Anda di halaman 1dari 36

PEMERINTAH

D I N A S PKOTA
E K EPALU
RJ
AAN U M U M
P E M EPEKERJAAN
DINAS RINTAH K OTA PALU
UMUM

SPESIFIKASI TEKNIS

PEMBANGUNAN KANTOR
DINAS SOSIAL KOTA PALU

PT. ASHA PLANINDO CONSULTANT


TAHUN ANGGARAN
2024
SPESIFIKASI TEKNIS

PENDAHULUAN

Pelaksanaan pekerjaan dilapangan dilakukan sepenuhnya oleh kontraktor pelaksana yang


telah ditunjuk dan diawasi langsung oleh konsultan pengawas. Pelaksanaan pekerjaan
dilakukan berdasarkan atas gambar kerja dan rencana kerja & syarat-syarat (RKS), serta
mengikuti petunjuk dari konsultan pengawas, sehingga hasil yang dicapai akan sempurna dan
sesuai dengan keinginan pengguna jasa.

PASAL 1

LINGKUP PEKERJAAN

1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah, sebagai berikut :


- Pembangunan Kantor Dinas Sosial Kota Palu

2. Lokasi Pekerjaan :
- Jalan Bantilan no. 25, Kota Palu
3. Masa Pekerjaan :
- 210 (dua ratus sepuluh) hari kalender
4. SBU yang digunakan :
- BG004 (Jasa Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Komersial) Tahun 2020/2021 (Sesuai LPJK
No. 10 Tahun 2013) atau BG002 (Konstruksi Gedung Perkantoran) Tahun 2022 yang masih
berlaku

PASAL 2

RENCANA KERJA

1. Rencana jangka waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 180 hari kalender


2. Kontraktor wajib membuat Rencana Kerja sendiri yang lebih terperinci terhadap item-
item pekerjaan dituangkan dalam Bar Chart dan Kurva S.
3. Bila diperlukan, Konsultan Pengawas dapat meminta Kontraktor untuk membuat Network
Planning, yang menunjukan hubungan satu item pekerjaan ke item pekerjaan yang lain.
4. Tabel Rencana Kerja terlampir.
PASAL 3

PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Segera setelah Surat Perintah Kerja diterbitkan oleh Pemberi Tugas, Kontraktor harus
segera menyiapkan lokasi pekerjaan, membuat kantor direksi, gudang bahan dan alat, serta
barak pekerja.
2. Kantor Direksi, Barak Kerja dan Gudang Material, pengadaan dan pembongkarannya
menjadi beban dan tanggung jawab Pemborong,
3. Barak Kerja dan Gudang Material serta perlengkapannya adalah milik Pemborong, Kantor
Direksi menjadi milik Proyek
4. Kantor Direksi, Barak Kerja dan Gudang material tidak dibenarkan dibongkar sebelum
pekerjaan selesai, terkecuali atas Perintah Pemberi Tugas/Direksi Pekerjaan.
5. Kontraktor harus membuat Papan Nama Proyek berukuran 1 x 1.50 m dari bahan multiplek
dan kayu yang mencantumkan antara lain:
 Nama Departemen / Instansi Pemberi Tugas.
 Nama Proyek atau Nama Pekerjaan.
 Sumber Dana dan Tahun Anggaran.
 Harga Borongan dan Waktu Pelaksanaan.
 Nama Konsultan Perencana dan Pengawas.
 Nama Perusahaan Kontraktor / Pemborong.
6. Demi kelancaran pekerjaan, kontraktor wajib menyediakan personil :
 Site Manager yang memiliki kemampuan memadai dan bertanggung jawab
sepenuhnya kepada pelaksanaan pekerjaan.
 Pelaksana Arsitektur/Interior
 Tenaga Admin Proyek
 Tenaga Drafter
 Tenaga k3
7. Tenaga Kerja yang disediakan Kontraktor harus dapat dijamin kualitas pekerjaannya,
disiplin dan jujur dalam bekerja. Jika terdapat hal-hal yang berkaitan dengan tindakan
indisipliner, tanggung jawab sepenuhnya dibebankan kepada Kontraktor.
8. Dalam pelaksanaan pekerjaan berlangsung Direksi Proyek/Konsultan Pengawas berhak
untuk menolak/meminta agar Personil Kontraktor diganti jika ternyata dianggap tidak
memenuhi kualifikasi atau tidak bisa bekerja sama membentuk team work demi suksesnya
proyek ini.
9. Kontraktor harus menyediakan semua peralatan yang nyata-nyata diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan. Direksi berhak meminta kepada Kontraktor untuk mengadakan
peralatan pembantu pekerjaan yang dianggap perlu untuk menjamin kecepatan, mutu dan
ketepatan pekerjaan. Semua biaya mobilisasi dan sewa pakai peralatan dianggap telah
diperhitungkan dalam penawaran kontraktor. Sebagai gambaran, peralatan minimal yang
harus digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah :
 Concrete Mixer
 Mesin Listrik (Gen-Set)
 Jack Hammer
 Alat Las Listrik
 Alat-alat ukur lengkap
 Alat-alat pertukangan sederhana wajib dimiliki oleh setiap tukang
 Dan alat-alat lainnya yang diperlukan .
 Semua peralatan yang telah diusulkan oleh pihak Kontraktor harus berada dilokasi
selama pekerjaan berjalan.
10. Kontraktor wajib meneliti situasi Tapak-Job Site dan hal lain yang dapat mempengaruhi
kontrak, itu semuanya dilakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib
melakukan survey ulang guna (MC-0) memperoleh akurasi data yang up to date. Kelalaian
atau kekurang telitian Kontraktor dalam hal ini tidak dapat diajukan sebagai alasan untuk
mengajukan claim. Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam Gambar Rencana, Rencana Kerja dan Syarat- syarat, Berita
Acara Penjelasan, Berita Acara Rapat Lapangan, serta petunjuk dari Konsultan Perencana,
Konsultan Pengawas dan Tim Teknis Pengelola Proyek.
11. Dalam melaksanakan pekerjaan, Kontraktor wajib melakukan pendekatan dengan
masyarakat dan pegawai dilingkungan setempat untuk memperoleh dukungan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini.
12. Kontraktor wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan konstruksi yang mengacu
pada Permen PUPR21/PRT/M/2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi
13. Konsultan Pengawas berhak menegur Kontraktor hingga menghentikan pekerjaan, jika
minimum APD tidak tersedia atau tenaga kerja didapati tidak menggunakan APD.
14. Jika terdapat kemungkinan kesulitan pelaksanaan pekerjaan yang akan berdampak pada
keselamatan kerja, kontraktor dibantu oleh konsultan pengawas, wajib meneliti dan
merencanakan metode pelaksanaan yang aman.
15. Jika terjadi kecelakaan kerja akibat kelalaian atau pengabaian penggunaan APD demi
terjaminnya Keselamatan Kerja, sepenuhnya adalah tanggung jawab Kontraktor.

PASAL 4

SYARAT-SYARAT TEKNIK

1. Semua pekerjaan dalam kontrak ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi
persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam Standar Nasional Indonesaia (SNI) dan
peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku.
2. Standar yang berlaku :
 SNI 2847 – 2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung
 SNI 2052 – 2017 tentang Baja Tulangan Beton
 SNI 03 – 7065 – 2005 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing
 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011
 Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar yang tersebut
diatas, maupun standar-standar Nasional lainnya maka diberlakukan standar
Internasional yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya
berlaku standar-standar persyaratan teknis dari negara-negara asal bahan pekerjaan
yang bersangkutan
 Standar untuk spesifikasi Bahan Pabrikan tentang penanganan dan petunjuk kerja.
3. Dokumen yang berlaku :
 Dokumen Lelang berupa Gambar Kerja dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat.
 Petunjuk-petunjuk dari Direksi/Pengawas Lapangan
 Berita Acara Pre Construction Meeting
 Berita Acara Rapat Lapangan
 Perintah tertulis Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas yang disampaikan pada
Buku Harian Lapangan (Buku Direksi) atau surat resmi.
4. Kontraktor wajib menyampaikan Rencana Mutu Kontrak (RMK) dengan melakukan
pemaparan langsung bersama dengan PPK, Unsur Teknis dan Konsultan Pengawas yang
bertujuan untuk mengambil kesepakatan dan jenis material, man power (tenaga kerja),
jangka waktu efektif serta jenis dan mutu beton yang akan digunakan sesuai dengan
kontrak dan lampiran kontrak yang telah dibuat.
5. Kontraktor wajib melakukan Upproval Material sebagai persyaratan untuk disetujui oleh
direksi seperti brosur resmi (user manual) dari produsen yang materialnya digunakan
beserta contoh sampel bahan dan material yang akan digunakan sebelum pekerjaan
berlangsung dilapangan. Baik material pabrikasi maupun material lokal.
6. Pada prinsipnya semua material yang akan digunakan harus mendapat izin/persetujuan
tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas yang diaplikasikan dalam bentuk “Surat
Persetujuan Bahan”. Material yang masuk tanpa persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas
adalah tanggung jawab Kontraktor dan Direksi berhak untuk menolak atau memerintahkan
pembongkaran dan tidak diprogress.
7. Semua material yang masuk kedalam area proyek (digudang dan dilapangan terbuka) tidak
bisa dikeluarkan dari area proyek tanpa izin dari Direksi Proyek/Konsultan Pengawas.
8. Semua pekerjaan hanya bisa dilaksanakan atas izin dari Direksi/Konsultan Pengawas yang
diaplikasikan dalam bentuk “Surat Ijin Kerja”. Pekerjaan yang dilaksanakan tanpa izin
Direksi/Konsultan Pengawas adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak akan diprogres.
9. Kontraktor Pelaksana dalam hal ini Site Manager atau Project Manager dalam setiap
minggu atau waktu yang telah disepakati, melakukan Request Sheet (Rencana Kerja)
untuk disetujui oleh direksi dan konsultan pengawas.

PASAL 5

PENGADAAN BAHAN BANGUNAN

1. Bahan material kerja yang boleh ditempatkan didalam Lokasi Kerja hanyalah bahan-
bahan yang disyaratkan dalam RKS Maupun Gambar-gambar.
2. Penyimpanan bahan material kerja ditempatkan dekat dengan lokasi kerja dan disetujui
lokasinya oleh pihak Pengguna Jasa, dengan keamanan penyimpanan material sepenuhnya
menjadi tanggung jawab kontraktor.
3. Bahan material kerja yang dipakai adalah yang sesuai dengan kualitas serta dimensi yang
disyaratkan dalam RKS maupun Gambar.
4. Apabila suatu bahan yang disyaratkan tidak dapat diperoleh dipasar, sebelum diganti
kontraktor harus Konsultasi terlebih dahulu dengan Direksi/Konsultan Pengawas, dan
penggantian bisa dilakukan setelah ada persetujuannya.
5. Penggantian bahan bangunan yang tidak terdapat di pasar dengan bahan bangunan lainnya
harus sama kualitasnya atau lebih baik dan harus mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi.
6. Bahan bangunan yang dinyatakan ditolak oleh Direksi/Pengawas Tehnik karena cacat atau
tidak sesuai dengan persyaratan yang ditentukan harus segera dipindahkan dan
dikeluarkan dari kompleks pekerjaan selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.

PASAL 6

GAMBAR DAN UKURAN

1. Gambar yang berlaku adalah gambar rencana Arsitektur, Struktur, Mekanikal, Elektrikal
dan Plumbing yang termuat dalam Dokumen Kontrak.
2. Jika terdapat selisih ukuran antara Gambar Rencana dengan kondisi lapangan, kontraktor
wajib untuk membuat Shop Drawing yang mengacu pada kondisi lapangan tersebut
dengan tidak mengganti spesifikasi bahan yang direncanakan.
3. Shop Drawing harus diperiksa oleh Konsultan Pengawas dan mendapat persetujuan dari
Konsultan Perencana dan diketahui oleh Pengguna Jasa.
4. Kontraktor wajib membuat Shop Drawing, Shop Drawing adalah gambar atau kumpulan
gambar yang dihasilkan oleh kontraktor, pemasok, produsen, ataupun sub kontraktor. Shop
Drawing biasanya diperlukan untuk prefabrikasi komponen. Contoh ini meliputi ; lift, baja
struktural, gulungan, pra-cor, jendela, peralatan, lemari, unit penanganan udara, dan
millwork. Juga penting adalah gambar instalasi dan toko koordinasi MEP perdagangan
seperti lembaran membutuhkan saluran kerja logam, pipa, pipa, perlindungan kebakaran,
dan listrik. Shop Drawing biasanya menampilkan Lebih detail dari dokumen konstruksi,
model shop drawing biasanya sangat berbeda dari gambar perencanaan. Dalam Membuat
shop drawing haruslah memperhatikan dan Memahami kemampuan pengguna Agar
nantinya gambar shop drawing tidak akan menyulitkan pengguna dalam memahami dan
dapat mengindari terjadinya kesalahan pelaksanaan serta kesalahan persepsi. Gambar shop
drawing merupakan sebuah media komunikasi yang efektif antara design dan pelaksanaan.
Oleh karna itu gambar shop drawing harus dibuat dengan tingkat detail yang lebih baik.
5. Direksi pekerjaan dan konsultan pengawas, berhak untuk memerintahkan Kontraktor
untuk membuat gambar kerja (shop drawing) atas bagian-bagian pekerjaan yang
memerlukan penjelasan lebih detail.
PASAL 7

TITIK DUGA ( PEIL )

1. Ukuran tinggi titik duga (peil) + 0,00 yang dinyatakan dalam gambar disesuaikan dengan
keadaan site.
2. Ukuran tinggi titik duga (peil) dinyatakan dengan suatu tanda tetap dan dipasang pada
tempat yang tidak mudah terganggu.
3. Pembuatan/pemasangan tanda tetap ini dikerjakan oleh Kontraktor dengan petunjuk dan
persetujuan Direksi/Pengawas Tehnik.

PASAL 8

PEKERJAAN PEMBONGKARAN

1. Lingkup Pekerjaan yang termasuk pekerjaan pembongkaran adalah :


 Pembongkaran Beton
 Pembongkaran Dinding Bata
 Pembongkaran Lantai keramik
 Pembongkaran Plafond
 Pembongkaran Kusen
 Pembongkaran Atap
2. Syarat – syarat pekerjaan :
 Kontraktor harus menyediakan buruh terampil dan diberikan peralatan keselamatan
pekerjaan yang memadai.
 Daerah pekerjaan yang akan dibongkar termuat dalam gambar rencana.
 Kontraktor harus membuat rencana kerja pembongkaran yang dapat bersinergi dengan
jam kerja kantor. Selama pekerjaan berlangsung operasional kantor tidak berhenti.
 Kontraktor wajib memberikan pelindung atau minimal garis pembatas antara daerah
kantor dan daerah yang sedang dikerjakan.
 Pada pembongkaran kusen pintu dan jendela, diharapkan seminim mungkin
memberikan dampak keretakan pada dinding sekitarnya. Namun jika keretakan
terjadi, kontraktor wajib memperbaiki atau membongkar dan memasang kembali
pasangan dinding
 Pembongkaran dinding yang masih menyisakan pasangan menggantung, dibawahnya
wajib di pasangi penopang dinding berupa perancah sementara yang terbuat dari kayu
atau scafolding.
 Jika pada area kerja terdapat Utilitas yang masih berfungsi seperti pipa - pipa, kabel-
kabel, yang berada diatas plafond, di dalam dinding, di bawah lantai, Kontraktor harus
melindungi jangan sampai terjadi kerusakan selama pelaksanaan pekerjaan ini.
 Sisa-sisa bahan pekerjaan kecuali sisa pembongkaran dinding, lantai, dan plafond
harus disusun dan diletakan secara baik.

PASAL 9

PEKERJAAN PEMBERSIHAN

1. Lingkup Pekerjaan yang termasuk dalam pekerjaan pembersihan adalah :


 Pembersihan lokasi sebelum mulai pekerjaan, termasuk mengeluarkan barang-
barang yang masih terletak dalam bangunan
 Pembersihan material sisa pembongkaran, termasuk memilah bahan yang dapat
disimpan dan yang akan dibuang.
 Pembersihan material sisa pekerjaan.
2. Syarat – syarat pekerjaan :
 Daerah yang dilakukan pembersihan berdasarkan pada Site Plan. Perhatikan pula item
eksisting yang tidak dilakukan pembongkaran untuk diamankan sedemikian rupa agar
tidak terjadi kerusakan ataupun perubahan saat proses kontruksi.
 Pembersihan dilakukan secara kontinyu, agar tidak terjadi penumpukan sisa material
di area kerja yang dapat mengganggu operasional kantor.
 Material sisa pembongkaran dibawa keluar areal puskesmas dan dibuang ke TPA
terdekat.

PASAL 10

PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOWPLANK

1. Pengukuran dan pemasangan Bouwplank dilakukan sekaligus untuk seluruh site, agar
pengaturan peletakan bangunan tidak meleset serta menjaga kemungkinan perubahan-
perubahan atau penggeseran-penggeseran sesuai keadaan.
2. Untuk mendapatkan ukuran yang tepat sesuai rencana, pengukuran harus menggunakan
alat yang tepat untuk menentukan titik duga (peil) dan untuk menentukan titik as/axis
kesikuan bangunan.
3. Bila bowplank menggunakan bahan Kayu, diwajibkan kualitas kayu harus baik dengan
struktur yang kokoh dan tidak mudah patah.

PASAL 11

PEKERJAAN GALIAN

1. Lingkup pekerjaan yang termasuk dalam pekerjaan galian adalah :


 Penggalian tanah pondasi batu
 Penggalian tanah pondasi beton
 Penggalian tanah bor pile
2. Syarat-syarat pekerjaan :
 Galian tanah harus dilaksanakan untuk pondasi : telapak dan fondasi batu kali yang
harus di laksanakan menurut ukuran-ukuran yang dinyatakan dalam gambar yang
bersangkutan dan keadaan tanah ditempat.
 Untuk galian pondasi ukuran kedalaman minimum sesuai gambar, maksimun
mencapai tanah keras, kecuali bila kedalaman tanah keras lebih dua kali ukuran yang
ditentukan dalam gambar. Dalam keadaan ini Direksi/Pengawas Teknik dapat
mengambil kebijaksanaan untuk mengubah Konstruksi dan atau ukuran tanpa
mengurangi kekuatan konstruksi.
 Untuk menjaga keamanan pekerjaan, tanah galian dibuang sejauh minimum 1 meter
dari tepi lubang galiang dan tidak menimbuni dan merusakan Bouwplank.
 Jika galian tersebut tergenang air hujan atau rembesan dari kiri kanan akibat air tanah,
air dan lumpur harus dikeluarkan. Untuk ini Kontraktor harus menyiapkan pompa air.
 Tanah bekas galian yang tidak dipakai harus diangkat ke luar lokasi pekerjaan
semuanya atau kalau memungkinkan diratakan ke seluruh halaman hingga halaman
berkesan bersih.

PASAL 12

PEKERJAAN URUGAN

1. Lingkup Pekerjaan yang termasuk dalam pekerjaan urugan adalah :


 Pekerjaan urugan kembali bekas galian pondasi
 Pekerjaan urugan tanah bawah lantai
 Pekerjaan urugan pasir bawah lantai
 Pekerjaan urugan lain yang termuat dalam gambar
2. Syarat-syarat pekerjaan :
 Urugan tanah dilaksanakan dibawah lantai dan kalau perlu perbaikan permukaan
tanah di sekitar bangunan seperti tertera pada gambar, dan harus dilaksanakan lapis
demi lapis.
 Ketebalan hamparan urugan lapisan tanah yang diperkenankan maksimun 30 cm -
setiap lapis, kemudian dipadatkan sehingga pada ketebalan yang ditentukan urugan
tanah tersebut mencapai tingkat kepadatan yang diinginkan. Pemadatan dilaksanakan
menggunakan alat pemadat (stamper).
 Urugan pasir dilaksanakan bawah lantai cor atau pada pekerjaan lain yang menurut
Direksi/Pengawas Tehnik dibutuhkan.
 Urugan pasir dihampar lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 20 cm.
Pemadatan dilakukan lapis demi lapis dengan stamper dan menyiram air secukupnya,
hingga menghasilkan pemadatan yang baik.
 Pasir yang dipakai harus pasir kali, bersih dari lumpur, tanah dan humus dan tidak
mengandung garam atau mineral lainnya.
 Pengurungan kembali bekas galian harus disertai dengan pemadatan sehingga
minimal sama dengan keadaan tanah sebelum digali.
 Tidak dibenarkan menguruk galian dengan tanah yang mengandung lumpur dan sisa
tumbuh-tumbuhan.

PASAL 13

PEKERJAAN BOR PILE

Pondasi pada bangunan ini menggunakan pondasi Bore Pile dengan pile cap. Ukuran
Bore Pile, dengan penempatan ditunjukkan dalam kerja.
1. Lingkup Pekerjaan
a. Penentuan titik-titik posisi tiang di lapangan sesuai dengan gambar rencana.
b. Mobilisasi dan demobilisasi alat.
c. Penyediaan peralatan.
d. Pengadaan regu kerja.
e. Pengerjaan tiang bor pada area pile cap dengan ukuran diameter 500 mm
dengan panjang tiang 6-8 m dari muka tanah
f. Percobaan beban.
g. Penyerahan semua data seperti yang telah ditetapkan
h. Pemotongan kelebihan tiang (bila diperlukan).
2. Syarat-syarat pekerjaan :
Tahapan pengerjaan atau pelaksanaan tiang bor haruslah mengikuti urutan berikut:

a. Pengeboran

- Pengeboran harus dilakukan dengan alat pengebor yang disetujui dan


dilengkapi dengan “buckets” dan “auger”. Perlengkapan ini harus mampu untuk
mengebor dan menembus lensa lapisan kedap air, batuan besar (boulders),
shales, stiff clays, gravel, dan pasir.
- Bila kondisi tanah yang dibor tidak stabil, sehingga cenderung longsor atau
aliran air tanah masuk ke pile shaft, maka kontraktor harus memasang
Casing Baja sementara dengan tebal minimum 6 mm dandengan diameter
tidak boleh kurang dari diameter tiang bor yang diperlukan untuk
mengatasinya. Sambungan casing haruslah kedap air.Pemilihan penggunaan
casing penuh atau sebagian, sepenuhnyatanggung jawab kontraktor.
- Apabila untuk mencabut casing dipakai metoda alat penggetar (vibrator), maka
harus dipasang tulangan tambahan.
- Dalam mengatasi kelongsoran, selain menggunakan casing sementara,
sebagai pilihan dapat juga digunakan metoda dengan penggunaan bahan
bentonite. Level campuran bahan bentonite didalam lubang bor harus dijaga
agar tetap berada diatas level air tanah. Hal tersebut harus dilakukan sampai
pengeboran mencapai lapisan pendukung.
- Data pengeboran terdiri dari dalamnya pengeboran, klasifikasi jenis tanah yang
berasal dari lubang bor dan setiap gangguan yang terjadi selama pelaksanaan
pengeboran haruslah dibuat selengkap mungkin Pelaksanaan pengeboran harus
dilakukan sampai mencapai kedalaman seperti yang disyaratkan. Segala macam
endapan dan longsoran dari dasar lubang bor yang akan mempengaruhi hasil
dari tiang bor harus dikeluarkan sampai bersih.
b. Penulangan beton: Mutu tulangan beton yang akan dipakai haruslah sebagai
berikut:

- Persyaratan umum untuk penulangan beton harus sesuai dengan standar-


standar yang berlaku.
- Untuk tulangan sengkang dengan besi diameter 10 mm, untuk tulangan
pokok dengan diameter 16 mm. dengan mutu BjTP 280 dan BjTS 420B
- Penyediaan anyaman tulangan sesuai dengan desain baik dalam hal diameter,
jumlah maupun jarak tulangan. Tulangan yang telah disiapkan tersebut haruslah
dalam kondisi baik, tanpa tanda-tanda karat pada waktu diperlukan.
- Anyaman tulangan harus ditunjang dengan kuat secara sentris diluar lubang
bor supaya tidak terjadi gerakan/pergeseran pada waktu pengecoran
- Selimut beton minimum harus 7.5 cm.
- Tulangan tiang bor harus sesuai dengan gambar desain, jenis, ukuran dan
panjang dari setiap bagian dari elemen tulangan.

c. Pembetonan

- Persyaratan umum untuk pekerjaan beton harus sesuai dengan standar- standar
yang berlaku.

- Pengukuran, pengadukan, pengangkutan dan pengecoran beton harus sesuai


dengan ACI 304-73

- Untuk setiap tiang bor, harus diambil 3 (tiga) buah contoh silinder. Satu untuk
percobaan 7 hari, satu untuk 14 hari dan satu lagi untuk percobaan 28
hari. Percobaan beton harus dilakukan dilaboratorium resmi yang diakui.

- Persyaratan mutu beton adalah K 250 pada umur beton 28 hari dengan slump
minimum 180 mm dan maximum 200 mm. Maksimum waktu pengikatan 4 jam.

- Pengecoran tiang bor harus sesegera mungkin pada hari yang sama.

- Selama pengecoran beton, perlu diperhatikan waktu tunggu antara mixer yang
satu dengan berikutnya lebih kecil dari yang disyaratkan untuk waktu
pengikatan awal dari beton.

- Pipa tremie yang dipakai harus mempunyai diameter minimum 20 cm dan


corong penerima harus mempunyai kapasitas sedikitnya sama dengan pipa yang
bersangkutan.
- Pipa tremie harus dipasang pada posisi sedemikian agar dasar dari pipa
sedikitnya 1.50 m dibawah permukaan beton pada setiap tahap dari
pembetonan.

- Selama pembetonan, sebelum setiap bagian dari pipa tremie dicabut dan
dilepas, kepala tiang harus diukur levelnya.

- Pipa harus mencapai dasar dari tiang bor. Sambungan tiang harus memakai
“quick-acting coupling” agar setiap bagian dapat dilepas seperti disyaratkan
tanpa keterlambatan. Sambungan harus dibuat kedap air

- Ujung atas pipa harus dihubungkan dengan corong dengan ukuran yang
memadai untuk panjang pipa yang dipakai dan untuk jumlah beton yang akan
dituang. Pengaturan untuk menaikkan atau menurunkan corong dan pipa
harus diawasi.

- “Sliding Plug” sumbat yang dapat meluncur (seperti jaring kawat/ kawat ayam
yang dibungkus lembaran plastik harus ditempatkan lebih dulu yang akan
terdorong turun kedasar pipa oleh berat campuran beton yang dituang
pertama untuk mencegah tercampurnya adukan beton dengan air didalam
pipa.

- Perlengkapan sounding harus diadakan untuk memeriksa level dari permukaan


beton dan memastikan bahwa pipa tertanam pada kedalaman yang memadai
untuk mempertahankan kekedapan udara dan menjaga aliran beton. (untuk
CSL tes)

- Corong harus dibebani dengan teratur dan menerus tanpa penundaan untuk
mempertahankan pengaliran (campuran beton) dan mencegah pipa dari
penyumbatan. Dengan pemeriksaan yang teliti beton harus mengalir bila
pipa berangsur-angsur dinaikkan. Apabila diperlukan menghentak pipa
untuk menghentikan beton, maka perhatian yang cukup perlu diberikan
untuk mencegah kecelakaan akibat tercabutnya dasar pipa dengan resiko
terganggunya kekedapan beton.

- Pada kejadian terganggunya kekedapan beton, harus diambil (dicatat) data


dari kedalaman yang terganggu tersebut dan pipa harus diisi kembali
dengan memakai “sliding plug” (sumbat yang dapat meluncur) dan
diperhatikan untuk menghindari menghamburnya air dari pipa.
- Pipa tremie harus tetap terpasang sampai ujung atas pengecoran berada 1m
diatas level “cut off” sehingga beton akan berada 75 mm dari level yang
disyaratkan setelah lapisan permukaan yang jelek dipotong dan dibuang.

- Volume sebenarnya dari beton yang dipakai harus didata dan


diperiksa/dicocokan dengan perhitungan volume yang disyaratkanuntuk
mendeteksi kemungkinan pengecilan datau pembesaran penampang tiangbor.

