Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN


AKUNTANSI LIABILITAS DAN EKUITAS

Dosen Pengampu :
Dr. Fatmasari Sukesti, SE., M.Si.

Disusun Oleh :
 Iin Nurush Sholichah / E2B021303
 Novia Kholifatul Maghfiroh / E2B021504
 Nevia Putri Andrianni / E2B021501

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI (B)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

I. Latar Belakang..............................................................................................................4

II. Tujuan Penulisan.......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5

A. PAJAK PENGHASILAN.........................................................................................5

B. PAJAK TANGGUHAN..........................................................................................11

C. KOMPENSASI KERUGIAN.................................................................................15

D. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN...............................................................17

E. ANALISIS KEUANGAN........................................................................................21

BAB III PENUTUP................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Akuntansi
Pajak Penghasilan” guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada ibu Dr. Fatmasari Sukesti, SE., M.Si. selaku
Dosen mata kuliah ini dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini. Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa nya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Demikian penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah
dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Semarang, November 2022

Penulis
BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Suatu entitas memiliki kewajiban untuk memenuhi ketentuan perundang-
undangan. Salah satu ketentuan yang harus dipenuhi oleh entitas adalah peraturan
perpajakan. Setiap entitas terikat dengan peraturan pajak yang berlaku di mana entitas
tersebut beroperasi. Entitas yang didirikan di Indonesia memiliki kewajiban perpajakan
sesuai dengan regulasi perpajakan di Indonesia antara lain UU Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, UU 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, UU 42 Tahun 2009,
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah, UU
Pajak Bumi dan Bangunan dan lainnya. Pajak tersebut disetorkan ke kas negara, dan bagi
negara pajak merupakan penerimaan negara yang akan digunakan untuk mendanai
pengeluaran pemerintah.
Kewajiban pajak setiap entitas berbeda-beda bergantung pada tipe bisnis suatu
entitas. Misalnya entitas pada industri konstruksi dikenakan pajak final yang dihitung dari
nilai amun ada pajak yang berlaku di semua entitas walaupun dengan pengaturan yang
berbeda. penjualan. Namun secara umum pajak penghasilan dikenakan atas laba sebelum
pajak yang dihitung dari pendapatan dikurangi dengan beban yang menurut pajak
diperkenankan. Bab ini hanya membahas secara umum pajak penghasilan (PPh) yang
dikenakan atas laba entitas dan tidak membahas kewajiban pajak yang lain.
Entitas usaha dalam UU Pajak Penghasilan termasuk subjek pajak yang dalam istilah pajak
disebut badan Penghasilan yang diterima oleh entitas merupakan objek pajak, namun
penghasilan tersebut dapat dikurangkan dengan beban yang boleh dikurangkan. Artinya,
entitas akan dikenakan pajak atas laba menurut pajak yang merupakan penghasilan
dikurangi beban menurut ketentuan pajak.
Selain kewajiban membayar pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya, entitus juga memiliki kewajiban untuk memotong pajak penghasilan pihak
lain. Misalnya atas pembayaran gaji karyawan entitas memotong PPh Pasal 21, atas
pembayaran jasa audit entitas memotong PPh pasal 23 dan atas penghasilan yang diterima
konsultan asing entitas memotong PPh pasal 26. Kewajiban ini harus dilaksanakan entitas
walaupun tidak terkait dengan penghasilan entitas, namun lebih terkait dengan memotong
pajak atas pembayaran beban yang dikeluarkan oleh entitas. Kewajiban memotong pajak
pihak lain (pihak ketiga) dalam pajak disebut pajak witholding.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Akuntansi pajak penghasilan dan bagaimana Standart
akuntansinya?
2. Apa perbedaan antara laba sebelum pajak dan laba kena pajak?
3. Apa yang dimaksud beban pajak kini dan liabilitas pajak kini?
4. Apa perbedaan akuntasi dan pajak, perbedaan temporer dan permanen?
5. Bagaiman ketentuan kompensasi kerugian?
6. Apa saja isu dalam pajak penghasilan?
7. Bagaimana penyajian dan pengungkapan pajak penghasilan?
8. Bagaimana menganalisis laporan keuangan terkait pajak penghasilan?
II. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui tentang maksud pajak
penghasilan dan standart yang berlaku di Indonesia, mengetahui perbedaan antara laba
sebelum pajak dan laba kena pajak, mengetahui beban pajak kini dan liabilitas pajak kini,
mengetahui perbedaan akuntansi dan pajak, mengetahui ketentuan kompensasi pajak,
mengetahui penyajian dan pengungkapan pajak penghasilan serta menganalisis laporan
keuangan yang berkaitan dengan perpajakan.

BAB II PEMBAHASAN

A. PAJAK PENGHASILAN
Akuntansi Pajak Penghasilan
Akuntansi pajak penghasilan akan menjelaskan tentang bagaimana perusahaan
menghitung, menyajikan dan mengungkapkan informasi pajak penghasilan dalam
laporan keuangan. Informasi pajak penghasilan akan disajikan sebagai beban pajak
pada laporan laba rugi. Konsekuensi pengakuan beban tersebut akan muncul aset atau
liabiltas dalam laporan posisi keuangan. Beban pajak yang muncul dapat berupa beban
pajak kini ataupun beban pajak tangguhan.
Topik utama perlakuan akuntansi pajak penghasilan adalah bagaimana
menghitung konsekuensi pajak kini dan masa depan. Pemulihan atau penyelesaian
tercatat aset (liabilitas) mengandung konsekuensi pajak di masa depan. Demikian juga
transaksi atau peristiwa lain pada periode berjalan yang diakui dalam laporan posisi
keuangan entitas dapat memiliki konsekuensi pembayaran atau pengurangan
pembayaran pajak di masa depan. Entitas mengakui liabilitas atau aset pajak tangguhan
atas konsekensi pajak akibat pengakuan aset atau liabilitas dalam laporan keuangan.
Pengakuan aset atau liabilitas pajak tangguhan akan memunculkan pendapatan
atau beban pajak tangguhan yang diakui dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain. Pengakuan aset pajak tangguhan akan diikuti dengan pengakuan
pendapatan pajak tangguhan. Sebaliknya pengakuan liabilitas pajak tangguhan akan
diikuti dengan pengakuan beban pajak tangguhan.
Pengakuan konsekeunsi pajak atas peristiwa dan transaksi dalam laporan laba
rugi dan penghasilan komprehensif mengikuti pengakuannya dalam laporan keuangan.
Jika peristiwa atau transaksi diakui dalam laporan laba rugi maka konsekuensi pajak
penghasilannya akan diakui dalam laporan laba rugi. Namun jika peristiwa dan
transaksi tersebut diakui sebagai penghasilan komprehensif lain maka konsekuensi
pajaknya akan diakui dalam penghasilan komprehensif lain. Dalam beberapa hal
pengakuan transaksi dan peristiwa tidak mengandung konsekuensi pajak di masa depan,
maka tidak akan diakui pajak kini maupun pajak tangguhannya.

