M. Khakim Maulana
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan
hakiem78@gmail.com
Abstrak
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan media untuk menuangkan isi hati, pikiran seseorang
terhadap lingkungan maupun lawan bicaranya. Berkenaan dengan bahasa Arab,
banyak orang memiliki sudut pandang yang berbeda-beda. Sebagian ada yang
mengungkapkan bahwa bahasa Arab adalah bahasa religi. Konteks ini didasari
dengan asumsi bahwa bahasa Arab sebagai alat untuk mempelajari kitab-kitab
suci yang berbahasa Arab. Sebagian lagi ada yang beranggapan bahwa bahasa
Arab merupakan bahasa ilmu pengetahuan islam. Asumsi ini didasari dengan
alasan bahwa ilmu pengetahuan islam bersumber dari referensi kitab-kitab
berbahasa Arab karya ilmuwan islam terdahulu. Sebagian yang lain juga
beranggapan bahwa bahasa Arab merupakan bahasa komunikasi, yakni lebih
menekankan pada aktivitas sosial manusia sehari-hari.1
Bahasa Arab dalam konteks sebagai alat komunikasi, maka belajar bahasa
Arab menekankan pada bagaimana seseorang melaksanakan praktik dan terampil
untuk berbicara menggunakan bahasa Arab, baik di dalam maharah Istima’, al-
qiro’ah, al-kitabah, maupun kalam. Di sini dapat dilihat empat aspek yang
menjadi konsentrasi dalam pembelajaran bahasa. Banyak para ahli bahasa Arab
berpendapat tentang hakikat berbahasa Arab yang akan berakibat pada pola
pembelajaran bahasa Arab. Salah satu pendapat dari Muhammad Ibn Mar’i al
Hazimi mengatakan "اس هي الكالم222ة في األس222( "اللغdasar sebuah bahasa adalah
berbicara/kalam). Ada juga yang berpendapat bahwa “Jika seseorang menguasai
suatu bahasa, secara intuitif ia mampu berbicara dalam bahasa tersebut”. 2
Pendapat ini menunjukkan bahwa maharah kalam mengisyaratkan keberhasilan
seseorang dalam berbahasa dan mengetahui bahasa tersebut.
Maharah kalam erat kaitannya dengan pelafalan, tata bahasa, kosa kata,
keterampilan mendengarkan, menirukan, dan lain-lain. Maka penggunaan metode
dan stategi pembelajaran yang didasari dengan teknik yang tepat akan
berpengaruh terhadap hasil dan tujuan pembelajaran bahasa. Jika penggunaan
metode pembelajaran belum didasari dengan pendekatan yang tepat terhadap
pelajar bahasa Arab, tentu hal itu akan mengakibatkan pada kesulitan belajar
bahasa Arab khususnya dalam maharah kalam. Jika seorang pelajar kesulitan
dalam memahami dan mengikuti metode pembelajaran, maka akan timbul
masalah baru yakni semangat belajar mulai turun dan hasil pembelajaran kurang
maksimal.
Banyak sekolah atau lembaga pendidikan yang mengajarkan bahasa Arab
dengan berbagai macam strategi pembelajaran yang terbilang cukup efektif dan
efisien, akan tetapi banyak pula lulusan dari sekolah atau lembaga pendidikan
tersebut belum memiliki kemampuan berbahasa Arab yang mumpuni. Dari sini
muncul pertanyaan bagaimanakah belajar bahasa Arab yang sebenarnya? Apakah
2
pada pembelajaran Maharah Kalam selama ini sudah menerapkan metode
pembelajaran yang tepat?3
Para tokoh bahasa (baca: bahasa Arab) mulai membaca sebenarnya yang
menjadi kekeliruan dalam proses pembelajaran bahasa Arab disebabkan karena
beberapa faktor, antara lain :
1. Faktor pengajar /guru yang belum bisa, karena tidak menguasai materi, kurang
profesional, dan kurang cakap.
2. Faktor peserta didik yang agak lamban dalam berfikir, dan kurang daya
tangkapnya.
3. Faktor lingkungan peserta didik belajar bahasa Arab; karena dia berada di
lingkungan yang setiap hari selalu menggunakan bahasa ibu atau bahasa
daerah.
4. Faktor dari strategi pembelajaran yang masih kurang mengena, masih belum
bisa diterima peserta didik/siswa dengan baik.4
Berdasarkan pengamatan saat mengajar dalam Ta’lim Ramadan,
pembelajaran bahasa Arab terutamana maharah kalam di MTs YMI Wonopringgo
Kabupaten Pekalongan sudah cukup baik dan efektif, akan tetapi belum mampu
menggugah semangat siswa dalam segi belajar bahasa Arab. Para siswa cenderung
lebih cepat bosan dengan aktivitas monoton—yang berdampak pada turunnya
semangat belajar. Di samping itu, siswa yang memiliki kemampuan terbatas—
karena masih baru di dunia bahasa Arab—akan mudah menyerah. Mereka
beranggapan bahwa belajar bahasa Arab itu sulit dan seolah tidak ada jalan keluar.
Anggapan tersebut menimbulkan turunnya semangat belajar bahasa Arab. Oleh
karena itu, pencarian metode yang tepat terus dilakukan oleh para pegiat
pendidikan sebagai upaya untuk merevitalisasi semangat belajar bahasa Arab.
Metode Suggestology merupakan salah satu upaya dalam merevitalisasi semangat
belajar bahasa Arab khususnya dalam maharah kalam. Metode ini memfokuskan
pada pemberian pengaruh kepada seseorang melalui stimulus yang diberikan
sebagaimana teori stimulus-respon dalam psikologi.
3
Jauhar Ali, Permainan Sebagai Strategi Aktif Learning dalam Pembelajaran Bahasa Arab,
4
Jauhar Ali. (2018). Outbound as The Alternative Method to Have Fun Arabic Learning.
ALSINATUNA, 3(2), 247. doi:10.28918/alsinatuna.v3i2.1276.
Pemanfaatan Metode Suggestology
5
Azhar Arsyad, “Bahasa Arab dan metode pengajarannya”, (pustaka Pelajar , 2010), hlm.
23
6
Azhar Arsyad, “Bahasa Arab dan metode pengajarannya......... hlm. 23
Bancropt mencatat enam unsur dasar dari Metode Suggestology. Unsur yang
pertama adalah Authority, yaitu adanya semacam tsiqah, untuk membuat siswa
yakin dan percaya pada dirinya sendiri (self confidence). Unsur ini yang harus
pertama kali diterapkan kepada siswa agar mulai menumbuhkan benih-benih
semangat belajar bahasa Arab.7
Unsur yang kedua adalah Infantilisasi, yaitu siswa seakan-akan seperti anak
kecil yang menerima authority dari seorang guru. Unsur ini seolah bertentangan
terhadap anjuran kurikulum 2013 yang menuntut siswa agar mandiri. Akan tetapi,
dalam pembelajaran bahasa Arab khususnya dalam maharah kalam metode ini
efektif untuk digunakan. Unsur Infantilisasi menjelaskan bahwa belajar bahasa
Arab itu seperti anak-anak, melepaskan siswa dari kungkungan belajar rasional ke
arah belajar yang lebih intuitif. Sebagai contoh, adanya penggunaan “role play”
dan nyanyian dalam metode ini sehingga akan mengurangi rasa tertekan, dan
siswa dapat semangat belajar secara ilmiah. Ilmu dapat masuk tanpa disadari
seperti apa yang dialami oleh anak kecil. 8 Hemat penulis, unsur ini sangat efektif
terhadap pembelajaran maharah kalam karena keterampilan kalam memiliki
substansi pada komunikasi dan keaktifan siswa. Hal itu dapat tercapai dengan baik
apabila siswa merasa nyaman dan tanpa ada tekanan dalam belajar. Dengan
begitu, siswa era milenial secara perlahan dapat menumbuhkan semangat belajar
bahasa Arab.
Unsur yang ketiga adalah Dual komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan non
verbal yang berupa rangsangan semangat dari keadaan ruangan dan dari
kepribadian seorang guru. Unsur ini lebih cenderung pada kualitas diri seorang
guru tentang bagaimana membuat suasana kelas selalu kondusif. Siswa duduk di
kursi yang nyaman dengan tata ruang yang hidup dan memberi semangat. Dengan
suasana yang seperti ini, siswa akan lebih enjoy dan lebih komunikatif ketika
belajar bahasa Arab dalam maharah kalam. Terlebih jika melihat guru yang lihai
berbicara dengan bahasa Arab—yang menjadi inspirasi bagi para siswa.9
Unsur yang keempat adalah intonasi, yaitu keadaan seorang guru dalam
menyajikan materi dengan intonasi yang bervariasi, mulai dari intonasi mirip
9
orang berbisik dengan suara yang tenang dan lembut, intonasi yang normal
sampai kepada nada suara keras yang dramatis.10 Hemat penulis, unsur ini sangat
penting karena variasi intonasi dalam pembelajaran secara tidak sadar akan
menuntun siswa melafalkan dan menirukan apa yang disampaikan guru. Di
samping itu, keadaan tersebut akan menumbuhkan konsentrasi yang lebih baik
dalam belajar bahasa Arab. Memori otak akan cenderung mudah menerima dan
mudah teringat ketika melihat dan mendengar intonasi yang bervariasi. Tentunya
pikiran akan terlatih dan terbiasa sehingga keterampilan berbicara bahasa Arab
bisa dilakukan dengan mudah.
Unsur yang kelima adalah rhythm, yaitu materi membaca dilakukan dengan
irama, berhenti sejenak di antara kata-kata dan rasa yang disesuaikan dengan
nafas irama. Di sini siswa diminta dan diajar untuk menarik nafas selama dua
detik, menahannya selama empat detik dan menghembuskannya selama dua
detik.11 Unsur ini memiliki pengaruh yang besar karena keterampilan atau
maharah kalam erat kaitannya dengan ketepatan berbicara dan tempo
pembicaraan. Dengan unsur ritme, maka siswa akan terlatih tidak grogi dan
menikmati ketika mengucapkan kalimat. Jika dalam diri sudah tidak ada rasa
grogi, maka akan lebih mudah dalam melatih ketenangan berbicara dengan bahasa
Arab.
Unsur yang keenam adalah keadaan Pseuda-Passive. Pada unsur ini, keadaan
siswa betul-betul rileks tetapi tidak tidur sambil mendengar alunan irama musik
diiringi lantunan teks berbahasa Arab. Pada unsur inilah seorang guru
menyisipkan kemajuan teknologi di bidang pendidikan seperti memanfaatkan
media audiovisual dalam pembelajaran. Dengan kondisi seperti ini, menurut Racle
akan terjadi hypermnesia, yaitu suatu kondisi yang membuat daya ingat menjadi
kuat.12 Selain itu, keadaan Pseuda-Passive bermanfaat untuk melatih saraf otak
agar terbiasa dengan stimulus-stimulus teks bahasa Arab yang nantinya bertujuan
pada tercapainya keterampilan berbicara (maharah kalam).13
Dengan memperhatikan keenam unsur di atas, Metode Suggestology dengan
kolaborasi pemanfaatan teknologi pendidikan, secara teori dapat menumbuhkan
10
11
12
13
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan........... hlm.25
semangat belajar bahasa Arab di era milenial. Tentunya penggunaan metode
suggestology ini bukan dimaksudkan sebagai perspektif satu-satunya cara untuk
mengatasi semangat belajar bahasa Arab. Karena setiap strategi pembelajaran di
semua materi tentu akan menemui permasalahan dan hambatan. Bahasa Arab
adalah salah satu bahasa asing yang sangat kompleks sehingga dalam
memahaminya membutuhkan strategi yang tepat untuk menghadapi segala
permasalahan yang terjadi. Tak jarang penggunaan strategi tersebut juga masih
harus dikaji kembali agar sesuai dengan situasi dan kondisi. Metode Suggestology
menjadi alternatif pilihan yang diharapkan bisa menjadi solusi yang tepat untuk
merevitalisasi semangat belajar bahasa Arab dalam maharah kalam di era
milenial.
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA