Anda di halaman 1dari 8

On The Race

Semua anggota telah berkumpul ditempat biasa,kecuali alex.Malam ini,gemg The Flash and
Danger akan melakukan balap liar di daerah kawasan yang sepi kendaraan.karena sekarang
sudah pukul 12 malam,menandakan bahwa racing akan segera dimulai.
“ Si kulit pucat belum dating?” tanya Darma.Dia baru saja tiba dan membuka kaca helmnya.
Roy tertawa kecil.”Sudah di jalan katanya,Dar”.
Jery berjalan kearah Darma.”Malam ini kita ada musuh,Dar!”
Darma lalu membuka helm sambil menyisir rambutnya.”Anak motor mana?”
“Biasa Dar,Gengnya si Robin.”Penjelasan Jery membuat Darma tertawa sesaat.
“Gak bosan kalah mereka?”ujar Darma sambal merenggangkan ototnya.
“Yoi,Dar!”sahut Gilang yang asyik sama HP-nya.
Darma memasukkan tangannya ke saku celananya.”Jadi mau lawan siapa mereka?Gilang,lo
mau gak?”Darma bermaksud mengganggu Gilang yang asyik dengan HP-nya.
Gilang lalu mengalihkan perhatiannya ke Darma.”Siapa takut?”Jery tiba tiba-tiba memberi
sedikit info”Kali ini bukan anggotanya yang mau lawan kita,Robin langsung yang turun tangan!”
Roy menepuk pundak bahu Darma setelah mendengar info tersebut.”Kalo begitu lo aja Dar,gue
yakin sama kemampuan lo.”Kata Roy sambil tertawa renyah.
Gilang tiba-tiba mengelaurkan jurus semacam kuncian ke leher Roy.”Gini-gini gue juga temen lo
kali.”
“Oke kali ini gue yang akan melawan Robin,gue pasti menang.”Ucap Darma yakin.
Jery tersenyum puas mendengar ucapan Darma karena sudah yakin padanya.
Tidak lama berselang setelah menentukan pembalap yang turun,tiba-tiba segerombolan geng
motor dengan jaket sama dating dan salah satu diantara mereka ada yang bertubuh paling
jangkung,dialah Robin.Dia turun dari motornya dengan yakin,lalu berjalan menuju geng The
Flash and Danger.
“Siapa lawan gw?”Robin merasa tidaak sabar.Darma maju lalu meresleting jaketnya sampai
menutupi badannya.”Gue!”
Tatapan keduanya bercahaya.Darma dan Robin langsung mengambil motornya dan beriap siap
di garis start.Darma memainkan gas motornya dan bersiap melaju dengan kencang.
Roy berdiri diantara keduanya lalu mengangkat topi yang ia kenakan dan siap untuk dijatuhkan
ke jalan.Gas motor Darma dan Robin tak berhenti bersuara.Tidak mau kalah,mereka bersaut-
sautan.Darma dan Robin saling menatap beberapa saat.
“Dalam htiungan ketiga gue jatuhin topi!”Roy mengangkat tangannya.
“Satu”
“Dua”
Topi akhirnya jatuh ke tanah dalam hitungan ketiga dan disusul dengan laju motor yang cepat
dari Darma dan Robin.
Anak-anak dari kedua geng tersebut bersorak memberi semangat.Saling mengeraskan suara
masig-masing.Baru bebrapa detik balapan dimulai,Alex datang dan menyapa semuanya.
“Ah sial…”Darma memukul tangka gasnya.Teriakan gembira itu bukan dari geng The Flash and
Danger,melainkan dari Geng Kilat.Membuat emosi anak-anak terpancing dan mulai
menyalahkan Darma.
“Payah lo Dar”Protes Jery.Mendengar hal itu Darma membuka helm “Maksud lo apa?”sentak
Darma sambal mecengkeram baju Jery.
Gilang dengan sigap melerai keduanya agar tidak menjadi-jadi.
“Woy kalian kok malah berantem?”Roy menenangkan Darma.
