Anda di halaman 1dari 9

NASKAH DRAMA KELOMPOK 9

Dosen Pengampu I Made Astika, S.Pd., MA.

Oleh :

 Ida Ayu Kade Dwi Jayanti (2012011031)

 Kadek Denya Chandra Pramudhita (2012011032)

 Elsa Lorenta Br Sinukaban (2012011033)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2021/2022
Elok Rupa Tak Seelok Hati

Ruang Kelas

Udara panas terasa sangat menyengat. Di sebuah kelas yang terdiri dari tiga puluh enam
orang kini terasa seperti di padang pasir, sangat panas. Banyak dari siswa menggunakan
bukunya sebagai kipas. Keluhan terdengar dari deretan bangku barat. Sari, Sudar, Damar,
Mang Dani, dan Mang Tri. Kelima sahabat itu mengeluh tiada henti, terutama Sari yang
notabenenya berasal dari daerah dingin yaitu Bangli.

Sari : “ Udara panas enaknya minum es.” (Sari mengeluh sambil sesekali mengelap peluh
yang tiada henti.)

Damar : “ Cakep.” (Damar menimpali)

Sari : “Huss. Aku tidak sedang berpantun Damaryani cantik” Dengan sangat kesal tangan sari
terangkat berusaha menggeplak lengan Damar.

Sudar: “ Sabar Sari sabar, sebentar lagi pasti hujan, percaya deh sama Mbak Rara.”

Sari : “ Mbak Rara bapakmu! Mbak Rara mamah pawang hujan bukan pengendali air. Duh
tidak kuat aku. Aku bolos ya mau ke kantin beli es. Nanti kalau Bapaknya dateng kasi tempe
ya. Hahaha” Sari kemudian berjalan ke luar kelas, melambaikan tangan seperti artis.

Mang Dani : “Heh Sari mau kemana? Ikut aku ikut, heran juga sama kelas ini ga mau
nyumbang gitu buat beli kipas, dibilang jek kelas rangking tapi ga mau keluar uang.”

Mang Tri : “Lah?”

Damar : “Lah?”

Sudar : “Dirimu penghuni kelas ini ya, Mang Dani” Mang Dani nyengir dan segera menyusul
Sari.

Dengan polosnya, Mang Tri, Damar, dan Sudar mengikuti langkah dua temannya itu untuk
pergi ke kantin. Padahal jam istirahat sudah berlalu sekitar 30 menit yang lalu.

Kantin

Mang Dani : “Buk... Es nutrisari Jeju orin 5, gelasin ya minum di sini!” Mang Dani memesan
minuman dengan sedikit berteriak.

Ibu Kantin : “Oke siap, Mang” Ibu kantin mengacungkan jempol tanda setuju.

Sembari menunggu minumannya jadi, Sari kembali berulah. Mulut kecilnya terus mengoceh
dengan arah pembicaraannya yang tidak jelas alias ngelantur. Merasa risih, Damar yang
duduk tepat di depan Sari menggeprak meja tanda-tanda ia sedang kesal. Semuanya terkejut
dengan apa yang dilakukan teman polosnya itu. Tidak biasanya Damar bertingkah seperti itu.

Damar : “Plis deh Sari, bisa diam tidak! bicaramu ngelatur tau!” (dengan nada yang sedikit
kesal)

Sari : “ Kenapa sih Damar, kamu kesal tadi aku pukul?”

Damar : “Nggak ada apa, cuma minta tolong kamunya jangan banyak bicara, dan kalo bisa
kecilin juga volumenya!”

Sari : “ Panas tau Damar!”

Damar : “ Iya aku tau ini panas, tapi liat kita ada di mana dan ini masih jam pelajaran. Kalau
ketahuan guru gimana? Udah cuaca panas, esnya datengnya lama ditambah kamu yang
banyak bicara, gimana nggak risih orang dengar? Ngerti sekarang? ngerti dong, masak nggak
ngerti”

Sari diam sambil menekuk wajahnya, ia tak terima dengan apa yang dikatakan Damar tadi.
Damar yang melihat perubahan raut muka Sari, segera membujukya.

