Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Arab sebagai bahasa internasional telah diakui oleh dunia. Tentu hal ini akan
mempunyai peran yang signifikan dalam improvisasi dan kompetisi pada tingkat dunia
internasional. Hal tersebut bukan saja dalam aspek perkembangan bahasa dan ilmu an sich,
namun lebih dari hal itu.yakni improvisasi pada aspek metodologi dan tekhnik
pembelajarannya. Statement tersebut tentu dapat dibuktikan. Bahasa Arab merupakan salah
satu mata pelajaran penting dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, terutama bagi siswa di
tingkat menengah seperti Madrasah Tsanawiyah. Pendidikan Bahasa Arab di tingkat
menengah merupakan hal yang penting dalam membentuk pemahaman dan keterampilan
siswa dalam memahami teks-teks keagamaan serta memperluas wawasan keilmuan Islam.
Bahasa Arab yang berkualitas.
Meskipun demikian, tantangan dalam pembelajaran Bahasa Arab di tingkat menengah
seringkali dihadapi oleh guru dan siswa, seperti rendahnya motivasi siswa, kurangnya
keterampilan berbahasa Arab, dan kurangnya pengalaman langsung dalam penggunaan
bahasa tersebut di kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan belajar mengajar, sangat penting
bagi guru untuk mempunyai berbagai metode. Metode adalah seperangkat cara yang
digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan ilmu atau transfer ilmu kepada anak
didiknya yang berlangsung dalam proses belajar dan mengajar atau proses pembelajaran. Dari
ungkapan tersebut, dapat diambil sebuah kesimpulan umum, yaitu ketika seorang guru
semakin menguasai metode pembelajaran, maka semakin baik pula ia dalam menggunakan
metode tersebut. Ketika penguasaan tersebut berjalan dengan baik maka semakin baik pula
target pembelajaran yang ingin dicapai.
Secara konkret dan faktual dalam kegiatan pembelajaran bahasa Arab. Dimana akhir akhir
ini banyak bermunculan model-model atau teknik pembelajaran bahasa Arab yang interaktif
dan inovatif yang tentunya akan menambah gairah peserta didik dalam mempelajari bahasa
Arab secara simultan dan berkelanjutan. Hal ini tentu harus disambut oleh para pendidik
untuk direalisasikan secara aktif dan kreatif, sehingga proses pembelajaran bahasa Arab
berlangsung maksimal dan terintegrasi dalam tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Salah satu tantangan dalam pembelajaran Bahasa Arab adalah memastikan bahwa siswa
dapat memahami, berbicara, dan menulis dalam bahasa tersebut dengan baik. Hal ini
memerlukan metode pembelajaran yang efektif dan inovatif. Metode simulasi adalah salah
satu pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa Arab. Simulasi
menggabungkan teori dengan praktik, memungkinkan siswa untuk berpartisipasi dalam
situasi yang mendekati kehidupan nyata di mana mereka dapat mengaplikasikan pengetahuan
Bahasa Arab mereka.
Selain itu Bahasa arab juga, penting untuk mencatat bahwa dunia saat ini sedang
mengalami perubahan cepat dalam hal teknologi dan komunikasi. Akses mudah ke sumber
daya online dan media sosial telah mengubah cara manusia berkomunikasi dan berinteraksi
secara global. Bahasa Arab sebagai bahasa internasional memiliki peran penting dalam
komunikasi antarnegara, terutama di dunia Arab dan Islam. Oleh karena itu, pemahaman
Bahasa Arab dan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa ini menjadi semakin penting.
Dalam kegiatan belajar mengajar, sangat penting bagi guru untuk mempunyai berbagai
metode. Metode adalah seperangkat cara yang digunakan oleh seorang guru dalam
menyampaikan ilmu atau transfer ilmu kepada anak didiknya yang berlangsung dalam proses
belajar dan mengajar atau proses pembelajaran. Dari ungkapan tersebut, dapat diambil sebuah
kesimpulan umum, yaitu ketika seorang guru semakin menguasai metode pembelajaran,
maka semakin baik pula ia dalam menggunakan metode tersebut. Ketika penguasaan tersebut
berjalan dengan baik maka semakin baik pula target pembelajaran yang ingin dicapai
Salah satu cara bisa yang digunakan adalah dengan menggunakan metode simulasi.
Metode simulasi adalah metode belajar mengajar dalam bentuk permainan yang sudah diatur,
kemudian dilakukan oleh siswa. Sehingga terjadi proses belajar dan mengajar didalamnya
demi memperoleh pemahaman tentang hakikat suatu konsep atau keterampilan melalui
kegiatan simulasi.Metode simulasi hampir sama dengan metode sosio-drama. Akan tetapi,
letak perbedaanya adalah sosio-drama lebih cenderung pada permainan bahasa, hafalan, serta
lebih dekat pada dunia akting dan peran. Sedangkan simulasi lebih cenderung pada hal-hal
yang bersifat non bahasa, serta tidak cenderung pada akting dan peran.
Pembelajaran Bahasa Arab yang efektif di tingkat menengah adalah kunci untuk
mempersiapkan siswa dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam memahami teks-teks Arab
klasik dan kontemporer, berkomunikasi dalam bahasa tersebut, serta memahami budaya dan
konteks sosial di dunia berbahasa Arab. Namun, metode tradisional pembelajaran yang hanya
fokus pada pemahaman teks dan hafalan kosakata seringkali tidak memadai dalam
mengembangkan kemampuan berbicara dan berinteraksi dalam Bahasa Arab. Penerapan
metode simulasi dalam pembelajaran Bahasa Arab dapat membawa perubahan signifikan
dalam pendekatan pembelajaran. Simulasi dapat menciptakan pengalaman yang lebih
mendalam dan berarti bagi siswa.
Mereka dapat terlibat dalam situasi berbicara yang mirip dengan kehidupan nyata, seperti
peran bermain atau situasi komunikatif. Dengan demikian, siswa memiliki kesempatan untuk
meningkatkan keterampilan berbicara mereka secara praktis.Selain itu, metode simulasi juga
dapat memotivasi siswa untuk belajar Bahasa Arab dengan lebih antusias. Simulasi
menyajikan pembelajaran yang interaktif dan berorientasi tugas, yang bisa jadi lebih menarik
bagi siswa daripada pembelajaran yang pasif dan berbasis teks saja. Dengan melibatkan siswa
dalam situasi-situasi yang relevan dan menarik, metode simulasi dapat menginspirasi minat
dan komitmen mereka terhadap pembelajaran Bahasa Arab.
Dalam konteks ini, metode simulasi dalam pembelajaran Bahasa Arab tidak hanya dapat
mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan pembelajaran Bahasa Arab di kelas,
tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan berbahasa yang relevan di dunia nyata.
Simulasi yang dirancang dengan baik dapat menciptakan situasi yang mirip dengan
kehidupan nyata, di mana siswa harus menggunakan Bahasa Arab untuk berkomunikasi,
berkolaborasi, dan menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks.Penggunaan metode simulasi
juga mencerminkan pergeseran paradigma dalam pendidikan, dari pendekatan pengajaran
yang berpusat pada guru menjadi pendekatan yang lebih berpusat pada siswa. Dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat dalam pembelajaran mereka
sendiri, metode simulasi dapat meningkatkan motivasi, keterlibatan, dan pemahaman siswa
terhadap Bahasa Arab.
Di MTs Miftahussalam , beralamat di Dusun soborejo Rt.01 Rw. 02, Kecamatan Slahung,
Kabupaten ponorogo,Jawa Timur. Merupakan sekolahan swasta dan memulai kegiatan
belajar mengajar pada tahun 1978 sampai sekarang. MTs Miftahussalam juga terdapat
pondoknya yang sudah ada sejak berdirinya sekolahan tersebut. Di MTs Miftahussalam
masih menggunakan kurikulum 13 dan salafiyah dan untuk kurikulum merdeka masih dalam
tahap pembelajaran untuk para gurunya. Dengan adanya pondok pesantren para siswa selalu
ada kegiatan islami seperti rutinan istighosah pada hari tertentu dan selalu diadakanya sholat
dhuha berjamaah pada jam ke kedua tepatnya sebelum jam istirahat siswa. Dengan begitu
bisa meningkatkan nilai nilai kehidupan yang mencerminkan tumbuh kembangnya kehidupan
beragama mereka seperti aqidah,ibadah dan akhlak yang menjadi pedoman prilaku sesuai
dengan aturan aturan yang benar.
Namun belum tentu dengan adanya latar belakang yang islami tersebut siswa bisa tertarik
dengan pelajaran bahasa arab. Terutama untuk kelas IV C yang siswanya terkenal agak
bandel dan sulit untuk dikondisikan saat pelajaran bahasa arab. Mereka cenderung
menganggap bahasa arab adalah pelajaran yang sulit . Tetapi tidak semua murit merasa sulit
ada juga yang merasa senang dengan pembelajaran bahas arab di kelas. Dengan begitu guru
bahasa arab di kela IV C tersebut menggunakan metode simulasi agar memudahkan semua
murid untuk memahami dan menyukai pelajaran bahasa arab. Dengan begitu siswa memiliki
potensi yang beasr.
Masih perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam untuk mengukur efektivitasnya dalam
konteks pembelajaran Bahasa Arab di MTs Miftahussalam, Kambeng. Selain itu, perlu
diperhatikan apakah penerapan metode ini sesuai dengan karakteristik siswa dan lingkungan
sekolah di MTs Miftahussalam. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat ditemukan bukti
empiris yang mendukung implementasi metode simulasi dalam pembelajaran Bahasa Arab di
MTs Miftahussalam, Kambeng, dan memperoleh wawasan yang lebih baik tentang
bagaimana metode ini dapat diterapkan dengan efektif. Hasil penelitian ini dapat memberikan
kontribusi berharga bagi pengembangan kurikulum Bahasa Arab di tingkat menengah dan
mendukung upaya meningkatkan kualitas pendidikan di MTs Miftahussalam.
Namun,untuk berhasil mengimplementasikan metode simulasi, penting untuk
mempertimbangkan faktor-faktor seperti sumber daya yang tersedia, kemampuan guru, dan
karakteristik siswa. Oleh karena itu, penelitian ini juga akan melihat kendala-kendala yang
mungkin muncul dalam implementasi metode simulasi di MTs Miftahussalam dan mencari
solusi yang sesuai.Dengan memahami peran penting Bahasa Arab dalam konteks global saat
ini dan manfaat metode simulasi dalam pembelajaran, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan kurikulum dan metode pengajaran di
MTs Miftahussalam, Kambeng, serta dapat memberikan wawasan yang berharga bagi
pengembangan pendidikan Bahasa Arab di tingkat menengah secara lebih luas.
B. Fokus Penelitian
Dari latar belakang permasalahan tersebut maka peneliti akan memunculkan
permasalahan yang akan diteliti yaitu penerapan metode simulasi dalam konteks
pembelajaran Bahasa Arab di sebuah sekolah menengah (MTS) bernama MTs
Miftahussalam yang terletak di Kambeng, yang mencakup sejauh mana metode
simulasi efektif dalam meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa dalam
Bahasa Arab.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian yang telah diuraikan
sebelumnya maka masalah pokok peneitian ini dapat dijabarkan dalam bentuk
pertanyaan. Adapun masalah yang diteliti dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan metode simulasi dalam pembelajaran Bahasa arab di MTs
miftahussalam?
2. Bagaimana Evaluasi metode simulasi dalam pembelajaran bahasa arab di MTs
Miftahussalam ?
3. Bagaimana dampak metode simulasi dalam meningkatkan semangat dan
pemahaman siswa di MTs Miftahussalam?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian di atas, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan metode simulasi dalam pembelajaran bahasa arab
di MTs Miftahussalam
2. Untuk mengetahui evaluasi metode simulasi dalam pembelajran bahasa rab di
MTs miftahussalam.
3. Untuk mengetahui dampak metode simulasi dalam pembelajran bahasa arab di
MTs Miftahussalam

E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian di atas, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis
Peneliti ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan metode
simulasi yang dilakukan di MTs Miftahussalam yang berbasis kurikulum 13 dan
salafy, kemudian juga dapat menambahkan wawasan ilmu terutama di bidang
pendidikan bahasa arab.
2. Secara praktis
Secara praktis teori ini akan bermanfaat:
a. Bagi Penulis
Penulis dapat menambah pengetahuan terutama di bidang keilmuan,yang
dapat digunakan sebagai bahan dalam pembelajran yakni tentang pelaksanaan
metode simulasi dalam pembelajaran bahasa arab.
b. Bagi Pembaca
Dapat menambah wawasan atau ilmu pengetahuan tentang pelaksanaan
metode simulasi dalam pembelajran bahasa arab.
c. Bagi Siswa
Sebagai wadah untuk lebih mudah memahami dan lebih pengalaman belajar
bahasa arab dalam metode simulasi.
d. Bagi Sekolah
Peneliti ini diharapkan sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan atau
sumbangan terhadap sekolah dalam pelaksanaan metode simulasi
pembelajaran bahasa arab.

F. Sistematika Pembahasan
Agar penelitian ini lebih terperinci sehingga terlihat adanya gambaran yang terarah,
logis dan saling berhubungan antara sub bab dengan bab berikutnya. Pembahasan
dalam penelitian ini dibagi menjadi enam bab, enam bab tersebut merupakan satu
kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan untuk mencapai tujuan pembahasan
agar dapat tergambarkan dengan baik. Adapun enam bagian tersebut sebagai berikut:
Bab pertama, berisi pendahuluan yang akan menjabarkan latar belakang, fokus
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika
pembahasan, dan dilengkapi dengan jadwal penelitian
Bab kedua, berisi pembahasan telaah hasil penelitian terdahulu dan kajian teori
tentang penjelasan tentang teori yang relevan sebagai landasan teori untuk
menyelesaikan masalah tentang pengajian kitab kuning dalam meningkatkan
kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren Darussalam Bangunsari Ponorogo.
Bab ketiga, berisi metode penelitian yang akan menjabarkan tentang pendekatan
dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan, tahapan-
tahapan penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Implementasi
Implementasi adalah tindakan–tindakan yang dilakukan oleh pihak–pihak yang
berwenang dan berkepentingan, baik pemerintah maupun swasta yang bertujuan
untuk mewujudkan cita–cita serta tujuan yang telah ditetapkan .Implementasi
berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti
mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk
melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.
Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat
berupa undang–undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Peradilan dan
Kebijakan yang dibuat oleh Lembaga–Lembaga Pemerintah dalam kehidupan
kenegaraan.
Implementasi berkaitan dengan berbagai tindakan yang dilakukan untuk
melaksanakan dan merealisasikan program yang telah disusun demi tercapainya
tujuan dari program yang telah direncanakan, karena pada dasarnya setiap
rencana yang ditetapkan memiliki tujuan atau target yang hendak dicapai.
Implementasi bertujuan untuk memastikan bahwa rencana yang telah disepakati
dapat diterapkan dengan baik dan menghasilkan dampak yang positif. dalam
implementasi harus memahami secara detail rencana yang akan diterapkan
sebelum memasuki fase eksekusi. Rencana implementasi juga harus jelas dan
tidak meninggalkan pertanyaan yang tidak terjawab.
Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna.
implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana untuk
mencapai tujuan. Dengan demikian, implementasi adalah tindakan yang harus
mengikuti pemikiran awal agar sesuatu benar-benar terjadi.
Implementasi merupakan tahap penting dalam proses perencanaan dan
pengambilan keputusan. Dalam implementasi, rencana atau kebijakan yang telah
dirumuskan akan dijalankan dan dievaluasi untuk melihat apakah tujuan yang
diharapkan dapat tercapai. Dalam implementasi terdapat beberapa komponen
yang penting antara lain sebagai berikut.
a. Tujuan Implementasi
Tujuan dari implementasi adalah untuk memastikan rencana yang sudah
disepakati bisa diterapkan dan membawa dampak yang positif. Tim yang
berkaitan dengan perencanaan implementasi harus dapat menjawab hal-hal
detail tentang suatu rencana yang akan diterapkan, sebelum akhirnya masuk
ke fase eksekusi. Untuk memastikan bahwa rencana yang telah disepakati
dapat diterapkan dengan baik dan menghasilkan dampak yang positif. dalam
implementasi harus memahami secara detail rencana yang akan diterapkan
sebelum memasuki fase eksekusi.
Rencana implementasi juga harus jelas dan tidak meninggalkan pertanyaan
yang tidak terjawab. Rencana implementasi akan menjadi kunci untuk
menguraikan langkah-langkah yang harus diambil tim untuk mencapai tujuan
atau inisiatif bersama.Untuk mengetahui apakah rencana implementasi sudah
efektif atau belum adalah dengan menyerahkannya kepada seseorang di luar
tim untuk menilai apakah mereka dapat memahami proyek secara
keseluruhan. Rencana implementasi seharusnya tidak meninggalkan
pertanyaan yang tidak terjawab.
b. Jenis Jenis Implementasi
1. Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan suatu kebijakan yang dapat
mencapai tujuanya. Penegakan kebijakan adalah alat manajemen hukum
dimana berbagai aktor,organisasi,prosedur dan teknik bekerja sama
umtuk mengimplementasikan kebijakan untuk mencapai efek atu tujuan
yang diinginkan.
Dengan begitu implementasi sesuai dengan langkah langkah yang
diambil oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam
keputusan politik. Tujuannya adalah kebijakan yang tidak akan
bertentangan dengan masyarakat, sehingga tidak menimbulkan kerugian
bagi masyarakat.

