Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

ZAT PENGATUR TUMBUH

Acara I
PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP
PERTUMBUHAN STEK BATANG

OLEH

Nama mahasiswa : Herni Rahmayanti


NIM : C1M016058

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
Acara I
PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP
PERTUMBUHAN STEK BATANG

A. Tujuan Praktikum: Untuk mengetahui peranan Zat Pengatur Tumbuh


terhadap pertumbuhan akar pada stek batang
B. Tinjauan Pustaka
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan
dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk
ditumbuhkan menjadi tanaman baru (Khoiri, 2013). Prinsipnya adalah
merangsang tunas adventif yang ada di bagian-bagian tersebut agar
berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang dan daun
sekaligus (Sinaga, 2013).
Menumbuhkan stek yang disemaikan perlu dipersiapkan lahan yang
memenuhi syarat-syarat khusus, sehingga tercipta kondisi lingkungan mikro
dan makro yang baik untuk pertumbuhan stek tanaman. pembiakan vegetatif
dengan stek mudah pemeliharaan dan mudah pengadaan seleksi. Pembibitan
melalui stek mempunyai arti penting dalam rangkaian budidaya tanaman,
karena pembibitan ini dapat menyiapkan calon tanaman. Bibit itu siap ditanam
di lapangan dalam upaya menghadapi berbagai pengaruh dari luar seperti
kelembaban, suhu, dan sinar dengan intensitas yang tinggi (Suprapto, 2004).
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dalam perbanyakan melalui
stek, yaitu diperoleh tanaman baru dalarn jumlah yang cukup banyak dengan
induk yang terbatas, biaya lebih murah. penggunaan lahan pembibitan dapat di
lahan sempit, dalam pelaksanaannya lebih cepat dan sederhana. Namun
demikian, sistem perbanyakan stek juga mempunyai kekurangan, yaitu :faktor
dalam; menyangkut sifat- sifat genetik atau pembawaan dari biji tanaman itu
sendiri, dan faktor luar; termasuk di dalamnya media tanam, suhu, kelembaban,
serta perlakuan zat kimia atau zat pengatur tumbuh (Suprapto, 2004).
Penggunaan ZPT untuk merangsang perakaran pada setek batang ada
dua cara yaitu pertama memberikan bagian setek dengan cara mencelupkan
atau merendamnya (cara basah) dan kedua dengan mengolesi bagian dasar
setek dengan bubuk ZPT (cara kering). Perlakuan basah memudahkan setek
menyerap zat dalam ZPT. Tinggi rendahnya hasil dari penggunaan ZPT
tergantung pada beberapa faktor, salah satunya diantaranya adalah lamanya
setek direndam dalam larutan. Semakin lama setek berada dalam larutan
semakin meningkat larutan dalam setek (Fahmi, 2017).
Faktor penting dalam pembentukan perakaran stek, yaitu : menyediakan
air yang cukup untuk seluruh stek dan mengurangi penguapan dari bagian atas
seperti daun, persedian udara yang cukup di bagian bawah stek,
perkembangan dan pertumbuhan akar dapat terhenti jika kekurangan oksigen,
dan cahaya yang terpencar menyebar rata dan suhu optimum yang tetap.
Keadaan di atas dapat diperoleh dengan mempergunakan medium akar yang
longgar dan bersifat spon, sehingga dapat menahan air banyak tetapi aerasi
cukup(Suprapto, 2004).
C. Metode Percobaan
Tanggal dan Tempat Praktikum:
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium dan Kebun Percobaan Agronomi
dan Hortikultutra Fakultas Pertanian Unram, dari tanggal ……………..
Bahan dan Alat:
1. Root Up, Atonik, air, stek batang tanaman ………………………..
2. Pisau stek, gelas ukur, ember plastik, pasir, polybag dan alat tulis
menulis
Prosedur:
1. Siapkan media tumbuh dari pasir, masukkan ke dalam polybag.
2. Siapkan larutan Root Up dan Atonik masing-masing 0.5% dan 1.0%
3. Siapkan stek masing-masing tanaman, ± 10 cm tiap potong stek,
potong miring 45° pada bagian bawah stek.
4. Rendam stek ke dalam larutan yang telah disiapkan selama 5 jam.
5. Tanam stek pada media yang telah disiapkan.
6. Cabut dan amati stek setelah ± 4 minggu.
Pengamatan:
1. Hitung jumlah akar, jumlah daun dan jumlah tunas.
2. Ukur panjang semua akar yang tumbuh pada tiap stek.
D. Hasil dan Pembahasan
Hasil:
Tabel 1. Rerata panjang akar, jumlah akar dan jumlah tunas/daun
Panjang Akar (cm) Jumla
Ul
Jumla h Jumla
Stek an Tepa Terp
Perlakuan Seda h tunas/ h
tanaman ga njan ende
ng akar caban daun
n g k
g
1 - - - - - -
Kontrol 2 - - - - - -
3 - - - - - -
1 - - - - - -
L.Atonik
2 - - - - - -
1,0%
3 - - - - - -
1 - - - - - -
L.Atonik
2 - - - - - -
0,5%
Tanaman 3 - - - - - -
tin 1 - - - - - -
RU 1,0% 2 - - - - - -
3 - - - - - -
1 - - - - - -
RU 0,5% 2 - - - - - -
3 - - - - - -
1 - - - - - -
Pasta Oles 2 - - - - - -
3 - - - - - -
Narasikan hasil pada Tabel secara singkat, jangan menjelaskan mengapa
hasilnya demikian……………………
Pembahasan:
Bahas mengapa hasilnya demikian!
E. Kesimpulan
Daftar Pustaka

