Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Partus premakurus pada haid yang teratur, persalinan preterm dapat


didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi antara usia kehamilan 20-37
minggu dihitung dari hari pertaha haid terakhir.(ACOG, 1997).

Menurut Wibowo (1997) yang mengutip pendapat dari Herron, dkk.


Persalinan prematur adalah kontraksi uterus yang teratur setelah kehamilan
20 minggu dan sebelum 37 minggu, dengan interval kontraksi 5 hingga 8
menit atau kurang dan disertai satu atau lebih tanda-tanda berikut :1.
Perubahan serviks yang progresif.2. Dilatasi serviks 2 cm atau lebih.3.
Penipisan serviks 80% Firmansyah (2006) mengatakan partus prematur
adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259 hari
dihitung dari hari terakhir haid ibu. Menurut Mochtar (1998) partus
prematur adalah persalinan pada kehamilan 20 sampai 37 minggu, berat
badan lahir 1000 sampai 2500 gram.

Penyakit pada sistem pernafasan merupakan masalah yang sudah


umum terjadi di masyarakat. Dan TB paru merupakan penyakit infeksi
yang menyebabkan  kematian dengan urutan atas atau angka kematian
(mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan
terapi yang cukup lama. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara
berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke
bawah.

Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga


penduduk dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang
TB dengan kematian 3 juta orang per tahun (WHO, 1993).

Di negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian


penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95%

1
penderita TB berada di negara-negara berkembang. Dengan munculnya
epidemi HIV/AIDS di dunia jumlah penderita TB akan meningkat.

Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995


menunjukkan bahwa tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor 3
setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada
semua golongan usia dan nomor I dari golongan infeksi. Antara tahun
1979-1982 telah dilakukan survey prevalensi di 15 propinsi dengan hasil
200-400 penderita tiap 100.000 penduduk.Di perkirakan setiap tahun
450.000 kasus baru TB dimana sekitar 1/3 penderita terdapat disekitar
puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit/klinik pemerintah dan
swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangku unit pelayanan
kesehatan. Sedangkan kematian karena TB diperkirakan 175.000 per
tahun.

Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja


produktif, penderita TB kebanyakan dari kelompok sosio ekonomi rendah.
Dari 1995-1998, cakupan penderita TB Paru dengan strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy) atau
pengawasan langsung menelan obat jangka pendek/setiap hari baru
mencapai 36% dengan angka kesembuhan 87%. Sebelum strategi DOTS
(1969-1994) cakupannya sebesar 56% dengan angka kesembuhan yang
dapat dicapai hanya 40-60%. Karena pengobatan yang tidak teratur dan
kombinasi obat yang tidak cukup di masa lalu kemungkinan telah timbul
kekebalan kuman TB terhadap OAT (obat anti tuberkulosis) secara meluas
atau multi drug resistance (MDR).

Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama

dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun

yang sudah maju. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab

kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran

napas akut termasuk pneumonia dan influenza.

2
B. ULASAN KASUS

1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny.T
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Usia : 32 tahun
d. Alamat : Jingkang 7/8 Ajibarang
e. Ruang Perawatan/Kelas : Anggrek C10
f. Tanggal MRS : 08.02.2015
g. No. Register : 733115
h. Diagnosa Masuk : PPI Scundigravida suspek TB
2. Data Subyektif
a. Riwayat personal
Sosial ekonomi : Rp: 1.000,000
b. Riwayat Penyakit
 Sekarang
Nyeri saat menelan, suara serak, asupan makan kurang, mual
muntah, batuk berdahak, dan sesak napas
 Dahulu
Batuk lama
c. Riwayat Gizi
 Sekarang
Pasien mendapatkan diet dari rumah sakit berupa bubur diet
TKTP. Nafsu makan pasien saat ini kurang karena nyeri saat
menelan. Hasil Recall 24 jam menunjukan asupan makan kurang,
yaitu:
E= 394,6196 kkal (18,22%)

P= 23,626 gram (29,10%)

L= 23,561 gram (39,18 %)

KH= 25,65 gram (7,90%)

3
 Dahulu (pola makan 3 bulan terakhir)
1. Pola makan teratur 3x/hari, dengan susunan hidangan
makanan pokok tahu/tempe, dan sayur.
2. Makanan pokok yang sering dikonsumsi adalah nasi 3x/hari
@1centong, (100gr).
3. Kentang 5x/minggu @1 buah, (75 gr).

4. Lauk hewani telur ayam 1x/minggu @1 butir, (55gr).


5. Lauk nabati tahu dikonsumsi 1x/hari @ 1 Potong,(50gr).
6. Sayuran biasanya mengkonsumsi bayam, wortel daun
singkong, @ 1 Gelas, (100gr).
7. Setiap hari mengkonsumsi susu lactamil 2x/hari @3 Sdm ½
gelas, (30 gr).
C. Terapi obat yang diberikan
Tabel 1.Terapi obat yang diberikan
Nama Obat Indikasi Kontarindikasi
vestein Mukolitik untuk Gangguan hati berat,
gangguan saluran hipertiroid, gastritis,
napas. glaukoma.
cefixime Cefixime diindikasikan Reaksi hipersensitivitas
untuk pengobatan yang seperti syok.
infeksi yang disebabkan
oleh mikroorganisme.
Ketrolax Ketorolac adalah obat ketorolac
anti inflamasi tromethamine dikontra
nonsteroid (NSAID). indikasikan untuk
Indikasi penggunaan pasien dengan riwayat
ketorolac adalah untuk gagal ginjal, riwayat
inflamasi akut dalam atau sedang menderita
jangka waktu ulcerasi peptic, angka
penggunaan maksimal trombosit yang rendah.
Pamol selama 5 hari.
Meringankan sakit

4
atau nyeri, sakit
kepala, sakit gigi,
sesudah pencabutan
gigi, nyeri pada otot
dan menurunkan
demam.

3. Data Obyektif
a. Antropometri (Tanggal 09-2-2015)
BB = 35 kg

TB = 149 cm

BB 35 35
IMT = TB2 = 1,46 = = 16,41 (Gizi kurang)
¿ ¿ 2,1316
¿ ¿

b. Biokimia/ Laboratorium
Tabel 2. pemeriksaan Nilai Laboratorium
Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Laboratorium Keterangan
Tgl 09-2-2015
LYM 1.09-2.99 .733 13,1 L
HCT 34,3% 37,7-53,7 L

5
c. Fisik/ Klinis
Tabel 3. Pemeriksaan fisik klinis
Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Ket
09 februari 201
TD 120/80 120/70 (N)
N 60-100 x/menit 20x/menit (N)
RR 14-20 x/menit 30x/menit (H)
Suhu ≤ 37 36,2 0C (N)
Batuk - + -
Sulit menelan - + -
Mual - + -

6
BAB II

NUTRITIONAL CARE PROCESS (NCP)/

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)

A. Analisa Masalah
Masalah yang dialami pasien pada tanggal 09 februari adalah:
1. PPI sekundigravida, susp TB.
2. Nilai LYM rendah yaitu .733 13.1% menandakan adanya sel darah
putih yang rendah.
3. Asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat rendah.
Asupan makanan pasien yang rendah disebabkan karena nafsu makan
pasien kurang dikarenakan sulit menelan dan kalau makan selalu
muntah.
B. Daftar Masalah

1. Masalah Gizi

a. Peningkatan kebutuhan energi dan protein berkaitan dengan tumbuh


kembang janin disertai penyakit infeksi ditandai dengan kehamilan
36 minggu dan suspek TB. (NI 5.1)
b. Asupan makanan peroral yang tidak adekuat berkaitan dengan
kesulitan saat menelan ditandai dengan hasil recall Energi kal
(18,22%) defisit berat, Protein (29,10%) defisit berat, lemak
(32,65%) defisit berat, KH (8,62%) dfisit berat. (NI 2.1)
2. Masalah Medis

a. Ppi Scundigravida

b. Suspek TB

7
D. Intervensi
a. Terapi Diet

Tujuan diet TKTP

a. Memenuhi kebutuhan energi dan zat-zat gizi lain.


b. Memper cepat proses penyembuhan pasien.
c. Meningkatkan status gizi.

Syarat diet TKTP

a. Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan


b. Protein tinggi yaitu 15 % dari energi.
c. Lemak cukup, 30% dari total energi.
d. Karbohidrat sebagai sisa perhitungan protein dan lemak.
e. Porsi makan kecil dan sering.
f. Makanan bervariasi mengikuti pola gizi seimbang.
g. Bentuk makanan disesuaikan dengan makanan pasien.

Frekuensi makan :

a. 3x makanan utama
b. 2x makanan selingan
c. 3x susu Full cream

Bentuk makanan : Lunak /Bubur extra susu 3x kali

Cara pemberian: Diberikan secara bertahap

Kebutuhan energi dan zat gizi:

Kebutuhan kalori

BEE (energi basal)

= 655 + (9,6xBB)+(1,8xTB)-(4,7xU)

8
= 655 + (9,6x35)+(1,8x146)-(4,7x32)

= 655 + 336 + 262,8 – 150,4

= 1103,4

TEE (kebutuhan energi total)

= BEE x faktor stress x faktor aktivitas+kalori

= 1103,4 x 1,3 x 1,3 +300

= 2164,746 kalori

Protein

=15% x total energi

=15% 2164,74/4

=81,177 gram

Lemak

= 30% total energi

= 30% x 2164,74/9

=72,158 gram

Karbohidrat

=55% total energi

=55% x 2164,74/ 4

=297,65175 gram

Cara pemesanan diet : BB TKTP Extra Susu full cream

3.Terapi Edukasi
Tujuan : Agar pasien dan keluarganya:

9
a. Mengerti bahan makanan yang banyak mengandung energi dan
protein.
b. Mengerti pola menu seimbang sehingga konsumsi lauk hewani, sayur,
dan buah dikonsumsi secara seimbang.
c. Motivasi pasien untuk menaikan asupan makan.
d. Motivasi keluarga untuk mendampingi pasien dalam menjalankan
dietnya.
Sasaran : Pasien dan keluarga

Waktu : 15 menit

Tempat : Ruang Melati kamar C1

Metode : Konsultasi dan tanya jawab

Alat bantu : Standar diet jumlah makanan yang disajikan dan leaflet

Materi :

a. Diet tinggi kalori tinggi protein


b. Pentingnya protein, vitamin dan mineral untuk penyembuhan.
c. Motivasi pasien dan keluarga, agar pasien menghabiskan makanan
yang disajikan.

E. Rencana Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi yang akan dilakukan meliputi:

1. Monitoring Konsumsi Energi dan Zat Gizi


Data dietary yang akan dimonitor adalah asupan oral/ hari yang
meliputi asupan energi, protein, lemak, karbohidrat.

2. Antropometri
Pengukuran antropometri yang dilakukan adalah dengan mengunakan
BB (Berat Badan ) dan TB (Tinggi Badan) pada akhir pengamatan.

10
3. Fisik/klinis
Data fisik/ klinis yang akan dimonitor adalah kondisi umum/ hari;
vital sign/ hari yang meliputi tekanan darah, nadi, suhu, keadaan sulit
menelan.

4. Biokimia
Data laboratorium yang akan di monitor adalah profil darah lengkap
yang meliputi: Lymposit, Hematokrit.

5. Edukasi
Monitoring dan evaluasi pada edukasi yaitu melihat asupan makan
yang diberikan dan kepatuhan pasien dalam menjalankan diet yang
diberikan.

11
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ppi Scundigravida (Partus Prematurus Imminens, Hamil Anak Ke 2)


1. Pengertian
Partus prematurus immenens adalah pendarahan pada usia
kehamilan antara 20-37 minggu dan di ikuti serviks yang progresip atau
penipisan serviks kurang dari 37 minggu usia generasi.

2. Etiologi dan Faktor Risiko


Partus prematurus dapat disebabkan oleh banyak faktor penyebab,
namun demikian penyebab pastinya masih belum diketahui secara jelas.
Adapun yang dapat merupakan faktor predisposisi adalah stres psiologis
dan kerja berat pada ibu, sosial ekonomi kurang, infeksi cairan aminol,
perdarahan plasental, merokok nutrisi kurang, peningkatan berat badan
selama hamil yang rendah, obat-obatan alkohol, tinggi badan ibu yang
pendek, ketuban pecah dini seggama, pemasangan kateter, umur, ras dan
genetik (kulit putih golongan darah B dan AB), faktos sistemik (diabetes
melitus, gout, penyakit: sikle cell”, penyakit ginjal kistik), infeksi (traktus
urogenitalis), anatomi bentuk uterus, distensi uterus yang berlebihan
(gemeli, hidramnion), iritasi pada uterus (trauma, pembedahan, solusio
plasenta dan infeksi saluran kemih).(kusnawara, 2001).

3. Patogenesis
a. Aktivasi aksis hypothalamic–pituitary–adrenal (HPA) janin atau ibu
1.) proses yang paling penting, yang menghubungkan stres dan
kelahiran preterm ialah neuroendokrin, yang menyebabkan aktivasi
prematur aksis HPA. Proses ini dimediasi oleh
corticotrophinreleasing hormone (CRH) plasenta.
2.) CRH plasenta, dapat menstimulasi janin untuk mensekresi kortisol
dan dehydroepiandrosterone synthase (DHEA-S) (melalui aktivasi

12
aksis HPA janin) dan menstimulasi plasenta untuk mensintesis
estriol dan prostaglandin, sehingga mempercepat PPI.

b. Fktor resiko
a. Kehamilan multiple
b. Polihidramnion
c. Anomali uterus
d. Dilatasi serviks > 2 cm pada kehamilan 32 minggu
e. Riwayat abortus 2 kali atau lebih pada trimester kedua
f.   Riwayat PPI sebelumnya
g. Riwayat menjalani prosedur operasi pada serviks (cone biopsy,
loop electrosurgical excision procedure)
h. Penggunaan cocaine atau amphetamine
i. Serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32
minggu
j. Operasi besar pada abdomen setelah trimester pertama.
k. Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu
l. Riwayat pielonefritis
m. Riwayat abortus satu kali pada trimester kedua
n. Riwayat abortus >2 kali pada trimester pertama.

A. Susp TB
1. Pengertian
Tuberculosis (TB) adalah penyakit akibat kuman mycobakterium
tuberkulosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh
dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi
infeksi primer (Arif Mansyur, 2000). Tuberculosis paru merupakan
penyakit infeksi saluran napas bagian bawah yang menyerang jaringan
paru atau atau parenkim paru oleh basil mycobakterium tuberculosis.
Tb dapat mengenai hampir semua organ tubuh (meningen, ginjal,
tulang, dan nodus limfe, dll).

13
2. Diagnosa dan penemuan penderita penyakit TB Paru
Salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah di
masyarakat sampai saat ini adalah tuberkulosis (TBC) atau yang lebih
dikenal dengan TB Paru. Penyakit TB Paru di Indonesia merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan
penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia, dan nomor
satu dari golongan penyakit infeksi. Tahun 1999 WHO memperkirakan
setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TB Paru, dengan kematian
sekitar 140.000. Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk
Indonesia terdapat 130 penderita baru TB Paru BTA positif (Depkes
RI, 2002). Bahkan karena jumlahnya yang cukup besar, Indonesia
menempati urutan ketiga di dunia dalam hal penderita TB Paru setelah
India dan China (Achmadi, 2005).
Laporan WHO tahun 1999 menyatakan bahwa Penyakit TB Paru
masih menjadi masalah dunia karena  menginfeksi sepertiga penduduk
dunia, dan cenderung meningkat terus. Di Indonesia diperkirakan
setiap 100.000 penduduk terdapat 130 penderita baru BTA positif.
Departemen Kesehatan telah menetapkan kebijakan nasional tujuan
jangka pendek program penanggulangan TB Paru  yaitu penemuan
penderita pada tahun 2005 dapat mencapai 70% dari perkiraan semua
penderita baru BTA Positif  (Depkes.RI, 2000).
Penyebab  Penyakit TB Paru adalah Kuman Mycobacterium
Tuberculosis. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat kkhusus
tahan terhadap asam pada pewarnaan. Kuman TB dapat mati
dengansinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa
jam ditempat yang gelapdan lembab. Dalam jaringan tubuh jaringan
ini  Dormant atau tertidur lama selama beberapa tahun.

3. Syarat Diet Pada Penderita TBC (TUBERCOLOSIS)


Tubercolosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
mikrobakterium tubercolosis. Tuberkolosis dapat menyerang paru-
paru, tulang dan persendian, otak dan selaput otak, namun yang paling

14
sering diserang adalah paru-paru. Tuberkolosis merupakan penyakit
menahun dengan gejala klinis yang tidak jelas. Penderita TBC
umumnya mengalami lemas, anoreksia, dan berat badan menurun.
TBC menyerang saat kekebalan tubuh seseorang sedang berkurang,
misalnya setelah menderita campak, mengidap diabetes melitus, atau
sebagai infeksi sekunder pada HIV/AIDS.

Tujuan diet pada penderita TBC adalah memberikan asupan


makanan yang cukup untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan status
gizi penderita.

Syarat dietnya :

1. Energi yang diberikan lebih tinggi dari normal dengan faktor injuri
1,3-1,4.
2. Protein diberikan dengan rasio kalori : nitrogen 150 : 1, atau
minimal 15% dari total kebutuhan energi sehari.
3. Lemak diberikan 30% dari total kebutuhan energi sehari.
4. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa tergantung daya
terima penderita, mudah dicerna dan frekuensinya sering.
5. Waktu pemberian obat ditentukan oleh jenis obat yang diberikan.
6. Cukup cairan dan zat gizi lain.
7. Umumnya penderita memerlukan tambahan suplemen dan vitamin.

4. Makanan  Sebagai Pendukung Kesembuhan TB Paru


a. Penyakit Tuberkulosis Paru
Penyakit tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang
menyerang paru-paru, disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis.
Cara penularan penyakit ini dapat  melalui dahak penderita yang
mengandung bakteri tuberkulosis paru. Pada saat batuk,
Mycobacterium Tuberculosis beterbangan diudara dan terhisap oleh
orang yang sehat dan masuk kedalam parunya yang kemudian
menyebabkan penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru). Mycobacterium

15
Tuberculosis merupakan bakteri yang dapat tahan hidup diudara
kering maupun dalam keadaan dingin.

Pada penderita Tuberkulosis Paru dapat memperlihatkan tanda-


tanda seperti batuk berdahak lebih dari dua minggu,batuk
mengeluarkan darah atau pernah mengeluarkan darah, dada terasa
sakit atau nyeri dan terasa sesak pada waktu bernafas.  Kepekaan
untuk terinfeksi penyakit ini adalah semua penduduk, tidak ada
perbedaan antara aki-laki dan perempuan, tua muda, bayi dan balita. 
Jika terdapat tanda-tanda tersebut padaseseorang, segeralah untuk
diperiksa ke dokter.

b. Gizi Untuk Penderita TB Paru


Penatalaksanaan pasien TB Paru, melibatkan beberapa hal yaitu
istirahat yang cukup, terapi obat anti tuberkulosis dan asupan makanan
yang adekuat (cukup).  Kesatuan penatalaksanaan tersebut saling
mendukung satu sama lain untuk mencapai kesembuhan pasien TB
Paru.
Gizi (makanan yang berhubungan dengan kesehatan optimal)
merupakan salah satu faktor pendukung bagi kesembuhan penyakit
infeksi seperti TB paru. Gizi yang seimbang dapat terpenuhi dengan
menu makanan padat gizi. Gizi seimbang mencakup makanan adekuat
(cukup) yang harus di konsumsi tubuh  yaitu makanan yang
mengandung unsur karbohidrat (nasi, umbi-umbian, tepung, roti),
protein (protein hewani: telur, ikan, daging, susu. Protein Nabati :
tahu, tempe, kacang-kacangan), lemak (minyak, mentega/margarin) ,
vitamin dan mineral (sayuran dan buah) serta air.

c. Hal-Hal yang perlu diperhatikan penderita TB Paru


1. Perhatikan kebersihan   makanan yang dikonsumsi.
2. Masaklah dengan sempurna makanan yang anda masak, sebaiknya
makanan disimpan dalam keadaan tertutup dan cucilah tangan
sebelum makan.

16
3. Cukup mengkonsumsi sayuran dan buah.  Namun, hindari buah
asam dan menimbulkan gas : kedondong, nanas, durian, nangka.
4. Konsumsi makanan yang mengandung tinggi protein (telur, susu,
daging ayam, daging sapi, serta penambahan protein nabati) untuk
mengganti selel yang rusak.
5. Penambahan Kalori (Energi) dan Proteinilakukan dengan
memberikan penambahan lauk hewani dan nabati.
6. OAT (Obat Anti Tuberkulosis) diminum dalam keadaan perut
kosong (berkaitan dengan makanan telah dimetabolisme kurang
lebih 2 jam sesudah makan).
7. Tidak ada pantangan / larangan khusus penderita TB paru terhadap
makanan kecuali penderita TB paru yang disertai dengan penyakit
lain (kencing manis (Diabetes Mellitus),Penyakit hati dan lainain).
Pada keadaan ini segera konsultasi gizi.
8. Pada penderita TB Paru yang menyusui, ASI tetap diberikan
kepada bayinya dengan memakai masker/penutup mulut.
9. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lainnya berkaitan dengan penyembuhan TB Paru.

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Monitoring dan Evaluasi Konsumsi Energi dan Zat Gizi


Monitoring dan evaluasi pasien dilakukan pada tanggal 10 Februari
sampai dengan 12 Februari 2015. Asupan makanan pasien yang di
monitor meliputi asupan oral dari dalam dan luar rumah sakit. Data
asupan makanan didapatkan melalui metode pengamatan dan wawancara
dengan food weghing. Asupan makanan kemudian dianalisis dengan
menggunakan nutrisurvey dan dibandingkan dengan kebutuhan pasien.
Diet yang diberikan kepada pasien selama monitoring adalah:

Tabel 4. Diet Pasien Selama Monitoring

Tanggal Bentuk Makanan Jenis Diet


(Februari 2015)
10 februari 2015 Bubur Lauk Cincang Extra Susu Peptisol 3x TKTP
11 februari 2015 Bubur Lauk Cincang Extra Full Cream 3x TKTP
12 februari 2015 Bubur Lauk Cincang Extra Full Cream JF 1x TKTP

Penentuan tingkat konsumsi energi dan zat gizi (protein, lemak,


karbohidrat) didasarkan pada kriteria Departemen Kesehatan RI (1990), yaitu
sebagai berikut :

Tabel 5. Kriteria Tingkat Konsumsi

Kriteria Nilai
Di atas normal ≥ 120 %
Normal 90 – 119 %
Defisit Tingkat Ringan 80 – 89 %
Defisit Tingkat Sedang 70 – 79 %
Defisit Tingkat Berat < 70 %
Tingkat konsumsi pasien selama monitoring dapat dilihat pada tabel 5.

18
Tabel 6. Tingkat Konsumsi Pasien Selama Monitoring

Hari ke (Februari 2015)


Hari ke 1 Ket Hari ke 2 Ket hari ke 3 Ket
Zat Gizi
10.02.2015 11.02.2015 12.02.201
5
Energi 43,70% Def. Tingkat Berat 68,12% Def. Tingkat 21,68% Def. Tingkat
Berat Berat
Protein 48,33% Def. Tingkat Berat 71,10% Def. Tingkat 20,19% Def. Tingkat
Sedang Berat
Lemak 62,92% Def. Tingkat Sedang 74,20% Def. Tingkat 18,28% Def. Tingkat
Ringan Berat
Karbohidrat 40,96% Def. Tingkat Berat 65,57% Def. Tingkat 24,22% Def. Tingkat
Berat Berat
1. Asupan Energi
Kebutuhan energi ditentukan berdasarkan perhitungan Harris
Benedict dengan memperhitungkan faktor stress dan faktor aktivitas. dan
pertambahan 300 kkal Energi diberikan untuk ibu hamil diupayakan untuk
mencegah penggunaan cadangan protein sebagai sumber energi. Jumlah
kalori yang dibutuhkan, yang diberikan dan yang dikonsumsi dapat dilihat
pada tabel 6

Tabel 7. Jumlah Energi yang Dibutuhkan, yang Diberikan dan yang Dikonsumsi
Kebutuhan Pemberian Asupan Keterangan
(Kal) (Kal) (Kal)
10-11 Hari ke 1 100% 2204,267 (101,82%) 946,0429 (43,70%) Def. Tingkat Berat

11-12 Hari ke 2 100% 1803,872 (83,32%) 1474,728 (68,12%) Def. Tingkat Berat

12-13 Hari ke 3 100% 1955,804 (90,34%) 469,516 (21,68%) Def. Tingkat Berat

19
120% 101.82%
100% 100% 100%
90.34%
100% 83.32%
80% 68.12%
Kebutuhan (Kal)
60% 43.70% Pemberian (Kal)
40% 21.68% Asupan (Kal)
20%
0%
10-11 Hari ke 1 11-12 Hari ke 2 12-13 Hari ke 3

Gambar 1. Tingkat Konsumsi Energi Terhadap Kebutuhan

Berdasarkan tabel 7. dan gambar .1, dapat diketahui bahwa makanan


rumah sakit telah menyediakan 101% (Normal) dari kebutuhan energi total
pada hari pertama dan pada hari kedua 83% (defisit ringan) dan hari ketiga
90% (Normal).

Tingkat asupan energi pasien dikategorikan defisit tingkat berat


(<70%) pada hari pertama dan defisit berat (43 %) pada hari kedua defisit
berat (68%) dan pada hari ketiga defisit berat (21%). Asupan energi kurang
disebabkan karena adanya sulit saat menelan dan mual, sehingga pasien
tidak nafsu makan. Asupan energi pasien yang defisit dapat menyababkan
tujuan diet yang diberikan tidak tercapai yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan
energi dan zat gizi yang dapat mengakibatkan menurunnya status gizi.
Selain itu dampak yang dapat terjadi jika asupan makan kurang adalah
penyembuhan pasien terhambat.

2. Asupan Protein
Kebutuhan protein tinggi yaitu 15 % hari. Selain itu protein tinggi
diperlukan sebagai cadangan untuk memperbaiki dan membentuk jaringan
kembali untuk meningkatkan sisteim imunitas tubuh. Jumlah protein yang
dibutuhkan, yang diberikan dan yang dikonsumsi dapat dilihat pada tabel 8.

20
Tabel 8. Jumlah Protein yang Dibutuhkan, yang Diberikan dan yang Dikonsumsi

Kebutuhan Pemberian Asupan (gram) Keterangan


(gram) (gram)
10-11 Hari 1 100% 108,697 (133,9132%) 39,23 (48,33 %) Def. Tingkat Berat

11-12 Hari 2 100% 65,30 (80,45%) 57,71 (71,20 %) Def. Tingkat Sedang

12-13 Hari 3 100% 77,999 (96,34%) 16,39 (20,204%) Def. Tingkat Berat

1.339132
140%
120% 1 1 1
0.9634
100% 0.8045
0.712
80% Kebutuhan (gram)
0.4833
60% Pemberian (gram)
40% 0.20204 Asupan (gram)
20%
0%
10-11 11-12 12-13
Hari 1 Hari 2 Hari 3

Gambar 2. Tingkat Konsumsi Protein Terhadap Kebutuhan

Berdasarkan tabel 8. dan gambar 2, dapat diketahui bahwa makanan


rumah sakit telah menyediakan 133% (diatas kebutuhan) dari kebutuhan
energi total pada hari pertama, hari kedua 80% (defisit ringan) dari
kebutuhan, sedangkan untuk hari ketiga 96% (normal) dari energi total.

Tingkat asupan protein pasien dikategorikan defisit tingkat berat


(<70%) pada hari pertama dan defisit berat (48 %) pada hari defisit berat
hari ke kedua Asupan protein pasien defisit sedang (71%) sedangkan untuk
hari ketiga defisit berat (20%) yang defisit dapat menyababkan terjadinya
pemecahan protein yang digunakan untuk pembentukan jaringan yang rusak
sehingga massa otot berkurang dan pada akhirnya terjadi malnutrisi.

3. Asupan Lemak
Kebutuhan lemak dihitung sedang sebesar 25% dari kebutuhan energi
total. Jumlah lemak yang dibutuhkan, yang diberikan dan yang dikonsumsi
dapat dilihat pada tabel 8.

21
Tabel 9. Jumlah Lemak yang Dibutuhkan, yang Diberikan dan yang Dikonsumsi
Kebutuhan Pemberian Asupan (gram) Keterangan
(gram) (gram)
10-11 Hari 1 100% 70,58 (97,82 %) 45,40 (62,92%) Def. Tingkat
Sedang
11-12 Hari 2 100% 162,15 (86,37%) 53,54 (74,20%) Def. Tingkat Ringan

12-13 Hari 3 100% 64,914 (89,96%) 13,19 (18,28%) Def. Tingkat berat

117.38%
120% 103.65% 107.95%
100% 100% 100%
100% 89.04%
75.51%
80%
Kebutuhan (gram)
60% Pemberian (gram)
Asupan (gram)
40%
21.93%
20%

0%
10-11 Hari 1 11-12 Hari 2 12-13 Hari 3

Gambar 3. Tingkat Konsumsi Lemak Terhadap Kebutuhan

Berdasarkan tabel 9 dan gambar 3, dapat diketahui bahwa makanan rumah


sakit telah menyediakan 117% (normal) dari kebutuhan energi total pada hari
pertama, dan hari kedua hanya 103% (normal) dan hari ketiga 107% (Normal) dari
kebutuhan energi total. Tingkat asupan lemak pasien dikategorikan defisit tingkat
berat (<70%) pada hari pertama,kedua dan pada hari ketiga.

Tingkat asupan lemak pasien dikategorikan defisit tingkat berat (<70%) pada
hari pertama dan defisit sedang (75 %) pada hari kedua. Asupan protein pasien
defisit sedang (89%) sedangkan untuk hari ketiga defisit berat (21%) yang defisit
dapat menyababkan terjadinya pemecahan protein yang digunakan untuk
pembentukan jaringan yang rusak sehingga massa otot berkurang dan pada akhirnya
terjadi malnutrisi.

22
Asupan lemak pasien yang defisit dapat menyababkan sumbangan energi dari
lemak kurang sehingga dapat mengakibatkan menurunnya status gizi dalam jangka
waktu lamak

4. Asupan Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat dihitung berdasarkan sisa dari perhitungan protein
dan lemak. Jumlah protein yang diberikan adalah 81,17 gram (15 % total energi) dan
lemak 60,13 gram (25% total energi), sehingga karbohidrat yang diberikan adalah
60% (324,66 gram karbohidrat). Jumlah karbohidrat yang dibutuhkan, yang
diberikan dan yang dikonsumsi dapat dilihat pada tabel 10

Tabel 10.Jumlah Karbohidrat yang Dibutuhkan, yang Diberikan dan yang


Dikonsumsi

Kebutuhan Pemberian Asupan (gram) Keterangan


(gram) (gram)
10-11 Hari 1 100% 287,9153 (96,72%) 121,94 (40,96%) Def. Tingkat Berat

11-12 Hari 2 100% 253,6887 (85,23%) 195,19 (65,57%) Def. Tingkat Berat

12-13 Hari 3 100% 274,765 (92,31%) 72,11 (24,22%) Def. Tingkat Berat

100% 100% 100%


100% 88.66% 84.61%
90% 78.12%
80%
70% 60.11%
60% Kebutuhan (gram)
50% 37.55% Pemberian (gram)
40% 22.20% Asupan (gram)
30%
20%
10%
0%
10-11 Hari 1 11-12 Hari 2 12-13 Hari 3

Gambar 4. Tingkat Konsumsi Karbohidrat Terhadap Kebutuhan

Berdasarkan tabel 10. dan gambar 4, dapat diketahui bahwa makanan rumah
sakit telah menyediakan karbohidrat 88% (defisit sedang) dari kebutuhan energi

23
total. Tingkat asupan karbohidrat pasien dikategorikan defisit sedang (88 %) pada
hari pertama dikategorikan defisit sedang (78%) pad hari kedua dikategorikan defisi
sedang dan hari ketiga (84% ) defisit ringan.

Asupan karbohidrat pasien yang defisit dapat menyababkan sumbangan energi


dari karbohidrat kurang sehingga dapat mengakibatkan menurunnya status gizi dalam
jangka waktu lama.

B. Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Antropometri


Pengukuran antropometri yang dilakukan pada awal pengambilan data dasar
adalah Berat badan dan tinggi badan. Berdasarkan indikator BB/TB diketahui bahwa IMT
pasien adalah 16,41 status gizi kurang.

Pada kegiatan monitoring dan evaluasi, pengukuran antropometri


menggunakan BB (Berat Badan), TB (Tinggi Badan). Karena pasien masih bisa
berdiri.

C. Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Fisik/Klinis


Monitoring dan evaluasi pemeriksaan fisik/ klinis dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11 Perubahan Tanda Fisik/ Klinis yang Terjadi Selama Pengamatan

Hasil pemeriksaan
Pemeriksaan
09 10
TD 120/70 mmHg 120/80 mmHg
N 24x/menit 50x/menit
RR - 20x

Selama monitoring dan evaluasi selain pemeriksaan fisik yang dimonitoring


yaitu sakit saat menelan sesak dan batuk. Pada awal pengamatan pasien mengeluh
sakit pada saat menelan sesak dan batuk. Pada tanggal 09 februari sakit pada saat
menelan dan batuk masih ada namun, pada tanggal 10 februari masih sakit pada saat
menelan dan suara serak, pada tanggal 11 februari sakit pada saat menelan masih

24
sakit dan suara sudah membaik gak serak lagi pada tanggal 12 februari sakit menelan
sudah agak mendingan batuk asih ada.

D. Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Biokimia/ Laboratorium


Monitoring dan evaluasi pemeriksaan biokimia/ laboratorim tidak dilakukan
dikarenakan tidak adanya pemeriksaan laboratorium ulang.

E. Monitoring dan Evaluasi terapi edukasi


Monitoring dan evaluasi pada edukasi yaitu menanyakan kembali materi yang
diberikan dan kepatuhan pasien dalam menjalankan dietnya. Berdasarkan beberapa
pertanyaan pasien sebagian mengerti makanan yang mengandung tinggi protein.

25
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Diagnosa medis pasien adalah ppi sekundigravida, susp tb paru.
2. Diagnosa gizi pasien adalah:
 Peningkatan kebutuhan energi dan protein berkaitan dengan tumbuh
kembang janin ditandai dengan kehamilan 36 minggu dan suspek TB.
(NI 5.1)
 Perubahan hasil lab berkaitan dengan penumpukan hasil sel darah putih
ditandai dengan Lym .733 (L) Hct 34,3 (L).( NI.1.2)
 Asupan makanan peroral yang tidak adekuat berkaitan dengan faktor
fisiologis ditandai dengan hasil recall Energi kal (18,22%) defisit berat,
Protein (29,10%) defisit berat, lemak (39,18%) defisit berat, KH
(7,90%) dfisit berat. (NI 2.1)
3. Intervensi yang diberikan hari pertama adalah diet BB TKTP Ex Susu
peptisol 3x kali.hari ke dua diberikan BB TKTP ex susu full cream 3x,
pemberian hari ke 3 adalah diet BB TKTP, JF
4. Asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat pasien termasuk kategori
defisit pada hari pertama, hari kedua dan hari ketiga. Hal ini terjadi karena
nafsu makan pasien kurang disebabkan sakit saat menelan, mual, dan ada
batuk. Pengukuran antropometri BB(Berat Badan) dan TB (Tinggi Badan)
pasien hanya diukur pada awal dan akhir pengamatan karena untuk
melihat asupan pasien.
5. Pada awal pengamatan pasien mengeluh sakit saat menelan , dan batuk.
Pada tanggal 10 februari masih sakit saat menelan, batuk masih ada
namun, pada tanggal 11 februari sakit saat menelan dan batuk masih
terasa tanggal 12 sakit menelan sudah mendingan batuk masih ada.
6. Pemeriksaan biokimia tidak dilakukan dikarenakan tidak ada pemeriksaan
ulang.

26
7. Monitoring dan evaluasi pada edukasi yaitu menanyakan kembali materi
yang diberikan dan kepatuhan pasien dalam menjalankan dietnya.
Berdasarkan beberapa pertanyaan pasien sebagian mengerti makanan yang
mengandung tinggi protein.

B. Saran
1. Setelah pasien pulang, dianjurkan merubah pola makan sebelumnya
dengan mengkonsumsi makanan secara seimbang, lauk hewani sebagai
sumber protein, mengkonsumsi sayur dan buah secara teratur sebagai
sumber vitamin, mineral, dan menambah minum susu untuk
menambahkan energi.
2. Setelah pasien pulang sebaiknya pasien beristirahat yang cukup, tidak
bekerja terlalu keras, dan hindari stres.

27
Daftar Pustaka

Arbiansa, 2013, faktor Resiko Tb paru Tersedia[online] http://coass-


kita.blogspot.com/2013/03/resiko.Tb Paru.html

Mansyur, Arif 2000 pengertian TB paru Tersedia [Online]http://coass-


kita.blogspot.com/2013/03/partus-prematurus-imminent.html

Kusnawara,Yanto,2001. Etiologi dan Faktor Resiko Tesis.Setudi Observasi dan


Genologi Fakultas Kedokteran Universitas di Ponogoro Semarang.

Supandi, 1992.patogenesis TB paru Tersedia[Online] http://idai.or.id/public-


articles/klinikpatologi /tbparunilai.html

widyasari,wahyuni,2014.faktor resiko terjadinya parkus prematurus iminens (ppi)


Tersedia [online] http://id.scribd.com/doc/100196006/partus-prematur-
iminens#scribd

Anonim,2014. Diagnosa dan penemuan penderita penyakit TB Paru


http://www.indonesian-publichealth.com/2013/06/diagnosa-penyakit-tb-
paru.html

Hamid Herlina, S. Gz.2015. Makanan  Sebagai Pendukung Kesembuhan TB Paru


http://rotinsuluhospital.org/berita-16-makanan--sebagai-pendukung-
kesembuhan-tb-paru.html

Anonim.2012.http://www.apotikantar.com/vestein_300_mg_kapsul

28

Anda mungkin juga menyukai