Anda di halaman 1dari 31

“FORMULASI LIPGLOS EKSTRAK KULIT BUAH MELINJO MERAH

(Gnetum gnemon L.) DENGAN PELARUT VIRGIN COCONUT OIL (VCO)”

Oleh :

LINDA REFIKA
NIM : 2048401050

PROPOSAL TUGAS AKHIR


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN FARMASI
TAHUN 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................1

BAB I.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.....................................................................................................................3

A. Latar Belakang...................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.............................................................................................................5
E. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................8

A. Kerangka Teori..................................................................................................................8
B. Kerangka Konsep...............................................................................................................9
C. Definisi Operasional.........................................................................................................10
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancagan Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Lokasi dan Waktu Penelitian

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan
kosmetika (PP RI No.72/1998:1:1(1)). Kosmetik dikenal manusia sejak
berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai
mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan
(Tranggono dan latifah,2007:6).
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir
dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan memperbaiki bau badan
atau melindungi dan/atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Permenkes RI
No.1176/MENKES/PER/VIII/2010:1:1(1)). Penggolongan kosmetik menurut
kegunaanya bagi kulit dibedakan menjadi 2 yaitu kosmetik perawatan kulit
(skin-care cosmetics) dan kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)
(Tranggono dan latifah, 2007:8)
Dalam jenis sediaan kosmetik bibir, terdapat beberapa macam sediaan
kosmetik bibir seperti, lipstik, lip gloss, lip balm, liquid lipstick dan lip liners
(Patricia, 2000 dalam Retno, 2016:1). Fungsi penggunaan sediaan kosmetik
bibir bertujuan sebagai kosmetik riasan (dekoratif atau make-up) seperti
sediaan lipstick liquid lipstick, dan lip gloss.
Kosmetik kini telah menjadi salah satu kebutuhan yang tidak dapat
dipisahkan terutama bagi kaum wanita. Salah satu produk kosmetik yang
banyak digunakan adalah lip gloss. Lip gloss banyak beredar dengan berbagai
merk, harga, dan bentuk. Banyaknya kosmetik yang beredar di pasaran
menimbulkan berbagai permasalahan, di antaranya tentang ketidakjelasan
kandungan yang ada di dalam lip gloss.
Pada tahun 2009 Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia (BPOM RI) menemukan adanya 70 merk kosmetik, di antaranya
terdapat lip gloss yang mengandung bahan berbahaya seperti merkuri dan zat
pewarna yang dilarang oleh pemerintah (Purwanto, 2009). Selain itu, di Eropa

3
ditemukan 31% lipstik dan 4% lip gloss yang beredar positif mengandung
timbal dan kadar timbal terbesar yang ditemukan sebesar 0,88 mg/kg pada
lipstik warna ungu dan 0,37 mg/kg pada lip gloss berwarna ungu (Piccinini et
al., 2012). Selain itu, BPOM RI juga menemukan 30 jenis lip gloss dan lipstik
yang mengandung zat pewarna K10 (Rhodamin B) dan K3 (Cl 15585) yang
beredar sejak Oktober 2014hingga September 2015 (Linggasari, 2015). Hal ini
dapat membahayakan keselamatan konsumen karena kandungan merkuri
dalam kosmetik dalam jangka panjang dapat menimbulkan keracunan sistemik
pada tubuh (Syafnir dan Putri, 2011).
Selain itu, zat pewarna K3 dan K10 yang terdapat dalam kosmetik
dapat menimbulkan gangguan fungsi hati dan kanker hati (Linggasari, 2015).
Oleh karena itu, kini banyak penelitian tentang kosmetik yang berasal dari
bahan alam untuk mencegah peredaran kosmetik yang membahayakan
konsumen Pewarna bibir merupakan sediaan kosmetika yang digunakan untuk
mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika
dalam tata rias wajah.
Bibir merupakan dua lipatan otot yang membentuk gerbang mulut,
terdiri dari bibir bagian atas dan bibir bagian bawah (M4udjosemedi M,
20012:2:12,15,20-2,114-5). Bibir luar ditutup oleh jaringan kulit, sedangkan
bagian dalam ditutupi oleh mukosa mulut (Singh H, Chikkara P. Ritusingroha,
2011; 11:24) Menurut The American Join Committee of Cancer, bibir
merupakan bagian dari cavum oris, mulai dari perbatasan vermilion-kulit dan
meliputi seluruh vermilion saja. Bibir terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit,
vernilion, dan mukosa.
Kulit melinjo merah atau Gnetum gnemon memiliki potensi untuk
dimanfaatkan sebagai alternatif pewarna alami karena memiliki warna
menarik yang disebabkan adanya pigmen karotenoid suatu turunan senyawa
terpenoid. Karotenoid dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami dalam
sediaan lipglos (Siregar dan Utami, 2014).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan luas areal dan produksi
kelapa terbesar di dunia dengan luas areal kurang lebih 3.6 juta hektar. Salah
satu hasil produk dari kelapa adalah minyak kelapa (Anonim, 2016). VCO