Fahmi, Z. 2017. Kajian Pengaruh Auksin Terhadap Perkecambahan Benih dan


Pertumbuhan Tanaman. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan Surabaya. Surabaya.

Khoiri, K. 2013. Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif.


https://khayatulkhoiri.blogspot.co.id/2015/11/perbanyakan-
tanamansecara-vegetatif.html Diakses Sabtu, 07 Januari 2017.

Sinaga, N. 2013. Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif (Aseksual).


http://nellycentanie.blogspot.co.id/2013/10/laporan-
praktikumperbanyakan-tanaman.html. Diakses Sabtu, 07 Januari 2017.

Suprapto Agus. 2004, Auksin Zat Pengatur Tumbuh Penting Meningkatkan Mutu Stek
Tanaman. JurnalVol. 21, No. I Februari - Maret 2004 (Tahun ke 1l): 8l-90

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


ZAT PENGATUR TUMBUH
Acara II
PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP
RONTOKNYA TANGKAI DAUN

OLEH

Nama mahasiswa :
NIM :

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
Acara II
PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP
RONTOKNYA TANGKAI DAUN

A. Tujuan Praktikum: Untuk mengetahui pengaruh Zat Pengatur Tumbuh


terhadap rontoknya tangkai daun
B. Tinjauan Pustaka
Kerontokan (abscission) adalah…………. dst…………….
C. Metode Percobaan
Tanggal dan Tempat Praktikum:
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium dan Kebun Percobaan Agronomi
dan Hortikultutra Fakultas Pertanian Unram, dari tanggal
…………………………
Bahan dan Alat:
1. Tanaman Coleus, pasta vaselin, ZPT IAA dan IBA
2. Gunting kecil, dan alat tulis menulis.
Prosedur:
1. Disiapkan IAA konsentrasi 0.25%, 0.50% dan 0.75% (dalam vaselin).
2. Semua helai daun yang akan diuji pada masing-masing tanaman
dihilangkan dengan cara menggunting dan sisakan tangkai daunnya
saja (kecuali 1 helai tetap utuh untuk kontrol).
3. Olesi ZPT sesuai perlakuan pada bagian ujung bekas potongan.
Parameter Pengamatan:
Pengamatan dilakukan mulai hari kedua setelah perlakuan hingga hari ke
14 atau sampai ada hasil yang nyata, dengan mencatat hari rontoknya
tangkai daun pada masing-masing perlakuan.
D. Hasil dan Pembahasan
Hasil:
Tabel 1. Rerata lama (hari) rontoknya tangkai daun
Jenis Tangkai daun (T) ke 1 dan ke 2 rontok hari ke
Jenis
Tanaman
Perlakuan
Coleus U1 U2 U3
ZPT
T1 T2 Rata T1 T2 T1 T2
IAA 0.25%
IAA 0.50%
IAA 0.75%
IBA 0.25%
IBA 0.50%
IBA 0.75%
IAA 0.25%

Narasikan hasil pada Tabel secara singkat, jangan menjelaskan mengapa


hasilnya demikian……………………
Pembahasan:
Bahas mengapa hasilnya demikian!
E. Kesimpulan

Daftar Pustaka
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
ZAT PENGATUR TUMBUH

Acara III
PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH
TERHADAP DOMINANSI APIKAL TANAMAN

OLEH

Nama mahasiswa :
NIM :

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
Acara III
PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP
TERHADAP DOMINANSI APIKAL TANAMAN
A. Tujuan Praktikum: Untuk mengetahui pengaruh ZPT terhadap
pertumbuhan tunas pada tanaman yang dihilangkan dominansi apikalnya
dengan pemangkasan pucuk.
B. Tinjauan Pustaka
Pertumbuhan pada tanaman berpembuluh meliputi ……dst…..
C. Metode Percobaan
Tanggal dan Tempat Praktikum:
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium dan Kebun Percobaan Agronomi
dan Hortikultutra Fakultas Pertanian Unram, dari tanggal ………………….
Bahan dan Alat:
1. Tanaman Coleus, pasta vaselin, Auxin IAA dan IBA
2. Polybag, gunting kecil, timbangan analitik, alat tulis menulis.
Prosedur:
1. Disiapkan IAA dan IBA konsentrasi 0.25%, 0.50% dan 0.75% (dalam
vaselin).
2. Pucuk tanaman Coleus dipangkas.
3. Olesi ZPT yang telah disiapkan pada tiap pucuk sesuai perlakuan.
Parameter Pengamatan:
1. Diamati dan dicatat hari tumbuhnya tunas lateral pasca pemangkasan
pucuk.
2. Dihitung jumlah tunas dan jumlah daun yang tumbuh sampai minggu ke
empat pasca pemangkasan.
D. Hasil dan Pembahasan
Hasil :
Tabel 1. Rerata jumlah tunas yang tumbuh
Jenis ZPT Jumlah tunas yang tumbuh pada buku ke ….. hari ke ……
U1 U2 U3 Rerata
Kontrol
IAA 0.25%
IAA 0.50%
IAA 0.75%
IBA 0.25%
IBA 0.50%
IBA 0.75%
Narasikan hasil pada Tabel secara singkat ……………………
Pembahasan :
Bahas mengapa hasilnya demikian!
E. Kesimpulan
Daftar Pustaka
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
ZAT PENGATUR TUMBUH

Acara IV
PERANANAN EKSTRAK ALAMI DAN ZAT PENGATUR TUMBUH
PADA PERKECAMBAHAN BENIH

OLEH

Nama mahasiswa : Herni Rahmayanti


NIM : C1M016058

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
Acara IV
PERANANAN EKSTRAK ALAMI DAN ZAT PENGATUR TUMBUH
PADA PERKECAMBAHAN BENIH

Tujuan Praktikum: Untuk mengetahui pengaruh ekstrak alami dan Zat


Pengatur Tumbuh terhadap gaya kecambah dan kecepataan
berkecambah benih.