2. Implementasi Pendidikan

Implementasi pendidikan artinya segala sesuatu yang dilaksanakan dan


diterapkan sesuai dengan program yang dirancang untuk dilaksanakan
sepenuhnya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.Dengan
demikian, pelaksanaan program juga perlu sepenuhnya melaksanakan apa
yang direncanakan dalam program, Masalah akan muncul jika apa yang
dilakukan menyimpang dari apa yang direncanakan atau tidak dirancang
maka terjadilah kesia-siaan antara perancangan dengan implementasi.
Kemudian ada tiga macam komponen dalam implementasi pendidikan
yaitu :
a. Pengembangan Program
Pengembangan kurikulum meliputi pengembangan silabus tahunan
(silabus umum untuk setiap mata pelajaran), silabus semester (berisi
item yang akan disampaikan selama semester), silabus modular,
modul/mata pelajaran (lembar, mata kuliah, tanya jawab), program
mingguan dan program harian (untuk kemajuan dan kesulitan siswa),
program pengayaan dan bimbingan belajar, dan program Bimbingan
dan Konseling.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam pembelajaran, tugas utama seorang guru adalah menciptakan
lingkungan yang mendukung perubahan perilaku siswa. Secara
umum, pelaksanaan pembelajaran seperti berbasis KTSP dan
kurikulum 2013 terdiri dari tiga isi, yaitu pendahuluan, kegiatan
dasar, dan bagian penutup.
c. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi adalah suatu proses pengumpulan data untuk menentukan
bagaimana, bagaimana, dan bagaimana tujuan pendidikan itu dicapai,
dimana hasil penilaian ini dapat dijadikan acuan dalam pengambilan
keputusan.Yang termasuk dalam penilaian ini adalah cara-cara
mengatasi masalah yang dihadapi saat timbul dalam belajar.
3. Implementasi Strategi
Implementasi strategi adalah langkah keempat dalam proses manajemen
strategi dan di mana Anda mengubah rencana strategis menjadi tindakan.
Dari menerapkan rencana pemasaran baru untuk meningkatkan penjualan
hingga menerapkan perangkat lunak manajemen tugas baru untuk
meningkatkan efisiensi tim internal.
Memiliki rencana strategis itu baik. Namun, jika Anda tidak memiliki
bandwidth, sumber daya, dan dukungan untuk dijalankan, rencana strategis
tidak akan membuat perubahan nyata dalam organisasi.
Kami akan membahas langkah-langkah kunci untuk menerapkan strategi,
termasuk potensi risiko dan cara menghindarinya, dan memperkenalkan
beberapa kerangka kerja untuk membantu Anda berhasil menerapkan
strategi yang sedang Anda gunakan . Kemudian ada beerapa langkah
langkah
2. Metode Simulasi
Metode simulasi dalam pembelajaran adalah metode pembelajaran yang
menggunakan situasi atau proses nyata untuk menyajikan pelajaran kepada
peserta didik. Dalam metode ini, peserta didik terlibat aktif dalam berinteraksi
dengan situasi di sekitarnya . Metode simulasi dapat digunakan sebagai metode
mengajar dengan asumsi bahwa tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan
secara langsung pada objek yang sebenarnya.
Metde Simulasi ialah siswa (dengan bimbingan guru) melakukan peran dalam
simulasi tiruan untuk mencoba menggambarkan kejadian yang sebenarnya. Maka
didalam kegiatan simulasi, peserta atau pemegang peranan melakukan lingkungan
tiruan dari kejadian yang sebenarnya. Metode pembelajaran simulasi merupakan
metode pembelajaran yang membuat suatu peniruan terhadap sesuatu yang nyata,
terhadap keadaan sekelilingnya (state of affaris) atau proses.
Metode simulasi merupakan suatu model pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru dengan cara penyajian.pengalaman belajar dengan menggunakan situasi
tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu
Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua
proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang
sebenarnya. Belajar bagaimana cara mengoperasikan sebuah mesin yang
mempunyai karakteristik khusus misalnya, siswa sebelum me‫ب‬nggunakan mesin
yang sebenarnya akan lebih bagus melalu simulasi terlebih dahulu.
a. Jenis Jenis Metode simulasi
Menurut Wina Sanjaya Simulasi terdiri dari beberapa jenis, yaitu sebagai
berikut:
1. Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan
masalah–masalah yang berkaitan dengan fenomena social, permasalahan
yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan
remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter dan lain sebagainya.
Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan
akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa
untuk memecahkannya.
2. Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang
bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama
biasanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi
terhadap tekanan- tekanan yang dialaminya.
3. Role Playing
Role playing atau permainan peran adalah metode pembelajaran sebagai
bagian dari metode simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa
sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual. Dalam proses pelajarannya
metode ini mengutamakan pola permainan dalam bentuk dramatisasi.
Dramatisasi dilakukan oleh 11 kelompoknya masing-masing dengan
mekanisme pelaksanaan yang diarahkan guru untuk melaksanakan kegiatan
yang telah ditentukan atau direncanakan sebelumnya.
b. Langkah Lnagkah Pelaksanaan Metode Simulasi
1. Persiapan Simulasi
a. Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh
simulasi.
b. Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan
disimulasikan.
c. Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan
yang harus dimainkan oleh pemeran, serta waktu yang disediakan.
d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeran simulasi
2. Pelaksanaan Simulasi.
a. Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
b. Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
c. Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang
mendapatkan kesulitan.
d. Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini
dimaksudkan untuk mendorong siswa berfikir dalam menyelesaikan
masalah yang sedang disimulasikan.
3. Penutup Simulasi
a. Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi
cerita yang disimulasikan.
b. Guru dapat memberikan kesempatan untuk memberikan kritik dan
tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.

c. Tujuan Kegiatan Simulasi.


1. Melatih keterampilan tertentu baik bersifat professional maupun bagi
kehidupan sehari-hari.
2. Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep.
3. Melatih memecahkan masalah.
4. Meningkatkan keaktifan belajar.
5. Memberikan motivasi belajar kepada siswa.
6. Melatih siswa untuk mengadakan kerja sama dalam situasi kelompok.
7. Menumbuhkan daya kreatif siswa.
8. Melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.

d. Kelebihan dan kekurangan Metode Simulasi


Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode
belajar diantaranya :
1. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi
situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga,
masyarakat maupun menghadapi dunia kerja,
2. Simulasi dapat engembangkan kreatifitas siswa, karena melalui simulasi
siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik
yang disimulasikan.
3. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siwa.
4. Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan
dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
5. Simulasi dapat meningkatkan gaairah siswa dalam proses pembelajaran.

Disamping memiliki kelebihan simulasi juga mempunyai kelemahan,


diantaanya :
1. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan
sesuai dengan kenyataan dilapangan
2. Pengelolahan ang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai
alathiburan, sehingga tujuan pembelajaran jadi terbengkalai
3. Faktor pisikologis seperti rasamalu dan takut sering mempengaruhi
siswa dalam melakukan simulasi.
3.Pembelajaran Bahasa Arab
Pembelajaran bahasa Arab adalah proses di mana individu memperoleh keterampilan
dalam berbicara, mendengar, membaca, dan menulis dalam bahasa Arab. Bahasa Arab
adalah salah satu bahasa utama dalam dunia Arab dan menjadi bahasa Al-Quran, yang
merupakan teks suci dalam agama Islam. Oleh karena itu, banyak orang di seluruh
dunia mempelajari bahasa Arab untuk berbagai tujuan, termasuk agama, komunikasi,
perdagangan, studi, dan budaya.Proses pembelajaran bahasa Arab mencakup berbagai
aspek, seperti tata bahasa (grammar), kosakata (vocabulary), pengucapan, serta
pemahaman budaya dan sejarah yang terkait dengan dunia Arab.
Kemajuan pengetahuan dan teknolgi belajar semakin pesat di dunia informatika.
Bahasa merupakan salah satu sarana informasi dalam mencatat dna mentransfer
berbagai peristiwa baik yang sudah terjadi maupun yang sedang terajadi.
Sumber belajar bahasa Arab dapat berupa buku teks, kursus online, guru pribadi, atau
lembaga pendidikan formal.Pembelajaran bahasa Arab juga dapat mengacu pada
berbagai metode yang digunakan untuk mengajarkan bahasa Arab kepada orang-
orang yang bukan penutur asli. Ini termasuk metode pembelajaran klasik seperti
metode Al-Qiraat dan Al-Tafsir yang digunakan dalam pengajaran Al-Quran, serta
metode-metode modern yang menggunakan teknologi dan multimedia.
Pembelajaran bahasa Arab dapat sangat bervariasi, tergantung pada tingkat kesulitan
yang diinginkan, tujuan individu, dan metode pembelajaran yang digunakan.
pembelajaran bahasa Arab dapat dipecah menjadi beberapa tahap berdasarkan tingkat
keahlian seseorang, yaitu:
a. Pemula (Beginner): Pada tahap ini, pelajar biasanya mempelajari dasar-dasar
bahasa Arab, seperti huruf Arab, pengucapan, tata bahasa sederhana, dan kosakata
dasar. Mereka juga mungkin mempelajari tata cara menulis dan membaca huruf
Arab.
b. Tingkat Menengah (Intermediate): Setelah memahami dasar-dasar bahasa Arab,
pelajar melanjutkan dengan memperluas kosakata mereka, memahami tata bahasa
yang lebih kompleks, dan mengembangkan keterampilan berbicara dan
mendengar yang lebih baik. Pada tingkat ini, mereka mungkin mulai membaca
teks Arab yang lebih panjang dan rumit.
c. Lanjutan (Advanced): Di tingkat ini, pelajar berusaha untuk menguasai bahasa
Arab secara lebih mendalam. Mereka mungkin mempelajari dialek-dialek tertentu,
yang dapat berbeda dari bahasa Arab standar, serta memahami tata bahasa yang
lebih rumit dan sastra Arab. Pelajar pada tingkat ini juga dapat fokus pada topik-
topik tertentu, seperti hukum Islam, sastra, atau sejarah Arab.
d. Selain tingkat keahlian, tujuan pembelajaran bahasa Arab juga dapat bervariasi.
Beberapa orang mempelajarinya untuk berkomunikasi sehari-hari, sementara yang
lain mempelajarinya untuk membaca dan memahami Al-Quran atau untuk tujuan
akademis dan profesional.
Setelah dijelaskan beberapa macam diatas ada juga ysng mengatakan dengan
istilah pembelajaran bahasa (language learning) dan ada juga yang menyebut
pemerolehan bahasa (language acquisition) kedua.
Maksud dari pembelajaran kedua yaitu dikuasai hanya menggunakan proses
belajar dengan cara sengaja dan sadar.Hal ini berbeda dengan penguasaan
bahasa pertama atau bahasa ibu yang diperoleh secara alamiah, secara tidak
sadar yang dapat diperoleh di dalam lingkungan keluarga. Sedangkan istilah
pemerolehan digunakan atas keyakinan bahwa bahasa kedua merupakan
sesuatu yang dapat diperoleh baik secara formal dalam pendidikan maupun
informal dalam lingkungan kehidupan.

Berikut perbedaan penggunaan istilah dalam dunia pembelajaran bahasa, di


antaranya:
1. (Bahasa pertama)
Bahasa pertama (B1) adalah bahasa sehari-hari atau bahasa Nasional. Ada juga
yang menyebutnya sebagai bahasa Ibu. Sering terjadi kekeliruan dalam
memaknai bahasa ibu. Bahasa ibu bukanlah bahasa yang digunakan ibu sejak
lahir atau bahasa yang digunakan oleh kedua orang tuanya ketika berbicara (suami
istri), tetapi bahasa yang digunakan ketika berkominikasi dengan anaknya
sejak lahir atau usia paling dini.
2. (Bahasa kedua)
Secara umum belajar bahasa yang bukan bahasa pertama (B1) disebut
bahasa kedua (B2) atau bahasa asing. Yakni, bahasa yang digunakan oleh
orang secara umum dalam masyarakat luas (tetapi bukan bahasa rumah
tangga), maupun yang dipakai oleh orang “asing” (yakni di luar lingkungan
masyarakat dalam kelompok atau bangsa).
Dapat ditarik kesimpulan bahwa istilah yang tepat dalam dunia.Dapat
disimpulkan bahwa istilah yang tepat dalam pendidikan di indonesia adalah
bahasa arab sebagai " ghoiru natiq alughah”, sedangkan bahasa indonesia adalah
“natiqu allughah”. Bahasa Arab dapat dapat dikuasai hanya dengan proses belajar
yang dilakukan secara sengaja dan sadar, maka tepatlah kiranya istilah yang
digunakan adalah “pembelajaran” (language learning).
Pembelajaran bahasa Arab, sebagaimana pembelajaran bahasa lainnya
merupakan suatu sistem yang melibatkan banyak komponen (tidak berdiri
sendiri). Komponen tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi berhasil
tidaknya pembelajaran bahasa. Di antara komponen-komponen tersebut
adalah tujuan, materi, metode, sumber belajar, media pembelajaran, evaluasi hasil
belajar.
Di antara berbagai komponen tersebut sebagai berikut:
1. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab
Apapun yang ingin dicapai seseorang dalam mempembelajari bahasa
asing, tujuan akhirnya adalah agar ia dapat menggunakan bahasa tersebut
baik dengan lisan maupun tulisan secara tepat, fasih dan bebas
untuk berkomunikasi dengan orang yang menggunakan bahasa tersebut,
dengan kata lain ada empat kemahiran yang harus dicapai, yakni :
Maharoh istima’, Maharoh kalam,Kitabah,Qiroah. Tentunya menjadi
dasar utama sebelum melangkah kepada komponen selanjutanya.
Adapun tujuan bahasa asing di Indonesia termasuk bahasa Arab
adalah agar siswa atau pembelajar mampu menggunakan bahasa
asing secara aktif maupun pasif.
2. Materi Pembelajaran Bahaa Arab.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa Arab yang diinginkan
tentunya memerlukan sarana yaitu berupa materi pembelajaran. Materi
pembelajaran adalah bahan yang digunakan untuk belajar dan yang
membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mendukung
tercapainya suatu tujuan pembelajaran, materi harus dipilih dengan
tepat.

Dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran, seorang pengajar


dituntut harus pandai dan terampil dalam memberikan materi yang
mudah dipahami pembelajar. Pengajar harus betul-betul kompeten
dalam bidang pembelajaran tersebut, dan semestinya mengetahui
pula texbook mana yang telah memenuhi kriteria yang baik dan tepat
untuk disampaikan pada pembelajar.

Berkaitan dengan masalah texbook, hendaknya harus disesuaikan


dengan kondisi pembelajar yang mempelajarinya dari pengajar yang
menjadi pembimbing dalam proses pembelajarannya, sudah seharusnya
didasarkan pada tujuan materi pembelajaran yang telah digariskan.

Sedangkan desain pembelajaranya mencakup : Keterampilan mendengar


dan berbicara (Istima’Kalam) diantaranya Teks percakapan yang
komunikatif dan kontekstual, Mufrodat Tadrib. Pemilihan materi
hendaknya dilakukan dengan selektif dan memenuhi beberapa kriteria
diantaranya :
a. Materi atau pembelajaran harus relavan terhadap tujuan yang harus
dicapai
b. Materi atau bahan harus balance antara taraf kesulitan dengan
kemampuan pembelajar agar dapat menerima dan mengolah bahan
itu.
c. Materi dan bahan hendaknya sesuai dengan didaktik yang diikuti
d. Materi dan bahan harus sesuai dengan pelajaran yang tersedia.
4.Pendekatan dan Metode Pembelajaran Bahasa Arab
Bahasa Arab adalah entitas terdekat dan sekaligus terjauh. Begitu dekat, karena ia
senantiasa hadir dalam keseharian kita (melalui bahasa shalat, do’a dan lain-lain).
Begitu jauh, karena ia kadang menampakkan wajah kesulitannya untuk dipelajari.
Bahasa Arab sebagai objek yang dipelajari mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa Ibu. Oleh karena itu pendekatan
pembelajaran sangat menentukan proses implementasi metode pembelajaran yang
berlangsung di kelas. Pendekatan merupakan asumsi atau cara pandang secara
umum mengenai bahasa Arab. Sesuai dengan tujuan di atas, pendekatan
pembelajaran yang efektif mencakup empat pendekatan, yaitu pendekatan
humanistik, komunikatif, kontekstual, dan struktural.
1. Pendekatan humanistik melihat bahwa pembelajaran bahasa Arab
memerlukan keaktifan pembelajarnya, bukan pengajar. Pembelajarlah yang aktif
belajar bahasa dan pengajar berfungsi sebagai motivator, dinamisator,
administrator, evaluator, dan sebagainya. Pengajar harus memanfaatkan semua
potensi yang dimiliki pembelajar.
2. Pendekatan komunikatif melihat bahwa fungsi utama bahasa adalah
komunikasi. Hal ini berarti materi ajar bahasa Arab harus materi yang
praktis dan pragmatis, yaitu materi ajar terpakai dan dapat dikomunikasikan
oleh pembelajar secara lisan maupun tulisan. Materi ajar yang tidak
komunikatif akan kurang efektif dan membuang waktu saja.
3. Pendekatan kontekstual melihat bahasa sebagai suatu makna yang sesuai
dengan kebutuhan pembelajar dan setingnya. Di sini, rancangan materi ajar
harus berdasarkan kebutuhan lembaga, kebutuhan pembelajar hari ini dan ke
depan.
4. Pendekatan struktural melihat bahwa pembelajaran bahasa sebagai hal yang
formal. Oleh sebab itu, struktur bahasa (qawaid) harus mendapat perhatian
dalam merancang materi ajar. Namun struktur harus fungsional agar
komunikatif dan praktis. Qawaid/grammar yang tidak praktis dan tidak
komunikatif dalam pembelajaran bahasa Arab telah gagal membentuk
pembelajar terampil berbahasa, bukan saja bahasa Arab tetapi juga bahasa Inggris.
Selanjutnya metode pembelajaran bahasa Arab dapat dimaknai sebagai cara
atau jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.

Dalam hal ini tujuan pembelajaran bahasa Arab. Menurut Ahmad Fuad Effendi,
metode adalah rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sitematis
berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Senada dengan defenisi Abu Bakar
Muhammad, ia menegaskan bahwa metode adalah jalan atau cara yang
ditempuh oleh guru untuk menyampaikan materi dalam pembelajaran.
Adapun dalam pembelajaran bahasa Arab ada beberapa metode,yaitu:
1. Pengajaran langsung: Melalui guru atau lembaga pendidikan yang
mengajarkan bahasa Arab dengan metode tradisional.
2. Pembelajaran mandiri: Dengan menggunakan buku teks, sumber daring, dan
aplikasi pembelajaran bahasa Arab.
3. Kursus online: Dengan mendaftar di kursus bahasa Arab daring yang
menawarkan interaksi dengan instruktur dan sesama pelajar melalui platform
belajar daring.
4. Kursus intensif: Menghadiri kursus intensif atau program penuh waktu di
negara-negara yang berbicara bahasa Arab untuk mendapatkan pengalaman
langsung.

Ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:


1. Praktik Konsisten: Kunci untuk menguasai bahasa Arab adalah dengan
berlatih secara konsisten. Cobalah untuk berbicara dalam bahasa Arab
sebanyak mungkin, mendengarkan percakapan, membaca teks Arab, dan
menulis dalam bahasa tersebut.
2. Kursus Terstruktur: Mendaftar dalam kursus yang terstruktur dan memiliki
kurikulum yang jelas dapat membantu memandu Anda dalam pembelajaran
bahasa Arab. Kursus ini dapat diselenggarakan secara fisik atau daring.
3. Interaksi Sosial: Mencoba berinteraksi dengan penutur asli bahasa Arab atau
orang yang mahir dalam bahasa ini dapat membantu Anda meningkatkan
keterampilan berbicara dan mendengar.
4. Sumber Belajar: Gunakan berbagai sumber belajar, seperti buku teks, aplikasi
pembelajaran, situs web, dan sumber lainnya yang dapat membantu Anda
memahami berbagai aspek bahasa Arab.
5. Kelompok Belajar: Bergabung dalam kelompok belajar atau komunitas
pembelajaran bahasa Arab dapat memberikan dukungan dan motivasi
tambahan.

B. KAJIAN PENELITIAN TERDAHULU


Pertama, Rizka Khoirun Nafi’ah pada tahun 2020 yang berjudul “Peran Metode
Simulasi Dalam Perkembangan Emosi Siswa Pada Pembelajaran Tematik Kelas
1 Di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Cekok Ponorogo.Dari penelitian tersebut dapat
ditarik kesimpulan Problem pembelajraan tematik di kelas 1 dengan kemampuan
siswa sulit membaca,menulis dan menghafal menjadi salah satu pemicu mengapa
pembelajaran tematik di kela
s 1 kurang berhasil. Di sisi lain perkembangan emosi anak yang labil turut
memberikan pengaruh pada proses pembelajaran tematik. Karena siswa saat
diberikan materi atau pembelajaran di dalam kelas selalu tidak memperhatikan,
beraktivitas sendiri dengan ego dan emosinya. Sehingga proses pembelajaran
terhambat dengan adanya problem yang di alami di dalam kelas. Begitupun
menjadi pendidik tidak mudah harus ekstra sabar dan menguasai keadaan kelas.
Kedua, Usuparni Implementasi Metode Simulasi Dalam Pembelajaran Ips SD
Dalam pelaksanaan metode simulasi seorang guru harus mempunyai langkah-
langkah pelaksanaan antara lain tahap orientasi, latihan, proses dan pemantapan
simulasi, yang mana pelaksanaan simulasi ini terdiri dari tahapan periapan,
pelaksanaan dan penutup. Yang mana dalam langkahlangkah ini harus
dilaksanakan sebaik mungkin agar proses pembelajaran mendapatkan hasil yang
maksimal dan tujuan yang dibuat dalam proses simulasi dapat dicapai dengan
baik, sehingga siswa mempunyai keberanian untuk berinteraksi dan
mengungkapkan pendapat-pendapat yang mereka ketahui.

Ketiga, Desfiandri Rahmadani Amri, Rohmatun Lukluk Isnaini Implementasi


Model Simulasi dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Arab pada Siswa Kelas V
di MIN 1 Bantul Tahun Ajaran 2021/2022. Melakukan kegiatan dengan metode
simulasi.Kemudian melakukan evaluasi. secara mandiri terhadap materi dan
aspek-aspek yang menyangkut pada siswa. Dalam implementasinya, terdapat
beberapa faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung tersebut adalah
1)keterampilan guru yang cukup kompatibel dalam mengatur dan mengondisikan
kelas serta terampil dalam menggunakan model simulasi didalam pembelajaran
dengan melakukan pengulangan terhadap mufradat yang diajarkan dengan cara
menyanyi dan dengan melakukan percakapan sehingga dapat membawa siswa
dalam situasi pembelajaran yang mengasyikan dan berjalan tidak terasa.2)
antusias siswa yang baik dalam mengikuti pelajaran. 3) sarana dan prasarana yang
memadai.Faktor penghambat tersebut meliputi.1) guru dihadapkan dengan siswa
yang masih belum bisa membaca dan menulis bahasa Arab dan. 2) siswa yang
acuh ketika pembelajaran. Solusi yang diberikan oleh pihak.

Keempat, Fitriah Baharuddin tahun 2021 Universitas Muhammadiyah Makassar


dengan judul Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dalam
Meningkatkan Kemampuan Menghafal Kosakata Bahasa Arab Siswa Kelas X
MAN 1 Makassar. Hasil dari penelitian yang dilaksanakan selama empat kali
pertemuan, diperoleh bahwa skor rata-rata keterlaksanaan pembelajaran dengan
model simulasi adalah 3,45 berada pada kategori cukup/sedang. Tercapainya
aktivitas pendidik darı awal hingga pertemuan keempat mengalami peningkatan.
Hal ını disebabkan karena pada setiap akhir pertemuan dilakukan diskusi dengan
pengamat tentang kekurangan-kekurangan yang dilakukan oleh pendidik. Hal ini
memungkinkan untuk memperbaiki penampilan pendidik pada pertemuan-
pertemuan berikutnya dengan memperhatikan aspek yang dinilai kurang pada
pertemuan sebelumnya. Hasil analisis data pengamatan terhadap
keterlaksanaanpembelajaran secara keseluruhan menunjukkan keterlaksanaan
pembelajaran yang semakin meningkat. Ini berarti keterlaksanaan model
pembelajaran simulasi berada pada kategori tinggi atau terlaksana dengan baik.
Berangkat dari hasil penelitian dengan pengamatan langsung penelitian yang telah
dilakukan, penerapan model pembelajaran simulasi dengan proses pembelajaran
bahasa Arab dapat membantu pendidik dalammeningkatkan kemampuan
menghafal mufradat peserta didik dalam proses pembelajaran." Perbedaan dalam
penelitian ini adalah penelitian yang diteliti olch Fitriah menggunakan
pembelajaran mufradat dan isim isvaroh sebagai materi pembelajarannya,
sedangkan pada penelitian ini hanya menggunakan mufradat sebagai materi
pembelajaran.
Kelima, Ayu Lestari tahun 2022 Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
dengan judul Implementasi Model Pembelajaran Simulasi Tipe Sosiodrama
Berbantu Audio Visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas VI di MIN 5
Bandar Lampung. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa implementasi menggunakan model simulasi tipe sosiodrama berbantu
audio visual dapat menjadikan hasil belajar siswa lebih maksimal karena siswa
belajar dan bekerja sama dengan kelompok-kelompok kecil dan masing-masing
siswa melakukan kegiatan simulasi tersebut. Bagi guru model pembelajaran ini
dapat memberikan hasil belajar yang maksimal.Perbedaan penelitian yang
dilakukan oleh Ayu Lestari dengan penelitian ini adalah perbedaan pada mata
pelajaran yang diteliti yaitu Ayu Lestari meneliti pada mata pelajaran IPS dan
penelitian ini menu mata pelajaran bahasa Arab. Selain itu, adanya kekhususan
pada satu jenis model.
C. KERANGKA BERFIKIR
Implementasi metode simulasi dalam pembelajaran bahasa Arab di MTs
Miftahussalam Slahung, Kambeng ini sudah diterapkan saat pembelajaran di kelas .
Akan tetapi , masih ditemukan beberapa siswa yang belum begitu memahami dan
memotivasi. Seprti tidak memperhatikan dalam pembelajran bahasa arab, rame sendiri
dengan teman . Implementasi metode simulasi dalam pembelajaran bahasa Arab di
MTs Miftahussalam Kambeng dimulai dengan menetapkan tujuan pembelajaran yang
jelas.
Guru harus memahami tingkat kemampuan bahasa Arab siswa dan memilih jenis
simulasi yang sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan siswa. Topik simulasi yang
relevan dan menarik dipilih untuk memotivasi siswa.Setelah menyiapkan skenario dan
materi ajar, guru memperkenalkan konsep bahasa Arab yang diperlukan untuk
simulasi. Selanjutnya, guru memberikan peran kepada siswa dan menyelenggarakan
sesi simulasi.
Selama simulasi, siswa berinteraksi dalam bahasa Arab, mengasah keterampilan
berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis. Setelah sesi simulasi, guru
memberikan umpan balik kepada siswa untuk membantu mereka memahami kekuatan
dan area yang perlu diperbaiki. Siswa kemudian diminta untuk merenungkan
pengalaman mereka dalam simulasi dan berpartisipasi dalam diskusi reflektif.
Hasil dari simulasi dievaluasi untuk menilai kemajuan siswa. Berdasarkan hasil
evaluasi, guru dapat memperbaiki skenario dan metode simulasi untuk meningkatkan
efektivitas pembelajaran. Metode simulasi juga diintegrasikan dengan kurikulum
pembelajaran bahasa Arab yang ada untuk memastikan konsistensi dalam pengajaran.
Selain itu, guru diberikan pelatihan dan dukungan untuk memperoleh keterampilan
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Pendekatan


1. Pendekatan
Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu
pendekatan penelitian kualitatif. Pada pendekatan ini lebih menekankan pada
penelitian lapangan yang bersifat kualitatif (tidak berbentuk angka) dan
menggunakan analisis kualitatif dalam penjabarannya. Penelitian kualitatif atau
bisa disebut penelitian dengan jenis penelitian lapangan (field research).
Sehingga peneliti memilih penelitian kualitatif, karena pendekatan kualitatif
adalah sebuah proses pengamatan untuk memahami masalah sosial atau masalah
yang berkaitan dengan manusia berdasarkan penciptaan gambar holistik yang
dibentuk dengan menggunakan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara
terperinci, dan disusun dalam sebuah latar ilmiah.
Penelitian kualitatif bertujuan mempelajari serta menganalisa keadaan yang
bersifat fakta, yaitu kejadian yang benar-benar terjadi, khususnya pada penelitian
ini peneliti menganalisa pada model implementasi metode simulasi dalam
pembelajaran bahasa arab di MTs Miftahussalam Slahung,Kambeng Ponorogo.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yakni studi kasus.
Studi kasus adalah penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok,
satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu
dengan tujuan untuk memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah
entitas dengan menghasilkan data yang selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan
teori.Dalam penelitian ini menggunakan maharah kalam untuk mengetahui
implementasi metode simulasi dalam pembelajran bahasa rab di MTs
Miftahussalam Slahung,Kambeng Ponorogo. maharah kalam melibatkan
penggunaan bahasa secara lisan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Maharah
kalam mencakup kemampuan menyusun kalimat, mengucapkan kata-kata dengan
benar, memahami dan merespons percakapan, serta berpartisipasi dalam berbagai
bentuk komunikasi lisan. Maharah kalam memungkinkan siswa untuk
berkomunikasi secara aktif dalam bahasa Arab. Mereka dapat mengungkapkan
ide, berbagi informasi. Kemudian peneliti menggunakan penelitian ini yaitu
peneliti menggunakan jenis penelitian kualitataif studi kasus dikarenakan jenis
penelitian ini dianggap mampu dalam mencari data secara terperinci dan sangat
cocok jika digunakan untuk menganalisis fenomena tertentu.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Lokasi peneliti merupakan tempat dimana peneliti ini dilaksanakan, kali ini
peneliti mengambil tempat di MTs Miftahussalam Slahung,Kambeng Ponorogo,
lokasi ini kurang lebih sekitar 27 mnt (18,3 km) Dari alun-alun ponorogo.
Sekolah tersebut adalah sekolah swasta yang sudah berdiri sejak tahun 1978
sampai sekarang.Kelebihan dari sekolah tersebut,meskipun swasta tapi tidak
ketinggalan dalam berprestai bagi siswa. Banyak siswa yang mengikuti lomba
antar daerah. Banyak Ekstarkulikuler yang berjalan disana,seperti
pramuka,kegiatan khitobah dan kegiatan kegiatan kerohanian lainya. Disana juga
terdapat pondok yang jadi satu dengan sekolahan , berdirinya pondokpun kurang
lebih sama dengan sekolahan. Tidak hanya dalam hal sekolah saja mereka aktif
tapi juga dalam hal kegiatan pondok. Dengan kurikulum k13 dan salafiyaah siswa
bisa lebih kompeten dan tidak ketinggalan dengan sekolah lainya,justru malah
lebih baik dalam hal adab latar belakang bahkan dalam prestasipun tidak
ketinggalan.Sedangkan waktu peneliti adalah kapan kegiaatan peneliti ini
dilakukan, Peneliti melaksanakan pada Minggu 03 september 2023. Kemudian
penelitian kedua dilaksanakan Minggu 09 september 2023 dan penelitian terakhir
pada hari minggu juga 23 september 2023.

C. DATA DAN SUMBER DATA


Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian kualitatif ini yaitu berupa
data primer dan data sekunder. Data primer yakni data yang langsung dan segera
diperoleh dari data oleh peneliti untuk tujuan yang khusus penelitian atau dapat
dikatakan berupa data yang diperoleh langsung dari sumber pertama, baik melalui
observasi wawancara. Sedangkan, data sekunder adalah data pelengkap yang dapat
digunakan untuk memperkaya data atau sebagai penguat dari data primer. Dengan
demikian, data sekunder berupa paparan dari hasil wawancara Kepala sekolah MTs
Miftahussalam Slahung,Kambeng Dengan Bapak Zainal arifin Dengan Guru
pendidikan Bahasa Arab Ibu Haniek Syakiroh Rahmawati S.pd.

D. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA


Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yaitu beberapa langkah yang harus ditempuh oleh
peneliti dalam mengumpulkan data. Pengumpulan data sebagai tahap untuk
memastikan data yang diperoleh melalui fenomena yang ditemui benar-benar valid,
jelas, dan lengkap.Berikut tiga tahapan atau prosedur yang harus dilakukan peneliti
menurut Lexy J. Moleong, tahapan ini terdiri tahap pralapangan, tahap pekerjaan
lapangan dan tahap analisis data.
1. Tahapan Pra-Lapangan
a. Menyusun desain penelitian
b. Memilih tempat penelitian
c. Mengurus perizinan penelitian
d. Menjelajahi dan mengevaluasi lokasi penelitian
e. Pemilihan dan pemanfaatan informan
f. Menyiapkan peralatan penelitian
g. Permasalahan etika penelitian
2. Tahapan Pekerjaan Lapangan
a. Latar belakang dan keterbatasan peneliti
b. Penampilan
c. Memperkenalkan hubungan antar peneliti di lapangan
d. Jumlah waktu belajar
3. Tahapan Analisis Data
a. Analisis domain
b. Analisis klasifikasi
c. Analisis komposisi
d. Analisis tematik

E. Teknik Pengumpulan
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting
(kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan prosedur pengumpulan data
lebih banyak pada observasi berperan serta (participan observation),
wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi. Adapun teknik
pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yaitu
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
1. Observasi
2. Obervasi merupakan kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk
memberikan suatu kesimpulan, atau juga dapat diartikan sebagai suatu
proses mengamati, mencermati serta melihat tingkah laku secara
sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi bertujuan untuk
mendeskripsikan lingkungan yang diamati, aktivitas yang terjadi,
individu-individu yang terlibat dalam lingkungan serta makna peristiwa
berdasarkan perspektif individu yang terlibat.
3. Wawancara
Pada tahap kedua, selain menggunakan teknik observasi, peneliti juga
menggunakan teknik wawancara. Menurut Esterberg, wawancara adalah
suatu pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.Wawancara adalah percakapan yang disengaja antara dua pihak,
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan orang yang
diwawancarai yang memberikan jawaban, pendapat Moleong. Selain itu,
Stewart dan Cash juga berpendapat bahwa wawancara sejati ialah forum
interaktif yang memungkinkan pertukaran informasi antara pewawancara
dan orang yang diwawancarai. Dengan demikian, wawancara adalah
interaksi dua orang yaitu pewawancara dan terwawancara untuk
mendapatkan sebuah informasi atau tujuan tertentu. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang
bebas di mana seorang peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data.
Pedoman wawancara yang digunakan hanyalah gambaran umum dari
pertanyaan yang diajukan. Informan dalam wawancara ini
adalah Kepala sekolah MTs Miftahussalam Slahung,Kambeng Dengan
Bapak ......... Dengan Guru pendidikan Bahasa Arab Ibu Haniek Syakiroh
Rahmawati S.pd.

4. Dokumentasi Sejarawan
terkenal dari University College London yakni GJ. Renier mengatakan
bahwa kata “dokumen” memiliki tiga arti, yang pertama adalah arti luas,
yaitu yang meliputi semua sumber, baik sumber tertulis maupun sumber
lisan, kedua adalah arti sempit yakni hanya mencakup semua sumber
tertulis, dan ketiga adalah arti khusus yang hanya meliputi surat resmi
dan dokumen negara seperti perjanjian, undang-undang, konsesi, hibah
dan sebagainya. Selain itu, Sugiyono juga berpendapat bahwa dokumen
ialah catatan peristiwa masa lalu dalam bentuk teks, gambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang.

F. TEKNIK ANALISIS DATA


Analisis data adalah suatu proses pencarian dan penyusunan yang sistematis
terhadap hasil-hasil wawancara, catatan lapangan dan lain-lain yang
dikumpulkan agar memudahan peneliti untuk menjelaskan kepada orang lain
tentang apa yang telah ditemukan. Tujuan dari analisis data yaitu untuk
menjadikan data tersebut dapat dimengerti, sehingga penemuan yang
dihasilkan dapat dikomunikasikan kepada orang lain, serta meringkas data
untuk menghasilkan kesimpulan.Menurut Miles dan Huberman terdapat tiga
macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, yakni:
1. Reduksi Data
Reduksi data (data reduction) merupakan kegiatan yang menunjukkan
suatu proses bagaimana menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan,
mengabstraksikan, serta mentransformasikan data mentah yang muncul
dalam penulisan catatan lapangan. Reduksi data merupakan bagian dari
analisis yang berbentuk tajam, ringkas, terfokus, membuang data yang
tidak penting, dan mengorganisasikan data sebagai cara untuk
menggambarkan dan memverifikasi kesimpulan akhir. Tumpukan data
yang diperoleh di lapangan akan direduksi dengan cara merangkum,
kemudian mengklasifikasikannya sesuai dengan fokus penelitian.
2. Tampilan Data Sajian/tampilan data (data display) ialah usaha merangkai
informasi yang terorganisir dalam upaya menggambarkan kesimpulan dan
mengambil tindakan. Umumnya penampilan data kualitatif menggunakan
teks narasi. Sebagaimana reduksi data, kreasi dan penggunaan display juga
bukan sesuatu yang terpisah dari analisis, akan tetapi termasuk bagian
analisis. Dengan demikian, sajian/tampilan data adalah suatu upaya
peneliti untuk mendapatkan gambaran dan penafsiran dari data yang telah
diperoleh serta berkaitan dengan fokus penelitian yang dilaksanakan.
Sehingga, sajian atau tampilan data dibuat dalam bentuk matriks, grafik,
tabel, dan sebagainya.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah kegiatan merumuskan kesimpulan penelitian,
baik kesimpulan sementara maupun kesimpulan akhir. Kesimpulan
sementara dapat dibuat terhadap setiap data yang ditemukan pada saat
penelitian sedang berlangsung, dan kesimpulan akhir dapat dibuat setelah
semua data penelitian dianalisis. Dengan demikian, keismpulan data yaitu
kegiatan menganalisis, di mana pada awal pengumpulan data, seorang
analis muali memutuskan apakah sesuatu bermakna, atau tidak mempunyai
keteraturan, pola, penjelasan, kemungkinan konfigurasi, hubungan sebab
akibat, dan proposisi

G. PENGECEKAN KEABSAHAN PENELITIAN


Ketika menguji keabsahan data dalam penelitian, seringkali hanya uji validitas dan
reliabilitas yang ditekankan. Pertanyaan yang telah diidentifikasi dapat berubah
setelah tiba di lokasi karena lebih penting dan mendesak daripada yang telah
diidentifikasi, atau mungkin terbatas pada sebagian kecil dari yang dirumuskan
sebelumnya, serta selama wawancara dan observasi.Agar data penelitian kualitatif
dapat dikatakan penelitian ilmiah, maka perlu dilakukan uji validitas data. Teknik
pengujian keabsahan data adalah melalui uji kredibilitas data dalam temuan peneliti
kualitatif, yang meliputi perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam
penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative, dan
membercheck.
1. Perpanjangan Pengamatan
Saat pengamatan diperpanjang, peneliti akan kembali ke lokasi, melakukan
pengamatan dan wawancara ulang yang sudah ditemui dan sumber baru. Apabila
pengamatan ini diperluas, berarti hubungan peneliti dan informan akan semakin
harmonis, lebih akrab (tidak ada jarak), lebih terbuka, saling percaya, dan tidak
lagi menyembunyikan informasi. Jika hubungan terjalin, maka penelitian itu adil
dan kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang dipelajari. Dalam
memperluas observasi untuk menguji kredibilitas data dalam penelitian ini
hendaknya fokus pada data yang telah diperoleh, setelah data yang diperoleh
dibawa kembali ke lapangan untuk dicek kebenarannya, artinya data tersebut
kredibel, dan kemudian periode pengamatan yang diperpanjang dapat dihentikan.
2. Meningkatkan Ketekunan
Ketekunan observasi adalah teknik untuk menguji keabsahan data berdasarkan
derajat kegigihan kegiatan observasi peneliti. Ketekunan merupakan sikap
psikologis yang menyertai ketelitian dan keteguhan hati untuk melakukan
pengamatan guna memperoleh data penelitian. Pada saat yang sama, observasi
merupakan proses kompleks yang terdiri dari proses biologis (mata, telinga) dan
psikologis (adaptasi yang didukung oleh kekritisan dan kehatihatian). Oleh karena
itu, peningkatan ketekunan berarti pengamatan yang lebih cermat dan
terusmenerus. Dengan cara ini, kepastian data dan urutan kejadian dicatat secara
deterministik dan sistematis.
3. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data
berbagai sumber dengan caraTriangulasi Waktu Triangulasi waktu juga
mempengaruhi kredibilitas data. Melibatkan pengumpulan data pada dua atau
lebih pada waktu yang berbeda untuk memahami bagaimana suatu fenomena
berubah atau berkembang seiring waktu . Data yang dikumpulkan pada berbagai
titik waktu dapat dianalisis secara terpisah dan kemudian dibandingkan untuk
melihat pola atau tren yang muncul sepanjang waktu. Ini dapat melibatkan analisis
perbandingan antar periode waktu untuk mengidentifikasi perubahan atau evolusi.
Contohnya Di pagi hari ketika yang diwawancarai masih segar dan tidak terlalu
banyak pertanyaan, data yang dikumpulkan dengan metode wawancara akan
memberikan data yang lebih valid dan membuatnya lebih kredibel. Untuk itu
dalam rangka menguji kredibilitas, yang dapat dilakukan dengan cara menguji
wawancara, observasi, atau teknik lain pada waktu atau situasi yang berbeda.
4. Analisis Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak cocok atau berbeda dari temuan penelitian
pada titik waktu tertentu. Adanya kasus negatif dapat meningkatkan kredibilitas
data, karena dalam kasus tersebut peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan
bertentangan dengan apa yang telah ditemukan. Data yang ditemukan dapat
diandalkan jika tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan
temuan. Namun, jika peneliti masih menemukan data yang bertentangan dengan
apa yang ditemukan, peneliti dapat mengubah temuannya.
5. Menggunakan Bahan Referensi
Referensi yang dimaksud ialah adanya pemrakarsa untuk membenarkan data yang
diidentifikasi oleh peneliti. Misalnya, data dari wawancara perlu didukung oleh
catatan wawancara.
6. Mengadakan Membercheck
Membercheck ialah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti dengan
penyedia data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh sesuai dengan data yang diberikan oleh penyedia data. Jika data yang
ditemukan memiliki persetujuan dari penyedia data, data tersebut valid, sehingga
lebih kredibel atau dipercaya.

H. TAHAP PENELITIAN
Seorang peneliti harus paham dan dapat mengikuti seluruh tahapan dalam proses
penelitian. Di bawah ini dipaparkan mengenai tahap-tahap dalam penelitian ini,
diantaranya:
1. Mengidentifikasi Masalah Masalah merupakan keadaan yang menyebabkan
seseorang bertanya-tanya, berfikir, dan berupaya untuk menggali informasi agar
menemukan kebenaran yang ada. Masalah dalam penelitian terjadi karena adanya
sesuatu yang diharapkan, dipikirkan, dirasakan, tidak sama dengan kenyataan,
sehingga muncul pertanyaan yang diharuskan untuk ditemukan jawabannya.
2. Melakukan Pembatasan Masalah Masalah dalam penelitian yang diidentifikasi
dapat dikaji, kajian masalah yang terlalu luas mungkin terdapat hambatan atau
tantangan yang lebih banyak. Kajian yang terlalu spesifik memerlukan
kemampuan khusus untuk dapat melakukan kajian secara mendalam.
3. Menetapkan Fokus Penelitian Sesuai dengan pedoman fokus masalah dalam
penelitian, seorang peneliti dapat menetapkan data yang harus dicari. Data yang
digali harus relevan dengan fokus penelitian.
4. Pengumpulan Data
Peneliti harus memerhatikan rancangan penelitian yang dibuat, dapat dilakukan
dengan memilih tempat penelitian, mengurus izin, menetapkan informasi,
menyiapkan teknik pengumpulan data, serta menyiapkan sarana prasarana
penelitian.
Pengolahan Data Analisis data ini meliputi pengolahan data yang dimulai sejak
peneliti memasuki lapangan, dan melakukan penelitian secara terus menerus.
5. Memunculkan Teori Dalam penelitian kualitatif, teori tidak digunakan untuk
mengonstruksikan kerangka pikir, namun untuk merumuskan hipotesis

Anda mungkin juga menyukai