Laporan Kasus Besar
Laporan Kasus Besar
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
penderita TB berada di negara-negara berkembang. Dengan munculnya
epidemi HIV/AIDS di dunia jumlah penderita TB akan meningkat.
2
B. ULASAN KASUS
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny.T
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Usia : 32 tahun
d. Alamat : Jingkang 7/8 Ajibarang
e. Ruang Perawatan/Kelas : Anggrek C10
f. Tanggal MRS : 08.02.2015
g. No. Register : 733115
h. Diagnosa Masuk : PPI Scundigravida suspek TB
2. Data Subyektif
a. Riwayat personal
Sosial ekonomi : Rp: 1.000,000
b. Riwayat Penyakit
Sekarang
Nyeri saat menelan, suara serak, asupan makan kurang, mual
muntah, batuk berdahak, dan sesak napas
Dahulu
Batuk lama
c. Riwayat Gizi
Sekarang
Pasien mendapatkan diet dari rumah sakit berupa bubur diet
TKTP. Nafsu makan pasien saat ini kurang karena nyeri saat
menelan. Hasil Recall 24 jam menunjukan asupan makan kurang,
yaitu:
E= 394,6196 kkal (18,22%)
3
Dahulu (pola makan 3 bulan terakhir)
1. Pola makan teratur 3x/hari, dengan susunan hidangan
makanan pokok tahu/tempe, dan sayur.
2. Makanan pokok yang sering dikonsumsi adalah nasi 3x/hari
@1centong, (100gr).
3. Kentang 5x/minggu @1 buah, (75 gr).
4
atau nyeri, sakit
kepala, sakit gigi,
sesudah pencabutan
gigi, nyeri pada otot
dan menurunkan
demam.
3. Data Obyektif
a. Antropometri (Tanggal 09-2-2015)
BB = 35 kg
TB = 149 cm
BB 35 35
IMT = TB2 = 1,46 = = 16,41 (Gizi kurang)
¿ ¿ 2,1316
¿ ¿
b. Biokimia/ Laboratorium
Tabel 2. pemeriksaan Nilai Laboratorium
Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Laboratorium Keterangan
Tgl 09-2-2015
LYM 1.09-2.99 .733 13,1 L
HCT 34,3% 37,7-53,7 L
5
c. Fisik/ Klinis
Tabel 3. Pemeriksaan fisik klinis
Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Ket
09 februari 201
TD 120/80 120/70 (N)
N 60-100 x/menit 20x/menit (N)
RR 14-20 x/menit 30x/menit (H)
Suhu ≤ 37 36,2 0C (N)
Batuk - + -
Sulit menelan - + -
Mual - + -
6
BAB II
A. Analisa Masalah
Masalah yang dialami pasien pada tanggal 09 februari adalah:
1. PPI sekundigravida, susp TB.
2. Nilai LYM rendah yaitu .733 13.1% menandakan adanya sel darah
putih yang rendah.
3. Asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat rendah.
Asupan makanan pasien yang rendah disebabkan karena nafsu makan
pasien kurang dikarenakan sulit menelan dan kalau makan selalu
muntah.
B. Daftar Masalah
1. Masalah Gizi
a. Ppi Scundigravida
b. Suspek TB
7
D. Intervensi
a. Terapi Diet
Frekuensi makan :
a. 3x makanan utama
b. 2x makanan selingan
c. 3x susu Full cream
Kebutuhan kalori
= 655 + (9,6xBB)+(1,8xTB)-(4,7xU)
8
= 655 + (9,6x35)+(1,8x146)-(4,7x32)
= 1103,4
= 2164,746 kalori
Protein
=15% 2164,74/4
=81,177 gram
Lemak
= 30% x 2164,74/9
=72,158 gram
Karbohidrat
=55% x 2164,74/ 4
=297,65175 gram
3.Terapi Edukasi
Tujuan : Agar pasien dan keluarganya:
9
a. Mengerti bahan makanan yang banyak mengandung energi dan
protein.
b. Mengerti pola menu seimbang sehingga konsumsi lauk hewani, sayur,
dan buah dikonsumsi secara seimbang.
c. Motivasi pasien untuk menaikan asupan makan.
d. Motivasi keluarga untuk mendampingi pasien dalam menjalankan
dietnya.
Sasaran : Pasien dan keluarga
Waktu : 15 menit
Alat bantu : Standar diet jumlah makanan yang disajikan dan leaflet
Materi :
2. Antropometri
Pengukuran antropometri yang dilakukan adalah dengan mengunakan
BB (Berat Badan ) dan TB (Tinggi Badan) pada akhir pengamatan.
10
3. Fisik/klinis
Data fisik/ klinis yang akan dimonitor adalah kondisi umum/ hari;
vital sign/ hari yang meliputi tekanan darah, nadi, suhu, keadaan sulit
menelan.
4. Biokimia
Data laboratorium yang akan di monitor adalah profil darah lengkap
yang meliputi: Lymposit, Hematokrit.
5. Edukasi
Monitoring dan evaluasi pada edukasi yaitu melihat asupan makan
yang diberikan dan kepatuhan pasien dalam menjalankan diet yang
diberikan.
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3. Patogenesis
a. Aktivasi aksis hypothalamic–pituitary–adrenal (HPA) janin atau ibu
1.) proses yang paling penting, yang menghubungkan stres dan
kelahiran preterm ialah neuroendokrin, yang menyebabkan aktivasi
prematur aksis HPA. Proses ini dimediasi oleh
corticotrophinreleasing hormone (CRH) plasenta.
2.) CRH plasenta, dapat menstimulasi janin untuk mensekresi kortisol
dan dehydroepiandrosterone synthase (DHEA-S) (melalui aktivasi
12
aksis HPA janin) dan menstimulasi plasenta untuk mensintesis
estriol dan prostaglandin, sehingga mempercepat PPI.
b. Fktor resiko
a. Kehamilan multiple
b. Polihidramnion
c. Anomali uterus
d. Dilatasi serviks > 2 cm pada kehamilan 32 minggu
e. Riwayat abortus 2 kali atau lebih pada trimester kedua
f. Riwayat PPI sebelumnya
g. Riwayat menjalani prosedur operasi pada serviks (cone biopsy,
loop electrosurgical excision procedure)
h. Penggunaan cocaine atau amphetamine
i. Serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32
minggu
j. Operasi besar pada abdomen setelah trimester pertama.
k. Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu
l. Riwayat pielonefritis
m. Riwayat abortus satu kali pada trimester kedua
n. Riwayat abortus >2 kali pada trimester pertama.
A. Susp TB
1. Pengertian
Tuberculosis (TB) adalah penyakit akibat kuman mycobakterium
tuberkulosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh
dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi
infeksi primer (Arif Mansyur, 2000). Tuberculosis paru merupakan
penyakit infeksi saluran napas bagian bawah yang menyerang jaringan
paru atau atau parenkim paru oleh basil mycobakterium tuberculosis.
Tb dapat mengenai hampir semua organ tubuh (meningen, ginjal,
tulang, dan nodus limfe, dll).
13
2. Diagnosa dan penemuan penderita penyakit TB Paru
Salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah di
masyarakat sampai saat ini adalah tuberkulosis (TBC) atau yang lebih
dikenal dengan TB Paru. Penyakit TB Paru di Indonesia merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan
penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia, dan nomor
satu dari golongan penyakit infeksi. Tahun 1999 WHO memperkirakan
setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TB Paru, dengan kematian
sekitar 140.000. Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk
Indonesia terdapat 130 penderita baru TB Paru BTA positif (Depkes
RI, 2002). Bahkan karena jumlahnya yang cukup besar, Indonesia
menempati urutan ketiga di dunia dalam hal penderita TB Paru setelah
India dan China (Achmadi, 2005).
