M. K. Agrometeorologi Asisten:
1. Nilma Azwita (G24150010)
2. Fachnul Umami (G24150047)
3. Yanes Kundrad Wacanno (G24150083)
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara PAR dengan
radiasi global dan menghitung nilai SLA, LAI, intersepsi radiasi, dan RUE
penggunaanya pada tanaman tomat.
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah laptop dengan
software Microsoft Excel, data radiasi global, dan data PAR dengan selang 15
menit. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 08 Februari 2019
pukul 15.00-18.00 WIB di RK. U 3.01.
Mulai
Menghitung Li
Selesai kumulatif dan RUE
Atas 285.12
Tengah 240.80
Bawah 275.28
2
SLA Tanaman cm /g 267.06
SLA Tanaman m2/g 0.03
Spesifik Leaf Area (SLA) merupakan salah satu proses pertumbuhan yang
dapat mencerminkan efisiensi pembentukan luas daun per satuan karbohidrat yang
tersedia. Nilai Spesific Leaf Area (SLA) berpengaruh negatif terhadap produksi
tanaman karena laju fotosintesis yang semakin lambat (Nurnasari dan Djumali
2012. Nilai luas daun spesifik suatu tanaman dapat memberikan informasi
ketebalan daun, semakin besar nilainya mengindikasikan daun semakin tipis. Nilai
rata-rata SLA tanaman tomat memiliki nilai sebesar 0,03 m2/g. Nilai ini
mengidentifikasikan bahwa daun tersebut tergolong cukup tebal, karena nilai SLA
berbanding terbalik dengan bobot kering daun. Kondisi optimal tanaman tomat
disebabkan oleh intensitas matahari yang rendah dan suhu yang sesuai, sehingga
aktifitas fotosintesis berjalan optimal dan menyebabkan asimilasi yang dibutuhkan
oleh tanaman untuk memenuhi pertumbuhan maksimal (Kartika et al. 2015).
Berdasarkan tabel 2 diperoleh rata-rata SLA setiap strata tajuk tanaman
tomat. Nilai rata-rata SLA tajuk strata atas sebesar 285,12 cm2/g, nilai rata-rata
SLA tajuk strata tengah sebesar 240,80 cm2/g, nilai rata-rata SLA tajuk strata
bawah sebesar 275,28 cm2/g, sedangkan nilai rata total SLA tanaman tomat
sebesar 267,06 cm2/g. Nilai SLA tajuk strata atas memiliki nilai rata-rata SLA
paling besar dibandingkan tajuk strata lainnya, hal ini disebabkan karena pada
tajuk strata atas merupakan daerah yang sedikit terpapar oleh radiasi matahari
sehingga akan memperbesar nilai luas daun dan memperkecil ketebalan daun.
Nilai SLA tengah kecil menunjukkan upaya tumbuhan memaksimalkan radiasi
yang diserap. Menurut Evans dan Poorter 2001, peningkatan pada nilai SLA
menyatakan upaya tumbuhan memaksimalkan penangkapan karbon per unit
massa. SLA tinggi menunjukkan konsentrasi nutrisi yang tinggi pada daun,
sementara SLA rendah menunjukkan efisiensi penggunaan air yang tinggi.
LAI
3.000
2.500
2.000
LAI
1.500
1.000
LAI
0.500
0.000
03/30/04
04/01/04
04/03/04
04/05/04
04/07/04
04/09/04
04/11/04
04/13/04
04/15/04
04/17/04
04/19/04
04/21/04
04/23/04
04/25/04
04/27/04
Tanggal
KESIMPULAN
Banyaknya PAR yang terukur didalam kanopi dipengaruhi oleh radiasi
matahari yang dapat menembus ke dalam kanopi sebelum diserap oleh tanaman.
Ratio antara radiasi global dan radiasi PAR yang diperoleh 0,4 yang dapat
berubah sesuai dengan kondisi cuaca. Nilai SLA tajuk strata atas memiliki nilai
rata-rata SLA paling besar dibandingkan tajuk strata lainnya. Semakin besar nilai
SLA maka semakin luas berat kering daun dan luas permukaannya. Semakin
berkurangnya hari setelah transplant akan berkurang pula nilai LAI nya. Intersepsi
radiasi surya sangat dipengaruhi oleh LAI karena semakin besar nilai LAI maka
semakin besar pula intersepsi radiasi surya yang diterima sehingga akan
meningkatkan laju fotosintesis. Semakin besar nilai RUE maka semakin efisien
tanaman dalam menggunakan radiasi surya dan semakin besar biomassa yang
terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Chang,Y.H. 1968. Climate and Agriculture. An Survey of Ecol. Aldine Publ
CompnChicago. P. 23 – 86.
Evans JR, Poorter H. 2001. Photosynthetic acclimation of plant to growth
irradiance: the relative importance of specific leaf area and nitrogen
partitioning in maximizing carbon gain. Plant, Cell and Environment
24: 755-767.
Kartika E, Yusuf R, Syakur A. 2015. Pertumbuhan dan hasil tana,an tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.) pada berbagai presentase naungan.
e-J. Agrotekbis. (6): 717-724.
Khomarudin MR. 2004. Aplikasi penginderaan jauh untuk menduga unsure iklim
dan produktivitas tanaman hutan. Warta Lapan 6(2) : 50-61.
Koesmaryono, Y. 1996. Studies on Photosynthesis, Growth and Yield of Soybean
(Glycine max (L.) Merr.) in Relation to Climatological Envirotment.
Dissertation.United Graduated School of Agricultural Science
Matsuyama (Japan) : Ehime University.
Mondani F, Glzardi F, Ahmadvand G, Khorbani R, Moradi R. 2011. Influence Of
Weed Competition on Potato Growth, Production and Radiation Use
Efficiency. Notulae Scientia Biologicae. 3(3): 42 -52
Nurnasari E, Djumali. 2012. Respon tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L)
terhadap lima dosis zat pengatur tumbuh (ZPT) asam naftalen asetat
(NAA). Jurnal Agrovigor. 5(1): 26-33.
Pracaya, 1998, Bertanam Tomat, Kanisius.Yogyakarta.
Sitaniapessy, P M. 1985. Pengaruh Jarak Tanam dan Besarnya Populasi Tanaman
terhadap Absorbsi Radiasi Surya dan Produksi Jagung ( Zea mays
L.) [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Surtinah. 2007. Kajian tentang hubungan pertumbuhan vegetatif dengan produksi
tanaman tomat (Lycopersium esculentum, Mill). J.Agronomi. 4(1).
Sutapa GN, Kasmawan I GA. 2016. Efek induksi mutasi radiasi gamma C0 pada
pertumbuhan fisiologi tanaman tomat (Lycopersicon esculentum L).
Jurnal Keselamatan Radiasi dan Lingkungan. Vol 1 No 2.