Alex berjalan menuju motornya,ingin meninggalkan tempat itu.”Kalau ada masalah pribadi
jangan dibawa ke arena.”Ucap Alex sambil menyalakan motornya dan meninggalkan tempat
tersebut.
Mata Darma menyala.Maksud lo apa Lex?”
“Kita udah puluhan kali lawan mereka dan gak pernah kalah.”Alex menegaskan statistic
perlombaan antara Geng The Flash and Danger melawan Geng kilat.
Darma meludah ke jalan.”Lo ingat ya,gue udah enam kali nyumbang kemenangan dan lo baru
sekali,yang lain juga sekali.”
Roy terus berusaha menenangkan Darma.”Kita udah kalah…buat apa lagi dibahas.Gak ada
gunanya.”
“Lo juga Lex,jangan nyudutin Darma terus”Alex melajukan motornya dan meninggalkan anak-
anak.
Anggota lain pun berjalan menuju motor masing-masing,kemudian naik ke motornya.Darma
menginstruksikan semuanya untuk pulang.
Disaat semuanya sudah menjauh,berteriaklah si Robin “Bubarin aja geng kalian”.mendengar
perkataan itu Darma pun berhenti dan berbalik menghampiri suara itu.Darma bergegas berbalik
dan turun dari motornya lalu mendorong Robin “Maksud lo apa?Baru sekali menang udah
songong lu.”Ketus Darma.Ia tak sabar hendak memukul Robin.
Robin tertawa dan disusul oleh temannya yang lain “Yang dulu ya dulu,yang penting itu
sekarang.Lo kalah ama gue.”
Emosi Darma sudah tak terbendung lalu memukul Robin.Geng The Flash and Danger baru sadar
bahwa Darma memutar balik dan terlibat perkelahian.Sentak semua anak-anak putar balik dan
membantu Darma.Pertarungan pun pecah.
Tubuh Darma terjatuh ketika mendapat pukulan keras di rusuknya.Robin bersiap-siap
menginjak perut Darma untuk mengakhiri pertempuran itu.Tiba-tiba Alex dating dan menerjang
Robin.Alex kemudian mengulurkan tangannya untuk Darma.Darma terkejut,tak menyangka
bahwa Alex kembali untuk membantu.
Alex tersenyum misterius.Tentu saja ia punya maksud tertentu.Ia ingin agar anak-anak yang lain
menganggapnya sebagai pahlawan dan membuka mata teman-temannya bahwa ia yang pantas
jadi ketua The Flash and Danger.
Perkelahian itu tak berlangsung lama.Semuanya bergegas kembali ke motor masing-masing
karena mendengar suara sirena mobil polisi.
Lngkap sudah hari ini.Entah makan apa semalam.Darma terus saja memikirkan Ashila.Air mata
perempuan itu membuatnya merasa beralah.Gagar berpikir bahwa ia tidak konsentrasi saat
balapan karena terus kepikiran Ashila.
Minta Maaf
Dibawah langit biru,Ashila berjalan dengan jengkel menuju gerbang sekolah.”Mengapa banyak
anak SMA yang harus diantar sampai gerbang sekolah.”Umpatnya merasa kesal.
Ashila berjalan dengan cepat diantara kerumunan murid lainnya.Dengan lincah Ashila
menghindari murid bongsor yang hendak menabraknya.
Pagi itu terasa teduh,tak ada tanda-tanda akan panas di pagi yang sejuk ini.Baru saja Ashila
menghirup napas panjang untuk menikmati udara,ada suara dari belakang yang membuatnya
menoleh.
“Woi”
Kedua mata Ashila menyipit ketika melihat Darma yang berdiri dihadapannya.Setelah berhasil
berdiri didepan Ashila,dengan wajah angkuh ia berkata “Gue minta maaf.”
Ashila melihat sekitarnya lalu mengernyitkan dahinya.”Lo ngomong sama gue?”
“Iya lah memang siapa lagi?”Alis tebal Darma terangkat.”Gue gak mau basa basi.Gue mau minta
maaf sama lo.”Darma berujar dengan nada yang tidak merasa bersalah sedikitpun.
