Anda di halaman 1dari 5

RINGKASAN MATA KULIAH

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI


BAB 13
“Pengendalian Integritas Pemrosesan dan Ketersediaan”

Disusun oleh Kelompok 4:

1. Firda Satria Bima Nugroho 21013010118


2. Muhammad Rafie Nurmatama 21013010217
3. Reinka Sekar Wahyu Setiyarso 21013010317
4. Nadhira Irfanaja Rohim 21013010328

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
TAHUN AJARAN 2021/2022
1. Integritas Pemrosesan
Prinsip Integritas Pemrosesan dari Trust Service Framework menyatakan bahwa sebuah sistem
yang dapat diandalkan adalah sistem yang menghasilkan informasi akurat, lengkap, tepat waktu, dan
valid.

● Pengendalian Input
Jika data yang dimasukkan ke dalam sebuah sistem tidak akurat, tidak lengkap, atau
tidak valid, maka outputnya juga akan demikian. Akibatnya, hanya persone yang berwenang
untuk bertindak di dalam otoritasnya yang harus mempersiapkan dokumen sumber. Selain itu,
bentuk desain, pembatalan dan penyimpanan dokumen sumber, serta pengendalian entri data
secara otomatis diperlukan untuk memverifikasi validitas data input.
➔ Bentuk Desain. Dokumen sumber dan bentuk lainnya harus didesain untuk meminimalkan
kemungkinan kesalahan dan kelalaian. Dua bentuk utama desain pengendalian yang penting
melibatkan dokumen sumber sebelum penomoran secara berurutan dan menggunakan
dokumen turnaround.
➔ Pembatalan dan Penyimpanan Dokumen Sumber. Dokumen-dokumen sumber yang telah
dimasukkan ke dalam sistem harus dibatalkan sehingga mereka tidak dapat dengan sengaja
atau secara tidak jujur dimasukkan ulang ke dalam sistem.
➔ Pengendalian Entri Data. Dokumen-dokumen sumber harus dipindai untuk kewajaran dan
kebenaran sebelum dimasukkan ke dalam sistem. Meskipun demikian, pengendalian manual
ini harus dilengkapi dengan pengendalian entri data otomatis, seperti berikut ini.
➢ Pengecekan Field, menentukan apakah karakter pada sebuah field adalah dari jenis
yang tepat.
➢ Pengecekan Tanda, menentukan apakah data pada sebuah field memiliki tanda
aritmetika yang sesuai.
➢ Pengecekan Batas, menguji sejumlah numerik terhadap nilai tetap.
➢ Pengecekan Jangkauan, menguji apakah sejumlah numerik berada pada batas
terendah dan tertinggi yang telah ditentukan sebelumnya.
➢ Pengecekan Ukuran, memastikan bahwa data input akan sesuai pada dalam field yang
ditentukan.
➢ Pengecekan Kelengkapan, memverifikasi bahwa seluruh item-item data yang
diperlukan telah dimasukkan.
➢ Pengecekan Validitas, membandingkan kode ID atau nomor rekening dalam data
transaksi dengan data serupa di dalam file induk memverifikasi bahwa rekening tersebut
ada.
➢ Tes Kewajaran, menentukan kebenaran dari hubungan logis antara dua item-item data.

● Pengendalian Tambahan Entri Data Pemrosesan Batch


➔ Pemrosesan batch bekerja lebih efisien jika transaksi-transaksi disortir, sehingga
rekening-rekening yang terkena dampak berada dalam urutan yang sama dengan catatan di
dalam file induk.
➔ Sebuah log kesalahan yang mengidentifikasikan kesalahan input data memudahkan
pemeriksaan tepat waktu dan pengumpulan ulang atas transaksi yang tidak dapat diproses.
➔ Total Batch merangkum nilai-nilai numerik bagi sebuah batch atas catatan input. Berikut ini
adalah tiga total batch yang sering digunakan:
1. Total Finansial
2. Total Hash
3. Jumlah Catatan

● Pengendalian Tambahan Entri Data Online


➔ Prompting, di mana sistem meminta tiap-tiap item data input dan menunggu respons yang
dapat diterima, memastikan bahwa seluruh data yang diperlukan telah dimasukkan.
➔ Verifikasi Closed-loop, mengecek ketepatan dari data input dengan menggunakannya
untuk mengambil dan menampilkan informasi terkait lainnya.

● Pengendalian Pemrosesan
➔ Pencocokan Data, Dalam kasus-kasus tertentu, dua atau lebih item dari data harus
dicocokkan sebelum sebuah tindakan dilakukan.
➔ Label File, Label file perlu dicek untuk memastikan bahwa file yang benar dan terkini sedang
diperbarui. Baik label eksternal yang dapat dibaca oleh manusia maupun label internal yang
tertulis di dalam bentuk yang dapat terbaca mesin dalam media pencatatan data harus
digunakan.
➔ Perhitungan ulang total batch, Total batch harus dihitung ulang setiap masing-masing
catatan transaksi diproses, dan total dari batch tersebut harus dibandingkan dengan nilai-nilai
dalam catatan trailer.
➔ Pengujian saldo cross-footing dan saldo nol, Biasanya total dapat dihitung dengan
berbagai cara.
➔ Mekanisme write-protection. Mekanisme ini melindungi terhadap menimpa atau
menghapus file data yang disimpan dalam media magnetik.
➔ Pengendalian pembaruan secara bersamaan. Kesalahan dapat terjadi ketika dua
pengguna atau lebih berupaya untuk memperbarui catatan yang sama secara bersamaan.

● Pengendalian Output
➔ Pemeriksaan pengguna terhadap output. Para pengguna harus dengan cermat memeriksa
output sistem untuk memverifikasi bahwa outputnya masuk akan, lengkap, dan pengguna
adalah penerima yang dituju.
➔ Prosedur rekonsiliasi. Secara periodik, seluruh transaksi dan pembaruan sistem lainnya
harus direkonsiliasi untuk laporan pengendalian, laporan status/pembaruan file, atau
mekanisme pengendalian lainnya.
➔ Rekonsiliasi data eksternal. Total database harus direkonsiliasi secara periodik dengan
data yang dikelola di luar sistem.
➔ Pengendalian transmisi data. Organisasi juga perlu mengimplementasikan pengendalian
yang didesain untuk meminimalkan risiko kesalahan transmisi data. Setiap kali perangkat
penerima mendeteksi sebuah kesalahan transmisi data, ia meminta perangkat pengirim
untuk mentransmisi ulang data tersebut.

2. Ketersediaan
Gangguan dalam proses bisnis yang dikarenakan tidak tersedianya sistem atau informasi dapat
menyebabkan kerugian keuangan yang signifikan. Akibatnya, proses pengendalian DSS01 dan DSS04
COBIT 5 menunjukkan pentingnya memastikan bahwa sistem dan informasi tersedia setiap saat
dibutuhkan oleh pengguna. Tujuan utamanya adalah untuk meminimalkan resiko penghentian sistem.

● Meminimalkan Resiko Penghentian Sistem


Organisasi dapat melakukan berbagai tindakan untuk meminimalkan resiko penghentian
sistem. Praktik manajemen DSS01.05 COBIT 5 mengidentifikasikan kebutuhan akan
pemeliharaan yang preventif, seperti membersihkan disk drive dan menyimpan media magnetik
dan optik dengan tepat, untuk mengurangi resiko kegagalan perangkat keras dan lunak.
Praktik manajemen DSS01.04 dan DSS01.05 COBIT 5 menunjukkan pentingnya
meletakkan dan mendesain pusat-pusat data yang menaungi server tugas kritis dan database
sehingga meminimalkan resiko yang terkait dengan bencana alam dan yang disebabkan
manusia. FItur-fitur desain umumnya meliputi sebagai berikut.
➔ Lantai yang ditinggikan memberikan perlindungan dari kerusakan yang disebabkan oleh
banjir.
➔ Pendeteksi api dan perangkat penekanan mengurangi kemungkinan kerusakan akibat
kebakaran.
➔ Sistem pendingin udara yang memadai untuk mengurangi kemungkinan kerusakan bagi
peralatan komputer karena terlalu panas atau lembab.
➔ Kabel dengan tancapan khusus yang tidak dapat diganti dengan mudah menurunkan
resiko kerusakan sistem karena mencabut tanpa sengaja pada perangkat tersebut.
➔ Perangkat antipetir memberikan perlindungan terhadap fluktuasi daya temporer yang
mungkin menyebabkan kerusakan komputer dan peralatan jaringan lainnya.
➔ Sebuah sistem UPS atau suplai daya bebas gangguan memberikan perlindungan dari
kejadian sebuah listrik yang berkepanjangan, dengan menggunakan tenaga baterai
yang memungkinkan sistem beroperasi cukup lama untuk mencadangkan data penting
dan mematikan dengan aman.
➔ Pengendalian akses fisik mengurangi risiko pencurian atau kerusakan.

● Pemulihan dan Penerusan Operasi Normal


➔ Prosedur Backup Data. Didesain untuk menghadapi situasi di mana informasi tidak dapat
diakses karena file atau database yang relevan telah menjadi korup/rusak akibat kegagalan
perangkat keras, masalah perangkat lunak, atau kesalahan manusia, namun sistem
informasinya masing berfungsi.
➢ Backup incremental, hanya melibatkan penyalinan item-item data yang telah berubah
sejak backup parsial terakhir.
➢ Backup Diferensial, menyalin seluruh perubahan yang dibuat sejak backup penuh
terakhir.
➔ Perencanaan Pemulihan Bencana dan Kelangsungan Bisnis. Sejumlah backup didesain
untuk mengatasi masalah-masalah ketika satu atau lebih file atau database rusak karena
kesalahan perangkat keras, perangkat lunak, dan manusia. DRP dan BCP didesain untuk
mengatasi masalah-masalah yang lebih serius.
➢ Rencana Pemulihan Data (Disaster Recovery Plan–DRP), sebuah rencana untuk
mengembalikan kemampuan TI sebuah organisasi akibat kejadian pusat datanya
dihancurkan.
➢ Rencana Kelangsungan BIsnis (Business Continuity Plan–BCP), sebuah rencana
yang menspesifikasikan cara merangkum tidak hanya operasi TI, tetapi seluruh proses
bisnis akibat terjadinya kerusakan besar.
➔ Efek dari Virtualisasi dan Komputasi Cloud. Virtualisasi dapat secara signifikan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari pemulihan bencana dan penerusan operasi
normal. Sebuah mesin virtual hanyalah sebuah kumparan file perangkat lunak. Oleh karena
itu jika server fisik yang menampung file tersebut gagal, maka file dapat dipasang pada
mesin penampung lainnya dalam beberapa menit. Jadi virtualisasi secara signifikan
mengurangi waktu yang diperlukan untuk memulihkan dari masalah perangkat keras.
Komputasi cloud memiliki efek positif dan negatif dalam ketersediaan. Komputasi cloud
biasanya memanfaatkan bank atas server berlebih dalam berbagai lokasi, sehingga
menurunkan risiko bahwa sebuah kerusakan tunggal dapat mengakibatkan penghentian
sistem dan hilangnya semua data. Meski demikian, jika sebuah penyedia cloud publik keluar
dari bisnis ini, ini mungkin sulit, jika memungkinkan, untuk mendapatkan kembali semua data
yang disimpan dalam cloud tersebut. Oleh karenanya, sebuah kebijakan atas pembuatan
backup teratur dan menyimpannya pada tempat lain dari penyedia cloud sangatlah penting.

Anda mungkin juga menyukai