Anda di halaman 1dari 26

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi (Part 1)

Feb 10, 2010No Commentsby lusa


Perubahan alat-alat genital baik interna maupun eksterna kembali
seperti semula seperti sebelumhamil disebut involusi. Bidan dapat
membantu ibu untuk mengatasi dan memahamiperubahan-
perubahan seperti:
Involusi uterus.
Involusi tempat plasenta.
Perubahan ligamen.
Perubahan serviks.
Lochia.
Perubahan vulva, vagina dan perineum.
Involusi Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan
suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
Iskemia Miometrium – Hal ini disebabkan
oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus
dariuterus setelah pengeluaran plasenta sehingga
membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan
serat otot atrofi.
Atrofi jaringan – Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi
penghentian hormon esterogen saat pelepasan plasenta.
Autolysis – Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
di dalam otot uterus.Enzim proteolitik akan memendekkan
jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10
kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar
sebelum hamil yang terjadi selamakehamilan. Hal ini disebabkan
karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
Efek Oksitosin – Oksitosin menyebabkan
terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterussehingga akan
menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya
suplai darah keuterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs
atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti
sebelum hamil. Perubahan-perubahannormal pada uterus selama postp
artum adalah sebagai berikut:

Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uteru Diameter Uteru


s s
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm

7 hari (minggu Pertengahan pusat 500 gram 7,5 cm


1) dan simpisis

14 hari (minggu Tidak teraba 350 gram 5 cm


2)

