Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH

Dosen Pengampu : Alwiyah, S.E,. M. Si

Disusun Oleh Kelompok III:

 Rini Aprilia (E2B021002)


 Bella Septiana (E2B021306)
 Mila Mukharomah (E2B021506)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Alwiyah, S.E, M.Si selaku dosen mata kuliah
Akuntansi Sektor Publik atas bimbingannya, juga kepada teman-teman yang memberikan
kritik dan saran mengenai makalah ini.

Dalam makalah ini mungkin terdapat kekurangan yang tidak sengaja penulis
melakukannya. Oleh karena itu penulis mohon maklum dan meminta saran dan kritiknya
untuk hasil yang lebih baik lagi. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.

Semarang, 20 April 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA.................................................................................3
B. UNDANG-UNDANG MENGATUR KEUANGAN NEGARA................................................4
C. MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA.....................................................5
D. SUMBER KEUANGAN NEGARA..........................................................................................6
E. MASALAH DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA..........................................6
F. ASAS-ASAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA.......................................................7
G. MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA.....................................................7
H. LEMBAGA PENGELOLA KEUANGAN NEGARA...............................................................7
I. KEUANGAN DAERAH.........................................................................................................10
J. SUMBER PENDAPATAN DAERAH....................................................................................10
1. Pendapatan Asli Daerah...............................................................................................................11
2. Dana Perimbangan.......................................................................................................................11
3. Lain-lain Pendapatan yang sah....................................................................................................12
K. PENGELUARAN DAERAH ( BELANJA DAERAH)...........................................................12
L. SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH.............................................................13
BAB III................................................................................................................................................15
PENUTUP...........................................................................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................................................15
B. Saran........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengelolaan keuangan negara dan daerah adalah aspek penting dalam menjaga
stabilitas ekonomi suatu negara. Latar belakang materi ini mencakup sejarah, konsep
dasar, dan tantangan yang dihadapi dalam mengelola anggaran publik. Secara historis,
pengelolaan keuangan publik telah berkembang dari model sederhana menjadi sistem
yang kompleks, seiring dengan pertumbuhan dan kompleksitas ekonomi. Konsep
dasarnya mencakup alokasi sumber daya, pengumpulan pendapatan, serta penggunaan
dan pertanggungjawaban atas pengeluaran publik. Di sisi lain, tantangan dalam
pengelolaan keuangan negara dan daerah meliputi pengendalian pengeluaran,
pemantauan kinerja keuangan, dan transparansi. Keterbatasan sumber daya dan
tekanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat memperumit pengambilan keputusan
terkait alokasi anggaran. Di samping itu, tuntutan untuk menjaga keseimbangan fiskal
serta meminimalkan risiko kebangkrutan menjadi perhatian utama bagi pemerintah.
Selain itu, upaya untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan keuangan publik menjadi semakin penting di era globalisasi ini.Dalam
menghadapi dinamika ekonomi global, pemerintah juga harus mengantisipasi
perubahan regulasi internasional yang dapat mempengaruhi kebijakan fiskal dan
pengelolaan keuangan negara dan daerah. Hal ini memerlukan keterlibatan aktif
dalam forum internasional dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan-
perubahan tersebut. Selain itu, upaya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pengelolaan keuangan publik menjadi fokus utama untuk memastikan pemanfaatan
sumber daya yang optimal demi kesejahteraan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah bahwa:

1. Bagaimana pengelolaan keuangan Negara Kesatuan Republik Indonesia?

2. Dari mana sumber keuangan Negara Kesatuan Republik Indonesia ?

3. Apa saja pengeluaran keuangan Negara Kesatuan Republik Indonesia ?

1
4. Bagaimana penyaluran keuangan Negara Kesatuan Republik Indonesia?

5. Apakah Pengertian Keuangan daerah?

6. Apa macam-macam sumber pendapatan daerah?

7. Apa yang dimaksud dengan pengeluaran daerah (belanja daerah) dan apa saja sumber
pengeluaran daerah?
8. Bagaimana siklus pengelolaan keuangan daerah?

C. Tujuan
Tujuan utama dari penulisan adalah untuk mendeskripsikan lebih dalam mengenai
siklus pengelolaan Keuangan Negara dan Daerah, serta untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA


Menurut UU RI Nomor 17 tahun 2003, keuangan negara adalah semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang
/ barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut. Menurut para ahli keuangan negara adalah :

 Menurut Van Der Kamp


Keuangan Negara adalah semua hak yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula
segala sesuatu baik berupa uang atau barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubungan dengan hak-hak tersebut
 Menurut M. Ichwan
Keuangan negara adalah rencana kegiatan secara kuantitatif (dengan angka-angka
diantaranya diwujudkan dalam jumlah mata uang), yang akan dijalankan untuk masa
mendatang lazimnya atu rahun mendatang.
 Menurut Geodhart
Keuangan negara merupakan keseluruhan undang-undang yang ditetapkan secara
periodik yang memberikan kekuasaan pemerintah untuk melaksanakan pengeluaran
mengenai periode tertentu dan melanjutkan alat pembiayaan yang diperluka untuk
menutup pengeluaran tersebut.
 Menurut Glen A. Welsch
Keuangan negara adalah suatu bentuk statement dari rencana dan kebijaksanaan
manajemen yang dipakai dalam suatu periode tertentu sebagai petunjuk dalam periode
tersebut

3
B. UNDANG-UNDANG MENGATUR KEUANGAN NEGARA
Pasal 23

1. Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan


keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesarbesarnya
kemakmuran rakyat.
2. Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan
oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
3. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah
menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu.
Pasal 23A

Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undangundang

Pasal 23B

Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang

Pasal 23C

Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang

Pasal 23D

Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan,


tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang.

Dan dapat disimpulkan bahwa :

a. Mekanisme penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) menuntut


akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan negara. Hal ini
dikarenakan APBN merupakan salah satu unsur penting untuk kepentingan
pembangunan nasional dan ada bagian-bagian yang berkaitan dengan
pembangunan daerah, pembahasannya dilakukan dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.

4
b. APBN merupakan gambaran utuh tentang pelaksanaan dan tanggung jawab
pengelolaan keuangan negara yang ditujukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat .
c. Pemerintah tidak boleh memaksakan berlakunya ketentuan bersifat kewajiban
material yang mengikat dan membebani rakyat tanpa disetujui terlebih dahulu oleh
rakyat itu sendiri melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat. Berkaitan
dengan pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa, diharapkan DPR
memperjuangkan kepentingan dan aspirasi rakyat dan agar kepentingan dan
aspirasi rakyat menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan.
d. Peredaran dan nilai mata uang harus berada di dalam kontrol pemerintah.

e. Permasalahan keuangan negara tidak hanya diatur dalam undang-undang dasar


saja, tetapi diatur pula dalam peraturan perundang-undangan yang derajatnya di
bawah undang-undang dasar. Misalnya, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, dan sebagainya.
f. Negara mempunyai bank sentral yang mempunyai tugas dan kewenangan tertentu
yang ditetapkan oleh undang-undang.

C. MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA


Berdasarkan ketentuan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara terutama Pasal 6 Ayat (1) disebutkan bahwa
Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan
negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Ketentuan pasal tersebut
menunjukkan bahwa Presiden Republik Indonesia bertanggung jawab atas kegiatan
pengelolaan keuangan negara yang dilakukan untuk mencapai tujuan negara.

Dalam Pasal 6 Ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun


2003 tentang Keuangan Negara diuraikan bahwa Kekuasaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1):

 dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil


Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;

5
 dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/
Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;
 diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah
untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan
 tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain
mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undangundang

D. SUMBER KEUANGAN NEGARA :

Sumber Keuangan Negara meliputi:

a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman;
b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan
negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan Negara;

d. Pengeluaran Negara;

e. Penerimaan Daerah;

f. Pengeluaran Daerah;

g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa
uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan
daerah;
h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan
tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah

E. MASALAH DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA :

6
a. Rendahnya efektivitas dan efesiensi penggunaan uang pemerintah akibat maraknya
pembiayaan kegiatan negara.
b. Kurang adanya skala prioritas yang terumuskan secara tegas dalam proses
pengelolaan keuangan negara yang menimbulkan pemborosan sumber daya publik.
c. Menuntut dilakukannya reformasi menejemen keuangan pemerintah adalah
terjadinya kebocoran dan penyimpangan.
d. Rendahnya profesionalisme aparat pemerintah dalam mengelola anggaran publik.

F. ASAS-ASAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA :

a. Asas kesatuan : menghendaki agar semua pendapatan dan belanja negara di sajikan
dalam satu dokumen anggaran.
b. Asal universalitas : mengharuskan setiap transaksi keuangan ditampilkan secara utuh
dalam dokumen anggaran.
c. Asas tahunan : membatasi masa berlakunya anggaran untuk satu tahun tertentu.

d. Asas spesialitas : mewajibkan agar kredit anggaran yang di sediakan terperinci


secara jelas peruntukannya.

G. MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA :


UU RI No. 17 tahun 2003 pasal 6 ayat (1) menjelaskan bahwa presiden
bertanggung jawab atas kegiatan pengelolaan negara. UU RI No. 17 tahun 2003 pasal 6
ayat (2) menjelaskan bahwa presiden mendelegasikan kekuasaan pengelolaan keuangan
negara kepada Menteri Keuangan, Menteri / Pimpinan Lembaga Negara, dan kepala
daerah. Menurut UUD 1945 pasal 23 ayat 2, Presiden menyusun RAPBN setiap tahun,
diajukan pada DPR untuk dibahas bersama DPD.

H. LEMBAGA PENGELOLA KEUANGAN NEGARA :


 Menterti Keuangan

Jabatan dalam pemerintahan negera yang berdaulat dengan tanggung jawab pada
keuangan negara, tugasnya :

1. Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;


2. Menyusun rencana APBN dan rancangan perubahan APBN;

7
3. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;
4. Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;
5. Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan negara;
6. Melaksanakan fungsi bendahara umum negara;
7. Menyusun laporan keuangan
 Kementerian/Pimpinan Lembaga Negara adalah kementerian negara di lingkungan
Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan keuangan dan kekayaan negara,
Kementerian Keuangan berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada
Presiden. Kementerian Keuangan dipimpin oleh seorang Menteri Keuangan (Menkeu)
yang sejak tanggal 27 Juli 2016 dijabat oleh Sri Mulyani, tugasnya :

1. Menyusun rancangan anggaran kementerian negara;

2. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

3. Melaksanakan anggaran kementerian negara;

4. Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkannya


ke Kas Negara;
5. Mengelola utang piutang negara yang menjadi tanggung jawabnya;

6. Mengelola barang milik negara yang menjadi tanggung jawabnya;

7. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara.

• Kepala Daerah Tugasnya :

1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD

2. Menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD

3. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan


peraturan daerah;
4. Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;

5. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan


APBD.
a. Bank Indonesia

BI merupakan lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan


pemerintah atau pihak lainnya. Sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai
tujuan tunggal: “memelihara kestabilan rupiah”.

8
Tugas Bank Indonesia:

• Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.

• Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.

• Mengatur dan mengawasi bank.

b. Bank Sentral

Bank sentral adalah pembina dan pengawas bank.

Kewenangan bank sentral:

• Memberi/mencabut, atau mengajukan rekomendasi pemberian izin usaha


kepada bank.

• Mengatur, mengawasi, dan memberi sanksi kepada bank.

c. Badan Pemeriksa Keuangan

I. Peran Badan Pemeriksa Keuangan dalam UUD 1945


Ketentuan konstitusional tentang BPK :
Pasal 23E

a. Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara


diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.
b. Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
sesuai dengan kewenangannya.

c. Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau


badan sesuai dengan undang-undang.

Pasal 23F

9
a. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat
dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan
diresmikan oleh Presiden.
b. Pimpinan Badan Perneriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.

Pasal 23G

a. Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara dan


memiliki perwakilan di setiap provinsi.
b. Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur
dengan undang-undang.

I. KEUANGAN DAERAH
Dalam Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 2000, menyebutkan bahwa keuangan
daerah adalah semua hak dan kewjiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang temasuk didalamnya segala bentuk
kekayaan lain yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam
kerangka APBD.

Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan tersebut, keuangan daerah


sebagai salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan dikeluarkannya undang-undang
tentang Otonomi Daerah, membawa konsekuensi bagi daerah yang akan menimbulkan
perbedaan antar daerah yang satu dengan yang lainnya, terutama dalam hal
kemampuan keuangan daerah.

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011


Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, keuangan daerah adalah semua hak
dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat
dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

Dengan demikian keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang.
Keuangan daerah digunakan untuk membiayai semua kebutuhan daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan.

10
J. SUMBER PENDAPATAN DAERAH
Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku yaitu UU RI No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 157, sumber-sumber pendapatan daerah
dapat dikelompokan sebagai berikut:

1. Pendapatan Asli Daerah


Menurut UU RI No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan Daerah penjelasan pasal 1 ayat 28, menyatakan tentang
pengertian Pendapatan Asli Daerah yaitu: “pendapatan yang diperoleh daerah yang
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan
perundangundangan”. Sedangkan menurut Indra Bastian (2001:83) mengemukakan
bahwa : “ pendapatan Asli Daerah adalah semua pendapatan yang berasal dari sumber
ekonomi asli daerah”.

Kelompok PAD diklarifikasikan 4 jenis:

• Pajak Daerah ( contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air.
• Retribusi Daerah ( seperti: Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah, Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan, Retribusi kelebihan
Muatan, Retribusi Perizinan Pelayanan dan pengendalian.)
• Bagian Laba Perusahaan Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Lainnya yang dipisahkan ( seperti : Bagian laba Bank Pembangunan Daerah
(BPD), Bagian Laba Perusahaan Daerah, dan Bagi hasil investasi pada pihak
ketiga.
• Lain-lain PAD ( yaitu semua yang bukan berasal dari pajak, retribusi dan laba
usaha daerah, antara lain: hasil penjualan barang milik daerah, penerimaan jasa
giro, penerimaan ganti rugi atas kekayaan daerah, denda keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan, penerimaan bunga deposit.

2. Dana Perimbangan

Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.” (UU RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah pasal 1 ayat 19).

11
Menurut Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto mengemukakan bahwa kelompok
dana perimbangan adalah:
• Bagi hasil pajak seperti: Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
• Bagi Hasil Bukan Pajak seperti : Sumber Dana daya Hutan, Pemberian atas Hak
Tanah Negara, Penerimaan iuran eksplorasi.
• Dana Alokasi Khusus adalah perimbangan dalam rangka untuk membiayai
kebutuhan tertentu.
• Dana perimbangan dari provinsi adalah dana perimbangan dalam pemerintah
kabupaten/kota yang berasal dari pemerintah provinsi.

3. Lain-lain Pendapatan yang sah


Menurut UU RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah pada bagian penjelasan pasal 3 ayat 4 menyatakan
bahwa : Lain-lain pendapatan yang sah antara lain: hibah, dana darurat, dan
penerimaan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

K. PENGELUARAN DAERAH ( BELANJA DAERAH)


Belanja daerah adalah semua pengeluaran pemerintah pada periode anggaran
daerah yang berupa aktiva keluar, timbulnya utang yang bukan disebabkan oleh
pembagian kepada pemilik ekuitas dana (rakyat).
Menurut Per mendagri No. 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Per mendagri
No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman pengelolaan Keuangan Daerah, Belanja Daerah
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Belanja Langsung

Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara


langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Langsung terdiri
dari: (belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal)
2. Belanja Tidak Langsung

Belanja Tidak Langsung adalah belanja yang dianggarkan tidak terkait


langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Tidak Langsung

12
diklasifikasikan menjadi: (belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial,
belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tak terduga).

L. SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH


Siklus pengelolaan keuangan daerah terdiri dari lima tahapan sebagai berikut

1. Perencanaan sasaran dan tujuan fundamental

Tahap pertama merupakan tanggung jawab legislatif dan eksekutif yang


dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD).

2. Perencanaan operasional

Tahap kedua eksekutif menyusun perencanaan tahunan yang disebut Rencana


Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

3. Penganggaran

Pada tahap ketiga, berdasarkan dokumen perencanaan disusunlah Anggaran


Pendapatan dan Belanja Daerah.

4. Pengendalian dan pengukuran

Sedangkan tahap keempat merupakan pelaksanaan anggaran dan


pengukuran.

5. Pelaporan dan umpan balik

Tahap kelima merupakan pelaporan atas pelaksanaan anggaran yang terdiri


dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus kas dan catatan
laporan keuangan.

Dalam PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dikatakan


bahwa Pemerintah Daerah harus membuat sistem akuntansi yang diatur dengan Peraturan
Kepala Daerah. Sistem akuntansi ini untuk mencatat, menggolongkan, menganalisis,
mengikhtisarkan dan melaporkan transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD.

Pengaturan bidang akuntansi dan pelaporan dilakukan dalam rangka untuk


menguatkan pilar akuntabilitas dan transparansi. Dalam rangka pengelolaan keuangan
13
daerah yang akuntabel dan transparan, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
mengamanatkan Pemerintah Daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban berupa:
(1) Laporan Realisasi Anggaran,

(2) Neraca,

(3) Laporan Arus Kas, dan

(4) Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan keuangan dimaksud disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.


Sebelum dilaporkan kepada masyarakat melalui DPRD, laporan keuangan perlu diperiksa
terlebih dahulu oleh BPK.

Fungsi pemeriksaan merupakan salah satu fungsi manajemen sehingga tidak dapat
dipisahkan dari manajemen keuangan daerah. Berkaitan dengan pemeriksaan telah
dikeluarkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara. Terdapat dua jenis pemeriksaan yang dilaksanakan
terhadap pengelolaan keuangan negara, yaitu pemeriksaan intern dan pemeriksaan
ekstern.

Pemeriksaan atas pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan sejalan dengan


amandemen IV UUD 1945. Berdasarkan UUD 1945, pemeriksaan atas laporan keuangan
dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Dengan
demikian BPK RI akan melaksanakan pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah
daerah. Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan keuangan ini, BPK sebagai auditor yang
independen akan rnelaksanakan audit sesuai dengan standar audit yang berlaku dan akan
mernberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Kewajaran atas laporan
keuangan pemerintah ini diukur dari kesesuaiannya terhadap standar akuntansi
pemerintahan. Selain pemeriksaan ekstern oleh BPK, juga dapat dilakukan pemeriksaan
intern. Pemeriksaan ini pada pemerintah daerah dilaksanakan oleh Badan Pengawasan
Daerah / Inspektorat Provinsi dan atau Kabupaten/Kota.

14
.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan mengenai pengelolaan keuangan negara dan daerah dapat ditarik dari
beberapa aspek. Pertama, efisiensi dan transparansi dalam penggunaan anggaran publik
sangat penting untuk menjaga keseimbangan fiskal dan meminimalkan risiko
pemborosan. Kedua, pengawasan yang ketat dan penerapan prinsip akuntabilitas
merupakan landasan bagi pengelolaan keuangan yang baik, yang dapat meningkatkan
kepercayaan publik dan mengurangi potensi korupsi. Terakhir, pengembangan sumber
daya manusia yang kompeten di bidang keuangan dan pemahaman yang mendalam
tentang prinsip-prinsip pengelolaan keuangan publik juga krusial untuk mengoptimalkan
kinerja sistem keuangan negara dan daerah. Dengan demikian, pengelolaan keuangan
yang baik akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi, pelayanan publik yang
lebih baik, dan pembangunan yang berkelanjutan.

B. Saran
Penulis berharap dapat mengembangkan dan memperbaiki makalah ini menjadi
lebih baik lagi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua mahasiswa jurusan
akuntansi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Mirza. 2017. Makalah Pengelolaan Keuangan Negara. Terdapat dalam:


https://id.scribd.com/document/367260310/Makalah-Pengelolaan-Keuangan-Negara

Intan, 2017 Makalah Pengelolaan Keuangan Daerah. Terdapat dalam:

https://id.scribd.com/document/364294972/MAKALAH-1-KEUANGAN-DAERAH-docx

Undang-Undang Nomor Nomor 2 Tahun 2012,tentang sumber pendapatan daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah


Pusat dan Daerah. Makalah: Keuangan Daerah

16

Anda mungkin juga menyukai