Anda di halaman 1dari 40

PENGARUH STRATEGI BELAJAR BAHASA DAN SIKAP OPTIMISME

TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA SANTRI


DI PONDOK PESANTREN AR-RAHMAN PALEMBANG

Disusun Oleh :
Marni Prasyur Aprina
(1730204089)

Dosen Pengampu :
Nurul Hidayah, M.Pd.I

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Arab adalah bahasa rumpun Semit (kaum Semit) yang paling tua
namun tetap populer hingga saat ini. Bahasa Arab-pun telah menjadi salah satu
mata pelajaran yang ditetapkan di Indonesia khususnya di madrasah. Dalam
pengajaran bahasa Arab, terdapat empat keterampilan berbahasa yang akan
dicapai yakni : keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan
membaca dan keterampilan menulis.
Keterampilan membaca merupakan salah satu jenis keterampilan
berbahasa yang menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam pembelajaran bahasa
Arab. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan membaca dianggap sebagai
keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai oleh peserta didik. Selanjutnya
bahasa Arab juga sering disebut sebagai bahasa yang memiliki peranan penting
dalam mengembangkan semua bidang ilmu pengetahuan khususnya ilmu agama
Islam. Hal ini dikarenakan kitab-kitab ilmu pengetahuan terdahulu banyak ditulis
dengan menggunakan bahasa Arab. Sehingga untuk mengkaji berbagai macam
ilmu pengetahuan yang ada di kitab-kitab tersebut, maka keterampilan berbahasa
Arab khususnya keterampilan membaca sangat penting untuk dikuasai. Mengingat
pentingnya keterampilan membaca untuk dikuasai maka yang perlu diperhatikan
adalah cara agar tercapainya pembelajaran membaca secara maksimal. Proses
pembelajaran bahasa Arab khususnya pada keterampilan membaca akan dapat
tercapai jika didukung dengan pembelajaran yang efektif, inovatif serta
menyenangkan.
Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan suatu proses pembelajaran
yaitu strategi yang tepat dan efektif. Strategi dinilai turut andil dalam menentukan
keberhasilan proses pembelajaran. Namun, pada hakikatnya perhatian terhadap
strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru lebih banyak mendapat perhatian.
Padahal, strategi belajar yang digunakan oleh siswa juga termasuk unsur penting
yang menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran bahasa asing khususnya
bahasa Arab. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikatakan oleh Salovaara

1
(2005), bahwasanya strategi belajar merupakan salah satu faktor yang ikut
berperan penting dalam suatu proses pembelajaran. Menurutnya strategi belajar
merupakan suatu cara dalam mengatur kemampuan kognitif untuk memperoleh
dan meningkatkan nilai atau prestasi akademik yang baik.
Strategi belajar merupakan salah satu faktor yang berasal dari dalam diri
siswa berupa kemampuan strategis dalam cara belajar. Kemampuan untuk belajar
secara efektif merupakan hal yang penting bagi keberhasilan siswa di sekolah.
Eliot dalam Rohmalina Wahab (2015) mengungkapkan bahwa keterampilan
belajar dapat bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan kinerja akademik.
Banyak siswa yang memiliki kemampuan tetapi mengalami frustasi dan bahkan
mengalami kegagalan di sekolah bukan karena mereka kurang kemampuan akan
tetapi hal tersebut disebabkan karena ia tidak memiliki keterampilan belajar yang
memadai. Strategi belajar yang efektif untuk mencapai tujuan belajar itu
tergantung pada kondisi masing-masing siswa. Sehingga untuk menentukan
strategi yang tepat bagi siswa adalah diri mereka sendiri.
Dengan demikian strategi belajar bahasa perlu diketahui dan di
implementasikan oleh siswa yang sedang mempelajari bahasa Arab mengingat
hal tersebut menjadi salah satu sebab keberhasilan atau kegagalan siswa dalam
belajar yang sering kali tidak dirasakan oleh siswa itu sendiri. Sering kali kita
temui siswa yang gagal dalam belajar terkadang menyalahkan guru, keadaan,
bahkan bahan pengajaran. Padahal kegagalan yang ia dapat juga bisa disebabkan
karena kurangnya pengetahuan terkait pemilihan strategi belajar yang tepat.
Sehingga kegagalan dalam belajar bahasa khususnya bahasa Arab masih terjadi
walau seseorang sudah belajar bahasa tersebut selama bertahun-tahun.
Selanjutnya faktor dari dalam diri siswa yang juga mempengaruhi
keberhasilan suatu proses pembelajaran adalah sikap optimisme. Kegagalan yang
terjadi dalam belajar, kerap kali menyebabkan siswa menjadi kecewa dan putus
asa. Dalam situasi yang demikian sikap optimisme sangat dibutuhkan. Sikap
optimisme akan menjadikan seseorang yakin bahwa kesuksesan dan keberhasilan
masih bisa ia raih. Sikap optimisme merupakan suatu sikap positif yang
diperlukan setiap individu untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

2
Seligman (2008) mengatakan bahwa kaum optimis adalah kaum yang selalu
berpikir positif, dan mempunyai tingkat keberhasilan yang meyakinkan dalam
bekerja, sekolah dan di dalam sebuah permainan dan tidak pernah menyerah
dalam menghadapi masalah. Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh
Seligman, ini menunjukkan bahwasanya sikap optimisme memiliki peranan dalam
menunjang keberhasilan siswa disekolah. Dengan memiliki sikap optimisme
seorang siswa dapat memiliki kemampuan dalam mengusahakan tercapainya
tujuan yang ia inginkan, misalnya ia ingin menjadi juara dikelas, atau ingin
memperbaiki nilai ujian yang jelek. Maka dengan keyakinan yang positif dan
dengan segala kemampuan yang ia miliki ia akan mengusahakan agar semua itu
dapat tercapai. Dengan demikian sikap optimisme penting untuk dimiliki dan
diterapkan setiap orang dalam setiap aspek kegiatan, termasuk dalam kegiatan
belajar.
Berdasarkan uraian yang telah peneliti kemukakan diatas yakni tentang
pentingnya strategi belajar bahasa dan sikap optimisme dalam keberhasilan suatu
proses pembelajaran, maka peneliti mencoba melakukan observasi di pondok
Pesantren Ar-Rahman Palembang. Pondok Pesantren Ar-Rahman merupakan
salah satu lembaga pendidikan formal yang terdapat mata pelajaran bahasa Arab.
Dalam pembelajaran bahasa Arab yang ada di pesantren tersebut, keterampilan
berbahasa yang paling ditekankan adalah keterampilan membaca. Sehingga tak
heran memang jika keterampilan membaca disana bisa dikatakan tergolong baik.
Meskipun latar belakang pendidikan santri di pesantren tersebut berbeda-beda,
namun keterampilan membaca disana tetap tergolong baik.
Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan pada saat observasi disana,
keterampilan membaca disana tergolong baik karena terdapat berbagai macam
cara belajar yang dianggap strategis oleh diri santri dalam belajar. Yakni cara
belajar yang sesuai dengan kepribadian mereka masing-masing. Diantaranya :
santri yang memiliki pengetahuan lebih sedikit sering bertanya kepada santri lain
yang menurutnya memiliki pengetahuan lebih banyak, ada juga santri yang
mencatat atau meringkas pelajaran yang telah diajarkan guru pada saat mengajar,
namun ada juga santri yang lebih suka belajar menyendiri dikarenakan tidak

3
menyukai kebisingan, dan lain sebagainya. Kemampuan yang dianggap strategis
oleh santri dalam belajar bahasa Arab tersebut dinamakan dengan strategi belajar
bahasa.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan salah satu guru yang mengajar
bahasa Arab di pesantren tersebut, masih ada juga beberapa santri yang belum
menguasai keterampilan membaca. Namun, sang guru tak henti memberikan
motivasi pada mereka, sehingga mereka tetap terus belajar sampai benar-benar
terampil dalam membaca. Ketika seseorang gagal namun ia percaya dan tak henti
berusaha agar kegagalan tersebut dapat berubah menjadi keberhasilan, maka sikap
yang ada pada diri orang itu disebut dengan sikap optimisme.
Berdasarkan uraian diatas, penulis menganggap penting untuk melakukan
penelitian terkait terkait pengaruh strategi belajar bahasa dan sikap optimisme
terhadap keterampilan membaca. Maka peneliti mengambil judul “Pengaruh
Strategi Belajar Bahasa dan Sikap Optimisme Terhadap Keterampilan Membaca
Santri di Pondok Pesantren Ar-Rahman Palembang” sebagai tugas akhir
perkuliahan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri
Raden Fatah Palembang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh strategi belajar bahasa terhadap keterampilan
membaca santri di Pondok Pesantren Ar-Rahman Palembang?
2. Bagaimana pengaruh sikap optimisme terhadap keterampilan membaca
santri di Pondok Pesantren Ar-Rahman Palembang?
3. Bagaimana pengaruh strategi belajar bahasa dan sikap optimisme terhadap
keterampilan membaca santri di Pondok Pesantren Ar-Rahman
Palembang?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh strategi belajar bahasa terhadap
keterampilan membaca santri di Pondok Pesantren Ar-Rahman
Palembang.

