Anda di halaman 1dari 15

Biji kakao Indonesia dan Biji kakao Malaysia.

Persamaan dan Perbedaan.

Drs.Susanto Purwo, Espe Food, Bandung

Pendahuluan:
Kita perlu mengetahui pertumbuhan kakao di Malaysia
yang bagus pada tahun 70-an berjumlah 10,000 ton
dan mencapai puncaknya pada tahun 89-90 berjumlah
240,000 ton!
Tetapi kemudian menurun drastis tahun 91-an
kemudian turun terus sampai tahun 2003mencapai
seperti semula sebanyak 10,000 ton.
Biji kakao Malaysia semuanya adalah fermented!

Kemudian kita melihat pertumbuhan kakao di


Indonesia,dimulai tahun 80 an berjumlah 10,000 ton
dan mencapai puncaknya pada tahun 2009,berjumlah
880,000 ton!
Kemudian produksi mulai menurun tahun2
berikutnya,dimana tahun 2011 turun drastis sampai
465,000 ton
Dan seterusnya produksi turun terus sampai 2019
mencapai 200,000 ton
-2-
Hampir 90% biji kakao Indonesia adalah unfermented.
Indonesia yang selama puluhan tahun mencapai posisi
produksi didunia nomor 3 ,sekarang menjadi nomor 6
didunia.

MALAYSIA:

Pertumbuhan kakao:

Pertumbuhan kakao mulai tahun 1970 menaik tajam di


Sabah dan diikuti di Semenanjung Malaysia sendiri.
Disana mereka hanya mengenal istilah smallholder dan
plantation.
-3-

Dilihat dari grafik diatas,penurunan drastis dari kakao


mulai tahun 1990.
Total pertumbuhan kakao di Malaysia berlangsung
selama 35tahun sebelum turiun sampai mencapai
30,000 ton!
Hal ini disebabkan harga kakao didunia menurun ,
persoalan buruh disana,dan adanya kompetisi dari
pemakaian tanah apakah untuk kultivasi menghasilkan
minyak palma pada tahun 1995. atau kakao.
Ditambah pula dengan adanya infestasi besar2-an di
perkebunan kakao oleh Cocoa Pod Borer.
Kalau daerah pertanian kakao dalam tahun 1990
adalah 390,000 ha, ini akan menuurun menjadi 190,00
ha
Penrunan ini terus sampai mencapai 33,000 ha pada
tahun 2005!
Infestasi CPB yang dimulai didaerah Sabah terus
merambat ke Semenanjung Malaysia,
Klon2 kakao di Malaysia yang baik: KKM22, PRC 123,
MCB.
-4-

Industri kakao:
Industri kakao mulai tumbuh tahun 1973 di Malaysia.
Dmulai dari peleburan kakao sebanyak 6,000 ton
dalam tahun 1980.,menjadi 70,000 ton tahun 1990
Dan pada tahun 2007 mencapai 300,000 ton per
tahun!
Sangat menarik bahwa pengurangan produksi kakao
diperkebunan ,tetap menaikkan produksi peleburan
kakao di Malaysia..

Gambar peleburan kakao di Malaysia 1980-2011


-5-

Gambart perusahaan peleburan kakao di Malaysia:

Pada saat kritis dimana produksi kakao di Malaysia


menurun drastis, maka untuk kelangsungan
produksinya mereka harus import biji kakao Indonesia!
Terlihat dari grafik diatas, penghancuran biji kakao
terus meningkat mulai tahun 2004.
Padahal biji kakao Malaysia sudah turun drastis.
Jadi pabrik kakao di Malaysia akan berebut biji kakao
Indonesia dengan pabrik kakao di Indonesia.
-6-

Akibatnya, maka kekerangan biji kakao Indonesia


ditutup oleh biji kakao import dari Pantai Gadiung dan
Ghana!
Apalagi dengan kedaan pertumbuhan biji kakao di
Indonesia saat ini yang hanya mencapai 200,000 mton
per tahun!

Kualitas biji kakao Malaysia:


Secara umum, biji kakao Malasia, adalah fermented.
Kelemahan biji kakaonya adalah tingkat keasaman
yang cukup tinggi.
pH biji kakao mentah berkisar 4,6-4,8
Selain,keasaman yang tinggi, rasa kakaonya lemah.
Ini disebabkan jenis kakao yang ditumbuhkan di
Malaysia adalah jenis Trintario .
Pengembangan penelitian kakao di Malaysia masih
terus berkembang.
-7-

INDONESIA:

Perkembangan produksi kakao di Indonesia

Pada Gambar diatas terlihat pertumbuhan kakao yang


naik secara perlahan dari tahun 1980 sampai mencapai
puncaknya pada tahun 2009/2010
-8-
Gambar detail pertumbuhan kakao di Indonesia

Seperti ter;ihat di gambar, Indonesia mulai menanam


kakao pada tahun 1980 an.
Dari sejarah penanaman kakao diketahui penanaman
kakao dimulai tahun 1560 yang dilakukan oleh orang
Spanyol di Sulawesi.
Jenis kakao pertama adalah jenis Criolo.
Ekspor pada waktu itu dapat mencapai 90 mton pada
tahun 1820 dari Minahasa.
Tanaman kakao tidak berlangsung lama karena pada
tahun 1930 ekspor berhenti dengan adanya penyakit
pada tanaman kakao.
-9-

Baru pada tahun 1912,penelitian kakao dilakukan olh


C.J.J.van Hall di Kebon Jatirunggo di Getas,Jawa
Tengah
Selanjutnya pertumbuhan kakao dikembangkan di
Pulau Jawa sampai Sumatera.
Pada tahun 1990 ,mulailah penamanan kakao di
Sulawesi dan dari sana terus berkembang sampai
Indoneisa mencapai kedudukan nomor tiga didunia
dengan pertumbuhan sampai 800,000 ton per
tahunnya.
Tetapi pada tahun 2010 dan serterusnya pertumbuhan
kakao menurun sangat drastis sampai pada tahun 2018
tercatat hanya 200,000 ton per tahunnya!

Gambar menurunnya produksi kakao di Indonesia


-10-
Gambar produksi kakao di dunia:

Indonesia sekarang menduduki nomor 6 didunia!

Kakao merupakan salah satu sumber pendapatan


masyarakat petani perkebunan di Indonesia.
Diperkirakan tidak kurang dari 2 juta keluarga yang
pendapatn utamanya tergantung dari komoditas
kakao.
Komposisi pemilikan perkebunan kakao di Indonesia
didominasi oleh Perkebunan Rakyat(PR)dengan pangsa
97.8% dari total luas area kakao di Indonesia!
Sisanya Perkebunan swasta 1.3% dan perkebunan
besar negara 0.9% saja!
-11-
Perkebunan Rakyat masih dikelola dengan cara
tradisional; sehingga optimalisasi pemanfaatan lahan
sangat rendah!
Dalam usaha pertanian kakao ini, petani kakao masih
menggunakan sumber benih lokal(asalan)yang rentan
terhadap penyakit dan mempunyai produktivitas yang
rendah.
Rata2 produktivitas petani kakao di Indonesia adalah
3 00 kg kakao/ha .
Dibandingkan dengan negara lainnya,rata2 800-1000
kg/ha.
Selain itu,penurunan produktivitas dari petani
disebakan pula oleh tanaman kakao yang sebagian
besar sudah tua,berumur diatas 25 tahun!
Paling produktif adalah tanaman kakao yang berumur
antara 12-18 tahun.
Ini disebakan oleh tidak tersedianya bibit kakao
didalam desa .
Juga minimnya modal petani sehingga sulit
meremajakan tanaman kakao.
Hal lain yang sangat penting adalah hama dan penyakit
utama tanaman kakao ,misalnya hama penggerek
kakao(PBK), penyakit buah kakao(BBK) dan penyakit
vascular streak dieback(VSD).
Hama PBK merupakan hama yang paling berbahaya
dan sangat meruigikan dan juga sulit dikendalikan.
-12-
Karena hama ini terjadi penurunan produktivitas bisa
sampai 80%!

Peraturan Pemerintah:
Untuk membantu petani ,Pemerintah mengeluarkan
Peraturan yang “ diharapkan” dapat membantu petani
kakao.
Perlu diketahui betapa banyaknya Peraturan
Pemerintah yang dikeluarkan dan dicabut kembali dan
diganti dan banyak lagi perubahan2.

Satu hal yang penting adalah keluarnya Peraturan


tentang Mutu Biji Kakao Indonesia.
Persyaratan umum Biji kakao menurut SNI
2323:2008/Amd 1:2010
Berisi persyaratan Umum dan Persyaratan khusus
untuk biji kakao,

Spesifikasi Standar Kualitas Nasional(SNI)

Grade: Kadar air: Kotoran: Biji/100 gm Jamur:

Grade AA 6-7% 0% Max 85 1-2%


Grade A 7-8% 2% 85-100 -
Grade B 7.5% 2.5% 101-110 4%
Grade C 8-9% 3-4% 111-120 4% +
Reject 10%+ 5%+ 120+ 6.5%+
-13-
Salah satu faktor utama yang sangat menentukan
mutu biji kakao adalah difermentasi atau tidak
difermentasi.
Namun ketentuan dan kebijakan tersebut belum
berjalan karena walaupun sudah diwajibkan ,dan tidak
ada sanksi yang diberlakukan bila ketentuan tersebut
dilanggar oleh pelaku yang bersangkutan.
Ini disebakan karena Askindo sebagai pelaku
usaha,memberikan masukan untuk menunda
pemberlakuan wajib fermentasi .
Menurut Askindo, Pemerintah belum siap
melaksanakan peraturan ini,sebab kurangnya
pengawasan dilapangan dan banyak lainnya!

Bagaimana selanjutnya?
1. Diperlukan kebijakan Pemerintah daerah,antara
lain: Dinas Perkebunan,Dinas Perindustrian dan
Petdagangan, dan Dinas Koperasi untuk
melakukan pengawasan dan bantuan yang
diperkukan petani kakao.
2. Diperkirakan perubahan ini terjadi setelah
pertumbuhan kakao di Indonesia mencapai titik
minimumnya,diperkirakan 150,000 mton/tahuin
3. Maka diperlukan budi daya fermentasi besar2-an
diperkebnunan kakao Indonesia!
-14-

4. Diperkirakan skema perbaikan Pola Rantai Pasokan


Perkebunan kakao untuk Peningkatan Mutu dan
Pendapat Petani

Petani kakao --------proses fermentasi-------

----kelompok tani----- industry antara---


----

-------industri hilir dalam negeri -------ekspor

Semua ada Pengawasan dari Pemerintah Daerah,

5. Diharapkan harga biji kakao fermentasi ini akan


mwncapai Rp 3000- Rp 5000/kgm lebih tinggi dari
biji kakao unfwrmented.
6. Biaya petani akan investasi box untuk fermentasi
hanya kecil.
Cuma waktu fermentasi menunggu 4-5 hari ini
menjadi faktor yang penting bagi petani.
Petani akan menunggu pembayaran hasilnya
setelah fermentasi.
Untuk membantu petani, dapat disediakan biaya
pencicilan selama waktu fermentasi.
Literatur:
1. Enin Ariningsih, Helena J.Purba,J.F.Sinuraya,Sri
Suharyono,Kartika Sari Septanti: Kinerja Industri
Kakao di Indonesia, Forum Peneliotian Agro
Ekonomi, vol 37, No.1, July 2019
2. Jakarta Post:October 2020,Tueday
3. Lee,C.H: Planting Cocoa- Challenges and Reality in
Malaysia.
4. F.M.Arshad, A,Ibragimov: Malaysia Cocao Beans
Decline: A Prognosis, Int.J.Agric,Forestry and
Plantation, vol.1( Sept)2015

Anda mungkin juga menyukai