Makalah Akt PPH
Makalah Akt PPH
Dosen Pengampu :
Dr. Fatmasari Sukesti, SE., M.Si.
Disusun Oleh :
Iin Nurush Sholichah / E2B021303
Novia Kholifatul Maghfiroh / E2B021504
Nevia Putri Andrianni / E2B021501
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
I. Latar Belakang..............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. PAJAK PENGHASILAN.........................................................................................5
B. PAJAK TANGGUHAN..........................................................................................11
C. KOMPENSASI KERUGIAN.................................................................................15
E. ANALISIS KEUANGAN........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Akuntansi
Pajak Penghasilan” guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada ibu Dr. Fatmasari Sukesti, SE., M.Si. selaku
Dosen mata kuliah ini dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini. Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa nya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Demikian penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah
dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Suatu entitas memiliki kewajiban untuk memenuhi ketentuan perundang-
undangan. Salah satu ketentuan yang harus dipenuhi oleh entitas adalah peraturan
perpajakan. Setiap entitas terikat dengan peraturan pajak yang berlaku di mana entitas
tersebut beroperasi. Entitas yang didirikan di Indonesia memiliki kewajiban perpajakan
sesuai dengan regulasi perpajakan di Indonesia antara lain UU Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, UU 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, UU 42 Tahun 2009,
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah, UU
Pajak Bumi dan Bangunan dan lainnya. Pajak tersebut disetorkan ke kas negara, dan bagi
negara pajak merupakan penerimaan negara yang akan digunakan untuk mendanai
pengeluaran pemerintah.
Kewajiban pajak setiap entitas berbeda-beda bergantung pada tipe bisnis suatu
entitas. Misalnya entitas pada industri konstruksi dikenakan pajak final yang dihitung dari
nilai amun ada pajak yang berlaku di semua entitas walaupun dengan pengaturan yang
berbeda. penjualan. Namun secara umum pajak penghasilan dikenakan atas laba sebelum
pajak yang dihitung dari pendapatan dikurangi dengan beban yang menurut pajak
diperkenankan. Bab ini hanya membahas secara umum pajak penghasilan (PPh) yang
dikenakan atas laba entitas dan tidak membahas kewajiban pajak yang lain.
Entitas usaha dalam UU Pajak Penghasilan termasuk subjek pajak yang dalam istilah pajak
disebut badan Penghasilan yang diterima oleh entitas merupakan objek pajak, namun
penghasilan tersebut dapat dikurangkan dengan beban yang boleh dikurangkan. Artinya,
entitas akan dikenakan pajak atas laba menurut pajak yang merupakan penghasilan
dikurangi beban menurut ketentuan pajak.
Selain kewajiban membayar pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya, entitus juga memiliki kewajiban untuk memotong pajak penghasilan pihak
lain. Misalnya atas pembayaran gaji karyawan entitas memotong PPh Pasal 21, atas
pembayaran jasa audit entitas memotong PPh pasal 23 dan atas penghasilan yang diterima
konsultan asing entitas memotong PPh pasal 26. Kewajiban ini harus dilaksanakan entitas
walaupun tidak terkait dengan penghasilan entitas, namun lebih terkait dengan memotong
pajak atas pembayaran beban yang dikeluarkan oleh entitas. Kewajiban memotong pajak
pihak lain (pihak ketiga) dalam pajak disebut pajak witholding.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Akuntansi pajak penghasilan dan bagaimana Standart
akuntansinya?
2. Apa perbedaan antara laba sebelum pajak dan laba kena pajak?
3. Apa yang dimaksud beban pajak kini dan liabilitas pajak kini?
4. Apa perbedaan akuntasi dan pajak, perbedaan temporer dan permanen?
5. Bagaiman ketentuan kompensasi kerugian?
6. Apa saja isu dalam pajak penghasilan?
7. Bagaimana penyajian dan pengungkapan pajak penghasilan?
8. Bagaimana menganalisis laporan keuangan terkait pajak penghasilan?
II. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui tentang maksud pajak
penghasilan dan standart yang berlaku di Indonesia, mengetahui perbedaan antara laba
sebelum pajak dan laba kena pajak, mengetahui beban pajak kini dan liabilitas pajak kini,
mengetahui perbedaan akuntansi dan pajak, mengetahui ketentuan kompensasi pajak,
mengetahui penyajian dan pengungkapan pajak penghasilan serta menganalisis laporan
keuangan yang berkaitan dengan perpajakan.
