Anda di halaman 1dari 7

KESELAMATAN, KEAMANAN, LARANGAN,

PERLINTASAN SEBIDANG, INVESTIGASI


KECELAKAAN KERETA API

Disusun oleh:

Shalloom Destiyadwira Az Zahra

(2101365)

TRANSPORTASI DARAT SARJANA TERAPAN

2022
BAB I
DASAR HUKUM

Dasar hukum penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.


1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
2. Peraturan Pemerintah (PP) No. 62 Tahun 2013 tentang Investigasi Kecelakaan
Transportasi
3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 jo PP No. 61 Tahun 2016 Tentang Lalu
Lintas Dan Angkutan Kereta Api
4. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang
Perkeretaapian
5. Permenhub No. 94 Tahun 2018 TENTANG PENINGKATAN KESELAMATAN
PERLINTASAN SEBIDANG ANTARA JALUR KERETA API DENGAN JALAN

BAB II
PENGERTIAN

Dalam UU No. 23 Tahun 2007 diatur beberapa pengertian, diantaranya:


1. Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di Jalan yang tidak diduga dan tidak
disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. (Pasal 1 angka 24)
2. Keamanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan terbebasnya setiap
orang, barang, dan/atau Kendaraan dari gangguan perbuatan melawan hukum,
dan/atau rasa takut dalam berlalu lintas. (Pasal 1 angka 30)
3. Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan terhindarnya
setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh
manusia, Kendaraan, Jalan, dan/atau lingkungan. (Pasal 1 angka 31)

Dalam Permenhub No. 94 Tahun 2018 yang dimaksud dengan Perlintasan


Sebidang adalah perpotongan antara jalan dengan jalur kereta api. Adapun, Jalur Kereta
Api adalah jalur yang terdiri atas rangkaian petak jalan rel yang meliputi ruang manfaat
jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api, dan ruang pengawasan jalur kereta api,
termasuk bagian atas dan bawahnya yang diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api.
BAB III
SUBSTANSI
 Keselamatan dan Keamanan Prasarana Perkeretaapian
Dalam Pasal 54 UU No. 23/2007 disebutkan bahwa Stasiun kereta api untuk
keperluan naik turun penumpang minimal dilengkapi dengan fasilitas:
a. keselamatan;
b. keamanan;
c. kenyamanan;
d. naik turun penumpang;
e. penyandang cacat;
f. kesehatan; dan
g. fasilitas umum.
Stasiun kereta api untuk keperluan bongkar muat barang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan, keamanan, bongkar muat barang, dan fasilitas umum. Untuk
kepentingan bongkar muat barang di luar stasiun dapat dibangun jalan rel yang
menghubungkan antara stasiun dan tempat bongkar muat barang.
Ditegaskan kembali pada Pasal 54 Ayat 4 bahwa Stasiun kereta api untuk
keperluan pengoperasian kereta api harus dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
dan kepentingan pengoperasian kereta api.
 Larangan
Untuk mewujudkan keamanan dan keselamatan pada jalur kereta api, dibuat
aturan mengenai Larangan yang diatur pada BAB XV UU No. 23/2007.
Pada Pasal 178 UU No. 23/2007 dikatakan bahwa Setiap orang dilarang
membangun gedung, membuat tembok, pagar, tanggul, bangunan lainnya, menanam
jenis pohon yang tinggi, atau menempatkan barang pada jalur kereta api yang dapat
mengganggu pandangan bebas dan membahayakan keselamatan perjalanan kereta api.
Selain itu, Pasal 179 juga berisi larangan untuk melakukan kegiatan, baik
langsung maupun tidak langsung, yang dapat mengakibatkan terjadinya pergeseran
tanah di jalur kereta api sehingga mengganggu atau membahayakan perjalanan kereta
api.
Berdasarkan Pasal 180, Setiap orang dilarang menghilangkan, merusak, atau
melakukan perbuatan yang mengakibatkan rusak dan/atau tidak berfungsinya
prasarana dan sarana perkeretaapian.
 Penyidikan
Penyidikan diatur dalam BAB XVI UU No. 23/2007 dimana Pejabat pegawai
negeri sipil (PPNS) tertentu di bidang perkeretaapian dapat diberi kewenangan khusus
sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana. PPNS memberitahukan dimulainya penyidikan
dan menyerahkan hasil penyidikannya kepada penuntut umum.
 Investigasi
Dalam Pasal 11 UU No. 23/2007 dikatakan bahwa Setiap investigasi
kecelakaan Kereta Api, Kapal, Pesawat Udara, dan kecelakaan tertentu terhadap
kendaraan bermotor umum dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan
Transportasi (KNKT) dan berkoordinasi dengan Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Kecelakaan Kereta Api yang wajib dilakukan Investigasi Kecelakaan
Transportasi oleh KNKT yaitu kecelakaan yang mengakibatkan: (Pasal 12 UU No.
23/2007)
a. korban jiwa; dan/atau
b. kerusakan atau tidak dapat beroperasinya Kereta Api yang mengakibatkan rintang
jalan selama lebih dari 6 (enam) jam untuk 2 (dua) arah.
Penjelasan lebih lanjut terdapa pada Pasal 6 PP No. 62/2013 dimana
Investigasi Kecelakaan Transportasi dilakukan terhadap kecelakaan Kereta Api,
kecelakaan Kapal, kecelakaan Pesawat Udara, dan kecelakaan tertentu kendaraan
bermotor umum.
Kecelakaan Kereta Api sebagaimana dimaksud terdiri atas: (Pasal 7)
a. Tabrakan antar Kereta Api;
b. Kereta Api terguling;
c. Kereta Api anjlok; dan/atau
d. Kereta Api terbakar.