Alisha menggeleng melihat sifat cowok yang ada dihadapannya.Alisha lebih memilih
meninggalkan Darma daripada terus didekatnya.Bisa bikin naik darah!
Darma tidak menyerah,dia terus mengikuti Ashila.”Woi gue mau minta maaf.”
“Lo marah-marah apa minta maaf?”ucap Ashila cuek.
Darma selalu dengan mudah menyusul Ashila yang berjalan cepat.”Kenapa lo gak maafin gue?”
Ashila berhenti karena Darma terus berbicara.”Belajar dulu minta maaf yang tulus.”
“Memangnya susag maafin gue?”Jawab Darma dengan agak melunak.
Ashila tersenyum sinis.”Lagi pula orang seperti lo gak butuh minta maaf?”ujarnya,sambal lanjut
berjalan.
Darma berhenti mengejar tetapi terus berkata “Gue nyesal buat lo nangis.”
Langkah Ashila terhenti mendengar ucapan tersebut.
Ashila membalikkan badan.”Seenak jidat lo minta maaf?Lo harus tau,gak semua bakal lo bias
dapetin,”ujar Ashila ketika mengingat perlakuan Darma padanya.
“Gue harus ngelakuin apa biar lo maafin.”
“Gue gak butuh apa-apa dari lo.”
Alisha masuk ke kelas dan menaruh ranselnya,namun ia harus kembali keluar karena ada
urusan.
Ashila dengan langkah cepat menuju keluar kelas.”Ashila…lo mau kemana?”Darma memegang
tangan Ashila.Saking eratnya pegangan Darma hingga membuat mata Ashila berkaca-kaca.
“Sakit.”Ashila memukul dada Darma yang bidang.Darma melepaskan pegangannya.Ia tidak
bermaksud menyakiti Ashila.”Maas Shil.”
“Lo jahat tahu gak.”
“Gue minta maaf.”Ucapan maaf terus keluar dari mulut Darma.Tetapi Ashila justru
meninggalkannya.
Darma tidak menyerah.Dia ingin terus mengejar Ashila.Seketika Roy menghentikan Darma yang
hendak melewati ambang pintu kelas.”lo mau minta maaf apa ditabok sih.”
Darma mendorong tubuh roy.”Maksud lo apa!”
“Minta maaf tu ga teriak-teriak .Minta maaf tu tulus dari hati,bukan pakai emosi.”jelas
Roy,membuat Darma kembali duduk dimejanya.
“Ah..” Darma menendang meja itu. Melampiaskan semua kekesalannya.
Ashila terus berjalan melewati koridor sekolah. Karena dia murid baru, ia belo tahu menahu
tentang seluk beluk sekolah. Ruangan ini itu masih belum jelas di ingatannya. Karena itu Ashila
sekarang langsung ke ruang guru, mendatangi Pak Rifli. Untuk melunasi pembayaran seragam
sekolah.
Sebagai tanda hormat, Ashila mencium tangan guru itu.Dia mengeluarkan sejumlah uang dari
dalam saku.”Saya mau menebus seragam sekolah pak.”
Guru itu tersenyum sambal melihatkan giginya yang bekas cabe. “Wih.. uang baru nih, Baru
ngambil dari ATM? Bapak boleh pinjem gak? Pak Rifli memainkan alisnya, membuat Ashila
ternganga.
Melihat wajah Ashila yang menegang, Pak Rifli langsung melajutkan ucapannya.” Tenang
tenang, Bapak Cuma bercanda kok, santai aja kaya di pantai.” Kedipan mata pak Rifli membuat
Ashila agak ngeri.
Setelah termangu sesaat, Darma akhirnya sadar. Dia tidak bisa hanya mengucapkan maaf,
melainkan harus mengubah perlakuannya kepada Ashila. Darma akan memulai dari
membersihkan kursi Ashila dari sisa permen karet. Semoga perempuan itu tidak marah
padanya. Sambil menunggu bel pelajaran berbunyi, entah kenapa Darma selalu senyum sendiri
saat memikirkan Ashila.
Saat memandang meja tersebut, entah kenapa ia melemah, tak ada lagi batas kekuasaan.
Kalau dipikir kembali, waktu itu perbuatannya terlalu berlebihan. Jadi, ia telah mengembalikan
pengaris itu kepada pemiliknya. Tak lama kemudian bel masuk berbunyi.
Ashila memasuki ruang kelas dengan santai. Terlihat sangat anggun dimata Darma, membuat
matanya tak berkedip. Darma tanpa diminta memberikan Ashila jalan untuk duduk
disebelahnya. Tidak ada satupun obrolan yang tercipta sebelum Ashila menyadari sesuatu.
“Lo kemanakan penggaris diatas meja.” Suara tersebut membuat Darma menoleh.” Penggaris
apaan?” Dia pura pura tidak tahu.
“Jangan pura-pura bego deh lo.” Ashila menengok ke lacinya namun tidak ada penggaris yang
dimaksud.
Darma membuat buat ekspresi seolah olah baru mengingat sesuatu.” Oh yang itu… udah gue
patahin!” jelas Darma berbohong.
“Anggap saja itu permintaan maaf gue buat lo. Gue mau berbagi meja buat lo.” Senyum
karismatik Darma dengan lesung pipi terlihat jelas di wajahnya.
Ashila menatapnya berusaha tidak peduli. Sebenarnya Ashila lelah bertengkar begini, namun
cowok seperti Darma harus diberi pelajaran agar tidak berbuat seenaknya.
Dengan hati-hati, Darma berusaha memilih kata agar tidak memancing emosi Ashila.” Apa
salahnya sih nerima permintaan maaf dari gue?”
Ashila sadar bahwa ada yang salah dalam dirinya. Padahal cowok itu sudah minta maaf
padanya. Namun dia tidak mau menerima maafnya. Ashila tidak tahu apa yang terjadi
sebenarnya, ia hanya tau kalua Darma sudah keterlaluan padanya.
Nada Ashila mengeras.” Salahnya ada diri lo, Lo sok berkuasa. Dan lo ga pernah peduliin orang
lain.” Ashila sungguh mengatakannya.
Pagi itu Ashila merasa paling bersih setelah mengeluarkan kata-kata itu. Ashila tidak tahu apa
yang ia harus lakukan. Rasanya ia tidak percaya telah mengeluarkan kata kata itu. Tetapi cowok
yang menatapnya itu tidak mengeluarkan kata sedikitpun.
Darma menghembuskan napasnya dengan berat. Dia tidak boleh menanggapi semua perkataan
Ashila dengan melawannya. Dia harus berusaha tersenyum sebisa mungkin.” Kali ini gue bener-
bener minta maaf Shil.”
Hening ….. hingga dating seorang guru ke dalam kelas. Ashila mengabaikan perkataan maaf itu.
Membuat perasaanya semakin tidak enak. Pikiran Ashila kacau. Apa yang sebenarnya terjadi?
Langkah kaki Darma tertarik kearah perpustakaan. Hak spontan yang pertama kali tergambar di
benak semua orang adalah di mana tempat buku buku yang tersusun sejajar dan rapi tempat
yang sangat nyaman. Namun, dipikiranku tidak sependapat dengan Darma. Dia benci tempat itu
dengan bau buku yang menguning dan dia benci suasana sunyinya.
Darma menuju perpustakaan bukan karena ingin membaca buku, melainkan ia hanya mengikuti
Ashila yang sedang sibuk memilih buku yang tidak ia mengerti. Terlepas daripada itu Darma
sekarang hendak menghampiri perempuan yang sedang berjinjit itu, mengambil buku pad arak
bagian atas.” Nih.” Darma mengambilkan buku itu untuk Ashila. Tidak lupa Darma memberikan
senyumnya, senyum yang tidak pernah ia perlihatkan pada perempuan manapun. Ashila
meneguk ludah. Manis juga senyumnya.
Ashila mengambil buku itu dengan pikir-pikir.” Gue gak butuh bantuan lo!” Sambil meletakkan
buku itu dengan asal.” Dan lo harus ingat! Gue gak mau lagi liat lo dihadapan gue. Karena gue
bisa tambah marah liat muka lo.” Ashila berjalan melewati Darma.
“Tolong maafin gue.”
Ashila berhenti sesaat mendengarkan perkataan cowok itu. Dengan menghela napas panjang, ia
melanjutkan langkahnya.
“Ashila …” panggil gue Darma, sontak membuat Ashila mempercepat langkahnya menjadi
setengah berlari.
Pada awalnya Darma hendak membiarkannya pergi, namun ia tetap tidak menyerah. Darma
hendak menyusul Ashila yang keluar dari perpustakaan. Ia melihat kiri kanan, dipikirnya Ashila
pergi ke kantin, namun ia tidak menemukan wanita itu disana.
Gaga bertanya pada murid yang ada disana. Ia mendapat info bahwa Ashila sedang ada di
taman sekolah. Cowok itu pergi meninggalkan kantin.
Tidak.
Tidak.
Tidak.
Apa yang gue pikirkan?
Tentu saja dia harus membawa sesuatu untuk perempuan itu. Semoga ini berhasil!
Sesampai di taman, Darma dengan mudah menemukan Ashila yang duduk sendiri di kursi kayu.
Darma menghampirinya tanpa izin duduk di sebelahnya. Perempuan itu menghembuskan napas
berat. Sepertinya menyerah. Ashila capek berjalan lagi, cowok it uterus mengikutinya.
Darma memecah keheningan.” Lo gak ke kantin?” Pertanyaan Darma diabaikan.” Makan nih es
krim” Darma terus bicara walau diabaikan.
Pandangan Ashila melihat Darma mulai terbit rasa kasihan terhadap cowok itu di matanya. “
Gue gak suka.”
“Setahu gue, semua orang suka es krim. Apalagi rasa cokelat.” Dengan nada hati hati Darma
mengucapkannya.
“Gue bilang nggak ya nggak! Gak usah maksa gue deh! Ashila melemparkan pandangannya ke
depan.
“Lo marah banget ya sama gue?” Cowok berjaket jins itu menatap Ashila dengan lembut.
Bibir tipis Ashila menghembuskan napas berat.” Lo ganggu aja tahu gak? Bisa gak berhenti
ngomong?”
“Gue bakal diam kalua lo ambil es krim ini.”Ashila lalu mengambil es krim itu dari tangan
Darma.” Makasih.”
Darma tersenyum lega walapun sekarang Ashila meninggalkannya sendiri di kursi kayu itu.
Mata Darma tiba tiba melotot melihat Ashila yang memberikan es krim itu pada wanita
gemuk.Wanita itu loncat loncat kegirangan saking senangnya.
Dari kejauhan Ashila mengacungkan jempol ke bawah pada cowok idaman banyak perempuan
itu.
Bel pulang berbunyi, semua siswa meninggalkan kelas untuk pulang. Nampak oleh Darma kaki
Ashila yang hendak keluar gerbang yang rame itu.Seketika Darma langsung mendatanginya dan
merangkulnya.Namun Ashila meronta.Seakan percuma,badan Darma tak bergemih sedikit
pun.Saat didepan gerbang sekolah Darma melepaskan rangkualnnya.
“Kalau gak ada gue, gak bakal secepat ini lo keluar gerbang.Plis maafin gue.” Kata Darma sambil
melepas rangkulannya.
“Gue mau maafin lo ……. TAPI BOONG.” Ashila pergi meninggalkan Darma dengan perasaan
tidak karuan.
Darma akhirnya kembali ke parkiran dan menyalakan motornya. Hari ini harusnya jadi hari yang
bahagia untuk Darma karena orangtuanya pulang ke rumah, namun ia tidak hentinya
memikirkan Ashila dan membuatnya kurang bahagia.Darma terus meyakinkan hatinya bahwa ia
hanya merasa bersalah tidak lebih.

Anda mungkin juga menyukai