Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum ke-3 Hari/Tanggal : Jum’at/ 08 Februari 2019

M. K. Agrometeorologi Asisten:
1. Nilma Azwita (G24150010)
2. Fachnul Umami (G24150047)
3. Yanes Kundrad Wacanno (G24150083)

ANALISIS RADIASI MATAHARI DAN PEMANFAATANNYA


PADA TANAMAN TOMAT

Nama : Adilah Yuri Okta Putri


NIM : G24160045

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tomat merupakan tanaman musiman yang berumur 3 sampai 4 bulan dan
dapat ditanam di dataran tinggi, dataran sedang, maupun dataran rendah (Surtinah
2007). Faktor yang paling dibutuhkan untuk perkembangan tanaman tomat adalah
suhu dan panjang hari, sedangkan faktor yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman tomat adalah hampir semua unsur cuaca terutama radiasi matahari.
Tanaman tomat akan tumbuh dengan suhu optimum dan dengan intensitas cahaya
matahari yang tinggi. Tanaman tomat cocok tumbuh pada musim kemarau dengan
pengairan yang cukup. Menurut Pracaya 1998, saat musim hujan pertumbuhan
tomat kurang baik karena kelembapan dan suhu yang tinggi akan menimbulkan
banyak penyakit. Pertumbuhan tanaman tomat baik dengan kondisi udara sejuk,
suhu pada malam hari antara 10ºC – 20ºC dan pada siang hari antara 18ºC – 29ºC.
Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan banyak buah rusak terkena sengatan
matahari, dimana suhu di atas 40ºC menyebabkan pertumbuhan terhambat,
sedangkan pada suhu 60ºC tanaman tomat tidak dapat hidup/ mati (Pracaya,
1998).
Tanaman tomat pada fase vegetatif memerlukan curah hujan yang cukup
dan pada fase generatif memerlukan curah hujan sedikit. Tanaman tomat dapat
tumbuh dengan hasil yang baik jika ditanam di lahan terbuka pada musim yang
tidak banyak hujan dan angin. Tomat merupakan tanaman unggulan nasional
komoditas hortikultura dan prioritas utama pada sejumlah provinsi di Indonesia.
Tomat tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia antara lain Sumatra,
Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi. Tanaman tomat memiliki
nilai gizi yang tinggi dimana terkandung vitaman yang dibutuhkan tubuh manusia
(Sutapa 2016). Tomat bermanfaat untuk pencegah penyakit sariawan, mencegah
kanker, dan menghilangkan jerawat. Beragamnya manfaat tomat ini tentu saja
memberikan peluang kepada petani untuk membudidayakan tanaman tomat
sebagai sumber penghasilan.

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara PAR dengan
radiasi global dan menghitung nilai SLA, LAI, intersepsi radiasi, dan RUE
penggunaanya pada tanaman tomat.

METODOLOGI
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah laptop dengan
software Microsoft Excel, data radiasi global, dan data PAR dengan selang 15
menit. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 08 Februari 2019
pukul 15.00-18.00 WIB di RK. U 3.01.
Mulai

PAR SLA LAI RUE

Menghitung Menghitung Menghitung Menghitung selisih


radiasi SLA setiap jumlah LAI dan laju
global dan strata biomassa penambahan LAI
PAR tanaman setiap periode
Menghitung Menghitung Menghitung
ratio rata-rata tiap rasio biomassa Menghitung LAI
PAR/global strata dan rata- dan intersepsi (Ii)
rata SLA total
Menghitung Menghitung biomassa
LAI total, kerapatan
tanaman, dan Dw

Menghitung Li
Selesai kumulatif dan RUE

Gambar 1 Diagram alir analisis radiasi matahari pada tanaman tomat

HASIL DAN PEMBAHASAN


Radiasi global merupakan radiasi yang datang dari piringan matahari
dengan sudut utuh yang tidak terhambur dan tidak terpantul oleh atmosfer atau
benda lain di dalam atmosfer. Matahari memancarkan radiasi dengan berbagai
spectrum panjang gelombang. PAR (Photosynthetically Active Radiation) adalah
bagian dari spektrum sinar tampak (400-700 nm) yang diserap oleh klorofil
tanaman. Spektrum PAR adalah pektrum cahaya yang berperan dalam fotosintesis
maupun dalam pembentukan pigmen-pigmen tanaman. Spektrum cahaya hijau
mendapat proporsi pemantulan lebih besar dibandingkan spektrum panjang
gelombang PAR lainnya yang menyebabkan tanaman tampak berwarna hijau.

