Naskah Drama Anak Sekolah
Naskah Drama Anak Sekolah
Tokoh:
1. Ibu Guru (Sabrina)
2. Yoga (Rhey Fandra)
3. Sahat (Remundus)
4. Sari (Senti)
5. Rani (Rohani)
Nyontek
Pada hari Senin, SMP Negeri 1 Hutabayu Raja akan melakukan Ujian Tengah Semester.
Siswa-siswi SMP Negeri 1 Hutabayu Raja memiliki banyak kesibukan, terutama kelas 8⁵.
Dikarenakan bel sekolah belum berbunyi, kelas 8⁵ berusaha menghapal atau membaca
materi yang pernah di pelajari, bahkan di antara mereka ada yang berusaha membuat itilan.
Sari: (Mendatangi Meja Sahat) “Woy, lagi ngapain kau Sahat?” (Memukul Meja)
Sahat: “Gak ada, aku cuma menghapal materi nya!”
Sari: “Gak mungkin kau menghapal, jangan-jangan kau mau buat itilan,kan?” (Menatap mata
Sahat)
Sahat: “Ya udah kalau gak percaya” (Kembali membaca)
Sari: (Kembali ke kursinya)
Bel Sekolah telah berbunyi, Guru yang mengawas di kelas 8⁵ masuk dan mereka semua
kembali ke tempat duduk masing-masing.
Siswa-siswi 8⁵ telah mengantar tas masing-masing ke depan kelas dan ibu guru membagi
kertas jawaban dan soal ujian. Dan ujian pun berlangsung.
Guru: (Duduk dan bermain ponsel sambil memakai headset)
Sahat: (Menggaruk kepalanya dan kebingungan) “Yog, Yog, Yoga, jawaban nomor 2 apa? B
atau C?”
Yoga: (Melihat Sahat Sekilas) “Baru aja di bagikan soal ujian, langsung kau minta jawaban
sama ku? Kau kira aku guru les mu?”
Sahat: “Cepatlah Yoga, jawabannya apanya? B atau C?”
Yoga: (Sambil Menulis) “Cari Sendiri! Makanya belajar, jangan Cuma tau main game aja
kau!”
Sahat: “Ish! Cepatlah Yoga!” (Garuk-garuk kepala)
Yoga: “Ah, malas aku!”
Sahat: “Pelit kali lah kau!”
Yoga: “Ya Suka ku lah, emang kau siapa?”
Sahat: “Ckk!” (Murung)
Dikarenakan Sahat tidak mendapatkan jawaban dari Yoga, Sahat berusaha untuk
mendapatkan jawaban dari Sari, dan saat itu juga, Sahat memanggil Sari.
Yoga dan Sari tidak memberikan contekan pada Sahat, Sahat pun gelisah karena soal ujian
yang diberi hanya satu yang bisa dijawab olehnya. Maka, Sahat memberanikan dirinya untuk
mengeluarkan kertas itilan yang di buat olehnya saat ujian belum berlangsung.
Waktu Ujian pun mulai habis, mereka mulai menulis dengan cepat dan tepat.
Di saat itu, mereka mulai ribut membuat guru pengawas mendengar keributan mereka
samar-samar. Lalu guru pengawas membuka headset dan menghampiri mereka.
Guru: (Berjalan Menuju Keributan) “Ada apa ini, kok ribut? Udah bisa dikumpul?”
Yoga: “Ini Bu, Sahat nyontek lembar jawabanku!”
Guru: “Benar itu Sahat?”
Sahat: “Gak benar itu Bu”
Guru: “Jadi, Siapa kalian yang benar ini?”
Yoga: “Aku Bu yang benar, dia contek lembar jawabanku Bu, buktinya jawaban ku sama
jawaban si Sahat sama persis Bu. Lagi pula dia pemalasnya Bu, gak mungkin secepat itu dia
menjawab ujian ini!”
Guru: “Terus?”
Sahat: “Memang nyontek aku Bu, tapi aku bukan nyontek sama Yoga Bu, tapi nyontek itilan
yang aku buat Bu..”
Guru: “Apa? Berani kali kau nyontek, Ibu gak nyangka, padahal kau kepercayaan guru-guru
loh, masa mengecewakan kami?” (Berkacak pinggang lalu mengambil kertas jawaban Sahat
lalu di robek kan)
Sahat: (Menundukkan kepala)
Guru: “Kau juga Yoga! Nuduh-nuduh sembarangan! Jangan asal bilangi kalau belum tau
kenyataannya, jadinya kan ribut kelas!”
Yoga: (Menundukkan kepala) “Iya Bu, aku minta maaf..”
Guru: “Jangan Ke Ibu Minta maaf, ke Sahat kau minta maaf!”
Yoga: (Menundukkan Kepala dan bersalaman dengan Sahat) “Minta maaf aku ya Sahat,
udah salah sangka aku. Aku juga minta maaf sama yang lain, karena aku, jadi ribut kelas.”
Siswa-siswi: “Iya!”
Guru: “Yaudah, jangan berantam lagi ya. Lanjutkan ujiannya, dan kau Sahat, jangan nyontek
lagi kau, ini kertas yang baru!” (Memberikan Lembar baru)
Sahat: “Iya Bu” (Mengambil lembar jawaban) “Makasih ya Bu”
Siswa-siswi: (Kembali ketempat duduknya masing-masing)
Setelah itu, semua siswa-siswi kembali mengerjakan ujian dengan damai, aman dan tentram.
Lalu setelah kejadian itu, Sahat lebih rajin belajar dan tidak mencontek lagi. Pelajaran yang
dapat kita ambil dari cerita ini adalah kita harus berusaha dan jujur, janganlah curang dan
jangan berprasangka buruk terhadap orang lain.
Tamat.