
(seraya menopang dagu di meja)
“Oiya,nama lu kan Nyi Saira Larasati. Nyi itu apa?”
SAIRA
“Keluarga sangat taat pada aturan budaya yang diadakan,nama itu
sangat turun temurun. Karena Nyi bukan sembarang nama. Hanya orang
tertentu yang mengetahuinya.”
Dari pojok kelas Dara mendengar obrolan Saira ,Dara tertawa jengkel.
DARA
(tertawa jengkel)
“Nama lu kampungan banget!”
SAIRA
(menoleh kearah Dara,menautkan alis tak mengerti)
“Jaga omongan lo ya Dara.”
DARA
“Nama lu aneh,zaman sekarang mana ada sih.”
LAISA
(ekspresi sebal,seisi kelas tertawa)
“Nama lu juga aneh,kaya burung.”
SAIRA
(menghela nafas karena menahan emosi)
“lu gak tau apa-apa Dar,sebaiknya diam sebelum terjadi sesuatu.”
DARA
(Dara yang sedang duduk senderan kebekalang tiba tiba badannya
melengkung kedepan,urat wajah mulai nampak,dan mata putih)
“AHH...!”
RASHEL
(eskspresi panik)
“SAIRA!”
TEMAN KELAS
“Saira lo harus tolong dia.”
Dara menoleh dengan cepat pada Saira, nafasnya yang menggebu-gebu dan
sudah tidak terlihat seperti Dara. Saira meneguk salivanya, karena
suasana nya yang tidak kondusif.
Saira membacakan doa seperti biasa namun tidak mempan. Kondisi Dara
semakin tak terkendali. Dengan keraguan Saira menampar Dara dengan doa
khusus.
Setelah itu Dara telah sadar, dengan nafas yang tidak teratur dan
keringat berucucuran. Angin menghilang,kertas berjatuhan dan kelas
menjadi kondusif kembali.
Fade
LAISA , RASHEL
(tepukan seraya membawa kue kecil)
“Happy birthday to you!
Happy birthday to you!”
RASHEL
(menangkupkan tangan di dada/mohon)
“Tiup dong lilinnya.”
LAISA
“Make a wish.”
SAIRA
(mengangkat tangan berdoa)
“Iya-iya.”
Tidak lama itu ia membuka mata kembali dan meniup lilinya.
SAIRA
(buka mata)
“Makasih ya gais”
SAIRA
(menoleh sebentar lalu kebuku kembali)
“Gimana lo pada udah semua?”
RASHEL
(tanpa melihat Laisa maupun Saira)
“Gua dikit lagi”
SAIRA
(tanpa memandang siapa pun)
“Udah beres tapi gua koreksi lagi takut ada yang kelewat”
Dari arah tangga, datang Sagara dengan membawa kotak kecil yang
berisikan sebuah jam tangan klasik. Kehadiran Sagara belum membuat
Saira, Laisa dan Rashel sadar.
SAIRA
(Wajah terkejut)
“Loh? Sagara? Lo ngapain kesini?”
LAISA
(wajah heran)
“Loh, lo dateng?”
Mendengar ucapan Laisa, Saira dan Rashel menoleh kearah Laisa dengan
wajah heran.
Laisa
(Menatap Saira dan Rashel)
“Kenapa pada ngeliatin gua, tadi si sagara ngechat, nanyain kita
kerkom di mana. Ya gua mah gua jawab aja di sini, tapi gua mana tau
kalo dia bakalan dateng.”
RASHEL
“Jadi lo mau ngapain ga, ke sini? Ada yang bisa kita bantu?”
SAGARA
(Senyum)
“Engga kok, gua Cuma mau ngasih ini aja buat Saira.”
SAIRA
(sambil menerima kotak)
“Atas dasar apa lo kasih ini ke gua?”
SAGARA
“Engga kok,gua cuman mau kasih aja.”
LAISA
“Yeeuu, bohong bangett sii”
SAGARA
“Iyaa gua cuman mau kasih itu aja ko, Happy Birthday ra. gua duluan
yaa.”
RASHEL
“okee deh gar”
SAIRA
(sambil berjalan kecil mengampiri sagara)
“Eh, gar.. makasih buat hadiahnya”
SAGARA
“Iyaa ra sama sama”
(tos)
“Gue pamit dulu ya, jaga diri”
(mengelus kepala Saira)
Sagara menuruni tangga dan pergi dari rooftop
RASHEL
(sambil membuka buku)
“Tumben banget si tu orang enggak kaya biasanya”
LAISA
“Sagara suka kali sama lo ra.”
SAIRA
(langsung berdiri meninggalkan rooftop)
LAISA, RASHEL
(dengan wajah kaget)
“Saira mau kemana?”
CUT TO
Saira berlari dengan panik dan ketakutan, tujuan Saira saat ini
adalah Rumah dukun. Di tengah Saira berlari, Saira teringat akan
mimpinya beberapa hari lalu
Flashback
V.O DUKUN
“Aku bale ngandani koe, Nyi. Takdir Nyi tidak bisa diubah. Sopo wonge
sing nyenengi Nyi saumure Nyi seng pengpitulas. Kui arep dadi tumbal
kanggo aku.”
Flashback off
Flashback
Saira berjabat tangan dengan Sagara, tanpa sadar Saira membaca masa
lalu Sagara dimana Saira melihat seorang anak laki-laki yang matanya
di tutup oleh tangan seorang Dukun.
V.O
“Jeung ieu abdi tutup panto nu jadi jalan kabatilan. Jeung ieu oge
abdi buka jalan sae kanggo ujang Sagara”
Flashback off
Saira langsung memasuki gubuk tersebut tanpa ragu dan melihat Sagara
dengan posisi yang sudah tidak berdaya.
SAIRA
(Saira menghampiri Sagara dengan berlari)
“SAGARA!”
SAIRA
(Saira menangis sambil berteriak)
“LO UDAH TAU KAN KOENSEKEUNSI YANG HARUS DITERIMA KALAU LO SUKA SAMA
GUE, KENAPA LO TETEP NGELAKUIN INI?!”
SAGARA
“Ra, lo harus kuat. Ini juga konsekuensi yang harus lo terima sebagai
anak yang terlahir istimewa.”
V.O GURU
“Jangan meremehkan hal yang sakral.”
CUT TO
-TAMAT-