4
2. Untuk mengetahui bagiamana pengaruh sikap optimisme terhadap
keterampilan membaca santri di Pondok Pesantren Ar-Rahman
Palembang.
3. Untuk mengetahui secara signifikan pengaruh strategi belajar bahasa dan
sikap optimisme terhadap keterampilan membaca santri di Pondok
Pesantren Ar-Rahman Palembang.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan, di antaranya dapat memberi sumbangan
kepada perkembangan dan pengembangan teori tentang strategi belajar
dalam pengajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing. Selain itu penelitian
ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan terutama
tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah upaya peningkatan
pengajaran bahasa Arab pada keterampilan membaca. Selanjutnya
penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi tentang
seberapa besar pengaruh sikap optimis terhadap hasil belajar.
2. Secara Praktis
a) Bagi Guru dan Peserta Didik
Dapat memberikan informasi kepada para guru bahwasanya
pengajaran bahasa asing dapat berhasil dengan baik apabila guru
maupun peserta didik dapat menggunakan strategi yang tepat di dalam
mengajar maupun belajar. Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat
menyadarkan peserta didik akan pentingnya menumbuhkan sikap
optimis dalam diri mereka mengingat sikap optimis itu sangat
diperlukan oleh setiap orang dalam mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan.
b) Bagi Sekolah

5
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam upaya meningkatkan
kualitas belajar mengajar dalam pembelajaran bahasa Arab agar
tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

c) Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan peneliti tentang seberapa besar pengaruh
strategi belajar bahasa dan sikap optimis dalam menentukan hasil
belajar siswa. Dan untuk penelitian selanjutnya hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam penelitian
yang relevan.

E. Penelitian Terdahulu
Sebagai referensi dalam melakukan penelitian ini maka penulis melakukan
kajian kepustakaan dari berbagai karya tulis. Setelah diadakan pemeriksaan,
ternyata belum ada yang membahas judul yang akan penulis teliti, namun terdapat
beberapa penelitian yang bisa dijadikan rujukan diantaranya adalah :
Nurjanah1, dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Penguasaan
Mufrodat Terhadap Keterampilan Membaca Bahasa Arab Siswa Kelas VIII di
MTsN Ngemplak Sleman, ia menyimpulkan bahwa semakin tinggi penguasaan
mufrodat pada diri siswa maka semakin tinggi pula keterampilan membaca siswa
tersebut. Kesimpulan tersebut dibuktikan dengan rxy sebesar = 0,840275473.
Adapun nilai r dengan nilai N= 40 pada taraf signifikansi 1% ditemukan = 0,403
sedangkan pada taraf 5% sebesar = 0,312.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian milik penulis terletak
pada variabel terikat yaitu keterampilan membaca. Adapun perbedaannya terletak
pada variabel bebas, pada skripsi ini penulis mengambil strategi belajar bahasa
dan sikap optimisme sebagai variabel bebas, sedangkan pada penelitian tersebut
variabel bebas yang diambil adalah penguasaan mufrodat.

1
Nurjanah, 2008, Pengaruh Penguasaan Mufrodat Terhadap Keterampilan Membaca Bahasa Arab Siswa
Kelas VIII di MTsN Ngemplak Sleman, (Yogyakarta : Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta),
(Online), http://digilib.uin-suka.ac.id/911/1/, 06 Desember 2019, hlm. 89.

6
Rina Nur Uswatun Hasanah2, dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh
Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Maharah Al-Qira’ah Siswa Kelas X IPA 3
Di Muhammadiyah 03 Yogyakarta (Studi Analisis), ia menyimpulkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi pedagogik guru dengan
keterampilan membaca siswa dengan koefisien sebesar 0,274 atau 24,7%.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian milik penulis terletak
pada variabel terikat yaitu keterampilan membaca. Adapun perbedaannya terletak
pada variabel bebas, pada skripsi ini penulis mengambil strategi belajar bahasa
dan sikap optimisme sebagai variabel bebas, sedangkan pada penelitian tersebut
variabel bebas yang diambil adalah kompetensi pedagogik guru.
Lenni Suriyanti3, dalam tesisnya yang berjudul Pengaruh Kemampuan
Membaca Al-Qur’an Siswa dan Keterampilan Mengajar Guru Terhadap
Maharatul Qira’ah Siswa Kelas VIII MTsN 4 Bulukumba, dalam tesis tersebut ia
mengatakan bahwa terdapat pengaruh antara kemampuan membaca Al-Qur’an
siswa dan keterampilan mengajar guru terhadap maharah qira’ah siswa yakni
berdasarkan analisis regresi ganda didapatkan hasil sebesar 5,3%.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian milik penulis terletak
pada variabel terikat yaitu keterampilan membaca. Adapun perbedaannya terletak
pada variabel bebas, pada skripsi ini penulis mengambil strategi belajar bahasa
dan sikap optimisme sebagai variabel bebas, sedangkan pada penelitian tersebut
variabel bebas yang diambil adalah kemampuan membaca Al-Qur’an siswa dan
keterampilan mengajar guru.
Dalam jurnal Yuniar dan Atikah Marwa4, yang berjudul Korelasi Antara
Kompetensi Profesionalisme Guru dan Minat Belajar Bahasa Arab di MA Al-
Muhajirin Musi Rawas Sumatera Selatan, menyimpulkan bahwa terdapat korelasi

2
Rina Nur Uswatun Hasanah, 2018, Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Maharah Al-Qira’ah
Siswa Kelas X IPA 3 Di Muhammadiyah 03 Yogyakarta (Studi Analisis), (Yogyakarta : Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta), (Online), http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/23038/, 06
Desember 2019, hlm. 76.
3
Lenni Suriyanti, 2018, Pengaruh Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa dan Keterampilan Mengajar
Guru Terhadap Maharatul Qira’ah Siswa Kelas VIII MTsN 4 Bulukumba, (Makassar : Universitas Islam
Negeri Alauddin), (Online), http://repositori.uin-alauddin.ac.id/8569/1/, 06 Desember 2019, hlm. 120.
4
Yuniar dan Atikah Marwa, 2018, Korelasi Antara Kompetensi Profesionalisme Guru dan Minat Belajar
Bahasa Arab di MA Al-Muhajirin Musi Rawas Sumatera Selatan, Jurnal Al-Bayan, Vol. 10, No. 1, (Online),
https://doi.org/10.24042/albayan.v10i01.2600, 06 Desember 2019, hlm. 152.

7
yang tinggi antara kompetensi profesionalisme guru dan minat belajar siswa
terhadap keterampilan membaca bahasa Arab dengan angka 0,74 dan r = 0,60 -
0,799.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian milik penulis terletak
pada variabel terikat yaitu keterampilan membaca. Adapun perbedaannya terletak
pada variabel bebas, pada skripsi ini penulis mengambil strategi belajar bahasa
dan sikap optimisme sebagai variabel bebas, sedangkan pada penelitian tersebut
variabel bebas yang diambil adalah kompetensi profesionalisme guru dan minat
belajar siswa.

8
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Strategi Belajar Bahasa


1. Pengertian Strategi Belajar Bahasa
Secara etimologi kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu
strategia yang diartikan sebagai suatu langkah atau tindakan yang
digunakan untuk tujuan memenangkan perang.5 Dalam istilah
pembelajaran kata strategi diartikan sebagai taktik atau pola yang
dilakukan oleh seorang pengajar (guru) dan pembelajar (siswa) dalam
suatu proses pembelajaran. Pengertian tersebut secara tersirat
menyatakan bahwa strategi pembelajaran meliputi kegiatan yang
dilakukan oleh guru dan siswa. Kegiatan yang dilakukan oleh seorang
siswa disebut dengan strategi belajar.
Rohmalina Wahab dalam bukunya mendefinisikan strategi belajar
sebagai salah satu faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar berupa
kemampuan strategis dalam cara belajar.6 Kemampuan untuk belajar
secara tepat dan efektif merupakan hal yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan siswa disekolah. Banyak siswa yang
memiliki kemampuan tapi mengalami frustasi bahkan kegagalan
disekolah. Hal itu bisa jadi bukan disebabkan karena mereka tidak
memiliki kemampuan melainkan mereka tidak memiliki keterampilan dalam
belajar.
Jeanne Ellis Ormrod mengatakan ketika para pembelajar secara
sengaja menggunakan pendekatan tertentu untuk belajar dan mengingat
sesuatu, mereka menggunakan strategi belajar.7 Sedangkan Oxford dan
Ehrman secara rinci menjelaskan bahwa strategi belajar itu dapat
5
Anggi Fitri, 2018, Strategi Belajar Bahasa Anak, Jurnal Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra, Vol. 4, No. 1,
http://e-jurnal.unisda.ac.id/index.php/pentas/article/download/817/481/, 27 November 2019, hlm. 24.
6
Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar Ed. 1 Cet. 1, (Jakarta : Rajawali Pers, 2015), hlm. 181.

9
diartikan sebagai tindakan, perilaku, langkah atau teknik yang
spesifik yang dipakai oleh murid untuk meningkatkan pembelajaran
mereka sendiri.8 Ini artinya strategi belajar itu bersifat individual, yang
berarti strategi belajar yang efektif bagi diri seseorang belum tentu efektif
bagi orang lain. Untuk memperoleh strategi belajar yang efektif,
seseorang perlu mengetahui konsep-konsep yang akan menghantarkan
mereka untuk menemukan strategi belajar yang efektif bagi diri mereka.
Secara lebih spesifik Oxford yang dikutip oleh Anggi Fitri
mengemukakan bahwa strategi belajar bahasa adalah tindakan spesifik
yang digunakan oleh pembelajar untuk menjadikan belajar menjadi lebih
mudah, lebih cepat, lebih menyenangkan, lebih mandiri, lebih efektif, dan
lebih dapat dialihkan kepada situasi baru.9 Sementara Huda yang dikutip
Asrori mendefinisikan strategi belajar bahasa yaitu mencakup
karakteristik, sifat, perilaku, aksi, langkah, dan teknik tertentu yang ditempuh
pembelajar untuk mengembangkan kemampuan dan kepercayaan diri dalam
menggunakan bahasa.10
Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwasanya yang dimaksud dengan strategi belajar bahasa
yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh pelajar secara sengaja untuk
membantu proses pembelajaran bahasa agar pembelajaran tersebut
menjadi lebih mudah, efektif, menyenangkan, dan diarahkan oleh diri
sendiri. Tindakan atau upaya yang dilakukan pelajar tersebut dipandang
dapat memberikan kontribusi dalam mencapai keberhasilan
pembelajaran.

2. Macam-macam Strategi Belajar Bahasa

7
Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang Ed. 6, Terj Wahyu
Indianti dkk, (Jakarta : Erlangga, 2009), hlm. 371.
8
H. Douglas Brown, 2008, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa Ed. 5, Terj Noor Cholis dan Yusi
Avianto Pareanom, (Jakarta : Pearson Education, Inc), hlm. 127.
9
Anggi Fitri, Op.Cit., hlm. 25.
10
Imam Asrori, 2014, Strategi Belajar Bahasa Arab : Teori dan Praktek, ( Malang : Misykat), hlm. 5.

10
Para ahli memiliki pendapat yang berbeda dalam
mengklasifikasikan macam-macam strategi belajar bahasa. Dari berbagai
model klasifikasi, model Oxford dianggap sebagai model yang paling
komprehensif. Oxford telah merangkum klasifikasi strategi belajar bahasa
menjadi dua kategori yaitu strategi langsung dan strategi tidak langsung.
Strategi langsung digunakan dalam proses belajar bahasa dengan metode
langsung dan memerlukan proses berfikir dalam penggunaaan bahasa.
Strategi langsung terbagi menjadi tiga kelompok yaitu strategi memori,
strategi kognitif dan strategi kompensasi. Sedangkan strategi tidak
langsung adalah cara yang dapat membantu belajar bahasa secara tidak
langsung. Strategi tidak langsung juga terbagi menjadi tiga kelompok,
yaitu strategi metakognitf, strategi afektif dan strategi sosial.11
Berikut penjelasan mengenai macam-macam strategi belajar
bahasa model Oxford :
a. Strategi memori digunakan oleh pembelajar dengan memanfaatkan
pengetahuan dan pengalaman belajar yang telah ia dapat
sebelumnya.12 Strategi belajar ini banyak melibatkan ingatan dan
proses pembelajaran yang menggunakan daya ingat. Strategi ini
dilakukan dengan cara menghubungkan satu konsep dengan
konsep lain tetapi tidak secara mendalam. Contohnya mereka
sering menggunakan sebuah kata yang terdapat pada lirik lagu atau
dialog film berbahasa asing sebagai pengingat untuk ungkapan-
ungkapan yang sulit.
b. Strategi kognitif adalah segala perilaku siswa dalam proses belajar
mengajar yang berhubungan dengan penggunaan daya pikir
siswa.13 Strategi kognitif adalah strategi yang digunakan dengan
cara mempelajari secara langsung tentang materi. Pada strategi ini
biasanya siswa selalu mempelajari materi latihan. Mereka selalu
11
Ibid., hlm. 26.
12
Bambang Sugeng, 2004, Strategi Belajar Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Asing Kaitannya Dengan
Faktor-Faktor Demografik Pada Pembelajar Dewasa, Jurnal Diksi, Vol. 11, No. 1, (Online),
https://eprints.uny.ac.id/4810/1/Strategi_BelajarBahasa_Inggris.pdf Op.Cit., hlm. 77.
13
Ibid., hlm. 78.

11
mengulang-ulang materi sampai mencapai tahap yang terbaik.
Review isi materi berupa tanya jawab dengan guru. Penggunaan
video untuk menirukan ucapan seperti penutur aslinya dan
menggunakan kamus untuk mengkonfirmasi makna dan ucapan
yang benar sering dipakai untuk strategi ini. Mereka juga suka
bercakap-cakap dengan bahasa asing yang sedang dipelajarinya.
c. Strategi kompensasi digunakan oleh siswa yang telah memiliki
keterampilan bahasa yang cukup tinggi.14 Strategi belajar ini
biasanya dimanfaatkan untuk menanggulangi beberapa
keterbatasan dalam berbahasa dan akan mencari jalan keluar
terhadap masalah atau pengetahuan yang belum mereka miliki. Di
setiap latihan siswa selalu fokus pada materi mereka sendiri atau
fokus pada teman mereka yang sedang latihan, kesempatan ini
dipakai mereka untuk memahami apa yang mereka dengar terhadap
apa-apa yang mereka belum pelajari. Mereka juga selalu mencoba
mencari makna secara kontekstual. Dalam membacapun mereka
sudah memahami secara menyeluruh tanpa sering kebingungan
dengan memaknai setiap kata. Mengganti dengan kata lain ataupun
menggunakan isyarat sering dilakukan oleh siswa tersebut, jika
mereka lupa atau kesulitan menemukan kata yang seharusnya.
d. Strategi metakognitif adalah segala perilaku siswa yang
berhubungan dengan taktik atau cara siswa untuk menghadapi dan
mengelola bahan belajar mengajar.15 Strategi yang dipakai oleh
siswa dalam metakognitif yaitu berusaha mentaati jadwal yang
ditentukan oleh pembimbing dan jadwal sendiri di luar sekolah.
Siswa yang menggunakan strategi ini biasanya bila mendekati
waktu ujian, maka mereka akan menambah frekuensi belajar
mereka dan berlatih secara terus menerus.

14
Ibid., hlm. 78
15
Bambang Sugeng, Loc.Cit.

12
e. Strategi afektif adalah segala perilaku siswa yang berhubungan
dengan sikap dan perasaan siswa dalarn menghadapi proses
belajar.16 Hal lain yang pada umumnya dihadapi oleh siswa adalah
menghilangkan rasa gugup pada saat-saat tertentu, misalnya pada
saat akan mengikuti ujian praktek menyanyi didepan kelas.
Seringkali bagi siswa pemula, perasaan gugup ini meghinggapi
mereka saat latihan. Biasanya guru akan memberi tips seperti
menarik nafas dalam-dalam atau mengajak siswa lain untuk
memotivasi. Siswa yang menggunakan strategi ini biasanya sering
memberi motivasi kepada diri sendiri dengan cara memperhatikan
temannya tampil sambil berdoa.
f. Strategi sosial adalah segala perilaku siswa yang berhubungan
dengan kerjasama siswa dengan sejawatnya dalam mencapai tujuan
belajar.17 Dalam strategi ini biasanya peran guru pembimbing
sangat dominan karena pembimbing masih dianggap orang yang
paling tahu sehingga apabila mereka mendapat kesulitan dengan
materi mereka akan mencari bantuan ke guru. Selanjutnya adalah
mereka bertanya pada teman sebayanya.

3. Karakteristik Strategi Belajar Bahasa


Menurut Rebecca L Oxford karakteristik/fitur strategi belajar
bahasa ada 12 yaitu :
a. Kompetensi komunikatif sebagai tujuan utama
Seluruh jenis strategi belajar memiliki tujuan yang sama
yaitu untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Strategi
belajar dapat membantu pelajar aktif dan cakap dalam
berkomunikasi menggunakan bahasa asing.
b. Belajar mandiri merupakan tujuan utama

16
Ibid., hlm. 79
17
Bambang Sugeng, Loc. Cit., hlm. 79.

13
Strategi belajar bahasa dapat menumbuhkan sikap mandiri
yang besar pada diri pembelajar. Kemandirian sangat penting bagi
pembelajar karena mereka tidak akan selalu bersama-sama dengan
pengajar yang membimbing mereka ketika mereka menggunakan
bahasa di luar kelas. Selain itu, kemandirian sangat penting untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa secara aktif. Sering kali
kita temui para pembelajar bahasa yang pasif, hal itu disebabkan
karena kurangnya belajar secara mandiri dari dalam diri mereka.
Karena itu, harus ada upaya untuk melatih pembelajar untuk lebih
mengandalkan diri mereka sendiri dan menggunakan strategi yang
lebih baik. Kemandirian pembelajar bukanlah konsep yang mudah.
Untuk menjadi pembelajar yang memiliki tanggung jawab harus
dilakukan secara bertahap. Pembelajar diarahkan secara bertahap
untuk memiliki kepercayaan diri, keterlibatan, dan kemampuan
berbahasa yang lebih besar.
c. Memperluas peran guru
Dengan menggunakan strategi belajar bahasa, pengajar
tidak dipandang secara tradisional sebagai figur otoritas dengan
peran sebagai orang tua, instruktur, direktur, manajer, hakim,
pemimpin, evaluator, dan pengawas, melainkan berperan sebagai
fasilitator, pemandu, konsultan, penasihat, koordinator,
narasumber, ahli diagnostik, dan komunikator. Pengajar (guru)
mengidentifikasi strategi belajar dan melakukan pelatihan perihal
penggunaan strategi belajar bahasa untuk membantu pembelajar menjadi
lebih mandiri.
d. Berorientasi pada pemecahan masalah
Strategi belajar bahasa digunakan untuk memecahkan
masalah sehingga pembelajar dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Misalnya strategi memori adalah mengingat sesuatu,
yang dapat membantu siswa lebih mengerti dalam pembelajaran
bahasa asing.

14
e. Merupakan tindakan dasar yang diambil oleh pembelajar
Strategi belajar merupakan salah satu cara dalam mengatasi
masalah belajar, menyelesaikan tugas, mencapai tujuan atau
memenuhi tujuan.
f. Melibatkan banyak aspek belajar dari pembelajar dan bukan hanya
aspek kognitif
Strategi pembelajaran bahasa tidak terbatas pada fungsi
kognitif. Strategi juga mencakup fungsi metakognitif (seperti
perencanaan, evaluasi, dan mengatur seseorang belajar sendiri),
afektif, sosial, dan fungsi lainnya.
g. Mendukung pembelajaran baik secara langsung maupun tidak
langsung
Beberapa strategi belajar melibatkan belajar secara
langsung, yaitu langsung berkaitan dengan materi pembelajaran,
yaitu berupa bahasa. Strategi yang demikian dikenal sebagai
strategi langsung. Strategi lain, termasuk metakognitif, afektif, dan
strategi sosial, berkontribusi tidak langsung namun memberi
dukungan yang kuat untuk belajar. Strategi ini dikenal sebagai
strategi tidak langsung. Strategi langsung dan tidak langsung sama-
sama penting dan berfungsi untuk saling mendukung dalam banyak
hal.
h. Tidak selalu bisa diamati
Strategi belajar bahasa tidak selalu tampak oleh mata
manusia. Hal ini sering guru sulit untuk mengenali strategi belajar
siswa, karena sebagian strategi sulit untuk di amati. Adapun
masalah lainya banyak strategi-strategi yang digunakan di luar
kelas atau secara tidak formal, situasi yang alamiah yang tidak bisa
diamati oleh guru sebagai contohnya adalah, strategi kerjasama,
strategi dimana pelajar bekerja dengan seseorang dalam mencapai
tujuan. Contoh strategi yang tidak terlihat adalah strategi memori.
i. Sering disadari

15
Dalam pengunaan strategi belajar yang lebih maju
dicerminkan pada tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pelajar
dalam proses belajar, dalam beberapa penelitian telah menunjukan
bahwa tingkat kesadaran strategi belajar berfokus pada tindakan.
Maksudnya adalah, pelajar yang melakukan tindakan-tindakan
dalam proses pembelajaran akan secara otomatis sadar sepenuhnya
akan pentingnya strategi belajar.
j. Bisa diajarkan
Beberapa aspek dalam diri pembelajar seperti gaya belajar
atau ciri kepribadian sangat sulit untuk berubah, sebaliknya strategi
belajar lebih mudah untuk dimodifikasi. Maksudnya adalah strategi
belajar itu dapat dimodifikasi dan disesuaikan sesuai dengan situasi
kondisi.
k. Fleksibel
Strategi belajar bahasa fleksibel, yaitu tidak selalu
ditemukan dalam urutan atau dalam pola yang tepat. Terdapat
banyak cara yang dilakukan pembelajar untuk memilih,
menggabungkan, atau mengurutkan strategi.
l. Dipengaruhi oleh banyak faktor
Banyak faktor yang mempengaruhi pilihan strategi : tingkat
kesadaran, tahap pembelajaran, jenis tugas, tujuan yang
dirumuskan pengajar, usia, jenis kelamin, kebangsaan/etnis, gaya
belajar umum, ciri-ciri kepribadian, tingkat motivasi, dan tujuan
untuk belajar bahasa, dan lain-lain.18

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Belajar Bahasa


Strategi belajar bahasa sebagai elemen penting dalam keberhasilan
pembelajaran Bahasa Arab sebagai bahasa kedua maupun bahasa asing
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya :
a. Jenis kelamin

18
Anggi Fitri, Op. Cit., hlm. 26-28.

16
Politzer (1983) mengemukakan bahwasanya kaum wanita
lebih signifikan dalam menggunakan strategi belajar dibandingkan
laki-laki, hal ini tergantung dengan kekuatan interaksi sosial wanita
tersebut. Oxford (1989) juga mengatakan bahwasanya wanita lebih
banyak menggunakan strategi belajar dibandingkan dengan laki-
laki.
b. Gaya belajar
Strategi belajar bahasa biasanya tidak beroperasi dengan
sendirinya, namun sering kali berkaitan dengan gaya belajar
bawaan yang telah ada pada diri setiap individu dan faktor-faktor
kepribadian lainnya. Dapat dikatakan bahwa gaya belajar
berkontribusi terhadap kecenderungan individu untuk memilih
strategi belajar tertentu. Sejumlah hasil penelitian menunjukkan
bahwa gaya belajar berpengaruh secara signifikan terhadap
pemilihan strategi belajar seseorang (Ehrman & Oxford, 1995).
c. Motivasi belajar bahasa
Oxford dan Nyikos (dalam Tabanlioglu, 2003 dalam
Chang, 2005) dalam penelitiannya menemukan bahwa dari
keseluruhan variabel yang diteliti, motivasi memiliki pengaruh
yang terbesar terhadap penggunaan strategi belajar bahasa. Pelajar
yang memiliki motivasi yang tinggi lebih sering menggunakan
strategi belajar dibandingkan dengan pelajar yang memiliki
motivasi rendah.
d. Latar belakang bahasa
Pada hakikatnya latar belakang suatu bahasa juga
berpengaruh terhadap penggunaan strategi belajar. Dalam hasil
penelitiannya, Oxford (1990) menyebutkan bahwa pembelajar
Hispanik (Spanyol, Portugis, dan sebagainya) lebih banyak
menggunakan strategi sosial dari pada pembelajar dengan latar
belakang bahasa yang lain. Sugeng (1995) membuat asumsi
sementara bahwa pembelajar dengan latar belakang bahasa Jawa

17
sangat sedikit menggunakan strategi metakognitif, strategi
kompensasi, dan strategi sosial.

B. Sikap Optimisme
1. Pengertian Sikap Optimisme
Optimisme mempunyai banyak pengertian yang dikemukakan oleh
para ahli. Menurut Segerestrom dalam Ghufron dan Risnawita
mendefinisikan optimisme yaitu cara berfikir yang positif dan realistis
dalam memandang suatu masalah.19 Berfikir positif dalam memandang
suatu masalah ini yaitu dimana jika seseorang mendapatkan masalah,
maka ia tidak menganggap masalah itu sebagai sesuatu yang harus
ditakuti. Masalah yang datang tidak dianggap sebagai sesuatu yang
membawa pengaruh buruk bagi dirinya. Melainkan, masalah yang sedang
dihadapi dianggap sebagai suatu tantangan yang harus diselesaikan.
Menurut Lopez dan Snyder dalam Ghufron dan Risnawita
mendefinisikan optimisme sebagai suatu harapan yang ada pada individu
bahwa segala sesuatu akan berjalan menuju kearah kebaikan. Perasaan
yang dimiliki oleh individu yang optimis yakin akan tujuan yang ia
inginkan yakni ia percaya pada dirinya dan percaya pada kemampuan yang
ia miliki.
Jika sikap optimis terdapat pada diri seseorang, maka ketika ia
menghadapi masalah, ia akan dengan cepat dapat menyelesaikan
permasalahannya, hal ini dikarenakan adanya pemikiran dari permasalahan
yang ia hadapi, dan juga perasaan memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan masalah tersebut, serta anggapan bahwa setiap orang
memiliki keberuntungan sendiri-sendiri.20
Belsky berpendapat dalam Ghufron dan Risnawita bahwa
optimisme adalah menemukan inspirasi baru. Yaitu berupa kekuatan yang
berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu yang dapat
19
M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita, Teori-teori Psikologi, (Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA, 2010), hlm.
95.
20
Ibid., hlm. 95.

18
diterapkan dalam semua aspek kehidupan sehingga mencapai
keberhasilan. Optimisme membuat individu memilki energi tinggi, bekerja
keras untuk melakukan hal yang penting. Pemikiran optimisme memberi
dukungan pada individu menuju hidup yang lebih berhasil dalam setiap
aktivitas. Dikarenakan orang yang optimis akan menggunakan semua
potensi yang dimilikinya untuk mencapai keberhasilan tersebut.21
Menurut Goleman, ia mendefinisikan optimisme dilihat dari sudut
pandang kecerdasan emosional, yakni suatu kemampuan individu untuk
memotivasi diri ketika berada dalam keadaan putus asa, ia mampu berfikir
positif sehingga muncul lah sikap optimisme dalam hidupnya.22
Kemampuan tersebut akan membuat individu mampu bertahan dalam
menghadapi masalah yang membebaninya, mampu untuk terus berjuang
ketika menghadapi hambatan yang besar, tidak pernah putus asa dan
kehilangan harapan.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan para ahli tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sikap optimisme
adalah suatu keyakinan pada diri seseorang berupa pikiran positif dalam
memandang dan menghadapi segala masalah dihidupnya. Keyakinan
tersebut adalah keyakinan bahwa ia mampu menyelesaikan masalah-
masalah tersebut.

2. Aspek-aspek Optimisme
Sikap optimisme mempunyai peranan yang penting dalam
mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai. Sikap optimis ini juga memiliki
aspek-aspek seperti yang dikemukakan Seligman dalam Ghufron dan Rini
ada tiga aspek pada optimisme yaitu :
a. Permanence adalah individu selalu menampilkan sikap hidup ke arah
kematangan dan akan berubah sedikit saja dari biasanya dan ini tidak
bersifat lama.
21
Ibid., hlm. 97.
22
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, (Jakarta : PT Gramedia, 1995), hlm.
513.

19
b. Pervasive artinya gaya penjelasan yang berkaitan dengan dimensi
ruang lingkup, yang dibedakan menjadi spesifik dan universal.
c. Personalization merupakan gaya penjelasan yang berkaitan dengan
sumber penyebab dan dibedakan menjadi internal dan eksternal.23

Dari berbagai macam temuan penelitian yang diperoleh Seligman,


manusia senantiasa memaknai dan menginterprestasi atas peristiwa-
peristiwa yang terjadi. Cara ia memaknai atau menjelaskan itu disebut
explanatory style24. Contoh dalam explanatory style :

Explanatory Style saat menghadapi peristiwa tidak menyenangkan


Explanatory style saat menghadapi peristiwa tidak menyenangkan
Orang yang Pesimis Orang yang Optimis
Permanence Memandang peristiwa Memandang peristiwa
tidak menyenangkan tidak menyenangkan
itu senantiasa itu tidak akan terulang
berulang dan tak dapat karena ia dapat
dikendalikannya. melakukan sesuatu
untuk mencegahnya.
Pervasiveness Memandang peristiwa Memandang peristiwa
tidak menyenangkan tidak menyenangkan
itu merupakan itu sebagai gambaran
gambaran keseluruhan dari hanya satu sisi
dirinya yang buruk dirinya dan tidak
dan akan tercermin memiliki kaitan
pula pada berbagai dengan area
area kehidupan yang kehidupan yang lain.
lain.
Personal Memandang peristiwa Memandang peristiwa
tidak menyenangkan tidak menyenangkan
itu terutama itu terutama
disebabkan oleh disebabkan oleh
dirinya yang buruk faktor-faktor di luar
23
Ghufron dan Rini Risnawita, Op.Cit., hlm. 98
24
Imam Setiadi Arif, Psikologi Positif, (Jakarta : PT Gramedia, 2016), hlm. 157.

20
dan karenanya dirinya dan karenanya
mengecam dan ia dapat melakukan
menghukum diri berbagai hal untuk
sendiri atas peristiwa memperbaikinya.
itu.

Explanatory Style saat menghadapi peristiwa menyenangkan


Explanatory style saat menghadapi peristiwa menyenangkan
Orang yang pesimis Orang yang optimis
Permanence Memandang peristiwa Memandang peristiwa
menyenangkan itu menyenangkan itu
hanya sementara dan akan bertahan dan
tidak akan terulang dapat terulang
kembali. Mungkin ia kembali. Ini bukan
berfikir bahwa dirinya hanya kebetulan
hanya sedang melainkan dapat
beruntung atau diupayakan supaya
peristiwa terjadi lagi, bahkan
menyenangkan itu lebih baik.
hanya kebetulan.
Pervasiveness Memandang peristiwa Memandang peristiwa
menyenangkan itu menyenangkan itu
sebagai gambaran dari sebagai gambaran dari
satu sisi saja dari seluruh dirinya yang
dirinya, sementara sisi baik dan hal itu akan
dirinya yang lain dan tercermin dalam
area kehidupannya berbagai kehidupan
yang lain tetaplah yang lain.
buruk.
Personal Memandang peristiwa Memandang peristiwa
menyenangkan itu menyenangkan itu
terutama disebabkan terutama disebabkan
oleh hal-hal diluar oleh dirinya sendiri,
dirinya, dimana ia yaitu hasil dari
tidak punya kendali pilihan, tindakan dan

21
atasnya. Dengan kata ketekunannya sendiri.
lain, peristiwa
menyenangkan itu
adalah kebetulan dan
bukan disebabkan
oleh sesuatu yang
dilakukannya.

3. Ciri-ciri Individu yang Optimis


Mc Ginnis dalam Idham mengatakan orang yang optimis memiliki ciri
khas, yaitu :
a. Optimis jarang merasa terkejut oleh kesulitan.
b. Optimis selalu mencari pemecahan terhadap permasalahan yang
dihadapi.
c. Optimis merasa yakin bahwa mereka mampu mengendalikan masa
depan mereka.
d. Optimis memungkinkan terjadinya pembaharuan secara teratur.
e. Optimis menghentikan alur pemikiran mereka yang negatif.
f. Optimis meningkatkan kekuatan apresiasi mereka.
g. Optimis menggunakan imajinasi mereka untuk melatih sukses.
h. Optimis selalu gembira bahkan ketika mereka tidak bisa merasa
bahagia.
i. Optimis merasa yakin bahwa mereka memiliki kemampuan yang
hampir tidak terbatas untuk diukur.
j. Optimis membina banyak cinta dalam kehidupan mereka.
k. Optimis suka bertukar berita baik.
l. Optimis menerima apa yang tidak bisa diubah.25
Robinson dalam Ghufron dan Risnawita menyatakan bahwa
individu yang memiliki sikap optimisme jarang menderita depresi dan
lebih mudah mencapai kesuksesan dalam hidup, memiliki kepercayaan
dapat berubah ke arah yang lebih baik, memiliki pemikiran dan
25
Alan Loy McGinnis, 1995, Kekuatan Optimisme, (Jakarta : Mitra Utama), hlm. 11.

22
kepercayaan mencapai sesuatu yang lebih, dan selalu berjuang dengan
kesadaran penuh.26
Selanjutnya Scheier dan Carter dalam Ghufron dan Risnawita
menegaskan bahwa individu yang optimis akan berusaha menggapai
pengharapan dengan pemikiran yang positif, yakin akan kelebihan yang
dimiliki. Individu yang memiliki sikap optimisme biasa bekerja keras
dalam menghadapi stres dan tantangan sehari-hari secara efektif, berdoa,
dan mengakui adanya faktor keberuntungan dan faktor lain yang turut
mendukung keberhasilannya.27
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan beberapa ahli tersebut
Ghufron dan Risnawita dalam bukunya mengambil kesimpulan bahwa
individu yang optimis memiliki impian untuk mencapai tujuan, berjuang
dengan sekuat tenaga dan tidak ingin duduk berdiam diri sembari menanti
keberhasilan yang akan diberikan oleh orang lain. Individu yang optimis
ingin melakukan segala sesuatu dengan sendiri dan tidak ingin
memikirkan ketidak berhasilan sebelum mencobanya. Individu yang
optimis berfikir yang terbaik, tetapi juga memahami untuk memilih bagian
mana yang memang dibutuhkan sebagai ukuran untuk mencari jalan.28
Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan mengenai
ciri-ciri orang yang memiliki sikap optimis, yaitu :
a. Selalu berpikir positif.
b. Memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
c. Yakin pada kemampuan yang dimiliki.
d. Tidak takut akan kegagalan.
e. Berusaha meningkatkan kemampuan yang dimiliki.
f. Tidak mudah stres.
g. Akan terus berusaha hingga berhasil.
h. Selalu menggunakan pemikiran yang inovatif.
i. Selalu gembira bahkan ketika mereka tidak bahagia.
26
Ghufron dan Rini Risnawita, Op.Cit., hlm. 98.
27
Ghufron dan Rini Risnawita, Op.Cit., hlm. 99.
28
Ghufron dan Rini Risnawita, Op.Cit., hlm. 99.

23
j. Menerima kegagalan dan akan berusaha memperbaikinya.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Optimisme


Menurut Vinacle dalam Ide menjelaskan ada dua faktor yang
mempengaruhi optimisme :
a. Faktor Etnosentris
Faktor etnosentris yaitu sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu
kelompok atau orang lain yang menjadi ciri khas dari kelompok
atau jenis lain. Faktor etnosentris ini berupa keluarga, status sosial,
jenis kelamin, agama kebudayaan, dan lain sebagainya.
b. Faktor Egosentris
Faktor egosentris yaitu sifat-sifat yang dimiliki setiap
individu yang didasarkan pada fakta bahwa pribadi adalah unik dan
berbeda dengan pribadi lain. Faktor egosentris ini dapat berupa
aspek-aspek kepribadian yang dimiliki mempunyai keunikan
sendiri dan berbeda antara pribadi yang satu dengan yang lainnya,
seperti percaya diri, harga diri dan motivasi.29

C. Keterampilan Membaca Bahasa Arab


1. Pengertian Keterampilan Membaca
Soenardi menyatakan bahwa kemampuan/keterampilan membaca
yaitu kemampuan untuk memahami maksud dan pikiran orang yang
diungkapkan secara tertulis dalam bentuk : catatan singkat, surat, artikel
surat kabar, cerita pendek, novel dan lain-lain.30
Membaca merupakan suatu kemahiran yang mencakup dua hal,
yaitu mengenali/melafalkan simbol-simbol tertulis dan memahami isinya.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Izzan
bahawasanya keterampilan membaca yaitu pelajaran membaca yang

29
Pangkalan Ide. 2010. Imunisasi Mental untuk Bangkitkan Optimisme, (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo), hlm. 22.
30
Djiwandono dan Soenardi, 2011, Tes Bahasa : Pegangan Bagi Pengajar Bahasa, (Jakarta : Indeks), hlm. 8.

24
sasarannya agar siswa dapat membaca dengan benar dan memahami isi
bacaan dari apa yang telah dibaca.31
Dalam makna yang lebih luas, membaca bukanlah kegiatan yang
hanya melafalkan dan memahami makna bacaan dengan baik, yang hanya
melibatkan unsur kognitif dan psikomotorik, namun membaca juga
menyangkut penjiwaan atas isi bacaaan. Jadi pembaca yang baik adalah
pembaca yang mampu berkomunikasi secara inti dengan bacaan, yakni ia
bisa merasa gembira, sedih, marah dan sebagainya sesuai dengan
gelombang isi bacaan yang dibaca.32
Lebih luas lagi, membaca bukan hanya itu, Ibrahim mengatakan
pembaca yang baik adalah pembaca yang dapat menggunakan bacaan
dalam kehidupan sehari-hari.33 Misalnya, jika ada orang yang membaca
tentang bahaya merokok, akan tetapi ia tetap saja merokok, maka dapat
dikatakan dalam konteks ini orang tersebut bukan pembaca yang baik.
Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan
membaca adalah suatu keterampilan berbahasa yang tidak mudah dan
sederhana, akan tetapi keterampilan membaca itu mencakup empat hal
sekaligus yaitu : mengenali simbol-simbol tertulis, memahami makna yang
terkandung dalam bacaan, menyikapi makna yang terkandung, dan
mengimplementasikan makna tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan Keterampilan Membaca


Tujuan pembelajaran Maharah al qira’ah terbagi menjadi dua, yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum dari pembelajaran keterampilan membaca yaitu:
a) Mengenali naskah tulisan suatu bahasa.
b) Memaknai dan menggunakan kosakata asing.

31
Syaiful Mustofa, 2011, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang : UIN Maliki Press), hlm.
163.
32
Acep Hermawan, 2014, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya), hlm.
143.
33
Ibid., hlm. 144.

25
c) Memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dan
emplisit.
d) Memahami makna konseptual.
e) Memahami nilai komunikatif dari suatu kalimat.34
Munir dalam bukunya mengatakan bahwa tujuan pembelajaran
keterampilan membaca adalah agar peserta didik mempunyai kemampuan
berikut :
a) Mampu membaca dengan fasih.
b) Mampu melihat titik terang antara makna dan lafadz.
c) Mampu memahami dan memilih makna yang tepat dari setiap kata
yang dibaca berdasarkan konteks kalimat.
d) Mampu menangkap pola pikir dalam tulisan.
e) Mampu melihat antara ungkapan yang tepat dan kurang tepat.
f) Mampu memahami kalimat dan alinea dengan baik serta dapat
menemukan pikiran pokoknya.
g) Mampu menangkap makna dasar dan mengembangkan gagasan.
h) Mampu memahami sistematika tulisan dan logika yang terkandung.
i) Mampu mengkritisi bacaan baik dari segi gaya bahasa, tujuan dan
gaya tulisan.
j) Mampu menangkap pesan yang terkandung dalam suatu bacaan
dan menarik kesimpulan.35
Adapun tujuan khusus dari pembelajaran keterampilan membaca
dibagi menjadi tiga tahapan berbahasa, yaitu tahap pemula, tahap
menengah dan tahap lanjut.36
Dalam tahapan pemula tujuan pembelajaran keterampilan membaca yaitu :
a) Mengenali lambang-lambang bahasa.
b) Mengenali kata dan kalimat.
c) Menemukan ide pokok dan kata kunci.

34
Abd Wahab Rosyidi dan Mamlu’atul Ni’mah, 2012, Memahami konsep Dasar Pembelajaran bahasa Arab,
(Malang : UIN Malik Press), hlm. 95.
35
Munir, 2017, Perencanaan Sistem Pengajaran Bahasa Arab, (Jakarta : Kencana), hlm. 170.
36
Abd Wahab Rosyidi dan Mamlu’atul Ni’mah, Op.Cit., hlm 96.

26
d) Menceritakan kembali bacaan pendek.
Kemudian di dalam pembelajaran keterampilan membaca tahap menengah
memiliki tujuan khusus diantaranya yaitu :
a) Menemukan ide pokok dan ide penunjang.
b) Menceritakan kembali berbagai jenis isi bacaan.
Sedangkan tujuan khusus pembelajaran keterampilan membaca pada tahap
lanjutan diantaranya yaitu:
a) Menemukan ide pokok dan ide penunjang.
b) Menafsirkan isi bacaan.
c) Membuat inti sari bacaan.
d) Menceritakan kembali berbagai jenis isi bacaan.

3. Jenis-jenis Keterampilan Membaca


Untuk melatih aspek kemahiran berbahasa tersebut ada beberapa jenis
kegiatan membaca yang biasa dilakukan, diantaranya yaitu37 :
a) Membaca keras
Dalam kegiatan membaca keras ini yang lebih ditekankan
adalah kemampuan membaca dengan menjaga ketepatan bunyi
bahasa Arab, baik dari segi makhroj/tempat keluarnya huruf
maupun sifat-sifat bunyi yang lainnya, irama tepat dan ekspresi
yang menggambarkan perasaan penulis, lancar tidak tersendat-
sendat dan terulang-ulang serta memperhatikan tanda baca.
b) Membaca dalam hati
Membaca dalam hati bertujuan untuk memperoleh
pengertian, baik pokok-pokok maupun rincian-rinciannya. Oleh
karena itu, jenis membaca ini merupakan sarana bagi jenis
membaca yang lain, yakni membaca analisis, membaca cepat,
membaca rekreatif dan lain sebagainya.
c) Membaca cepat

37
Mulyanto Sumardi, 1976, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi Agama Islam,
(Jakarta : Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama Departemen Agama R.I), hlm. 171.

27
Tujuan utama membaca cepat adalah untuk menggalakkan
siswa agar berani membaca lebih cepat dari biasanya. Kecepatan
menjadi tujuan tetapi tidak boleh mengorbankan pengertian. Dalam
membaca cepat siswa tidak dituntut untuk memahami rincian-
rincian isi tetapi cukup pokok-pokoknya saja. Para ahli
berpendapat bahwa membaca cepat tidak hanya memperbaiki
prestasi waktu tetapi menambah banyaknya informasi yang dapat
diserap oleh pembaca.
d) Membaca analitif
Tujuan membaca analitif adalah untuk melatih siswa
memiliki kemampuan informasi dari bahan tertulis. Selain itu
siswa dilatih agar menggali dan menunjukkan ide utama yang
disajikan penulis. Siswa juga dilatih untuk berpikir logis, mencari
hubungan antara satu kejadian dengan kejadian yang lainnya, dan
menarik kesimpulan walaupun hal tersebut tidak tertulis secara
eksplisit maupun implisit dalam bacaan.

28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 30 November 2019 sebagai observasi dan
wawancara pra-penelitian, untuk mendapatkan keabsahan data maka peneliti akan
melakukan penelitian selanjutnya pada Juni 2020 mendatang. Penelitian ini akan
dilakukan di Pondok Pesantren Ar-Rahman Palembang.
Alasan peneliti memilih Pondok Pesantren Ar-Rahman Palembang sebagai
tempat penelitian, karena di pesantren tersebut terdapat pembelajaran Qiro’ah
yang memakai kitab kuning sebagai buku ajarnya. Selain itu, keterampilan
membaca disana sudah tergolong baik yang mana peneliti menduga hal tersebut
dipengaruhi oleh strategi belajar bahasa dan sikap optimisme yang dimilki oleh
santriwan dan santriwati di Pondok Pesantren Ar-Rahman. Selain itu, alasan lain
peneliti memilih Pondok Pesantren Ar-Rahman karena pesantren tersebut sangat
strategis dengan tempat peneliti berdomisili sehingga akan memudahkan peneliti
dalam mengumpulkan data secara maksimal.

B. Jenis dan Desain Penelitian


Berdasarkan pendekatan yang mendasarinya, maka jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
adalah suatu metode penelitian untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara
meneliti hubungan antar variabel. Variabel-variabel tersebut diukur dengan
instrumen-instrumen penelitian sehingga data yang diperoleh yakni data yang
terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik.38
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantittaif dikarenakan data yang ingin
38
Jhon W. Creswell, 2016, Research Design : Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif dan Campuran,
(Yogyakarta : PUSTAKA BELAJAR), hlm. 5.

29
diperoleh merupakan data kuantitatif dari variabel strategi belajar bahasa dan
sikap optimisme, serta keterampilan membaca.
Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
survei. Metode penelitian survei merupakan suatu teknik pengumpulan berbagai
informasi/ data yang dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan
kemudian diajukan kepada responden. Peneliti menggunakan metode survei ini
karena peneliti ingin mengetahui adakah pengaruh strategi belajar bahasa dan
sikap optimisme terhadap keterampilan membaca.

C. Definisi Operasional Variabel


1. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya atau munculnya
variabel dependen atau (variabel terikat).39 Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel independen ada dua yakni strategi belajar bahasa (X1)
dan sikap optimisme (X2). Kedua variabel ini mempengaruhi atau
menjadi sebab munculnya variabel dependen (Y).
Adapun definisi operasional dari strategi belajar bahasa yaitu suatu
cara, tindakan, usaha/upaya yang dilakukan oleh pelajar secara sengaja
dalam memecahkan masalah belajar. Sedangkan definisi operasional sikap
optimisme adalah suatu keyakinan pada diri seseorang berupa pikiran
positif dalam memandang dan menghadapi segala masalah dihidupnya.
Keyakinan tersebut adalah keyakinan bahwa ia mampu menyelesaikan
semua masalah yang ada dihidupnya.

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)


Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.40 Dan

39
Sugiyono, 2016, Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABETA), hlm. 39.
40
Sugiyono, Loc. Cit.

30
dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah keterampilan
membaca bahasa Arab.
Definisi operasional keterampilan membaca bahasa Arab adalah
suatu kemampuan membaca yang tidak sekedar membunyikan huruf-huruf
atau kata-kata akan tetapi sebuah keterampilan dimana siswa dituntut
untuk menjadi pembaca yang baik yakni pembaca yang dapat memahami
isi yang terkandung dalam suatu bacaan, dan menyikapi makna tersebut,
serta dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

D. Populasi dan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.41 Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh santriwan dan santriwati tingkat MA di Pondok Pesantren Ar-
Rahman Palembang. Adapun deskripsi dari populasi dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :

Kelas Jumlah
Siswa Kelas X : 98
Siswa Kelas XI : 77
Siswa Kelas XII : 67
Jumlah : 242

Adapun sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut.42 Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan Probability Sampling (Simple Random Sampling) yaitu teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel dan dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Dari populasi

41
Ibid., hlm. 80.
42
Ibid., hlm. 81.

31
sebanyak orang yang terdiri dari kelas X, XI, dan XII maka peneliti menggunakan
penentuan jumlah sampel oleh Isaac dan Michael dengan menggunakan rumus :
λ ∙ N∙P⋅Q
s= 2 2
d ( N−1 ) + λ ∙ P∙ Q

Ket :
s = ukuran sampel
λ 2= nilai Chi kuadrat dengan dk = 1, taraf kesalahan 10% (2,076)
N = ukuran populasi
P = Q = 0,5 (proporsi populasi)
d = galat pendugaan (10% = 0,1)
Jadi jumlah sampel yang akan diambil adalah :
λ . N.P.Q
s= 2 2
d ( N−1 ) + λ , P ,Q
2.706 , 242, 0.5 , 0.5
s= 2
0.1 , ( 242−1 ) +2.706 , 0.5 , 0.5
163.713
s=
2.41+ 0.6765
163.713
s=
3.0865
s = 53,0416329175 dibulatkan menjadi 53 (responden) sebagai sampel.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Angket (Kuisioner)
Angket (kuisioner) merupakan suatu teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi beberapa pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab.43 Angket merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel
yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
Selain itu, angket juga cocok digunakan apabila jumlah responden cukup
besar dan tersebar di wilayah yang luas.

43
Ibid., hlm. 142.

32
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket untuk mengukur
strategi belajar bahasa dan sikap optimisme untuk mendapatkan data yang
efisien di karenakan jumlah responden yang banyak.

2. Tes
Tes adalah alat prosedur atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan
aturan-aturan yang sudah ditentukan.44 Jadi, tes mengandung arti alat atau
instrument yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang individu
atau objek akan kemampuannya dalam suatu hal tertentu. Dalam penelitian
ini peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data berupa tes. Tes
digunakan untuk mengukur sejauh mana keterampilan membaca siswa.

E. Teknik Analisis Data


1. Uji Kualitas Instrumen
a) Uji Validitas Instrumen
Validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya. Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu
instrument yang valid atau shahih mempunyai validitas yang tinggi.
Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data
dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang
cermat mengenai data tersebut. Adapun cara menguji validitas
instrumen dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus korelasi
product moment.45
rxy = N ∑ XY −¿¿ ¿

Keterangan :
44
Suharsimi Arikunto, 2012, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Ed. 2, (Jakarta : Bumi Aksara), hlm. 67.
45
Ibid., hlm. 87.

33
rxy = Koefisien validitas item yang dicari
ΣX = Skor butir pertanyaan
ΣY = Skor total pertanyaan
ΣXY = Jumlah perkalian antara nilai x dan y
n = Jumlah pertanyaan
b) Uji Reliabilitas Instrumen
Analisis relialibitasi dimaksudkan untuk mengetahui derajat keandalan
suatu alat ukur dalam mengukur variabel yang diteliti, untuk menguji
reliabilitasi atau keandalan angket yang digunakan. Uji reliabilitasi ini
bertujuan untuk mengetahui kestabilan dan kejanggalan dari hasil
pengukuran instrumen. Dalam penelitian ini pengujian reliabilitasi
dengan internal consistency, pelaksaannya yaitu dengan cara
mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh
dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk
memprediksi reliabilitasi instrumen. Adapun pengujian reliabilitasi
dalam penelitian ini menggunakan belah duadari Spearman Brown
(Split Half). Rumus Spearman Brown :
2 rb
r i=
1+r b

Keterangan :
ri = Reliabilitas internal seluruh instrumen
rb = Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

2. Uji Normalitas
Analisis merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul. Analisis dilakukan untuk menguji hipotesis
yang diajukan, yaitu untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
variabel (X1) strategi belajar bahasa, (X2) sikap optimisme dan (Y)
keterampilan membaca bahasa Arab. Terdapat beberapa teknik yang dapat
digunakan untuk menguji normalitas data antara lain dengan chi kuadrat .

34
k 2
( fo−fh)
x =∑
2

i=0 fh

Keterangan :
X2 : Harga chi-kuadrat
Fo : Frekuensi hasil pengamatan
Fh : Frekuensi yang di harapkan
K : Banyaknya kelas interval

3. Uji Hipotesis
a) Pengujian hipotesis pertama dan kedua
Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua sesuai uraian diatas maka
dapat untuk mengetahui hipotesis diterima atau ditolak yang perlu
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Mencari koefisien kolerasi antara variabel X1 dan X2 dengan
variabel Y. Rumus yang digunakan untuk menghitung korelasi
antara X dengan Y menggunakan korelasi Product Moment.
Adapun rumusnya yaitu :
r xy =n ∑ x i y i−¿ ¿ ¿
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
n = Jumlah subjek
ΣX = Jumlah seluruh skor X
ΣY = Jumlah seluruh skor Y
ΣXY = Jumlah perkalian antara skor X dan skor Y
ΣX2 = Jumlah nilai X kuadrat
ΣY2 = Jumlah nilai Y kuadrat
Hipotesis pertama dan kedua diterima jika nilai r hitung sama
dengan atau lebih besar koefisien r tabel pada taraf
signifikan 5%. Sebaliknya, jika nilai r hitung lebih kecil dari r tabel
pada taraf signifikan 5% hipotesis ditolak.
b) Pengujian Hipotesis Ketiga

35
Untuk menguji hipotesis ketiga, yaitu untuk mengetahui pengaruh
antara strategi belajar bahasa dan sikap optimisme terhadap
keterampilan membaca bahasa Arab di Pondok Pesantren Ar-Rahman
Palembang maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
Mencari korelasi antara X, X, dan Y
1) Mencari korelasi antara X1, X2, dan Y

R yx 1 x=
√r 2
yx 1 +r 2 yx 2−2 r yx r yx r yx r yx
1 2 1 2
2 2
1−r x 1 x 2
Keterangan :
Ryx2x2 = Korelasi ganda antara X1 dan X 2 secara bersama-sama
dengan variabel
Yryx1 = korelasi sederhana antara X1 dan Y
ryx2 = korelasi sederhana antara X2 dan Y
ryx1yx2 = korelasi sederhana anatara X1 dan X2

4. Uji Prediksi
a) Rumus Regresi Linear Tunggal
Persamaan regresi tunggal adalah :
Y = a + bX
Keterangan :
Y = subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan.
a = harga Y ketika harga X = 0 ( harga kosntan )
b = angka arah atau koefesien regresi, yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan
pada perubahan vaeriabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila
(-) maka arah garis turun.
X = subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
Sy
Harga b = r
Sx
Harga a = Y- bX
b) Rumus Regresi Linear Berganda

36
Persamaan regresi untuk dua prediktor adalah :
Y = a + b1X1 + b2X2
Keterangan :
Y = variabel terikat,
X1 = variabel bebas pertama,
X2 = variabel bebas kedua
a dan b1 serta b2 = konstanta

F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam penulis skripsi ini, maka berdasarkan pada
sistematika sebagai berikut :
BAB I : Merupakan BAB Pendahuluan meliputi tentang Latar
Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat Penelitian,
dan Tinjauan Pustaka.
BAB II : Menguraikan tentang landasan teori mengenai masalah-
masalah yang dikaji meliputi pembahasan tentang Strategi
Belajar Bahasa, Sikap Optimisme dan Kemahiran
Membaca Bahasa Arab.
BAB III : Metode penelitian meliputi Waktu dan Tempat Penelitian,
Jenis dan Desain Penelitian, Variabel Penelitian Definisi
Oprasional Variabel, Populasi dan Sampel, Teknik
Pengumpulan Data, Uji Validitas Instrument, Teknik
Analisis Data, dan Sistematika Penulisan.
BAB VI : Analisi Data
BAB V : Penutup meliputi Hasil Penelitian, Kesimpulan, Saran dan
Kritik.

37
DAFTAR PUSTAKA
Asrori, Imam. 2014. Strategi Belajar Bahasa Arab : Teori dan Praktek. Malang :
Misykat.
Arif, Imam Setiadi. 2016. Psikologi Positif. Jakarta : PT Gramedia.
Brown, H. Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa Ed. 5,
Terj Noor Cholis dan Yusi Avianto Pareanom. Jakarta : Pearson
Education, Inc.
Creswell, Jhon W. 2016. Research Design : Pendekatan Metode Kualitatif,
Kuantitatif dan Campuran. Yogyakarta : PUSTAKA BELAJAR.
Daniel Goleman, 1995. Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi.
Jakarta : PT Gramedia.
Djiwandono dan Soenardi. 2011. Tes Bahasa : Pegangan Bagi Pengajar Bahasa.
Jakarta : Indeks.
Fitri, Anggi. 2018. Strategi Belajar Bahasa Anak, Jurnal Ilmu Pendidikan Bahasa
dan Sastra, Vol. 4. No. 1. Diakses pada 27 November 2019.
Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawita. (201. Teori-teori Psikologi. Jogjakarta :
AR-RUZZ MEDIA.
Hasanah, Rina Nur Uswatun. 2018. Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru
Terhadap Maharah Al-Qira’ah Siswa Kelas X IPA 3 Di Muhammadiyah
03 Yogyakarta (Studi Analisis). Fakultas Pendidikan Bahasa. Universitas
Muhammadiyah. Yogyakarta.
Hermawan, Acep. 2014. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Ide, Pangkalan. 2010. Imunisasi Mental untuk Bangkitkan Optimisme. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo.
Munir. 2017. Perencanaan Sistem Pengajaran Bahasa Arab. Jakarta : Kencana.

38
Mustofa, Mustofa. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif.
Malang : UIN Maliki Press.
Nurjanah. 2008. Pengaruh Penguasaan Mufrodat Terhadap Keterampilan
Membaca Bahasa Arab Siswa Kelas VIII di MTsN Ngemplak Sleman.
Fakultas Tarbiyah. Universitas Islam Negeri Sunankalijaga. Yogyakarta.
Ormrod, Jeanne Ellis. 2009. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang Ed. 6, Terj Wahyu Indianti dkk. Jakarta : Erlangga.
Rosyidi, Abd Wahab dan Mamlu’atul Ni’mah. 2012. Memahami konsep Dasar
Pembelajaran bahasa Arab. Malang : UIN Malik Press.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Sumardi, Mulyanto. 1976. Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan
Tinggi Agama Islam. Jakarta : Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan
Agama Departemen Agama R.I.
Suriyanti, Lenni. 2018. Pengaruh Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa dan
Keterampilan Mengajar Guru Terhadap Maharatul Qira’ah Siswa Kelas
VIII MTsN 4 Bulukumba. Fakultas Tarbiyah. Universitas Islam Negeri
Alauddin. Makassar.
Wahab, Rohmalina Wahab. 2015. Psikologi Belajar Ed. 1 Cet. 1. Jakarta :
Rajawali Pers.
Yuniar dan Atikah Marwa. 2018. Korelasi Antara Kompetensi Profesionalisme
Guru dan Minat Belajar Bahasa Arab di MA Al-Muhajirin Musi Rawas
Sumatera Selatan, Jurnal Al-Bayan. Vol. 10. No. 1. Diakses pada 06
Desember 2019.

39

Anda mungkin juga menyukai