Standar Akuntansi Pajak Penghasilan


Pajak penghasilan dalam laporan keuangan diatur dalam PSAK 46 (Revisi
2013) pajak penghasilan. PSAK 46 (Revisi 2013) menyelaraskan PSAK 46 (Revisi
2010) dengan perubahan dalam IAS 12 Income tax yang efektif berlaku 1 Januari 2013.
Perubahan dalam Revisi 2013 adalah penghapusan pengaturan mengenai pajak final.
Surat Ketentuan Pajak, pengaturan aset dan liabilitas pajak tangguhan atas aset yang
tidak disusutkan yang diukur dengan menggunakan model revaluasi dan properti
investasi yang diukur dengan menggunakan nilai wajar.

Laba Sebelum Pajak dan Laba Kena Pajak


Dalam laporan keuangan, laba sebelum pajak disajikan sebelum beban pajak
penghasilan. Laba sebelum pajak dikurangi beban pajak akan menghasilkan laba
bersih/laba setelah pajak. Dalam beberapa ilustrasi laporan keungan dalam matakuliah
pengantar akuntansi dan manajemen keuangan, sering dicantumkan beban pajak
dihitung dari tarif pajak dikalikan dengan laba sebelum pajak. Namun dalam
matakuliah akuntansi keuangan, penyusun harus menyajikan besarnya beban pajak
menurut ketentuan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia sesuai
ketentuan dalam PSAK 46 (Revisi 2013).
Laba akuntansi adalah laba atau rugi selama satu periode akuntansi sebelum
dikurangi beban pajak. Laba akuntansi biasanya dihitung dari laba operasi dikurangi
dengan pendapatan dan beban lain-lain. Laba akuntansi merupakan laba yang dihitung
berdasarkan kebijakan dan standar akuntansi. Laba akuntansi tersebut sesuai dengan
konsep matching principles akan dibebani dengan pajak penghasilan Berdasarkan ini
setiap laba sebelum pajak yang telah diakui harus dipadankan dengan kewajiban
pajaknya. Untuk itu beban pajak akan diakru pada periode laba tersebut diakui menurut
akuntansi, sehingga muncul beban pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan.
Namun karena kewajiban pajaknya dihitung sesuai dengan ketentuan perpajakan, maka
pajaknya belum menjadi liabilitias kini pada periode tersebut. Sebaliknya jika pajak
penghasilan telah dibayarkan namun laba menurut akuntansi belum diakui pada periode
berjalan maka pembebanan pajak tersebut secara akuntansi akan ditangguhkan.
Konsekuensi pajak atas perbedaan pengakuan laba menurut akuntansi dan pajak akan
memunculkan pajak tangguhan. Sementara pajak yang terutang menurut fiskal akan
diakui sebagai pajak kini.
Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal) adalah laba (rugi)
selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas
Pajak. Laba kena pajak dalam UU Pajak Penghasilan disebut sebagai penghasilan kena
pajak (PKP). Penghasilan kena pajak merupakan penghasilan dikurangi dengan beban
yang boleh dikurangkan menurut peraturan perpajakan. Pajak terutang dalam satu tahun
fiskal merupakan hasil perkalian penghasilan kena pajak dengan tarif. Pajak terutang
dalam satu tahun fiskal menurut pengertian dalam standar akuntansi keuangan
merupakan beban pajak kini.

Beban Pajak
Beban pajak adalah jumlah agregat beban pajak kini dan beban pajak tangguhan yang
diperhitungkan atas laba akuntansi yang diakui pada satu periode. Beban pajak akan
dipadankan dengan laba akuntansi yang diakui pada periode tersebut. Pajak kini adalah
jumlah pajak penghasilan yang terutang (dilunasi) atas laba kena pajak (rugi pajak)
untuk satu periode.
Beban pajak kini adalah pajak yang dihitung menurut ketentuan pajak atas
penghasilan yang diperoleh entitas dalam satu periode Pajak kini untuk entitas
tersendiri (bukan konsolidasian) merupakan pajak terutang dalam satu tahun fiskal yang
tercantum dalam Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan. Untuk entitas yang
terkonsolidasi dengan anak perusahaan, pajak kini merupakan penjumlahan semua
pajak terutang seluruh entitas yang dikonsolidasi. Pajak tidak mengenal konsep
konsolidasi, pajak dibayar oleh masing-masing badan/entitas. Pajak kini untuk entitas
yang dikenakan pajak final adalah pajak terutang atas penghasilan yang diakui dalam
periode tersebut.
Beban atau pendapatan pajak tangguhan merupakan konsekuensi pajak akibat
pengakuan aset atau liabilitas dalam laporan keuangan yang berbeda secara temporer
dengan dasar pengenaan pajaknya. Pengakuan pajak tangguhan hanya dilakukan atas
perbedaan temporer, maksudnya perbedaan akan terpulihkan di masa mendatang.
Secara total pengakuan menurut akuntansi dan pajak sama, namun terdapat perbedaan
pengakuan pada setiap periode. Pendapatan pajak tangguhan juga dapat terjadi karena
kompensasi kerugian yang menurut ketentuan pajak dapat dikompensasikan di masa
mendatang.
Pengakuan beban pajak tangguhan akan ditambahkan dengan beban pajak
kini, sehingga total beban pajak akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan beban
pajak kini. Namun sebaliknya pendapatan pajak tangguhan akan dikurangkan dari
beban pajak kini, sehingga total beban pajak lebih kecil dibandingkan dengan beban
pajak kini.