Damar : “Jangan nae gitu, kaya lelakut tau mukakmu. Senyum dong. Bercanda aku bercanda
tadi”

Sari : “Bercandamu jelek, seleketeb”

Sari kesal dan akhirnya mengambil kursi lain dan duduk agak menjauh dari Damar. Sudar dan
Mang Dani tertawa melihat muka Sari yang kata Damar seperti lelakut.

Di lain dunia, Mang Tri tengah disibukkan dengan smartphone andalannya. Tidak terganggu
oleh kegiatan temannya yang lain. Menyecroll tiktok hingga bernyanyi seolah temannya tidak
ada. Namun, tak berlangsung lama. Karena setelah itu, grup kelas menerima informasi dari
ketua kelas bahwa pak Elta selaku guru fisika kelas 11 tidak dapat hadir karena acara
keluarga. Grup kelas ramai dengan stiker-stiker laknat andalan masing-masing siswa.

Mang Tri : “Gus Ari bilang bakal ada murid baru.” Ucap Mang Tri setelah mendapat kabar
dari ayangnya yang menjabat jadi ketua Osis.

Damar : “Cowok apa cewek?” (Damar mendekat penasaran).

Sudar : “ Cowok, katanya ganteng. Mirip artis idolamu itu Mang Dani.”

Sari yang tertarik mulai ikut ke dalam perbincangan empat orang itu. Menggeser tempat
duduknya agar lebih nyaman untuk bergibah.

Sari : “ Tapi kemarin heboh kalau dia pindahan Denpasar, kayaknya sih orangnya SKSD. Sok
Kota Sebeng Desa.”

Mang Dani : “ Namanya gosip, mending liat aja entar kenyataannya. Realita tu nggak seindah
ekspetasi.”

Mang Tri: “Bener, jangan terlalu berharap. Biar ganteng juga, emang dia mau sama kalian?”
Sari : “ Situ jarang ngomong, sekali ngomong kayak indomie rasa ayam geprek, pedes
nyelekit. Taudah yang udah punya ayang”

Damar : “Cinta ada alurnya bestiku.” Damar berucap sambil menepuk bahu Mang Tri

Mang Dani : “Emang yakin dia ganteng? Kalau semisalnya mukaknya standar?

Sari : “ Jeg sube care helm. Misi standar-standar.” Ucap sari dengan logat Balinya.

Damar : “ Ya kalo ganteng astungkara kalo standar Kirang langkung aja.”

Sari : “Serah ya mau dia seganteng Lee Minho ataupun seseksi RM BTS atau lebih gagah
daripada Siwon Super Junior, yang jelas ini makin gerah. Buk mana esnya kok ga jadi-jadi!”
Ucap sari sambil berteriak.

Sasih : “ Dikasi je sujud kamunya Ri.”

Sari : “ Ga nolak akunya. Hehehe.”

Ruang Kelas

Keesokan harinya di pagi yang cerah, tersirat senyum dari kelima sahabat tersebut. Disaat
mereka sibuk dengan dunianya masing-masing, guru Bahasa Indonesia yang juga menjadi
wali kelas sebelas MIPA 4 masuk dengan keadaan terengah-engah. Tidak dipungkiri lagi
beliau terengah-engah karena jadwal mengajar yang padat dan kelas kami yang berada di
lantai tiga.

Guru : “ Anak-anak maaf Ibu ngos-ngosan, Ibu tadi dari Mipa 8 langsung kesini. Duh capek
Ibu” Beliau berucap dengan logat Gianyar.

Murid-murud : “ Iya bu, tidak apa-apa.”

Guru : “ Anak- anak sebelum lanjut, Ibu ada sedikit informasi. Kalian punya temen baru,
langsung saja silahkan masuk Gus.” ( guru mempersilahkan)

Yang dipersilakan masuk ke kelas dengan tampang gagahnya berdiri di depan kelas. Berjalan
seperti model dengan perawakan yang tinggi dengan mata yang tajam, bibir tipis dan kulit
yang putih membuat semua mata baik kaum adam dan hawa tertuju padanya. Mulai terdengar
bisikan-bisikan yang memuji dirinya.

Damar : “ Mang Dani... Mang.. Jangan nuduk terus, liat tu murid baru.” ( Mang Dani
menoleh, dan pada saat itu juga pandangan tak lepas dari murid baru itu)

Sari : “ Ihh ganteng sekaliii”

Sari bersuara dengan volume tidak terkontrol, alhasil semua mata beralih dan tertuju pada
Sari. Tentunya keempat sahabatnya yang lain malu dibuatnya.

Guru : “ Sudah-sudah, nah Gus silahkan perkenalan dirimu pada teman-teman.”


Guru mempersilahkan, dia hanya mengangguk dan tersenyum manis.

Murid baru : “Perkenalkan nama saya Cokorda Arjun Wibawa, biasa dipanggil Cok Arjun,
saya pindahan dari Denpasar. Kalau ada yang ditanyakan silahkan tanyakan nanti”
( tersenyum manis)

Guru : “Sekian dari Arjun, Ibu harap kalian bisa berteman dengannya. Arjun bisa duduk
disamping Sudar, Sudar tolong angkat tangan.” (Sudar mengangkat tangan dan si murid baru
berjalan kearahnya dan duduk).

Pelajaran dimulai, semua fokus memperhatikan guru menerangkan termasuk si murid baru,
Cok Arjun dia memerhatikan guru dengan baik. Waktu istirahat banyak yang mengajak si
murid baru berkenalan. Baru beberapa jam, Arjun sudah bisa membaur dengan teman-teman
di kelas barunya.

Sari : “ Sudar.. sini sebentar.” ( Sari memanggil)

Sudar : “ Kenapa sari?” ( Sudar menoleh)

Sari : “ Kenalin aku sama temen disampingmu dong.”

Sudar : “ Kenalan aja sendiri.”

Sari : “ Malu aku Sudar.”

Damar : “ Eleh sok malu kau...biasanya juga malu-maluin.” ( Damar mencela)

Mang Dani : “ Yaudah ayo kenalan.” ( Mang Dani bangkit dari tempat duduknya dan menuju
meja anak baru itu)

Mang Tri yang tadinya diam mendengarkan sekarang sudah berjalan mengikuti Mang Dani,
Sari dan Damar yang tadinya menganga akan ucapan Mang Dani yang sat set sat set mekleset.
Sudar juga mengikuti mereka ingin melihat interaksi Mang Dani yang dikenal dengan sikap
dinginnya.

Sesaat kemudian mereka sampai di tempat tujuan. Murid baru yang tadinya sibuk dengan
smartphonenya terkejut kala sebuah tangan terulur tepat di depanya. Karena terkejut dengan
reflek murid baru tersebut menoleh kepada si yang punya tangan. Seketika mata mereka
bertemu dan membuat mereka tersenyum canggung.

Damar : “ Kenalin aku Damar.” ( tangan Damar terulur)

Arjun : “ Oh iya, aku Cok Arjun.” ( Arjun menyambutnya.)

Setelah Damar berkenalan Arjun memangil Sudar. Sudar yang tau maksud dari Arjun
memanggilnya langsung berinisatif memperkenalkan teman-temannya kepada Arjun.

Sudar : “ Kenalin Jun, ini teman-temanku. meraka baik ga gigit, jangan takut. Hahaha”
Perkenalan pun dimulai dari yang pertama tadi Damar, salanjutnya Mang Dani diikuti oleh
Mang Tri dan terakhir sebagai tokoh utama kita adalah Sari. Setelah acara perkenalan tersebut,
mereka berbincang-bincang sedikit dan sekedar tanya-tanya tentang kehidupan Arjun. Tidak
terasa waktu istirahat habis dan mereka lupa waktu.