Tabel 1 Rata-rata SLA tiap tajuk tanaman tomat

Strata Rata-rata SLA (cm2/g)

Atas 285.12
Tengah 240.80
Bawah 275.28
2
SLA Tanaman cm /g 267.06
SLA Tanaman m2/g 0.03
Spesifik Leaf Area (SLA) merupakan salah satu proses pertumbuhan yang
dapat mencerminkan efisiensi pembentukan luas daun per satuan karbohidrat yang
tersedia. Nilai Spesific Leaf Area (SLA) berpengaruh negatif terhadap produksi
tanaman karena laju fotosintesis yang semakin lambat (Nurnasari dan Djumali
2012. Nilai luas daun spesifik suatu tanaman dapat memberikan informasi
ketebalan daun, semakin besar nilainya mengindikasikan daun semakin tipis. Nilai
rata-rata SLA tanaman tomat memiliki nilai sebesar 0,03 m2/g. Nilai ini
mengidentifikasikan bahwa daun tersebut tergolong cukup tebal, karena nilai SLA
berbanding terbalik dengan bobot kering daun. Kondisi optimal tanaman tomat
disebabkan oleh intensitas matahari yang rendah dan suhu yang sesuai, sehingga
aktifitas fotosintesis berjalan optimal dan menyebabkan asimilasi yang dibutuhkan
oleh tanaman untuk memenuhi pertumbuhan maksimal (Kartika et al. 2015).
Berdasarkan tabel 2 diperoleh rata-rata SLA setiap strata tajuk tanaman
tomat. Nilai rata-rata SLA tajuk strata atas sebesar 285,12 cm2/g, nilai rata-rata
SLA tajuk strata tengah sebesar 240,80 cm2/g, nilai rata-rata SLA tajuk strata
bawah sebesar 275,28 cm2/g, sedangkan nilai rata total SLA tanaman tomat
sebesar 267,06 cm2/g. Nilai SLA tajuk strata atas memiliki nilai rata-rata SLA
paling besar dibandingkan tajuk strata lainnya, hal ini disebabkan karena pada
tajuk strata atas merupakan daerah yang sedikit terpapar oleh radiasi matahari
sehingga akan memperbesar nilai luas daun dan memperkecil ketebalan daun.
Nilai SLA tengah kecil menunjukkan upaya tumbuhan memaksimalkan radiasi
yang diserap. Menurut Evans dan Poorter 2001, peningkatan pada nilai SLA
menyatakan upaya tumbuhan memaksimalkan penangkapan karbon per unit
massa. SLA tinggi menunjukkan konsentrasi nutrisi yang tinggi pada daun,
sementara SLA rendah menunjukkan efisiensi penggunaan air yang tinggi.

Tabel 2 Nilai LAI terhadap rasio biomassa tanaman


Tanggal Hari Rasio Biomassa (g/tanaman)
setelah LAI
(tgl/bln/th) transplant akar batang daun buah
30/03/04 8 0.21 0.21 0.57 0.00 0.053
13/04/04 22 0.12 0.33 0.55 0.00 0.819
27/04/04 36 0.08 0.38 0.50 0.04 2.507
LAI (Leaf Area Index) adalah perbandingan antara luas daun terhadap luas
permukaan lahan yang menjadi tempat tumbuh suatu tanaman. LAI dan PAR
merupakan unsur penting dalam penerimaan radiasi surya oleh tanaman.
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bertambahnya nilai LAI tanaman tomat
seiring bertambahnya umur tanaman. Nilai LAI tanaman tomat delapan hari
setelah tanam adalah 0,053, kemudian nilai LAI betambah menjadi 0,819 setelah
22 hari, nilai LAI terus bertambah hingga mencapai 2,507 yaitu pada hari ke tiga
puluh enam setelah penanaman. Rasio biomassa untuk akar dan daun berbanding
terbalik dengan batang dan buah. Semakin lama hari setelah transplant, maka rasio
biomassa untuk akar dan daun semakin kecil, sedangkan untuk batang dan buah
semakin besar.

LAI
3.000

2.500

2.000
LAI

1.500

1.000
LAI
0.500

0.000
03/30/04
04/01/04
04/03/04
04/05/04
04/07/04
04/09/04
04/11/04
04/13/04
04/15/04
04/17/04
04/19/04
04/21/04
04/23/04
04/25/04
04/27/04
Tanggal

Gambar 2 grafik LAI


Berdasarkan gambar 2 menunjukan semakin meningkat nilai LAI seiring
dengan penambahan hari setelah tanam. Tinggi tanaman mulai mendekati
puncaknya mengakibatkan persaingan antar tanaman untuk menerima cahaya
matahari semakin tinggi. Hal tersebut diadaptasikan dengan meningkatnya jumlah
daun hijau. Meningkatnya indeks luas daun ini disebabkan karena bertambah
banyaknya jumlah sel daun. Semakin besar jumlah radiasi surya, maka semakin
besar nilai LAI dan PAR yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Khomarudin
2004). Semakin besar nilai LAI maka permukaan daun semakin luas dan menjadi
semakin rapat sehingga kemampuan tajuk tanaman untuk menutupi permukaan
tanah semakin besar. Akibatnya radiasi yang menuju ke permukaan tanah semakin
kecil jumlahnya.
Intersepsi radiasi surya adalah besar radiasi surya yang tertahan oleh tajuk
atau kanopi tanaman yang tidak sampai ke permukaan tanah di bawah tajuk atau
kanopi tanaman tersebut (Sitaniapessy 1985). Faktor yang mempengaruhi
intesepsi radiasi pada tanaman ialah sudut elevasi dan sudut zenith matahari, sifat
spektral elemen kanopi, indeks luas daun, sudut distribusi daun, ukuran daun,
bentuk daun, pergerakan daun terhadap angin, titik layu, dan fototropisme.
Tanaman yang hidup pada lingkungan cahaya yang rendah dapat meningkatkan
intersepsi cahaya dengan memproduksi daun yang lebih besar. Menurut Chang
(1968) besarnya radiasi surya yang dapat diintersep oleh tanaman sangat
ditentukan oleh strukur tanaman dalam komunitas, struktur daun, batang dan
warna individu dari tanaman tersebut. Intersepsi radiasi surya sangat dipengaruhi
oleh LAI karena semakin besar nilai LAI maka semakin besar pula intersepsi
radiasi surya yang diterima sehingga akan meningkatkan laju fotosintesis
tanaman. Koesmaryono 1996, menjelaskan bahwa peningkatan populasi tanaman
akan meningkatkan Indeks Luas Daun (ILD) yang dapat meningkatkan intersepsi
radiasi surya oleh kanopi tanaman.

Tabel 3 Nilai rata-rata RUE pada biomassa tanaman


Biomassa total Biomassa (g/ Li kumulatif
dw (g/m2) RUE
(gr) m2) (MJ/m2)
1.03 3.0900 3.09 0.043 0
16.58 49.7400 46.6500 5.774 8.079709771
55.81 167.4300 117.6900 23.6842 4.969136576
RUE (Radiation Use Efficiency) adalah nisbah antara energi yang
digunakan untuk membentuk bahan kering dengan total energi surya yang
diterima selama masa pertumbuhan (Sitianapessy 1985). Radiasi yang terdapat di
atas kanopi, dalam kanopi, dan dibawah kanopi memiliki peran penting dalam
dimensi hubungan atmosfer dan tanaman. Pertama, cahaya yang diintersepsi dan
diserap tanaman berkaitan erat dengan photosintesis yang secara langsung
menpengaruhi perubahan karbon antara kanopi dan atmosfer.
Tabel diatas menunjukkan nilai RUE 8 hari setelah tanam, 22 hari setelah
tanam, dan 36 hari setelah tanam dengan nilai RUE yang diperoleh sebesar 0
g/MJ, 8,079 g/MJ, dan 4,969 g/MJ. RUE pada minggu pertama tanam bernilai 0
% karena tanaman tomat tidak efisien memanfaatkan radiasi matahari di awal
pertumbuhannya sebab RUE efisien tanaman diatas 50 %. Semakin besar nilai
RUE maka semakin efisien tanaman dalam menggunakan radiasi surya dan
semakin besar biomassa yang terbentuk (Mondani et al. 2011). Nilai RUE
digunakan untuk mengevaluasi morfologi dan produksi tanaman pada kondisi
iklim dan cuaca yang berbeda.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, hari ke 36 mengalami penurunan nilai
RUE semakin kecil seiring dengan meningkatnya penambahan biomassa dan Li
kumulatif. RUE turun dapat terjadi karena pada fase awal tanaman tomat radiasi
yang di intersepsi oleh tanaman digunakan secara optimal untuk pertumbuhan
atau fase vegetatif. Kemudian setelah tanaman tomat mencapai pertumbuhan yang
optimal, selanjutnya radiasi yang di terima tanaman digunakan untuk fase
perkembangan atau generatif sehingga nilai RUE nya relatif lebih kecil dibanding
saat tanaman berada pada fase pertumbuhan.

