DOI Abstrak
https://doi.org/10.26740/jupe.v9n3.p103-
Pengelolaan keuangan para pelaku UMKM merupakan masalah yang
113
utama dalam pengembangan UMKM menuju kemandirian secara
finansial. Tantangan di masa pandemi COVID-19 semakin lengkap
Article history
seiring dengan lemahnya pengelolaan keuangan para pelaku UMKM.
Received
Tujuan penelitian ini adalah ingin mendeskripsikan dan menganalis
9 July 2021
gambaran pengelolaan keuangan para pelaku UMKM di tengah
Revised
pandemi COVID-19 khususnya area Jembatan Suramadu Bangkalan.
13 July 2021
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
Accepted
pendekatan deskriptif kualitatif dan jenis penelitian fenomenologi.
15 July 2021
Responden dalam penelitian adalah pelaku UMKM di Area Jembatan
Suramadu, yang terdiri dari UMKM Camilan Khas Madura, UMKM
How to cite
Pernak Pernik Khas Madura serta UMKM Pengrajin Batik Tulis
Septiana, A., & Novitasari, A. T. (2021).
Madura. Analisa data yang digunakan analisis data kualitatif dengan
Judul Artikel. Jurnal Pendidikan
tahapan reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan/
Ekonomi (JUPE), 9(3), 103-113.
verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan
https://doi.org/10.26740/jupe.v9n3.p103-
para pelaku UMKM di tengah pandemi COVID-19 khususnya area
113
Jembatan Suramadu Bangkalan lebih selektif mengontrol stok
penjualan, memunculkan kreativitas dan inovasi dalam aneka macam
produk yang dijual, serta memanfaatkan media sosial sebagai salah satu
Kata Kunci: Pengelolaan Keuangan,
sarana online marketing di tengah pandemi COVID-19. Hal ini
UMKM, Pandemi COVID-19
betujuan agar pendapatan para pelaku UMKM tetap berputar, walaupun
Keywords: Financial Management,
perputarannya tidak secepat seperti sebelum pandemi COVID-19.
MSMEs, COVID-19
Abstract
Corresponding author
Aldila Septiana The financial management of MSME actors is a major problem in
aldila.septiana@stkippgri-bkl.ac.id developing MSMEs towards financial independence. The challenges
during the COVID-19 pandemic are getting more complete along with
the weak financial management of MSME actors. The purpose of this
study is to describe and analyze an overview of the financial
management of MSME actors in the midst of the COVID-19 pandemic,
especially the Bangkalan Suramadu Bridge area. This study uses a
qualitative research method with a qualitative descriptive approach and
the type of phenomenological research. Respondents in the study were
MSME actors in the Suramadu Bridge Area, which consisted of Madura
Typical Snacks MSMEs, Madurese Knick-knacks MSMEs and Madura
Batik Crafts SMEs. Data analysis used qualitative data analysis with
the stages of data reduction, data presentation, and drawing
conclusions/verification. The results show that the financial
management of MSME actors in the midst of the COVID-19 pandemic,
especially the Bangkalan Suramadu Bridge area, is more selective in
controlling sales stock, generating creativity and innovation in various
kinds of products sold, and utilizing social media as an online marketing
tool in the midst of a pandemic. COVID-19. This is intended so that the
income of MSME actors continues to rotate, even though the turnover
is not as fast as before the COVID-19 pandemic.
103
Septiana, A., & Novitasari, A.T. | Gambaran Pengelolaan Keuangan Para Pelaku UMKM
UMKM melakukan sejumlah upaya untuk teknologi sebagai media pemasaran. Patma, et al. (2020)
mempertahankan kondisi usahanya. UMKM melakukan yang menunjukkan bahwa dukungan keuangan, manfaat
sejumlah langkah efisiensi seperti: menurunkan produksi yang dirasakan, dan tekanan eksternal menentukan
barang/jasa, mengurangi jam kerja dan jumlah karyawan pemasaran media sosial serta memeriksa peran yang
dan saluran penjualan/pemasaran. Meski begitu, ada juga muncul dari IEBT (Internet dan E-Business Technology)
UMKM yang mengambil langkah sebaliknya, menambah dalam mendukung hubungan ini. Temuan menunjukkan
saluran pemasaran sebagai bagian strategi bertahan. bahwa manfaat yang dirasakan dan tekanan eksternal
Hasil survei ADB ini cukup untuk menggambarkan secara positif mempengaruhi adopsi IEBT dan pemasaran
kesulitan pelaku UMKM di tengah kebijakan PSBB media sosial. Chatterjee & Kar (2020) menegaskan bahwa
nasional yang baru mulai dilaksanakan pada bulan April SMM (Social Media Marketing) adalah instrumen yang
2020 dan simpang siur kebijakan daerah menanggapi bisa diterapkan yang dapat membantu bisnis untuk
penyebaran virus yang semakin meluas. Di lapangan, menarik pelanggan. Hal ini juga didukung oleh penelitian
pelaku usaha kesulitan menjalankan usahanya karena Odoom, et al. (2017) yang menegaskan bahwa melalui
penutupan pasar tradisional, pembatasan bepergian keluar media sosial, sebuah perusahaan dapat dengan mudah
wilayah tempat tinggal dan terhambatnya pasokan bahan membangun mereknya untuk meningkatkan aktivitas
baku usaha. Di sisi lain, lembaga pembiayaan juga bisnisnya.