Seiring berjalannya waktu, kehadiran murid baru yang tadinya asing sekarang sudah mulai
biasa, kelima sahabat itu sering bercengkrama dengan Arjun. Hingga salah satu dari mereka
mulai tertarik dengan sosok Arjun.

Keramah-tamahan Arjun dan rupanya yang tampan membuat hati siapa saja luluh hanyadengan
sekali senyum. Sama halnya dengan salah stu dai kelima sahabat itu. Sari seorang dari kelima
sahabat itu dibuat luluh oleh anak pindahan itu.

Kantin

Disebuah kantin terlihat kelima sahabat tersebut terlihat saling bercengkrama, awalnya mereka
tertawa ceria namun sesaat kemudian mereka diam dan serius mendengarkan cerita dari salah
satu temanya.

Sari : “ Aku suka sama Arjun.”

Mang Dani : “ Ga heran sih, semua juga bakal ambyar liat senyumnya.”

Mang Tri : “ Baru suka belum cinta dong.”

Sudar : “ Nanti ku kasi tau Arjun, tenang Sari. Aku dukung kok.” ( Sudar menyemangati)

Sari : “ Jangan dikasi tau lah, malu akunya. Diemin aja dulu.”

Damar : “ Sesuai alur ya Ri?”

Sari : “ Wihh Damaryani pinter.”

Damar : “ Baru nyadar mbak?! Coba aja dulu Ri, siapa tau cocok, ya ga teman? ( merangkul
Sari)

Topik beralih ketika Ibu Jero mengantarkan makanan pasanan mereka, tanpa banyak bicara
mereka makan dengan lahap, ya karena kelaparan setelah pelajaran Matematika.

Semakin kesini Sari dan Arjun semakin dekat saja, buktinya mereka sering berbincang-bincang
dan sesekali tertawa bersama terlihat serasi. Kadang Sari melupakan teman-temannya hanya
karena Arjun. Keempat sahabatnya yang lain tidak ambil pusing dengan hal itu. mereka punya
prinsip, satu senang semua ikut senang, satu galau yang lainnya jangan ikut galau harus saling
menyemangati.
Ruang Kelas

Terlihat di kejauhan tepatnya di bangku belakang, Sari dan Arjun asik bercengkrama ria. Lain
mereka lain keempat sahabat sari yang lain. Mereka lebih memilih duduk dibangku depan agar
tidak mengganggu dunia mereka.

Sudar : “ Sari gitu sekali.” ( ucap Sudar dengan nada kesal)

Mang Dani : “ Gitu gimana?”

Sudar : “ Masa aku diusir, disuruh tukar tempat duduk. Mentang-mentang PDKT.”

Mang Dani : “ Hahaha...Ayolah Sudar. Biarin aja dulu, namanya juga remaja lagi jatuh cinta.
Kaya kamu gak gitu aja, jek.” ( ucap Mang Dani menenangkan)

Damar : “ Iyalo, Dar. Sekali-kali buat Sari bahagia.”

Mang Tri : “ Kok perasaanku ku ga enak ya?” ( Mang Tri bertingkah aneh)

Damar : “ Mang jangan bercanda kamu.” (Damar mulai ketakutan)

Sudar, Mang Dani : “ Kenapa, Mang? Apa yang kamu liat?” ucap mereka barengan.

Mang Tri hanya menggelang tanpa memberi jawaban pasti, temannya yang lain tau arti
gelengan tersebut, dan mereka tidak berani bertanya lagi. Mereka hanya bisa melihat apa yang
akan terjadi. Mang Tri memiliki kemampuan istimewa, ia adalah orang yang sangat peka atau
bisa diilang anak indihome. Ah maksudnya indigo, itu sebabnya dia pendiam.