Laporan WHO tahun 1999 menyatakan bahwa Penyakit TB Paru
masih menjadi masalah dunia karena menginfeksi sepertiga penduduk
dunia, dan cenderung meningkat terus. Di Indonesia diperkirakan
setiap 100.000 penduduk terdapat 130 penderita baru BTA positif.
Departemen Kesehatan telah menetapkan kebijakan nasional tujuan
jangka pendek program penanggulangan TB Paru yaitu penemuan
penderita pada tahun 2005 dapat mencapai 70% dari perkiraan semua
penderita baru BTA Positif (Depkes.RI, 2000).
Penyebab Penyakit TB Paru adalah Kuman Mycobacterium
Tuberculosis. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat kkhusus
tahan terhadap asam pada pewarnaan. Kuman TB dapat mati
dengansinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa
jam ditempat yang gelapdan lembab. Dalam jaringan tubuh jaringan
ini Dormant atau tertidur lama selama beberapa tahun.
14
sering diserang adalah paru-paru. Tuberkolosis merupakan penyakit
menahun dengan gejala klinis yang tidak jelas. Penderita TBC
umumnya mengalami lemas, anoreksia, dan berat badan menurun.
TBC menyerang saat kekebalan tubuh seseorang sedang berkurang,
misalnya setelah menderita campak, mengidap diabetes melitus, atau
sebagai infeksi sekunder pada HIV/AIDS.
Syarat dietnya :
1. Energi yang diberikan lebih tinggi dari normal dengan faktor injuri
1,3-1,4.
2. Protein diberikan dengan rasio kalori : nitrogen 150 : 1, atau
minimal 15% dari total kebutuhan energi sehari.
3. Lemak diberikan 30% dari total kebutuhan energi sehari.
4. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa tergantung daya
terima penderita, mudah dicerna dan frekuensinya sering.
5. Waktu pemberian obat ditentukan oleh jenis obat yang diberikan.
6. Cukup cairan dan zat gizi lain.
7. Umumnya penderita memerlukan tambahan suplemen dan vitamin.
15
Tuberculosis merupakan bakteri yang dapat tahan hidup diudara
kering maupun dalam keadaan dingin.
16
3. Cukup mengkonsumsi sayuran dan buah. Namun, hindari buah
asam dan menimbulkan gas : kedondong, nanas, durian, nangka.
4. Konsumsi makanan yang mengandung tinggi protein (telur, susu,
daging ayam, daging sapi, serta penambahan protein nabati) untuk
mengganti selel yang rusak.
5. Penambahan Kalori (Energi) dan Proteinilakukan dengan
memberikan penambahan lauk hewani dan nabati.
6. OAT (Obat Anti Tuberkulosis) diminum dalam keadaan perut
kosong (berkaitan dengan makanan telah dimetabolisme kurang
lebih 2 jam sesudah makan).
7. Tidak ada pantangan / larangan khusus penderita TB paru terhadap
makanan kecuali penderita TB paru yang disertai dengan penyakit
lain (kencing manis (Diabetes Mellitus),Penyakit hati dan lainain).
Pada keadaan ini segera konsultasi gizi.
8. Pada penderita TB Paru yang menyusui, ASI tetap diberikan
kepada bayinya dengan memakai masker/penutup mulut.
9. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lainnya berkaitan dengan penyembuhan TB Paru.
17
BAB IV
Kriteria Nilai
Di atas normal ≥ 120 %
Normal 90 – 119 %
Defisit Tingkat Ringan 80 – 89 %
Defisit Tingkat Sedang 70 – 79 %
Defisit Tingkat Berat < 70 %
Tingkat konsumsi pasien selama monitoring dapat dilihat pada tabel 5.
18
Tabel 6. Tingkat Konsumsi Pasien Selama Monitoring
Tabel 7. Jumlah Energi yang Dibutuhkan, yang Diberikan dan yang Dikonsumsi
Kebutuhan Pemberian Asupan Keterangan
(Kal) (Kal) (Kal)
10-11 Hari ke 1 100% 2204,267 (101,82%) 946,0429 (43,70%) Def. Tingkat Berat
11-12 Hari ke 2 100% 1803,872 (83,32%) 1474,728 (68,12%) Def. Tingkat Berat
12-13 Hari ke 3 100% 1955,804 (90,34%) 469,516 (21,68%) Def. Tingkat Berat
19
120% 101.82%
100% 100% 100%
90.34%
100% 83.32%
80% 68.12%
Kebutuhan (Kal)
60% 43.70% Pemberian (Kal)
40% 21.68% Asupan (Kal)
20%
0%
10-11 Hari ke 1 11-12 Hari ke 2 12-13 Hari ke 3
2. Asupan Protein
Kebutuhan protein tinggi yaitu 15 % hari. Selain itu protein tinggi
diperlukan sebagai cadangan untuk memperbaiki dan membentuk jaringan
kembali untuk meningkatkan sisteim imunitas tubuh. Jumlah protein yang
dibutuhkan, yang diberikan dan yang dikonsumsi dapat dilihat pada tabel 8.
20
Tabel 8. Jumlah Protein yang Dibutuhkan, yang Diberikan dan yang Dikonsumsi
11-12 Hari 2 100% 65,30 (80,45%) 57,71 (71,20 %) Def. Tingkat Sedang
12-13 Hari 3 100% 77,999 (96,34%) 16,39 (20,204%) Def. Tingkat Berat
1.339132
140%
120% 1 1 1
0.9634
100% 0.8045
0.712
80% Kebutuhan (gram)
0.4833
60% Pemberian (gram)
40% 0.20204 Asupan (gram)
20%
0%
10-11 11-12 12-13
Hari 1 Hari 2 Hari 3
3. Asupan Lemak
Kebutuhan lemak dihitung sedang sebesar 25% dari kebutuhan energi
total. Jumlah lemak yang dibutuhkan, yang diberikan dan yang dikonsumsi
dapat dilihat pada tabel 8.
21
Tabel 9. Jumlah Lemak yang Dibutuhkan, yang Diberikan dan yang Dikonsumsi
Kebutuhan Pemberian Asupan (gram) Keterangan
(gram) (gram)
10-11 Hari 1 100% 70,58 (97,82 %) 45,40 (62,92%) Def. Tingkat
Sedang
11-12 Hari 2 100% 162,15 (86,37%) 53,54 (74,20%) Def. Tingkat Ringan
12-13 Hari 3 100% 64,914 (89,96%) 13,19 (18,28%) Def. Tingkat berat
117.38%
120% 103.65% 107.95%
100% 100% 100%
100% 89.04%
75.51%
80%
Kebutuhan (gram)
60% Pemberian (gram)
Asupan (gram)
40%
21.93%
20%
0%
10-11 Hari 1 11-12 Hari 2 12-13 Hari 3
Tingkat asupan lemak pasien dikategorikan defisit tingkat berat (<70%) pada
hari pertama dan defisit sedang (75 %) pada hari kedua. Asupan protein pasien
defisit sedang (89%) sedangkan untuk hari ketiga defisit berat (21%) yang defisit
dapat menyababkan terjadinya pemecahan protein yang digunakan untuk
pembentukan jaringan yang rusak sehingga massa otot berkurang dan pada akhirnya
terjadi malnutrisi.
22
Asupan lemak pasien yang defisit dapat menyababkan sumbangan energi dari
lemak kurang sehingga dapat mengakibatkan menurunnya status gizi dalam jangka
waktu lamak
4. Asupan Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat dihitung berdasarkan sisa dari perhitungan protein
dan lemak. Jumlah protein yang diberikan adalah 81,17 gram (15 % total energi) dan
lemak 60,13 gram (25% total energi), sehingga karbohidrat yang diberikan adalah
60% (324,66 gram karbohidrat). Jumlah karbohidrat yang dibutuhkan, yang
diberikan dan yang dikonsumsi dapat dilihat pada tabel 10
11-12 Hari 2 100% 253,6887 (85,23%) 195,19 (65,57%) Def. Tingkat Berat
12-13 Hari 3 100% 274,765 (92,31%) 72,11 (24,22%) Def. Tingkat Berat
Berdasarkan tabel 10. dan gambar 4, dapat diketahui bahwa makanan rumah
sakit telah menyediakan karbohidrat 88% (defisit sedang) dari kebutuhan energi
23
total. Tingkat asupan karbohidrat pasien dikategorikan defisit sedang (88 %) pada
hari pertama dikategorikan defisit sedang (78%) pad hari kedua dikategorikan defisi
sedang dan hari ketiga (84% ) defisit ringan.
Hasil pemeriksaan
Pemeriksaan
09 10
TD 120/70 mmHg 120/80 mmHg
N 24x/menit 50x/menit
RR - 20x
24
sakit dan suara sudah membaik gak serak lagi pada tanggal 12 februari sakit menelan
sudah agak mendingan batuk asih ada.
25
BAB V
A. Kesimpulan
1. Diagnosa medis pasien adalah ppi sekundigravida, susp tb paru.
2. Diagnosa gizi pasien adalah:
Peningkatan kebutuhan energi dan protein berkaitan dengan tumbuh
kembang janin ditandai dengan kehamilan 36 minggu dan suspek TB.
(NI 5.1)
Perubahan hasil lab berkaitan dengan penumpukan hasil sel darah putih
ditandai dengan Lym .733 (L) Hct 34,3 (L).( NI.1.2)
Asupan makanan peroral yang tidak adekuat berkaitan dengan faktor
fisiologis ditandai dengan hasil recall Energi kal (18,22%) defisit berat,
Protein (29,10%) defisit berat, lemak (39,18%) defisit berat, KH
(7,90%) dfisit berat. (NI 2.1)
3. Intervensi yang diberikan hari pertama adalah diet BB TKTP Ex Susu
peptisol 3x kali.hari ke dua diberikan BB TKTP ex susu full cream 3x,
pemberian hari ke 3 adalah diet BB TKTP, JF
4. Asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat pasien termasuk kategori
defisit pada hari pertama, hari kedua dan hari ketiga. Hal ini terjadi karena
nafsu makan pasien kurang disebabkan sakit saat menelan, mual, dan ada
batuk. Pengukuran antropometri BB(Berat Badan) dan TB (Tinggi Badan)
pasien hanya diukur pada awal dan akhir pengamatan karena untuk
melihat asupan pasien.
5. Pada awal pengamatan pasien mengeluh sakit saat menelan , dan batuk.
Pada tanggal 10 februari masih sakit saat menelan, batuk masih ada
namun, pada tanggal 11 februari sakit saat menelan dan batuk masih
terasa tanggal 12 sakit menelan sudah mendingan batuk masih ada.
6. Pemeriksaan biokimia tidak dilakukan dikarenakan tidak ada pemeriksaan
ulang.
26
7. Monitoring dan evaluasi pada edukasi yaitu menanyakan kembali materi
yang diberikan dan kepatuhan pasien dalam menjalankan dietnya.
Berdasarkan beberapa pertanyaan pasien sebagian mengerti makanan yang
mengandung tinggi protein.
B. Saran
1. Setelah pasien pulang, dianjurkan merubah pola makan sebelumnya
dengan mengkonsumsi makanan secara seimbang, lauk hewani sebagai
sumber protein, mengkonsumsi sayur dan buah secara teratur sebagai
sumber vitamin, mineral, dan menambah minum susu untuk
menambahkan energi.
2. Setelah pasien pulang sebaiknya pasien beristirahat yang cukup, tidak
bekerja terlalu keras, dan hindari stres.
27
Daftar Pustaka
Anonim.2012.http://www.apotikantar.com/vestein_300_mg_kapsul
28