- Segera setelah pengecoran beton selesai, level atas dari tiang percobaan harus
didata dan dihubungkan kesuatu “bench mark”.

d. Toleransi Pelaksanaan

- Kecuali jika ada pengeboran yang miring, lubang harus dibor vertikal dan
bila terjadi kemiringan maka toleransi kemiringan yang diijinkan adalah
1:80.

- Posisi titik bor tidak boleh bergeser/menyimpang lebih dari 7,5 cm dari lokasi
yang ditentukan pada semua arah pada cut off level.

- Deviasi dari level permukaan fondasi dari transfered bench mark terdekat
adalah 20 cm.

- Bila ternyata toleransi tersebut tidak dipenuhi maka wajib dilakukan pekerjaan
perbaikan/penambahan.

e. Tahapan pekerjaan tiang.

Apabila lima atau lebih tiang bor harus dilaksanakan dalam satu kelompok,
tiang yang ditengah harus dilaksanakan lebih dulu, diikuti tiang berikutnya
dari tengah ke arah luar, urutan pengerjaan tiang haruslah sesuai. Pengerjaan tiang
didekat tiang yang baru dikerjakan tidak boleh dilakukan sebelum lewat 7 (tujuh)
hari atau pada jarak minimum 6 m .

f. Pemotongan kepala tiang dan penyambungannya.


- Pada waktu pengerjaan tiang telah selesai, kontraktor bila perlu harus
memotong kepala tiang diatas level yang disyaratkan seperti ditunjukkan pada
gambar dan meninggalkan minimum sepanjang 40 centimeter dari tulangan
untuk disambungkan kedalam “pile cap” (pur).
- Segera setelah pekerjaan tiang selesai, kontraktor harus menggali dan
memotong tiang lagi bila diperlukan dan segera diikuti dengan memeriksa level
dan memberikan detail yang akurat dari hasil posisi tiang dibandingkan
dengan posisi yang diberikan pada gambar layout tiang.

g. Bahan-bahan galian

Bahan-bahan galian dari lubang bor dan pur harus dibuang keluar “site”
ketempat yang telah ditentukan.

i. Pengurugan kembali “back filling”

Kontraktor tiang bor harus mengurug kembali dan memadatkan kekosongan


antara ujung atas tiang bor dan permukaan tanah,dengan pasir atau bahan lain
yang disetujui. Pengurugan kembali harus dilakukan sedikitnya 2 (dua) hari
setelah pengerjaan tiang bor selesai.

j. Meluruskan kembali tulangan beton pada waktu pekerjaan merapikan

kepala tiang bor, kontraktor harus membengkokan dan meluruskan kembali


tulangan bor pile tersebut.

k. Tiang-tiang yang ditolak

Setiap tiang bor yang tidak terlaksana dengan betul sesuai dengan spesifikasi
harus ditolak.

- Tiang-tiang dapat ditolak karena alasan-alasan seperti: mengecilkan diameter


tiang bor (elevasi pipa tremie yang terbenam kurang dari 1.5 m dibawah elevasi
beton), perlengkapan rusak, pengiriman beton tidak tepat waktu sehingga
menggangu karena pengecoran melampaui waktu
pengikatan, kegagalan pada percobaan pembebanan, mutu beton tidak
sesuai dan lain sebagainya.
- Alasan-alasan untuk mencurigai tiang-tiang antara lain: membiarkan lubang
bor semalaman, kedalaman lubang bor lebih besar daripada waktu dibersihkan,
waktu tunggu antara tiap tahapannya terlalu lama.
k. Kontroling Pekerjaan Pondasi Bored Pile

Dalam setiap pekerjaan konstruksi harus dilakukan suatu pengwasan terhadap


bagian-bagian pekerjaan yang terdapat dalam proyek konstruksi tersebut dan dalam
penerapannya bisa dilakukan dengan beberapa cara baik infeksi secara langsung
atau menganalisis suatu progres atau pengawasan pekerjaan melalui diagram atau
bartchart yang sudah dibuat. bar chart dan pilling record fungsi dari media
tersebut berbeda namun memiliki tujuan yang sama yaitu sebagai kontroling
terhadap suatu pekerjaan agar tercapainya standar biaya, mutu dan waktu sesuai
yang direncanakan.

l. Bar chart

Adalah diagram alur pelaksanaan pekerjaan yang dibuat untuk menentukan


waktu penyelesaian pekerjaan yang dibutuhkan. Dan hal-hal yang dimunculkan
dalam bar chart adalah :

- Jenis pekerjaan
- Durasi waktu pelaksanaan pekerjaan
- Alur pekerjaan

m. Piling Record

Adalah suatu bentuk laporan yang menganalisis jumlah kebutuhan volume


beton terhadap lubang bored pile. Dan laporan ini menjadikan suatu bukti untuk
penagihan pembayaran pekerjaan yang diajukan pihak ke kontraktor kepada pihak
owner

PASAL 14

PEKERJAAN PILE CAP DAN TIE BEAM

Pekerjaan ini merupakan pekerjaan awal dari stuktur atas (upper structure) setelah
pekerjaan struktur bawah (sub structure) selesai dilaksanakan. Semua bahan yang
digunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku. Adapun
pekerjaan pile cap dan tie beam ini meliputi :

1. Lingkup Pekerjaan
a. Penulangan pile cap dan tie beam
b. Bekisting pile cap dan tie beam
c. Pengecoran pile cap dan tie beam
d. Pembongkaran bekisting pile cap dan tie beam
2. Syarat-syarat pekerjaan :
a. Langkah-langkah pembesian pile cap :
- Menentukan daftar lengkungan bengkok besi, dimana digunakan besi D 16
mm, dengan jarak antar tulangan 150 mm sama untuk semua pile cap tetapi
berbeda untuk jumlah tulangan dan tinggi pile cap sesuai dengan gambar
rencana.
- Semua besi yang telah disediakan kemudian dibengkokkan sesuai dengan
daftar diatas kemudian dirakit diluar lokasi sesuai dengan gambar rencana.
Digunakan kawat bendrat sebagai lekatan antar tulangan.
- Tulangan pile cap yang telah jadi kemudian diangkat dan dipasang pada lokasi
pile cap yang telah ditentukan.
- Tulangan pile cap dilekatkan dengan tulangan luar pondasi tiang pancang yang
telah dihancurkan betonnya dengan menggunakan kawat bendrat sehingga
tulangan pile cap tampak benar-benar kuat dan kokoh.
b. Langkah-langkah pembesian tie beam:
- Penyediaan tulangan besi yang akan digunakan sesuai dengan yang tertera
didalam gambar rencana, yaitu besi D 16 mm dengan jarak sengkang 150 mm
- Tulangan dipasang dilokasi didahului dengan tulangan pokok untuk
mempermudah pekerjaan.
- Sengkang dipasang dengan jarak 150 mm sama untuk keseluruhan tulangan. .
- Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan kawat bendrat agar jaraknya
tidak berubah.
- Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan pokok harus dilakukan
selang-seling dan penempatan sambungan di tempat-tempatdengan tegangan
maksimum sedapat mungkin dihindari.
- Sambungan lewatan harus ada overlapping / tidak sejajar antara tulangan atas
dengan tulangan bawah. Dipasang beton decking padatulangan sloof tersebut
yang berfungsi untuk membuat selimut pada beton sehingga tidak ada tulangan
yang tampak karena dapat menyebabkan tulangan berkarat. Tebal beton
decking yang dipasang harus disesuaikan dengan tebal selimut beton yang
direncanakan
c. Pembuatan dan pemasangan bekisting untuk pile cap adalah sebagai berikut :
- Mengadakan pengukuran dan penandaan / marking posisi bekisting yang akan
dipasang dimana untuk tiap-tiap pile cap berlainan ukurannya tergantung
berapa titik pondasi yang menahannya.
- Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran pile cap masing-masing, dimana
digunakan kayu multipleks.
- Bekisting diolesi dengan menggunakan mud oil agar tidak terjadi kesulitan-
kesulitan pada waktu. pembongkaran bekisting.
- Bekisting dipasang tegak lurus pada lokasi pile cap yang sudah diberi tanda
kemudian bekisting yang, sudah terpasang seluruhnya dikunci dengan
menggunakan kayu 8 / 12 dan paku secukupnya agar kedudukan bekisting
tersebut tetap stabil, tidak mengalami goyangan pada waktu. pengecoran
dilaksanakan.
d. pembuatan dan pemasangan bekisting untuk tie beam adalah sebagai berikut:
- Mengadakan marking posisi bekisting yang akan dipasang.
Pemotongan papan kayu dan perakitan bagian-bagian bekisting yang akan
dibuat disesuaikan dengan ukuran tie beam tersebut.
- Sebelum bekisting dipasang, terlebih dahulu bekisting dibagian dalam diolesi
dengan menggunakan mud oil, hal ini berfungsi agar pada waktu
pembongkaran bekisting tidak mengalami kesulitan.
- Pemasangan bekisting tegak lurus pada lokasi tie beam yang telah ditentukan
kemudian dikunci dengan menggunakan kayu 8 / 12 dan paku secukupnya
sebagai penahan goyangan.
e. Adapun langkah-langkah pengecoran antara pile cap dan tie beam pada umumnya
sama sehingga diringkas dijadikan satu. Langkah-langkah tersebut antara lain:
- Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran dan air yang
menggenang dengan menggunakan pompa air.
- Membuat tanda / marking pada bekisting yang menunjukan batas berhentinya
pengecoran baik pada bekisting pile cap maupun bekisting tie beam
- Mengatur dan mengarahkan penuangan beton sesuai dengan metode
pelaksanaan.
- Agar semua adonan beton dapat masuk kedalam tulangan pile cap dan tie beam
maka digunakan alat vibrator untuk meratakanya serta ditekan dengan tekanan
tinggi agar beton tersebut dapat memadat.
- Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat pelaksanaan pengecoran.
- Menghentikan pengecoran dan meratakan serta menghaluskan permukaan
beton dengan menggunakan alat pertukangan manual / plester

PASAL 15

PEKERJAAN PONDASI BATU

1. Lingkup pekerjaan yang termasuk dalam pekerjaan pondasi batu adalah :


 Pekerjaan pasangan batu kosong
 Pekerjaan pasangan pondasi batu
2. Syarat-syarat pekerjaan :
 Pasangan batu kosong harus disusun sedemikian rupa memenuhi lebar galian dengan
celah-celah antar batu yang di isi oleh urugan pasir dan disiram air hingga padat.
 Pondasi batu kali dibuat untuk pondasi penahan tanah dan pondasi praktis dibawah
lantai beton bertulang, sebagaimana yang tercantum dalam gambar.
 Batu yang dipakai harus dari jenis yang keras dan tidak keropos, sudah dipecah serta
mempunyai gradasi baik dengan diameter minimum 15 dan maximum 35 cm.
 Adukan yang digunakan pada pekerjaan pondasi ini terdiri dari 1 bagian semen dan
4 bagian pasir. Dalam pemasangannya tidak dibenarkan sisi-sisi batu saling
bersentuhan, di antara batu harus terisi adukan.
 Baik batu, pasir maupun air adukan yang dipakai pada pekerjaan ini harus bersih dari
lumpur dan kotoran-kotoran lainnya.

PASAL 16

PEKERJAAN BETON BERTULANG STRUKTURAL SITE MIX K 250

1. Lingkup pekerjaan yang termasuk dalam pekerjaan beton bertulang struktural site mix
K250 adalah :
 Pekerjaan pondasi plat kaki
 Pekerjaan kolom pedestal
 Pekerjaan balok sloof
 Pekerjaan beton lainnya yang termuat dalam gambar
2. Peraturan-peraturan mengenai pelaksanaan pekerjaan beton yang tidak tercantum dalam
RKS ini, dipakai peraturan yang termuat dalam PBI 1971 dan SNI 2847 : 2013
(Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung) sebagai syarat, dan berlaku
sepenuhnya.

3. Bahan :
a. Semen
 Semen yang dipakai adalah Semen Portland (PC) dengan kualitas setara merk
TigaRoda/Bosowa/Tonasa, atau sejenisnya.
 Kontraktor diharapkan hanya menggunakan 1 (satu) merk semen untuk semua
pekerjaan.
 Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
b. Pasir
 Pasir (Agregat halus) tidak boleh mengandung bahan organis, kotoran, debu, tanah
dan lumpur. Pasir halus terdiri dari butir-butiran tajam dan keras, kekal tidak pecah
atau hancur oleh cuaca dan hujan.
 Agregat halus harus terdiri dari butiran dengan ukuran sbb:
o Ø 0,25 mm - 1 mm minimum = 80 - 95 % berat.
o Ø 1,00 mm - 4 mm maximum = 3 -12 % berat.
o Ø >4 mm maximum = 3 % berat.
Dengan pengertian pasir sangat halus dengan diameter lebih kecil dari pada 0,25
mm dan butiran kasar diatas 4 mm tidak boleh terdapat dalam pasir tersebut.
c. Batu Pecah
 Batu Pecah (agregat kasar) harus terdiri dari butir-butir keras dan tidak berpori.
 Paling sedikit tiga sisi batu merupakan sisi pecahan. Kerikil bulat idak boleh
dicampurkan
 Agregat kasar tidak boleh mengandung kotoran dan lumpur. Apabila terdapat
kotoran dan lumpur harus dicuci dengan menyemprotnya dengan air bertekanan
minimum 2 atmosfer.
 Butir agregat kasar adalah sbb:
o Ø butir tidak boleh lebih besar dari pada 35 mm.
o Ø butir tidak boleh lebih kecil dari pada 15 mm.
o Ø 0 - 30 mm berkisar antara 75 % berat.
d. Besi Beton
 Baja beton yang digunakan mutu yang digunakan BjTS 420B ,
untukpekerjaan pondasi foot plate, sloof, kolom, balok dan plat dak.

e. Kawat Pengikat
 Kawat Pengikat besi beton dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng dengan
diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.40 mm.
 Kawat pengikat besi beton harus memenuhi syarat SNI 2847 : 2013 (Persyaratan
Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung).
f. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam
alkali, dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat menurunkan mutu
pekerjaan.
4. Campuran Beton :
a. Jenis adukan beton yang disyaratkan adalah Site Mix, artinya pengadukan beton
dilakukan langsung di lokasi kerja, maka diwajibkan kontraktor untuk mengadakan
dan menggunakan alat pengaduk mekanis dengan dikontrol oleh tenaga yang ahli.
Tidak disarankan mengaduk secara manual oleh tenaga manusia.
b. Kualitas mutu Beton yang disyaratkan adalah K 250, dengan isi 1 bagian semen, 2
bagian pasir, 3 bagian kerikil dalam volumenya, atau mengikuti yang disyaratkan
dalam SNI 7394 : 2008. Berat isi semen 384 kg/m3.
c. Kontraktor dapat pula menggunakan mix design beton sendiri dengan mutu yang
disyaratkan dan telah di uji pada laboratorium instansi yang berwenang (PU, UNTAD,
dsb).
d. Slump (kekentalan beton) yang disyaratkan adalah 12 ± 2 cm.
e. Bahan beton harus ditakar dalam sebuah bak takar yang terbuat dari papan yang cukup
kuat dan awet, dengan ukuran isi bak takar adalah Panjang 50 cm, Lebar 36 cm dan
Tinggi 18 cm.
f. Bak Takar telah disesuaikan dengan ukuran semen 1 Zak (50 kg).
g. Kontraktor harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kualitas campuran dan
kualitas beton.
5. Bekisting :
a. Seluruh pekerjaan bekisting menggunakan Multipleks 9mm atau papan yang telah
disekap halus dengan ketebalan ≥ 150mm sebagai alas dan kayu daerah yang cukup
kuat sebagai skor dan penyangga.
b. Untuk mendapatkan hasil cetakan yang memenuhi syarat, pekerjaan bekisting harus
dikerjakan oleh tukang yang ahli dan direncanakan dengan tepat.
c. Celah-celah antara papan bekisting harus cukup rapat, agar pada waktu mengecor
tidak ada air semen yang lolos. Sebelum mulai mengecor, bagian dari bekisting harus
disiram air dan dibersihkan dari kotoran dan bagian konstruksi yang bersambungan
disiram dengan air semen kental.
d. Pembongkaran bekisting harus memenuhi persyaratan umur beton yaitu minimal 14
hari untuk plat, 10 hari untuk balok dan 3 hari untuk kolom dan Plat lantai dasar.
6. Dimensi struktural beton :
a. Dimensi semua bagian beton tertera pada Gambar Kerja
b. Gambar detail adalah gambar yang menentukan pelaksanaan. Jika terdapat ketidak
cocokan pada ukuran pada gambar, pemborong diwajibkan menanyakan perbedaan
tersebut pada Direksi. Keputusan ada ditangan Direksi dan dinyatakan secara tertulis.
Keputusan ini dilampirkan dalam laporan harian/mingguan.
c. Besar diameter besi tulangan harus sesuai dengan ketentuan dalam gambar. Ukuran
yang dicantumkan dalam gambar adalah ukuran penuh teknis, yaitu ukuran riil
diameter besi itu yang diukur menggunakan jangka sorong (kaliper) di lapangan. Jika
suatu diameter tidak terdapat dipasaran, Kontraktor diwajibkan
membicarakan/konsultasi terlebih dahulu dengan Direksi. Perubahan dimensi besi
tulangan ini harus dilakukan berdasar perhitungan yang dapat dipertanggung-
jawabkan dan disampaikan secara tertulis. Ukuran yang ditentukan gambar adalah
ukuran minimum.
7. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penawaran yang menimbulkan kerugian Kontraktor dan
menjadi hal yang menyebabkan pertentangan dalam proses pembangunan di lapangan
antara kontraktor dengan Direksi/Pengawas Lapangan maka dalam Rapat Pre Construction
Meeting hal ini harus sudah menjadi kesepakatan bersama, yaitu Panitia Lelang dengan
bantuan Konsultan Perencana telah memberikan gambar ukuran besi beton dengan skala 1
: 1, sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja.
8. Pengawasan terhadap proses pelaksanaan pembesian ini harus dilakukan secara kontinyu
mulai dari bahan yang didatangkan, pemotongan, pembuatan bentuk sampai perakitannya.

Pengawasan yang kontinyu ini diperlukan untuk menghindari kelambatan proses


pelaksanaan pekerjaan sekiranya terpaksa harus ada sebagian bahan yang tidak boleh
dipasang karena ukuran tidak sesuai syarat.
9. Kesalah fahaman terhadap ukuran diameter besi beton harus diselesaikan beradasarkan
benda acuan yang keberadaannya telah disepakati bersama.
10. Dalam pengecoran harus dibantu dengan Vibrator agar hasil pengecoran menjadi padat dan
merata. Dalam melakukan vibrasi ini ujung penggetar tidak boleh mengenai tulangan
hingga mengurangi daya rekat beton dengan baja tulangan. PBI 1971 - N2 berlaku
sepenuhnya.
11. Apabila hasil pengecoran ternyata sangat jelek dan tidak dapat ditoleransi, maka kontraktor
diwajibkan membongkar seluruh hasil pekerjaan yang tidak memenuhi syarat dan
melakukan pengecoran kembali sesuai dengan mutu yang disyaratkan atas tanggungan
biaya kontraktor sendiri. Baik dan jeleknya hasil pengecoran secara visual dapat dilihat dari
keroposnya kolom dan balok-balok atau dari pengujian di lapangan.
12. Pengecoran tidak boleh dilakukan pada saat hujan yang dapat melarutkan air semen dan
merusak mutu beton yang direncanakan. Pada kondisi seperti ini pengecoran harus
dihentikan. Pada saat hujan, hasil pengecoran pada hari dan jam-jam yang pertama harus
terlindung dari hujan dengan memasang tenda terpal atau plastik, terutama pada
pengecoran lantai dan balok-balok.
13. Dalam kondisi normal, pengecoran tidak boleh dihentikan dengan alasan apapun. Oleh
sebab itu Kontraktor diwajibkan mempersiapkan pekerjaan pengecoran ini sebaik-baiknya
terutama pengadaan semen. Apabila terpaksa, pengecoran dapat dihentikan di tempat-
tempat yang aman dan terencana. Penghentian pengecoran yang terpaksa ini tempatnya
harus disetujui Direksi. Selang pengecoran tidak boleh lebih dari 24 jam.

PASAL 17

PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA

1. Pasangan dinding batu bata umumnya adalah 1/2 batu, kecuali bila gambar kerja
menentukan yang lain.
2. Pada panjang setiap 2.50-3.50 m, pasangan bata 1/2 batu perlu penguat kolom praktis
beton bertulang, dengan dimensi, penulangan dan penempatan sesuai dengan gambar.
Apabila panjang pasangan bata = 4,00 m, maka jarak kolom praktis adalah 2,00 m, kecuali
bila gambar kerja menentukan yang lain

3. Adukan yang digunakan untuk pasagan batu bata terdiri dari 1 bagian semen dan 5 bagian
pasir.
4. Segera setelah pasangan batu bata selesai, siar-siarnya dikeruk sedalam 1 cm agar
plesteran dapat melekat dengan baik.
5. Batu bata yang akan dipasang harus berkualitas baik dengan ukuran panjang, tebal dan
tinggi seragam dan kekuatannya dapat mencapai tegangan tekan minimum 15 kg/cm2.
6. Sebelum dipasang, bata hendaknya direndam/disiram air sampai jenuh. Pemasangan harus
rapi sesuai dengan syarat pekerjaan yang baik. Bata potongan yang lebih kecuali dari pada
separuh ukuran utuhnya tidak boleh dipakai.
7. Pasangan batu bata gewel, harus diperkuat dengan ringbalok beton bertulang praktis pada
atasnya.
PASAL 18

PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN

1. Untuk semua plesteran seperti finishing pasangan tepi lantai dan beton, digunakan 1 bagian
semen dan 5 bagian pasir. Sebelum adukan plester dilekatkan, bagian beton harus diulas
dengan semen kental.
2. Pasir untuk plesteran harus disaring cukup halus dengan butiran tidak lebih kecil dari 0,25
mm.. Pasir laut dan pasir yang memiliki kandungan tanah, lumpur atau silta tidak diboleh
digunakan.
3. Sebelum pekerjaan plesteran dikerjakan, semua bidang yang akan diplester harus disiram
air sampai jenuh.
4. Tebal plesteran dinding ditentukan lebih kurang 1.5 - 2.0 cm, dikerjakan dengan tegak lurus
dan rata, ditimbang dan di siku
5. Semua bidang- bidang yang berombak/retak harus dibongkar dan diperbaiki.
6. Semua bidang plesteran yang kelihatan harus diaci, menggunakan acian semen.
PASAL 19

PEKERJAAN LANTAI dan DINDING KERAMIK

1. Jenis keramik yang digunakan :


 Keramik tile ukuran 60 x 60 Homogeneous Polished
 Plint keramik tile ukuran 10 x 60 Homogeneous Polished
 Keramik ukuran 25 x 25 Unpolished
 Keramik ukuran 25 x 40 Polished
2. Granit tile adalah penutup lantai yang terbuat dari tanah liat, pasir, silika, stain dan
feldspar, dibakar pada suhu 1230 derajat celcius, memiliki warna homogen
(Homogeneous) dan bersudut rata.
3. Keramik adalah penutup lantai yang terbuat dari tanah liat dengan glazur diatasnya dibakar
pada suhu 1000 derajat celcius, cenderung terdapat lengkungan pada sudutnya.
4. Plint adalah granit tile atau ceramic tile yang memiliki ukuran lebar 5 – 10 cm, dipasang
pada dinding bawah yang bertemu langsung dengan permukaan lantai.
5. Polished adalah tipe keramik dengan permukaan licin dan berkilau.
6. Unpolished adalah tipe permukaan keramik yang rata dan tidak licin.
7. Produk keramik harus di konsultasikan terlebih dahulu dengan Direksi/Pengawas. Warna
keramik mengikuti gambar.
8. Mengingat pemasangan keramik baru merupakan pengganti keramik lama, maka
diusahakan elevasi baru sama seperti yang semula.
9. Adukan yang digunakan dengan menggunakan 1 bagian semen dan 3 bagian pasir.
10. Pemasangan lantai harus rapi, rata air dengan siar lurus dan saling tegak lurus serta
mengikuti peil-peil yang ditentukan pada gambar.
11. Siaran keramik harus di tutup dengan bahan semen penyiar yang warnanya sesuai dengan
warna keramik terpasang. Sebelum disiar, ubin harus bersih dengan siaran yang sudah
dikeruk untuk memberi tempat bagi bahan semen siaran.
12. Setelah pemasangan selesai, lantai dan dinding harus dibersihkan dari sisa-sisa semen
hingga garis-garis siaran ubin terlihat dengan jelas dan rapi.
PASAL 20

PEKERJAAN PENGECATAN

1. Pekerjaan pengecatan yang dilaksanakan meliputi pengecatan tembok dan pengecatan


besi. Sebisanya, pengecatan dilaksanakan pada akhir pekerjaan atau dapat dikerjakan bila
area yang akan di cat tidak akan lagi tersentuh oleh pekerjaan lain, agar waktu kerja
finishing lebih efisien.
2. Pengecatan Tembok :
a. Bidang permukaan yang akan di cat harus bersih dari segala macam kotoran.
Permukaan yang masih kasar harus dihaluskan dengan Cape atau menggunakan

ampelas grit 80 – 150. Permukaan yang masih berlubang harus ditambal segera
dengan menggunakan dempul tembok lalu di ampelas agar halus.
b. Pelapisan Plamur pada dinding harus dilakukan merata. Bahan plamur dapat
menggunakan plamur siap jadi atau dari campuran Talk/Kalsium/Tepung Gypsum
+ Lem Kayu PVA. Permukaan plamur yang kasar harus di ampelas grit 80 -150 agar
hasilnya halus. Pelapisan plamur harus menggunakan tenaga yang ahli.
c. Bidang tembok eksterior yang bersentuhan langsung dengan air hujan atau yang
akan terkena cipratan air hujan harus diberi primer alkali terlebih dahulu untuk
menjaga dari timbulnya jamur dan terkupasnya cat di kemudian hari.
d. Bahan cat yang digunakan adalah cat berbahan dasar air (waterbased) dengan
kualitas setara Nippon WeatherShield, dan sejenisnya. Metode pengenceran maupun
pengaplikasian mengikuti petunjuk yang direkomendasikan oleh pabrikan.
3. Pengecatan Besi :
a. Bidang permukaan besi yang akan dicat harus dipastikan bersih dari segala macam
kotoran. Kerak-kerak las harus dikerok sedemikian rupa dengan menggunakankuas
baja agar bersih. Cacat pabrikasi pada permukaan besi, harus segera di tambal dengan
las atau dempul plastik dan dihaluskan dengan ampelas.
b. Permukaan besi harus dilapisi Meni atau sejenisnya secara menyeluruh. Bahan
yang digunakan harus disesuaikan dengan yang tercantum pada rencan anggaran
biaya .
c. Bahan cat yang digunakan dianjurkan yang berbahan dasar air (waterbased), yaitu
sesuai dengan yang tercantum pada rencan anggaran biaya. Metode pengenceran
maupun pengaplikasian mengikuti petunjuk yang direkomendasikan oleh pabrikan.
4. Pengecatan Waterproofing :
a. Pengecatan waterproofing hanya dilakukan pada areal dak atap dan Talang beton
yang terkena air hujan secara langsung
b. Bahan yang direkomendasikan adalah cat Waterproof berbahan dasar air
(waterbased), yang menghasilkan permukaan cat serupa karet atau setara NO Drop.
c. Bidang permukaan yang akan di cat harus dipastikan bersih dari kotoran debu dan
semen. Bila perlu dilakukan penggosokan dengan sikat besi, agar permukaan beton
bebas dari Leiten.
d. Pengecatan dilakukan dua lapis beratahap, atau sesuai dengan petunjuk pabrikan.
e. Bila perlu menggunakan Serat Fiber untuk menutup celah lubang pada titik-titik
yang terjadi akibat susut beton.
f. Setelah terjadi pengeringan maksimal, permukaan yang di cat harus digenangi air
maksimal 1 x 24 jam untuk melihat apakah terjadi rembesan pada permukaan beton.
5. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya terhadap hasil pengecatan. Bila terjadi hasil
yang kurang memuaskan, kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan dengan metode
perbaikan cat yang dianjurkan oleh pabrikan cat.
6. Perubahan warna cat dan spesifikasi produk, harus di konsultasikan terlebih dahulukepada
Direksi/Pengawas, dengan membawa sampel cat yang dimaksud.

PASAL 21

PEKERJAAN PLAFOND DAN PARTISI

1. Pekerjaan yang termasuk di dalamnya adalah :


 Pekerjaan Rangka Plafond dan Penutup
 Pekerjaan Rangka Partisi dan Penutup
2. Standar Kualitas Bahan :
 Bahan rangka plafond adalah Baja Galvalum G 550 dengan ukuran 20/40mm dan
40/40mm, sesuaikan dengan petunjuk gambar.
 Bahan rangka partisi adalah Baja Galvalume G 550 kanal C 75.75
 Bahan penutup plafond adalah papa Gypsumboard 9mm ex. Jayaboard
 Compound Gypsum menggunakan Cornice ex. Aplus
3. Pengukuran ketinggian plafond adalah dari muka lantai keramik dengan acuan ukuran
tercantum dalam gambar.
4. Sambungan rangka Plafond dan Partisi yang bertemu dengan tembok, harus di perkuat
dengan sekrup Dynabolt 10-12mm.
5. Celah sambungan papan gypsum diisi dengan compound berbahan dasar sama dengan
gypsum yang sebelumnya telah diberi perban agar tidak terjadi keratakan.
6. Kelurusan pemasangan penutup papan harus di awasi secara seksama dengan toleransi
kecembungan papan tidak lebih dari 5 mm.
7. Harus dipastikan sebelum pemasangan penutup Partisi dan Plafond, jaringan listrik sudah
terpasang dengan baik dan telah diuji sambungannya.

PASAL 22

PEKERJAAN BESI HOLLOW DAN ACP


1. Lingkup pekerjaan ini meliputi :
- Pasang ACP
- Pasang rangka ACP
- Tulisan acrylic
2. Syarat – syarat pekerjaan :
a. Pekerjaan besi hollow 4/8
- Persyaratan bahan, bahan yang digunakan besi hollow 4/8, dicat warna hitam,
- bentuk dan ukuran disesuaikan dengan gambar
- Pelaksanaan pekerjaan, besi hollow 4/8 dipasang diantara pagar dibuat sejajar
- sesuai bentuk pada gambar perencanaan,
b. Penulisan nama & logo
- Untuk penulisan nama bahan yang digunakan adalah standless warna hijau
SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR
- Untuk text yang digunakan dengan format, susunan dan ukurannya sesuai dengan
gambar
c. Penulisan nama & logo (acrilic)
- Untuk penulisan nama bahan yang digunakan adalah mika warna putih
- Untuk text yang digunakan dengan format ARIAL yang susunan dan ukurannya
sesuai dengan gambar
- Cetakan huruf “acrilic” direkatkan ke spons dengan menggunakan lem, setiap
hurufnya disusun sesuai dengan gambar, kemudian direkatkan ke dinding tembok
menggunakan lem.
PASAL 23

PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA

1. Pekerjaan yang termasuk di dalamnya adalah


 Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela Aluminium
 Pekerjaan Daun Pintu Kaca Aluminium
 Pekerjaan Jendela Kaca Mati
 Pekerjaan Daun Pintu Lapis HPL
2. Standar Kualitas Bahan :
 Bahan Kusen dan Daun Jendela adalah Aluminium dengan kualitas setara HP. Corak
dan warna adalah Natural Anodised.
 Ketebalan kaca untuk jendela adalah 5mm dan untuk daun pintu adalah 8mm dengan
posisi sesuai gambar kerja, dengan kualitas setara Asahimas.
 Daun Pintu lapis menggunakan rangka kayu Kelas II dengan penutup Multipleks
9mm lapis HPL ex. TACO dengan motif persetujuan direksi.
 Engsel Pintu adalah engsel kupu-kupu dengan kualitas baik dan bahan yang tidak
mudah berkarat dan engsel tanam setara Dorma.
 Engsel Jendela adalah Casement dengan kualitas baik dan tidak mudah berkarat.
 Handle pintu lain mengikuti yang tercantum pada gambar dengan syarat kualitas baik.
 Kunci – kunci mengikuti spesifikasi yang tercantum dalam gambar.
 Pelapis HPL pintu setara TACO HPL dengan corak mengikuti gambar
3. Seluruh pekerjaan pintu dan jendela, kecuali pada partisi adalah penggantian dari kusen
lama yang sebelumnya terbuat dari kayu. Maka pembuatan lubang kusen harus diberikan
perkuatan yang memadai sebelum kusen aluminium baru masuk.
4. Pemasangan harus dilaksanakan dengan tukang yang terampil. Di ijinkan melaksanakan
fabrikasi pada workshop diluar lokasi proyek dengan persetujuan dari direksi.
5. Semua pertemuan kusen dengan dinding harus di beri Sealent agar tahan cuaca.
6. Lubang – lubang kusen harus di ukur kembali sebelum pelaksanaan fabrikasi aluminium,
dan harus sesuai dengan gambar kerja. Bila terjadi kesalahan ukuran lubang, kontraktor
wajib memperbaiki dengan biaya sepenuhnya dibebankan pada kontraktor.
PASAL 24

PEKERJAAN LAMPU DAN INSTALASI LISTRIK

1. Lingkup Pekerjaan :
 Termasuk dalam pekerjaan instalasi listrik ini adalah pengadaan lampu, listrik,
kabel, saklar, fitting, pipa paralon, material bantu, termasuk pemasanggannya.
 Pekerjaan pemasangan armature lampu.
2. Bahan yang dipakai :
 Kabel-kabel yang dipakai dari jenis NYA atau NYM yang memenuhi standar
(SPLN) serta berinitial LMK.

 Saklar dan fitting serta peralatan listrik yang digunakan harus buatan dalam negeri
dan memenuhi Standar PLN.
 Armature lampu adalah LED ex. Philips dan LED Strip berkualitas baik
3. Pemasangan :
 Pemasangan instalasi listrik harus berpedoman pada Peraturan Umum Instalasi
Listrik (PUIL) 2011.
 Pekerjaan ini harus ditangani oleh instalatir yang Ahli.
 Untuk semua penyambungan kabel harus menggunakan terminal Box atau ditutup
dengan las dop, serta ditempatkan pada kedudukan yang sama.
 Pemasangan instalasi listrik umumnya dikerjakan sebelum plafond ditutup dan
plesteran dinding dikerjakan.
 Seluruh instalasi kabel jaringan harus bersumber dari panel listrik, dengan
pembagian sesuai dengan gambar kerja.
 Kabel dalam dinding harus diletakan dalam pipa conduit 5/8 sebelum dinding di
plester.
 Pemasangan armature lampu harus dilakukan setelah plafond ditutup dan dicat

PASAL 25

PEKERJAAN PLUMBING DAN SANITAIR

1. Pekerjaan yang termasuk di dalamnya adalah :


 Pekerjaan instalasi Air Bersih dan Air Kotor.
 Pekerjaan pemasangan Alat-alat Sanitair.
 Pekerjaan Septictank
2. Standar Kualitas Bahan :
 Bahan pipa Air Bersih, Air Kotor dan sambungan sambungannya adalah PVC AW
setara Wavin, Power.
 Kloset Duduk TOTO C51
 Kloset Jongkok SNI
 Wastafel Gantung SNI
 Floor Drain
 Kran Air Wastafel
 Jet Washer
 Kran-kran air lain yang digunakan adalah kran stainless steel atau setara, tidak
direkomendasikan menggunakan kran berbahan plastik dan besi FE.
 Spesifikasi bahan mengikuti yang terlampir pada rencana anggaran biaya.
3. Sistem distribusi air bersih mengacu pada gambar. Diameter pipa yang digunakan adalah
1/2" untuk pipa distribusi dan pipa pembagi ke alat sanitair.
4. Pipa air bersih yang digantung di atas plafond harus di ikat dengan baik atau bila perlu
menggunakan support berbentuk U berbahan besi agar pipa tidak mudah bergeser.
5. Pemasangan pipa air kotor Grey water dan Black water harus mempertimbangkan beda
tinggi kemiringan pipa agar cairan mudah mengalir. Kemiringan pipa yang
direkomendasikan minimal 3 derajat. Tidak diperkenankan membakar pipa untuk
dibengkokkan. Gunakan sambungan yang di standardkan pada belokan-belokan pipa
tertentu.
6. Pipa-pipa air kotor harus sudah terpasang sebelum diakukan timbunan bawah lantai dan
telah diuji alirannya.
7. Seluruh pipa pembagi sanitair ditanam dalam dinding.
8. Sambungan pipa PVC menggunakan lem yang di standardkan oleh pabrikan, kecuali pada
sambungan valve menggunakan sealtape dengan kualitas yang baik.
9. Pemasangan pompa booster harus mengacu pada gambar. Di usahakan agar mengurangi
banyaknya lekukan L (elbow) yang tidak diperlukan pada instalasi. Konsultan pengawas
harus memastikan posisi instalasi pipa berada pada jalur yang baik dan tidak banyak
belokan.
10. Penyediaan alat sanitair, bila perlu dilakukan pada awal pekerjaan atau brosur produk telah
diterima oleh konsultan pengawas sebelum pekerjaan instalasi air kotor, untuk
menyesuaikan ukuran posisi lubang buangan.
11. Pembuatan septictank harus mengacu pada gambar sepenuhnya dengan ketinggian yang
diatur sesuai arah kemiringan pipa.

PASAL 27

PEKERJAAN LOGO DAN MEUBELER

1. Pekerjaan yang termasuk di dalamnya adalah :


 Pekerjaan Text Logo
 Pekerjaan meubeler
2. Syarat-syarat Pekerjaan
 Tenaga kerja merupakan yang ahli dalam bidang interior
 Sebelum pelaksanaan di haruskan melakukan pengukuran kembali di lapangan untuk
menjadi kontrol terhadap ukuran gambar. Dibuatkan shop drawing untuk fabrikasi
meubeler dan backdrop.
 Bahan pelapis HPL berkualitas baik, kuat, dan tidak mudah pudar setara TACO HPL
 Warna dan Motif HPL finishing sesuai gambar, atau jika terdapat penyesuaian di
lapangan harus di rapatkan bersama-sama dalam direksi melibatkan Konsultan
Perencana.
 Finishing duco harus dikerjakan oleh tukang cat yang ahli. Demi menjaga kualitas
pengecatan, finishing duco dapat dikerjakan di workshop luar atas persetujuan Direksi
 Desain meubeler beserta aksesorisnya sesuai dengan gambar dan rab, dapat dikerjakan
di workshop luar dengan persetujuan direksi.

PASAL 28

PELAPORAN DAN DOKUMENTASI

1. Untuk kelengkapan laporan, kontraktor harus membuat foto-foto dokumentasi dibuat


sebelum pekerjaan dimulai dan setiap tahap pelaksanaan dan dapat menunjukkan kemajuan
setiap tahap dengan jelas. Foto dokumentasi harus pula dibuat pada setiap bagian yang
penting antara lain penulangan, pondasi dll. Foto-foto tersebut dimasukkan kedalam album
dan diserahkan kepada Pemberi tugas sebanyak 2 (dua) set.
2. Kontraktor harus membuat As Built Drawing Struktur, Arsitektur, Mekanikal dan
Elektrikal yang sesuai dangan Shop Drawing dan Lapangan, dan diperiksa oleh Konsultan
Pengawas.

PASAL 29
SPESIFIKASI TEKNIS

1. Spesifikasi Teknis Bahan / Material


No. Komponen Barang Spesifikasi TKDDN
- Merk Tonasa / setara
1 Semen Portland Portland Composite Cement Min. 25%
(PCC); Kemasan 40-50 kg
2 Paku -- Min. 25%
3 Besi Polos dan Ulir - Besi Beton Ø16 BjTP 280 Min. 25%
4 Plywood T = 9 mm - Ketebalan 4 – 30 mm Min. 25%
- Merek Alcopan atau setara
Alcopan
5 ACP (Poly Vinyl De Flouride) Min. 25%
- Uk. 1220 x 2440 x 0.5 x 0.5
mm
- Merek Rucika atau setara
6 Pipa PVC Rucika Min. 25%
- Ukuran ½” – 8”
- Ukuran 60x60
- Ukuran 60x60 texture
7 Granit Min. 25%
- Warna Sesuai Perencanaan
dan Persetujuan
- Ukuran 30x60
- Ukuran 30x30
8 Keramik - Ukuran 40x40 Min. 25%
- Warna Sesuai Perencanaan
dan Persetujuan
- Merk Nippon Vinilex
9 Cat Interior - Warna Sesuai Dengan Min. 25%
Perencanaan
- Merk Nippon Weatherbond
10 Cat Ekserior - Warna Sesuai Dengan Min. 25%
Perencanaan
11 Gypsum Board - Uk. 9 mm Min. 25%
- Merk Rainbow atau setara
12 Atap Spandek Rainbow Min. 25%
- Uk. 0,4 mm
13 Plafon PVC - Uk. 4 m x 20 cm x 8 mm Min. 25%

2. Spesifikasi Teknis Tenaga / Personil


Menjabarkan tenaga apa saja yang dibutuhkan untuk Tenaga Manajerial dan Tenaga
Pendukung.

a. Tenaga Managerial

No Jabatan Pengalaman Jumlah Spesifikasi Ket


SKT Pelaksana Melampirkan
1. Pelaksana Lapangan 2 Tahun 1 Org Bangunan Gedung bukti
Kelas I pengalaman
(TS051)/SKK yang
Pelaksana dicantumkan
Lapangan
Pekerjaan Gedung
Muda (Jenjang 4)
Sertifikat Petugas
2. Petugas K3 Konstruksi 0 Tahun 1 Org
K3 Konstruksi
Catatan : - Pengalaman tenaga dibuktikan dengan kontrak asli dan addendum (jika ada) yang tercantum
nama personil bertugas dalam pekerjaan tersebut jika melampirkan pengalaman berupa
Curriculum Vitae (CV)

b. Tenaga Pendukung

No Jabatan Pengalaman Jumlah Spesifikasi Ket


Melampirkan
Tenaga Ahli SKA Manajemen Mutu SKA dan
1 2 Tahun 1 Org
Pengedalian Mutu Ahli Muda CV/Reverensi
Pengalaman
2 Mandor 1 Org SKT Mandor

3 Tukang Besi 1 Org SKT Tukang Baja


SKT Tukang Cor
4 Tukang Cor 1 Org Beton/Concretor/Concrete
Operations
Catatan : untuk kebutuhan tenaga pendukung akan di klarifikasi di Dinas pada saat sebelum
penandatanganan kontrak dilakukan (pra kontrak), dengan membawa Dokumen Asli SKT/SKK.

3. Spesifikasi Teknis Peralatan


a. Peralatan Utama
Nama Merk Status
Jumla
No Peralatan dan Kapasitas Kondisi Kepemilik Ket
h
Utama Type an
Milik Melampirkan
Concrete Baik dan
1. - 0,3-0,6 m3 1 Sendiri bukti
Mixer/Molen Berfungsi
/Sewa sewa/milik
Milik Melampirkan
Baik dan
2. Excavator - 0.9 M3 1 Sendiri bukti
Berfungsi
/Sewa sewa/milik
Milik Melampirkan
Baik dan
3. Batching Plant - 1 Sendiri bukti
Berfungsi
/Sewa sewa/milik
Milik Melampirkan
Min. 1 Baik dan
4. Mesin Bore Pile - 1 Sendiri bukti
Ton Berfungsi
/Sewa sewa/milik
Milik Melampirkan
Baik dan
5. Stamper - 5 Hp 1 Sendiri bukti
Berfungsi
/Sewa sewa/milik
Milik Melampirkan
Baik dan
6. Dump Truck - Min 4 M3 2 Sendiri bukti
Berfungsi
/Sewa sewa/milik
b. Peralatan Pendukung
Nama Merk Status
Jumla
No Peralatan dan Kapasitas Kondisi Kepemilik Ket
h
Utama Type an
Milik Melampirkan
Baik dan
1. ALKON 3” - 4.8 HP 1 Sendiri bukti
Berfungsi
/Sewa sewa/milik
Milik Melampirkan
Concrete Pump Baik dan
2. - 15 Meter 1 Sendiri bukti
Mixer Berfungsi
/Sewa sewa/milik
Melampirkan
Milik
Truck Minimal 5 Baik dan bukti
3. - 1 Sendiri
Concrete Mixer M3 Berfungsi sewa/milik
/Sewa
Milik Melampirkan
Baik dan
4. Genset - 10 KVA 1 Sendiri bukti
Berfungsi
/Sewa sewa/milik
Milik Melampirkan
Mesin Pemadat Baik dan
5. - 9300 VPM 1 Sendiri bukti
beton Berfungsi
/Sewa sewa/milik

PASAL 30

PENUTUP

1. Semua sisa-sisa bahan bangunan dan sampah lainnya serta alat- alat bantu harus dikeluarkan
dari lokasi pekerjaan, segera setelah pekerjaan selesai atas biaya Kontraktor. Untuk itu
Kontraktor harus memperhitungkannya dalam penawaran khusus mengenai
mobilisasi/demobilisasi peralatan serta pembersihan seluruh lokasi sebelum dan setelah
pekerjaan selesai.
2. Bila terdapat hal-hal yang belum tercakup dalam spesifikasi teknis ini dan memerlukan
penyesuaian di lapangan, maka akan diatur/dibicarakan kemudian dalam rapat-rapat koordinasi
lapangan oleh Direksi, Konsultan Pengawas, Kontraktor Pelaksana, Konsultan Perencana dan
atas persetujuan Pengguna Anggaran atau pihak Penyedia Jasa.
3. Berdasarkan spesifikasi teknis bahan/material poin 13 harus melampirkan surat pernyataan
mampu menyediakan stok dari supliyer/distributor/pabrik, Surat Penunjukkan sebagai
distributor (jika surat pernyataan mampu menyediakan stok dikeluarkan oleh Distributor),
Sertifikat Uji Ketahanan Panas dan Uji Ketahanan Warna yang dilakukan oleh sucofindo atau
lembaga yang berkompeten lainnya.
4. Kontraktor wajib membuat gambar pekerjaan yang telah selesai (Asbuilt Drawing) dan
diperiksa oleh Direksi Pengawas Lapangan. Setelah itu, gambar tersebut disetor ke owner pada
pekerjaan ini.

Palu, Mei 2024


PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

GREACE TULAK, ST
Nip. 19880808 201503 2 006

Anda mungkin juga menyukai