BAB II PEMBAHASAN
A. PAJAK PENGHASILAN
Akuntansi Pajak Penghasilan
Akuntansi pajak penghasilan akan menjelaskan tentang bagaimana perusahaan
menghitung, menyajikan dan mengungkapkan informasi pajak penghasilan dalam
laporan keuangan. Informasi pajak penghasilan akan disajikan sebagai beban pajak
pada laporan laba rugi. Konsekuensi pengakuan beban tersebut akan muncul aset atau
liabiltas dalam laporan posisi keuangan. Beban pajak yang muncul dapat berupa beban
pajak kini ataupun beban pajak tangguhan.
Topik utama perlakuan akuntansi pajak penghasilan adalah bagaimana
menghitung konsekuensi pajak kini dan masa depan. Pemulihan atau penyelesaian
tercatat aset (liabilitas) mengandung konsekuensi pajak di masa depan. Demikian juga
transaksi atau peristiwa lain pada periode berjalan yang diakui dalam laporan posisi
keuangan entitas dapat memiliki konsekuensi pembayaran atau pengurangan
pembayaran pajak di masa depan. Entitas mengakui liabilitas atau aset pajak tangguhan
atas konsekensi pajak akibat pengakuan aset atau liabilitas dalam laporan keuangan.
Pengakuan aset atau liabilitas pajak tangguhan akan memunculkan pendapatan
atau beban pajak tangguhan yang diakui dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain. Pengakuan aset pajak tangguhan akan diikuti dengan pengakuan
pendapatan pajak tangguhan. Sebaliknya pengakuan liabilitas pajak tangguhan akan
diikuti dengan pengakuan beban pajak tangguhan.
Pengakuan konsekeunsi pajak atas peristiwa dan transaksi dalam laporan laba
rugi dan penghasilan komprehensif mengikuti pengakuannya dalam laporan keuangan.
Jika peristiwa atau transaksi diakui dalam laporan laba rugi maka konsekuensi pajak
penghasilannya akan diakui dalam laporan laba rugi. Namun jika peristiwa dan
transaksi tersebut diakui sebagai penghasilan komprehensif lain maka konsekuensi
pajaknya akan diakui dalam penghasilan komprehensif lain. Dalam beberapa hal
pengakuan transaksi dan peristiwa tidak mengandung konsekuensi pajak di masa depan,
maka tidak akan diakui pajak kini maupun pajak tangguhannya.
Beban Pajak
Beban pajak adalah jumlah agregat beban pajak kini dan beban pajak tangguhan yang
diperhitungkan atas laba akuntansi yang diakui pada satu periode. Beban pajak akan
dipadankan dengan laba akuntansi yang diakui pada periode tersebut. Pajak kini adalah
jumlah pajak penghasilan yang terutang (dilunasi) atas laba kena pajak (rugi pajak)
untuk satu periode.
Beban pajak kini adalah pajak yang dihitung menurut ketentuan pajak atas
penghasilan yang diperoleh entitas dalam satu periode Pajak kini untuk entitas
tersendiri (bukan konsolidasian) merupakan pajak terutang dalam satu tahun fiskal yang
tercantum dalam Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan. Untuk entitas yang
terkonsolidasi dengan anak perusahaan, pajak kini merupakan penjumlahan semua
pajak terutang seluruh entitas yang dikonsolidasi. Pajak tidak mengenal konsep
konsolidasi, pajak dibayar oleh masing-masing badan/entitas. Pajak kini untuk entitas
yang dikenakan pajak final adalah pajak terutang atas penghasilan yang diakui dalam
periode tersebut.
Beban atau pendapatan pajak tangguhan merupakan konsekuensi pajak akibat
pengakuan aset atau liabilitas dalam laporan keuangan yang berbeda secara temporer
dengan dasar pengenaan pajaknya. Pengakuan pajak tangguhan hanya dilakukan atas
perbedaan temporer, maksudnya perbedaan akan terpulihkan di masa mendatang.
Secara total pengakuan menurut akuntansi dan pajak sama, namun terdapat perbedaan
pengakuan pada setiap periode. Pendapatan pajak tangguhan juga dapat terjadi karena
kompensasi kerugian yang menurut ketentuan pajak dapat dikompensasikan di masa
mendatang.
Pengakuan beban pajak tangguhan akan ditambahkan dengan beban pajak
kini, sehingga total beban pajak akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan beban
pajak kini. Namun sebaliknya pendapatan pajak tangguhan akan dikurangkan dari
beban pajak kini, sehingga total beban pajak lebih kecil dibandingkan dengan beban
pajak kini.
B. PAJAK TANGGUHAN
Perbedaan Akuntansi dan Pajak
Penghasilan kena pajak dan laba akuntansi memiliki dasar hukum yang berbeda.
Pajak dikenakan dan dihitung berdasarkan ketentuan perpajakan, sedangkan laba
akuntansi dihitung sesuai dengan kaidah dalam standar akuntansi. Perbedaan antara
keduanya berlaku umum hampir di semua peraturan perpajakan di berbagai negara.
Walaupun letak perbedaan tersebut sebenarnya relatif umum dan sama, namun
memiliki cara pengaturan yang berbeda. Perbedaan yang muncul misalnya terkait
dengan perhitungan depresiasi, pengaturan beberapa beban dan penghasilan yang
menurut pajak diakui dengan basis kas, pengaturan atas penghasilan yang menurut
pajak diatur dengan ketentuan khusus dan pengaturan beberapa beban yang menurut
pajak tidak diperkenankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
Perbedaan tersebut dapat diklasifikasikan atas perbedaan temporer dan
permanen. Namun jika dilihat dari dampak akhirnya dapat diklasifikasikan atas
perbedaan positif atau negatif. Perbedaan positif terjadi jika laba akuntansi lebih
besar dari laba pajak dan sebaliknya. Perbedaan yang mengandung konsekuensi
pengakuan pajak tangguhan menurut akuntansi adalah perbedaan temporer.
Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau liabilitas
pada posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya. Perbedaan temporer dapat
berupa perbedaan temporer kena pajak dan perbedaan temporer dapat dikurangkan.
Perbedaan temporer terjadi karena perbedaan waktu pengakuan namun secara total
nilai penghasilan dan beban yang diakui jumlahnya sama.
Misalnya beban terkait dengan aset tetap. Secara total nilai aset yang dibeli
untuk kegiatan operasional entitas dapat dibebankan sebagai beban operasional
melalui proses depresiasi. Perbedaan masa manfaat depresiasi antara akuntansi dan
pajak menyebabkan perbedaan beban depresiasi pada setiap periode, namun totalnya
sama. Akuntansi sering menggunakan nilai sisa sedangkan pajak tidak menggunakan
nilai sisa dalam depresiasi. Penggunaan nilai sisa akan menyebabkan beban
depresiasi yang berbeda antara akuntansi dan pajak, namun perbedaan ini akan
hilang saat aset tersebut dijual atau dilepaskan. Perbedaan pengakuan
keuntungan/kerugian pelepasan aset antara akuntansi dan pajak menyebabkan
perbedaan akibat nilai sisa menjadi hilang.
Perbedaan temporer akan diakui sebagai pendapatan atau beban pajak
tangguhan dan sebagai konsekuensinya akan diakui sebabagai aset dan liabilitas
pajak tangguhan dalam Japoran posisi keuangan. Perbedaan temporer akan
dipulihkan atau diselesaikan di masa mendatang, sehingga konsekusensi perbedaan
atas pengakuan aset/liabilitas tertentu akan hilang ketika perbedaan tersebut tidak
ada lagi.