mengalami kesulitan dalam menagih angsuran, Berdasarkan uraian pada pendahuluan dalam
menawarkan pembiayaan baru untuk model kerja dan penelitian ini, maka permasalahan yang diangkat yaitu
mendampingi pelaku usaha karena faktor penyebab yang tentang gambaran pengelolaan keuangan para pelaku
sama. Alhasil, tingkat kredit macet atau NPL meningkat UMKM di tengah pandemi COVID-19 khususnya area
tajam selama semester 1 tahun 2020 (Purnomo, 2021) Jembatan Suramadu Bangkalan. Hal ini karena para
Tantangan di masa pandemi COVID-19 semakin pelaku UMKM di Area Jembatan Suramadu sangat
lengkap seiring dengan lemahnya pengelolaan keuangan terdampak di tengah pandemi COVID-19. Pembatasan
para pelaku UMKM. Hasil dari penelitian Sabrina, et al. sosial berskala besar (PSBB) yang diberlakukan oleh
(2018) menunjukkan bahwa karena keterbatasan waktu pemerintah, sangat mempengaruhi omzet pendapatan
dan sumber daya manusia (SDM), dan kurangnya pelaku UMKM seiring dengan berkurangnya wisatawan
pengetahuan yang dimiliki pelaku usaha, menyebabkan yang melewati Jembatan Suramadu.
tidak semua tidak semua indikator diterapkan dengan
optimal dalam managemen keuangan usahanya. Pemilik METODE
UMKM tersebut yang tidak memiliki dasar mengenai ilmu Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan
akuntansi banyak yang tidak paham dengan melakukan adalah deskriptif kualitatif. Bogdan dan Taylor (1992)
indikator tersebut (Wardi, et al., 2020). Rendahnya mengemukakan bahwa metodologi kualitatif adalah suatu
pemahaman dan pengetahuan UMKM tentang mengelola prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
keuangan usaha, sehingga pelaku usaha harus berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
meningkatkan kinerja agar dapat bersaing (Khadijah & perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini bertujuan untuk
Purba, 2020). Al Falih, et al. (2019) yang menyatakan mengetahui bagaimana gambaran pengelolaan keuangan
bahwa perilaku manajemen keuangan yang diterapkan para pelaku UMKM di tengah pandemi COVID-19
oleh UMKM masih sangat sederhana yakni hanya ada khususnya area Jembatan Suramadu Bangkalan.
pencatatan uang masuk dan uang keluar dan masih belum Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam
menggunakan kaidah-kaidah pencatatan arus kas yang penelitian ini adalah fenomenologi. Hal ini karena peneliti
baik dan benar. Dengan dimilikinya melek keuangan pada ingin memahami dan mengungkapkan fenomena dalam
maka UMKM tidak hanya mahir dalam pengelolaan gambaran pengelolaan keuangan para pelaku UMKM di
keuangan namun juga dapat membantu UMKM dalam tengah pandemi COVID-19 khususnya area Jembatan
pengambilan keputusan yang terkait dengan usahanya. Suramadu Bangkalan yang terjadi di lapangan secara
Literasi keuangan memiliki peran penting dalam alami, utuh, dan akurat. Peneliti menggunakan tiga
pengelolaan keuangan usaha pada beberapa UMKM instrumen dalam pengumpulan data, yaitu antara lain:
(Yushita, 2017); Suindari & Juniariani (2020). observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pemilihan data
Puspitaningtyas (2017) menegaskan bahwa UMKM dan responden menggunakan purposive sampling untuk
cenderung melakukan pencatatan secara sederhana, memperoleh informasi dengan sasaran tertentu (Sugiyono,
namun tidak lengkap seperti pencatatan kas masuk dan 2017).
keluar. Miles and Huberman (1984) mengemukakan
Dengan tantangan yang demikian, pelaku UMKM bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
harusnya mampu bersaing, misalnya dengan penggunaan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
105
Septiana, A., & Novitasari, A.T. | Gambaran Pengelolaan Keuangan Para Pelaku UMKM
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas Triangulasi dilakukan untuk memeriksa keabsahan
dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan temuan dengan memanfaatkan penggunaan berbagai
conclusion drawing/verification. Langkah-langkah sumber data, metode pengumpulan data, temuan penelitian
analisis dalam penelitian ini dapat ditunjukkan pada terkait dan kesesuaian teori (Denzin dan Lincoln, 1994)
Gambar 1 dan 2. (dalam Sugiyono, 2017).
Berdasarkan pada kedua gambar di bawah ini, Tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh
maka dapat dijelaskan bahwa: peneliti dapat dijabarkan, yaitu antara lain:
a. Reduksi Data a. Tahap Pendahuluan
Dalam penelitian ini reduksi data dilakukan untuk Dalam tahapan ini, peneliti menyiapkan data yang
memfokuskan pada gambaran pengelolaan keuangan berkenaan dengan pengelolaan keuangan, pelaku
para pelaku UMKM di tengah pandemi COVID-19 UMKM, perkembangan COVID-19, dan penetapan
khususnya area Jembatan Suramadu Bangkalan. lokasi penelitian. Selanjutnya, mengembangkan desain
b. Penyajian Data penelitian berdasarkan hasil pengamatan awal di
Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan untuk lapangan berupa fenomena yang menarik untuk
membuat uraian singkat untuk mempermudah penelitian dengan mengembangkan fokus penelitian
pemahaman pada gambaran pengelolaan dan metode penelitian yang dirancang.
keuangan para pelaku UMKM di tengah pandemi b. Tahap Pengumpulan Data
COVID-19 khususnya area Jembatan Suramadu Data penelitian diperoleh melalui observasi,
Bangkalan. wawancara/ interview semi terstruktur, serta
c. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi dokumentasi. Pengumpulan data difokuskan pada
Dalam penelitian ini penarikan kesimpulan/ verfikasi informan di lokasi penelitian khususnya di area
dilakukan untuk menarik kesimpulan/ verifikasi agar Jembatan Suramadu Bangkalan.
konsisten antara tujuan penelitian dan temuan di c. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
lapangan pada gambaran pengelolaan keuangan para Dalam tahap ini diupayakan dilakukan koleksi data
pelaku UMKM di tengah pandemi COVID-19 yang selanjutnya dilakukan reduksi data. Kemudian,
khususnya area Jembatan Suramadu Bangkalan. tahap analisis data yang dilakukan pada tahap ini, yaitu
antara lain: reduksi data, penyajian data, serta
Gambar 1. Komponen dalam Analisis Data (Flow Model) penarikan kesimpulan/verifikasi.
Diadopsi dari Miles and Huberman, 1984
HASIL DAN PEMBAHASAN
Koleksi Berdasarkan hasil wawancara terhadap para responden,
Data Penyajian maka dapat disajikan klasifikasi responden seperti yang
Data terlihat pada Tabel 1. berikut ini.
Tabel 1. Klasifikasi Responden
Reduksi
Usia
Data Nama Alamat Bidang Usaha
(Tahun)
Kesimpulan/ Bapak Jl. H. Moh. 35 UMKM
Verifikasi Salim Noer Camilan Khas
Madura (Aneka
Gambar 2. Komponen dalam Analisis Data Kripik, Petis,
(Interactive Model) dsb)
Diadopsi dari Miles and Huberman, 1984 Bapak Jl. H. Moh. 27 UMKM Pernak
Ludfi Noer Pernik Khas
Madura (Kaos,
Clurit, Jam
Periode Pengumpulan
Clurit, Pecut,
data
Reduksi
dsb)
data Ibu Jl. H. Moh. 35 UMKM
Susiyah Noer Pengrajin Batik
Tulis Madura
Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2021
Antisipasi Selama Setelah
Merujuk pada Tabel 1. Klasifikasi Respoden dapat dilihat
Penyajian
data
bahwa pelaku UMKM berada dalam rentang usia
Analisis
Selama Setelah produktif, yaitu berkisar 20-50 tahun. Untuk bidang usaha
yang ada merupakan pelaku UMKM yang bergerak di
Kesimpulan/Verifikasi
bidang usaha oleh-oleh khas Madura.
Selama Setelah
p-ISSN : 2337-5752 Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE)
e-ISSN : 2720-9660 Vol. 9 No. 3 (2021)
Gambar 1. UMKM Camilan Khas Madura Menurut responden yang berjumlah tiga orang
menjelaskan bahwa untuk anggaran produksi rata-rata
pelaku UMKM di Area Jembatan Suramadu bukan
merupakan pengrajin, tetapi mereka adalah distributor
yang membeli dalam jumlah partai dan dijual secara ecer
kepada pembeli yang datang ataupun singgah di Area
Jembatan Suramadu. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa grosir adalah suatu unit usaha yang
melakukan kegiatan pembelian dan penjualan kembali
barang pada pihak pengecer ke pedagang lain atau pada
pihak pengguna industri, pengguna lembaga, dan juga
pada pengguna komersial yang tidak melakukan penjualan
Gambar 2. UMKM Pernak-pernik Khas Madura dengan volume yang sama pada konsumen tingkat akhir
(Kotler & Amstrong, 2012). Kesimpulan ini berdasarkan
pada potongan hasil wawancara dengan respon di
lapangan, yaitu antara lain:
107
Septiana, A., & Novitasari, A.T. | Gambaran Pengelolaan Keuangan Para Pelaku UMKM
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, dapat dijelaskan “Kalau ditanya laba, berkisar antara Rp.
bahwa untuk sub-indikator anggaran penjualan merupakan 25.000 s.d Rp. 50.000/ potong mbak” (Ibu
harga yang berasal dari pengrajin (produsen). Harga Susiyah, 35 Tahun)
tersebut akan dijadikan patokan dalam menentukan harga
jual. Pernyataan tersebut sesuai dengan konsep harga jual Septiana (2020:155) menjelaskan bahwa laba merupakan
(HPP + semua beban + rencana laba). Dalam membuat selisih antara pendapatan dengan beban, sehingga laba
rencana laba, perlu terlebih dulu ditentukan atau dapat mengukur masukan (dalam bentuk beban yang
dianggarkan target laba yang ingin dicapai, kemudian diukur dengan biaya) dan keluaran (dalam bentuk
disusun harga jual yang harus dipasang (Septiana, 2020). pendapatan yang diperoleh). Hal ini seperti pernyataan
Untuk sub-indikator yang ketiga yaitu anggaran yang menjelaskan bahwa “laba yang dicapai merupakan
modal dapat terlihat dari potongan hasil wawancara pengukur penting efisien dan efektivitas organisasi”.
berikut ini. Secara garis besar dari sub-indikator dari
perencanaan keuangan tidak diterapkan oleh para pelaku
“Untuk pemodalan yang paling besar UMKM di Area Jembatan Suramadu. Hal ini selaras
adalah sewa tempat disini mencapai Rp. dengan penelitian Wardi, et al. (2020) yang menyatakan
10 Juta/ Tahun” (Bapak Salim, 35 Tahun) bahwa penerapan pengelolaan keuangan oleh UMKM di
Kecamatan Tenayan Raya - Kota Pekanbaru sangat jelek
“Untuk modal yang paling besar adalah banyak dari mereka yang tidak menerapkan dari 4
harga sewa sekitar Rp. 20.000.000/ lima indikator yang ada seperti penggunaan anggaran,
tahun” (Bapak Ludfi, 27 Tahun) pencatatan, pelaporan, dan pengendalian. Pemilik UMKM
tersebut yang tidak memiliki dasar mengenai ilmu
“Dana yang dikeluarkan sebagai modal akuntansi banyak yang tidak paham dengan melakukan
awal bisa mencapai Rp. 150.000.000 indikator tersebut, ada juga yang beranggapan bahwa
(sewa tempat Rp. 40.000.000/ lima tahun usaha yang mereka lakukan masih kcil, jadi tidak
ditambah dengan pembangunan, dll)” (Ibu diperlukan adanya 4 indikator tersebut serta beranggapan
Susiyah, 35 Tahun) bahwa melakukan 4 indikator tersebut akan merepotkan
pemilik.
Dalam sub-indikator anggaran modal lebih banyak pada Indikator kedua dalam penelitian ini adalah
pos pengeluaran sewa yaitu sewa tempat di Area Jembatan pencatatan transaksi yang dilakukan oleh pelaku UMKM
Suramadu. Dalam analisis break even point, pos sewa di Area Jembatan Suramadu. Pencatatan adalah kegiatan
termasuk pada akun biaya tetap (fixed cost). Biaya tetap mencatat transaksi keuangan yang telah terjadi,
merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak penulisannya secara kronologis dan sistematis. Pencatatan
terpengaruh oleh volume penjualan melainkan sendiri digunakan sebagai penanda bahwa telah terjadinya
dihubungkan dengan waktu (function of time), sehingga transaksi (Diyana, 2017). Pertanyaan yang kedua sebagai
jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. berikut.
Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau
tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan (Septiana, “Bagaimana pencatatan transaksi keuangan pada
2020). usaha Bapak/ Ibu saat ini?”
Untuk sub-indikator yang keempat yaitu anggaran
laba terlihat dari potongan hasil wawancara berikut ini. “Kalau mencatat transaksi jual beli tidak
pernah dilakukan. Karena usaha yang
“Untuk keuntungan pastinya tidak saya jalankan merupakan usaha pribadi
menentu, apalagi saat ini sudah setahun yang saya jalankan dengan keluarga.
pandemi berlangsung terkadang hanya Kami secara bergantian menjaga warung
dapat keuntungan Rp. 35.000/ hari” ini, …... Jadi, kalau dicatat tidak ada tapi
(Bapak Salim, 35 Tahun) kami memberikan label harga pada setiap
produk yang dijual, sehingga
p-ISSN : 2337-5752 Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE)
e-ISSN : 2720-9660 Vol. 9 No. 3 (2021)
mempermudah pelayanan jual beli dengan pemilik dapat lebih mudah dalam mengelola keuangan
konsumen” (Bapak Salim, 35 Tahun) usahanya. Hal ini karena akurasi pencatatan keuangan
usaha dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan
“Karena banyak jenisnya, saya dan mengevaluasi kinerja usahanya. Arus kas yang tercampur
keluarga tidak dapat mencatat. Pernah antara keuangan pribadi dan usaha dapat menyulitkan para
dulu dicatat di buku, tapi akhirnya hanya pelaku UMKM dalam menentukan biaya operasional
bertahan pada 6 bulan pertama usaha usaha. Salah satu tips untuk memisahkan pencatatan
dibuka. Setelah itu, kami kesulitan dengan keuangan pribadi dengan usaha adalah pemilik dapat
banyaknya jenis yang dijual. Saya hanya “menggaji” dirinya sendiri agar segala kebutuhan pribadi
lulusan SMP mbak, setau saya pakai dicatat dari pos gaji tersebut (OJK, 2020).
pembukuan (ada debit dan kredit). Saya Dari hasil temuan di lapangan menunjukkan hanya
juga dibantu oleh istri dan dua saudara satu responden yang melakukan pencatatan dengan
saya, sehingga karena ganti-ganti dalam pembukuan sederhana, yaitu dengan menentukan pos
menjaga warung membuat kesulitan pendapatan dan pengeluaran. Namun, pencatatan transaksi
mencatat” (Bapak Ludfi, 27 Tahun) ini juga baru dilakukan pada tahun ke-3 setelah usaha
dijalankan. Sebenarnya, pencatatan keuangan sangat
“Jika pencatatan transaksi dilakukan penting bagi usaha apapun, namun pelaku UMKM yang
dengan membuat pembukuan sederhana masih didominasi UMKM seringkali mengabaikan hal ini.
(pendapatan dan pengeluaran). Untuk Padahal menjadi hal yang sangat mendasar untuk mencatat
pencatatan penjualan ini, saya dibantu segala pemasukan dan pengeluaran bisnis setiap harinya
oleh anak saya. Anak saya lulusan S1. agar dapat terkontrol dengan baik (OJK, 2020).
Pendidikan Ekonomi, jadi semua Selanjutnya, pertanyaan yang ketiga berkaitan
penjualan dicatat di buku oleh anak saya. dengan indikator tentang pelaporan dalam gambaran
….. Pencatatan ini baru saya lakukan pengelolaan keuangan para pelaku UMKM di tengah
setelah tahun ke-3 warung ini dibuka, pandemi COVID-19 khususnya area Jembatan Suramadu
sebelumnya (2 tahun pertama), belum saya Bangkalan. Pertanyaan yang ketiga adalah sebagai berikut.
catat” (Ibu Susiyah, 35 Tahun)
“Bagaimana pelaporan berkenaan dengan
Berdasarkan kutipan hasil wawancara menjelaskan keuangan pada usaha Bapak/ Ibu saat ini?”
bahwa kecenderungan pelaku UMKM di Area Jembatan
Suramadu tidak melakukan pencatatan dalam usaha yang “Yang membangun warung ya saya
dijalankan. Responden berargumen karena usaha yang dengan istri, jadi kami secara bergantian
dijalankan adalah usaha perseorangan, yaitu usaha yang menjaga. Uang yang diperoleh seperti
dimodali, dijalankan, serta dikelola sendiri. Dari tiga biasa masuk kotak uang dan ini kami
responden yang berperan sebagai pelaku UMKM di Area sudah kompak. Jadi setiap hari kami atur,
Jembatan Suramadu merupakan usaha keluarga. Hal ini kalau ada keperluan kami tutup warung
sesuai dengan hasil penelitian Al Falih, et al. (2019) yang atau minta bantuan sanak saudara. Intinya
menyatakan bahwa perilaku manajemen keuangan yang tidak ada pelaporan karena usaha milik
diterapkan oleh UMKM masih sangat sederhana yakni individu” (Bapak Salim, 35 Tahun)
hanya ada pencatatan uang masuk dan uang keluar dan
masih belum menggunakan kaidah-kaidah pencatatan arus “Terus untuk dilaporkan hasil penjualan
kas yang baik dan benar, sedangkan bila dilihat dari aspek ya tidak perlu mbak, karena ini usaha milik
keuangannya pemilik sudah mengetahui apa itu saya sendiri milik keluarga dan untuk
manajemen kredit dan perilaku penyimpanan dana untuk memenuhi kebutuhan keluarga ya tidak
keadaan yang tidak terduga. perlu dilaporkan” (Bapak Ludfi, 27
Terdapat hal yang menarik dan dapat dijadikan Tahun)
pembelajaran yaitu para pelaku UMKM merasa bahwa
usaha keluarga (usaha perseorangan) tidak perlu “Berkaitan pelaporan keuangan pada
melakukan pencatatan, karena hanya bertujuan untuk usaha saya sendiri mbak, memang tidak
pemenuhan kebutuhan pribadi. Hal ini sangat bertolak ada pelaporan. Tetapi, bisanya tiap
belakang dengan teori yang menyebutkan bahwa harus ada minggu anak saya mengobrol
pemisahan antara keuangan pribadi dengan usaha. Dengan memberitahukan hasil penjualan baik itu
memisahkan pencatatan keuangan pribadi dan usaha, para banyak maupun sedikit. Sembari saya dan
109
Septiana, A., & Novitasari, A.T. | Gambaran Pengelolaan Keuangan Para Pelaku UMKM
anak saya berdiskusi tentang seminggu laporan arus kas di sektor usaha yang dijalani oleh
penjualan batik di warung kami. Namun, masyarakat (Layyinaturrobaniyah & Muizu, 2017;
disini seperti memberikan informasi Yushita, 2017).
tentang kabar penjualan baik itu sepi Indikator terakhir dalam pengelolaan keuangan
maupun ramai” (Ibu Susiyah, 35 Tahun) para pelaku UMKM adalah pengendalian (kontrol). Untuk
pertanyaan yang keempat adalah sebagai berikut.
Berdasarkan kutipan hasil wawancara menjelaskan
bahwa kecenderungan pelaku UMKM di Area Jembatan “Bagaimana pengendalian (kontrol) pada usaha
Suramadu tidak melakukan pelaporan berkenaan dengan bapak/Ibu di tengah pandemi COVID-19?”
keuangan atas usaha yang dimiliki. Dengan anggapan
bahwa usaha yang dimiliki adalah usaha pribadi, sehingga “Kalau sekarang bisa seminggu, ngontrol
tidak akan ada pertanggungjawaban. Tentunya, kesadaran persediaan camilan di saat corona datang.
pelaku UMKM sangat minim tentang Saya tidak terlalu banyak menyetok
pertanggungjawaban keuangan yang merupakan usaha persediaan mbak, karena kasian juga
perseorangan. Hal ini juga selaras dengan hasil penelitian sama produsen kalau barangnya terlalu
Khadijah & Purba (2020) yang menyatakan bahwa lama di saya, syukur kalau laku, kalau
rendahnya pemahaman dan pengetahuan UMKM tentang tidak laku saya juga kasian mbak. Kita
mengelola keuangan usaha, sehingga pelaku usaha harus sama-sama memikirkan rejeki bagi orang
meningkatkan kinerja agar dapat bersaing. Padahal, lain, di zaman sulit seperti saat ini. Sudah
Otoritas Jasa Keuangan (2020) menegaskan bahwa ketika bisa memenuhi kebutuhan makan
keuangan usaha sudah tercatat dan dapat keluarga, sudah Alhamdulillah mbak”
dipertanggungjawabkan dengan baik dan laba dapat (Bapak Salim, 35 Tahun)
terukur dengan akurat, sisihkan sebagian laba ditahan
untuk melindungi usaha kamu dalam bentuk dana darurat “Jadi untuk menutupi sepinya jualan saya
dan asuransi. Dana darurat merupakan cadangan dana mbak, saya alternatif jualan masker dan
yang hanya dapat digunakan apabila kita mengalami minuman dingin. Walaupun sekarang yang
bencana, musibah, dan hal-hal lain di luar rencana yang bantu saya untuk jualan hanya istri,
dapat mengganggu kinerja dan operasional usaha. karena saya sudah tidak meminta bantuan
Sedangkan, asuransi merupakan pengalihan risiko agar saudara saya karena sepinya penjualan.
usaha kamu tidak menanggung biaya besar apabila ada Kalau saya tidak inisiatif jualan masker
hal-hal tak terduga yang terjadi dalam usahamu. dan minuman dingin, kebutuhan dapur
Selaras dengan indikator yang kedua, maka keluarga saya tidak dapat dipenuhi. Ya
responden atas nama Ibu Susiyah, 35 Tahun sebagai langkah itu yang saya ambil, usaha tetap
pelaku UMKM batik di Area Jembatan Suramadu jalan walau sudah dengan alternatif
melakukan pelaporan keuangan atas usaha yang Ia jualan produk lain, yang penting halal
jalankan. Walaupun pelaporan keuangan yang dimaksud bagi saya dan keluarga mbak” (Bapak
bukanlah seformal seperti usaha-usaha yang memiliki Ludfi, 27 Tahun)
badan hukum. Pelaporan keuangan yang dimaksud adalah
melihat perkembangan naik turunnya penjualan batik dari “Biasanya anak saya akan berdiskusi
usaha yang dijalankan juga merupakan salah satu bentuk tentang naik turunnya penjualan batik.
pertanggungjawaban. Hal ini selaras dengan penelitian Nah, itu merupakan salah satu bentuk
Rumbianingrum & Wijayangka (2018) yang menyatakan kontrol apakah akan menambah atau
bahwa literasi keuangan pada UMKM anggota binaan mengurangi stok persediaan batik? Ya jadi
KSU Misykat DPU DT di Bandung termasuk dalam kontrol itu sangat erat kaitannya dengan
kategori rendah dengan nilai rata-rata 47. Hasil dari laporan perkembangan penjualan
analisis mengenai pengelolaan keuangan UMKM dievaluasi setiap minggunya. Dari
menghasilkan presentasi sebesar 57,51% dan termasuk pelaporan harus jujur, sehingga kita
dalam kategori cukup. Jadi berdasarkan hasil pada sebagai penjual mampu mengambil
penelitian ini bahwa literasi keuangan berpengaruh positif langkah dalam perkembangan usaha kita.
pada pengelolaan keuangan UMKM dan literasi keuangan Langkah yang diambil anak saya adalah
berpengaruh sebesar 32,4% terhadap pengelolaan memasarkan batik jualan saya dengan cara online.
keuangan. Pelaku UMKM harus mampu menyusun Jadi anak saya memfotokan batik, kemudian dia
laporan keuangan sederhana seperti laporan laba rugi dan
p-ISSN : 2337-5752 Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE)
e-ISSN : 2720-9660 Vol. 9 No. 3 (2021)
jual melalui media sosial seperti whatsapp, Memang bukan hal yang mudah, apalagi pekerja yang ada
facebook, dan instagram. merupakan keluarga yang notabene usaha perseorangan.
Jadi saya menyimpulkan, dulu sebelum pandemi Dengan mengurangi jumlah pekerja, mampu memberikan
saya hanya jualan di warung dan menunggu kesempatan bagi pekerja untuk mencari nafkah di tempat
pembeli datang. Pas di tengah pandemi ini, lain. Karena saat ini tidak hanya memikirkan untuk
menunggu pembeli dari HP melalui pemberitahuan kebutuhan sendiri, namun rasa kemanusiaan kita harus
dari WA. Memang di satu sisi keadaan pandemi ini digalakkan di tengah himpitan ekonomi yang semakin
membuat kerugian, namun di sisi lain mendesak para pelaku UMKM.
perkembangan teknologi sangat mendukung Kreativitas dan inovatif yang juga menarik dari
melalui jualan online, sekarang sudah lancar responden ketiga yaitu Ibu Susiyah adalah memilih online
membuat status di WA dengan bahasa promosi ya marketing. Pembelajaran dan informasi berkenaan dengan
saya belajar dari anak saya mbak yang awalnya online marketing yang diperoleh dari anak sebagai anggota
membantu saya dalam pencatatan” (Ibu Susiyah, keluarga. Hal ini selaras dengan penelitian Darmawan, et
35 Tahun) al. (2021) yang menegaskan bahwa penelitian dan
pengembangan prototipe desain pembelajaran
Berdasarkan kutipan hasil wawancara di atas, maka kewirausahaan untuk mengembangkan jiwa
dapat disimpulkan sebagai seorang wirausaha yaitu pelaku kewirausahaan dan niat berwirausaha, layak untuk
UMKM di tengah pandemi COVID-19 mengharuskan diterapkan dalam mata kuliah Pendidikan Kewirausahaan
mampu menumbuhkan kreativitas lain. Hal ini bertujuan bagi mahasiswa. Novitasari & Septiana (2021) yang
agar tetap menghasilkan pundi-pundi Rupiah, guna menegaskan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan
pencapaian pemasukan untuk pemenuhan kebutuhan signifikan dari pendidikan ekonomi di lingkungan
keluarga. Sesuai dengan teori dalam kewirausahaan yang keluarga terhadap perilaku konsumsi siswa.
menyebutkan bahwa seorang wirausaha harus memiliki Pandemi memberikan pukulan ekonomi yang
kreativitas dan inovatif. Kreativitas adalah kemampuan sangat mempengaruhi semua lapisan masyarakat. Tidak
seseorang dalam menciptakan sesuatu yang berbeda, jika terkecuali para pelaku UMKM, yang harus lebih selektif
anda memiliki kreativitas yang tinggi maka usaha yang dalam mempromosikan produknya. Sebelum pandemi
anda jalankan pun akan menarik minat masyarakat hanya mengandalkan konsumen datang berkunjung ke
sehingga menimbulkan keuntungan bagi usaha anda. warung, namun saat ini menuntut online marketing
Sedangkan inovatif adalah sebuah terobosan baru dan melalui media sosial, baik yang berupa whatsaap,
seorang wirausaha harus memiliki terobosan-terobosan facebook, maupun Instagram. Dengan terobosan seperti
baru dan meninggalkan cara-cara lama dalam suatu ini mampu tetap bertahan di tengah sepinya pengunjung di
pekerjaan (Alma, 2019). Area Jembatan Suramadu. Walaupun sebenarnya tidak
Kreativitas dan inovatif yang dimunculkan dari seperti sebelum pandemi, tetapi sudah membantu dalam
para pelaku UMKM di Area Jembatan Suramadu memenuhi kebutuhan keluarga. Siklus ekonomi tetap
diantaranya, yaitu responden yang kedua awal mulanya berputar, mulai dari pengrajin batik, pemilik warung, kurir
berjualan pernak-pernik tetapi beralih berjualan masker barang kiriman sampai akhirnya sampai ke tangan
dan minuman dingin. Sedangkan, responden yang ketiga konsumen.
tetap menjual produk unggulannya tetapi dengan Hal ini berbanding lurus dengan penelitian Patma,
memanfaatkan media sosial sebagai alternatif marketing di et al. (2020) yang menunjukkan bahwa dukungan
tengah pandemi. Memang pandemi memberi pukulan keuangan, manfaat yang dirasakan, dan tekanan eksternal
ekonomi bagi para pelaku UMKM, namun hal tersebut menentukan pemasaran sosial media serta memeriksa
menuntut ide-ide kreatif dan inovatif. Pada saat ini peran yang muncul dari IEBT (Internet and E-Business
kunjungan wisatawan sangat menurun drastis, sehingga Technology) dalam mendukung hubungan ini. Temuan
tidak ada pembeli pernak-pernik tetapi untuk kebutuhan menunjukkan bahwa manfaat yang dirasakan dan tekanan
minuman yang merupakan kebutuhan pokok akan tetap eksternal secara positif mempengaruhi adopsi IEBT dan
ada. Masker yang memang kenyataannya menjadi barang pemasaran sosial media. Chatterjee & Kar (2020)
pokok setiap orang, nyaris terjadi panic buying di awal menegaskan bahwa SMM (Social Media Marketing)
kemunculan pandemi. Sehingga membuat Bapak Ludfi adalah instrumen yang bisa diterapkan yang dapat
(27 Tahun) memilih produk tersebut untuk dijual, sembari membantu bisnis untuk menarik pelanggan. Hal ini juga
tetap mempertahankan toko pernak-pernik yang sudah didukung oleh penelitian Odoom, et al. (2017) yang
berjalan enam tahun lamanya. Selain beralih produk yang menegaskan bahwa melalui media sosial, perusahaan
dijual, Bapak Ludfi juga harus mengurangi jumlah pekerja dapat dengan mudah membangun merknya untuk
untuk tetap menekan pengeluaran dan toko tetap survive. meningkatkan aktivitas bisnisnya.
111
Septiana, A., & Novitasari, A.T. | Gambaran Pengelolaan Keuangan Para Pelaku UMKM
Novitasari, A. T., & Septiana, A. (2021). Pengaruh Wardi, J., Putri, G. E., & Liviawati. (2020). Pentingnya
Pendidikan Ekonomi Dalam Lingkungan Penerapan Pengelolaan Keuangan Bagi UMKM.
Keluarga Terhadap Perilaku Konsumtif Siswa. Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis, 17(1) (56-
Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, 4(1) (64-73). 62).
Odoom, R., Anning-Dorson, T., & Acheampong, G. Yushita, A. (2017). Pentingnya Literasi Keuangan Bagi
(2017). Antecedents of Social Media Usage and Pengeloaan Keuangan Pribadi. Jurnal Nominal,
Performance Benefits in Small- and Medium- VI(1), (11-26).
Sized Enterprises (SMEs). Journal of Enterprise
Information Management, 30(3), 383-399.
https://doi.org/10.1108/JEIM-04-2016-0088.
OJK. (2018). Pengelolaan Keuangan: Seri Literasi
Keuangan Indonesia. Jakarta: Otoritas Jasa
Keuangan.
OJK. (2020). Pengusaha UMKM Juga Perlu
Pengelolaan Keuangan. Jakarta: Otoritas Jasa
Keuangan.
Patma, T. S., Wardana, L. W., Wibowo, A., &
Narmaditya, B. S., (2020). The Shifting of
Business Activities during the COVID-19
Pandemic: Does Social Media Marketing
Matter? Journal of Asian Finance, Economics
and Business, 7(12) (283–292).
https://www.koreascience.or.kr/article/JAKO20
2034651879188.page
Poernomo, T. W. (2020). Pandemi COVID-19, Tantangan
dan Peluang Pembiayaan UMi Tahun 2021.
Jakarta: Kemenkeu. https://djpb.kemenkeu.go.id
Puspitaningtyas, Z. (2017). Pembudayaan Pengelolaan
Keuangan Berbsis Akuntansi bagi Pelaku UKM.
Jurnal Akuntansi, XXI(03), 361–372.
Rumbianingrum, W., & Wijayangka, C. (2018).
Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap
Pengelolaan Keuangan UMKM. Jurnal
Manajemen dan Bisnis (Almana), 2(3) (156-
164).
Sabrina, E. A., Zainul, M., & Mayvita, P. A. (2020).
Analisis Manajemen Keuangan Pada Usaha
Kecil Menengah Kacang Jaruk Hj. Ati Barabai
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan
Selatan. Universitas Islam Kalimantan.
http://eprints.uniska-bjm.ac.id/id/eprint/2309
Septiana, A. (2020). Analisis Laporan Keuangan: Konsep
Dasar dan Deskripsi Laporan Keuangan.
Pamekasan: Duta Media Publishing.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suindari, N. M., & Juniariani, N. M. R. (2020).
Pengelolaan Keuangan, Kompetensi Sumber
Daya Manusia Dan Strategi Pemasaran Dalam
Mengukur Kinerja Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM). KRISNA: Kumpulan Riset
Akuntansi, 11(2), 148–154.
113