4
(Virgin Coconut Oil) adalah minyak yang diperoleh dari daging buah kelapa,
mengandung 93% asam lemak jenuh dan merupakan salah satu minyak nabati
yang sering digunakan dalam formulasi kosmetik (Alvarez dan Rodriques,
2000; dan Marina et al., 2009).
Pembuatan ekstrak kulit melinjo merah dilakukan menggunakan VCO
(Virgin Coconut Oil) dengan perbandingan 1:4 (g/ml). VCO memiliki sifat
lebih tahan terhadap suhu tinggi dan lebih tahan lama disimpan jika
dibandingkan dengan minyak nabati lain. Selain itu juga VCO lebih lama
teroksidasi dan tahan terhadap ketengikkan (Pratap, 2009). VCO telah
dilaporkan memiliki fungsi sebagai UV-Filter dan mencegah sunburn dengan
nilai SPF sebesar 7,119 (Kaur dan Saraf, 2010; Henry, 2012). VCO membantu
penguatan jaringan ikat pada kulit saat minyak tersebut terserap ke dalam kulit
dan struktur sel jaringan. Dengan demikian VCO dapat mengurangi kerusakan
jaringan yang disebabkan oleh paparan sinar matahari yang berlebihan
(Amarullah, et al., 2009).
Komposisi dalam lipglos banyak mengandung minyak. Minyak dalam
lipsglos berfungsi sebagai pelembab agar pada saat pemakaian, bibir tidak
menjadi kering dan pecah-pecah. Sehingga pemilihan minyak yang tepat
dalam pembuatan lipstik haruslah minyak yang tidak menyebabkan iritasi
pada bibir. Banyak minyak yang bisa digunakan untuk pembuatan lipstik,
salah satunya minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil) (Pratiwi, 2013).
Minyak kelapa murni (VCO) dapat dikenali dengan baik melalui
aroma, rasa,kandungan antioksidan, asam lemak rantai sedang, dan vitamin
yang terkandung didalamnya. Perbedaan minyak kelapa biasa dan VCO
terletak pada bentuk fisik, metode ekstraksi dan manfaatnya. Salah satu
manfaat VCO terletak pada 90% kandungan asam lemak jenuhnya yaitu C-8
(asam kaprilat), C-10 (asam kaprat), C-12 (asam laurat) dan C-14 (asam
miristat), yang sebagian besar merupakan Medium Chain Triglycerides
(MCT) dan antioksidannya seperti tokoferol. Kandungan asam laurat (±53%)
dan tokoferol (0,5 mg/100 g minyak kelapa) dapat bersifat sebagai antioksidan
(Mu’awanah IAU dkk, 2014).

5
Komposisi VCO tidak berbeda jauh dengan minyak kelapa ada
beberapa perbedaan yaitu VCO memiliki kandungan polifenol, vitamin dan
mineral yang berpengaruh terhadap rasa dan aroma. Selain itu VCO juga kaya
akan asam lemak rantai menengah, kolesterol baik dan hampir tidak ada asam
lemak trans. VCO juga juga bisa disimpan dalam waktu yang lama dan tidak
mudah tengik, maka dari itu VCO dapat digunakan dalam pembuatan dasar
lipglos sebagai komposisi minyak (Robert O. Williams III, 2017) .
Peneliti telah melakukan percobaan pendahuluan dengan melakukan
infused oil dari kulit buah melinjo merah (Gnetum gnemon L.) segar dengan
Virgin Coconut Oil (VCO) yang menggunakan perbandingan 1:4 selama 10
hari perendaman. Dari hasil percobaan ini, hasil infused oil mendapatkan
warna yang menarik.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk merancang
formulasi sediaan lipglos dari ekstrak kulit buah melinjo merah (gnetum
gnemon l) dengan pelarut virgin cocnut oil (VCO).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, pigmen yang digunakan pada
formulasi lip gloss masih banyak yang berasal dari bahan sintetik. Untuk
mempertimbangkan efek samping yang ditimbulkan pigmen sintesis maka
pada penelitian ini akan dikembangkan dengan menggunakan pigmen alami.
Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah formulasi
sediaan lipglos ekstrak kulit buah melinjo merah (Gnetum gnemon L.) dengan
pelarut Virgin Coconut Oil (VCO) dapat dibuat dan memenuhi persyaratan
umum lipglos”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
a. Untuk mendapatkan sediaan lipglos ekstrak kulit buah melinjo merah
(Gnetum gnemon L.) dengan pelarut Virgin Coconut Oil (VCO) dapat
dibuat dan memenuhi persyaratan sesuai literatur yang berlaku.
b. Tujuan Khusus

6
2. Untuk mengetahui sifat organoleptis dari formulasi sediaan lipglos ekstrak
kulit buah melinjo merah (Gnetum gnemon L.) dengan pelarut Virgin Coconut
Oil (VCO)
3. Untuk mengetahui homogenitas dari formulasi sediaan lipglos ekstrak kulit
buah melinjo merah (Gnetum gnemon L.) dengan pelarut Virgin Coconut Oil
(VCO)
4. Untuk mengetahui daya oles dari formulasi sediaan lipglos ekstrak kulit buah
melinjo merah (Gnetum gnemon L.) dengan pelarut Virgin Coconut Oil (VCO)
5. Untuk mengetahui titik leleh dari formulasi sediaan lipglos ekstrak kulit buah
melinjo merah (Gnetum gnemon L.) dengan pelarut Virgin Coconut Oil (VCO)
6. Untuk mengetahui uji iritasi dari formulasi sediaan lipglos ekstrak kulit buah
melinjo merah (Gnetum gnemon L.) dengan pelarut Virgin Coconut Oil (VCO)
7. Untuk mengetahui kesukaan panelis terhadap sediaan lipglos ekstrak kulit
buah melinjo merah (Gnetum gnemon L.) dengan pelarut Virgin Coconut Oil
(VCO)
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan acuan dalam penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan formulasi sediaan lipglos ekstrak kulit
buah melinjo merah (Gnetum gnemon L.) dengan pelarut Virgin Coconut Oil
(VCO).
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tentang pemanfaatan zat
pewarna alami dari ekstrak kulit buah melinjo merah (Gnetum gnemon L.)
3. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapatmenambah pustaka informasi bagi mahasiswa
jurusan farmasi politeknik kesehatan Tanjungkarang terutama untuk mata
kuliah farmasetika dan menjadi referensi mengenai formulasi sediaan lipglos
ekstrak kulit buah melinjo merah (Gnetum gnemon L.) dengan pelarut Virgin
Coconut Oil (VCO) yang memenuhi evaluasi sediaan lipglos serta uji
kesukaan.

7
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian adalah pembuatan sediaan lipglos ekstrak
kulit buah melinjo merah (Gnetum gnemon L.) yang diekstraksi dengan
pelarut minyak Virgin Coconut Oil (VCO). Jenis penelitian yang akan
dilakukan adalah penelitian eksperimental yang selanjutnya dilakukan evaluasi
syarat mutu fisiknya (organoleptis, homogenitas, daya oles, titik leleh), uji
iritasi dan uji kesukaan. Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium
Farmasetika Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang, Pada
bulan Januari-April 2023.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kosmetik
Kosmetika merupakan bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir
dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan atau memperbaiki
bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM,
2013). Definisi tersebut jelas menunjukkan bahwa kosmetika bukan suatu obat
yang dipakai untuk diagnosa, pengobatan maupun untuk pencegahan suatu
penyakit. Menurut Tranggono dan Latifah (2007), Penggolongan kosmetik
berdasarkan kegunaannya bagi kulit :
1) Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetics), untuk merawat kebersihan
dan kesehatan kulit. Termasuk di dalamnya :
a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), cleansing cream,
cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).
b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya moisturizer
cream, night cream, anti wrinkle cream.
c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen
foundation, sun block cream / lotion.
d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengamplas kulit (peeling), misalnya
scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai
pengamplas.
2) Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up) Jenis ini diperlukan untuk merias
dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih
menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri.
Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar. 2 macam
kosmetik dekoratif, yaitu kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek
pada permukaan dengan pemakaian sebentar, dan kosmetik dekoratif yang
efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama baru luntur.

Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah


untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make up,

9
meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan
rambut dari kerusakan sinar ultraviolet, polusi dan faktor lingkungan yang
lain, mencegah penuaan, dan secara umum membantu seseorang lebih
menikmati dan menghargai hidup (Djajadisastra, 2005).

B. Melinjo Merah (Gnetum gnemon L.)

Sumber : Dokumentasi pribadi


Gambar 2.1 (Gnetum gnemon L.)
1. Penamaan dan Klasifikasi Melinjo (Gnetum gnemon L.)

Melinjo atau belinjo (Gnetum gnemon Linn.) adalah suatu spesies tanaman


berbiji terbuka (Gymnospermae) berbentuk pohon yang berasal
dari Asia tropik, melanesia, dan Pasifik Barat. Melinjo dikenal pula dengan
nama maninjo (bahasa Makassar), ku'lang (bahasa
Selayar), belinjo, mlinjo (bahasa Jawa), tangkil (bahasa Sunda)
atau bago (bahasa Melayu dan bahasa Tagalog), khalet (Bahasa
Kamboja), bidau (bahasa Melayu Kapuas Hulu). Melinjo banyak ditanam di
pekarangan sebagai peneduh atau pembatas pekarangan dan terutama
dimanfaatkan buah dan daunnya. Klasifikasi melinjo adalah sebagai berikut

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom : Viridiplantae
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophytina
Kelas : Gnetopsida
Famili : Gnetaceae
Genus : Gnetum

10
Spesies : Gnetum gnemon
2. Morfologi Tanaman melinjo

Sumber : (www.nparks.gov.sg)
Gambar 2.2 (Gnetum gnemon L.)
Melinjo merupakan tumbuhan tahunan berbiji terbuka, berbentuk pohon yang
berumah dua (dioecious, ada individu jantan dan betina). Bijinya tidak
terbungkus daging tetapi terbungkus kulit luar. Batangnya kokoh dan bisa
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Daunnya tunggal berbentuk oval
dengan ujung tumpul.

 Akar
Akar tunggang, merayap kepermukaan, berwarna kecoklatan hingga abu-abu
gelap,dan juga dalam menembus dengan kedalam tanah 3sampai5 meter bahka
nlebih. Perakaran ini bermanfaat untuk menyokong tanaman agar lebih kuat 
dan membantu menyerap unsur airdalam tanah.
 Batang
Batang melinjo berbentuk bulan memanjang, dengan diamater 10-20 cm
bahkan lebih, tumbuh tegak dengan panjang mencapai 15-20 m, permukaan
batang merata. Batang juga memiliki percabangan monopodial yaitu batang
terlihat jelas, besar dan panjang pertumbuhan cabangnya.
 Daun
Daun tunggal, berbentuk bulat oval dan terdiri dari beberapai helai daun, tepi
merata, daun duduk saling berhadapan, dan memiliki pertulangan menyirip.
Selain itu, bagian dalam daun akan memiliki serabut halus berwarna
keputihan.

11
 Bunga
Bunga tidak sempurna, terpisah antara bunga jantan dan betina. Bunga jantan
ini terdiri dari benang sari, dan bunga betina terdiri dari karangan bulir.
Biasanya dalam penyerbukan ini tidak dilakukan secara langsung, namun
tetapi memerlukan bantuan dari angin maupun hewan sekitarnya.
 Biji
Biji melinjo terbuka, lapisan luar keras, selaput dalam dilindungi dengan
tandan bunga yang berdaging, biji berwarna hijau muda kalau belum matang
dan sudah matang akan berwarna kemerahan tua.
3. Kandungan dan Manfaat Kulit Buah melinjo Merah (Gnetum gnemon L.)
Buah melinjo memiliki banyak fungsi, seperti biji melinjo dapat diolah
menjadi tepung, emping, biskuit dan bahan untuk pelapis roti. Kulit melinjo
mengandung berbagai macam komponen atau senyawa yaitu beta karoten,
fenolik, flavonoid, vitamin C dan antioksidan, sehingga kulit melinjo tersebut
berpotensi berguna bagi tubuh dan dapat digunakan sebagi pewarna alami
karena memiliki likopen dan beta karoten. (Caroline et al, 2009)
Bagian-bagian tumbuhan melinjo mengandung senyawa yang bermanfaat
bagi kesehatan tubuh. Kandungan senyawa kulit buah melinjo antara lain
flavonoid, tanin, saponin, dan triterpen (Dewi, 2018). Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa tumbuhan melinjo baik daun maupun kulit biji
mengandung senyawa antioksidan seperti likopen dan karotenoid (Cornelia,
Siregar, dan Ermiziar, 2010).
Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa likopen dan karotenoid
berperan sebagai senyawa antioksidan yang dapat mengurangi risiko berbagai
penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit jantung koroner (Singh dan
Goyal,2008). Flavonoid, saponin, dan tanin yang terkandung pada melinjo
tersebut dapat berfungsi sebagai antibakteri.
a. Beta Karoten

Gambar 2.3 Struktur Beta Karoten


(https://www.kindpng.com)

12
Beta karoten merupakan pigmen organik berwarna kuning, oranye atau
merah oranye yang dapat terjadi secara alamiah dalam tumbuhan yang
berfotosintesis, ganggang, beberapa jenis jamur dan bakteri (Dutta, 2005).
Beta karoten dapat larut dalam lemak, tidak larut dalam air, mudah rusak
karena teroksidasi pada suhu tinggi. Beta karoten dapat dipercaya dapat
menurunkan risiko penyakit jantung dan kanker.
b. Likopen
Likopen adalah pigmen yang memberikan warna merah atau merah muda
pada berbagai buah-buahan, seperti tomat dan kulit buah melinjo merah.
Sebagai zat dalam tumbuhan, pigmen memiliki sejumlah manfaat Kesehatan
(Arif putra, 2020). Likopen dipercaya dapat melindungi kulit dari kerusakan
akibat sinar matahari. Dalam sebuah studi yang dimuat dalam jurnal The
British Journal of Dermatology.
C. Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diproleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai,kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa dilakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan .
Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengeksraksi bahan baku obat
secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi
dengan pengurangan tekanan, agar utama bahan obat sedikit mungkin terkena
panas.
Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung etanol
sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Ekstrak cair yang cendrung
membentuk endapan dapat didiamkan dan disaring .
D. Metode Ekstraksi
1. Cara dingin
a) Maserasi
Maserasi merupakan penyarian dengan cara sederhana. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.
Pembuatan ekstrak dari serbuk kering simplisia dengan cara maserasi

13
menggunakan pelarut yang sesuai. Gunakan pelarut yang dapat 16 menyari
sebagian besarmetabolit sekunder yang terkandung dalam serbuk simplisia.
Jika tidak dinyatakan lain gunakan etanol 96%. Masukkan satu bagian serbuk
kering simplisia kedalam maserator, tambahkan 10 bagian pelarut. Rendam
selama 6 jam pertama sambil sekali-sekali diaduk, kemudian diamkan selama
18 jam. Pisahkan maserat dengan cara pengendapan, sentrifugasi, dekantasi.
Ulangi proses penyarian sekurang-kurangnya dua kali dengan jumlah pelarut
yang sama. Kumpulkan semua maserat, kemudian uapkan dengan penguap
vakum atau penguap tekanan rendah hingga diperoleh ekstrak kental.
b) Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyaringan yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Perkolasi kecuali
dinyatakan lain, dilakukan dengan cara basahi 10 bagian simplisia dengan 2,5
bagian sampai 5 bagian cairan penyari, masukkan kedalam bejana tertutup
sekurang-kurangnya selama 3 jam. Pindahkan massa sedikit demi sedikit
kedalam percolator sambil tiap kali ditekan hati-hati. Tuangi dengan cairan
penyari sekucupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih
terdapat selapis cairan penyar, tutup percolator, biarkan selama 24 jam.
Biarkan cairan menetes dengan kecepatan satu 1 ml per menit, tambahkan
berulamgulang cairan penyari sekucupnya sehingga selalu terdapat selapis
cairan penyari diatas simplisia, hingga diperoleh 80 bagian perkolat. 17 Peras
massa, campurkan cairanperasan kedalam perkolat, tambahkan cairan penyari
secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan kedalam bejana tutup,
biarkan selama 2 hari ditempat sejuk terlindung dari cahaya, endapan disaring.
2. Cara Panas
a) Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada tititk didihnya, selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
b) Digesti
Digesti adalah maserasi kinetic pada tempratur yang lebih tinggi dari
tempratur ruangan,yaitu pada tempratur 40°-50°C.

14
c) Infundasi
Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penanggas
air (bejana influs tercelup dalam penanggas air 96°-98°C) selama waktu
tertentu ( 15-20 menit). Jika dilakukan waktu lebih lama (lebih besar 30
menit) disebut dengn dekok.
d) sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umunya digunakan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
kontinyu dengan jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin
balik.
E. Macam-macam pelarut
a) Pelarut polar
Pelarut polar adalah pelarut atau senyawa yang dapat larut dalam air.
Contoh pelarut polar : air, metanol, etanol, asam asetat.
b) Pelarut non polar
pelarut non polar adalah pelarut atau senyawa yang tidak larut dalam air.
Contoh pelarut non polar : gliserol, minyak
c) Pelarut semipolar
Pelarut semipolar adalah pelarut yang dapat menyari senyawa polar dan
nonpolar dan sebaliknya, ekstraksi digunakan 80% agar ikut tersari
Contoh pelarut semi polar : aseton, etil asetat, kloroform
F. Lipglos
Di era modern ini wanita lebih mengutamakan penampilan, salah satu
pendukungnya adalah penggunaan kosmetik. Kosmetik memang tidak akan
pernah dapat dihilangkan dalam budaya dan kebudayaan manusia, terutama
dikalangan wanita. Keberadaan alat untuk memoles wajah dan mempercantik
wajah ini diyakini oleh banyak pihak sebagai kebutuhan utama kaum wanita
yang akan selalu ada (Suryawan, 2006).
Pemulas bibir yang berfungsi untuk memberikan kilauan agak
mengkilat dibibir, atau digunakan untuk memberikan efek warna tertentu
adalah lip gloss. Pada umumnya lip gloss dibuat dalam berbagai bentuk, cair
atau padatan lunak dan digunakan dengan bermacam-macam cara.

15
Lip glos ada yang dikemas dalam botol silindris kecil yang dipakai
dengan menggunakan batang pengoles berujung membulat atau lonjong yang
bisa dilengkapi kuas bibir, sedangkan ada juga lip gloss dalam bentuk padat
seringkali dikemas dalam kotak atau tabung Komponen lip gloss terdiri dari
pigmen, minyak lilin, dan pelembut yang memberikan warna, tekstur, dan
pelindung terhadap bibir (Dian, 2017).
1. Formula lipglos antara lain:
a. Formula lipglos menurut (Euis dan Ine, 2018 )
Cera alba 35%
Paraffin liquid 3%
Vaselin album 10%
Emulsifying wax 13%
BHT 30%
Nipagin 0,5%
Gliserin 0,5%
Oleum ricini ad 100%

b. Formula lipglos menurut (Making Cosmetics, since 1997)


Castrol Oil 46,40%
Polyisobutene 250 30,00%
Bees wax 10,00%
Candelilla Wax 9,00%
Mica Beige 3,00%
Vitamin E Acetate 1,00%
BHT (butylated hydroxytoluene) 0,20%
Flavor creame de coco 0,40%

c. Formula oil based stick menurut (Formula Kosmetik Indonesia, 2012)


 Minyak jarak ad 100%
Titanium dioksida 5,0%
Lithol rubin B 0,6%
Lithol rubin BCA 1,0%

16
 Minyak jarak 10
Tetrabromofluorescein 0,2%
 Lilin candelilla 9,0%
Parafin padat 8,0%
Bees wax 5,0%
Lilin carnauba 5,0%
Minyak lanolin 11.0%
Setil oktanoat 20,0%
Isoprpil miristat 10,0%
BHA/BHT/Tocopherol q.s
 Pewangi q.s

d. Formula lipglos menurut (Widayanti A. dkk, (2014)


Cera alba 1%
Paraffincair 10%
Lanolin 10%
BHT 0,1%
Nipagin 0,1%
Minyak jarak ad 100%

Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, Pembuatan lipstick


ekstrak kulit buah melinjo merah (Gnetum gnemon L.) dilakukan ekstraksi
menggunakan pelarut etanol dan minyak kelapa dilakukan pada perbandingan
sampel dengan pelarut (g/ml) 1:2, 1:3, dan 1:4 pada temperatur ruang dengan
pengadukan shaker 300 rpm. Maka dari itu, dalalm penelitian ini dibuat
sediaan lipglos dengan perbandingan ekstrak 1:2, 1:3, dan 1:4 dengan pelarut
minyak 20% menggunakan metode prinsip maserasi (Siregar YDI, Utami P.
2014).
Dalam pembuatan lipglos ekstrak kulit buah melinjo merah (Gnetum
gnemon L.) berdasarkan pemilihan bahan, peneliti menggunakan formula
lipglos oleh making cosmetics yang dimodifikasi.

17
Komponen Formulasi (%)
F1 F2 F3
Bees wax (structuring agent) 10 10 10
Candelila wax (structuring agent) 9 9 9
Shea Butter (emolien) 5 5 5
Vitamin E Acetat 1 1 1
BHT (antioksidan) 0,2 0,2 0,2
Orange essence (Flavoring 0,5 0,5 0,5
agent/parfume)
Ekstrak dalam Virgin Coconut 20 20 20
Oil (VCO) (emolien)
Castrol oil (emolien) Ad 54,3 Ad 54,3 Ad 54,3

Keterangan:
F1 : Ekstrak kulit buah melinjo merah (Gnetum gnemon L.) dengan VCO 1:2
F2 : Ekstrak kulit buah melinjo merah (Gnetum gnemon L.) dengan VCO 1:3
F3 : Ekstrak kulit buah melinjo merah (Gnetum gnemon L.) dengan VCO 1:4

Bahan Penyusun lipglos


a. Bees wax/Cera Alba (FI III : 140)
Pemerian: Zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan, bau khas lemah
Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol (95%) dingin, larut dalam kloroform, dalam eter hangat,
dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri
b. Candelila wax (Journal Of Medicinal Plants Research, 2013)
Pemerian : Padatan coklat kekuningan yang keras, rapuh, berkilau dengan
bau aromati
Kelarutan : tidak larut dalam air, sangat larut dalam aseton, kloroform,
benzene dan pelarut organic lainnya
c. Shea butter (National Research Council,2006)
Pemerian : Pasta berwarna kuning-putih hingga gading

18
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, hanya sedikit larut dalam alcohol,
melarut dalam etil eter.
d. Vitamin E acetat (FI III : 607)
Pemerian : Toko feril tidak berabu atau sedikit berbau; tidak berasa atau
sedikit berasa. Alfa toko feril asetat, cairan seperti minyak; kuning,
jernih. d- Alfa toko feril asetat pada suhu dingin bentuk padat. Alfa
toko feril asam suksinot serbu, putih; d- isomernya melebur pada
suhu lebih kurang 75 derajat, dan dl- rasemisnya melebur pada
suhu lenih kurang 70 derajat. Sediaan nya, cairan seperti minyak,
kuning hingga merak kecoklatan, jernih. Bentuk ester nya stabil di
udara dan cahaya tetapi tidak stabil dalam alkali; bentuk asam
suksinat nya, tidak stabil, jika di lebur. Alfa toko ferol tidak stabil
di udara dan cahaya, terutama pada suasana alkalis.
Kelarutan : Alfa toko feril asam suksinat praktis tidak larut dalam air;
sukarlarut dalam alkali; larut dalam etanol (95%) P, dalam eter P,
dalam aseton P, dan dalam minyak nabati; sangat mudah larut
dalam kloroform P. Bentuk lain toko ferol praktis tidak laut dalam
air; larut dalam etanol (95%) P, dan dapat campur pada eter P,
dengan aseton P, dengan minyak nabati, dan dengan kloroform P.
e. BHT (Butylated Hydroxytoluen) (Ditjen POM, 2014).
Pemerian : Hablur padat, putih, bau khas lemah
Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam propilenglikol, mudah larut
dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter
f. Orange essence (Handbook of Pharmaceutical Excipient, hal.1724)
Pemerian : Cairan kuning, orange/kekuningan yang diperoleh
Dengan Teknik mekanik dari buah segar sweet orange citrus
aurantium.
Kelarutan : 1:7 dalam alkohol 90%, namun jarang dengan bentuk cairan
terang yang mengandung bahan non volatile(wax)
g. Virgin coconut oil (VCO) (Darmoyuwono, 2006)
Pemerian : Cairan minyak tidak berwarna.
Kelarutan :Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol (1:1).

19
h. Castrol oil (FI III : 459)
Pemerian : Cairan kental, jernih, kuning pucat atau hamper tidak berwarna,
bau lemah, rasa manis kemudian agak pedas, umumnya
memualkan.
Kelarutan : Larut dalam 2,5 bagian etanol (90%) P. mudah larut dalam etanol
mutlak P dan dalam asam asetat glasial P.
G. Evaluasi
1. Organoleptik

Menurut Setyaningsih, Anton, Maya (2010:8) Indra manusia adalah


instrumen yang digunakan dalam analisis sensor, terdiri dari indra
penglihatan, penciuman, perabaan, dan pendengaran.

a. Warna
Penilaian kualitas sensorik dengan penglihatan dapat dilakukan dengan
melihat warna, kejernihan, ukuran, dan sifat-sifat permukaan (Styaningsih,
Anton, Maya, 2010:8).
b. Bau
Bau atau aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk
diklasifikasikan dan dijelaskan karena ragamnya yang begitu besar.
Penciuman dapat dilakukan terhadap produk secara langsung,
menggunakan kertas penyerap (untuk parfum), atau uap dari botol yang
dikibaskan ke hidung (untuk minyak atsiri, essence), atau aroma yang
keluar pada saat produk berada dalam mulut (untuk permen, obat batuk)
melalui celah retronasal (Styaningsih, Anton, Maya, 2010:9).
c. Tekstur
Untuk menilai tekstur produk dapat dilakukan perabaan menggunakan
ujung jari tangan. Penilaian dilakukan dengan menggosok-gosokan jari ke
sediaan yang diamati di antara kedua jari (Setyaningsih, Anton, Maya,
2010:11).
2. Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sejumlah tertentu sediaan
menggunakan objek gelas, sekeping kaca atau bahan transparan lain uang

20
cocok. Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat
adanya butiran kasar (Depkes RI, 1979:33).
3. Daya Oles
Daya oles ditentukan dengan cara mengoleskan lipglos pada lengan
sebanyak 10 kali kemudian diamati warna lipstick yang menempel pada
lengan. Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles jika warna yang
menempel pada kulit lengan banyak dan merata (Alfrida, 2016).
4. Uji titik leleh
Diambil sejumlah 0,5 gram masing-masing Lipstik uji (F1, F2, dan F3) di
tempatkan dalam kaca arloji kemudian dimasukkan ke dalam oven suhu
50°C, didiamkan kemudian diamati apakah lipstik sudah mulai meleleh.
setelah itu suhu dinaikkan 1°C dan diamati pada suhu berapa lipstik mulai
meleleh (Alfrida, 2016).
5. Uji iritasi
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji temple terbuka (Patch
Test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang panelis. Uji temple
terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi
lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka diamati selama
3 hari (Tranggono dan Latifah, 2007).
6. Uji Kesukaan
Uji kesukaan disebut juga uji hedonik, dilakukan pada 20 orang. Uji
didesain untuk memilih satu produk diantara produk lain secara langsung. Uji
ini dapat diaplikasikan pada saat pengembangan produk atau pembanding
produk dengan produk pesaing. Panelis memberikan tanggapan pribadinya
tentang kesukaan atau sebaliknya (Setyaningsih, Anton, Maya, 2010:59)

21
H. Kerangka Teori

Sediaan Kosmetika

Kosmetik Riasan Kosmetik Perawatan Kulit


(Tranggono dan Latifah 2007) (Tranggono dan Latifah 2007)

Rias Rias Rias Rias Rias


Bibir Wajah Mata Rambut Kuku

Sediaan
Lip Glos

Formulasi Sediaan Lip Glos Evaluasi Sediaan Lip Glos


(Making Cosmetics, since
1997) Uji organoleptis
(Setyaningsih,dkk, 2010: 7-11)
Castrol oil 46,40% Uji homogenitas
Polyisobutene 250 30,00% (Depkes RI, 1979:33)
Bees wax 10,00% Uji efektifitas (oles)
Candelilla wax 9,00% (Alfrida, 2016)
Mica beige 3,00% Uji titik leleh
Vit E asetat 1,00% (Alfrida, 2016)
BHT 0,20% Uji iritasi
Flavor crème de choco0,40% (Tranggono dan Latifah 2007
Uji kesukaan
(Setyaningsih, dkk, 2010:59)

Sumber : Alfrida, 2016; Depkes RI, 1979:33; Making Cosmetics; Setyaningsih,


dkk, 2010; Syamsul, Supomo, Jubaidah, 2020; Tranggono dan Latifah 2007.
Gambar 2.4 Kerangka Teori

22
I. Kerangka Konsep

Formula Sediaan Lip glos


Bees wax 10%
Candelila wax 9%
Shea Butter 5%
Vitamin E actat 1%
BHT 0,2%
Orange essence 0,5%
Ekstrak dalam Virgin Coconut oil (VCO) 20%
Castrol oil Ad 54,3%

Evaluasi Sediaan Lip glos

Uji organoleptis
Uji homogenitas
Uji efektifitas (oles)
Uji titik leleh
Uji iritasi
Uji kesukaan

Gambar 2.5 Kerangka Konsep

23
J. Definisi Operasional

Tabel 2.6 Definisi Operasional Penelitian


No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala
Penelitian Ukur
1 Konsentrasi Ekstrak kental Menimbang Neraca Nilai bobot Ratio
ekstrak kulit diformulasikan analitik gram
buah melinjo kedalam lip (dalam
merah glos dengan angka)
(Gnetum konsentrasi
gnemon L.) 32,6%
dalam lip
glos
2 Organoleptik
a. Warna Penilaian Observasi Checklist 1= Putih Nominal
visual peneliti kekuningan
terhadap lip 2= Kuning
balm ekstrak kecoklatan
kulit uah 3= Merah
meinjo merah bata
(Gnetum 4= Merah
gnemon L.) 5= Merah
kecoklatan

b. Bau Penilaian Observasi Checklist 1= Bau Ordinal


denga indra khas
penciuman 2= Tidak
peneliti berbau
terhadap bau
khas atau tidak
adanya lip
glos ekstrak
kulit buah

24
melinjo merah
(Gnetum
gnemon L.)

c. Tekstur Penilaian indra Observasi Checklist 1= Ordinal


peraba peneliti Setengah
terhadap lip padat
glos ekstrak 2=
kulit buah Cenderung
melinjo merah keras
(Gnetum 3=
gnemon L.) Setengah
padat
4=
Cenderung
lunak
3 Uji Penampilan Observasi Checklist 1= Ordinal
homogenitas susunan Homogen
partikel dan 2= Tidak
dispesi warna homogen
sediaan lip
glos dengan
ekstrak kulit
buah melinjo
merah
(Gnetum
gnemon L.)
diamati pada
kaca objek
terdapat
butiran kasar
atau tidak, dan

25
diamati secara
visual ada atau
tidak bitnik-
bintik warna.
4 Uji oles Penilaian daya Observasi Checklist 1= Ordinal
oles peneliti Berwarna
ditentukan 2=Sedikit
dengan cara berwarna
mengoleskan 3= Tidak
lipglos pada berwarna
lengan
sebanyak 10
kali kemudian
diamati warna
lipstick yang
menempel
pada lengan.
5 Uji titik Cara kerja uji Observasi Oven Nilai suhu Ratio
leleh titik lebur di dalam
lakukan angka
dengan cara,
lipstik di
masukan
dalam oven
dalam suhu
awal 50℃
selama 15
menit, diamati
apakah
lipsgloss
meleleh atau
tidak, setelah

26
itu suhu di
naikan 1℃
setiap 15
menit dan di
amati pada
suhu berapa
lipsgloss mulai 
meleleh
6 Uji iritasi uji temple Observasi Checklist 1= tidak Ordinal
terbuka (Patch iritasi
Test) pada 2=iritasi
lengan bawah
bagian dalam
terhadap 10
orang panelis.
Uji temple
terbuka
dilakukan
dengan
mengoleskan
sediaan yang
dibuat pada
lokasi lekatan
dengan luas
tertentu (2,5 x
2,5 cm),
dibiarkan
terbuka
diamati selama
3 hari
7 Uji kesukaan Penilaian Observasi Checklist 1= Sangat Ordinal
terhadap yang suka

27
tingkat suka dilakukan 2= Suka
atau tidak nya oleh panelis 3= Agak
sediaan lip untuk suka
glos ekstrak memilih 4= Biasa
kulit buah sediaan yan saja
melinjo merah paling 5= Agak
(Gnetum disukai tidak suka
gnemon L.) 6= tidak
yang suka
memenuhi 7= sangat
persyaratan tidak suka
umum
K.

28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan bersifat eksperimen yang
bertujuan untuk menyelidikikemungkinan saling berhubungan dengan cara
mengdakan intervensi atau melakukn perlakuan kepada satu atau lebih
kelompok eksperimen, kemudian hasil (akibat) dari intervensi tersebut
dibandingkan dengan kelompok yang tidak dikenakan perlakuan
(kelompok control) (Notoatmojo,2012:50).
Penelitian ini dilakukan dengan merancang, membuat formulasi,
dan mengevaluasi sediaan lipgloss dari ekstrak kulit buah melinjo merah
(gnetum gnemon l) dengan pelarut virgin coconut oil (vco) serta
menganalisa syarat mutu fisiknya (organoleptis, homogenitas, daya oles),
uji titik leleh, iji iritasi dan uji kesukaan.

B. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah lipgloss dari ekstrak kulit buah
melinjo merah (gnetum gnemon l) dengan pelarut virgin coconut oil (vco).

C. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Farmasetika Jurusan
Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang. Pada bulan Januari-April
2023.

29
Daftar Pustaka
Alfrida, 2016 mempelajari kestabilan dan efek iritasi sediaan lipstick yang
diformulasi dengan lemak kakao, Makassar.
Depkes RI. 1995. Farmakopi Indonesia edisi IV. DEPKES RI.
Formulating Poorly Water Soluble Drugs | Robert O. Williams III |
Springer [Internet]. [cited 2017 Mar 16]. Available from:
http://www.springer.com/cn/book/9781461411437
Hendry Nancy, 2018. Nature Beauty. Provinsi Sumatra Barat: CV Rumah
Kayu Pustaka Utama Bekerjasam dengan Dinas.
M4udjosemedi M. Bibir, sidik bibir, ilmu kesehatan, dan antropologi
ragawi: Integrasi Antara Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Banyu
Biru Offset 20012:2:12,15,20-2,114-5
M.Parker,Susan. 2014. Power Of The Seed. United States Of America:
W.Sims Way Suite
Mu’awanah IAU, Setiaji B, Syoufian A. Pengaruh Konsentrasi Virgin
Coconut Oil (VCO) Terhadap Stabilitas Emulsi Kosmetik dan Nilai
Sun Protection Factor (SPF). Berkala MIPA UGM. 2014;24(1):1–
11
National Research Council (2006-10-31). Lost Crops of Africa: Volume II:
Vegetables (2006). ISBN 978-0-309-10333-6
Pratiwi, F M. Dan Sutara,P K, (2013), Etnobotani Kelapa (Cocos Nucifera
L.) Di Wilayah Denpasar Dan Badung. Bali: Universitas Udayana.
Rojas-Molina R, De LeónZapata M, Saucedo-Pompa S, AguilarGonzalez
M, Aguilar C. Chemical and structural characterization of
Candelilla (Euphorbia antisyphilitica Zucc.). Journal of Medicinal
Plants Research. 2013;7(12):702-5.
Singh H, Chikkara P. Ritusingroha. Lip prints as evidence. J Puncab Acad
Forensic Med Toxicol 2011; 11:24
Siregar YDI, Utami P. 2014. Pemanfaatan Ekstrak Kulit Melinjo Merah
(Gnetum gnemon L.) Sebagai Pewarna Alami Pada Pembuatan
Lipstik. Jurnal Kimia Valensi; 4(2): 98-108.

30
Widayanti A, Sarteka F, Sutyasningsih. 2014. Pengaruh peningkatan
konsentrasi cera albasebagai wax terhadap nilai viskositas
Lipgloss sari buah bitss (beta vulgaris L.).Farmasains. 2 (4).

31

Anda mungkin juga menyukai