 Kecelakaan kereta api


Dijelaskan pada Pasal 125 UU No. 23/2007, apabila terjadi kecelakaan kereta
api, pihak Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian dan Penyelenggara Sarana
Perkeretaapian harus melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. mengambil tindakan untuk kelancaran dan keselamatan lalu lintas
b. menangani korban kecelakaan;
c. memindahkan penumpang, bagasi, dan barang antaran ke kereta api lain atau
moda transportasi lain untuk meneruskan perjalanan sampai stasiun tujuan;
d. melaporkan kecelakaan kepada Menteri, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota
e. mengumumkan kecelakaan kepada pengguna jasa dan masyarakat;
f. segera menormalkan kembali lalu lintas kereta api setelah dilakukan penyidikan
awal oleh pihak berwenang; dan
g. mengurus klaim asuransi korban kecelakaan.

 Perlintasan Sebidang
Dalam Pasal 114 UU No. 22/2009 disebutkan bahwa pada perlintasan
sebidang antara jalur kereta api dan Jalan, Pengemudi Kendaraan wajib:
a. berhenti ketika sinyal sudah berbunyi, palang pintu kereta api sudah mulai ditutup,
dan/atau ada isyarat lain;
b. mendahulukan kereta api; dan
c. memberikan hak utama kepada Kendaraan yang lebih dahulu melintasi rel.
Dijelaskan juga pada Pasal 116 UU No. 22/2009 dimana Pengemudi harus
memperlambat kendaraannya sesuai dengan Rambu Lalu Lintas dan ketika mendekati
persimpangan atau perlintasan sebidang kereta api.
Dua aturan di atas menyebutkan bahwa perjalanan kereta api mendapatkan
prioritas di jalur yang bersinggungan dengan jalan raya. Berdasarkan aturan di atas
pula, sudah jelas disebutkan jika tidak ada kesalahan yang dapat dituduhkan kepada
kereta api.
Untuk mendukung keselamatan perjalanan KA, telah ditempatkan Petugas
Jaga Pelintasan beserta fasilitas pendukungnya seperti gardu, palang pintu, sirene, dan
peralatan pendukung lainnya.
Perpotongan antara jalur kereta api dan jalan dibuat tidak sebidang.
Pengecualian terhadap ketentuan tersebut hanya dapat dilakukan dengan tetap
menjamin keselamatan dan kelancaran perjalanan kereta api dan lalu lintas jalan.
(Pasal 91 UU No. 23/2007). Untuk keselamatan perjalanan kereta api dan pemakai
jalan, perlintasan sebidang yang tidak mempunyai izin harus ditutup oleh Pemerintah
atau Pemerintah Daerah (Pasal 4 UU No. 23/2007).
BAB IV
KESIMPULAN

Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi memiliki karakteristik dan


keunggulan khusus, terutama dalam kemampuannya untuk mengangkut, baik orang
maupun barang secara massal, menghemat energi, menghemat penggunaan ruang,
mempunyai faktor keamanan yang tinggi, memiliki tingkat pencemaran yang rendah, serta
lebih efisien dibandingkan dengan moda transportasi jalan untuk angkutan jarak jauh dan
untuk daerah yang padat lalu lintasnya, seperti angkutan perkotaan.

Dengan keunggulan dan karakteristik perkeretaapian tersebut, peran perkeretaapian


perlu lebih ditingkatkan dalam upaya pengembangan sistem transportasi nasional secara
terpadu. Untuk itu, penyelenggaraan perkeretaapian yang dimulai dari pengadaan,
pengoperasian, perawatan, dan pengusahaan perlu diatur dengan sebaik-baiknya sehingga
dapat terselenggara angkutan kereta api yang menjamin keselamatan, aman, nyaman,
cepat, tepat, tertib, efisien, serta terpadu dengan moda transportasi lain. Dengan demikian,
terdapat keserasian dan keseimbangan beban antarmoda transportasi yang mampu
meningkatkan penyediaan jasa angkutan bagi mobilitas angkutan orang dan barang.

Penyelenggaraan perkeretaapian telah menunjukkan peningkatan peran yang


penting dalam menunjang dan mendorong kegiatan perekonomian, memantapkan
pertahanan dan keamanan, memperlancar kegiatan pemerintahan, memperkukuh persatuan
dan kesatuan bangsa, serta meningkatkan hubungan antarbangsa. Dengan adanya
perkembangan teknologi perkeretaapian dan perubahan lingkungan strategis yang semakin
kompetitif dan tidak terpisahkan dari sistem perekonomian internasional yang
menitikberatkan pada asas keadilan, keterbukaan, dan tidak diskriminatif, dipandang perlu
melibatkan peran pemerintah daerah dan swasta guna mendorong kemajuan
penyelenggaraan perkeretaapian nasional.

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian,


kondisi perkeretaapian nasional yang masih bersifat monopoli dihadapkan pada berbagai
masalah, antara lain kontribusi perkeretaapian terhadap transportasi nasional masih
rendah, prasarana dan sarana belum memadai, jaringan masih terbatas, kemampuan
pembiayaan terbatas, tingkat kecelakaan masih tinggi, dan tingkat pelayanan masih jauh
dari harapan.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, peran Pemerintah dalam penyelenggaraan
perkeretaapian perlu dititikberatkan pada pembinaan yang meliputi penentuan kebijakan,
pengaturan, pengendalian, dan pengawasan dengan mengikutsertakan peran masyarakat
sehingga penyelenggaraan perkeretaapian dapat terlaksana secara efisien, efektif,
transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dengan tetap berpijak pada makna dan hakikat yang terkandung dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta dengan
memperhatikan perkembangan lingkungan strategis, baik nasional maupun internasional,
terutama di bidang perkeretaapian, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang
Perkeretaapian perlu diganti.

Anda mungkin juga menyukai