6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

Dibawah ini dapat dilihat perubahan tinggi fundus uteri pada


masa nifas.
Gambar. Tinggi fundus uteri pada
masa nifas
Involusi Tempat Plasenta
Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan
menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan
cepat luka mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm
dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas
sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung
banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka
bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena
diikutipertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka.
Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama
sekitar 6 minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung
di dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini
mengikis pembuluh darah yang membeku pada
tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi
pada pembuangan lokia.
Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Muskuloskeletal
Feb 27, 20105 Commentsby lusa
Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat
umur kehamilan semakin bertambah.Adaptasi muskuloskelatal ini
mencakup: peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat
pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada
saat post partum sistem muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih
kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelahmelahirkan, untuk
membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri.
Adaptasi sistem muskuloskeletal pada masa nifas, meliputi:
Dinding perut dan peritoneum.
Kulit abdomen.
Striae.
Perubahan ligamen.
Simpisis pubis.
Dinding perut dan peritoneum.
Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih
kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis
dari otot-otot rectus abdominis, sehingga sebagian dari dinding
perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fasia tipis dan
kulit.
Kulit abdomen.
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan
mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari
dinding abdomen dapat kembali normal kembali dalam beberapa
minggu pasca melahirkan dengan latihan post natal.
Striae.
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada
dinding abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat
menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar.
Tingkat diastasis muskulus rektus abdominis pada ibu post
partum dapat dikaji melalui keadaan umum, aktivitas, paritas dan
jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama
pengembalian tonus otot menjadi normal.
Perubahan ligamen.
Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang
meregang sewaktukehamilan dan partus berangsur-angsur menciut
kembali seperti sediakala. Tidak jarangligamentum rotundum menjadi
kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.
Simpisis pubis.
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini
dapat menyebabkan morbiditasmaternal. Gejala dari
pemisahan simpisis pubis antara lain: nyeri tekan pada pubis disertai
peningkatan nyeri saat bergerak di tempat tidur ataupun waktu
berjalan. Pemisahan simpisisdapat dipalpasi. Gejala ini dapat
menghilang setelah beberapa minggu atau bulan pasca melahirkan,
bahkan ada yang menetap.
Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca
partum antara lain:
Nyeri punggung bawah.
Sakit kepala dan nyeri leher.
Nyeri pelvis posterior.
Disfungsi simpisis pubis.
Diastasis rekti.
Osteoporosis akibat kehamilan.
Disfungsi rongga panggul.
Nyeri punggung bawah.
Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang
sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural
pada sistem muskuloskeletal akibat posisi saatpersalinan.
Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang
mengeluh nyeri punggung sebaiknya dirujuk padafisioterapi untuk
mendapatkan perawatan. Anjuran perawatan punggung,
posisi istirahat, dan aktifitas hidup sehari-hari penting diberikan.
Pereda nyeri elektroterapeutik dikontraindikasikan selama kehamilan,
namun mandi dengan air hangat dapat menberikan rasa nyaman pada
pasien.
Sakit kepala dan nyeri leher.
Pada minggu pertama dan tiga bulan
setelah melahirkan, sakit kepala dan migrain bisa terjadi.Gejala ini
dapat mempengaruhi aktifitas dan ketidaknyamanan pada ibu post
partum. Sakitkepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul
akibat setelah pemberian anestasi umum.
Nyeri pelvis posterior.
Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area
sendi sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah
dan disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi
sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada
saat membalikantubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke
bokong dan paha posterior.
Penanganan: pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat
membantu untuk mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang
nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta mengurangi aktifitas dan
posisi yang dapat memacu rasa nyeri.
Disfungsi simfisis pubis.
Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi
simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi
sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin tulangpelvis dan
memindahkan berat badan melalui pada posisis tegak. Bila sendi ini
tidak menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat
fungsi/stabilitas pelvis yang abnormal, diperburuk dengan
terjadinya perubahan mekanis, yang dapat mrmpengaruhi gaya
berjalan suatu gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk
menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang hebat.
Penanganan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri;
perawatan ibu dan bayi yang lengkap; rujuk ke
ahli fisioterapi untuk latihan abdomen yang
tepat; latihan meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap;
pemberian bantuan yang sesuai.
Diastasis rekti.
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5
cm pada tepat setinggiumbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat
pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan
mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada
multi paritas, bayi besar, poli hidramnion,
kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu, juga
disebabkangangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan, sehingga
ibu dan anak mengalami diastasis.
Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar
celah antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis dua
jika perlu), dari area xifoid sternum sampai di
bawahpanggul; latihan transversus dan pelvis dasar sesering mungkin,
pada semua posisi, kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan tidak
melakukan latihan sit-up atau curl-up; mengatur
ulangkegiatan sehari–hari, menindaklanjuti pengkajian oleh
ahli fisioterapi selama diperlukan.
Osteoporosis akibat kehamilan.
Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini
ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta
adanya hendaya (tidak dapat berjalan), ketidakmampuan mengangkat
atau menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan,
posturtubuh yang buruk. .
Disfungsi dasar panggul.
Disfungsi dasar panggul, meliputi :
Inkontinensia urin.
Inkontinensia alvi.
Prolaps.
Inkontinensia urin.
Inkontinensia urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak disadari.
Masalah berkemih yang paling umum dalam kehamilan dan pasca
partum adalah inkontinensia stres .
Terapi : selama masa antenatal, ibu harus diberi pendidikan mengenai
dan dianjurkan untuk mempraktikan latihan otot dasar panggul dan
transversus sesering mungkin, memfiksasi otot ini
serta otot transversus selam melakukan aktivitas yang berat. Selama
masa pasca natal, ibu harus dianjurkan untuk
mempraktikan latihan dasar panggul dan transversus segera
setelah persalinan. Bagi ibu yang tetap menderita gejala ini
disarankan untuk dirujuk ke ahli fisioterapi yang akan mengkaji
keefektifan otot dasar panggul dan memberi saran
tentang program retraining yang meliputi biofeedback dan stimulasi.
Inkontinensia alvi.
Inkontinensia alvi disebabkan oleh robeknya atau merenggangnya
sfingter anal atau kerusakan yang nyata pada suplai saraf
dasar panggul selama persalinan (Snooks et al, 1985).
Penanganan : rujuk ke ahli fisioterapi untuk mendapatkan perawatan
khusus.
Prolaps.
Prolaps genetalia dikaitkan dengan persalinan per vagina yang dapat
menyebabkan peregangan dan kerusakan pada fasia dan
persarafan pelvis. Prolaps uterus adalah penurunan uterus. Sistokel
adalah prolaps kandung kemih dalam vagina, sedangkan rektokel
adalah prolaps rektum kedalamvagina (Thakar & Stanton, 2002).
Gejala yang dirasakan wanita yang menderita prolaps uterus antara
lain: merasakan ada sesuatu yang turun ke bawah
(saat berdiri), nyeri punggung dan sensasi tarikan yang kuat.
Penanganan: prolaps ringan dapat diatasi
dengan latihan dasar panggul.

PERUBAHAN PSIKOLOGIS IBU PADA MASA NIFAS


Label: Perkuliahan
A. MASA NIFAS
1) Masa Nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali mulai
dari partus selesai
sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra hamil,
lamanya 6-8 minggu.
( Rustam Muchtar, 1998 : 115 )
2) Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan terhitung dari
saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan
ke keadaan sebelum hamil. 
( Perawatan Ibu Di Pusat Kesehatan Masyarakat, 1987 : 95 )
3) Kala Puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari
merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan pada keadaan yang normal, dijumpai 2 kejadian pada
puerperium yaitu involusio dan proses laktasi.
( Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 : 190 )
4) Masa Puerperium atau Masa Nifas mulai setelah partus
selesai dan berakhir kira – kira 6 minggu, akan tetapi seluruh
alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan
dalam waktu 3 bulan. ( Ilmu Kandungan, 1999 : 237 )
5) Masa Nifas atau Puerperium adalah masa setelah partus
selesai dan setelah kira – kira 6 minggu. ( Kapita Selekta
Kedokteran, 1999 )
6) Masa Nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,
masa nifas berlangsung kira – kira 6 minggu.
( Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
2002 : 23 )
7) Masa Nifas adalah masa setelah persalinan sampai 6 minggu
setelah persalinan.
( Pedoman Penanganan Pertolongan Persalinan dan Nifas Bagi
Petugas Puskesmas, 1993 : 4 )

B. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PADA


MASA NIFAS
1. Perubahan Pada Uterus
a. Perubahan Pada Pembuluh Darah Uterus
Kehamilan yang sukses membutuhkan peningkatan aliran darah
uterus
yang cukup besar. Untuk menyuplainya, arteri dan vena di
dalam uterus terutama di plasenta menjadi luar biasa membesar,
begitu juga pembuluh darah ke dan dari uterus, pembentukan
pembuluh – pembuluh darah baru juga akan menyebabkan
peningkatan aliran darah yang bermakna. Setelah kelahiran,
kaliber pembuluh darah ekstrauterin berkurang sampai
mencapai, atau paling tidak mendekati keadaan sebelum hamil.
Di dalam uterus nifas, pembuluh darah mengalami obliterasi
akibat perubahan hialin, dan pembuluh – pembuluh yang lebih
kecil menggantikannya. Resorpsi residu hialin dilakukan
melalui suatu proses yang menyerupai proses pada ovaruium
setelah ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Namun, sisa –
sisa di dalam jumlah kecil dapat bertahan selama bertahun –
tahun.

b. Perubahan Pada Serviks dan Segmen Bawah Uterus


Tepi luar serviks, yang berhubungan dengan os eksternum,
biasanya mengalami laserasi terutama di bagian lateral. Ostium
serviks berkontraksi perlahan, dan beberapa hari setelah bersalin
ostium serviks hanya dapat ditembus oleh dua jari. Pada akhir
minggu pertama, ostium tersebut telah menyempit. Karena
ostium menyempit, serviks menebal dan kanal kembali
terbentuk. Meskipun involusi telah selesai, os eksternum tidak
dapat sepenuhnya kembali ke penampakannya sebelum hamil.
Os ini tetap agak melebar, dan depresi bilateral pada lokasi
laserasi menetap sebagai perubahan yang permanen dan menjadi
cirri khas serviks para. Harus diingat juga bahwa epitel serviks
menjalani pembentukan kembali dalam jumlah yang cukup
banyak sebagai akibat kelahiran bayi.
Segmen bawah uterus yang mengalami penipisan cukup
bermakna akan berkontraksi dan tertarik kembali, tapi tidak
sekuat pada korpus uteri. Dalam waktu beberapa minggu,
segmen bawah telah mengalami perubahan dari sebuah struktur
yang tampak jelas dan cukup besar untuk menampung hamper
seluruh kepala janin, menjadi isthmus uteri yang hampir tak
terlihat dan terletak diantara korpus uteri diatasnya dan os
eksternum serviks dibawahnya.

c. Involusi Korpus Uteri


Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus korpus uteri yang
berkontraksi terletak kira – kira sedikit di bawah umbilicus.
Korpus uteri kini sebagian besar terdiri atas miometrium yang
dibungkus lapisan serosa dan dilapisi desidua basalis. Dinding
anterior dan posteriornya saling menempel erat, masing –
masing tebalnya 4 sampai 5 cm. Karena pembuluh darah
tertekan oleh miometrium yang berkontraksi, uterus nifas pada
potongan tampak iskemik bila dibandingkan dengan uterus
hamil yang hiperemesis dan berwarna ungu kemerah – merahan.
Setelah 2 hari pertama, uterus mulai menyusut, sehingga dalam
2 minggu orga ini telah turun ke rongga panggul sejati. Organ
ini mencapai ukuran seperti semula sebelum hamil dalam waktu
sekitar 4 minggu. Uterus segera setelah melahirkan mempunyai
berat sekitar 1000 gram. Akibat involusi, 1 minggu kemudian
beratnya sekitar 500 gram, pada akhir minggu kedua turun
menjadi sekitar 300 gram, dan segera setelah itu menjadi 100
gram atau kurang. Jumlah total sel otot tidak berkurang banyak ;
namun, sel – selnya sendiri jelas sekali berkurang ukurannya.
Involusi rangka jaringan ikat terjadi sama cepatnya.
Karena pelepasan plasenta dan membran – membran terutama
terjadi di stratum spongiosum, desidua basalis tetap berada di
uterus. Desidua yang tersisa mempunyai bentuk bergerigi tak
beraturan, dan terinfiltrasi oleh darah, khususnya di tempat
melekatnya plasenta.

