Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : Widya Kresna Nurprihanto

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042451121

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4206 / Hukum Internasional

Kode/Nama UPBJJ : 41 / Purwokerto

Masa Ujian : 2020/21.2 (2021.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Putusnya hubungan diplomatik antar negara dalam hukum internasional diperbolehkan
sebagai suatu bentuk tekanan politik tertentu kepada negara lain, bertujuan negara
tersebut mengubah kebijakan luar negeri maupun untuk menghukum tindakan tertentu
yang diambil negara lain yang dipersepsikan tidak sesuai dengan Hukum Internasional.

Pada prakteknya pemutusan hubungan diplomatik dapat dilakukan, dilakukan sebagai


bentuk kekecewaan atau ketidakpuasan terhadap kebijakan lain. Walaupun pemutusan
hubungan diplomatik biasanya merupakan suatu tindakan sepihak (unilateral act) suatu
negara, namun hal tersebut juga merupakan suatu keputusan dan tindakan bersama yang
diambil oleh negara-negara anggota suatu Organisasi Internasional. Sebagai
konsekuensinya, akibat hukum yang terjadi ketika hubungan diplomatik putus, maka akan
berpengaruh pada masing-masing negara, yang mana, putusnya hubungan diplomatik
pada akhirnya punya akibat hukum terhadap para warga negara di negara penerima serta
perjanjian internasional yang telah disepakati oleh para pihak.

berdasarkan kasus korut dan malaysia putusnya hubungan diplomatik mengakibatkan di


tutupnya kedutaan besar dari kedua belah pihan di masing-masing negara yang bertikai
(korut dan malaysia), akibat lain perekonomian di negara tersebut akan terganggu, dan
perwakilan diplomatik akan ditarik dari kedubesnya untuk dipulangkan ke negara asalnya.

2. Menurud starke juga mengemukakan poin-poin tentang berakhirnya misi diplomatik dapat
berakhir dengan berbagai cara. Beberapa poin yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Penarikan kembali (recall) perutusan itu oleh negara yang mengirimnya.


2) Pemberitahuan oleh negara pengirim kepada negara penerima bahwa tugas perutusan
itu telah berakhir.
3) Permintaan oleh negara penerima agar perutusan ditarik kembali (recalled).
4) Penyerahan paspor-paspor kepada perutusan dan stafnya serta keluarganya oleh
negara yang menerima, seperti pada waktu pecah perang anatara negara pengirim dan
penerima.
5) Pemberitahuan oleh negara penerima kepada negara pengirim, jika perutusan itu
dinyatakan persona non grata dan apabila ia tidak ditarik kembali atau tugasnya belum
berakhir, bahwa negara penerima itu menolak mengakuinya lagi sebagai anggota misi.
6) Tujuan misi tersebut telah terpenuhi.
7) Berakhirnya masa berlaku surat-surat kepercayaan yang diberikan hanya untuk waktu
yang terbatas.

Poin-poin Starke di atas berdasar pada ketentuan Konvensi Wina 1961. Di atas juga
sempat disinggung mengenai persona non grata. Persona non grata adalah sebuah istilah
yang digunakan sebagai ekspresi ketidakpercayaan suatu negara pada perwakilan
diplomatik. Alasannya beragam yakni spionase, konspirasi, ancaman keamanan,
penyalahgunaan hak-hak istimewa dan lain-lain.

Pada kenyataannya pemutusan hubungan diplomatik tidak membutuhkan mutual consent,


jika salah satu negara yng menjalik hubungan diplomatik melanggar atau ada
ketidakpercayaan dengan negara tersebut salah satu pihak dapat langsung memutus
hubungan diplomatiknya.

Anda mungkin juga menyukai