Keterangan:
Pokja Pemilihan menguraikan Spesifikasi Teknis dan Gambar (terlampir) yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
A. UraianSpesifikasiTeknis
Uraian spesifikasi teknis disusun berdasarkan spesifikasi teknis yang ditetapkan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) sesuai jenis pekerjaan yang akan ditenderkan,
dengan ketentuan:
1. Dapat menyebutkan merk dan tipe serta sedapat mungkin menggunakan produksi
dalam negeri;
2. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional indonesia
(SNI);
3. Metode pelaksanaan harus logis, realistis dan dapat di laksanakan;
4. Jangka waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metode pelaksanaan;
5. Mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal yang
di perlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
6. Mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan;
7. Mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk;
8. Mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang di
inginkan;
9. Mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.
10. Spesifikasi Bahan Bangunan Konstruksi :
a. Pokja Pemilihan harus memastikan bahan bangunan konstruksi sesuai hasil yang
telah di identifikasi oleh PPK.
b. Setiap jenis bahan bangunan konstruksi yang tergolong sebagai bahan
berbahaya dan beracun (B3), seperti cat, thinner, gasacetylene, BBM, BBG,
bahan peledak, dll, harus diberi penjelasan bahayanya, cara pengangkutan,
penyimpanan, penggunaan, pengendalian risiko dan cara pembuangan
limbahnya sesuai dengan prosedur dan/atau peraturan perundangan yang
berlaku;
c. Informasi tentang penanganan B3 dapat diperoleh dari Lembar Data
Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet) yang diterbitkan oleh pabrik
pembuatnya, atau dari sumber-sumber yang berkompeten dan/ atau berwenang.
11. Spesifikasi Peralatan Konstruksi dan Peralatan Bangunan:
a. Pokja Pemilihan harus memastikan setiap jenis alat dan perkakas sesuai hasil
yang telah diidentifikasi oleh PPK .
b. Alat dan perkakas yang digunakan harus dipastikan telah diberi sistem
perlindungan atau kelengkapan pengaman untuk mencegah paparan (expose)
bahaya secara langsung terhadap tubuh pekerja;
c. Informasi tentang jenis, cara penggunaan/pemeliharaan/pengamanannya alat
dan perkakas dapat diperoleh dari manual produk dari pabrik pembuatnya,
ataupun dari pedoman/peraturan pihak yang kompeten.
12. Spesifikasi Proses/Kegiatan :
B. Keterangan Gambar
Gambar-gambar untuk pelaksanaan pekerjaan harus ditetapkan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) secara terinci, lengkap dan jelas, antara lain:
1. Peta Lokasi
2. Layout
3. Potongan memanjang
4. Potongan melintang
5. Detail-detail konstruksi
Semua pekerjaan sipil mengacu kepada acuan normatif yang telahada, antara lain :
SNI 03-1749-1990 Cara penentuan besar butir agregat untuk adukan dan
beton
SNI 03-1753-1990 Cara penentuan butir halus lebih kecil dari 70 mikron
agregat kasar untuk beton
SNI 03-1754-1990 Cara penentuan butir halus lebih kecil dari 50 mikron
agregat kasar untuk beton
SNI 03-1756-1990 Cara penentuan kadar zat organik agregat halus untuk
beton
SNI 03-1765-1990 Cara uji butiran pipih dan panjang agregat untuk beton
SNI 03-1969-1990 Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat
kasar
SNI 03-1970-1990 Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat
halus
SNI 03-3423-1994 Metode pengujuan analisis ukuran butir tanah dengan alat
hidrometer
SNI 03-4804-1998 Metode pengujian berat isi rongga udara dalam agregat.
SNI 03-2094-2000 Bata merah pejal untuk pasangan dinding
SNI 07-6401-2000 Spesifikasi kawat baja dengan proses kanal dingin untuk
tulangan beton
SNI 03-6812-2002 Anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan
beton
SNI 03-6817-2002 Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam beton
7. Kelas Beton
Uraian I = K. 225 II = K. 300
Kekuatan Kubus karakteristik 28 225 Kg/cm2 300 Kg/cm2
hari yang ditentukan (150 mm)
Perbandingan campuran yang diberikan diatas telah diperkirakan guna mencapai kekuatan
yang diisyaratkan pada umur 28 hari setelah pengecoran, dengan ketentuan bahwa bahan
yang dipakai bermutu baik dan pengawasan dilakukan dengan baik. Beton dinilai dengan
pengertian bahwa kekuatan yang diisyaratkan untuk kelas tertentu lebih menentukan dari
pada perbandingan campuran yang diperlihatkan. Jika ternyata persyaratan kekuatan tidak
terpenuhi, Direksi berwenang untuk memperbaiki perbandingan campuran atas biaya
kontraktor untuk mencapai kekuatan rencana.
8. PengujianBeton dan Bahan-bahanBeton
Pada umumnya metoda pengujian sesuai dengan PBI 1971 bagian 4.7 dan dapat juga
mencakup pengujian slump dan kompresi. Jika beton tidak dapat memenuhi syarat
percobaan slump, adukan yang tidak disetujui tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan
dari lapangan oleh kontraktor. Jika penguji antekan (kompresi) gagal, harus diterapkan
prosedur perbaikan sebagaimana diuraikan dalam PBI 1971.
Percobaan kubus harus dilaksanakan menurut instruksi dari Direksi, tetap ise kurang-
kurangnya 1 kubus untuk tiap 10 m3 atau 5 m3 minimal 3 kubus tiap hari.
Kubus-kubus tersebut harus ditempatkan dalam kondisi, yang sama dengan kondisi yang
sebenarnya dan harus diuji setelah 7 atau 28 hari menurut keputusan Direksi. Biaya
percobaan ini akan dibebankan pada kontraktor.
9. PengontrolanMutuBeton dan PengujianKekuatan di Lapangan
Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya untuk menghasilkan beton yang seragam yang
memiliki kekuatan sertasifat-sifat lain sebagaimana ditetapkan. Untuk ini, Kontraktor
harus menyediakan dengan biaya sendiri serta mempergunakan alat penimbang yang
akurat, system volumetrik yang akurat untuk mengukur air, peralatan yang sesuai untuk
mengaduk dan mengecorbeton serta peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan untuk
pengujian sebagaimana yang diuraikan disini atau menurut petunjuk Direksi.
10. Penolakan beton
Jika pengujian kekuatan tekan dari suatu kelompok kubus uji gagal mencapai standar yang
ditetapkan, maka Direksi berwenang untuk menolak seluruh pekerjaan beton dari mana
kubus-kubus tersebut diambil. Direksi juga berwenang untuk menolak beton yang
berongga, porous atau yang permukaan akhirnya tidak baik, Dalam hal kontraktor harus
menyingkirkan beton yang ditolak tersebut dan menggantinya menurut lnstruksi dari
Direksi sehingga hasilnya menurut penilaian Direksi sudah memuaskan.
11. Pengukuran Bahan-BahanBeton
Semua bahan untuk beton harus ditetapkan proporsinya menurut berat, kecuali air yang
boleh diukur menurut volume, Agregat halus dan kasar harus diukur menurut volume
terpisah dengan alat penimbang yang disetujui, yang memenuhi ketepatan ± 1%.
Pengukuran volume dapat diijinkan asal disetujui oleh Direksi, Peralatan yang dipakai
untuk menimbang semua bahan dari mengukur air yang ditambahkan serta metode
penentuan kadar air harus sudah disetujui oleh Direksi sebelum Direksi beton dicor.
12. Pengadukan Beton
Beton harus diaduk ditempat yang sedekat mungkin dengan tempat pengecor, pengaduan
harus menggunakan mixer yang digerakkan dengan daya yang continue serta mempunyai
kapasitas minimal 1 m3 jenisnya harus disetujui oleh Direksi dan dijalankan dengan
kecepatan sebagai mana dianjurkan oleh pabrikan. Pengadukan beton dengan tangan
tidak diijinkan, kecuali jika sudah disetujui oleh Direksi untuk mutu beton tertentu.
Pengadukan harus sedemikian sehingga beton tersebar merata keseluruh massa, tiap
partikel terbungkus mortar dari mampu menghasilkan beton padat yang homogen tanpa
adanya air yang berlebihan.
13. Pengangkutan dan Pengecoran Beton
Pengecoran beton dibagian manapun tidak boleh dimulai sebelum Direksi memeriksa dan
menyetujui bekisting, penulangan, angker-angker dan lainya dimana beton akan dicor. Isi
pengaduk beton, (mixer) harus dikeluarkan dalam satu operasi menerus dan beton harus
diangkut tanpaterjadi segregasi komponen-komponennya. Beton harus diangkut dalam
ember yang bersih dan tidak tembus air atau gerobak dorong, metode mengangkutan yang
lain dapat dipakai asalkan sudah mendapat persetujuandari Direksi dari garis tepat
mengikuti instruksi terinci yang diberikan untuk maksud tersebut. Alat-alat yang dipakai
untuk mengangkut dan mencor beton harus dibersihkan dan dicuci setiap baris setelah
dipakai bekerja dan bila pengecoran dihentikan selama lebih dari 30 menit. Semua beton
yang diaduk dilapangan harus ditempatkan pada posisi akhirnya dan dipadatkan dalam
waktu 40 menit setelah dan ditambahkan dalam mixer. Pada umumnya beton tidak boleh
dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih dan 1,50 m tetapi jika bagian pekerjaan tertentu
memerlukan agar beton dijatuhkan dari tempat tinggi maka dikerjakan sedemikian
sehingga mencegah segera dan harus dijaga agar aliran beton tidak terputus-putus. Seluruh
operasi ini harus mendapat persetujuan dari Direksi. Pengecoran suatu unit atau bagian
pekerjaan harus dilaksanakan dalam satu operasi menerus atau hingga mencapai sinar
yang ditentukan. Beton dan penulangan yang menonjol tidak boleh diganggu dengan cara
apapun sekurang-kurangnya empat puluh delapan jam sesudah beton dicor, kecuali jika
diperoleh ijin tertulis dari Direksi Semua beton harus dicorkan pada siang hari,
pengecoran bagian mana pun tidak boleh dimulai jika dapat diselesaikan dalam siang hari
kecuali jika sudah diperoleh ijin dari Direksi untuk pengerjaan malam hari, ijin demikian
tidakakan diberikan jika kontraktor tidak menyediakan system penerimaan yang memadai,
yang disetujui oleh Direksi.
Kontraktor harus membuat catatan lengkap mengenai tanggal, waktu dan kondisi.
Pengecoran beton pada tiap bagian pekerjaan, catatan ini harus tersedia untuk diperiksa
oleh Direksi Pekerjaan.
14. Pemadatan Beton
Beton harus dipadatkan seluruhnya dengan memakai vibrator mekanis yang dioperasikan
oleh tenaga ahli, berpengalaman dan terlatih.
Hasil pekerjaan beton berupa masa yang seragam, bebas dari rongga, segregasi dan sarang
lebah (Honey comb) memperlihatkan permukaan yang merata ketika bekisting dibuka dan
mempunyai kepadatan yang mendekati kepadatan uji kubus.