Beban Pajak Kini


Entitas termasuk subjek pajak yang dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan disebut Badan. Penghasilan yang diperoleh badan
dalam satu tahun pajak dikenakan pajak. Penghasilan yang dikenakan pajak disebut
dalam istilah perpajakan sebaga Penghasilan Kena Pajak (PKP). Penghasilan kena
pajak dihitung dari penghasilan bruto dikurangi beban yang boleh dikurangkan.
Penghasilan menurut UU Pajak Penghasilan adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk
apa pun. Penghasilan bruto menurut pajak tidak sama dengan pendapatan menurut
akuntansi. Ada penghasilan yang menurut pajak bukan objek pajak misalnya
penghasilan dari anak perusahaan atau investasi pada asosiasi dengan kepemilikan di
atas 25% sampai dengan 50%. Terdapat juga penghasilan yang diakui menurut pajak
dengan basis kas sedangkan menurut akuntansi diakui dengan basis akrual.
Penghasilan kena pajak dihitung dari total penghasilan dikurangi dengan
beban. Pajak mengatur beban yang boleh dikurangkan untuk tujuan menghitung
penghasilan kena pajak. Beban menurut akuntansi tidak semuanya menjadi beban
menurut pajak atau boleh menjadi beban namun dengan jumlahnya berbeda. Perbedaan
antara laba akuntansi dan pajak dapat terjadi karena perbedaan temporer dan permanen.
Perbedaan temporer terjadi karena perbedaan waktu pengakuan sedangkan perbedaan
permanen terjadi karena esensi pengaturan yang berbeda.
Pembukuan yang dilakukan oleh entitas adalah satu baik untuk tujuan
perpajakan maupun tujuan akuntansi. Untuk memperoleh penghasilan kena pajak,
entitas akan melakukan rekonsiliasi fiskal atau koreksi fiskal. Pembukuan yang telah
dilakukan menurut standar akuntansi akan dikoreksi yang menurut pajak tidak boleh
diakui atau ditambahkan jika ada yang menurut pajak harus diakui. Koreksi fiskal ini
akan dilaporkan dalam laporan pajak. Koreksi fiskal juga harus diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan. Lebih detail tentang rekonsiliasi fiskal akan dibahas
dalam mata ajar Perpajakan dan ilustrasinya dapat dilihat dalam bagian pengungkapan
dalam bab ini. Hasil rekonsiliasi fiskal adalah penghasilan kena pajak untuk satu badan.
Koreksi fiskal juga dapat diklasfikasikan atas koreksi positif atau koreksi
negatif. Koreksi positif adalah koreksi yang menambah penghasilan kena pajak,
sedangkan koreksi negatif adalah koreksi yang mengurangi penghasilan kena pajak.
Koreksi beban yang tidak boleh dikurangkan menurut ketentuan pajak merupakan
contoh koreksi positif. Koreksi atas penghasilan yang dikenakan pajak final adalah
contoh koreksi negatif, karena penghasilan final dikeluarkan dalam perhitungan
penghasilan kena pajak. Penghasilan kena pajak dikalikan dengan tarif akan
menghasilkan pajak terutang untuk satu tahun fiskal.
Selain pajak yang dihitung dari rekonsiliasi fiskal, entitas juga memiliki
kewajiban membayar pajak atas penghasilan pajak yang dikenakan pajak final.
Penghasilan yang dikenakan pajak final merupakan penghasilan yang perhitungan, tarif
dan cara pemajakan tidak mengikuti ketentuan umum perhitungan pajak atas badan.
Pajak final biasanya menggunakan tarif khusus sesuai jenis penghasilannya dan
dikenakan secara gross dari total penghasilan. Jadi pajak final merupakan perkalian
total penghasilan (gross) dikalikan dengan tarif pajak finalnya. Penghasilan yang
dikenakan pajak final penghasilannya dikeluarkan pada saat melakukan koreksi fiskal.
Istilah final sering diartikan bahwa pemajakannya telah selesai sehingga atas
penghasilan tersebut tidak akan diperhitungkan kembali pajaknya.
Penghasilan yang telah dikenakan tarif pajak final, bebannya tidak boleh
dikurangkan karena pemajakannya dilakukan atas penghasilan bruto. Contoh
penghasilan yang dikenakan pajak final antara lain pendapatan bunga deposito, hadiah,
transaksi di pasar modal, sewa, serta penjualan tanah dan bangunan. Terdapat juga jasa
tertentu yang dikenakan pajak final misalnya jasa perencanaan dan pelaksanaan
konstruksi. Untuk entitas yang menyelenggarakan jasa ini misalnya perusahaan
konstruksi, maka sebagian atau seluruh penghasilannya dikenakan pajak final. Dalam
SPT perusahaan konstruksi penghasilan yang dilaporkan hanyalah penghasilan yang
tidak dikenakan pajak final dikurangi dengan beban yang terkait dengan penghasil
tersebut. Untuk penghasilan yang dikenakan pajak final dilaporkan dalam
laporan/formir tersendiri pajak.
Pajak dikenakan atas badan atau satu bentuk badan hukum, sehingga untuk
entitas konsolidasi kewajiban pajaknya diselesaikan oleh masing-masing badan atau
entitas Rekonsiliasi fiskal akan dilakukan untuk masing-masing perusahaan, untuk
menghitung pajak masing-masing entitas. Namun atas laba dari anak perusahaan dan
iaba dari investasi entitas asosiasi (lebih dari 25% sampai dengan 50%) bukan
merupakan laba induk atau investor sehingga tidak terjadi pemajakan ganda.

Liabilitas Pajak Kini


Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang atas laba kena pajak (rugi
pajak) untuk satu periode. Pajak terutang ini harus dibayarkan oleh perusahaan sesuai
ketentuan pajak. Jika pajak kini untuk periode kini dan periode sebelumnya yang belum
dibayar diakui sebagai liabilitas pajak kini. Sebaliknya jika jumlah pajak yang telah
dibayar untuk periode kini dan periode-periode sebelumnya melebihi jumlah pajak
terutang, akan diakui sebagai pajak dibayar di muka.
Pajak terutang menurut ketentuan perpajakan akan dibayarkan oleh sebuah
entitas melalui pembayaran angsuran pajak setiap bulan (PPh Pasal 25), pemotongan
oleh pihak ketiga (PPh Pasal 22 atau 23) maupun pembayaran pajak di akhir tahun
pajak (PPh Pasal 29). Setiap bulan, entitas wajib melakukan pembayaran angsuran
pajak (PPh Pasal 25) yang dihitung berdasarkan pajak tahun lalu dibagi dengan dua
belas atau dengan rumus tersendiri jika ada penghasilan tidak teratur atau kondisi
khusus, Atas penghasilan yang diterima oleh entitas ada yang telah dipotong pajak oleh
pihak lain. Misalnya perusahaan konsultan IT, atas jasa konsultasi yang telah dilakukan
dipotong pajak oleh entitas.
Angsuran pajak dan pajak yang telah dibayar entitas dalam satu tahun
merupakan pajak dibayar di muka atau dalam istilah pajak disebut sebagai kredit pajak.
Pajak terutang dalam satu tahun fiskal akan dihitung setiap tahun, pajak penghasilan ini
menurut standar akuntansi keuangan disebut sebagai beban pajak ini Jumlah pajak
terutang akan dikurangkan dengan kredit pajak untuk mendapatkan pajak kurang atau
lebih bayar pajak. Jika pajak terutang lebih besar dari kredit pajak akan muncul pajak
kurang bayar (PPh Pasal 29), yang akan disajikan dalam laporan posisi keuangan
sebagai utang pajak badan. Sebaliknya jika muncul lebih bayar (PPh Pasal 28) akan
disajikan sebagai pajak dibayar di muka. Sesuai dengan ketentuan perpajakan, pajak
dibayar di muka dalam direstitusi atau dikompensasikan untuk pembayaran pajak
periode berikutnya. Namun sebelum keputusan tersebut diberikan, akan dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu untuk memastikan jumlah kompensasi atau restitusinya
telah dihitung dengan tepat. Dalam beberapa kasus, tidak semua pajak dibayar di muka
akibat lebih bayar dapat direstitusi/kompensasi semuanya.
Pajak sebuah entitas meliputi pajak atas seluruh penghasilan yang diberima,
baik penghasilan dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. Namun atas penghasilan
yang telah diterima dari luar negeri dan pajaknya telah dibayarkan, maka pajak yang
telah dibayarkan tersebut akan diperhitungkan sebagai kredit pajak sesuai dengan
ketentuan PPh Pasal 24 UU Pajak Penghasilan.
Liabilitas pajak kini dalam laporan keuangan disajikan sebagai utang pajak
penghasilan atau utang PPh Badan. Jika jumlah yang dibayar atau dipotong pihak lain
lebih besar akan disajikan sebagai pajak dibayar di muka atau PPh badan dibayar di
muka.

B. PAJAK TANGGUHAN
Perbedaan Akuntansi dan Pajak
Penghasilan kena pajak dan laba akuntansi memiliki dasar hukum yang berbeda.
Pajak dikenakan dan dihitung berdasarkan ketentuan perpajakan, sedangkan laba
akuntansi dihitung sesuai dengan kaidah dalam standar akuntansi. Perbedaan antara
keduanya berlaku umum hampir di semua peraturan perpajakan di berbagai negara.
Walaupun letak perbedaan tersebut sebenarnya relatif umum dan sama, namun
memiliki cara pengaturan yang berbeda. Perbedaan yang muncul misalnya terkait
dengan perhitungan depresiasi, pengaturan beberapa beban dan penghasilan yang
menurut pajak diakui dengan basis kas, pengaturan atas penghasilan yang menurut
pajak diatur dengan ketentuan khusus dan pengaturan beberapa beban yang menurut
pajak tidak diperkenankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
Perbedaan tersebut dapat diklasifikasikan atas perbedaan temporer dan
permanen. Namun jika dilihat dari dampak akhirnya dapat diklasifikasikan atas
perbedaan positif atau negatif. Perbedaan positif terjadi jika laba akuntansi lebih
besar dari laba pajak dan sebaliknya. Perbedaan yang mengandung konsekuensi
pengakuan pajak tangguhan menurut akuntansi adalah perbedaan temporer.
Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau liabilitas
pada posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya. Perbedaan temporer dapat
berupa perbedaan temporer kena pajak dan perbedaan temporer dapat dikurangkan.
Perbedaan temporer terjadi karena perbedaan waktu pengakuan namun secara total
nilai penghasilan dan beban yang diakui jumlahnya sama.
Misalnya beban terkait dengan aset tetap. Secara total nilai aset yang dibeli
untuk kegiatan operasional entitas dapat dibebankan sebagai beban operasional
melalui proses depresiasi. Perbedaan masa manfaat depresiasi antara akuntansi dan
pajak menyebabkan perbedaan beban depresiasi pada setiap periode, namun totalnya
sama. Akuntansi sering menggunakan nilai sisa sedangkan pajak tidak menggunakan
nilai sisa dalam depresiasi. Penggunaan nilai sisa akan menyebabkan beban
depresiasi yang berbeda antara akuntansi dan pajak, namun perbedaan ini akan
hilang saat aset tersebut dijual atau dilepaskan. Perbedaan pengakuan
keuntungan/kerugian pelepasan aset antara akuntansi dan pajak menyebabkan
perbedaan akibat nilai sisa menjadi hilang.
Perbedaan temporer akan diakui sebagai pendapatan atau beban pajak
tangguhan dan sebagai konsekuensinya akan diakui sebabagai aset dan liabilitas
pajak tangguhan dalam Japoran posisi keuangan. Perbedaan temporer akan
dipulihkan atau diselesaikan di masa mendatang, sehingga konsekusensi perbedaan
atas pengakuan aset/liabilitas tertentu akan hilang ketika perbedaan tersebut tidak
ada lagi.