d. Lokhia
Pada masa awal nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan
keluarnya
discharge vagina dalam jumlah bervariasi yang disebut lokhia.
Secara
mikroskopis, lokhia terdiri atas eritrosit, serpihan desidua, sel –
sel epitel, dan bakteri. Mikroorganisme ditemukan pada lokhia
yang menumpuk di vagina dan pada sebagian besar kasus juga
ditemukan bahkan bila discharge diambil dari rongga uterus.
Selama beberapa hari pertama setelah melahirkan, kandungan
darah dalam lokhia cukup banyak sehingga warnanya merah –
lokhia rubra. Setelah 3 atau 4 hari, lokhia menjadi sangat
memucat – lokhia serosa. Setelah sekitar 10 hari, akibat
campuran leukosit dan berkurangnya kandungan cairan, lokhia
menjadi berwarna putih atau putih kekuning – kuningan. –
lokhia alba.

e. Regenerasi Endometrium
Dalam waktu 2 atau 3 hari setelah melahirkan, sisa desidua
berdiferensiasi
menjadi dua lapisan. Stratum superficial menjadi nekrotik, dan
terkelupas bersama lokhia. Stratum basal yang bersebelahan
dengan miometrium tetap utuh dan merupakan sumber
pembentukan endometrium baru. Endometrium terbentuk dari
proliferasi sisa – sisa kelenjar endometrium dan stroma jaringan
ikat antar kelenjar tersebut.
Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat, kecuali pada
tempat
melekatnya plasenta. Dalam satu minggu atau lebih, permukaan
bebas menjadi
tertutup oleh epitel dan seluruh endometrium pulih kembali
dalam minggu ketiga. 

f. Sub Involusi
Istilah ini menggambarkan suatu keadaan menetapnya atau
terjadinya
retardasi involusi, proses yang normalnya menyebabkan uterus
nifas kembali ke bentuk semula. Proses ini disertai pemanjangan
masa pengeluaran lokhia dan perdarahan uterus yang berlebihan
atau irregular dan terkadang juga disertai perdarahan hebat.
Pada pemeriksaan bimanual, uterus teraba lebih besar dan lebih
lunak dibanding normal untuk periode nifas tertentu. Penyebab
subinvolusi yang telah diketahui antara lain retensi potongan
plasenta dan infeksi pamggul. Karena hampir semua kasus
subinvolusi disebabkan oleh penyebab local, keadaan ini
biasanya dapat diatasi dengan diagnosis dan penatalaksanaan
dini pemberian ergonovin (ergotrate) atau metilergonovin
(methergine) 0,2 mg setiap 3 atau 4 jam selama 24 sampai 48
jam direkomendasikan oleh beberapa ahli. Namun
efektivitasnya dipertanyakan. Di lain pihak, metritis berespon
baik terhadap terapi antibiotic oral.

g. Involusi Tempat Melekatnya Plasenta


Segera setelah kelahiran, tempat melekatnya plasenta kira – kira
berukuran
sebesar telapak tangan, tetapi dengan cepat ukurannya mengecil.
Pada akhir minggu kedua, diameternya hanya 3 sampai 4 cm.
Dalam waktu beberapa jam setelah kelahiran, tempat
melekatnya plasenta biasanya terdiri atas banyak pembuluh
darah yang mengalami thrombosis yang selanjutnya mengalami
organisasi thrombus secara khusus.

2. Perubahan Pada Traktus Urinarius


Kehamilan normal biasanya disertai peningkatan cairan
ekstraseluler yang cukup
bermakna, dan diuresis masa nifas merupakan kebalikan
fisiologis dari proses ini. Diuresis biasanya terjadi antara hari
kedua dan kelima. Bahkan bila wanita tersebut tidak mendapat
infuse cairan intravena yang berlebihan selama persalinan dan
kelahiran. Rangsang untuk retensi cairan akibat
hiperestrogenisme terinduksi kehamilan dan peningkatan
tekanan vena pada setengah bagian bawah tubuh akan berkurang
setelah kelahiran, dan hipervolemi residual akan menghilang.
Pada preeclampsia, baik retensi cairan antepartum maupun
diuresis postpartum dapat sangat meningkat.
Kandung kemih masa nifas mempunyai kapasitas yang
bertambah besar dan relative tidak sensitive terhadap tekanan
cairan intravesika. Overdistensi pengosongan yang tidak
sempurna dan urine residual yang berlebihan sering dijumpai.
Pengaruh anestesi terutama anestesi regional yang
melumpuhkan, dan gangguan tenporer fungsi saraf kandung
kemih, tidak diragukan perannya. Urine residual dan bakteriuria
pada kandung kemih yang mengalami cedera, ditambah dilatasi
pelvis renalis dan ureter, membentuk kondisi yang optimal
untuk terjadinya infeksi saluran kemih. Ureter dan pelvis renalis
yang mengalami dilatasi akan kembali ke keadaan sebelum
hamil mulai dari minggu ke 2 sampai ke 8 setelah kelahiran.

3. Relaksasi Muara Vagina dan Prolapsus Uteri


Pada awal masa nifas, vagina dan muara vagina membentuk
suatu lorong luas
berdinding licin yang berangsur – angsur mengecil ukurannya
tapi jarang kembali ke bentuk nulipara. Rugae mulai tampak
pada minggu ketiga. Himen muncul kembali sebagai kepingan –
kepingan kecil jaringan, yang setelah mengalami sikatrisasi
akan berubah menjadi carunculae mirtiformis.
Laserasi luas perineum saat kelahiran akan diikut relaksasi
introitus. Bahkan bila
tak tampak laserasi eksterna, peregangan berlebih akan
menyebabkan relaksasi nyata. Lebih lanjut, perubahan pada
jaringan penyangga panggul selama persalinan merupakan
predisposisi prolaps uteri dan inkontenensia uri stress. Pada
umumnya, operasi korektif ditunda hingga seluruh proses
persalinan selesai, kecuali tentu saja terdapat kecacatan serius,
terutama inkontinensia uri akibat stress, yang menimbulkan
gejala – gejala yang membutuhkan intervensi.

4. Peritonium dan Dinding Abdomen


Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih kendur disbanding
kondisi saat tidak
hamil, dan ligament – ligament ini memerlukan waktu yang
cukup lama untuk pulih dari peregangan dan pengenduran yang
berlangsung selama kehamilan.
Sebagai akibat putusnya serat – serat elastis kulit dan distensi
yang
berkepanjangan yang disebabkan uterus hamil, dinding
abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu.
Kembalinya struktur ini ke keadaan normal memerlukan waktu
beberapa minggu, tapi pemulihan dapat dibantu dengan
olahraga. Selain timbulnya striae yang berwarna keperak –
perakan, dinding abdomen biasanya kembali ke keadaan
sebelum hamil. Namun, jika otot – ototnya tetap atonik, dinding
abdomen akan tetap kendur.

5. Kelenjar Mamae
a. Payudara
Puting susu, areola, duktus & lobus membesar, vaskularisasi
meningkat (Breast Engorgement).

b. Laktasi
Masing – masing buah dada terdiri dari 15 – 24 lobi yang
terletak terpisah satu sama lain oleh jaringan lemak. Tiap lobus
terdiri dari lobuli yang terdiri pula dari acini yang menghasilkan
air susu. Tiap lobules mempunyai saluran halus untuk
mengalirkan air susu. Saluran – saluran yang halus ini bersatu
menjadi satu saluran untuk tiap lobus. Saluran ini disebut ductus
lactiferosus yang memusat menuju ke putting susu di mana
masing – masing bermuara.
Keadaan buah dada pada 2 hari pertama nifas sama dengan
keadaan dalam kehamilan. Pada waktu ini buah dada belum
mengandung susu, melainkan colostrum yang dapat dikeluarkan
dengan memijat areola mamae. Colostrum adalah cairan kuning
yang disekresi oleh payudara pada awal masa nifas.
Progesteron dan estrogen yang dihasilkan plasenta merangsang
pertumbuhan kelenjar – kelenjar susu, sedangkan progesterone
merangsang pertumbuhan saluran kelenjar. Kedua hormone ini
mengerem LTH (prolactin). Setelah plasenta lahir, maka LTH
dengan bebas dapat merangsang laktasi.
Pada kira – kira hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar,
keras dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu dan
kalau areola mamae dipijat, keluarlah cairan putih dari puting
susu.

C. PERUBAHAN PSIKOLOGIS IBU PADA MASA NIFAS


Menjadi orang tua adalah merupakan krisis dari melewati masa
transisi. Masa transisi pada postpartum yang harus diperhatikan
adalah : 

1. Phase Honeymoon
Phase Honeymoon ialah Phase anak lahir dimana terjadi
intimasi dan kontak yang lama antara ibu – ayah – anak. Hal ini
dapat dikatakan sebagai “ Psikis Honeymoon “ yang tidak
memerlukan hal-hal yang romantik. Masing-masing saling
memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.

2. Ikatan kasih ( Bonding dan Attachment )


Terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-
anak, dan tetap dalam ikatan kasih, penting bagi perawat untuk
memikirkan bagaimana agar hal tersebut dapat terlaksana
partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan salah satu
upaya untuk proses ikatan kasih tersebut.

3. Phase Pada Masa Nifas


a. Phase “ Taking in “
Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin
pasif dan tergantung berlangsung 1 – 2 hari. Ibu tidak
menginginkan kontak dengan bayinya tetapi bukan berarti tidak
memperhatikan. Dalam Phase yang diperlukan ibu adalah
informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi.

b. Phase “ Taking hold “


Phase kedua masa nifas adalah phase taking hold ibu berusaha
mandiri dan berinisiatif. Perhatian terhadap kemampuan
mengatasi fungsi tubuhnya misalnya kelancaran buang air besar
hormon dan peran transisi. Hal-hal yang berkontribusi dengan
post partal blues adalah rasa tidak nyaman, kelelahan, kehabisan
tenaga. Dengan menangis sering dapat menurunkan tekanan.
Bila orang tua kurang mengerti hal ini maka akan timbul rasa
bersalah yang dapat mengakibatkan depresi. Untuk itu perlu
diadakan penyuluhan sebelumnya, untuk mengetahui bahwa itu
adalah normal.

4. Bounding Attachment
Pengertian :
Bounding merupakan satu langkah awal untuk mengungkapkan
perasaan afeksi ( kasih sayang )
Atachmen merupakan interaksi antara ibu dan bayi secara
spesifik sepanjang waktu.
Bounding Atachmen adalah kontak awal antara ibu dan bayi
setelah kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang
merupakan dasar interaksi antara keduanya secara terus
menerus. Dengan kasih sayang yang diberikan terhadap bayinya
maka akan terbentuk ikatan antara orang tua dan bayinya.

5. Respon Antara Ibu dan Bayinya Sejak Kontak Awal Hingga


Tahap Perkembangannya.
a. Touch ( sentuhan ).
Ibu memulai dengan ujung jarinya untuk memeriksa bagian
kepala dan ekstremitas bayinya. Dalam waktu singkat secara
terbuka perubahan diberikan untuk membelai tubuh. Dan
mungkin bayi akan dipeluk dilengan ibu. Gerakan dilanjutkan
sebagai gerakan lembut untuk menenangkan bayi. Bayi akan
merapat pada payudara ibu. Menggenggam satu jari atau seuntai
rambut dan terjadilah ikatan antara keduanya.

b. Eye To Eye Contact ( Kontak Mata )


Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian
dengan segera. Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap
perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai
factor yang penting sebagai hubungan manusia pada umumnya.
Bayi baru lahir dapat memusatkan perhatian pada suatu obyek,
satu jam setelah kelahiran pada jarak sekitar 20-25 cm, dan
dapat memusatkan pandangan sebaik orang dewasa pada usia
kira-kira 4 bulan, perlu perhatian terhadap factor-faktor yang
menghambat proses tersebut 
Mis ; Pemberian salep mata dapat ditunda beberapa waktu
sehingga tidak mengganggu adanya kontak mata ibu dan bayi

c. Odor ( Bau Badan ).


Indra penciuman bayi sudah berkembang dengan baik dan
masih memainkan peranan dalam nalurinya untuk
mempertahankan hidup. 
Penelitian menunjukan bahwa kegiatan seorang bayi, detak
jantung dan pola bernapasnya berubah setiap kali hadir bau yang
baru, tetapi bersamaan makin dikenalnya bau itu sibayipun
berhenti bereaksi.
Pada akhir minggu I seorang bayi dapat mengenali ibunya dari
bau badan dan air susu ibunya.
Indra Penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat
memberikan bayinya ASI pada waktu tertentu.

d. Body Warm ( Kehangatan Tubuh )


Jika tidak ada komplikasi yang serius seorang ibu akan dapat
langsung meletakan bayinya diatas perut ibu, baik setalah tahap
kedua dari proses melahirkan atau sebelum tali pusat dipotong.
Kontak yang segera ini memberikan banyak manfaat baik bagi
ibu maupun sibayi kontak kulit agar bayi tetap hangat.

e. Voice ( Suara )
Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing orang
tua akan menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan
tersebut ibu merasa tenang karena merasa bayinya baik
( hidup ).
Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak
mengherankan bila ia dapat mendengar suara-suara dan
membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-
suara itu terhalang selama beberapa hari terhalang cairan
amniotic dari rahim yang melekat pada telinga.
Banyak Penelitian memperhatikan bahwa bayi-bayi baru lahir
bukan hanya mendengar secara pasif melainkan mendengarkan
dengan sengaja dan mereka nampaknya lebih dapat
menyesuaikan diri dengan suara-suara tertentu daripada yang
lain.
Contoh ; suara detak jantung ibu.

f. Entrainment ( gaya bahasa )


BBL menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang
dewasa artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi
diatur, jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam
berkomunikasi ( komunikasi yang positip )

g. Biorhytmicity ( Irama Kehidupan )


Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan dengan irama
alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas
bayi setelah adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang
tua dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan
penuh kasih yang secara konsisten dan dengan menggunakan
tanda bahaya untuk mengembangkan respon bayi dan interaksi
social serta kesempatan untuk belajar.
Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat
umur kehamilan semakin bertambah.Adaptasi muskuloskelatal ini
mencakup: peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat
pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada
saat post partum sistem muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih
kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelahmelahirkan, untuk
membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri.
Adaptasi sistem muskuloskeletal pada masa nifas, meliputi:
1. Dinding perut dan peritoneum.
2. Kulit abdomen.
3. Striae.
4. Perubahan ligamen.
5. Simpisis pubis.
Dinding perut dan peritoneum.
Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih
kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis
dari otot-otot rectus abdominis, sehingga sebagian dari dinding
perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fasia tipis dan
kulit.
Kulit abdomen.
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan
mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari
dinding abdomen dapat kembali normal kembali dalam beberapa
minggu pasca melahirkan dengan latihan post natal.
Striae.
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada
dinding abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat
menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar.
Tingkat diastasis muskulus rektus abdominis pada ibu post
partum dapat dikaji melalui keadaan umum, aktivitas, paritas dan
jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama
pengembalian tonus otot menjadi normal.
Perubahan ligamen.
Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang
meregang sewaktukehamilan dan partus berangsur-angsur menciut
kembali seperti sediakala. Tidak jarangligamentum rotundum menjadi
kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.
Simpisis pubis.
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini
dapat menyebabkan morbiditasmaternal. Gejala dari
pemisahan simpisis pubis antara lain: nyeri tekan pada pubis disertai
peningkatan nyeri saat bergerak di tempat tidur ataupun waktu
berjalan. Pemisahan simpisisdapat dipalpasi. Gejala ini dapat
menghilang setelah beberapa minggu atau bulan pasca melahirkan,
bahkan ada yang menetap.
Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca
partum antara lain:
1. Nyeri punggung bawah.
2. Sakit kepala dan nyeri leher.
3. Nyeri pelvis posterior.
4. Disfungsi simpisis pubis.
5. Diastasis rekti.
6. Osteoporosis akibat kehamilan.
7. Disfungsi rongga panggul.
Nyeri punggung bawah.
Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang
sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural
pada sistem muskuloskeletal akibat posisi saatpersalinan.
Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang
mengeluh nyeri punggung sebaiknya dirujuk padafisioterapi untuk
mendapatkan perawatan. Anjuran perawatan punggung,
posisi istirahat, dan aktifitas hidup sehari-hari penting diberikan.
Pereda nyeri elektroterapeutik dikontraindikasikan selama kehamilan,
namun mandi dengan air hangat dapat menberikan rasa nyaman pada
pasien.
Sakit kepala dan nyeri leher.
Pada minggu pertama dan tiga bulan
setelah melahirkan, sakit kepala dan migrain bisa terjadi.Gejala ini
dapat mempengaruhi aktifitas dan ketidaknyamanan pada ibu post
partum. Sakitkepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul
akibat setelah pemberian anestasi umum.
Nyeri pelvis posterior.
Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area
sendi sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah
dan disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi
sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada
saat membalikantubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke
bokong dan paha posterior.
Penanganan: pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat
membantu untuk mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang
nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta mengurangi aktifitas dan
posisi yang dapat memacu rasa nyeri.
Disfungsi simfisis pubis.
Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi
simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi
sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin tulangpelvis dan
memindahkan berat badan melalui pada posisis tegak. Bila sendi ini
tidak menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat
fungsi/stabilitas pelvis yang abnormal, diperburuk dengan
terjadinya perubahan mekanis, yang dapat mrmpengaruhi gaya
berjalan suatu gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk
menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang hebat.
Penanganan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri;
perawatan ibu dan bayi yang lengkap; rujuk ke
ahli fisioterapi untuk latihan abdomen yang
tepat; latihan meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap;
pemberian bantuan yang sesuai.
Diastasis rekti.
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5
cm pada tepat setinggiumbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat
pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan
mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada
multi paritas, bayi besar, poli hidramnion,
kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu, juga
disebabkangangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan, sehingga
ibu dan anak mengalami diastasis.
Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar
celah antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis dua
jika perlu), dari area xifoid sternum sampai di
bawahpanggul; latihan transversus dan pelvis dasar sesering mungkin,
pada semua posisi, kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan tidak
melakukan latihan sit-up atau curl-up; mengatur
ulangkegiatan sehari–hari, menindaklanjuti pengkajian oleh
ahli fisioterapi selama diperlukan.
Osteoporosis akibat kehamilan.
Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini
ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta
adanya hendaya (tidak dapat berjalan), ketidakmampuan mengangkat
atau menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan,
posturtubuh yang buruk. .
Disfungsi dasar panggul.
Disfungsi dasar panggul, meliputi :
1. Inkontinensia urin.
2. Inkontinensia alvi.
3. Prolaps.
Inkontinensia urin.
Inkontinensia urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak disadari.
Masalah berkemih yang paling umum dalam kehamilan dan pasca
partum adalah inkontinensia stres .
Terapi : selama masa antenatal, ibu harus diberi pendidikan mengenai
dan dianjurkan untuk mempraktikan latihan otot dasar panggul dan
transversus sesering mungkin, memfiksasi otot ini
serta otot transversus selam melakukan aktivitas yang berat. Selama
masa pasca natal, ibu harus dianjurkan untuk
mempraktikan latihan dasar panggul dan transversus segera
setelah persalinan. Bagi ibu yang tetap menderita gejala ini
disarankan untuk dirujuk ke ahli fisioterapi yang akan mengkaji
keefektifan otot dasar panggul dan memberi saran
tentang program retraining yang meliputi biofeedback dan stimulasi.
Inkontinensia alvi.
Inkontinensia alvi disebabkan oleh robeknya atau merenggangnya
sfingter anal atau kerusakan yang nyata pada suplai saraf
dasar panggul selama persalinan (Snooks et al, 1985).
Penanganan : rujuk ke ahli fisioterapi untuk mendapatkan perawatan
khusus.
Prolaps.
Prolaps genetalia dikaitkan dengan persalinan per vagina yang dapat
menyebabkan peregangan dan kerusakan pada fasia dan
persarafan pelvis. Prolaps uterus adalah penurunan uterus. Sistokel
adalah prolaps kandung kemih dalam vagina, sedangkan rektokel
adalah prolaps rektum kedalamvagina (Thakar & Stanton, 2002).
Gejala yang dirasakan wanita yang menderita prolaps uterus antara
lain: merasakan ada sesuatu yang turun ke bawah
(saat berdiri), nyeri punggung dan sensasi tarikan yang kuat.
Penanganan: prolaps ringan dapat diatasi
dengan latihan dasar panggul
Perubahan fisiologis pada masa nifas
Payudara
Keadaan payudara pada dua hari pertama nifas sama dengan
keadaan dalam kehamilan. Pada waktu ini buah dada belum
mengandung susu, melainkan kolostrum yang dapat dikeluarkan
dengan memijat areola mamae. Progesteron dan estrogen yang
dihasilkan plasenta, merangasang pertumbuhan kelenjar-kelenjar
susu. Setelah plasenta lahir, maka luteotropic hormone (LTH) dengan
bebas dapat merangsang laktasi. Lobus posterior hipofisis
mengeluarkan oxytocin yang merangsang pengeluaran air susu.
Pengeluaran air susu adalah refleks yang ditimbulkan oleh rangsang
penghisapan putting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke
hypophyse dan menghasilkan oxytocin yang menyebabkan payudara
mengeluarkan air susunya. Pada hari ketiga postpartum, payudara
menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air
susu dan kalau areola mamae dipijat, keluarlah cairan putih dari
putting susu.
2)      Uterus
Involusio uteri merupakan proses kembalinya uterus kekeadaan
sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram pada akhir minggu ke-6.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar setelah kontraksi
otot-otot polos uterus.Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus
berada di garis tengah, kira-kira dua cm di bawah umbilicus. Berikut
ini perubahan uterus pada masa nifas :
Table II.1
Perubahan Uterus Masa Nifas
Waktu Tinggi Fundus Bobot Uterus Diameter Palpasi Serviks
Uteri Uterus
Akhir persalinan Setinggi pusat 900-1000 12.5 cm Lembut/lunak
gram
Akhir minggu ½ pusat 450-500 7.5 cm 2 cm
ke-1 sympisis gram
Akhir minggu Tidak teraba 200 gram 5.0 cm 1 cm
ke-2
Akhir minggu Normal 60 gram 2.5 cm Menyempit
ke-6
Sumber : Anggraeni, 2010:37
3)      Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan Rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus. Lochea memiliki karakter berbau amis. Perubahan lochea
dapat digambarkan dari table berikut :
Tabel II.2
Jenis-Jenis Lochea
Lochea Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-2 hari Merah Terdiri dari darah
kehitaman segar, jaringan sisa-
sisa plasenta,
dinding uteru, lemak
bayi, lanuago
(rambut bayi), dan
sisa meconium
Sanginolenta 3-4 hari Merah Sisa darah
kecoklatan bercampur lendir
dan
berlendir
Serosa 7-14 Kuning Lebih sedikit darah
hari kecoklatan dan lebih banyak
serum, juga terdiri
dari leukosit dan
robekan/laserasi
plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung
leukosit, sel desidua
dan sel epitel,
selaput lender
serviks dan serabut
jaringan mati.
Sumber : Anggraeni,S.ST, 2010:38
4)      Vulva, Vagina, dan Perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari
pertama setelah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam
keadaan kendur. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali
secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, enam sampai delapan
minggu setelah bayi lahir.
Segera setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
Pada postpartum hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian besar tonusnya sekalipn tetap lebih kendur dari pada
keadaan semula

Anda mungkin juga menyukai