Anda di halaman 1dari 7

Nama : Marisa Sabarila

NPM : 2011031039

Kelas : SIA C

Mata Kuliah : Sistem Informasi Akuntansi Dan Pengendalian Internal

Resume Materi Pengendalian Integritas Pemrosesan dan Ketersediaan


A. Sistem Informasi Akuntansi

Sistem informasi akuntansi adalah proses mengumpulkan data, mengolah data menjadi sebuah
informasi, dan mendistribusikan informasi tersebut kepada pengguna. Tujuan dari sistem informasi
akuntansi (SIA) adalah untuk memproses data keuangan dan akuntansi serta menghasilkan laporan
keuangan yang dapat digunakan oleh manajer atau pihak lain yang berkepentingan untuk membuat
keputusan bisnis.

B. Pentingnya Sitem Informasi Akuntansi Dalam Perusahaan

Berikut komponen-komponen dalam SIA:

a) Manusia, menjadi operator dari sistem.

b) Transaksi, menjadi objek yang akan diinputkan kemudian dilakukan pemrosesan sehingga
menghasilkan informasi.

c) Prosedur, menjadi aturan tentang langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan
kegiatan perusahaan.

d) Dokumen, sebagai formulir yang berfungsi untuk sarana pencatatan saat transaksi terjadi.

e) Peralatan, menjadi alat atau sarana yang digunakan untuk pencatatan pada sistem informasi.

Ada beberapa poin yang menjadi manfaat dari sistem informasi akuntansi bagi perusahaan yang
perlu kita pahami mulai dari menediakan informasi yang akurat dan tepat sehingga berdampak pada
kemajuan perusahaan, meningkatnya efisiensi pada perusahaan sehingga berdampak pada
meningkatnya pendapatan,meningkatnya kemampuan perusahaan dalam mengambil suatu keputusan
secara bijak, menambah sharing knowledge perusahaan,meningkatkan efisiensi kerja pada bagian
keuangan perusahaan karena adanya sistem informasi akuntansi,meningkatkan kualitas produk yang
dihasilkan, dan mengurangi biaya produksi dan jasa dalam proses pembuatan produk perusahaan.

C. Pengendalian Integritas Pemrosesan dan Ketersediaan

Prinsip integritas pemrosesan dari Trust Service Framework menyatakan bahwa sebuah sistem yang
dapat diandalkan adalah sistem yang menghasilkan informasi lengkap, tepat waktu, dan valid.

INTEGRITAS PEMROSESAN
1. Integritas Pemrosesan
Prinsip Integritas Pemrosesan dari Trust Service Framework menyatakan bahwa sebuah sistem yang
dapat diandalkan adalah sistem yang menghasilkan informasi akurat, lengkap, tepat waktu, dan valid.

a) Pengendalian Input

Frasa "sampah masuk", "sampah keluar" menunjukkan pentingnya pengendalian input. Jika data
yang dimasukkan ke dalam sebuah sistem tidak akurat, tidak lengkap, atau tidak valid, maka
output-nya juga akan demikian.

b) Bentuk Desain

a. Seluruh dokumen sumber harus dinomori sebelumnya secara berurutan.

b. Sebuah dokumen turnaround (turnaround document) adalah catatan atas data perusahaan
yang dikirimkan ke pihak eksternal dan kemudian dikembalikan oleh pihak eksternal tersebut
untuk selanjutnya di input ke sistem.

c) Pembatalan dan Penyimpanan Dokumen Sumber

Dokumen-dokumen sumber yang telah dimasukkan ke dalam sistem harus dibatalkan sehingga
mereka tidak dapat dengan sengaja atau secara tidak jujur dimaksukkan ulang ke dalam sistem.

d) Pengendalian Entri Data

Pengendalian manual harus dilengkapi dengan pengendalian entri data otomatis:

 Pengecekan field (field check): sebuah pengecekan edit yang menguji apakah karakter pada
sebuah field adalah jenis yang tepat (misalnya, data numerik dalam field numerik).

 Pengecekan tanda (sign check): sebuah pengecekan yang memverifikasi apakah data pada
sebuah field memiliki tanda aritmetika yang sesuai.

 Pengecekan batas (limit check): sebuah pengecekan edit yang menguji sejumlah numerik
terhadap nilai tetap.

 Pengecekan jangkauan (range check): sebuah pengecekan edit yang menguji apakah sebuah
item data berada pada batas terendah dan tertinggi yang telah ditentukan sebelumnya.

 Pengecekan ukuran (size check): sebuah pengecekan edit yang memastikan bahwa data input
sesuai dengan field yang ditentukan.