Tinjauan Pustaka
Perkecambahan adalah proses pengaktifan kembali aktivitas
pertumbuhan embryonic axis di dalam biji yang terhenti untuk kemudian
membentuk bibit. Selama proses pertumbuhan dan pemasakan biji, embryonic
axis juga tumbuh. Secara visual dan morfologis, suatu biji yang berkecambah
umumnya ditandai dengan terlihatnya radikel atau plumula yang menonjol
keluar dari biji. Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian
kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia (Fitra,
2012).
Perkecambahan biji sebenarnya bukanlah suatu awal dari kehidupan
tanaman karena pada dasarnya di dalam biji ada embryo yang merupakan satu
miniatur tanaman yang lengkap dengan akar dan tunas embrioniknya, yang
sedang berada pada fase istirahat. Perkecambahan adalah pengulangan
kembali pertumbuhan janin, yang ditandai dengan keluar atau munculnya
radikula dan plumula dari biji. Biji dari sejumlah spesies tanaman ada yang
segera berkecambah ketika berada pada lingkungan yang memenuhi syarat
untuk berlangsungnya perkecambahan, tetapi ada pula yang tidak dapat segera
berkecambah karena mengalami dormansi. Biji-biji dorman ini akan dapat
berkecambah ketika dormansinya terpatahkan (Campbell, 1997).
Perkecambahan meliputi peristiwa-peristiwa fisiologis dan morfologis
yaitu: (1) imbibisi dan absorpsi, (2) hidrasi jaringan, (3) absorpsi oksigen, (4)
pengaktifan enzim dan pencernaan, (5) transport molekul yang terhidrolisis ke
sumbu embryo, (6) peningkatan respirasi dan asimilasi, (7) inisiasi pembelahan
dan pembesaran sel, dan (8) munculnya embrio. Ontogeni perkecambahan
mengikuti dua fase metabolik yang berbeda: (1) hidrolisis secara enzimatis
cadangan makanan yang disimpan, dan (2) sintesis jaringan baru dari senyawa
yang dihidrolisis (yaitu dari gula, asam amino, asam lemak, dan mineral yang
dibebaskan) (Gardner dkk, 1985).
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) mutlak dibutuhkan tanaman, karena tanpa
ZPT tidak akan terjadi pertumbuhan walaupun unsur hara memadai (Wareing
dan Phillips, 1981). Selanjutnya dikatakan Salisbury dan Ross (1995), bahwa
konsep ZPT diawali dengan konsep hormon, yaitu senyawa organik tanaman
yang dalam konsentrasi rendah mempengaruhi proses fisiologis terutama
diferensiasi dan perkembangan tanaman. Namun di dalam biji terkadang
jumlahnya terbatas. Maka dapat diberikan ZPT eksogen sebagai perlakuan
terutama pada perkecambahan. Selanjutnya Kurnianti (2002) mengungkapkan,
bahwa ZPT eksogen berperan selayaknya ZPT endogen yang mampu
menimbulkan rangsangan dan pengaruh pada tanaman, berlaku sebagai
prekursor yaitu senyawa yang mendahului laju senyawa lain dalam proses
metabolisme.
Ekstrak alami seringkali sebagai sumber zat tumbuh untuk
mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Zat tumbuh tersebut dapat berupa
zat pendorong dan zat penghambat pertumbuhan. Ekstrak alami yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang sudah dikenal
adalah sari buah tomat dan air kelapa. Air kelapa sering digunakan sebagai
sumber energi dalam kultur steril menggunakan media agar. Sedangkan sari
buah tomat seringkali menjadi penghambat perkecambahan biji dan
pertumbuhan dibandingkan air kelapa. Pada kadar 5% sari buah tomat sudah
menunjukkan sifat menghambat sedangkan air kelapa hingga kadar 59% belum
menunjukkan sifat menghambat. Konsentrasi ekstrak alami yang sering
digunakan berkisar antara 10-15% (Abidin, 1985).

Metode Percobaan
A.Tanggal dan Tempat Praktikum: Praktikum dilaksanakan di Laboratorium
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Unram, dari tanggal
…………….
B.Bahan dan Alat: :
1. benih kacang hijau
2. air kelapa, sari buah tomat, air, GA
3. bak kecambah, pasir, gelas ukur., timbangan analitik dan alat tulis
menulis.
C.Prosedur :
1. Disiapkan GA 15 dan 30 ppm
2. Air kelapa murni dan sari tomat yang telah diencerkan menjadi 15% dan
30%
3. Benih direndam dalam larutan air, ekstrak alami dan ZPT (sesuai
perlakuan)
4. Bak kecambah diisi dengan pasir lalu 50 benih yang telah direndam
disemaikan
5. Amati dan catat jumlah benih yang berkecambah setiap hari
6. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, hitung gaya
kecambah dengan menggunakan rumus sbb:
Jumlah biji berkecambah
G = ------------------------------------ X 100%
Jumlah biji yang diuji
Parameter Pengamatan :
1. Dihitung kecepatan berkecambah berdasarkan jumlah biji yang
berkecambah lebih awal dari semua benih yang diuji.
D.Hasil dan Pembahasan
Hasil :
Tabel 1. Rerata jumlah benih yang berkecambah
Ula Benih yang berkecambah hari Total
Benih Perlakuan ng ke kecamba
an 1 2 3 4 5 6 7 h
Kontrol 1 16 16 18 - - - - 50
2 10 17 23 - - - - 50
Air kelapa 15% 1 25 11 14 - - - - 50
2 20 22 8 - - - - 50
Air kelapa 30% 1 23 12 15 - - - - 50
Kacang 2 7 26 17 - - - - 50
hijau
Sari tomat 15% 1 19 8 23 - - - - 50
2 13 21 16 - - - - 50
Sari tomat 30% 1 12 16 22 - - - - 50
2 15 17 18 - - - - 50
GA 15 ppm 1 23 12 15 - - - - 50
2 24 11 15 - - - - 50
GA 30 ppm 1 26 17 7 - - - - 50
2 25 13 12 - - - - 50

Narasikan hasil pada Tabel secara singkat……………………

Gambar 1. Grafik rerata jumlah kecambah tiap perlakuan dari hari ke 1 sampai
ke 3
30

25 25.5
23.5
22.5

20 20.5
20
19 19.5
Kontrol
Air kelapa 15%
16 16.5 16 Air kelapa 30%
15 15 15
14.5 15
Sari tomat 15%
13.5
13 Sari tomat 30%
11.5 GA 15 ppm
11
10 GA 30 ppm
9.5

0
Hari 1 Hari 2 Hari 3

Pembahasan :
Catatan: Bahasan harus mencakup Gaya dan Kecepatan berkecambah!

Kesimpulan
1.
2.
Dst…

Daftar Pustaka
Abidin, H. B., 1985, Agronomi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Campbell, N. A., 1997, Biology, third edition, The Benjamin/Cunningham Publishing


Company, Inc., California.

Fitra, Y., 2012. Biologi Edisi III, Erlangga, Jakarta

Gardner, F.P., Perce, R.B., and Mitchell, R.L., 1985, Physiology of Crop Plants, The
Iowa State University Press.

Kurnianti, N. 2002. Hormon Tumbuhan atau Zat Pengatur Tumbuh.


http//www.tanijogonegoro.com/2012/hormone-tumbuhan-atau-zpt-zat-
pengatur.html. Diakses tanggal 24 Desember 2014.

Salisbury, FB, Ross, C.W, 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Penerjemah Lukman, Sumaryono.
Penerbit ITB Press. Bandung
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
ZAT PENGATUR TUMBUH

Acara V

PERANANAN ZAT PENGATUR TUMBUH


PADA PEMASAKAN BUAH

OLEH

Nama mahasiswa : Herni Rahmayanti


NIM : C1M016058

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
Acara V
PERANANAN ZAT PENGATUR TUMBUH PADA PEMASAKAN BUAH

A.Tujuan Praktikum: Untuk mempelajari perubahan morfologi (tekstur, warna


dan aroma) buah pada penggunaan Zat Pengatur Tumbuh
B.Tinjauan Pustaka
Tanaman buah-buahan kita kenal menjadi 2 macam istilah yang sulit
dibedakan, ialah pematangan atau maturity yang berarti bahwa buah tersebut
menjadi matang atau tua yang kadang-kadang belum bisa dimakan karena
rasanya yang belum enak dan istilah ripening atau pemasakan, dimana buah
yang sudah baik untuk dimakan yang mempunyai rasa enak (Afandi, 1984).
Pematangan merupakan suatu proses perubahan yang terjadi pada
buah meliputi perubahan rasa, kualitas, warna dan tekstur. Pematangan
berhubungan dengan perubahan pati menjadi gula. Sifat pematangan buah
ditentukan dengan melihat pola respirasi pada buah tersebut. Hal tersebut
dibedakan menjadi buah klimakterik dan buah non klimakterik. Buah klimakterik
merupakan buah yang apabila seudah dipanen akan memasuki fase klimakterik
yaitu peningkatan dan penurunan laju respirasi secara tiba-tiba.Selama
pematangan memancarkan etilen untuk meningkatkan laju respirasi (Satuhu,
2007).
Kecepatan pemasakan buah terjadi karena zat tumbuh mendorong
pemecahan tepung dan penimbunan gula (Kusumo, 1990). Proses pemecahan
tepung dan penimbunan gula tersebut merupakan proses pemasakan buah
dimana ditandai dengan terjadinya perubahan warna, tekstur buah dan bau
pada buah atau terjadinya pemasakan buah. Kebanyakan buah tanda
kematangan pertama adalah hilangnya warna hijau. Kandungan klorofil buah
yang sedang masak lambat laut berkurang. Saat terjadi klimaterik klorofilase
bertanggung jawab atas terjadinya penguraian klorofil. Penguraian hidrolitik
klorofilase yang memecah klorofil menjadi bagian vital dan inti porfirin yang
masih utuh, maka klorofilida yang bersangkutan tidak akan mengakibatkan
perubahan warna. Bagian profirin pada molekul klorofil dapat mengalami
oksidasi atau saturasi, sehingga warna akan hilang. Lunaknya buah disebabkan
oleh adanya perombakan photopektin yang tidak larut. Pematangan biasanya
meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang memberi rasa manis
(Fantastico, 1986).
Agen pematangan yang paling efektif adalah dengan penggunaan etilen.
Agen tersebut dapat mematangkan pisang dalam waktu yang singkat. Zat etilen
tersedia secara komersial dalam bentuk gas atau cair. Alternatif lain yang
digunakan untuk mempercepat kematangan buah adalah penggunaan
bioetilena atau etilena dari sumber alami. Penggunaan daun segar
kakawate,daun saman,dan buah belimbing dapat digunakan sebagai agen
untuk pematangan buah. Bioetilen  juga bisa didapatkan dari buah-buahan dan
sayuran yang kulit mengeluarkan jumlah yang relatif tinggi etilena (Absulio,
2012).

C.Metode Percobaan
Tanggal dan Tempat Praktikum: Praktikum dilaksanakan di Laboratorium
dan Kebun Percobaan Agronomi dan Hortikultutra Fakultas Pertanian
Unram, dari tanggal…….
Bahan dan Alat: :
1. buah pisang
2. air, protephon dan karbit
3. wadah pemeraman, kapas, pipet, hand push sprayer dan alat tulis
menulis.
Prosedur :
1. Buah-buah yang akan dipelajari disiapkan
2. Karbit dan Larutan protephon 5% disiapkan.
3. Basahkan kapas dengan Larutan protephon 5% secukupnya
4. Buah dimasukkan ke dalam wadah pemeraman
5. Buah control tidak diberi perlakuan (A)
6. Kapas protephon disisipkan pada sela-sela tumpukan buah (B)
7. Karbid disisipkan pada sela-sela tumpukan buah (C)
8. Larutan protephon 5% disemprotkan secara merata ke buah pisang
hingga lembab (D)
Parameter Pengamatan :
1. Pengamatan mulai dilakukan keesokan harinya hingga tercapai
kemasakan optimal
2. Diamati perubahan tekstur, warna dan rasa pada buah
Hasil dan Pembahasan
Hasil :
Tabel 1. Perubahan warna, tekstur dan rasa buah
Hari Parameter yang Diamati
Perlakuan
ke- Warna Tekstur Rasa Aroma
Kontrol 1 Hijau tua Keras - -
2 Hijau agak tua Agak lunak - -
3 Hijau muda lunak Manis Khas pisang
matang
1 Hijau tua Agak lunak - -
2 Hijau muda lunak manis Khas pisang
Protephon 5%
matang
semprot
3 Hijuau muda Sangat lunak Sangat Khas pisang
manis matang
1 Hijau agak Agak lunak - --
muda
Protephon 10% 2 Hijau muda Sangat lunak Manis Khas pisang
semprot matang
3 Hijau muda Sangat lunak* Sangat Khas pisang
manis matang
1 Hijau tua Lunak manis Khas pisang
matang
Protephon 5% pd 2 Hijau muda Lunak manis Khas pisang
kapas yg disisipi matang
3 Hijuau muda Sangat lunak manis Khas pisang
matang
Protephon 10% 1 Hijau muda Sangat lunak manis Khas pisang
matang
2 Hijau muda Sangat lunak* Sangat Khas pisang
pd kapas yg
manis matang
disisipi
3 Hijau muda Sangat lunak** Sangat Khas pisang
manis* lewat matang

Copy dan modifikasi Tabel hasil pengamatan yang dibagikan

Daftar Pustaka
Fantastico. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuhan Tanaman. Yasaguna, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai