KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT DAERAH K.R.M.T. WONGSONEGORO
KOTA SEMARANG
TENTANG
PEDOMAN MUTU
RUMAH SAKIT DAERAH K.R.M.T. WONGSONEGORO
KOTA SEMARANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Ditetapkan di Semarang
Pada tanggal 5 Juli 2022
D
i
t DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH
e K.R.M.T. WONGSONEGORO
t KOTA SEMARANG
a
p
k
a
n SUSI HERAWATI
d
i
S
e
m
a
r
a
n
g
PEDOMAN MUTU
RUMAH SAKIT DAERAH K.R.M.T. WONGSONEGORO
KOTA SEMARANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan yang berkualitas merupakan gambaran dari sebuah
proses yang berkesinambungan dengan berorientasi pada hasil yang
memuaskan. Dalam perkembangan masyarakat yang semakin kritis,
mutu pelayanan rumah sakit tidak hanya disorot dari aspek klinis
medisnya saja namun juga dari aspek keselamatan pasien dan aspek
pemberian pelayanannya, karena muara dari pelayanan rumah sakit
adalah pelayanan jasa. Sehingga usaha peningkatan mutu di rumah sakit
harus dilakukan demi terjaminya keselamatan pelanggan atau pasien.
Florence Nightngale menekankan pada aspek – aspek keperawatan pada
peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien, salah satu
ajarannya yang terkenal sampai sekarang adalah “hospital should do the
patient no harm”. Rumah sakit jangan sampai merugikan atau
mencelakakan pasien. Peningkatan mutu adalah program yang disusun
secara objektif dan sistematik untuk memantau dan menilai mutu serta
kewajaran asuhan terhadap pasien, menggunakan peluang untuk
meningkatkan asuhan pasien dan memecahkan masalah-masalah yang
terungkap (Jacobalis S, 1989).
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pasien dan menjamin
keselamatan pasien, maka rumah sakit menyusun program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien yang menjangkau ke seluruh unit kerja di
rumah sakit. Untuk melaksanakan program tersebut tidaklah mudah,
karena memerlukan koordinasi dan komunikasi yang baik diantara
pimpinan rumah sakit termasuk kepala seksi pelayanan medis, pelayanan
keperawatan, pelayanan penunjang medis, bagian tata usaha dan rumah
tangga, bagian sumber daya manusia, bagian keuangan, termasuk kepala
instalasi/ unit pelayanan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Terwujudnya peningkatan mutu pelayanan kesehatan melalui
upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien di RSD K.R.M.T
Wongsonegoro yang berorientasi pada keselamatan pasien sehingga
tercapainya derajat kesehatan yang optimal dan meningkatkan
kepuasan pelanggan.
2. Tujuan Khusus
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RSD K.R.M.T
Wongsonegoro.
b. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
c. Optimalisasi tenaga, sarana dan prasarana untuk
pengembangan pelayanan kesehatan melalui monitoring kinerja
individu dan kinerja unit kerja.
d. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar
pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu
sesuai dengan kebutuhan pasien.
C. PENGERTIAN
Agar upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan
bahasa tentang pengertian dan konsep dasar upaya peningkatan mutu
dan keselamatan pasien di RSD K.R.M.T Wongsonegoro.
1. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
Peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah kegiatan
yang bertujuan memberikan asuhan atau pelayanan sebaik-baiknya
dan aman kepada pasien. Upaya peningkatan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien sangat berarti dan efektif bilamana upaya
peningkatan mutu dan keselamatan pasien menjadi tujuan sehari-
hari dari setiap unsur di rumah sakit termasuk pimpinan, pelaksana
pelayanan langsung dan staf penunjang di semua unit pelayanan.
Upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien termasuk kegiatan
3. Keselamatan Pasien
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.
4. Clinical Pathway
Clinical pathway (CP) adalah alat yang bermanfaat dalam upaya
untuk memastikan adanya integerasi dan koordinasi yang efektif dan
efisien sesuai dengan standar pelayanan medis maupun keperawatan
dan penunjang lainnya, sesuai sumber daya yang tersedia. CP
ditetapkan paling sedikit 5 (lima) evaluasi pelayanan prioritas
standar pelayanan kedokteran. Tujuan pemantauan pelaksanaan
evaluasi perbaikan pelayanan klinis berupa standar pelayanan
kedokteran sebagai berikut :
5. Indikator Mutu
Adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu
keadaan atau status dan memungkinkan dilakukan pengukuran
terhadap perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu atau tolak
ukur presentase kuantitatif / kualitatif yang digunakan untuk
mengukur terjadinya perubahan terhadap besaran target atau
standar yang telah ditetapkan sebelumnya / cara untuk menilai
mutu atau kualitas dari suatu kegiatan dalam hal ini mutu
pelayanan rumah sakit.
7. Sentinel
Adalah suatu kejadian yang tidak berhubungan dengan perjalanan
penyakit pasien atau penyakit yang mendasarinya yang terjadi pada
pasien. Kejadian sentinel merupakan salah satu jenis insiden
keselamatan pasien yang harus dilaporkan yang menyebabkan
terjadinya hal – hal berikut ini :
a. Kematian
b. Cedera permanen
PENGORGANISASIAN
Direktur
Ketua Komite
Mutu
Sekretaris
Unit :
Penanggung Jawab PMKP
Staf pengumpul data
Validator
Direktur
F. Budaya Keselamatan
Direktur berkewajiban menciptakan dan mendukung budaya
keselamatan di seluruh area di rumah sakit sesuai peraturan perundang-
undangan. Budaya keselamatan di rumah sakit adalah sebuah lingkungan
yang kolaboratif di mana staf klinis memperlakukan satu sama lain dengan
hormat, dengan melibatkan dan memberdayakan pasien dan keluarga.
Pimpinan mendorong staf klinis pemberi asuhan bekerjasama dalam tim
yang efektif dan mendukung proses kolaborasi interprofesional dalam
asuhan berfokus pada pasien.
Budaya keselamatan juga merupakan hasil dari nilai-nilai, sikap,
persepsi, kompetensi, dan pola perilaku dari individu maupun kelompok,
yang menentukan komitmen terhadap keselamatan, serta kemampuan
manajemen rumah sakit, dicirikan dengan komunikasi yang berdasarkan
rasa saling percaya, dengan persepsi yang sama tentang pentingnya
keselamatan, dan dengan keyakinan akan manfaat langkah-langkah
pencegahan.
Tim belajar dari kejadian tidak diharapkan dan kejadian nyaris
cedera. Staf klinis pemberi asuhan menyadari keterbatasan kinerja
manusia dalam sistem yang kompleks, dan ada proses yang terlihat dari
belajar dan menjalankan perbaikan melalui briefing. Keselamatan dan
mutu berkembang dalam suatu lingkungan yang mendukung kerja sama
dan rasa hormat terhadap sesama, tanpa melihat jabatan mereka dalam
rumah sakit.
Direktur rumah sakit menunjukkan komitmennya tentang budaya
keselamatan dan mendorong budaya keselamatan untuk seluruh staf RS
tidak mengintimidasi dan atau mempengaruhi staf dalam memberikan
pelayanan kepada pasien. Salah satu cara untuk mengevaluasi
P. Strategi
Untuk pencapaian tujuan program Peningkatan mutu dan keselamatan
pasien di Rumah Sakit Daerah K.R.M.T. Wongsonegoro maka disusunlah
strategi sebagai berikut :
1. Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan
prinsip mutu pelayanan Rumah Sakit Daerah K.R.M.T. Wongsonegoro
sehingga dapat menerapkan langkah-langkah upaya peningkatan mutu
di masing-masing unit kerjanya.
2. Memberi prioritas kepada peningkatan kompetensi sumber daya
manusia di Rumah Sakit Daerah K.R.M.T. Wongsonegoro, serta upaya
meningkatkan kesejahteraan karyawan.
3. Menciptakan budaya mutu di Rumah Sakit Daerah K.R.M.T.
Wongsonegoro, termasuk didalamnya pengukuran indicator mutu di
Rumah Sakit, survey budaya keselamatan serta program mutu Rumah
A. Pencatatan
Pencatatan adalah catatan kegiatan, yaitu bagaimana melakukan
pencatatan kegiatan atau membuat dokumentasi kegiatan, misalnya
dengan sensus harian indikator mutu, rekapitulasi bulanan, dan
analisa kegiatan.
1. Pencatatan hasil pemantauan indikator mutu disemua unit kerja
dipantau oleh masing-masing penanggung jawab unit dengan
menggunakan form pengumpulan data yang telah disediakan.
Pencatatan dan pelaporan program PMKP dilaksanakan setiap akhir
kegiatan dan tiap triwulan pelaporan kegiatan dilaporkan kepada
Direktur RSD K.R.M.T. Wongsonegoro secara periodik tiap triwulan
melalui pelaporan Realisasi Program Kerja Unit.
2. Pencatatan Indikator mutu, sensus harian dilakukan oleh unit
masing – masing
Laporan bulanan oleh unit tentang pencapaian pemantauan
indikator nasional mutu, indikator prioritas rumah sakit, indikator
mutu unit, dilaporkan kepada Komite Mutu.
3. Setiap awal bulan, apabila target belum tercapai, maka unit
terkait akan mengisi form PDCA untuk dilakukan analisis dan
unit penjamin mutu melakukan verifikasi hasil analisis PDCA
tersebut.
4. Untuk target indikator mutu yang sudah tercapai sesuai waktu
pantau (1 tahun), maka Komite Mutu wajib mengusulkan ke unit
kerja terkait untuk melakukan evaluasi target indikator
mutunya untuk ditingkatkan, agar sesuai dengan konsep
continuous improvement di manajemen mutu.
5. Pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien :
Setiap terjadi insiden keselamatan pasien unit langsung membuat
laporan insiden untuk dilaporkan kepada Sub Komite Keselamatan
Pasien. Setelah dilakukan grading insiden, jika perlu dilaksanakan
Root Cause Analysis maka hasilnya dilaporkan kepada Direktur.
6. Identifikasi dan Penyususnan Daftar Resiko.
Setiap unit mengidentifikasi dan menyusun resiko-resiko yang
terdapat di unit masing-masing untuk kemudian dikumpulkan di
B. Pelaporan
Pelaporan adalah bagaimana membuat laporan program dan kurun
waktu (kapan) laporan harus diserahkan serta kepada siapa saja laporan
tersebut harus ditujukan. Alur pelaporan kegiatan PMKP adalah
sebagai berikut : dari unit kerja Komite Mutu Direksi RS Dewan
Pengawas. Tindak lanjut data hasil analisis kegiatan Komite Mutu :
Komite Mutu Direktur RS Unit kerja.
1. Data indikator rumah sakit yang dikumpulkan oleh penanggung
jawab pengumpul data di masing-masing unit kemudian
dilaporkan ke Komite Mutu paling lambat tanggal 10 setiap
bulannya beserta analisanya. Komite Mutu menyusun laporan
dari setiap unit kerja kemudian melaporkan kepada Direktur
rumah sakit dan dilanjutkan kepada Dewan Pengawas. Hasil
rekomendasi dan tindak lanjut laporan tersebut ditembuskan ke
masing-masing unit kerja terkait.
2. Insiden Keselamatan Pasien dan Feed back Hasil Laporannya
Pelaporan data insiden keselamatan pasien dari unit kerja
ditujukan ke Komite Mutu kemudian dilakukan evaluasi dan
investigasi sederhana, selanjutnya disiapkan untuk pembahasan
kasus ditingkat manajemen. Hasil tersebut disampaikan kepada
Direktur RSD K.R.M.T Wongsonegoro dilanjutkan pelaporan ke
Kementerian Kesehatan berupa e-report IKP dalam hal ini yang
dilaporkan untuk kejadian KTD dan sentinel. Hasil rekomendasi
dan tindak lanjut laporan tersebut ditembuskan ke masing-
masing unit kerja terkait.
3. Evaluasi Kerjasama dan Feed Back-nya
Pelaporan hasil evaluasi kerjasama atau perjanjian lainnya
dikoordinasikan oleh Tim Pelaksana Kerjasama dengan Komite
Mutu dan tindak lanjut evaluasi tersebut ditembuskan ke
masing-masing unit kerja terkait.
SUSI HERAWATI