Vibrator bertipe rotary out of balance’ (berputar diluar keseimbangan) dengan frekuensi
tidak kurangdari 8000 putaran permenit dan mampu menghasilkan percepatan sebesar 69
pada beton yang disentuhnya.
Harus diperhatikan agar semua bagian beton terkena virbrasi tanpa timbul segregasi akibat
vibrasi yang berlebihan.
Vibrator tidak boleh langsung mengenai penulangan terutama jika penulangan menerus
pada beton yang sudah mulai mengeras. Jumlah vibrator yang dipakai didalam suatu
pengecoran harus sesuai dengan laju pengecoran, Kontraktor harus juga menyediakan
sekurang-kurangnya satu vibrator cadangan untuk dipakai bila terjadi kerusakan.
15. Lantai Kerja
Beton bertulang tidak boleh diletakan langsung diatas permukaan tanah, kecuali jika
ditetapkan lain, maka harus dibuat lantai kerja minimal setebal 5 cm, (1:3:5) diatas tanah
sebelum tulangan beton ditempatkan.
16. Spesi Semen (Cement Mortar)
Spesi harus terdiri dari satu bagian semen sebanding sejumlah bagian agregat halus yang
ditetapkan dan ditambah air bersih sedemikian sehingga dihasilkan campuran akhir yang
konsistensi plastisnya disetujui oleh Direksi. Spesi harus diaduk pada suatulan dasankayu
atau logam dalam jumlah kecil menurut keperluan dan setiap spesi yang sudah mulai
mengeras atau telah dicampur dalam waktu lebih dari 30 menit tidak boleh dipakai dalam
pekerjaan. Spesi yang sudah mengeras sebagian tidak boleh diolah lagi untuk dipakai.
17. Perlindungan dan Pengeringan Beton
Semua permukaan yang terbuka dilindungi dari matahari dan semua beton harus dijaga
tetap lembab dengan cara dibasahi sekurang-kurangnya setelah pengecoran. Perlindungan
diberikan menutupi dengan pasir basah sekurang-kurangnya setebal 5 cm, atau dengan
kantong-kantong goni basah ataupun dan pengaruh lain yang dapat merusak permukaan
yang lunak sebelum terjadi pengerasan.
Kontraktor harus menjaga agar pekerjaan beton yang baru selesai tidak diberi beban yang
intensitasnya dapat menimbulkan kerusakan setiap kerusakan yang timbul akibat
pembebanan yang terlalu dini atau pembebanan berlebih harus diperbaiki oleh kontraktor
atas biaya sendiri hingga memuaskan Direksi.
18. Pengerjaan Permukaan Betondengan Sendok Semen (Trowelling)
Bila dilaksanakan perataan permukaan atas dari beton yang dicor setempat, permukaan
yang dihasilkan harus datar dengan nilai akhir yang rata tetapi bertekstur kasar sebelum
pengerasan pertama dimulai, permukaan tersebut harus diratakan lagi dengan sendok
menutupi retakan dan mencegah timbulnya lelehan yang berlebihan pada permukaan
beton yang baruter buka.
19. Siar-Siar Konstruksi
Semua star konstruksi beton harus dibentuk rata horizontal atau vertikal. Siar-siar tersebut
harus berakhir pada bekisting yang kokoh yang ditunjuk dengan baik, jika perlu diborguna
melewati penulangan. Bila pengecoran ditunda sampat pengecoran beton mulai mengeras,
maka dianggap terdapat star konstruksi. Pengecoran beton harus dilaksanakan menerus
dari satu siar kesiar berikutnya, tanpa memperhatikan jam-jam makan. Siar-siar konstruksi
pada permukaan yang terbuka harus sungguh horizontal atau vertikal” dan jika diperlukan
dipasang juga beading didalam dinding bekisting pada permukaan yang terbuka untuk
menjamin penampilan siar yang memuaskan sebelum menempatkan beton baru pada
beton yang sudah mengeras, permukaan star beton yang sudah dicor harus dibersihkan
seluruhnya dari benda-benda asing atau serpihan. Jika umur beton kurang dari 3 hari,
permukaan tersebut harus disiapkan dengan penyikatan seluruhnya ,tetapi jika umurnya
sudah lebih dan 3 hari atau sudah terlalu keras, permukaan tersebut harus dicetak secara
ringan atau diembus dengan pasir (send blasted) untuk memperlihatkan agregat. Setelah
permukaan tersebut dibersihkan dan disetujui oleh Direksi bekisiting akan diperiksa dan
dikencangkan. Siar-siar konstruksi harus dikerjakan sebagaimana ditetapkan pada gambar
atau spesifikasi.
20. Bekisting
Semua bekisiting harus dirancang dan dibuat hingga dinilai memuaskan oleh Direksi.
Kontraktor harus menyerahkan rancangannya untukmenyetujui dalam jangka waktu yang
cukup sebelum pekerjaan dimulai. Semua bekisting harus diperkuat dengan klam dan
balok kecil dan harus yang kuat serta cukup jumlahnya untuk menjaga agar tidak tenjadi
distorsi ketika beton dicorkan.
Dipadatkan dan mengeras. Bekisting dari kayu dan triplek harus dibuat dari kayu yang
sudah diolah dengan baik, semua sambungan harus cukup kencang agar tidak terjadi
kebocoran.
Pengikat baja untuk didalam atau block antara (spacer) yang sudah disetujui atau dipakai,
bagian dari pengikat atau pengantara yang ditanam permanen dalam beton sekurang-
kurangnya harus berjarak 5 cm dari permukaan akhir beton.
Setiap lubang dalam permukaan beton yang timbul akibat pengikat atau pengantara yang
harus ditutup dengan rapih segera setelah bekisting dibuka dengan spasi semen yang
campuran serta konsistensinya sama dengan mutu beton induknya.
Semua permukaan beton yang terbuka harus 11 cm dan halus maka bekisting harus
dilapisi dengan tripleks bermutu tinggi yang sudah disetujui oleh Direksi.
Pada umumnya bekisting, Direksi akan lebih dari 3 kali sebelum memasang kayu
bekisting, Direksi akan memlih panil kayu yang boleh dipakai ulang, panil kayu lapis yang
ditolak oleh Direksi harus disingkirkan. Direksi sama sekali tidak bertanggungj awabatas
mutu permukaanakhir setelah memberikan persetujuan atas bekisting.
Semua sudut kolom dan balok yang terbuka harus diberialur (1,5 cm) kecuali jika
ditetapkan lain oleh Direksi.
Direksi untuk kolom dan dinding harus diberilubang agar kotoran, debu, dan benda
lainnya dapat disingkirkan sebelum beton dicorkan.
21. Penulangan
Semua baja tulangan harus bebas dari serpihan karat lepas, minyak, gemuk, cat, debu atau
zat lainnya yang dapat mengganggu perletakkan yang sempurna antara tulangan beton,
Jika diinstruksikan oleh Direksi, baja harus disikat atau dibersihkan sebelum dipakai.
Beton tidak boleh dicorkan sebelum penulangan diperiksa dan disetujui oleh Direksi.
a. Bahan-Bahan
Baja tulangan sedang harus BJTP 24 yang sesuai dengan 511 0136 1984, Bristish
Standard No.785 atau yang setara untuk baja tulangan yang polos.
Baja tulangan bertegangan tinggi harus BJTP 40 atau 32 yang sesuai dengan SII 0136-
1984 British Standard No. 4449 : 1969 atau yang setara untuk baja ulir bertegangan
tinggi, tegangan, leleh baja tulangan bertegangan tinggi harus minimal 40.0 atau 32
kg/mm2.
b. Penyimpangan
Bila baja tulangan harus disimpan dibawah atap yang tahan air dan diberiatas kaki dan
muka tanah atau air yang tergenang serta harus dilindungi dari kemungkinan
kerusakan dan karat.
c. Penekukan
Pada tahap awal pekerjaan, kontraktor harus mernpersiapkan daftar tekukan (Bendung
schedule) untuk disetujui oleh Direksi, Semua baja tulangan harus ditekuk secara tepat
menurut bentuk dan dimensi yang memperlihatkan dalam gambar dan sesuai dengan
British Standard 4466 :1969 atau yang setara yang dipasang pada posisi yang
ditetapkan dapat dipenuhi semua tempat. Baja harus ditekuk dengan alat yang sudah
disetujui oleh Direksi. Tulangan tidak boleh ditekuk atau diluruskan dengan cara yang
dapat menimbulkan kerusakan, tulangan yang mempunyai lengkungan atau tekukan
yang tidak sesuai dengan gambar tidak boleh dipakai.
Bila diperlukan suatu radius untuk tekukan atau tengkungan, maka dikerjakan dengan
sebuah per yang mempunyai diameter 4 kali lebih besar diameter batang yang ditekuk.
d. Pemasangan
Tulangan harus dipasang dengan tepat pada posisi yang diperlihatkan pada gambar dan
harus ditahan jaraknya dari bekisting dengan memakai dudukan beton atau gantungan
logam menurut kebutuhan dan pada persilangan diikat dengan kawat baja yang pilar
dingin dengan diameter tidak kurang dari 2.6 mm, ujung-ujung kawat harus diarahkan
kebagian tubuh utama beton.
Bila pengatur jarak dan spesipra cetak untuk mengatur tebal beton deking sekurang –
kurangnya harus mempunyai kekuatan yang sama dengan kekuatan yang ditetapkan
untuk beton yang sedang dicor dan harus sekecil mungkin. Block-block ini harus
dikencangkan dengan kawat yang ditanam didalamnya dan harus dicelupkan dalam air
sebelum dipakai.
Tulangan yang untuk sementara dibiarkan menonjol keluar dari beton pada siar
konstruksi atau lainnya tidak boleh ditekuk selama pengecoran ditunda kecuali
diperoleh persetujuan dari Direksi.
Sebelum pengecoran, seluruh tulangan harus dibersihkan dengan teliti dan beton yang
sudah mengering atau mengering sebagian yang mungkin menempel dari pengecoran
sebelumnya. Sebelum pengecoran, tulangan yang sudah dipasang pada tiap bagian
pekerjaan harus disetujui oleh Direksi. Pemberitahuan kepada Direksi untuk
melakukan pemeriksaan harus disampaikan dalam tenggang waktu pekerjaan.
Jarak minimal dari permukaan suatu batang termasuk Sengkang kepermukaan beton
terdekat dengan gambar untuk tiap bagian pekerjaan.
22. Beton Ready Mix
Beton ready mix harus berasal dari suatu sumber yang disetujui oleh Direksi dan harus
memenuhi persyaratan yang diuraikan pada ayat 6 dari british Standard No. 1926, 1962,
kontraktor harus bertanggung jawab untuk mengusahakan agar beton memenuhi
persyaratan dalam spesifikasi ini termasuk pengontrolan mutu. Keteraturan pengiriman
serta pemasokan beton secara sinambung. Jika salah salah satu dari persyaratan dalam
spesifikasi ini tidak dipenuhi, Direksi akan menarik kembali persetujuannya dan
mengharuskan kontraktor mengganti pemasok.
Kontraktor harus menyediakan dilapangan satu timbangan dan saringan-saringan standar
dengan penggetar (Shaker) untuk mengecek secara teratur campuran yang sudah
direncanakan. Kontraktor harus mengatur agar direksi dapat memeriksa alat pembuat
beton ready mix bilamana diperlukan.
Kontraktor harus membuat catatan-catatan yang diperlukan, catatan-catatan mengenai
semen, agregat dan kadar air ketiap-tiap adukan harus diserahkan kepada Direksi setiap
hari. Berat semen dan agregat kasar serta halus harus terus dicatat dalam dokumen
pengiriman, harus dilakukan pengujian secara periodik untuk menentukan kadar air
agregat dan jumlah air yang ditambahkan pada setiap adukan harus disesuaikan menurut
hasil test tersebut.
Pada dokumen pengiriman harus dicantumkan catatan waktu pengaduan dan penambahan
air, dikirimkan bersama dengan pengemudi loriid paraf oleh pencatat waktu yang
bertanggung jawab ditempat pengaduan.
Dilapangan dibuat catatan yang meliputi hal-hal berikut ini:
1. Waktu kedatangan lori.
2. Waktu registrasi lori dan nama depot.
3. Waktu ketika beton telah dicorkan dan dibiarkan tanpa gangguan.
4. Mutu beton atau kekuatan yang ditentukan oleh ukuran agregat maksimum.
5. Posisi dimana beton dicorkan.
6. Tanda-tanda referensi dari kubus uji yang diambil dari pengiriman tersebut.
7. Slump (atau faktur kompaksi).
Beton harus ditempatkan dan dibiarkan tanpa gangguan, dalam posisi akhirnya dalam
waktu 1 jam dari saat semen pertama kali bertemu dengan air pengaduk.
Buku catatan harus selalu tersedia untuk diperiksa oleh Direksi atau wakilnya.
23. Toleransi untuk Beton yang Tidak Terbuka (Tidak Diekspos)
Posisi bagian-bagian struktur antara lain as-as balok/dinding/petal harus tepat dalam batas-
batas toleransi 1 cm tetapi akumulasi toleransi tidak diperbolehkan. Ukuran bagian antara
lain pada potongan-potongan balok/pelat harus tepat dengan toleransi -0.3 cm sampai+
0.3 cm.
24. Toleransi dengan Muka Beton Yang Halus (Fair Face)
Toleransi untuk beton dengan muka halus adalah 0.6 cm, posisi bagian struktur
maksimum 0.3 cm untuk bagian struktur.Pergeseran papan bekisting pada siar-siar tidak
boleh melebihi 0.1 cm dan perbedaan garis sepadan (alligment) bagian struktur harus
dalam batas 0.1 % akumulasi toleransi tidak diperbolehkan.
25. Pemasangan Kolom-Kolom Pracetak
Kolom-kolom pracetak harus dipasang sedemikian sehingga tidak timbul kerusakan pada
kolom sebelum mulai pemasangan kolom, level yang tepat harus ditentukan dengan
memakai block- block datar yang dicor pada pondasi, semuanya harus disetujui oleh
Direksi.
Posisi kolom yang dapat selama pengerasan spesi dijaga dengan penopang-penopang yang
didesain dengan baik dan dianker pada balok atau petal pondasi.
Penopang-penopang ini dapat dilepaskan menurut persyaratan kekuatan bahan spesi, tetapi
tidak boleh kurang dari 7 hari setelah spesi diterapkan.
Direksi berhak untuk menolak kolom yang mengalami kerusakan.
26. Pemberian Lapisan Permukaan
Lantai permukaan sebagaimana ditunjukkan pada gambar harus merupakan master cron,
non metalic floor Herdaner, Pemberian lapisan harus mengikuti petunjuk dari pabrikan.
27. Kemiringan Plat Lantai
Semua kemiringan plat lantai sebagaimana ditunjukkan pada gambar harus dihitung dari
tebal pelat lantai yang diperlukan, bagian bawah yang diperlukan, Bagian bawah dari plat
lantai ini yang miring dan horizontal.
28. Cacat Pada Beton
Walaupunhasil uji kubus sudah memuaskan, Direksi tetap berhak untuk menolak yang
ternyata memiliki salah satu atau lebih dan cacat berikut:
• Beton tidak sesuai, bentuk atau posisinya dengan yang diperlihatkan pada gambar.
• Beton tidak tegak lurus atau datar menurut ketentuan.
• Beton mengandung kayu atau benda asing lainnya.
Setiap permukaan yang terlihat bersarang lebah tetapi diterima oleh Direksi harus diisi
dengan spesisemen yang memakai perbandingan semen dan agregat halus yang sama
seperti beton yang harus dikerjakan hingga mencapai permukaan yang benar dengan
memakai kikir.
29. Percobaan Bekisiting untuk Finishing
Untuk menghasilkan akhir yang halus, kontraktor harus melakukan percobaan finishing
untuk permukaanhalus, percobaan ini akan dilakukan pada balok pondasi dan kepala tiang
menurut petunjuk Direksi.
Jika percobaan ini tidak memenuhi standar beton muka halus sebagaimana disebutkan
dalam spesifikasi ini, kontraktor harus mengubah rencana campuran beton dan atau
rencana bekisting dan selanjutnya melakukan percobaan lagi sampai dihasilkan standar
beton muka halus yang disetujui oleh Direksi.
Rencana Kontraktor untuk percobaan ini diserahkan kepada Direksi dalam jangka waktu
yang cukup lama sebelum pekerjaan beton dimulai.
30. Air
Air untuk mengaduk dan mengeringkan beton harus bersih dari unsur-unsur atau kotoran
yang berbahaya yang dapat mempengaruhi daya pengikatan semen, Direksi dapat meminta
agar dilakukan kimia setiap saat dan biaya pengujian ini dibebankan pada kontraktor.
31. Pengujian Struktur-Struktur Hidrolis
a. Umum
Pengujian struktur hidrolis, semua dinding harus bersih dari timbunan supaya
kebocoran pada dinding dapat diketahui dengan jelas.
Setiap Konstruksi harus diisi air bersih dalam pengujian ini dan dibiarkan terisi
sekurang-kurangnya 48 jam ketinggian air selama waktu tersebut harus diamati dan
tidak boleh terlihat adanya penurunan muka air, Penurunan maksimum yang
diijinkan selama 24 jam 1 (satu) cm.
b. Perbaikan
Setiap kebocoran yang diketahui harus diperbaiki sampai tidak terlihat lagi adanya
kebocoran. Bila kebocoran melebihi nilai penurunan maksimum yang diijinkan
kontraktor harus mengadakan perbaikan secara umum atas biaya sendiri. Setelah
perbaikan selesai, metode pengujian hidrolis harus diulangi sebagaimana diuraikan
pada ayat ini.
Pengujian tidak perlu diulangi jika :
1. Tidak terlihat adanya kebocoran dan
2. Penurunan taraf muka air tidak melebihi nilai yang ditetapkan yaitu 1 cm.
Perbaikan tempat yang mengalami kebocoran harus dikerjakan misalnya dengan
sumber air dari expandite atau produk lain yang disetujui Direksi. Semua bahan harus
dipakai dan diterapkan tepat sesuai dengan petunjuk pabrikan.
IV. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN
1. Umum
Semua ukuran dari pekerjaan pasangan harus mengikuti gambar rencana. Apabila ternyata
ada kekurangan-kekurangan dalam gambar tersebut maka Kontraktor harus meminta
persetujuan Direksi untuk menetapkannya.
Untuk dinding-dinding penahan tanah atau bangunan-bangunan lain seperti pasangan batu
dan lain sebagainya, harus diberi lubang drainase dengan diameter sekurang-kurangnya
5,0 cm kecuali dinyatakan lain dalam gambar rencana, maka lubang-lubang drainase
tersebut harus ditempatkan pada jarak yang merata, yakni berselang 1,5 m dan diletakkan
sedikit di atas peil pembuangan air. Pekerjaan ini tidak dibayarkan
tersendiri tetapi merupakan bagian dari pekerjaan tembok atau beton atau, pasangan lain
yang digunakan untuk bagian dari konstruksi tembok penahan tanah atau pelindung-
pelindun gerosi.
2. Standard
Semua pekerjaan pasangan harus memenuhi standard sebagai berikut :
a. Peraturan Umum untuk bahan bangunan di Indonesia NI-3.
b. Syarat-syarat untuk kapur bahan bangunan NI-7.
c. Syarat-syarat Sement Portland Indonesia NI-8.
d. Peraturan Bata Merah Bangunan Indonesia NI-10.
3. Bahan-bahan
a. Sement Portland
Semen yang dipakai disini adalah dari jenis kualitas seperti yang dipakai pada beton
dan secara umum harus memenuhi syarat-syarat yang tertera pada Peraturan Semen
Portland Indonesia NI-8.
b. Pasir
Pasir untuk adukan pasangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Butir-butir pasir harus tajam dan keras dan tidak dapat dihancurkan dengan tangan.
b. Kadar Lumpur tidak boleh lebih dari 5 %.
c. Warna larutan pada pengujian dengan 3 % natrium hidroksida, akibat adanya
zat-zat organic tidak boleh lebih tua dari larutan normal atau larutan teh yang
sedang kepekatannya.
d. Bagian yang hancur pada penggergajian dengan larutan jernih natrium sulfat tidak
boleh lebih dari 10%.
e. Jika dipergunakan untuk adukan dengan semen yang mengandung lebih dari 0,6 %
alkali, dihitung sebagai natniumoksida pada pengujian tidak boleh menunjukkan
sitat reaktif terhadap alkali.
f. Keteguhan adukan percobaan dibandingkan dengan adukan pembanding yaitu
yang menggunakan semen sama dengan pasir normal tidak boleh ... (65% pada
pengujian 7 hari).
g. Pasir laut untuk adukan tidak diperkenankan.
h. Butir-butirnya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm.
c. Batu Alam
Pada umumnya untuk pasangan batu bisa dipakai batu bulat (dari gunung), batu belah
atau batu karang asalkan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Harus cukup keras, bersih, dan sesuai besarnya serta bentuknya.
b. Batu, bulat ataupun belah, tidak boleh memperlihatkan tanda-tanda lapuk.
c. Batu karang harus sebagian besar berwarna putih atau kuning muda dan tidak
hitam, biru atau kecoklat-coklatan tanpa garis-garis kelapukan, mempunyai
keteguhan yang tinggi serta bidang patahnya harus mempunyai kepadatan dan
warna putih yang merata.
d. Bata merah
Bata merah harus batu biasa dari tanah liat melalui proses pembakaran, dapat
digunakan produk silokal dengan ukuran nominal 6 cm x 12 cm x 24 cm dan ukuran
diusahakan tidak jauh menyimpang.
Bata merah yang dipakai harus bata kualitas nomor 1 berwarna merah tua yang merata
tanpa cacat atau mengandung kotoran.Bata merah minimum harus mempunyai daya
tekan ultimate 30 kg/cm2.
Kalau blok-blok tersebut dibuat sendiri maka campurannya harus terdirid ari 1 bagian
Portland Cement dan 5 bagian pasir dan batuan yang dihaluskan. Blok-blok semen
yang baru dicetak harus dilindungi dari panas matahari dan dirawat selama tidak
kurang dari 10 hari dengan jalan membasahi atau menutupi dengan memakai karung
basah.
e. Air
Untuk keperluan membuat adukan maka air yang disyaratkan dan boleh dipakai semua
seperti yang dipakai untuk pekerjaan beton.
f. Kapur
Kapur yang dipakai harus kapuraduk yang bermutu tinggi yang telah disetujui Direksi.
g. Lain-lain
Bahan-bahan lain yang dipakai untuk pelaksanaan seperti tegel-tegel teraso, keramik,
dan lain-lain harus sesuai dengan yang disyaratkan oleh Direksi atau seperti yang
disyaratkan pada saat rapat penjelasan.
4. Adukan
a. Mencampur
Adukan dicampur di tempat tertentu yang bersih dari kotoran, mempunyai alas yang
rata dan keras, tidak menyerap air yang sebelumnya harus ada persetujuan dari
Direksi.
Kalau tidak ditentukan lain, mencampur dan mengaduk boleh dilakukan dengan
tangan (dengan memakai cangkul dan sebagainya) sampai diperlihatkan warna adukan
yang merata.
b. Komposisi
Jenis adukan berikut harus dipakai dengan yang disebutkan dalam gambar atau dalam
uraian dan syarat-syarat ini.
Jenis Spesi
1 pc : 1 kpr : 6 psr
M1
atau 1 pc : 3 psr
M2 1 pc:2psr
M3 1 pc : 4psr
5. Blok-blokBeton
a. Type dari blok-blok
Karena tidak adanya kesamarataan produksi daerah yang satu dengan daerah lainnya
maka tidak diadakan penentuan mengenai ukuran asalkan tidak melampaui batas dan
disetujui oleh Direksi. Blok-blok beton tersebut harus bersih, tidak menunjukkan
tanda-tanda retak ataupun cacat lain yang dapat mengurangi mutu dari blok-blok
tersebut.
b. Campuran Adukan
Kalau blok-blok tersebut dibuat sendiri maka campurannya harus terdiri dari
1 bagian portland cement dan 5 bagian pasir dan batuan yang dihaluskan. Tegangan
tekan minimum dari blok beton tidak boleh lebih kecild ari 30 kg/cm2 pada umur 40
hari.
d. Tembok-tembok Ventilasi
Blok-blok yang khusus ventilasi dapat dibuat dari campuran M1. Pasangan ventilasi
tersebut harus cukup baik dan antara satu dengan yang lain harus lurus, seragam
dengan menarik garis lurus di antara kedua ujungnya.
Ventilasi tersebut nantinya harus dicat dengan cat tembok sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Direksi.
6. Pasanganbatamerah
a. Mortar
Semua penembokan yang diletakkan di atas balok pondasi beton sampai 20 cm di atas
bidang lantai harus dipakai mortar type M2, Untuk penembokkan kamar mandi, toilet,
tempat mencuci, dan sebagainya dipakai mortar type M2 sampai setinggi 150 cm di
atas bidang lantai jika tidak dilakukan dengan cara lain untuk selebihnya dipakai
mortar type M1.
b. Pemasangan
Penembokkan harus dipilih dan dipasang dengan ukuran seperti pada gambar rencana
juga mengenai tinggi dan tebalnya. Sebelum pemasangan bata merah harus dibasahi
dulu dengan air untuk menjamin pelekatan yang lebih baik antara mortar dan bola
merah. Pasangan bata merah dan lainnya harus disusun dan diberi jarak minimal 1 cm
antara bola merah yang satu dengan yang lainnya. Penembokkan harus dilaksanakan
pada keadaaan cuaca yang baik, ataupun dengan perlindungan yang khusus dan tiap
hari tidak diperbolehkan melaksanakan pasangan dengan tinggi melebihi 1 cm.
c. Mengorek
Semua hubungan harus dikorek paling sedikit 0,5 cm agar daya pelekat antara mortar
plesteran dan tembok dapat bekerja dengan sebaik-baiknya.
7. Pasangan Bata
a. Umum
Batu - batu yang dipakai untuk pekerjaan pondasi dan sebagainya harus keras dengan
ukuran yang sesuai dan tidak menunjukkan pelapukan atau pun retak. Pemasangan
dari batu-batu tersebut harus rapi dan cocok sehingga dapat menghasilkan pekerjaan
yang sebaik-baiknya.
b. Mortar
Campuran yang dipakai untuk pondasi dan sebagainya kalua disyaratkan lain dapat
dipakai campuran M3. Kecuali kalua disyaratkan lain misalnya untuk bangunan
reservoir ataupun bangunan lain yang fungsinya hamper sama yang dipakai campuran
M2.
SPESIFIKASI TEKNIS PENGADAAN PIPA
I. UMUM
1. Ruang Lingkup
Spesifikasi ini bagian dari kontrak yang merupakan syarat-syarat untuk Pengadaan Pipa
GIP, Baja Las Spiral, PVC atau HDPE, Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah:
Pengadaan Pipa GIP, Baja Las Spiral, PVC atau HDPE dan Perlengkapan Perpipaan,
disarankan kontraktor untuk mengasuransikan seluruh pekerjaan tersebut diatas dari
pabrik kelokasi proyek. Kontraktor harus menyerahkan test sertifikat pipa GIP, Baja Las
Spiral, PVC atau HDPE kepemberi tugas.
Kriteria perencanaan yang harus diikuti oleh kontraktor, terkait dengan sistim perpipaanya
itu sebagai berikut:
a. Diameter nominal pipa transmisi air baku berdasarkan 1,1 kali kapasitas nominal
IPAM dan sistim hydrolis perpipaan air bakunya.
b. Diameter nominal pipa distribusi utama dihitung berdasarkan 1,75 kali kapasitas
nominal IPAM dan sistim hydrolis perpipaan distribusi utama dimana delivery head
pada lokasi distribusi yang paling kritis minimum 10 mka.
2. Dokumen Gambar
Peserta pelelangan dapat melampirkan gambar beserta brosur dari pabrik dalam dokumen
penawarannya, yang menggambarkan ukuran dan spesifikasi teknis dari GIP, Baja Las
Spiral, PVC atau HDPE dan Perlengkapan Perpipaan yang ditawarkan.
3. Keselamatan Kerja
Kontraktor harus menjamin keselamatan dan kesehatan para pekerja maupun masyarakat
disekeliling workshop dan lokasi pemasangan, mengikuti peraturan keselamatan yang
dikeluarkan oleh pemerintah, antara lain Lokasi pemasangan harus diberipagar/jarring
untuk mencegah benda-benda jatuh yang bisa menyebabkan jatuhnya korban, dibuat jeruji
sementara ditempat yang beresiko tinggi orang dapat jatuh dan menjaga keamanan hal-hal
yang berhubungan dengan listrik dan keamanan lalulintas.TenagaK3 Konstruksi minimal
memiliki Sertifikat K3, memiliki NPWP dan dilampirkan pada dokumen penawaran
(dapat menggugurkan penawaran jika tidak dilampirkan).
6. Lokasi Instalasi
Kontraktor harus memeriksa rute transportasi dari pabrik pipa kelokasi gudang pipa
sementara yang akan ditentukan oleh pemberi tugas. Kontraktor dapat memanfaatkan
fasilitas listrik dan air yang ada di lokasi dan untuk semua ini kontraktor harus membayar
kepada pihak PDAM atau pihak yang terkait dan apabila tidak ada fasilitas tersebut maka
kontraktorharussudahmemperhitungkan dan membiayaisendirisemuapengeluarantersebut.
Setelah pekerjaan selesai, kontraktor harus membenahi semua perlengkapannya dan lokasi
proyek harus sudah bersih dan siap untuk digunakan sesuai dengan keinginan pemberi
tugas.
IV. PVC
Pipa PVC harus sesuai dengan standar SII 0344-82, untuk ND 63 mm atau lebih besar digunakan
S 12,5 dan ND lebih kecil dengan 63 mm digunakan S 10 dalam hal ini disesuaikan dengan
perhitungan sistim hydrolis, sedangkan panjang per batang 6 ( enam ) meter dengan tipe
sambungan menggunakan ring karet dan disupply secara integral dimana pada ujung pipa dibevel
dengan kemiringan 15 derajat. Fiting pipa PVC dengan injection moulded sesuai dengan standar
ISO 264 dengan sambungan ring karet, atau standar lain yang dapat dipakai ISO 3606, ISO 2035
dan ISO 2043, fiting yang tidak memakai PVC dapat digunakan besi car ulet atau besi corabuabu
sesuai dengan standar ISO 2531 dan ISO /R 13. Untuk perbaikan pipa bila terjadi kerusakan
maka diperlukan Repair Socket.
Pelumas pada pemasangan pipa PVC dengan ring karet harus diadakan oleh kontraktor dan
bahan pelumas tidak beracun. Matrial ring karet yaitu karet sintetis atau styrene butadiene atau
yang lebih baik sehingga tahan terhadap serangan micro organisme. Pengetesan dipabrik harus
dilaksanakan sesuai dengan standar pipa yang disuplai dilakukan secara random sampling/batch
testing. Penandaan/marking pada pipa meliputi diameter, S seri, tahun pembuatan dan nama
pabrik pembuat pipa tersebut. Dalam penawaran biaya, Penyedia Jasa sudah memperhitungkan
biaya pengelasan/ penyambungan pipa.
1. PeralatanKontraktor
Kontraktor harus menyediakan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan,
minimal sebagai berikut:
a. Satu buah truk ukuran sedang untuk menangani pengangkutan perpipaan.
b. Alat pemotong pipa secara mekanis (Mechanically Operated Pipe Cutter) atau setara
yang dapat dipergunakan untuk pekerjaan pemotongan pipa.
c. Peralatan penyambung pipa dan peralatan untuk menurunkan pipa kedalam parit-parit
yang sesuai/ memadai.
d. Peralatan pengelasan yang memadai.
e. Stamper Vibrator, untuk memadatkan urugan : sebuah, setiap lokasi.
f. Pompa Piston kapasitas minimum 2 m3/jam, minimal satu buah tiap lokasi, untuk
mengeringkan genangan air dalam parit pipa.
g. Kunci Torsi (Torque Spanner) untuk mengencangkan baut pada sambungan flens
dengan diameter nominal 150 mm s/d 800 mm.
h. Tamping Bars.
i. Peralatan survey Geodetic.
j. Peralatan pengujian tekanan hidrostatis.
k. Khusus pemasangan pipa antar pulau atau melintasi laut penyedia jasa harus
menyediakan peralatan pendukung seperti perahu dan alat selam.
Sebelum dimulai pekerjaan ini, semua peralatan harus diperiksa dan disetujui oleh
Direksi/ Tenaga Ahli.
2. Gambar-gambar Kerja
Setelah satu bulan pengujian tekanan hidrostatis selesai seluruhnya dengan memuaskan,
kontraktor harus mengirimkan kepada Tenaga Ahli atas biaya sendiri, dua eksemplarfoto
copy atau afruk dan aslinya/kalkir dan gambar-gambar kerja (As Built Drawings) yang
memperlihatkan jaringan perpipaan yang terpasang termasuk sambungan-sambungan
dengan jaringan perpipaan lainnya (bila ada). Semua gambar-gambar kerja perpipaan
dikaitkan dengan :
a. Ketinggian As jalan, dan
b. Bangunan-bangunan sekitarnya.
Gambar-gambar kerja tersebut untuk diperiksa dan disetujui oleh Tenaga Ahli.
II. PENGERJAAN TANAH
1. Umum
Kontraktor harus membersihkan lapangan pada jalur pemasangan pipa dan
perlengkapannya. Pepohonan, tanaman dan semak-semak pada jalur tersebut harus
dibersihkan/ ditebang dengan petunjuk Direksi/ Tenaga Ahli.
Biaya ini telah diperhitungkan kontraktor dalam Kontrak dan sepenuhnya menjadi
tanggungjawab kontraktor.
a) Jalur Pemasangan Pipa
Apabila parit-parit seharusnya memotong pagar, tembok, makam atau bangunan lain,
Kontraktor harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menghindarkan gangguan
pada batas jalur pemasangan pipa. Dalam hal ditentukan hambatan seperti diatas
dalam batas penggalian maka harus segera melaporkan kepada Direksi/ Tenaga Ahli
untuk disetujui. Selanjutnya Kontraktor mengatur pemindahan dan perbaikan kembali
dengan pemiliknya dan membayar ganti rugi.
Pengukuran galian-galian parit, timbunan-timbunan kembali dan pemasangan pipa
harus dilaksanakan dengan cara “ukuran lari” yaitu sesuai dengan jalur pemasangan
pipa dan permukaan tanah asli kecuali bila dikehendaki lain sesuai yang ditentukan
dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB). Pengukuran panjang harus menurut garis
tengah pipa.
Penggalian parit harus dilaksanakan dengan tepat dan cepat dan, terikat pada syarat-
syarat khusus didalam Kontrak, penimbunan galian dan peralatan permukaan harus
dimulai dan diselesaikan, bila secara wajar, pipa-pipa terpasang dan tersambung dan
telah diuji secara hidrolis.
b) Pemeriksaan dan Pengujian
Direksi Tenaga Ahli dapat memerintahkan, untuk dibuatkan lubang-lubang percobaan
jauh sebelum penggalian parit-parit dimulai dengan kedalaman seperti yang
dikehendaki, untuk menentukan kejajaran parit-parit. Biaya ini dianggap telah
termasuk dalam harga kontrak. Jika dikehendaki oleh Direksi/ Tenaga Ahli, kontraktor
harus mengadakan penelitian dan penggalian untuk menentukan lokasi Konstruksi
didalam tanah yang ada, atas biaya sendiri dan dibawah pengawasan pemberi tugas.
Dimana perlu Kontraktor harus melaksanakan penggalian dan penimbunan lanjutan,
guna keperluan bangunan-bangunan seperti bantalan-bantalan penahan, dan ruangan-
ruangan katup. Biaya tersendiri telah disediakan untuk penggalian-penggalian untuk
keperluan beberapa bangunan khusus.
Jika dasar galian ternyata tidak stabil atau mengandung bahan-bahan tidak stabil,
seperti debu, sampah dan sebagainya dan dalam pandangan Direksi/ Tenaga Ahli
harus disingkirkan, maka Kontraktor harus mengadakan penggalian dan
menyingkirkan bahan-bahan yang tidak stabil tersebut. Jika menurut pendapat Direksi/
Tenaga Ahli diperlukan pondasi khusus, seperti penggantian tanah atau penimbunan
dengan bahan yang sesuai, Kontraktor harus menyelesaikan dengan petunjuk Direksi/
Tenaga Ahli. Pembayaran tambahan akan disediakan untuk pekerjaan tambah yang
disetujui Direksi / Tenaga Ahli.
c) KelancaranPekerjaan
Semua tanah galian harus ditimbun sedemikian, sehingga tidak mengganggu
pekerjaan, dan tidak mengganggu jalan orang atau lalulintas. Bahan galian tidak boleh
merusak bangunan-bangunan umum atau bangunan-bangunan perorangan Iainnya.
Jika perlu dan diminta oleh Direksi/ Tenaga Ahli, Kontraktor harus mengangkut bahan
galian untuk dibuang, sesuai dengan petunjuk Direksi/ Tenaga Ahli. Galian harus
diberi penguatan jika diperlukan, sehingga tidak runtuh dan menjaga para pekerja
untuk bekerja dengan aman. Pengamanan permukaan jalan dan bangunan-bangunan
lainnya harus dibuat seperti yang ditunjukan oleh Direksi/ Tenaga Ahli.
Kontraktor harus melengkapi pekerjaan dengan saluran pembuangan air yang baik,
sampai Direksi/ Tenaga Ahli menyatakan, bahwa seluruh pekerjaan pada pokoknya
telah lengkap. Kontraktor harus menjamin, bahwa seluruh pekerjaan pada pokoknya
telah lengkap. Kontraktor harus menjamin, bahwa seluruh pekerjaan sedapat mungkin
dikerjakan dalam keadaan kering.
Daerah-daerah penggalian harus mempunyai saluran pembuangan air yang baik, dan
bebas genangan air, Kontraktor tetap bertanggungjawab atas kelancarannya dan
keselamatan pekerja setiap waktu, serta perbaikan-perbaikan dengan biaya sendiri
kerusakan pada pekerjaan, termasuk yang diakibatkan oleh banjir, kecuali ditentukan
lain dengan persetujuan Direksi/ Tenaga Ahli.
2. Galian Tanah
a. KlasifikasiGalian
Dalam pekerjaan pemasangan pipa diklasifikasikan jenis galian menurut tingkat
kesulitannya untuk menentukan pembiayaannya sebagai berikut :
a) Galian tanah biasa.
b) Galian Jalan.
c) Galian tanah keras/ cadas, merupakan tanah berbatu yang umumnya untuk
menggali, perlu menggunakan bar, dan atau bahan peledak atau alat khusus
lainnya.
d) Galiantanah yang selaluberair yang mana timbulmasalah air tanah setelah
mencapai kedalaman galian Iebih dan 0,20 m dari permukaan air konstan.
Semua jenis galian ini harus telah diperhatikan dan diperhitungkan oleh Kontraktor
sehingga harus dilaksanakan sesuai dengan Kontrak.
Apabila terdapat masalah dengan sulitnya pelaksanaan galian maka harus dilaporkan
kepada Direksi/ Tenaga Ahli dengan alternative pelaksanaannya atau perubahannya
untuk disetujui oleh Direksi/ Tenaga Ahli, Kontraktor tidak diperbolehkan memasang
pipa didalam parit, sebelum parit-parit tersebut diperiksa dan disetujui oleh Direksi/
Tenaga Ahli.
b. PenggalianParit-parit Pipa
Arah, ukuran dan letak/ posisi galian parit-parit pipa harus sesuai dengan gambar-
gambar rencana. Untuk itu patok-patok (Signt Rails) yang kuat harus dipasang dan
dipelihara oleh Kontraktor yang setiap percobaan arah dan kelandaian atau dimana
saja yang dianggap perlu dengan jarak satu dengan lainnya tidak melebihi 40 m. Pada
setiap patok-patok (Rails) harus diberi tanda diameter dan kedalaman penggalian yang
harus dipakai sebagai patokan. Untuk mengurangi resiko kerusakan, penggalian parit-
parit dekatinstalasi yang telah ada harus dikerjakan dengan tangan.
Dalam hal pada parit terdapat pasangan batu, bongkah-bongkah atau rintangan lain,
maka Kontraktor harus menggali rintangan tersebut sampai 20 cm dibawah dasar parit
serta disetiap sisi pipa dan perlengkapannya, kemudian mengisi kembali dengan pasir
dan memadatkannya sampai ketinggian yang telah ditentukan.
Panjang parit yang digali harus disesuaikan dengan pipa-pipa yang harus dipasang
sesuai gambar-gambar rencana.
Lebar galian harus cukup untuk dapat meletakan pipa dan nenyambungkannya dengan
baik, dan timbunan harus ditempatkan dan dimanfaatkan seperti yang diisyaratkan.
Galian harus dibuat dengan lebar ekstra bila diperlukan, seperti untuk memasukan
penyangga-penyangga, penguatan-penguatan galian dan peralatan-peralatan pipa.
Ruang penyambung harus dibuat pada setiap sambungan, agar sambungan dapat
dikerjakan dengan baik.
Galian harus dibuat sampai kedalaman yang ditentukan untuk membuat dasar pipa
yang rata dan seragam pada tanah yang padat pada setiap tempat, diantara ruang
penyambungan.
c. PenguatParit-parit
Bilamana perlu kontraktor harus memperkuat dinding parit-parit untuk mencegah
kelongsoran tanah diluar galian dan yang akan merusak bangunan didekatnya. Harga
kontrak dianggap telah mencakup biaya untuk keperluan tersebut.
e. Bahan-bahanGalian
Kontraktor harus membuat persiapan-persiapan sendiri untuk menampung sementara
bahan-bahan galian yang diperlukan untuk menimbun kembali galian parit-parit,
termasuk pekerjaan-pekerjaan dua kali penimbunan sementara bahan-bahan galian
tidak boleh mengganggu lalulintas umum, kecuali kalua Direksi/ Tenaga Ahli
memberi keputusan lain, bahan galian yang tidak diperlukan lagi atau tidak dapat
digunakan sebagai bahan timbunan atau keperluan lain di pekerjaan, menjadi milik
kontraktor yang berkewajiban penuh atas pengangkutan dan lapangan ketempat
pembuangan akhir. Setiap bagian dan dasar galian yang dibuat tidak sesuai dengan
yang disyaratkan harus mengganti dengan bahan yang disetujui, seperti yang
diisyaratkan oleh Direksi/ Tenaga Ahli.
3. Urugan
Urugan atau penimbunan kembali parit-parit harus dilakukan sesuai gambar-gambar
rencana dan spesifikasinya serta disebutkan dalam “pekerjaan tanah”.
Penimbunan keliling parit-parit harus mencapai ketebalan 30 cm, sebelum uji coba
hidrolis dilaksanakan, akan tetapi sambungan-sambungan harus tetap kelihatan.
Penimbunan kembali harus dilakukan secepat mungkin setelah diadakan uji coba, kecuali
Direksi/Tenaga Ahli membuat keputusan lain.
Pada tanah-tanah landai, dimana timbunan kembali parit-parit akan dapat mengalami
pengikisan, maka atas permintaan Direksi/ Tenaga AhIi rumput harus ditanam oleh
kontraktor, untuk mencegah tebal urugan diatas pipa menjadi kurang daribatas minimum.
Biaya untuk ini menjadi beban kontraktor.
a. Bahan-bahanUrugan
Semua bahan timbunan/ urugan harus bebas dari batuan, sampah atau bahan lain yang
menurut Direksi/ Tenaga Ahli tidak sesuai sebagai bahan urugan.
a) Bahan dan Galian Tanah
Jika macam bahan timbunan tidak dicantumkan dalam uraian pekerjaan maupun
gambar, kontraktor dapat menimbun dengan bahan galian, meliputi bahan-bahan
yang mengandung lempung pasir, kerikil atau bahan lainnya yang bebas dari
kotoran dan menurut petunjuk Direksi/ Tenaga AhIi dapat dipakai sebagai bahan
timbunan.
b) Bahan dari Pasir dan Kerikil
Semua pasir yang digunakan untuk menimbun harus berasal dari pasir alam,
dengan butiran dan halus sampai kasar, dan bebas dari kotoran, debu-debu atau
bahan-bahan lain yang menurut Direksi/ Tenaga Ahli dapat dianggap tidak
dikehendaki/ tidak sesuai. Lempung yang terdapat pada pasir, tidak boleh melebihi
10% berat keseluruhannya.
Jika penimbunan pasir dan kerikil halus tidak ditunjukkan dalam gambar rencana,
dan jika menurut Direksi/ Tenaga AhIi harus digunakan pada sebagian dari
pekerjaan, kontraktor harus menyediakan dan menimbun dengan pasir atau kerikil
harus sesuai petunjuk Direksi/ Tenaga Ahli sebagai suatu pekerjaan tambahan dan
sebaliknya sebagai suatu pekerjaan tambahan dan sebaliknya sebagai suatu
pekerjaan kurangan.
Secara umum spesifikasi bahan-bahan konstruksi dalam pekerjaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Semen
Semua semen yang digunakan harus semen Portland biasa dengan mutu terbaik.
Bilamana diminta, pada setiap pengiriman semen kepekerjaan Kontraktor harus
menyerahkan sertifikat pengujian, yang menyatakan semen tersebut memenuhi syarat-
syarat yang bersangkutan. Semen harus disimpan dengan cara yang mencegah
kelembaban atau pencemaran oleh bahan-bahan lain. Kerikil dan batu pecahan harus
didapat dan tempat yang telah disetujui dan harus keras dari lapisan-lapisan dan debu.
2. Pasir dan Kerikil/Batu Pecahan
Pasir dan kerikil/ batu pecahan harus diangkut, ditangani dan ditimbun sedemikian
rupa, sehingga yang berukuran nominal terpisah dan yang berukuran lain, dan tidak
tercampur dengan benda-benda lain.
Kerikil dan batu pecahan harus didapat dan sumber yang telah disetujui dan harus
keras, tahan lama, bersih, serta bebas dan lapisan yang menempel dan debu.
3. Beton
Kecuali kalua ada ketentuan lain, maka beton harus mempunyai perbandingan
campuran 1:2:3. Perbandingan 1:2:3 hanya merupakan patokan saja dan tergantung
pada kerikil dan pecahan batu yang digunakan batu diubah-ubah, untuk mendapatkan
mutu campuran yang baik, yang dapat dipadatkan dengan baik tanpa penggunaan
terlalu banyak air.
4. Cetakan dan Penyempurnaan
Cetakan untuk cor beton harus dibuat yang rapi dan diperkuat yang mencukupi untuk
mengecor beton seperti tertera pada gambar.
Semua sambungan-sambungan harus rapat untuk menjamin agar tidak terdapat
kebocoran beton basah pada cetakan. Cetakan tidak boleh dibongkar selama 24 jam
setelah pengecoran. Permukaan beton yang horisontal dan terlihat harus diratakan
sampai halus dengan sendok baja, setelah pengerasan pertama terjadi.
5. Baja
Besi beton harus ditekuk dan dipasang seperti tertera pada gambar-gambar dan harus
bersih dan bebas dari debu.
6. Bata merah
Bata merah bermutu harus digunakan harus mendapatkan persetujuan Direksi.
Bilamana diminta, Kontraktor harus menyediakan contoh-contoh. Bata merah harus
dipasang rapi dan sambungan-sambungan harus sama rata dengan permukaan.
Penggunaan bata merah yang pecah atau rengat dilarang. Adukan untuk bata merah
harus terdiri atas 1 bagian semen 3 bagian pasir.
3. TiangPenyangga
Apabila diperlukan tiang-tiang penyangga untuk perlintasan pipa, jembatan pipa atau pipa
yang dipasang diatas tanah dan sebagainya, maka harus dilaksanakan sesuai dengan
gambar-gambar rencana atau dan dengan petunjuk Direksi/ Tenaga Ahli.
4. Ruang Katup
Ruang katup (Surface Valve Box dan Valve Chamber) harus dibangun dengan bahan dan
jenis konstruksi seperti gambar-gambar rencana. Ruang katup tidak boleh mengeluarkan/
meneruskan tekanan dan atas terhadap katup dan harus terletak ditengah dan melampaui
bagian mur dan katup dengan tutup bak yang sesuai dengan permukaan jalan/ tanah
setempat atau pada permukaan lainnya sesuai dengan pengarahan dan tenaga ahli.
Kotak luar harus ditempatkan diatas pelat beton bertulang yang dituang langsung ditempat
sesuai gambar rencana. Kotak-kotak luar akan diserahkan kepada Kontraktor dalam
keadaan biasa. Setelah cetakan diambil maka sisi dalam dan sisi alas dan besi tuang
disikat dengan sikat kawat dan dicat dengan terbatu bara atau cat yang sejenis, yang
disetujui oleh Direksi/ Tenaga Ahli.
Kotak luar harus dipasang sedemikian rupa, sehingga tiada tegangan yang dapat
diteruskan kepada katup. Kotak itu harus dipasang tegak lurus dan konsentris terhadap
poros katup. Hidran-hidran harus dipasang benar-benar tegak lurus dengan saluran
pembuangan dari katup api menjurus kejalan. Hidran disetel pada sebuah tegel/ pelat
semen yang dipancangkan dengan cara menuangkan± 20 liter beton (beton tipis) diatas
tegel beton itu.
Setelah menyetel dan memancangkan hidran itu, bagian yang berada dibawah tanah harus
dilindungi dengan ter batu bara atau sejenis sampai 5 cm diatas permukaan tanah. Bagian
yang tersisa harus dicat warna merah, tidak termasuk kopling “STORZ”, tutup, rantai baja
anti karat dan kepala poros. Katup pembuangudara dan hidran kebakaran harus dipasang
ditempat-tempatseperti yang terteradalamgambarrencanaatauataspengarahandari Tenaga
Ahli.
5. KonstruksiPengamanKhusus
Dalam pemasangan pipa bila terdapat atau diperlukan konstruksi penguat khusus yang
belum tercantum dalam spesifikasi ini, maka kontraktor harus meminta petunjuk Direksi/
Tenaga Ahli atau akan diatur tersendiri dalam spesifikasi teknis khusus.
Sebelum pemasangan terhadap asesoris pipa/ peralatan lainnya (katup, fire hidrant, dll),
kontraktor harus mendapat persetujuan dari Direksi/ Tenaga Ahli mengenai penempatan
posisinya terhadap keselamatan lalu-lintas pejalan kaki maupun kendaraan.
a. PengadaanPerpipaan
Perpipaan diadakan oleh Kontraktor sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
e. PengangkutanPerpipaankeLapangan
Untuk mencegah penanganan yang tidak perlu, semua batangan pipa harus
ditempatkan sedekat mungkin pada lokasi akhir pada jalur pipa, dengan
memperhitungkan keamanan lalulintas, pipa-pipa tidak boleh ditempatkan di lapangan
lebih dan 30 M di depan parit-parit penggalian.
2. Pemasangan Pipa
Kontraktor tidak boleh memulai pelaksanaan pekerjaannya sebelum alat-alat bantunya
yang diperlukan sudah tersedia di lapangan (berlaku untuk pemasangan pipa yang
diadakan baik oleh Pemberi Tugas maupun oleh Kontraktor).
Pipa-pipa harus dipasang sesuai dengan gambar-gambar rencana, kecuali bila oleh Direksi
diberi petunjuk cara yang lain. Pada umumnya gambar-gambar rencana menunjukan
tempat yang biasa, sedangkan Direksi akan menunjukan tempat pipa yang tepat. Perhatian
harus diberikan dalam penanganan pipa-pipa dan alat-alat bantunya yang diserahkan
kepada Kontraktor.
Terlebih dahulu semua pipa-pipa dan peralatan-peralatan harus diteliti dan dibersihkan
dengan seksama, sebelum pemasangan dilaksanakan. Pipa-pipa yang berminyak,
bergemuk dan sebagainya, yang mungkin telah retak atau mengalami kerusakan Iainnya,
khususnya pada ujung-ujung pipa, tidak boleh dipergunakan.
Pipa-pipa dan peralatan-peralatan rakit yang rusak harus dikesampingkan, untuk diteliti
kembali apakah dapat diperbaiki ataukah harus ditolak sesuai keputusan yang diambil oleh
Direksi/Tenaga Ahli. Kehilangan atau kerusakan material-material merupakan
tanggungjawab Kontraktor dan harus segera dilaporkan secara tertulis kepada Direksi
dengan segala uraian-uraian yang diperlukan.
Setiap pipa harus diperiksa secara seksama sebelum dan setelah dipasang dan pipa yang
rusak harus diperbaiki atau diganti. Setiap kali pekerjaan pada hari itu berakhir, maka
ujung-ujung pipa yang terbuka untuk sementara waktu harus ditutup dengan blok-blok
kayu, penyekat-penyekat atau sebagaimana yang diinstruksikan oleh Direksi/Tenaga AhIi.
Tiap-tiap pipa dipasang dengan tepat menurut garis dan kelandaian sesungguhnya dan
sedemikian rupa sehingga dengan pipa yang berbatasan merupakan suatu sambungan
konsentris yang tertutup.
Selama pemasangan alat-alat bantu sementara sebagai penopang pipa-pipa pada
kedudukan yang benar harus dipergunakan dan perhatian harus dicurahkan agar kerusakan
tidak terjadi pada pipa-pipa, sedangkan semua alat-alat pengikat pipa (penopang beton,
bantalan-bantalan penahan dan sebagainya), harus berada pada tempatnya yang teratur
benar, sebelum pemasangan dan pemindahan semua peralatan- peralatan sementara/bantu.
Pipa-pipa harus dipasang sedemikian rupa sehingga kemungkinan untuk pengosongan dan
pada sistem pipa pada titik terendah selalu terjamin.
Katup-katup, peralatan-peralatan rakit dan alat-alat bantu harus dipasang pada lokasi yang
tepat sesuai gambar-gambar rencana kecuali ditentukan lain oleh Direksi/ Tenaga Ahli.
Bila kerusakan terjadi pada waktu pemasangan pada pipa-pipa, peralatan-peralatan rakit,
katup-katup atau alat-alat bantu pipa selama pemasangan, hal ini harus dilaporkan kepada
Direksi yang akan mengambil keputusan apakah harus diperbaiki atau menolak bahan pipa
yang bersangkutan yang rusak.
Pada ujung-ujung/ akhir pemasangan pipa atau bila pemasangan pipa harus berhenti maka
harus dipasang cap/ dop dengan sambungan yang sesuai spesifikasinya kecuali ditentukan
lain oleh Direksi/ Tenaga Ahli.
a. Pemotongan Pipa
Pemotongan pipa dilaksanakan dengan alat pemotong yang disetujui oleh Direksi/
Tenaga Ahli serta harus dibersihkan dan dilakukan tegak lurus terhadap sumbu pipa.
Semua pipa-pipa yang telah dipotong harus mempunyai permukaan potong yang licin
sesuai dengan sudut yang diinginkan terhadap sumbu pipa tanpa merusak pipa-pipa
tersebut. Pipa-pipa yang berdiameter 150 mm dan lebih besar, harus dipotong dengan
mesin potong agar cocok dengan alat-alat penyambung.
Pinggiran-pinggiran harus dipinggul agar pipa-pipa dapat masuk dengan mudah
kedalam alat penyambung. Untuk itu ujung pipa sebelah luar dikikir/ digerinda tidak
lebih dari setengah tebal pipa sampai licin dan lingkaran ujung pipa dibuat dengan
sudut ±15 derajat terhadap as pipa. Umumnya pipa baja yang dikeluarkan dari pabrik
telah digerinda/ dipinggul lebih dulu.
Pemotongan pipa untuk menempatkan tee, bend, katup dan lain-lain harus dikerjakan
dengan rapi dan teliti tanpa menyebabkan kerusakan pada pipa dan lapisannya dan
ujungnya harus dibuat halus dan rata.
b. Penyambungan Pipa
Semua alat-alat rakit dan ujung-ujung pipa harus dibersihkan dengan seksama sebelum
disambung-sambungkan. Sambungan-sambungan antara pipa-pipa dan peralatan-
peralatan rakit harus dilaksanakan dengan mempergunakan cincin-cincin karet, flens-
flens atau di las dan lain-lain, sesuai gambar rencana.
Semua sambungan dan peralatan-peralatan rakit yang diperlukan harus dipasang
dengan cara yang memenuhi syarat, sehingga tidak menimbulkan tegangan-tegangan
dalam keseluruhan sistem pipa dan harus dilakukan menurut petunjuk dari pabrik
bersangkutan.
Defleksi pada sambungan-sambungan pipa AC tidak boleh melebihi 3 derajat. Setiap
Iengkungan pada pipa harus diperlengkapi dengan peralatan rakit yang layak dan harus
dipasang menurut sudut yang diinginkan.
a) Sambungan “push-on-joint”
Istilah “bell end” atau “soket” pada pipa PVC yang digunakan disini harus
dianggap sebagai ujung-ujung dan pipa “push-on joint”.
Pipa harus dipasang dengan ujung bell yang menghadap kearah depan dan
pemasangan, kecuali jika ditentukan lain oleh Direksi,
Jika pipa diletakan pada sudut 10 derajat atau lebih besar, pemasangan harus
dimulai pada bagian atas dan harus mendahului bagian atas dengan ujung bell dan
pipa yang bersudut.
Akhiran spigot dan pipa harus dimasukan kedalam socket, dengan berhati-hati agar
tidak terjadi persentuhan dengan tanah.
Sambungan harus diselesaikan dengan menekan bagian akhiran yang datar kedasar
socket, dengan alat atau peralatan lain yang disetujui Direksi.
Bagian dalam akhiran bell dan bagian luar ujung spigot, harus dibersihkan dan
minyak, pasir dan benda-benda asing lainnya. Jika dipakai gelang karet untuk
sambungan, maka gelang karet yang melingkar harus dipasang dan dimasukan
kedalam gasket pada bell socket.
Lapisan tipis minyak gelang harus dilapiskan baik pada permukaan bagian dalam
dan gasket atau pada akhiran dan pipa atau keduanya. Minyak gelang harus berasal
dari persediaan yang diberikan pabrik dan disetujui oleh Direksi/ Tenaga Ahli.
Tidak diperkenankan menggunakan menggunakan bahan yang tidak disetujui.
Jika dipakai sambungan dengan solvent cement, maka bagian yang akan
disambung harus dibersihkan dari debu, kotoran, dan air. Oleskan solvent cemen
dengan sikat yang tipis sampai merata pada ujung pipa sedalam socket atau bagian
dalam dan fitting yang akan disambung.
Pada waktu peletakan pipa dalam galian, letak ujung spigot harus tepat dengan bell
dan dipasang dengan lintasan dan sudut yang benar.
Jika diperlukan untuk membuat defleksi pada pipa push-on-joint untuk membentuk
belahan berjari-jari panjang, maka jumlah defleksi harus dengan persyaratan
Direksi/ Tenaga Ahli dan petunjuk-petunjuk dan pabrik harus diikuti. Adalah
penting untuk membuat sambungan pipa pada lintasan yang lurus dan defleksi
dibuat sesudah sambungan diselesaikan.
b) Sambungan HDPE (“butt fusion welding”)
Sambungan pipa HDPE dilaksanakan diatas tanah dengan cara pengelasan (butt
fusion welding) oleh karena itu pipa harus ditumpu dengan kayu( papan landasan )
selebar minimum 15 cm dengan ketebalan sesuai dengan kekuatan kayu tersebut,
lebar tumpuan dan berat pipa tiap 150 cm.
Jenis peralatan yang diperlukan dalam pemasangan pipa HDPE minimum tetapi
tidak dibatasi meliputi (dalam hal ini jumlah peralatan tersebut disesuaikan dengan
kondisi lapangan dan waktu penyelesaian pekerjaan): Genset dengan kapasitas
disesuaikan dengan mesin butt welding dll, mesin butt fusion/ welding (lengkap
dengan alat pemotong pipa, alat pemanas , pompa hydrolik dan pengatur waktu),
roda penyangga pipa, tanda pengelasan, kain pembersih, alat ukur sambungan,
thermometer digital dan thermometer udara, papan landasan/ penyangga, penutup
lasan, pemotong pipa, spidol warna putih/ kontras dengan warna pipa, stop watch,
tenda untuk pengelasan dan meteran 12 m.
Prosedur penyambungan pipa meliputi pemeriksaan jenis dan jumlah peralatan
yang diperlukan dalam penyambungan pipa HDPE tersebut diatas dan bahan habis
pakai yaitu bahan bakar untuk genset, minyak pelumas dll. Sambungkan pemanas
pada sumber listrik/ genset selama kurang lebih 20 menit atau pada temperature
yang disarankan. Pastikan bahwa pipa dan fiting yang akan disambung mempunyai
ukuran diameter dan SDR/ klas tekanan yang sama.
Pipa ditempatkan pada klem/penjepit dan dilurus kandengan roller sedemikian
rupa sehingga ujung pipa tegak lurus dengan plat pemotong posisi senter/segaris)
dan kencangkan klem tersebut.
Operasikan alatm pemotong dan geser klam pipa perlahan lahan sedemikian rupa
sehingga terjadi pemotongan pipa yang kontinu dan rata. Angkat alat pemotong
dan bersihkan benda-benda asing/ sisa potongan pipa di pipa maupun alat
pemotong (perhatian bahwa ujung pipa tidak boleh tersentuh tangan, bila
pemotongan tidak rata/ lurus ulangi proses pemotongan sesuai dengan prosedur
diatas).
Tekanan Tarik dari mesin hydrolik harus disesuaikan dengan gesekan yang terjadi
terkait dengan berat pipa/ fiting yang sedang disambung. Tempatkan lempengan
pemanas ( lempengan pemanas harus dalam kondisi bersih dan dijaga
temperaturnya ) pada bagian permukaan pipa yang akan disambung dan
selanjutnya tekan dengan sistim hydrolik dengan tekanan sesuai dengan spesifikasi
pipa dan jaga tekanan hydrolik sampai permukaan pipa yang akan dilas mulai
meleleh secara merata dengan lelehan sekitar 1 s/d 6 mm disesuaikan dengan tebal
pipa. Setelah meleleh denga rata maka tekanan hydrolik diturunkan sampai nol,
pipa tetap pada klem( tidak boleh bergeser ) dan plat pemanas tetap berada pada
posisinya. Setelah pemanasan selesai buka klem dan pindahkan alat/plat pemanas
kemudian rekatkan ujung/ permukaan pipa yang meleleh dengan tekanan hydrolik
yang telah ditentukan dan dijaga sampai waktu pendinginan selesai pada ambient
temperature. Periksa sambungan lasan secara visual.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam butt fusion pada pipa HDPE meliputi :
- Menyambung pipa dengan diameter dan tebal pipa yang sama.
- Peralatan harus dalam keadan bersih dan juga ujung pipa yang akan disambung
tidak boleh tersentuh benda asing dan juga sisa potongan tidak boleh tertinggal
dalam pipa.
- Menggunakan mesin-mesin/ peralatan untuk butt fusion yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat pipa, dalam hal ini pabrik yang
mensuplai pipa HDPE harus menyediakan peralatan butt fusion secara lengkap
termasuk operatornya yang berpengalaman dalam butt fusion pipa HDPE.
- Ikuti prosedur pemasangan pipa HDPE dan tidak diperkenankan memindahkan
pipa yang telah disambung sebelum waktu pendinginan selesai.
- Parameter butt fusion HDPE — PE 100 yang digunakan yaitu: temperature plat
220 s/d 235 derajat Celsius, tekanan mesin hydrolik 175 kpa, waktu
pendinginan setelah pengelasan selesai yaitu untuk tebal pipa kurang dan 15
mm, maka waktu pendinginan (dalam menit) dihitung berdasarkan formula 10
+0,5 x T dan untuk tebal dinding pipa lebih besar/ sama dengan 15 mm maka
waktu pendinginan (dlm menit) dihitung berdasarkan formula 1,5 x T, dimana
T adalah tebal dinding rata - rata pipa dlm mm.
- Waktu pendinginan perlu ditambah 1 menit tiap kenaikan temperature udara
ambient 1 derajat Celsius.
c) Sambungan Flens
Alat-alat bantu flens dan peralatan-peralatan rakit harus dihubungkan kepada pipa-
pipa dengan mempergunakan adaptor-adaptor flens dan flens bebas kecuali bila
ada petunjuk dengan cara lain yang tertera pada gambar-gambar rencana
bersangkutan.
Semua sambungan-sambungan flens harus dibuat dengan mempergunakan paking-
paking karet dan mur baut yang digalvansir secara celup panas(hot dippend).
Cincin yang digalvansir secara celup panas harus dipasang diantara kepala baut
dan mur serta mur baut harus dikencangkan secara bersilang.
Selama pelaksanaannya harus diperhatikan, agar tidak merusak lapisan pelindung
pada alat-alat bantu dan peralatan-peralatan rakit. Setelah selesai, setiap kerusakan
pada lapisan pelindung harus diperbaiki oleh Kontraktor.
d) Sambungan Pipa Galvanis
Sambungan-sambungan antara pipa-pipa baja yang digalvinsir dan peralatan-
peralatan rakit dan baja yang digalvansir terhadap pipa-pipa lain, harus
dilaksanakan dengan system penyekrupan.
Sebelum disambung, maka bagian ulir dan soket atau ujung-ujung pipa harus
dibersihkan dari kotoran-kotoran. Setelah itu pada ulir pipa dipasang serat nenas
dan baru dimasukan secara hati-hati pada soket dan diputar sampai kencang betul.
e) Sambungan Las
Sambungan-sambungan las harus sesuai dengan aturan, yang diberikan dalam
persyaratan norma modern (persyaratan AWS, AISC atau SNI). Pengelasan harus
dilakukan oleh seorang tukang las yang memiliki ijasah atau sertifikat pengelasan
pipa.
Penyambungan las Argon harus dilaksanakan oleh kontraktor, khususnya pada
pipa baja yang bertekanan nominal 40 bar dengan demikian diperlukan tenaga ahli
pengelasan pipa yang telah mempunyai sertifikat. Penelitian dapat dilakukan
apabila direksi memerlukannya.
Permukaan-permukaan yang akan dilas harus bebas dari sisik-sisik lepas, kerak
logam, karat, gemuk dan cat.
Apabila pengelasan ganda diperlukan maka permukaan pengelasan pertama harus
bersih dan bebas dan kerak logam.
Apabila diperlukan, lapisan-lapisan antara pada pengelasan-pengelasang anda
harus dibersihkan dengan pukulan-pukulan ringan oleh palu bertenaga mesin
dengan mempergunakan suatu alat berujung bulat. Semua kerak logam dan
pengelasan yang berlubang-lubang dan tidak sempurna harus dibersihkan dan
dihilangkan, sebelum pengelasan dilakukan.
Setelah pengelasan, lapisan pelindung pipa dan peralatannya yang dikupas atau
rusak selama pengelasan harus diperbaiki/ dilapisi kembali oleh Kontraktor,
termasuk bagian yang dilas.
Tempat kerja harus terlindungi terhadap angin dan hujan lebat. Bilamana diminta
Direksi/ Tenaga Ahli, Kontraktor harus memberi penjelasan mengenai cara kerja
yang digunakan.
5. Penyebrangan-penyebrangan Pipa
Penyebrangan-penyebrangan pipa pada sungai dan urug-urug, harus dilaksanakan sesuai
dengan gambar-gambar rencana (Standar/ Khusus). Bagi penyebrangan-penyebrangan
sungai dan urug-urug biaya-biaya pemasangan pipa-pipa selubung (bila diperlukan), pelat-
pelat pelindung dari beton, perbaikan-perbaikan dan penyesuaian terhadap dinding-
dinding topang dan pangkal-pangkal jembatan, penggalian-penggalian tambahan dan
sebagainya dianggap telah termasuk dalam harga Kontrak.
Bagi penyebrangan-penyebrangan sungai dan urug-urug perbaikan-perbaikan dan
penyesuaian terhadap dinding-dinding topang dan pangkal-pangkal jembatan, gambar-
gambar kerja harus diberikan/ dilaporkan oleh Kontraktor.
Semua pipa-pipa pada penyebrangan-penyebrangan sungai dan bangunan-bangunan lain
harus dipasang dengan peralatan-peralatan yang layak, seperti penjepit-penjepit,
penggantung-penggantung dan penopang-penopang dan sebagainya sedemikian rupa,
sehingga pemuaian dan penciutan, getaran-getaran kecil pada perpipaan harus didalam
batas-batas yang diijinkan dan tidakmengakibatkankebocoran-kebocoran.
Tetapimenopang pipa-pipa itu dengan mempergunakan pipa lain dan alat-alat bantu lain
yang tidak disebut dalam gambar rencana tidak diperkenankan tanpa persetujuan Tenaga
AhIi terlebih dahulu.
Dalam hal tidak adanya ketidakcocokan dalam rangkaian antara pekerjaan pipa dan
pekerjaan lain, maka Direksi/ Tenaga Ahli akan memutuskan pekerjaan mana yang akan
dipertimbangkan untuk didahulukan. Penyebrangan-penyebrangan pipa melalui fasilitas
umum harus dilaksanakan sesuai gambar-gambar rencana dan instruksi-instruksi yang
diberikan oleh Direksi/ Tenaga Ahli dan/ atau oleh Departemen yang berkompeten.
6. Jembatan-jembatan Pipa
Pada saat pemasangan jembatan pipa harus dijaga kelancaran lalu lintas sekitarnya,
kecuali bila ditentukan lain, pemasangan katup udara sesuai dengan gambar- gambar
rencana.
Lokasi pemasangan katup-katup dan pipa penguras harus sesuai dengan situasi setempat
sehingga memudahkan pengoperasiannya atau dengan petunjuk Direksi/ Tenaga Ahli.
Syarat-syarat pelaksanaan harus sesuai dengan spesifikasi teknis untuk pekerjaan sipil
(Spesifikasi Teknik Khusus).
Pengisian Air.
Bagian pipa yang akan diuji harus diisi dengan air, dengan kecepatan pengisian
maksimum 200 meter/jam dan dijamin bahwa udara dalam pipa keluar.
Air diisi dititik terendah dan bagian pipa yang diuji hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi udara yang terjebak dalam pipa.
Pentil udara harus dalam keadaan terbuka penuh selama pengisian air sampai udara betul-
betul habis.
Air yang digunakan untuk mengisi pipa dan pengujian tekanan harus berasal dari sumber
yang telah disetujui dan memenuhi syarat kualitas air bersih untuk perpipaan air bersih
dan untuk perpipaan air baku dapat digunakan air baku yang akan diproses. Biaya
pengadaan air adalah tanggungan Kontraktor.
PerlengkapanUntukPengujian
Kontraktor harus menyiapkan semua perlengkapan yang diperlukan untuk pengujian.
Perlengkapan harus berada dalam kondisi yang baik. Pompa yang digunakan harus dapat
menghasilkan tekanan yang diinginkan.
Tangki penampung air harus mempunyai ukuran/bentuk yang dapat mengukur volume
penambahan air yang diisyaratkan dalam pengujian.
Tangki harus mempunyai ketelitian pengukuran volume air sebesar± 1 liter.
Alat pengukur tekanan yang telah dikalibrasi, harus dipasang pada titik terendah dan
bagian pipa yang diuji dengan ketelitian pembacaan 0,5 bar.
UrutanPengujian
a. Pengujian Awal
Setelah diisi air, bagian pipa yang dilapis semen harus didiamkan paling sedikit selama
24 jam, dengan tekanan statis sebesar tekanan kerjanya. Selama 6 jam terakhir dan
periode awal tadi, tekanan harus dinaikkan sesuai tekanan pengujian.
Jika terjadi penurunan volume air atau tidaknya pengujian awal hanya didasarkan pada
pengukuran penambahan volume.
Sedangkan untuk pipa yang lain didasarkan pada pengukuran penambahan volume air
sesuai dengan toleransi penurunan tekanan yang diinginkan.
Kontraktor harus menemukan dan membongkar kebocoran yang diakibatkan
pelaksanaan pegujian awal.
Jika ada pergeseran, perpindahan atau kebocoran pipa harus dilakukan pengujian
ulang.
b. PengujianTekanan
Besarnya tekanan pengujian yang disesuaikan dengan tekanan kerja, pengujian
ditentukan kemudian dan selama proses pengujian tidak diperbolehkan terjadi
kebocoran.
Formulir standar (“Berita Acara Pengujian Pipa”) harus digunakan untuk mencatat
hasil pengujian.
Peringatan
Tidak diijinkan bekerja didalam galian dalam area/ bagian pengujian, selama
berlangsungnya pengujian pipa.
PenyelesaianPengujian
Setelah “Berita Acara Pengujian Pipa” ditandatangani bahwa diterima dengan berhasil,
Kontraktor masih bertanggungjawab untuk menyambung setiap tahapan pemasangan pipa
hingga seluruh system perpipaan selesai. Untuk itu perlu pengujian terakhir sebagai
penyelesaian pekerjaan kontraktor agar dapat dioperasikan pengujian pengoperasian
perpipaan secara berurutan meliputi :
- Uji Aliran Statis : Secara bertahap tanpa ada penurunan tekanan dan tanda-tanda
adanya kebocoran selama 1 jam.
- Uji Aliran Dinamis : Secara keseluruhan perpipaan tanpa adanya tanda-tanda
kebocoran selama 48jam.
- Pengaturan peralatan operasi pada katup-katup dan instalasi sambungan pelayanan.
Masing-masing pengujian diatas diterima bila berhasil dengan baik dengan
ditandatanganinya “Berita Acara Pengujian Pengoperasian Jaringan Perpipaan”.
AwaI Test
Akhir Test
Lama
Jam
Pengetesan
4. CATATAN :................................................................................................
5. HASIL TEST :.......................................................................................................
DemikianBerita Acara inidibuat dan disetujui bersama untuk dipergunakan seperlunya.
PihakKe — II Pihak Ke — I
(CONTOH)
BERITA ACARA UJI PENGOPERASIANJARINGAN PERPIPAAN
LOKASI :
TANGGAL :
JENIS PENGUJIAN : ALIRAN STATIS / DINAMIS
JALUR PENGUJIAN : SELURUH SISTEM TRANSMISI / DISTRIBUSI
CARA OPERASI : GRAVITASI / PEMOMPAAN
1. DATA PIPA
TEKANAN KETERANG
JALU AN
ELEVASI JAR PENGAMAT
RUJI NOMO JUMLA
NO (M) AK AN PENGAMAT
COB R H
Manometer (M) AN
A (MKA) SL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
(..................) (..................)
PEMBERSIHAN DAN DESINFEKSI PERPIPAAN
Setelah pengujian tekanan hidrostatis selesai dan terbukti berhasil dan sebelum dilakukan
penyerahan pertama, Kontraktor harus membersihkan, membilas dan memberi desinfektan pada
jaringan pipa sebagaimana ditetapkan dibawah ini.
Bagian-bagian pipa harus dicuci dengan kecepatan tinggi dan dalam jangka waktu sedemikian
sehingga air yang keluar sudah bersih dan tidak mengandung sediment.
Setelah itu, dengan aliran air tetap dipertahankan, pada kecepatan yang lebih rendah, air
ditambah dengan cairan desinfektan yang sudah disediakan oleh Kontraktor, dengan cara
dipompakan melalui lubang berdiameter kecil diujung pipa.
Volume air dan jangka waktunya sekurang-kurangnya 24 jam harus sedemikian sehingga, air
yang dikeluarkan mengandung sekurangnya 2 mg klorin/ liter.
Jika air ini masih mengandung khlorin bebas setelah perioda kontak selama 24 jam dan dalam
pemberian desinfektan, maka proses harus diulangi.
Sebelum pemberian desinfektan pada tiap bagian pipa dengan cairan yang mengandung khlorin
diatas, Kontraktor harus mendapat persetujuan dan Tenaga Ahli untuk menggunakannya.