Perbedaan Temporer Dapat Dikurangkan dan Aset Pajak Tangguhan


Perbedaan temporer yang dapat dikurangkan adalah perbedaan temporer yang
menimbulkan jumlah yang dapat dikurangkan dalam penentuan laba kena pajak
(rugi pajak) periode masa depan ketika jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan
atau diselesaikan yang tercantum dalam PSAK 46 (Revisi 2013). Perbedaan
temporer yang dapat dikurangkan terjadi saat laba akuntansi lebih kecil
dibandingkan laba menurut pajak atau penghasilan kena pajak, akibat dari perbedaan
temporer. Penghasilan kena pajak yang lebih tinggi mengharuskan entitas menurut
regulasi pajak melakukan pembayaran pajak lebih dahulu sebelum pengakuan pajak
menurut akuntansi. Pembayaran pajak yang lebih dahulu tersebut akan diakui aset
pajak tangguhan. Pembayaran pajak tersebut. akan ditangguhkan pembebanannya
menurut akuntansi dan baru diakui saat laba menurut akuntansi diakui.
Aset pajak tangguhan diakui untuk seluruh perbedaan temporer yang dapat
dikurangkan, sepanjang kemungkinan besar bahwa laba kena pajak akan tersedia
dalam jumlah yang cukup memadai sehingga perbedaan temporer yang dapat
dikurangkan tersebut dapat dimanfaatkan. Pengakuan aset pajak tangguhan tidak
dilakukan atas pengakuan awal aset dan liabilitas atas transaksi kombinasi bisnis dan
transaksi yang tidak memengaruhi laba akuntansi dan laba kena pajak.
Perbedaan yang dapat dikurangkan umumnya terjadi saat penghasilan kena
pajak lebih tinggi dibandingkan dengan laba menurut akuntansi. Beberapa kejadian
berikut in merupakan bentuk perbedaan temporer yang dapat dikurangkan.
1. Pengakuan beban provisi garansi secara akrual pada saat terjadi penjualan
sedangkan menurut pajak pembebanan dilakukan pada saat garansi
diberikan.
2. Depresiasi dengan masa manfaat yang lebih pendek menurut akuntansi
dibandingkan dengan masa manfaat depresiasi menurut pajak.
3. Pengakuan beban penyisihan piutang yang diakui saat terdapat bukti objektif
sedangkan menurut pajak diakui sesuai dengan ketentuan dan biasanya
terjadi pada periode setelah pengakuan menurut akuntansi.
4. Pengakuan penurunan nilai aset yang menurut pajak akan diakui saat aset
tersebut dijual atau dilepaskan, sedangkan menurut akuntansi diakui saat
terdapat indikasi penurunan nilai.
5. Pengakuan beban yang jumlahnya diestimasi atau menurut akuntansi disebut
provisi, sedangkan menurut pajak baru dilakukan pengakuan pada saat beban
tersebut telah direalisasikan.
6. Pengakuan beban yang lebih kecil menurut pajak dibandingkan pengakuan
beban menurut akuntansi, akibat perbedaan temporer.
7. Pengakuan penghasilan lebih besar menurut akuntansi dibandingkan
pengakuan menurut akuntansi akibat perbedaan temporer, contoh pendapatan
diterima di muka menurut pajak diakui seluruhnya saat diterima, menurut
akuntansi diakui secara akrual.
Perbedaan temporer yang dapat dikurangkan di masa mendatang harus
dievaluasi setiap periode untuk memastikan bahwa perbedaan tersebut dapat
dikurangkan. Dalam beberapa kondisi perbedaan temporer tersebut tidak dapat
dikurangkan di masa mendatang. Jika perbedaan temporer tersebut tidak dapat
dikurangkan maka aset pajak tangguhan yang timbul dari perbedaan tersebut tidak
boleh diakui lagi.

Perbedaan Temporer Kena Pajak dan Liabilitas Pajak Tangguhan


Perbedaan temporer kena pajak menurut PSAK 46 (Revisi 2013) adalah perbedaan
temporer yang menimbulkan jumlah kena pajak dalam penentuan laba kena pajak
(rugi pajak) periode masa depan ketika jumlah tercatat aset atau liabilitas pajak
diselesaikan. Perbedaan Temporer kena pajak akan menyebabkan diakuinya beban
pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan.
Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada
periode masa depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.
Pengakuan liabilitas pajak tangguhan dikecualikan atas perbedaan temporer kena
pajak yang berasal dari pengakuan awal goodwill atau pengakuan awal aset atau
liabilitas dari transaksi bukan kombinasi bisnis dan transaksi yang tidak
memengaruhi laba akuntansi atau laba kena pajak.
Perbedaan temporer kena pajak terjadi ketika pengakuan laba menurut
akuntansi lebih besar dibandingkan dengan laba menurut pajak. Laba yang telah
diakui menurut akuntansi tersebut beban pajaknya harus diakui walaupun pajaknya
belum diakui menurut regulasi pajak. Beberapa kejadian berikut merupakan contoh
perbedaan temporer kena pajak.
1. Depresiasi menurut akuntansi dengan masa manfaat lebih panjang
dibandingkan masa manfaat menurut pajak.
2. Pengakuan beban yang lebih kecil menurut akuntansi dibandingkan
pengakuan beban menurut pajak, akibat perbedaan temporer.
Untuk depresiasi aset tetap, perbedaan temporer juga dapat terjadi akibat nilai
sisa Menurut regulasi pajak di Indonesia, depresiasi dilakukan atas nilai seluruh aset
tanpa memperhitungkan nilai sisa. Sementara menurut akuntansi, entitas dapat
menetapkan nilai sisa. Akibat nilai sisa maka beban depresiasi menurut pajak dan
akuntansi berbeda. Perbedaan tersebut, pada masa manfaat aset akan tetap ada dan
akan diakui labilitas pajak tangguhan karena beban depresiasi menurut akuntansi
secara total lebih kecil dibandingkan dengan beban depresiasi menurut pajak
Perbedaan ini akan hilang pada saat aset dijual atau dilepas. Pada saat aset dijual
atau dilepas, entitas akan mengakui keuntungan/kerugian penjualan sebesar selisih
nilai jual dengan nilai sisa. Sementara menurut pajak, seluruh hasil penjualan akan
diakui sebagai keuntungan karena nilai sisa aset nol. Perbedaan keuntungan dan
kerugian penjualan aset ini akan mencerminkan perbedaan akibat nilai sisa.
Liabilitas pajak tangguhan akan terpulihkan pada saat aset tersebut dijual atau
dilepaskan.

Perbedaan Permanen
Perbedaan permanen adalah perbedaan antara laba sebelum pajak (akuntansi)
dengan penghasilan kena pajak yang tidak dapat terpulihkan di masa depan.
Perbedaan ini secara permanen tidak akan hilang karena terdapat perbedaan esensi
dalam pengaturan pajak dan akuntansi Perbedaan tersebut akan membuat laba
menurut akuntansi berbeda dengan laba menurut pajak, namun perbedaan tersebut
tidak akan diakui sebagai pajak tangguhan.
Beberapa kejadian berikut menyebabkan perbedaan permanen akuntansi dan pajak.
1. Pengakuan beban yang menurut akuntansi diperkenankan sedangkan
menurut pajak tidak diperkenankan antara lain beban sumbangan yang tidak
diperkenankan oleh regulasi. beban yang tidak terkait dengan mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan misalnya entertainment yang tidak ada
daftar nominatifnya, beban untuk keperluan pribadi pemegang saham.
2. Pengakuan pendapatan yang menurut pajak bukan merupakan penghasilan
misalnya laba dari entitas asosiasi dengan kepemilikan 25-50%.
3. Penghasilan yang dikenakan pajak final.
C. KOMPENSASI KERUGIAN
Definisi dan Ketentuan Kompensasi Kerugian
Kompensasi kerugian adalah kompensasi yang diberikan kepada entitas yang
mengalami kerugian untuk tidak membayar pajak pada periode berikutnya sejumlah
kerugian yang telah diakui atau dibatasi oleh waktu. Ketentuan dalam regulasi pajak
di Indonesia menyebutkan bahwa entitas diberikan kompensasi kerugian sampai
dengan lima tahun. Artinya jika sebuah entitas pada tahun ini mengalami kerugian
maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan sampai dengan 5 (lima) tahun ke
depan. Regulasi di Indonesia hanya membolehkan melakukan kompensasi ke rugian
ke periode setelahnya atau sering disebut dengan istilah loss carry forward.
Regulasi di negara lain ada yang membolehkan kompensasi dilakukan atas
periode yang telah lalu atau sering disebut dengan istilah loss carry back. Amerika
Serikat misalnya, membolehkan kompensasi dengan carry back selama 2 (dua) tahun
dan carry forward selama 20 tahun ke depan. Berdasarkan ketentuan ini, jika entitas
tahun ini mengalami kerugian, maka kerugian tersebut dapat digunakan untuk
memperoleh kembali pembayaran pajak yang pernah dilakukan beberapa tahun
sebelumnya. Kompensasi ke depan akan menyebabkan entitas menerima restitusi
pajak pada saat entitas mengalami kerugian. Salah satu keuntungan model ini adalah
entitas dapat memperoleh dana saat mengalami kerugian sehingga dapat digunakan
untuk memperbaiki kinerjanya di masa mendatang. Untuk loss carry back tidak
dibahas dalam ini karena ketentuan ini walaupun diperkenan oleh standar namun
tidak berlaku di Indonesia.

Pajak Tangguhan akibat Kompensasi Kerugian


Aset pajak tangguhan diakui untuk akumulasi rugi pajak belum dikompensasi dan
kredit pajak belum dimanfaatkan apabila besar kemungkinan laba kena pajak masa
depan akan memadai untuk dimanfaatkan dengan rugi pajak belum dikompensasi
dan kredit pajak belum dimanfaatkan. Artinya pada saat entitas mengalami kerugian.
maka manfaat kompensast yang akan diterima di masa depan tersebut akan diakui
sebagai aset pajak tangguhan. Manfaat kompensasi tersebut akan diakui sebagai
pendapatan pajak tangguhan atau manfaat kompensasi kerugian dan disajikan
sebagai bagian beban pajak.
Praktik di negara lain, kompensasi dapat dilakukan pada periode sebelumnya.
Namun di Indonesia kompensasi hanya diperkenankan pada periode setelah kerugian
terjadi. Jika kompensasi dilakukan ke periode sebelumnya maka entitas akan
memperoleh restitusi dari pemerintah sebesar pajak yang telah dibayar, Manfaat
kompensasi akan diakui sebagai bagian dari beban pajak namun bersaldo negatif
karena berupa pendapatan. Sebagai lawan jurnalnya akan diakui sebagai piutang
restitusi.

Penyesuaian atas Aset Pajak Tangguhan


Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai kembali aset pajak tangguhan.
Entitas mengakui aset pajak tangguhan yang tidak diakui sebelumnya apabila
kemungkinan besar laba kena pajak masa depan akan tersedia untuk dipulihkan.
Sebagai contoh, perbaikan kondisi perekonomian meningkatkan kemampuan entitas
untuk menghasilkan laba kena pajak dalam jumlah yang memadai pada periode
masa depan sehingga aset pajak tangguhan yang sebelumnya tidak diakui menjadi
memenuhi kriteria pengakuan.
Perubahan kondisi perekonomian yang semakin memburuk atau perubahan
struktur bisnis entitas dapat menyebabkan kemampuan entitas menghasilkan laba
menjadi berkurang. Misalnya entitas pada awalnya memprediksi bahwa atas
kerugian yang terjadi di tahun tertentu hanya terjadi sementara dan tidak
berkelanjutan, sehingga pada tahun berikutnya diprediksi entitas dapat
memanfaatkan kompensasi kerugian yang telah diakui. Namun ternyata dengan
berjalannya waktu entitas tidak dapat memanfaatkan kompensasi kerugian tersebut
sehingga pengakuan saldo aset pajak tangguhan perlu disesuaikan.
Penyesuaian aset pajak tangguhan tidak hanya dilakukan akibat dari
kompensasi kerugian yang tidak dapat dimanfaatkan. Dalam beberapa kasus dapat
saja terjadi perbedaan temporer yang awalnya diprediksi dapat dikurangkan ternyata
sesuai dengan ketentuan perpajakan tidak dapat dikurangkan. Kondisi tersebut juga
harus dibuatkan jurnal penyesuaiannya. Misalnya beban penyisihan piutang menurut
akuntansi sudah diakui dan atas pengakuan tersebut diharapkan beban tersebut
diakui oleh pajak. Namun dalam kenyataannya, beban penyisihan atau penghapusan
piutang tersebut tidak memenuhi syarat administrasi pajak sehingga tidak dapat
dibebankan. Kondisi ini mengharuskan entitas melakukan penyesuaian atas aset
pajak tangguhan yang telah diakui.
D. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Kebijakan Akuntansi
Laporan keuangan mengungkapkan dalam kebijakan akuntansi, pengakuan dan
pengukuran pajak penghasilan. Informasi yang dijelaskan dalam kebijakan akuntansi
tersebut antara lain metode yang digunakan untuk menentukan pajak tangguhan, tarif
yang digunakan dalam menghitung pajak jika tidak menggunakan tarif umum. Jika
entitas memiliki liabilitas pajak kini yang masih dalam sengketa pajak, informasi
tersebut harus diungkapkan misalnnya terkait dengan bagaimana pengakuan pajak
atas penerbitan Surat Ketetapan Pajak, proses keberatan atau banding yang saat ini
sedang berjalan.

Beban Pajak
Beban (penghasilan) pajak terkait dengan laba rugi dari aktifitas normal disajikan
tersendiri pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.Dalam penyajian
dalam laporan keuangan penyajian beban pajak penghasilan ada yang dirinci atas
beban pajak kini dan beban pajak tangguhan, namun ada juga yang menyajikan satu
baris saja beban pajak penghasilan. Pengungkapan dalam catatan atas laporan
keuangan mengungkapkan rincian beban pajak kini dan pajak tangguhannya. Ilustrasi
18.2 menggambarkan bagaimana penyajian beban pajak penghasilan dalam laporan
laba rugi komprehensif. Jika dalam penyajian laporan keuangan hanya menyajikan

beban pajak penghasilan, rincian beban pajak kini dan tangguhan diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan.

Aset dan Liabilitas Pajak Tangguhan


Entitas melakukan saling hapus atas aset pajak kini dan liabilitas pajak kini jika dan
hanya jika entitas memiliki hak secara hukum untuk melakukan saling hapus jumlah
yang diakui dan berniat untuk menyelesaikan dengan dasar neto, atau merealisasikan
aset dan menyelesaikan liabilitas secara bersamaan. Utang pajak dan pajak dibayar di
muka dapat muncul tersendiri tidak saling hapus karena terkait dengan objek pajak
yang berbeda sehingga tidak dapat diselesaikan secara bersamaan.
Menurut PSAK 46 (Revisi 2013), entitas melakukan saling hapus aset pajak
tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan jika dan hanya jika entitas memiliki hak
secara hukum untuk saling hapus; dan aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak
tangguhan terkait dengan pajak penghasilan yang dikenakan oleh otoritas pajak yang
sama baik atas entitas yang sama atau entitas yang berbeda yang akan merealisasikan
aset dan menyelesaikan liabilitas secara bersamaan.
  Dalam laporan keuangan entitas, ada kalanya muncul liabilitas dan aset pajak
tangguhan secara terpisah. Jika itu terjadi kemungkinan aset dan pajak tangguhan
tersebut muncul dari entitas hukum yang berbeda (misalnya anak dan induk) atau
muncul dari entitas dengan otoritas pajak yang berbeda, sehingga tidak dapat
dilakukan saling hapus. Jika aset dan liabilitas pajak tangguhan muncul dalam satu
badan dan dari otoritas pajak yang sama, penyajiaannja akan muncul salah satu karena
akan dilakukan saling hapus. Misalnya dalam satu entitas tunggal (badan) depresiasi
menurut pajak untuk bangunan menurut akuntansi lebih kecil namun depresiasi
peralatan lebih besar, keduanya dapat saling hapus karena keduanya akan dijadikan
satu dalam perhitungan penghasilan kena pajak. Namun jika muncul dari entitas
badan yang berbeda maka tidak akan dilakukan saling hapus. Ilustrasi 18.3
memperlihatkan penyajian aset dan liabilitas tangguhan yang disajikan secara
terpisah. Dalam atas laporan keuangan, komponen aset dan liabilitas pajak tangguhan
tersebut dirinci sumbernya dan rekonsiliasi nilai awal dan nilai akhir periode.
 
Pengungkapan Pajak Penghasilan 
Pengungkapan pajak penghasilan termasuk cukup komprehensif dan detail dalam
laporan keuangan. Pengungkapan pajak penghasilan biasanya digabungkan menjadi
satu atas beban pajak kini, liabilitas pajak kini dan pajak tangguhan dalam kelompok
Perpajakan. Pengungkapan terdiri atas dua yaitu pengungkapan atas kebijakan
akuntansi dan pengungkapan detail rincian dan penjelasan lain yang diharuskan dalam
PSAK 46 (Revisi 2013).
  Pengungkapan kebijakan akuntansi menjelaskan metode dan dasar
perhitungan yang digunakan untuk menentukan beban pajak penghasilan. Misalnya
entitas menjelaskan dasar perhitungan pajak kini menggunakan laba kena pajak tahun
berjalan, karena laporan pajak belum diselesaikan saat laporan keuangan diterbitkan.
Kebijakan akuntansi juga menjelaskan bagaimana pengakuan kewajiban perpajakan
terkait dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak.
Pengungkapan rincian dan penjelasan informasi dalam laporan keuangan
disajikan dalam catatan atas laporan keuangan dalam subjudul Perpajakan atau Pajak
Penghasilan. Entitas akan menjelaskan seluruh Perpajakan entitas termasuk merinci
angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan terkait dengan perpajakan.
Rincian dapat dilakukan atas nilai pajak dibayar di muka, utang pajak, beban pajak
penghasilan, pajak kini, pajak tangguhan dan penjelasan surat ketetapan pajak jika
entitas menerima surat ketetapan pajak dari pemerintah. Surat Ketetapan Pajak (SKP)
adalah surat yang dikeluarkan oleh otoritas pajak yang menetapkan jumlah pajak
entitas.
Jika dalam laporan keuangan mengungkapan beban pajak penghasilan secara
total, maka rincian pajak kini dan pajak tangguhan tersebut diungkapkan dalam
laporan keuangan seperti terlihat dalam Ilustrasi 18.4. Dalam catatan atas laporan
keuangan, beban pajak kini dirinci lebih detil. Rincian dapat menjelaskan pajak kini
yang terkait dengan pajak final dan pajak tidak final. Untuk entitas konsolidasian,
pajak kini dirinci atas pajak kini entitas induk dan anak perusahaan. Pajak kini entitas
induk diperoleh dari rekonsiliasi fiskal.
 

PSAK 46 (Revisi 2013) menjelaskan komponen utama beban (penghasilan)


pajak yang harus diungkapkan secara terpisah antara lain:
1. beban (penghasilan) pajak kini
2. penyesuaian atas pajak kini yang berasal dari periode sebelumnya
3. jumlah beban (penghasilan) pjak tangguhan baik yang berasal dari timbulnya
perbeda temporer maupun dari realisasinya
4. Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan terkait dengan perubahan tarif
pajak atau penerapan peraturan perpajakan yang baru
5. jumlah manfaat yang ditimbulkan dari rugi pajak yang tidak diakui
sebelumnya, kredit pajak atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang
digunakan untuk mengurung beban pajak kini
6. jumlah manfaat dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit pajak,
perbedaan temporer periode sebelumnya yang digunakan untuk mengurangi
bebas pajak tangguhan

Untuk memenuhi pengungkapan tersebut, entitas sebenarnya diminta untuk


membuat rekonsiliasi fiskal sehingga dapat diketahui perbedaan temporer dan pajak
terutang kepada pemerintah dalam satu tahun fiskal. Selain informasi rekonsilisasi
fiskal untuk mendapatkan jumlah pajak kini, entitas juga mengungkapkan rincian aset
atau liabilitas pajak tangguhan. Beberapa item yang diungkapkan terkait dengan aset
atau liabilitas pajak tangguhan antara lain asel tetap, provisi, penurunan nilai aset
tetap/investasi, penurunan nilai aset keuangan dan imbalan kerja karyawan.
E. ANALISIS KEUANGAN
Informasi yang penting untuk diketahui pembaca laporan keuangan adalah berapa
besar pajak yang secara efektif dibayarkan atau ditanggung oleh entitas. Perbedaan
akuntansi dan pajak menyebabkan pajak yang dibebankan oleh entitas menjadi lebih
rendah atau lebih tinggi dibandingkan dengan tarif pajak yang berlaku untuk entitas
tersebut. Misalnya tarif pajak penghasilan 25% namun secara efektif pajak yang
ditanggung entitas 28% karena ada beban yang tidak diakui menurut ketentuan pajak
sehingga laba menurut pajak menjadi lebih besar. Sebaliknya, tarif pajak efektif 21%
kemungkinan ada beban menurut pajak lebih besar dibandingkan menurut akuntansi,
sehingga mengakibatkan laba menurut pajak lebih kecil.
  Tarif pajak efektif merupakan perhitungan pajak dibagi dengan laba sebelum
pajak Jika menggunakan total beban pajak disebut sebagai tarif efektif pajak atau
dikenal sebagai effective tax rate (ETR), Sementara jika pajak dihitung hanya atas
pajak kini disebut tarif efektif pajak kini atau sering disebut sebagai current effective
tax rate (CETR). Perhitungan CETR menekankan tarif pajak yang saat ini telah
menjadi kewajiban kepada otoritas pajak yang akan diselesaikan pada periode
berjalan atau periode berikutnya.
 
Tarif efektif pajak kini = Beban pajak kini / Laba sebelum pajak
Tarif efektif pajak = Total beban pajak/ Laba sebelum pajak 
Informasi tarif pajak efektif sangat berguna bagi pembaca, karena dapat
diketahui berapa sebenarnya tarif pajak yang berlaku pada entitas tersebut. Perbedaan
akuntansi dan pajak akan menyebabkan tarif efektif pajak tidak selalu sama dengan
tarif pajak yang ditetapkan oleh pemerintah. Informasi ETR dan CETR menginspirasi
banyak penelitian perpajakan. Dalam penelitian perpajakan, perbedaan ETR dengan
tarif pajak yang berlaku dapat dipandang sebagai bentuk penghindaran pajak namun
dapat juga dipandang sebagai bentuk perencanaan pajak yang dilakukan oleh entitas.
Entitas dapat melakukan perencanaan pajak yang baik sehingga mengoptimalkan
pajak yang dibayarkan namun tetap taat mengikuti ketentuan perpajakan. Misalnya
dengan menghindari biaya yang menurut pajak tidak diperbolehkan sehingga koreksi
positif yang berdampak penghasilan kena pajak dapat diminimalkan. Hal yang tidak
dibolehkan adalah tax evasian yaitu melakukan upaya untuk menghindari pajak
dengan cara yang melanggar peraturan perpajakan.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Akuntansi pajak penghasilan akan menjelaskan tentang bagaimana perusahaan
menghitung, menyajikan dan mengungkapkan informasi pajak penghasilan dalam
laporan keuangan. Informasi pajak penghasilan akan disajikan sebagai beban pajak
pada laporan laba rugi. Konsekuensi pengakuan beban tersebut akan muncul aset atau
liabiltas dalam laporan posisi keuangan. Beban pajak yang muncul dapat berupa
beban pajak kini ataupun beban pajak tangguhan. Pajak penghasilan dalam laporan
keuangan diatur dalam PSAK 46 (Revisi 2013) pajak penghasilan.
Laba sebelum pajak dan laba kena pajak berbeda karena peratuaran pajak
berbeda dengan standar akuntansi. Perbedaan tersebut dapat diklasifikasikan atas
perbedaan temporer dan perbedaan permanen.
Kompensasi kerugian akan diakui sebagai aset pajak tangguhan dan
pendapatan pada tahun kerugian terjadi. Dalam pengungkapan pajak penghasilan,
beban pajak kini, asset dan liabilitas pajak tangguhan akan dirinci dan dijelaskan
dalam catatan atas laporan keuangan. Dalam menganalisis laporan keuangan, ada
perbedaan akuntansi dan pajak menyebabkan pajak yang dibebankan oleh entitas
menjadi lebih rendah atau lebih tinggi dibandingkan dengan tarif pajak yang berlaku
untuk entitas tersebut. Entitas dapat melakukan perencanaan pajak yang baik sehingga
mengoptimalkan pajak yang dibayarkan namun tetap taat mengikuti ketentuan
perpajakan

DAFTAR PUSTAKA
Martini, Dwi. dkk. 2015. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasisi PSAK Buku 2. Jakarta :
Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai