22 - SHALLOOM DESTIYADWIRA - 2101365 - Kecelakaan KA
22 - SHALLOOM DESTIYADWIRA - 2101365 - Kecelakaan KA
Disusun oleh:
(2101365)
2022
BAB I
DASAR HUKUM
BAB II
PENGERTIAN
Perlintasan Sebidang
Dalam Pasal 114 UU No. 22/2009 disebutkan bahwa pada perlintasan
sebidang antara jalur kereta api dan Jalan, Pengemudi Kendaraan wajib:
a. berhenti ketika sinyal sudah berbunyi, palang pintu kereta api sudah mulai ditutup,
dan/atau ada isyarat lain;
b. mendahulukan kereta api; dan
c. memberikan hak utama kepada Kendaraan yang lebih dahulu melintasi rel.
Dijelaskan juga pada Pasal 116 UU No. 22/2009 dimana Pengemudi harus
memperlambat kendaraannya sesuai dengan Rambu Lalu Lintas dan ketika mendekati
persimpangan atau perlintasan sebidang kereta api.
Dua aturan di atas menyebutkan bahwa perjalanan kereta api mendapatkan
prioritas di jalur yang bersinggungan dengan jalan raya. Berdasarkan aturan di atas
pula, sudah jelas disebutkan jika tidak ada kesalahan yang dapat dituduhkan kepada
kereta api.
Untuk mendukung keselamatan perjalanan KA, telah ditempatkan Petugas
Jaga Pelintasan beserta fasilitas pendukungnya seperti gardu, palang pintu, sirene, dan
peralatan pendukung lainnya.
Perpotongan antara jalur kereta api dan jalan dibuat tidak sebidang.
Pengecualian terhadap ketentuan tersebut hanya dapat dilakukan dengan tetap
menjamin keselamatan dan kelancaran perjalanan kereta api dan lalu lintas jalan.
(Pasal 91 UU No. 23/2007). Untuk keselamatan perjalanan kereta api dan pemakai
jalan, perlintasan sebidang yang tidak mempunyai izin harus ditutup oleh Pemerintah
atau Pemerintah Daerah (Pasal 4 UU No. 23/2007).
BAB IV
KESIMPULAN
Dengan tetap berpijak pada makna dan hakikat yang terkandung dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta dengan
memperhatikan perkembangan lingkungan strategis, baik nasional maupun internasional,
terutama di bidang perkeretaapian, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang
Perkeretaapian perlu diganti.