KESIMPULAN
Banyaknya PAR yang terukur didalam kanopi dipengaruhi oleh radiasi
matahari yang dapat menembus ke dalam kanopi sebelum diserap oleh tanaman.
Ratio antara radiasi global dan radiasi PAR yang diperoleh 0,4 yang dapat
berubah sesuai dengan kondisi cuaca. Nilai SLA tajuk strata atas memiliki nilai
rata-rata SLA paling besar dibandingkan tajuk strata lainnya. Semakin besar nilai
SLA maka semakin luas berat kering daun dan luas permukaannya. Semakin
berkurangnya hari setelah transplant akan berkurang pula nilai LAI nya. Intersepsi
radiasi surya sangat dipengaruhi oleh LAI karena semakin besar nilai LAI maka
semakin besar pula intersepsi radiasi surya yang diterima sehingga akan
meningkatkan laju fotosintesis. Semakin besar nilai RUE maka semakin efisien
tanaman dalam menggunakan radiasi surya dan semakin besar biomassa yang
terbentuk.

DAFTAR PUSTAKA
Chang,Y.H. 1968. Climate and Agriculture. An Survey of Ecol. Aldine Publ
CompnChicago. P. 23 – 86.
Evans JR, Poorter H. 2001. Photosynthetic acclimation of plant to growth
irradiance: the relative importance of specific leaf area and nitrogen
partitioning in maximizing carbon gain. Plant, Cell and Environment
24: 755-767.
Kartika E, Yusuf R, Syakur A. 2015. Pertumbuhan dan hasil tana,an tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.) pada berbagai presentase naungan.
e-J. Agrotekbis. (6): 717-724.
Khomarudin MR. 2004. Aplikasi penginderaan jauh untuk menduga unsure iklim
dan produktivitas tanaman hutan. Warta Lapan 6(2) : 50-61.
Koesmaryono, Y. 1996. Studies on Photosynthesis, Growth and Yield of Soybean
(Glycine max (L.) Merr.) in Relation to Climatological Envirotment.
Dissertation.United Graduated School of Agricultural Science
Matsuyama (Japan) : Ehime University.
Mondani F, Glzardi F, Ahmadvand G, Khorbani R, Moradi R. 2011. Influence Of
Weed Competition on Potato Growth, Production and Radiation Use
Efficiency. Notulae Scientia Biologicae. 3(3): 42 -52
Nurnasari E, Djumali. 2012. Respon tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L)
terhadap lima dosis zat pengatur tumbuh (ZPT) asam naftalen asetat
(NAA). Jurnal Agrovigor. 5(1): 26-33.
Pracaya, 1998, Bertanam Tomat, Kanisius.Yogyakarta.
Sitaniapessy, P M. 1985. Pengaruh Jarak Tanam dan Besarnya Populasi Tanaman
terhadap Absorbsi Radiasi Surya dan Produksi Jagung ( Zea mays
L.) [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Surtinah. 2007. Kajian tentang hubungan pertumbuhan vegetatif dengan produksi
tanaman tomat (Lycopersium esculentum, Mill). J.Agronomi. 4(1).
Sutapa GN, Kasmawan I GA. 2016. Efek induksi mutasi radiasi gamma C0 pada
pertumbuhan fisiologi tanaman tomat (Lycopersicon esculentum L).
Jurnal Keselamatan Radiasi dan Lingkungan. Vol 1 No 2.

Anda mungkin juga menyukai