Perbedaan Permanen
Perbedaan permanen adalah perbedaan antara laba sebelum pajak (akuntansi)
dengan penghasilan kena pajak yang tidak dapat terpulihkan di masa depan.
Perbedaan ini secara permanen tidak akan hilang karena terdapat perbedaan esensi
dalam pengaturan pajak dan akuntansi Perbedaan tersebut akan membuat laba
menurut akuntansi berbeda dengan laba menurut pajak, namun perbedaan tersebut
tidak akan diakui sebagai pajak tangguhan.
Beberapa kejadian berikut menyebabkan perbedaan permanen akuntansi dan pajak.
1. Pengakuan beban yang menurut akuntansi diperkenankan sedangkan
menurut pajak tidak diperkenankan antara lain beban sumbangan yang tidak
diperkenankan oleh regulasi. beban yang tidak terkait dengan mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan misalnya entertainment yang tidak ada
daftar nominatifnya, beban untuk keperluan pribadi pemegang saham.
2. Pengakuan pendapatan yang menurut pajak bukan merupakan penghasilan
misalnya laba dari entitas asosiasi dengan kepemilikan 25-50%.
3. Penghasilan yang dikenakan pajak final.
C. KOMPENSASI KERUGIAN
Definisi dan Ketentuan Kompensasi Kerugian
Kompensasi kerugian adalah kompensasi yang diberikan kepada entitas yang
mengalami kerugian untuk tidak membayar pajak pada periode berikutnya sejumlah
kerugian yang telah diakui atau dibatasi oleh waktu. Ketentuan dalam regulasi pajak
di Indonesia menyebutkan bahwa entitas diberikan kompensasi kerugian sampai
dengan lima tahun. Artinya jika sebuah entitas pada tahun ini mengalami kerugian
maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan sampai dengan 5 (lima) tahun ke
depan. Regulasi di Indonesia hanya membolehkan melakukan kompensasi ke rugian
ke periode setelahnya atau sering disebut dengan istilah loss carry forward.
Regulasi di negara lain ada yang membolehkan kompensasi dilakukan atas
periode yang telah lalu atau sering disebut dengan istilah loss carry back. Amerika
Serikat misalnya, membolehkan kompensasi dengan carry back selama 2 (dua) tahun
dan carry forward selama 20 tahun ke depan. Berdasarkan ketentuan ini, jika entitas
tahun ini mengalami kerugian, maka kerugian tersebut dapat digunakan untuk
memperoleh kembali pembayaran pajak yang pernah dilakukan beberapa tahun
sebelumnya. Kompensasi ke depan akan menyebabkan entitas menerima restitusi
pajak pada saat entitas mengalami kerugian. Salah satu keuntungan model ini adalah
entitas dapat memperoleh dana saat mengalami kerugian sehingga dapat digunakan
untuk memperbaiki kinerjanya di masa mendatang. Untuk loss carry back tidak
dibahas dalam ini karena ketentuan ini walaupun diperkenan oleh standar namun
tidak berlaku di Indonesia.
Beban Pajak
Beban (penghasilan) pajak terkait dengan laba rugi dari aktifitas normal disajikan
tersendiri pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.Dalam penyajian
dalam laporan keuangan penyajian beban pajak penghasilan ada yang dirinci atas
beban pajak kini dan beban pajak tangguhan, namun ada juga yang menyajikan satu
baris saja beban pajak penghasilan. Pengungkapan dalam catatan atas laporan
keuangan mengungkapkan rincian beban pajak kini dan pajak tangguhannya. Ilustrasi
18.2 menggambarkan bagaimana penyajian beban pajak penghasilan dalam laporan
laba rugi komprehensif. Jika dalam penyajian laporan keuangan hanya menyajikan
beban pajak penghasilan, rincian beban pajak kini dan tangguhan diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Martini, Dwi. dkk. 2015. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasisi PSAK Buku 2. Jakarta :
Salemba Empat