 Pengecekan (atau pengujian) kelengkapan (completeness check/test): sebuah pengecekan edit


yang memverifikasi bahwa seluruh data yang diperlukan telah dimasukkan.

 Pengecekan validitas (validity check): sebuah tes edit yang membandingkan kode ID atau
nomor rekening dalam data transaksi dengan data serupa di dalam file induk untuk
memverifikasi bahwa rekening tersebut ada.

 Tes kewajaran (reasonableness check): sebuah pengecekan edit dari kebenaran logis
hubungan pada item data.

 Nomor ID resmi (seperti nomor pegawai) dapat berisi cek digit (check digit) yang dihitung
dari digit lain kemudian Verifikasi cek digit (check digit verification) yaitu menghitung ulang
sebuah cek digit untuk memverifikasi bahwa kesalahan entri data belum dibuat.
e) Pengendalian Tambahan Entri Data Pemrosesan Batch

 Pengecekan berurutan (sequence check): sebuah pengecekan edit yang menentukan apakah
batch atas input data berada di dalam urutan numerik atau alfabetis yang tepat.

 Sebuah log kesalahan yang mnegidentifikasikan kesalahan input data (tanggal, penyebab,
masalah) memudahkan pemeriksaan tepat waktu dan pengumpulan ulang atas transaksi yang
tidak dapat diproses.

 Total batch (batch total): jumlah dari item numerik untuk batch sebuah dokumen, dihitung
sebelum pemrosesan batch, ketika data dimasukkan, dan selanjutnya dibandingkan dengan
total yang dihasilkan komputer setelah tiap langkah pemrosesan untuk memverifikasi data
tersebut sudah diproses dengan benar. Tiga total batch yang sering digunakan:

a. Total finansial (financial total): sebuah jenis dari total batch yang sama dengan jumlah
atas field yang berisi nilai-nilai moneter.

b. Total hash (hash total): sebuah jenis dari total batch yang dihasilkan dengan
menjumlahkan nilai-nilai untuk field yang biasanya tidak akan dijumlahkan.

c. Jumlah catatan (record count): sebuah jenis dari total batch yang sama dengan jumlah
catatan-catatan yang diproses pada suatu waktu tertentu.

f) Pengendalian Output

 Pemeriksaan pengguna terhadap output

 Prosedur rekonsiliasi

 Rekonsiliasi data eksternal

 Pengendalian transmisi data

Dua pengendalian transmisi data yang umum adalah:

a. Checksum: sebuah pengendalian transmisi data yang menggunakan sebuah hash dari
sebuah file untuk memverifikasi ketepatannya.

b. Bit paritas (parity bit): sebuah bit ekstra yang ditambahkan ke setiap karakter; digunakan
untuk mengecek ketepatan transmisi. Pengecekan paritas (parity checking): sebuah
pengendalian transmisi data di mana perangkat penerima menghitung ulang bit paritas
untuk memverifikasi ketepatan dari data yang ditransmisikan.

2. Ketersediaan

a. Meminimalkan Risiko Penghentian Sistem

Toleransi kesalahan merupakan kemampuan dari sebuah sistem untuk terus berfungsi ketika ada
kegagalan perangkat keras. Redundant arrays of independent drives (RAID): sebuah teknik
toleransi kesalahan yang mencatat data dalam berbagai disk drive bukan hanya satu untuk
mengurangi risiko kehilangan data.

b. Pemulihan dan Penerusan Operasi Normal

1) Backup: sebuah salinan dari sebuah database, file, atau program perangkat lunak.
2) Recovery point objective (RPO): jumlah data yang ingin dimiliki organisasi untuk
dimasukkan kembali atau secara potensial hilang.

3) Recovery time objective (RTO): waktu maksimum yang dapat ditoleransi untuk
mengembalikan sistem informasi sebuah organisasi setelah sebuah bencana,
merepresentasikan jangka waktu yang akan diupayakan organisasi untuk berfungsi tanpa
sistem informasinya.

4) Real-time monitoring: pemeliharaan salinan-salinan lengkap dari sebuah database pada dua
pusat data terpisah dan memperbarui kedua salinan secara real-time setiap transaksi terjadi.

c. Prosedur Backup Data

 Backup inkremental: sebuah jenis backup parsial yang melibatkan penyalinan hanya item-
item data yang telah berubah sejak backup parsial.Backup ini memproduksi sebuah set file
backup inkremental, masing-masing mengandung hasil transaksi dari transaksi satu hari.

 Backup diferensial: salah satu jenis backup parsial yang melibatkan penyalinan seluruh
perubahan yang dibuat sejak backup penuh terakhir. Jadi setiap file backup diferensial yang
baru memuat efek kumulatif dari seluruh aktivitas sejak backup penuh berakhir.

Kelompok 19A6

Judul Kasus : Pengendalian Integritas Pemrosesan dan Ketersediaan Pada Kasus PT Sumber Alfaria Trijaya
TBK

Kronologi Kasus :

Pada tahun 2014, Alfamart mulai masuk dan berkembang di Manado namun seiring berjalanya waktu
ditemukannya hasil bahwa pada tahun 2016- 2017 terdapat beberapa kasir toko yang melakukan fraud atau
kecurangan dengan cara tidak menyetorkan hasil penjualan atau uang yang ada di kasir pada saat Jam Waktu
Pengiriman (JWP). Menanggapi Isu yang beredar luas terkait dengan kontent video Perbedaan nominal
belanja yang dilakukan oleh Oknum Karyawan Alfamart dengan ini Pihak PT Sumber Alfaria Trijaya TBK
telah dikonfirmasi bahwa Karyawan tersebut memang benar bersalah. Total kerugian yang dialami dari data
yang Berdasarkan laporan laba rugi perusahaan tahun 2016-2018, menunjukkan bahwa pada tahun 2016
kerugian terjadi sebesar Rp (55,729,420,086), adapun pada tahun 2017 kerugian menjadi Rp
(81,905,749,335), sedangkan pada tahun 2018 sebesar Rp (56,987,504,863). Gross profit pada tahun 2016
adalah 18%, tahun 2017 adalah 17%, dan pada tahun 2018 menjadi 18%. Kesalahan terjadi dikarenakan
Karyawan Yang Bersangkutan tidak menjalankan transaksi sesuai SOP yang ditetapkan perusahaan
sehingga mengakibatkan nilai belanja Konsumen lebih besar dari yang seharusnya. Oleh karena itu, sanksi
tegas terhadap Karyawan tersebut telah diberikan dan yang bersangkutan sudah mengundurkan diri.

Solusi dari Kasus :

Berdasarkan persoalan di atas, solusi yang dapat diberikan penulis adalah dengan menegakkan Prinsip
Integritas Pemrosesan dari Trust Service Framework yang mana prinsip ini menyatakan bahwa sebuah
sistem yang dapat digunakan adalah sistem yang menghasilkan output informasi yang akurat,lengkap,tepat
waktu,dan valid. Denagn diteggakannya prinsip ini dalam lingkungan sebuah perusahaan maka kesalahan
input nominal akan dapat di minimalisir.

Pendapat Saya Mengenai Kasus :


Pendapat saya terkait pemaparan diatas mulai dari berbagai landasan teori mengenai pentingnya sistem
infomasi yang baik bagi perusahaan juga dengan adanya berbagai kasus yang dsebabkan oleh
ketidaksempurnaan sistem informasi itu tadi sudah sepatutnya memjadi peringatan yang perlu kita garis
bawahi bersama, mengingat begitu pentingnya sistem informasi yang baik bagi sebuah perusahaan guna
terciptanya kestabilan operasional perusahaan dan terciptanya tujuan dari perusahan itu sendiri. Dengan
Adanya Sistem Informasi yang baik perusahaan bisa melakukan semua kegiatannya dengan lebih efektif dan
efisien. Selain itu output dari SIA juga dapat dipertanggungjawabkan dalam pengambilan sebuah keputusan.

Kelompok 19B6

Judul Kasus : Kasus Pencurian Uang Kas Kasir di PT Aseli Dagadu Djokja

Kronologi Kasus :

Kasus berawal ketika totalpenjualan harian di sistem tidak sesuai dengan uang kas yang diterima kasir. Saat
itu kejadian yang tidak biasa terjadi yaitu terdapat selisih penjualan sekitar Rp100.000. Awalnya manajer PT
Aseli Dagadu Djokdja tidak terlalu curiga dengan hal tersebut, karena kejadian tersebut jarang sekali terjadi.
Beberapa hari kemudian, hal demikian terjadi kembali namun pelaku lebih cerdas dari sebelumnya. Jika
sebelumnya uang kas hasil penjualan yang diambil, kali ini juga sama. Namun, untuk menghilangkan jejak
serta kecurigaan manajer maka barang yang dibeli konsumen tidak diinput ke sistem, sehingga tidak tercatat
sebagai penjualan. Hal semacam itu terjadi dalam kurun waktu kurang lebih 3.

Solusi dari Kasus :

Penyelesaian dalam kasus yang terjadi pada PT Aseli Dagadu Djokdja, tidak hanya bisa diselesaikan dengan
mengeluarkan karyawan yang menjadi pelaku dalam kasus ini, tetapi perusahaan harus lebih merapihkan
pengendalian output dan pengendalian perusahaan agar tidak terulang lagi kejadian yang merugikan
perusahaan maupun karyawan lainnya, salah satu contoh untuk merapihkan proses pengedalian output yaitu
Penggunaan dengan cermat memeriksa hasil output sistem untuk memverifikasi bahwa output yang
dihasilkan masuk akal, lengkap dan pengguna adalah penerima yang dituju. Sebagai contoh, hasil output
dapat diakses dan digunakan oleh pihak yang berwenang saja. Pengguna dengan cermat memeriksa hasil
output sistem untuk memverifikasi bahwa output yang dihasilkan masuk akal, lengkap dan pengguna adalah
penerima yang dituju. Sebagai contoh, hasil output dapat diakses dan digunakan oleh pihak yang berwenang
saja.

Hal kedua dalam penyelesaian hal ini yaitu menerapkan pengendalian perusahaan salah satu contohnya
adalah pencocokan data yang di dalam sistem agar keluar dan masuk barang bisa dikontrol lalu perhitungan
ulang total batch, total batch dihitung ulang untuk setiap masing-masing catatan transaksi yang diproses.
Sebagai contoh, setiap transaksi penjualan yang terjadi, memiliki total batch. Jadi ini adalah beberapa contoh
untuk menyelesaikan ataupun menjawab dari kasus Point of sale PT Aseli Dagadu Djokdja.

Pendapat Saya Mengenai Kasus :

Pendapat saya terkait dengan kasus inib adalah sebaiknya perusahaan terus melakukan pembaharuan sistem
yang berkaitan dengan aplikasi point of sale sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan kemajuan teknologi.
Khususnya pada komponen pengendalian identifikasi kesalahan dan verifikasi ketepatan pemrosesan input
data. Dalam penelitian ini kami sebagai penulis juga memiliki keterbatasan terhadap referensi teori yang
berkaitan dengan evaluas aplikasi point of sale. Penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya dengan
topik yang sama untuk mencari referensi lain yang berkaitan dengan aplikasi point of sale yang terkait.
Kelompok 19C6

Judul Kasus : Kasus Ketidakcocokan Antara Stock Gudang Dengan Pencatatan Jumlah Barang Yang Ada
di Komputer PT. Kartini Teh Nasional

Kronologi Kasus :

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari PT Kartini Teh Nasional Cabang Lumajang tedapat kesalahan
dalam penginputan data yang dapat sering terjadi di dalam melakukan operasional perusahaan terkhusus
pada ketidakcocokan antara stok barang dengan jumlah barang yang terdapat pada data komputer
perusahaan. Kesalahan tersebut menjadi perhatian bagi perusahaan dikarenakan dari kesalahan tersebut akan
mempengaruhi output dari informasi tersebut. Output informasi tersebut dapat berbentuk laporan persedian
barang perusahaan. Kesalahan dalam output informasi menyebabkan gagalnya manajer untuk mengambil
keputusan terkait dengan masalah yang dihadapi sehingga keputusan tersebut dapat memperparah kondisi
perusahaan.

Solusi dari Kasus :

PT Kartini Teh Nasional Cabang Lumajang perlu melakukan prosedur backup data persediaan barang yang
terdapat pada gudang. Backup data yang dapat dilaksanakan oleh PT Kartini Teh Nasional Cabang
Lumajang dapat berupa backup data secara penuh dengan periode waktu seminggu dan melaksanakan
backup parsial. Kedua jenis prosedur backup data ini sangat baik untuk melakukan check dan balance pada
persediaan perusahaan. Ketika terjadi kesalahan manajer dapat melihat data – data persediaan yang telah di
backup melalui prosedur backup. Manajer juga dapat melihat dengan detail pada transaksi-transakasi yang
dilakukan melalui prosedur backup data perusahaan. Sehingga ketidakcocokan antara stok barang dengan
jumlah barang yang terdapat pada data komputer PT Kartini Teh Nasional Cabang Lumajang dapat
dikecilkan resikonya dengan menggunakan prosedur backup data.

Pendapat Saya Mengenai Kasus :

Menurut pendapat saya terkait dengan kasus ini maka perusahaan memerlukan evaluasi mengenai sistem
informasi mengenai persediaan barang dan melakukan pengembangan terhadap sistem informasi yang
dimiliki oleh perusahaan. Diharapkan dengan adanya permasalahan ini, akan menjadi pembelajaran yang
sangat berharga oleh perusahaan agar perusahaan lebih peduli lagi terhadap sistem pengendalian dan
informasi yang terdapat di perusahaan. Selain itu, penulis berharap perusahaan akan menjadi lebih maju lagi
dan memperbaiki diri sehingga perusahaan akan menjadi perusahaan yang besar .

Kelompok 20C6

Judul Kasus : Pengendalian Integritas Pemrosesan dan Ketersediaan Pada Kasus PT Bank Bukopin Tbk

Kronologi Kasus :

Kasus ini bermula dengan PT Bank Bukopin Tbk yang merevisi laporan keuangan 2016. Revisi laporan
keuangan ini muncul pada 25 April 2018. Revisi laporan keuangan tahun 2016 tersebut dilakukan karena
laba yang tercatat pada laporan keuangan tahun 2016 adalah 1,08 triliun, tetapi laba tahun 2016 yang tercatat
pada laporan keuangan perusahaan tahun 2017 adalah 183,5 miliar. Dengan perbeedaan tersebut, Bank
Bukopin akhirnya merevisi laba bersih tahun 2016 menjadi Rp 183,5 miliar dari sebelumnya Rp 1,08 triliun.
Penurunan terbesar terdapat pada bagian pendapatan provisi dan komisi berupa pendapatan dari kartu kredit
dengan pendapatan yang turun dari Rp 1,06 triliun menjadi Rp 317,88 miliar. Pada Rabu (25/4), mengutip
pada laporan keuangan 2017 yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia, Bank Bukopin menyebutkan
bahwa revisi tersebut terjadi karena terdapat koreksi salah saji piutang kredit yang berasal dari kartu kredit
bank dengan penyebab perubahan data kartu kredit. Secara lebih lanjut, dalam catatan 51 laporan keuangan
Bank Bukopin, terdapat dua alasan dibalik penyajian kembali laporan keuangan konsolidasi. Pertama, yaitu
adanya piutang kartu kredit bank yang disebabkan oleh modifikasi kartu kredit tertentu. Kedua, soal
pembiayaan atau piutang syariah BSB mengenai penambahan saldo cadangan kerugian penurunan nilai
debitur tertentu.

Solusi dari Kasus :

Berdasarkan kasus yang terjadi pada PT Bank Bukopin Tbk, dapat dipahami bahwa kekeliruan yang terjadi
pada awal pencatatan akan berpengaruh besar terhadap output yang dihasilkan. Kekeliruan dapat terjadi dari
berbagai faktor mulai dari kurangnya pengawasan terhadap proses input, kesalahan saat mengentri data baik
secara manual maupun digital, dan berujung pada kesalahan sistem dalam memproses data yang
menghasilkan output tidak wajar atau akibat kekeliruan yang dilakukan pada proses awal input data.
Sehingga data-data tersebut merupakan data yang tidak benar, kurang akurat, serta tidak valid dan akan
berdampak pada perusahaan. Penerapan pengendalian integrasi pemrosesan dan ketersediaan membantu
perusahaan melakukan proses pengolahan data dengan teknik yang sesuai, layak dan memadai dengan unsur
pengendalian system pemrosesan dan ketersediaan untuk medapatkan informasi yang akurat dan valid.
Pengendalian integrasi pemrosesan baik dari input, entri data, maupun output harus dilakukan secara benar
untuk memilimalisasi kekeliruan yang akan terjadi. Risiko ini dapat dikurangi dengan pengendalian internal
secara efektif. Selain itu, ketersediaan informasi yang cukup sangat dibutuhkan guna mempermudah
pemrosesan data input sehingga menghasilkan output yang diinginkan. Dari hal tersebut perusahaan dapat
membuat keputusan yang baik bagi kelangsungan kehidupan perusahaan di masa yang akan datang.

Pendapat Saya Mengenai Kasus :

Pendapat saya, agar kejadian serupa tidak terulang kembali maka Bank Bukopin harus memperbaiki cara
pengendalian integrasi pemrosesannya baik dari sisi input, entri data, maupun output. Semua proses tersebut
harus dilakukan dengan benar. Selain itu, ketersediaan informasi yang lengkap sangat dibutuhkan guna
mempermudah pemrosesan input hingga menghasilkan output yang diharapkan. Dengan memperbaiki
kinerja dalam hal pengendalian integritas pemrosesan dan ketersediaan data, Bank Bukopin ataupun
perusahaan lainnya akan dapat membuat keputusan atau kebijakan yang baik untuk kelangsungan kehidupan
perusahaannya.

Anda mungkin juga menyukai