Ruang Kelas

Beberapa hari kemudian mereka menjalani hari seperti biasanya. Raut senyum terukir dikala
Sari memasuki kelas matanya langsung tertuju oleh seseorang yang duduk dibangku belakang.

Damar : “ Belum minum obat orang ni”

Mang Tri : “ Bukan temenku.”

Mang Dani: “ Hey Sari, kesini sebentar.” ( Mang Dani melambai)

Sari menghampiri

Sari : “ kenapa Mang?”

Man Dani : “ Kamu kenapa senyum-senyum ga jelas?”

Sari : “ Hanya bahagia. Masa kemarin aku dikasi bunga tau. Kan aku baper.”
Damar : “ Jangan terlalu beper nanti jatuh kasian.”

Sari : “ Yang penting aku bahagia Damar.”

Damar : “ Oke salam sama Pak Bagia.”

Waktu menunjukan pukul 14.45 WITA, sekolah telah usai. Kelima sahabat tersebut berniat
membuat tugas kelompok di rumah Mang Dani.

Rumah Mang Dani

Pukul 16.00 WITA, kelima sahabat tersebut suddah berkumpul di rumah Mang Dani dan mulai
mengerjakan tugas. Namanya juga kerja kelompok, yang satu kerja yang lain sibuk dengan
smartphonenya. Disaat sedang hening-heningnya. Sari yang tadinya sibuk dengan
smartphonenya sekarang hanya diam menatap lurus kedepan.

Sari : “ Damar...” (sari memanggil Damar)

Damar : “ Oit kenapa, Sari?” (jawab Damar cepat)

Sari : “ Kamu pernah ga? udah diajak terbang terus dilepas gitu aja?”

Damar : “ Astungkara aku belum pernah terbang. Kenapa Sari?”

Sari : “ Cokorda Arjun Wibawa seorang PHP.”

Semua yang tadinya sibuk sendiri beralih pada Sari, mereka penasaran dengan apa yang terjadi
dengan sari.

Mang Dani : “ Hah!? Gimana gimana?”

Sari : “ Baru kemarin dia ngasik aku bunga, eh tadi di instagram dia posting cewek terus
captionnya my love. Ingin ku mengumpat.”

Damar : “ Sudah kubilang jangan terlalu baper, sakit kan jatuhnya. Tau rasa sekarang kamu.”

Sudar : “ Udah dua kali lo kamu di giniin Ri. Bukannya belajar dari kesalaan eh malah remidi
terus. Yang sabar ya.” ( sasih mengelus punggung sari)

Mang Tri : “ Betul ternyata firastku, aku juga dapet informsi dia memang berandal aslinya.”

Sari : “ Kenapa ga bilang dari awal Komang Tri Maheswari?” (Sari menekankan nama Mang
Tri)

Mg Tri : “ Kalo aku bilang emang kamu percaya? Kaya ga tau istilah cinta itu buta aja.”

Damar : “ Udahlah jangan sedih-sedih gitu, makanya menilai orang jangan dari luarnya aja,
dalemnya juga dong.”
Mang Dani : “ Elok rupa tak seelok hati.”

Sudar: “ Elok rupa tak seelok hati dua.”

Damar : “ Ganteng wajah tak seganteng hatinya.”

Mang Tri : “ Elok rupa tak seelok hati tiga.”

Sari : “ Okedeh nanti cari yang lain gampang.”

Mang Dani : “ Apasih yang susah buat Sari.”

Mereka berpelukan dan berujung menyalakan laptop untuk menonton film. Pergibahan pun
dimulai, kelima sahabat tersebut sangat antusias dengan topik gibahan mereka, sampai-sampai
tugas yang awalnya hampir selasai terbengkalai begitu saja. Ujung-ujungnya si tuan rumah,
Mang Dani yang mengerjakan tugasnya sendirian.

Anda mungkin juga menyukai