Spektek Kantor Dinas Sosial
Spektek Kantor Dinas Sosial
D I N A S PKOTA
E K EPALU
RJ
AAN U M U M
P E M EPEKERJAAN
DINAS RINTAH K OTA PALU
UMUM
SPESIFIKASI TEKNIS
PEMBANGUNAN KANTOR
DINAS SOSIAL KOTA PALU
PENDAHULUAN
PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN
2. Lokasi Pekerjaan :
- Jalan Bantilan no. 25, Kota Palu
3. Masa Pekerjaan :
- 210 (dua ratus sepuluh) hari kalender
4. SBU yang digunakan :
- BG004 (Jasa Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Komersial) Tahun 2020/2021 (Sesuai LPJK
No. 10 Tahun 2013) atau BG002 (Konstruksi Gedung Perkantoran) Tahun 2022 yang masih
berlaku
PASAL 2
RENCANA KERJA
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Segera setelah Surat Perintah Kerja diterbitkan oleh Pemberi Tugas, Kontraktor harus
segera menyiapkan lokasi pekerjaan, membuat kantor direksi, gudang bahan dan alat, serta
barak pekerja.
2. Kantor Direksi, Barak Kerja dan Gudang Material, pengadaan dan pembongkarannya
menjadi beban dan tanggung jawab Pemborong,
3. Barak Kerja dan Gudang Material serta perlengkapannya adalah milik Pemborong, Kantor
Direksi menjadi milik Proyek
4. Kantor Direksi, Barak Kerja dan Gudang material tidak dibenarkan dibongkar sebelum
pekerjaan selesai, terkecuali atas Perintah Pemberi Tugas/Direksi Pekerjaan.
5. Kontraktor harus membuat Papan Nama Proyek berukuran 1 x 1.50 m dari bahan multiplek
dan kayu yang mencantumkan antara lain:
Nama Departemen / Instansi Pemberi Tugas.
Nama Proyek atau Nama Pekerjaan.
Sumber Dana dan Tahun Anggaran.
Harga Borongan dan Waktu Pelaksanaan.
Nama Konsultan Perencana dan Pengawas.
Nama Perusahaan Kontraktor / Pemborong.
6. Demi kelancaran pekerjaan, kontraktor wajib menyediakan personil :
Site Manager yang memiliki kemampuan memadai dan bertanggung jawab
sepenuhnya kepada pelaksanaan pekerjaan.
Pelaksana Arsitektur/Interior
Tenaga Admin Proyek
Tenaga Drafter
Tenaga k3
7. Tenaga Kerja yang disediakan Kontraktor harus dapat dijamin kualitas pekerjaannya,
disiplin dan jujur dalam bekerja. Jika terdapat hal-hal yang berkaitan dengan tindakan
indisipliner, tanggung jawab sepenuhnya dibebankan kepada Kontraktor.
8. Dalam pelaksanaan pekerjaan berlangsung Direksi Proyek/Konsultan Pengawas berhak
untuk menolak/meminta agar Personil Kontraktor diganti jika ternyata dianggap tidak
memenuhi kualifikasi atau tidak bisa bekerja sama membentuk team work demi suksesnya
proyek ini.
9. Kontraktor harus menyediakan semua peralatan yang nyata-nyata diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan. Direksi berhak meminta kepada Kontraktor untuk mengadakan
peralatan pembantu pekerjaan yang dianggap perlu untuk menjamin kecepatan, mutu dan
ketepatan pekerjaan. Semua biaya mobilisasi dan sewa pakai peralatan dianggap telah
diperhitungkan dalam penawaran kontraktor. Sebagai gambaran, peralatan minimal yang
harus digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah :
Concrete Mixer
Mesin Listrik (Gen-Set)
Jack Hammer
Alat Las Listrik
Alat-alat ukur lengkap
Alat-alat pertukangan sederhana wajib dimiliki oleh setiap tukang
Dan alat-alat lainnya yang diperlukan .
Semua peralatan yang telah diusulkan oleh pihak Kontraktor harus berada dilokasi
selama pekerjaan berjalan.
10. Kontraktor wajib meneliti situasi Tapak-Job Site dan hal lain yang dapat mempengaruhi
kontrak, itu semuanya dilakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib
melakukan survey ulang guna (MC-0) memperoleh akurasi data yang up to date. Kelalaian
atau kekurang telitian Kontraktor dalam hal ini tidak dapat diajukan sebagai alasan untuk
mengajukan claim. Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam Gambar Rencana, Rencana Kerja dan Syarat- syarat, Berita
Acara Penjelasan, Berita Acara Rapat Lapangan, serta petunjuk dari Konsultan Perencana,
Konsultan Pengawas dan Tim Teknis Pengelola Proyek.
11. Dalam melaksanakan pekerjaan, Kontraktor wajib melakukan pendekatan dengan
masyarakat dan pegawai dilingkungan setempat untuk memperoleh dukungan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini.
12. Kontraktor wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan konstruksi yang mengacu
pada Permen PUPR21/PRT/M/2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi
13. Konsultan Pengawas berhak menegur Kontraktor hingga menghentikan pekerjaan, jika
minimum APD tidak tersedia atau tenaga kerja didapati tidak menggunakan APD.
14. Jika terdapat kemungkinan kesulitan pelaksanaan pekerjaan yang akan berdampak pada
keselamatan kerja, kontraktor dibantu oleh konsultan pengawas, wajib meneliti dan
merencanakan metode pelaksanaan yang aman.
15. Jika terjadi kecelakaan kerja akibat kelalaian atau pengabaian penggunaan APD demi
terjaminnya Keselamatan Kerja, sepenuhnya adalah tanggung jawab Kontraktor.
PASAL 4
SYARAT-SYARAT TEKNIK
1. Semua pekerjaan dalam kontrak ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi
persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam Standar Nasional Indonesaia (SNI) dan
peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku.
2. Standar yang berlaku :
SNI 2847 – 2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung
SNI 2052 – 2017 tentang Baja Tulangan Beton
SNI 03 – 7065 – 2005 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing
Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar yang tersebut
diatas, maupun standar-standar Nasional lainnya maka diberlakukan standar
Internasional yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya
berlaku standar-standar persyaratan teknis dari negara-negara asal bahan pekerjaan
yang bersangkutan
Standar untuk spesifikasi Bahan Pabrikan tentang penanganan dan petunjuk kerja.
3. Dokumen yang berlaku :
Dokumen Lelang berupa Gambar Kerja dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat.
Petunjuk-petunjuk dari Direksi/Pengawas Lapangan
Berita Acara Pre Construction Meeting
Berita Acara Rapat Lapangan
Perintah tertulis Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas yang disampaikan pada
Buku Harian Lapangan (Buku Direksi) atau surat resmi.
4. Kontraktor wajib menyampaikan Rencana Mutu Kontrak (RMK) dengan melakukan
pemaparan langsung bersama dengan PPK, Unsur Teknis dan Konsultan Pengawas yang
bertujuan untuk mengambil kesepakatan dan jenis material, man power (tenaga kerja),
jangka waktu efektif serta jenis dan mutu beton yang akan digunakan sesuai dengan
kontrak dan lampiran kontrak yang telah dibuat.
5. Kontraktor wajib melakukan Upproval Material sebagai persyaratan untuk disetujui oleh
direksi seperti brosur resmi (user manual) dari produsen yang materialnya digunakan
beserta contoh sampel bahan dan material yang akan digunakan sebelum pekerjaan
berlangsung dilapangan. Baik material pabrikasi maupun material lokal.
6. Pada prinsipnya semua material yang akan digunakan harus mendapat izin/persetujuan
tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas yang diaplikasikan dalam bentuk “Surat
Persetujuan Bahan”. Material yang masuk tanpa persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas
adalah tanggung jawab Kontraktor dan Direksi berhak untuk menolak atau memerintahkan
pembongkaran dan tidak diprogress.
7. Semua material yang masuk kedalam area proyek (digudang dan dilapangan terbuka) tidak
bisa dikeluarkan dari area proyek tanpa izin dari Direksi Proyek/Konsultan Pengawas.
8. Semua pekerjaan hanya bisa dilaksanakan atas izin dari Direksi/Konsultan Pengawas yang
diaplikasikan dalam bentuk “Surat Ijin Kerja”. Pekerjaan yang dilaksanakan tanpa izin
Direksi/Konsultan Pengawas adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak akan diprogres.
9. Kontraktor Pelaksana dalam hal ini Site Manager atau Project Manager dalam setiap
minggu atau waktu yang telah disepakati, melakukan Request Sheet (Rencana Kerja)
untuk disetujui oleh direksi dan konsultan pengawas.
PASAL 5
1. Bahan material kerja yang boleh ditempatkan didalam Lokasi Kerja hanyalah bahan-
bahan yang disyaratkan dalam RKS Maupun Gambar-gambar.
2. Penyimpanan bahan material kerja ditempatkan dekat dengan lokasi kerja dan disetujui
lokasinya oleh pihak Pengguna Jasa, dengan keamanan penyimpanan material sepenuhnya
menjadi tanggung jawab kontraktor.
3. Bahan material kerja yang dipakai adalah yang sesuai dengan kualitas serta dimensi yang
disyaratkan dalam RKS maupun Gambar.
4. Apabila suatu bahan yang disyaratkan tidak dapat diperoleh dipasar, sebelum diganti
kontraktor harus Konsultasi terlebih dahulu dengan Direksi/Konsultan Pengawas, dan
penggantian bisa dilakukan setelah ada persetujuannya.
5. Penggantian bahan bangunan yang tidak terdapat di pasar dengan bahan bangunan lainnya
harus sama kualitasnya atau lebih baik dan harus mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi.
6. Bahan bangunan yang dinyatakan ditolak oleh Direksi/Pengawas Tehnik karena cacat atau
tidak sesuai dengan persyaratan yang ditentukan harus segera dipindahkan dan
dikeluarkan dari kompleks pekerjaan selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.
PASAL 6
1. Gambar yang berlaku adalah gambar rencana Arsitektur, Struktur, Mekanikal, Elektrikal
dan Plumbing yang termuat dalam Dokumen Kontrak.
2. Jika terdapat selisih ukuran antara Gambar Rencana dengan kondisi lapangan, kontraktor
wajib untuk membuat Shop Drawing yang mengacu pada kondisi lapangan tersebut
dengan tidak mengganti spesifikasi bahan yang direncanakan.
3. Shop Drawing harus diperiksa oleh Konsultan Pengawas dan mendapat persetujuan dari
Konsultan Perencana dan diketahui oleh Pengguna Jasa.
4. Kontraktor wajib membuat Shop Drawing, Shop Drawing adalah gambar atau kumpulan
gambar yang dihasilkan oleh kontraktor, pemasok, produsen, ataupun sub kontraktor. Shop
Drawing biasanya diperlukan untuk prefabrikasi komponen. Contoh ini meliputi ; lift, baja
struktural, gulungan, pra-cor, jendela, peralatan, lemari, unit penanganan udara, dan
millwork. Juga penting adalah gambar instalasi dan toko koordinasi MEP perdagangan
seperti lembaran membutuhkan saluran kerja logam, pipa, pipa, perlindungan kebakaran,
dan listrik. Shop Drawing biasanya menampilkan Lebih detail dari dokumen konstruksi,
model shop drawing biasanya sangat berbeda dari gambar perencanaan. Dalam Membuat
shop drawing haruslah memperhatikan dan Memahami kemampuan pengguna Agar
nantinya gambar shop drawing tidak akan menyulitkan pengguna dalam memahami dan
dapat mengindari terjadinya kesalahan pelaksanaan serta kesalahan persepsi. Gambar shop
drawing merupakan sebuah media komunikasi yang efektif antara design dan pelaksanaan.
Oleh karna itu gambar shop drawing harus dibuat dengan tingkat detail yang lebih baik.
5. Direksi pekerjaan dan konsultan pengawas, berhak untuk memerintahkan Kontraktor
untuk membuat gambar kerja (shop drawing) atas bagian-bagian pekerjaan yang
memerlukan penjelasan lebih detail.
PASAL 7
1. Ukuran tinggi titik duga (peil) + 0,00 yang dinyatakan dalam gambar disesuaikan dengan
keadaan site.
2. Ukuran tinggi titik duga (peil) dinyatakan dengan suatu tanda tetap dan dipasang pada
tempat yang tidak mudah terganggu.
3. Pembuatan/pemasangan tanda tetap ini dikerjakan oleh Kontraktor dengan petunjuk dan
persetujuan Direksi/Pengawas Tehnik.
PASAL 8
PEKERJAAN PEMBONGKARAN
PASAL 9
PEKERJAAN PEMBERSIHAN
PASAL 10
1. Pengukuran dan pemasangan Bouwplank dilakukan sekaligus untuk seluruh site, agar
pengaturan peletakan bangunan tidak meleset serta menjaga kemungkinan perubahan-
perubahan atau penggeseran-penggeseran sesuai keadaan.
2. Untuk mendapatkan ukuran yang tepat sesuai rencana, pengukuran harus menggunakan
alat yang tepat untuk menentukan titik duga (peil) dan untuk menentukan titik as/axis
kesikuan bangunan.
3. Bila bowplank menggunakan bahan Kayu, diwajibkan kualitas kayu harus baik dengan
struktur yang kokoh dan tidak mudah patah.
PASAL 11
PEKERJAAN GALIAN
PASAL 12
PEKERJAAN URUGAN
PASAL 13
Pondasi pada bangunan ini menggunakan pondasi Bore Pile dengan pile cap. Ukuran
Bore Pile, dengan penempatan ditunjukkan dalam kerja.
1. Lingkup Pekerjaan
a. Penentuan titik-titik posisi tiang di lapangan sesuai dengan gambar rencana.
b. Mobilisasi dan demobilisasi alat.
c. Penyediaan peralatan.
d. Pengadaan regu kerja.
e. Pengerjaan tiang bor pada area pile cap dengan ukuran diameter 500 mm
dengan panjang tiang 6-8 m dari muka tanah
f. Percobaan beban.
g. Penyerahan semua data seperti yang telah ditetapkan
h. Pemotongan kelebihan tiang (bila diperlukan).
2. Syarat-syarat pekerjaan :
Tahapan pengerjaan atau pelaksanaan tiang bor haruslah mengikuti urutan berikut:
a. Pengeboran
c. Pembetonan
- Persyaratan umum untuk pekerjaan beton harus sesuai dengan standar- standar
yang berlaku.
- Untuk setiap tiang bor, harus diambil 3 (tiga) buah contoh silinder. Satu untuk
percobaan 7 hari, satu untuk 14 hari dan satu lagi untuk percobaan 28
hari. Percobaan beton harus dilakukan dilaboratorium resmi yang diakui.
- Persyaratan mutu beton adalah K 250 pada umur beton 28 hari dengan slump
minimum 180 mm dan maximum 200 mm. Maksimum waktu pengikatan 4 jam.
- Pengecoran tiang bor harus sesegera mungkin pada hari yang sama.
- Selama pengecoran beton, perlu diperhatikan waktu tunggu antara mixer yang
satu dengan berikutnya lebih kecil dari yang disyaratkan untuk waktu
pengikatan awal dari beton.
- Selama pembetonan, sebelum setiap bagian dari pipa tremie dicabut dan
dilepas, kepala tiang harus diukur levelnya.
- Pipa harus mencapai dasar dari tiang bor. Sambungan tiang harus memakai
“quick-acting coupling” agar setiap bagian dapat dilepas seperti disyaratkan
tanpa keterlambatan. Sambungan harus dibuat kedap air
- Ujung atas pipa harus dihubungkan dengan corong dengan ukuran yang
memadai untuk panjang pipa yang dipakai dan untuk jumlah beton yang akan
dituang. Pengaturan untuk menaikkan atau menurunkan corong dan pipa
harus diawasi.
- “Sliding Plug” sumbat yang dapat meluncur (seperti jaring kawat/ kawat ayam
yang dibungkus lembaran plastik harus ditempatkan lebih dulu yang akan
terdorong turun kedasar pipa oleh berat campuran beton yang dituang
pertama untuk mencegah tercampurnya adukan beton dengan air didalam
pipa.
- Corong harus dibebani dengan teratur dan menerus tanpa penundaan untuk
mempertahankan pengaliran (campuran beton) dan mencegah pipa dari
penyumbatan. Dengan pemeriksaan yang teliti beton harus mengalir bila
pipa berangsur-angsur dinaikkan. Apabila diperlukan menghentak pipa
untuk menghentikan beton, maka perhatian yang cukup perlu diberikan
untuk mencegah kecelakaan akibat tercabutnya dasar pipa dengan resiko
terganggunya kekedapan beton.
- Segera setelah pengecoran beton selesai, level atas dari tiang percobaan harus
didata dan dihubungkan kesuatu “bench mark”.
d. Toleransi Pelaksanaan
- Kecuali jika ada pengeboran yang miring, lubang harus dibor vertikal dan
bila terjadi kemiringan maka toleransi kemiringan yang diijinkan adalah
1:80.
- Posisi titik bor tidak boleh bergeser/menyimpang lebih dari 7,5 cm dari lokasi
yang ditentukan pada semua arah pada cut off level.
- Deviasi dari level permukaan fondasi dari transfered bench mark terdekat
adalah 20 cm.
- Bila ternyata toleransi tersebut tidak dipenuhi maka wajib dilakukan pekerjaan
perbaikan/penambahan.
Apabila lima atau lebih tiang bor harus dilaksanakan dalam satu kelompok,
tiang yang ditengah harus dilaksanakan lebih dulu, diikuti tiang berikutnya
dari tengah ke arah luar, urutan pengerjaan tiang haruslah sesuai. Pengerjaan tiang
didekat tiang yang baru dikerjakan tidak boleh dilakukan sebelum lewat 7 (tujuh)
hari atau pada jarak minimum 6 m .
g. Bahan-bahan galian
Bahan-bahan galian dari lubang bor dan pur harus dibuang keluar “site”
ketempat yang telah ditentukan.
Setiap tiang bor yang tidak terlaksana dengan betul sesuai dengan spesifikasi
harus ditolak.
l. Bar chart
- Jenis pekerjaan
- Durasi waktu pelaksanaan pekerjaan
- Alur pekerjaan
m. Piling Record
PASAL 14
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan awal dari stuktur atas (upper structure) setelah
pekerjaan struktur bawah (sub structure) selesai dilaksanakan. Semua bahan yang
digunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku. Adapun
pekerjaan pile cap dan tie beam ini meliputi :
1. Lingkup Pekerjaan
a. Penulangan pile cap dan tie beam
b. Bekisting pile cap dan tie beam
c. Pengecoran pile cap dan tie beam
d. Pembongkaran bekisting pile cap dan tie beam
2. Syarat-syarat pekerjaan :
a. Langkah-langkah pembesian pile cap :
- Menentukan daftar lengkungan bengkok besi, dimana digunakan besi D 16
mm, dengan jarak antar tulangan 150 mm sama untuk semua pile cap tetapi
berbeda untuk jumlah tulangan dan tinggi pile cap sesuai dengan gambar
rencana.
- Semua besi yang telah disediakan kemudian dibengkokkan sesuai dengan
daftar diatas kemudian dirakit diluar lokasi sesuai dengan gambar rencana.
Digunakan kawat bendrat sebagai lekatan antar tulangan.
- Tulangan pile cap yang telah jadi kemudian diangkat dan dipasang pada lokasi
pile cap yang telah ditentukan.
- Tulangan pile cap dilekatkan dengan tulangan luar pondasi tiang pancang yang
telah dihancurkan betonnya dengan menggunakan kawat bendrat sehingga
tulangan pile cap tampak benar-benar kuat dan kokoh.
b. Langkah-langkah pembesian tie beam:
- Penyediaan tulangan besi yang akan digunakan sesuai dengan yang tertera
didalam gambar rencana, yaitu besi D 16 mm dengan jarak sengkang 150 mm
- Tulangan dipasang dilokasi didahului dengan tulangan pokok untuk
mempermudah pekerjaan.
- Sengkang dipasang dengan jarak 150 mm sama untuk keseluruhan tulangan. .
- Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan kawat bendrat agar jaraknya
tidak berubah.
- Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan pokok harus dilakukan
selang-seling dan penempatan sambungan di tempat-tempatdengan tegangan
maksimum sedapat mungkin dihindari.
- Sambungan lewatan harus ada overlapping / tidak sejajar antara tulangan atas
dengan tulangan bawah. Dipasang beton decking padatulangan sloof tersebut
yang berfungsi untuk membuat selimut pada beton sehingga tidak ada tulangan
yang tampak karena dapat menyebabkan tulangan berkarat. Tebal beton
decking yang dipasang harus disesuaikan dengan tebal selimut beton yang
direncanakan
c. Pembuatan dan pemasangan bekisting untuk pile cap adalah sebagai berikut :
- Mengadakan pengukuran dan penandaan / marking posisi bekisting yang akan
dipasang dimana untuk tiap-tiap pile cap berlainan ukurannya tergantung
berapa titik pondasi yang menahannya.
- Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran pile cap masing-masing, dimana
digunakan kayu multipleks.
- Bekisting diolesi dengan menggunakan mud oil agar tidak terjadi kesulitan-
kesulitan pada waktu. pembongkaran bekisting.
- Bekisting dipasang tegak lurus pada lokasi pile cap yang sudah diberi tanda
kemudian bekisting yang, sudah terpasang seluruhnya dikunci dengan
menggunakan kayu 8 / 12 dan paku secukupnya agar kedudukan bekisting
tersebut tetap stabil, tidak mengalami goyangan pada waktu. pengecoran
dilaksanakan.
d. pembuatan dan pemasangan bekisting untuk tie beam adalah sebagai berikut:
- Mengadakan marking posisi bekisting yang akan dipasang.
Pemotongan papan kayu dan perakitan bagian-bagian bekisting yang akan
dibuat disesuaikan dengan ukuran tie beam tersebut.
- Sebelum bekisting dipasang, terlebih dahulu bekisting dibagian dalam diolesi
dengan menggunakan mud oil, hal ini berfungsi agar pada waktu
pembongkaran bekisting tidak mengalami kesulitan.
- Pemasangan bekisting tegak lurus pada lokasi tie beam yang telah ditentukan
kemudian dikunci dengan menggunakan kayu 8 / 12 dan paku secukupnya
sebagai penahan goyangan.
e. Adapun langkah-langkah pengecoran antara pile cap dan tie beam pada umumnya
sama sehingga diringkas dijadikan satu. Langkah-langkah tersebut antara lain:
- Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran dan air yang
menggenang dengan menggunakan pompa air.
- Membuat tanda / marking pada bekisting yang menunjukan batas berhentinya
pengecoran baik pada bekisting pile cap maupun bekisting tie beam
- Mengatur dan mengarahkan penuangan beton sesuai dengan metode
pelaksanaan.
- Agar semua adonan beton dapat masuk kedalam tulangan pile cap dan tie beam
maka digunakan alat vibrator untuk meratakanya serta ditekan dengan tekanan
tinggi agar beton tersebut dapat memadat.
- Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat pelaksanaan pengecoran.
- Menghentikan pengecoran dan meratakan serta menghaluskan permukaan
beton dengan menggunakan alat pertukangan manual / plester
PASAL 15
PASAL 16
1. Lingkup pekerjaan yang termasuk dalam pekerjaan beton bertulang struktural site mix
K250 adalah :
Pekerjaan pondasi plat kaki
Pekerjaan kolom pedestal
Pekerjaan balok sloof
Pekerjaan beton lainnya yang termuat dalam gambar
2. Peraturan-peraturan mengenai pelaksanaan pekerjaan beton yang tidak tercantum dalam
RKS ini, dipakai peraturan yang termuat dalam PBI 1971 dan SNI 2847 : 2013
(Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung) sebagai syarat, dan berlaku
sepenuhnya.
3. Bahan :
a. Semen
Semen yang dipakai adalah Semen Portland (PC) dengan kualitas setara merk
TigaRoda/Bosowa/Tonasa, atau sejenisnya.
Kontraktor diharapkan hanya menggunakan 1 (satu) merk semen untuk semua
pekerjaan.
Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
b. Pasir
Pasir (Agregat halus) tidak boleh mengandung bahan organis, kotoran, debu, tanah
dan lumpur. Pasir halus terdiri dari butir-butiran tajam dan keras, kekal tidak pecah
atau hancur oleh cuaca dan hujan.
Agregat halus harus terdiri dari butiran dengan ukuran sbb:
o Ø 0,25 mm - 1 mm minimum = 80 - 95 % berat.
o Ø 1,00 mm - 4 mm maximum = 3 -12 % berat.
o Ø >4 mm maximum = 3 % berat.
Dengan pengertian pasir sangat halus dengan diameter lebih kecil dari pada 0,25
mm dan butiran kasar diatas 4 mm tidak boleh terdapat dalam pasir tersebut.
c. Batu Pecah
Batu Pecah (agregat kasar) harus terdiri dari butir-butir keras dan tidak berpori.
Paling sedikit tiga sisi batu merupakan sisi pecahan. Kerikil bulat idak boleh
dicampurkan
Agregat kasar tidak boleh mengandung kotoran dan lumpur. Apabila terdapat
kotoran dan lumpur harus dicuci dengan menyemprotnya dengan air bertekanan
minimum 2 atmosfer.
Butir agregat kasar adalah sbb:
o Ø butir tidak boleh lebih besar dari pada 35 mm.
o Ø butir tidak boleh lebih kecil dari pada 15 mm.
o Ø 0 - 30 mm berkisar antara 75 % berat.
d. Besi Beton
Baja beton yang digunakan mutu yang digunakan BjTS 420B ,
untukpekerjaan pondasi foot plate, sloof, kolom, balok dan plat dak.
e. Kawat Pengikat
Kawat Pengikat besi beton dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng dengan
diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.40 mm.
Kawat pengikat besi beton harus memenuhi syarat SNI 2847 : 2013 (Persyaratan
Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung).
f. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam
alkali, dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat menurunkan mutu
pekerjaan.
4. Campuran Beton :
a. Jenis adukan beton yang disyaratkan adalah Site Mix, artinya pengadukan beton
dilakukan langsung di lokasi kerja, maka diwajibkan kontraktor untuk mengadakan
dan menggunakan alat pengaduk mekanis dengan dikontrol oleh tenaga yang ahli.
Tidak disarankan mengaduk secara manual oleh tenaga manusia.
b. Kualitas mutu Beton yang disyaratkan adalah K 250, dengan isi 1 bagian semen, 2
bagian pasir, 3 bagian kerikil dalam volumenya, atau mengikuti yang disyaratkan
dalam SNI 7394 : 2008. Berat isi semen 384 kg/m3.
c. Kontraktor dapat pula menggunakan mix design beton sendiri dengan mutu yang
disyaratkan dan telah di uji pada laboratorium instansi yang berwenang (PU, UNTAD,
dsb).
d. Slump (kekentalan beton) yang disyaratkan adalah 12 ± 2 cm.
e. Bahan beton harus ditakar dalam sebuah bak takar yang terbuat dari papan yang cukup
kuat dan awet, dengan ukuran isi bak takar adalah Panjang 50 cm, Lebar 36 cm dan
Tinggi 18 cm.
f. Bak Takar telah disesuaikan dengan ukuran semen 1 Zak (50 kg).
g. Kontraktor harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kualitas campuran dan
kualitas beton.
5. Bekisting :
a. Seluruh pekerjaan bekisting menggunakan Multipleks 9mm atau papan yang telah
disekap halus dengan ketebalan ≥ 150mm sebagai alas dan kayu daerah yang cukup
kuat sebagai skor dan penyangga.
b. Untuk mendapatkan hasil cetakan yang memenuhi syarat, pekerjaan bekisting harus
dikerjakan oleh tukang yang ahli dan direncanakan dengan tepat.
c. Celah-celah antara papan bekisting harus cukup rapat, agar pada waktu mengecor
tidak ada air semen yang lolos. Sebelum mulai mengecor, bagian dari bekisting harus
disiram air dan dibersihkan dari kotoran dan bagian konstruksi yang bersambungan
disiram dengan air semen kental.
d. Pembongkaran bekisting harus memenuhi persyaratan umur beton yaitu minimal 14
hari untuk plat, 10 hari untuk balok dan 3 hari untuk kolom dan Plat lantai dasar.
6. Dimensi struktural beton :
a. Dimensi semua bagian beton tertera pada Gambar Kerja
b. Gambar detail adalah gambar yang menentukan pelaksanaan. Jika terdapat ketidak
cocokan pada ukuran pada gambar, pemborong diwajibkan menanyakan perbedaan
tersebut pada Direksi. Keputusan ada ditangan Direksi dan dinyatakan secara tertulis.
Keputusan ini dilampirkan dalam laporan harian/mingguan.
c. Besar diameter besi tulangan harus sesuai dengan ketentuan dalam gambar. Ukuran
yang dicantumkan dalam gambar adalah ukuran penuh teknis, yaitu ukuran riil
diameter besi itu yang diukur menggunakan jangka sorong (kaliper) di lapangan. Jika
suatu diameter tidak terdapat dipasaran, Kontraktor diwajibkan
membicarakan/konsultasi terlebih dahulu dengan Direksi. Perubahan dimensi besi
tulangan ini harus dilakukan berdasar perhitungan yang dapat dipertanggung-
jawabkan dan disampaikan secara tertulis. Ukuran yang ditentukan gambar adalah
ukuran minimum.
7. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penawaran yang menimbulkan kerugian Kontraktor dan
menjadi hal yang menyebabkan pertentangan dalam proses pembangunan di lapangan
antara kontraktor dengan Direksi/Pengawas Lapangan maka dalam Rapat Pre Construction
Meeting hal ini harus sudah menjadi kesepakatan bersama, yaitu Panitia Lelang dengan
bantuan Konsultan Perencana telah memberikan gambar ukuran besi beton dengan skala 1
: 1, sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja.
8. Pengawasan terhadap proses pelaksanaan pembesian ini harus dilakukan secara kontinyu
mulai dari bahan yang didatangkan, pemotongan, pembuatan bentuk sampai perakitannya.
PASAL 17
1. Pasangan dinding batu bata umumnya adalah 1/2 batu, kecuali bila gambar kerja
menentukan yang lain.
2. Pada panjang setiap 2.50-3.50 m, pasangan bata 1/2 batu perlu penguat kolom praktis
beton bertulang, dengan dimensi, penulangan dan penempatan sesuai dengan gambar.
Apabila panjang pasangan bata = 4,00 m, maka jarak kolom praktis adalah 2,00 m, kecuali
bila gambar kerja menentukan yang lain
3. Adukan yang digunakan untuk pasagan batu bata terdiri dari 1 bagian semen dan 5 bagian
pasir.
4. Segera setelah pasangan batu bata selesai, siar-siarnya dikeruk sedalam 1 cm agar
plesteran dapat melekat dengan baik.
5. Batu bata yang akan dipasang harus berkualitas baik dengan ukuran panjang, tebal dan
tinggi seragam dan kekuatannya dapat mencapai tegangan tekan minimum 15 kg/cm2.
6. Sebelum dipasang, bata hendaknya direndam/disiram air sampai jenuh. Pemasangan harus
rapi sesuai dengan syarat pekerjaan yang baik. Bata potongan yang lebih kecuali dari pada
separuh ukuran utuhnya tidak boleh dipakai.
7. Pasangan batu bata gewel, harus diperkuat dengan ringbalok beton bertulang praktis pada
atasnya.
PASAL 18
1. Untuk semua plesteran seperti finishing pasangan tepi lantai dan beton, digunakan 1 bagian
semen dan 5 bagian pasir. Sebelum adukan plester dilekatkan, bagian beton harus diulas
dengan semen kental.
2. Pasir untuk plesteran harus disaring cukup halus dengan butiran tidak lebih kecil dari 0,25
mm.. Pasir laut dan pasir yang memiliki kandungan tanah, lumpur atau silta tidak diboleh
digunakan.
3. Sebelum pekerjaan plesteran dikerjakan, semua bidang yang akan diplester harus disiram
air sampai jenuh.
4. Tebal plesteran dinding ditentukan lebih kurang 1.5 - 2.0 cm, dikerjakan dengan tegak lurus
dan rata, ditimbang dan di siku
5. Semua bidang- bidang yang berombak/retak harus dibongkar dan diperbaiki.
6. Semua bidang plesteran yang kelihatan harus diaci, menggunakan acian semen.
PASAL 19
PEKERJAAN PENGECATAN
ampelas grit 80 – 150. Permukaan yang masih berlubang harus ditambal segera
dengan menggunakan dempul tembok lalu di ampelas agar halus.
b. Pelapisan Plamur pada dinding harus dilakukan merata. Bahan plamur dapat
menggunakan plamur siap jadi atau dari campuran Talk/Kalsium/Tepung Gypsum
+ Lem Kayu PVA. Permukaan plamur yang kasar harus di ampelas grit 80 -150 agar
hasilnya halus. Pelapisan plamur harus menggunakan tenaga yang ahli.
c. Bidang tembok eksterior yang bersentuhan langsung dengan air hujan atau yang
akan terkena cipratan air hujan harus diberi primer alkali terlebih dahulu untuk
menjaga dari timbulnya jamur dan terkupasnya cat di kemudian hari.
d. Bahan cat yang digunakan adalah cat berbahan dasar air (waterbased) dengan
kualitas setara Nippon WeatherShield, dan sejenisnya. Metode pengenceran maupun
pengaplikasian mengikuti petunjuk yang direkomendasikan oleh pabrikan.
3. Pengecatan Besi :
a. Bidang permukaan besi yang akan dicat harus dipastikan bersih dari segala macam
kotoran. Kerak-kerak las harus dikerok sedemikian rupa dengan menggunakankuas
baja agar bersih. Cacat pabrikasi pada permukaan besi, harus segera di tambal dengan
las atau dempul plastik dan dihaluskan dengan ampelas.
b. Permukaan besi harus dilapisi Meni atau sejenisnya secara menyeluruh. Bahan
yang digunakan harus disesuaikan dengan yang tercantum pada rencan anggaran
biaya .
c. Bahan cat yang digunakan dianjurkan yang berbahan dasar air (waterbased), yaitu
sesuai dengan yang tercantum pada rencan anggaran biaya. Metode pengenceran
maupun pengaplikasian mengikuti petunjuk yang direkomendasikan oleh pabrikan.
4. Pengecatan Waterproofing :
a. Pengecatan waterproofing hanya dilakukan pada areal dak atap dan Talang beton
yang terkena air hujan secara langsung
b. Bahan yang direkomendasikan adalah cat Waterproof berbahan dasar air
(waterbased), yang menghasilkan permukaan cat serupa karet atau setara NO Drop.
c. Bidang permukaan yang akan di cat harus dipastikan bersih dari kotoran debu dan
semen. Bila perlu dilakukan penggosokan dengan sikat besi, agar permukaan beton
bebas dari Leiten.
d. Pengecatan dilakukan dua lapis beratahap, atau sesuai dengan petunjuk pabrikan.
e. Bila perlu menggunakan Serat Fiber untuk menutup celah lubang pada titik-titik
yang terjadi akibat susut beton.
f. Setelah terjadi pengeringan maksimal, permukaan yang di cat harus digenangi air
maksimal 1 x 24 jam untuk melihat apakah terjadi rembesan pada permukaan beton.
5. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya terhadap hasil pengecatan. Bila terjadi hasil
yang kurang memuaskan, kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan dengan metode
perbaikan cat yang dianjurkan oleh pabrikan cat.
6. Perubahan warna cat dan spesifikasi produk, harus di konsultasikan terlebih dahulukepada
Direksi/Pengawas, dengan membawa sampel cat yang dimaksud.
PASAL 21
PASAL 22
1. Lingkup Pekerjaan :
Termasuk dalam pekerjaan instalasi listrik ini adalah pengadaan lampu, listrik,
kabel, saklar, fitting, pipa paralon, material bantu, termasuk pemasanggannya.
Pekerjaan pemasangan armature lampu.
2. Bahan yang dipakai :
Kabel-kabel yang dipakai dari jenis NYA atau NYM yang memenuhi standar
(SPLN) serta berinitial LMK.
Saklar dan fitting serta peralatan listrik yang digunakan harus buatan dalam negeri
dan memenuhi Standar PLN.
Armature lampu adalah LED ex. Philips dan LED Strip berkualitas baik
3. Pemasangan :
Pemasangan instalasi listrik harus berpedoman pada Peraturan Umum Instalasi
Listrik (PUIL) 2011.
Pekerjaan ini harus ditangani oleh instalatir yang Ahli.
Untuk semua penyambungan kabel harus menggunakan terminal Box atau ditutup
dengan las dop, serta ditempatkan pada kedudukan yang sama.
Pemasangan instalasi listrik umumnya dikerjakan sebelum plafond ditutup dan
plesteran dinding dikerjakan.
Seluruh instalasi kabel jaringan harus bersumber dari panel listrik, dengan
pembagian sesuai dengan gambar kerja.
Kabel dalam dinding harus diletakan dalam pipa conduit 5/8 sebelum dinding di
plester.
Pemasangan armature lampu harus dilakukan setelah plafond ditutup dan dicat
PASAL 25
PASAL 27
PASAL 28
PASAL 29
SPESIFIKASI TEKNIS
a. Tenaga Managerial
b. Tenaga Pendukung
PASAL 30
PENUTUP
1. Semua sisa-sisa bahan bangunan dan sampah lainnya serta alat- alat bantu harus dikeluarkan
dari lokasi pekerjaan, segera setelah pekerjaan selesai atas biaya Kontraktor. Untuk itu
Kontraktor harus memperhitungkannya dalam penawaran khusus mengenai
mobilisasi/demobilisasi peralatan serta pembersihan seluruh lokasi sebelum dan setelah
pekerjaan selesai.
2. Bila terdapat hal-hal yang belum tercakup dalam spesifikasi teknis ini dan memerlukan
penyesuaian di lapangan, maka akan diatur/dibicarakan kemudian dalam rapat-rapat koordinasi
lapangan oleh Direksi, Konsultan Pengawas, Kontraktor Pelaksana, Konsultan Perencana dan
atas persetujuan Pengguna Anggaran atau pihak Penyedia Jasa.
3. Berdasarkan spesifikasi teknis bahan/material poin 13 harus melampirkan surat pernyataan
mampu menyediakan stok dari supliyer/distributor/pabrik, Surat Penunjukkan sebagai
distributor (jika surat pernyataan mampu menyediakan stok dikeluarkan oleh Distributor),
Sertifikat Uji Ketahanan Panas dan Uji Ketahanan Warna yang dilakukan oleh sucofindo atau
lembaga yang berkompeten lainnya.
4. Kontraktor wajib membuat gambar pekerjaan yang telah selesai (Asbuilt Drawing) dan
diperiksa oleh Direksi Pengawas Lapangan. Setelah itu, gambar tersebut disetor ke owner pada
pekerjaan ini.
GREACE TULAK, ST
Nip. 19880808 201503 2 006