Anda di halaman 1dari 51

Kebijakan Nasional Kewaspadaan Dini dan

Respon Penyakit Potensial KLB


17 November 2022

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KEKARANTINAAN


KESEHATAN

DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN


PENGENDALIAN PENYAKIT
 Latar Belakang
 Kebijakan yang Mendasari Pengendalian dan
Penanggulangan Penyakit Potensial KLB dan Wabah di
TOPIK
Indonesia
 Strategi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit
Potensial KLB dan Wabah di Indonesia

2
 Latar Belakang
 Kebijakan yang Mendasari Pengendalian dan
Penanggulangan Penyakit Potensial KLB dan Wabah di
TOPIK
Indonesia
 Strategi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit
Potensial KLB dan Wabah di Indonesia

3
Penyakit menular Potensial KLB tidak mengenal batas
#1 administrasi; Mobilisasi manusia, hewan, barang,
sangat cepat menyebabkan transmisi penyakit antar
wilayah semakin cepat.

4
#3
#2
Perubahan Iklim
dapat berdampak
meningkatnya
penyakit infeksi dan
menimbulkan
dampak terhadap
kesehatan manusia
5
#3
Interaksi/ kontak antara
manusia dan hewan
yang semakin dekat dan
intens berpotensi
menimbulkan penyakit
zoonosis semakin besar

6
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKMMD)
Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)

• Kejadian yang mengancam kesehatan masyarakat & berpotensi menyebar global, serta membutuhkan
respon internasional yang terkoordinasi.
• Dapat disebabkan oleh agent biologi, kimia, radiasi
2019

2011 2014
Poliomeilits
Kebocoran Penyakit
Reaktor 2020
Virus Penyakit
Influenza A Nuklir
Poliomielitis Ebola Virus Zika
(H1N1)pd Penyakit
m09
Covid 19

2009 2014 2016


2022

Sebagian Besar KKMMD/PHEIC Adalah Penyakit Penyakit


Infeksi Emerging Monkeypox
 Latar Belakang
 Kebijakan yang Mendasari Pengendalian dan
Penanggulangan Penyakit Potensial KLB dan Wabah
TOPIK
di Indonesia
 Strategi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit
Potensial KLB dan Wabah di Indonesia

8
Komitmen Global dalam Menyikapi Meningkatnya Ancaman KKM

8 CORE
CAPACITIES BAHAYA
International • Kebijakan dan POTENSIAL
Health Legislasi • Biological
Regulation • Koordinasi • Infectious
(2005) • Surveillance • Zoonosis
• Respon • Food safety
• Kesiapsiagaan • Chemical
• Komunikasi Risiko • Radio nuclear
• SDM •Detect
• Laboratium
•Prevent
Percepatan
Implementasi •Respond
11 ACTION PACKAGES
• Antimicrobial Resistance
• Emerging Zoonotic Diseases
• National Biosafety & Biosecurity Systems
• Immunization
• National Laboratory Systems
Global • Real-time Biosurveillance
• Rapid Reporting
Health • Workforce
• Emergency Operations Centers
Security • Linking Public Health with Law and Komitmen
Agenda Multisectoral Rapid Response
• Medical Countermeasures and Personel Melaksanakan
Deployment IHR diperkuat 9
dengan GHSA
Instruksi Presiden nomor 4 Tahun 2019
Peningkatan Kemampuan dalam Mencegah, Mendeteksi, dan Merespons Wabah
Penyakit, Pandemi Global, dan
Kedaruratan Nuklir, Biologi, dan Kimia

INSTRUKSI PRESIDEN KOORDINASI


13 MENTERI
2 MENKO EVALUASI DAN
TEKNIS
RENCANA DAN PENYEMPURNAAN
ANGGARAN KEMAMPUAN ANGGARAN
PANGLIMA
KA POLRI
TNI PENGUATAN 1. PREVENT
KAPASITAS 2. DETECT
TEKNIS 3. RESPONSE
4 KEPALA BADAN
INTEGRASI MEKANISME
GUBERNUR SISTEM DARURAT

KERJASAMA: SWASTA,
BUPATI/ WALIKOTA PAKAR/ AKADEMISI, ORGANISASI
INTERNASIONAL, PROFESI
10
Dasar Hukum

UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana


Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 949/Menkes/SK/VIII/ 2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 658/MENKES/PER/VIII/2009 tentang Jejaring Laboratorium Diagnosis Penyakit
Infeksi New-Emerging dan Re-emerging
Peraturan Menteri kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 92 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Komunikasi Data Dalam Sistem
Informasi Kesehatan Terintegrasi
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1479/Menkes/SK/ X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Terpadu
Permendagri No 59 tahun 2022 tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal, Permenkes No 4 tahun 2019 tentang
Standar Teknis Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
11
Masing-masing unit
pelapor harus
melaporkan,
mengumpulkan dan
melakukan
pengolahan data
kesakitan dan
kematian penyakit
berpotensi KLB

12
 Latar Belakang
 Kebijakan yang Mendasari Pengendalian dan
Penanggulangan Penyakit Potensial KLB dan Wabah di
TOPIK
Indonesia
 Strategi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit
Potensial KLB dan Wabah di Indonesia

13
Strategi Pengendalian

Surveillance , Epidemiological Implement control strategies Evaluation


Infection Prevention & Control Investigation Coordination, Media outbreak
Health Promotion, Specimen Surveillance, laboratory management &
Collaboration human-animal Collection/shipment Social intervention Documentation
animal early warning Assess need and Case management, IPC
resources Physiological support
Interpret laboratory Ethical Issues
result Logistic
Take a decision Environment
Konsep Dasar Kewaspadaan Dini

Jika SKDR berjalan dengan baik maka KLB


dapat di minimalisir jumlah kasus dan luasnya 15
Deteksi Penyakit Potensial KLB
APLIKASI SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON
(24 PENYAKIT/GEJALA)

PENYAKIT NEW/RE PENYAKIT TARGET


PENYAKIT ENDEMIS ELIMINASI/ERDIKASI
EMERGING

TUJUAN : TUJUAN : TUJUAN :


DETEKSI DINI PENGAMATAN TREN SENSITIVITAS SURVEILANS

RESPON CEPAT
Penyakit Potensial KLB (PMK 1501/2010)

1. Kolera 10. Avian Influenza H5N1


2. Pes 11. Antraks
12. Leptospirosis
3. DBD
13. Hepatitis
4. Campak 14. Influenza A (H1N1)
5. Polio 15. Meningitis
6. Difteri 16. Yellow Fever
7. Pertusis 17. Chikungunya
8. Rabies
*Plus Penyakit lainnya yang
9. Malaria ditetapkan oleh Menteri

17
Strategi Penguatan Surveilans

• Peningkatan kemampuan deteksi


dini, verifikasi, investigasi, notifikasi,
dan respon
• Penguatan koordinasi dan jejaring
kerja

Pengembangan sistem
 Pencegahan
Penguatan Sumber Daya - Jml Kasus minimal
KLB, KKMMD
Sustainability - Jml Kematian minimal
 Pencegahan
Penguatan Jejaring - Daerah terjangkit
Perluasan
minimal
KLB, KKMMD
Penguatan Peraturan

Tanggung jawab:
STATUS
 Pemerintah Pusat
 Pemerintah Provinsi KESMAS
 Pemerintah Kab/Kota MENINGKAT
 Masyarakat
19
Prinsip Kerja Pengendalian KLB

Pencegahan Kewaspadaan Respon


Deteksi Respon
Data Faktor Risiko
Kejadian / EBS KLB & Emergensi
Kes. Mas

Inspeksi, screening Dukungan investigasi


Pengawasan Rutin
Informasi dan dan contingency
Sanitasi, alat angkut & muatan ,
verifikasi plans untuk pengendalian
vektor dan rodent

Risk Management Risk Assessment Event Management


20
Strategi Pengendalian KLB/Wabah

1. Penatalaksanaan kasus pada manusia


2. Perlindungan pada kelompok risiko tinggi
3. Surveilans Epidemiologi pada hewan dan manusia
4. Komunikasi risiko, edukasi, dan peningkatan kesadaran masyarakat
5. Penguatan dukungan peraturan
6. Peningkatan kapasitas
7. Penelitian kaji tindak
8. Monitoring dan evaluasi

21
Kegiatan Pengendalian dan Pemberantasan

a. Promosi kesehatan;
b. Surveilans kesehatan;
c. Pengendalian faktor risiko;
d. Penemuan kasus;
e. Penanganan kasus;
f. Pemberian kekebalan (imunisasi)
g. Pemberian obat pencegahan secara massal

22
Kebijakan Operasional Peningkatan Kualitas Surveilans

1. Peningkatan Mutu Data Dan


kemampuan surveilans Informasi
penyakit Epidemiologi
2. Peningkatan
kemampuan deteksi dini
Kualitas Sistem KLB dan respon KLB
Surveilans Sesuai dgn
Era Desentralisasi

Kualitas
Respon KLB

Profesionalisme
Memberdayakan
Tenaga Epidemiologi Sumber Daya Di
Semua Tingkatan
23
Provinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas

• Meningkatkan kapasitas untuk SKDR dan Event-based


surveilans di tingkat provinsi (34 provinsi)
• Meningkatkan kapasitas SDM dalam deteksi dan laporan
Memperkuat di provinsi, kabupaten/kota, dan Puskesmas
• Meningkatkan kemampuan SDM dalam manajemen di
Kapasitas provinsi, kabupaten/kota, dan Puskesmas
Inti
Rumah Sakit, Laboratorium

• Meningkatkan kapasitas untuk SKDR di laboratorium


dan rumah sakit
24
Provinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas

• Meningkatkan kapasitas untuk SKDR dan Event-based


surveilans di tingkat provinsi (34 provinsi)
• Meningkatkan kapasitas SDM dalam deteksi dan laporan
Penguatan di provinsi, kabupaten/kota, dan Puskesmas
• Meningkatkan kemampuan SDM dalam manajemen di
Kapasitas provinsi, kabupaten/kota, dan Puskesmas
Surveilans
Rumah Sakit, Laboratorium

• Meningkatkan kapasitas untuk SKDR di laboratorium


dan rumah sakit
25
P2P: Transformasi Sistem Kesehatan 2021-2024
5 RPJMN dan 6 Pilar Transformasi

Visi
Sejalan dengan visi Presiden untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, produktif, mandiri dan berkeadilan

Meningkatkan kesehatan Memperkuat sistem


Hasil ibu, anak, keluarga Mempercepat perbaikan Memperbaiki Gerakan Masyarakat kesehatan &
sistem berencana dan kesehatan gizi masyarakat pengendalian penyakit Hidup Sehat pengendalian obat dan
kesehatan reproduksi (GERMAS) makanan

1 Transformasi layanan primer 2 Transformasi layanan 3 Transformasi sistem ketahanan


rujukan kesehatan

Edukasi Pencegahan Pencegahan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Memperkuat


Kategori penduduk primer sekunder kapasitas dan akses dan ketahanan sektor ketahanan
program kapabilitas kualitas layanan farmasi & alat tanggap darurat
Mis., kampanye promosi Mis., Vaksinasi dan Mis., pemeriksaan
utama dan program edukasi Imunisasi, penyediaan kesehatan, tablet layanan primer sekunder & tersier kesehatan Mis., kesiapan tanggap
makanan sehat di penambah zat besi untuk
bencana kota, kesiapan
sekolah mengurangi anemia, Mis., Kedekatan fasilitas Mis., Kedekatan fasilitas Mis., Ketersediaan, akses,
rantai pasokan E2E,
pengelolaan penyakit kronis layanan primer dan layanan, kapasitas tempat kualitas, dan
rencana SDM, menjaga
berbasis masyarakat, tidur, kualitas keterjangkauan farmasi
kualitas layanan selama
kualitas layanan, jalur ke layanan/akreditasi rumah dan peralatan medis,
krisis
layanan sekunder sakit meningkatkan kapabilitas
R&D

Transformasi SDM
4 Transformasi sistem 5 6 Transformasi teknologi
Enabler pembiayaan kesehatan Kesehatan kesehatan
mendasar Menjamin transparansi dan efektivitas Mempercepat ketersediaan, kualitas Mempercepat adopsi teknologi dan solusi
pendanaan untuk sistem, dan akses yang dan distribusi SDM bidang kesehatan kesehatan digital, meningkatkan
adil bagi setiap segmen populasi lintas sistem kesehatan pengambilan keputusan berdasarkan
data

26
Renstra Kementerian Kesehatan 2022 – 2024
Dit. Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan – Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Terciptanya Manusia yang Sehat, Produktif, Mandiri, dan


Visi
Berkeadilan

Misi Meningkatkan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Tujuan Terciptanya Sistem Ketahanan Kesehatan yang Tangguh

Sasaran
Strategis
Menguatnya surveilans yang adekuat

27
Renstra Tahun 2022 - 2024
Indikator Sasaran Strategis, Indikator Kinerja Program, dan
Indikator Kinerja Kegiatan di Lingkup Dit. Surveilans dan Kekarantinaan Kes.

Impact/Outcome (SS &


ISS) Outcome (IKP) PJ
Output (IKK) Es 2

Menguatnya surveilans 1)Persentase


yang adekuat kabupaten/kota yang a) Jumlah labkesmas kab/kota yang melaksanakan Dit. SKK
pemeriksaan spesimen penyakit menular
ditingkatkan kemampuan
a.Presentase laboratorium kesehatan b) Jumlah provinsi yang memiliki labkesmas rujukan Dit. SKK
kabupaten/ masyarakat dan spesimen penyakit berpotensi KLB/wabah
surveilansnya
kota yang c) Jumlah labkesmas dan KKP yang bisa mendeteksi
peringatan dini dan merespon emerging diseases, new
Dit. SKK

melakukan emerging diseases, re-emerging diseases (alert digital


systems)

respon a) Persentase labkesmas yang terintegrasi dan Dit. SKK


2) Integrasi dan melaporkan hasil surveilans ke sistem informasi
KLB/wabah Kemenkes
digitalisasi b)Persentase puskesmas dan klinik yang Dit. SKK
(PE, Periksa
sistem terintegrasi dan melaporkan hasil
Lab, surveilans ke sistem informasi
informasi Kemenkes
tatalaksana
surveilans c) Persentase RS yang terintegrasi yang Dit. SKK
kasus) terintegrasi dan melaporkan hasil
surveilans ke sistem informasi 28
Kemenkes
Indikator Sasaran Strategis (ISS)
Target Capaian ISS Tahun 2022 (s.d. September)
No ISS Target 2022 Capaian 2022 (s/d Ket.
26 September)

70% 61,94 % Target belum tercapai


Persentase
(Komposit)
kabupaten/kota
yang melakukan
1. respons Capaian Komposit, irisan Kab/Kota dari 3 indikator
KLB/wabah (PE, sbb :
pemeriksaan 1. SKDR : Kab/Kota melakukan respon alert minimal 80%
laboratorium, dari alert yang muncul dalam aplikasi SKDR; capaian
tatalaksana sd mg 36 93% (473 Koka dengan respon alert >80%
kasus) dari 510 Koka yang muncul alert)
2. Pemetaan Risiko Infem: 69 %
3. Surveilans/ Pengendalian Vektor: 61,94 %

29
Indikator Kinerja Program (IKP)
Target Capaian IKP Tahun 2022 (s.d. September Minggu IV)

No ISS Target 2022 Capaian 2022 (s/d Ket.


Mei)

1. Persentase kabupaten/kota yang 39% 11,8% Target belum tercapai


memiliki laboratorium kesehatan
masyarakat dengan kemampuan
surveilans
2. Persentase fasyankes yang 60% 61,04% Target tercapai
telah terintegrasi dalam sistem (NAR dan SKDR)
informasi surveillans berbasis
digital

30
TOPIK Pandemi dan PHEIC

31
32
34
PENEMUAN KASUS SUSPEK DI FASKES PRIMER

Orang terinfeksi COVID-19


Bergejala Tidak
bergejala

Datang ke Tracing KE
Tidak datang ke faskes
Faskes Skrining

Seluruh orang
bergejala yang
Tracing KE Skrining CBS
datang ke
Faskes

36
Situasi Global Penyakit AHUA
Informasi sampai dengan tanggal 8 Juli 2022
Adenovir
Cases Adenovir us type
Proba SARS-
requirin us 41
ble CoV-2
WHO Region g liver positive (number Deaths
cases positive
transpl by of
by PCR
ants PCR⸸ positive
cases)
Americas 435 24 18 9 1 13
Eastern Not Not
2 0 1 1
Mediterranean available available
Europe 484 22 54 193 30 2
Not Not Not
Southeast-Asia 19 0 6
available available available
Western Pacific 70 0 6 6 0 0
Cumulative* 1010 46 78 209 31 22
Update Mekanisme IHR (18 Oktober 2022)

“Per 8 Juli 2022, 1.010 kasus probable hepatitis akut yang belum “As you might already be aware from the last Event
diketahui etiologinya dilaporkan ke WHO oleh 35 negara. Di antaranya Information Site (EIS) posting related to this event dated 7
September 2022 , WHO started the transition from an acute
46 (5%) kasus membutuhkan transplantasi hati dan 22 (2%) response to the routine hepatitis programme. As such, there
meninggal. is no further request from WHO to report cases under the IHR
Sebagian besar kasus (48%) berasal dari Regional Eropa (484 kasus), mechanism unless there are significant epidemiological
dan Regional Amerika (435 kasus) changes detected.”
37
Sumber: https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2022-DON400, akses 13 November 2022 – 18.00 WIB
13 November 2022
Sebaran per provinsi
102 kasus kumulatif dugaan Hepatitis Akut di 23 Provinsi
42 Sumatera Utara
3 2 Kep. Riau Kalimantan Barat
Kalimantan Utara

1
Sulawesi Utara

Probable Riau 1 4 2 2
2 1

Kalimantan Timur
1
Kep. Babel 2 2 Sulawesi Tengah

8 Sumatera Barat
2 1
Jambi

1
1

DKI Jakarta
1 Kalimantan Selatan
1
Sulawesi Barat

2
1

Sulawesi Tenggara

Pending 13 3 21 Jawa Tengah Sulawesi Selatan 1


Banten 2 1 2 Bali 2
1 2 2

52 Jawa Barat
1 1 3
DIY
3
Jawa Timur
1 5
NTB

Discarded
Probable

Pending Classification
Discarded

Sumber: Kementerian Kesehatan, 13 November 2022


DEFINISI PENEMUAN KASUS

Suspected Probable Confirmed Discarded

Masuk kriteria suspek DAN


Memiliki satu/lebih kriteria
dibawah:
Orang dengan ruam akut
• Memiliki hubungan
dengan penyebab tidak
epidemiologis, kontak fisik
umum
langsung dengan kasus
DAN
probable atau konfirmasi
Memenuhi satu/lebih gejala
pada 21 hari
dan tanda sbb : • Hasil lab positif
• sebelum timbulnya gejala
• Sakit kepala
• Riwayat Perjalanan ke
• Negatif hasil PCR
• Demam > 38,5 o C
(PCR dan/atau
negara endemik 21 hari dan/atau
• Limfadenopati sequencing)
sebelum gejala sequencing
• Myalgia
• Hasil serologi positif
• Sakit punggung
orthopoxvirus dan tidak
• Kelemahan tubuh
punya riwayat vaksin
• Gejala-gejala ruam yang
smallpox atau infeksi
tidak menampakkan
orthopoxvirus
penyakit kulit lainnya
• Dirawat di RS terkait
penyakitnya

40
Sumber: Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Monkeypox
Kasus Harian Global
Terjadi tren kasus penurunan pasca dilaksanakannya vaksinasi

Vaksinasi
Total Kasus
Harian
Estimasi Konfirmasi

79,223
Total Kematian

43 Tren
Kasus
(7DMA)
Total Negara

111
41
Sumber: CDC dan Our World in Data, 10 November 2022
Laporan Perkembangan Monkeypox di Indonesia
11 November 2022 Pukul 14.00 WIB Sulawesi
Selatan 2 discarded
Kepulauan
Riau Kalimantan
3 discarded
Selatan 1 discarded
Sulawesi
Konfirmasi Tengah 2 discarded

1
Probable Riau
0 1 discarded

Lampung
Suspek 1 discarded

1 Banten Jawa
Discarded 6 discarded Timur 1 discarded

83 DKI Jakarta
Jawa
Barat 5 discarded
Jawa
Tengah 4 discarded
1 konfirmasi
56 discarded
1 suspek

42
Keterangan: sebaran provinsi berdasarkan faskes pelapor Sumber: Kemenkes 11 November 2022
10 negara terbesar dengan kasus Monkeypox
Episentrum Monkeypox terdapat di Benua Amerika

Kanada
1,437
UK Jerman
3,701 3,668

Perancis
4,094

Amerika Serikat Vietnam


28,437 Spanyol 1
7,317
Singapura
Meksiko 19
2,654
Thailand Filipina
12 4

Colombia Indonesia
Peru
3,298 Brazil 1
3,110
9,183

Australia
140

Sumber: Our World in Data dan CDC, 1 November 2022 A Negara terbesar A Negara terdekat dari Indonesia 43
Negara dengan kematian Monkeypox
Kematian masih terkendali, dengan CFR sebesar 0.04%

Belgia
Amerika Serikat 1 Rep. Ceko
6 1
Spanyol
2
India
Jamaika 1
Sudan
1
1

Kuba
1 Brazil
8
Ghana
4
Ekuador
1 Nigeria Kamerun
7 2

Sumber: Our World in Data dan CDC, 1 November 2022 44


Transmisi dan Penularan
Antara hewan dan manusia Antara manusia dan manusia

• Kontak erat dengan droplet, cairan tubuh atau


• Gigitan/cakar
lesi kulit
• Konsumsi daging yang belum
• Kontak tidak langsung dengan benda yang
matang
terkontaminasi
• Kontak langsung dengan cairan
• Kontak langsung saat aktivitas seksual
tubuh atau lesi • Penularan lewat sperma dan cairan vagina masih
• Kontak tidak langsung dengan benda belum jelas
yang terkontaminasi • Petugas kesehatan, serumah, dan kontak
seksual lebih berisiko

45
Sumber: WHO dan CDC, 23 Juli 2022
PESAN KUNCI PENCEGAHAN di masyarakat

PENCEGAHAN DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS

 Jika seseorang mengalami ruam, disertai


A. Mengurangi risiko penularan bagi pelaku perjalanan demam atau sakit, mereka harus segera
negara endemis (utamanya penularan dari hewan ke menghubungi fasilitas pelayanan kesehatan
manusia) setempat.
 Jika seseorang memenuhi kriteria suspek,
B. Mengurangi risiko penularan bagi pelaku perjalanan
probable, dan konfirmasi segera isolasi diri
di negara non-endemis (utamanya penularan dari hingga gejalanya menghilang
manusia ke manusia)
C. Tidak perlu panik dan hindari stigmatisasi
PELAPORAN

Setiap orang yang memiliki gejala ruam harus


segera melaporkan kepada fasilitas pelayanan
kesehatan,

46
Peta Sebaran kasus GGAPA di 27 Provinsi
324 Kasus GGAPA di Indonesia Berdasarkan dengan Provinsi Domisili

Kaltara
Sumut 3 Kaltim
Kepri Kalbar
15
4 1 2 Gorontalo
Aceh
32 1 Sulut
Jambi Kalteng
2 1
8

Babel Kalsel
4 2
Sumsel
Sumbar
5
20

Bengkulu DKI Jakarta Sulsel Sultra


1 83 9 4
Jateng
Lampung 5
4 Banten NTB
21 2

Jabar
42 DIY Jatim
6 25 Bali
16 NTT
6

Setidaknya 15 kasus

Sumber: Kemenkes, 16 November 2022, Pukul 16.00 WIB 47


PENGUATAN SURVEILANS (1)
1. Surveilans Gejala

Melakukan pelaporan kasus anak dengan gejala anuri/oliguri dari seluruh RS

- Setiap anak dengan gejala anuria/oliguria yang ada di RS harus


dilaporkan ke SIRS Online yang disiapkan oleh Ditjen Pelayanan
Kesehatan.
- Dinkes berkoodinasi ke Seluruh RS di wilayah kerja masing-
masing untuk melaporkan kasus GGAPA melalui SIRS Online
- Link SIRS Online : https://sirs.kemkes.go.id/fo/login
- Pelaporan rekapan harian SIRS Online akan ditarik oleh tim
Yankes setiap jam 16.00 WIB dan akan dilakukan analisis harian
(Sitrep) secara nasional.
- Untuk Kasus yang saat ini masih dirawat untuk diambil
spesimen darah dan dikirimkan ke 2 Lab :
- Lab BKPK (untuk pemeriksaan patogen)
- Labkesda DKI (untuk pemeriksaan toksikologi)

48
PENGUATAN SURVEILANS (2)

 Melakukan pelaporan kasus anak dengan


gejala anuri/oliguri dari seluruh Fasyankes
 Melakukan Hospital Record Review (HRR)
dengan mencari kasus yang terdiagnosis
dengan kode ICD X N17.9 selama 3 bulan
terakhir
 Surveilans lingkungan (surveilans sentinel tikus
dan deteksi Leptospira)

49
Tren Penyakit Potensial KLB M01 – M44 Tahun 2022 (1)
Di a re Akut Ma l a ria Konfirmasi Sus pek Dengue Pnemonia Di a re Berdarah/ Disentri
60,000 7,000 5,000 7,000 1,400
50,000 6,000 6,000 1,200
4,000
40,000 5,000 5,000 1,000
4,000 3,000 4,000 800
30,000
3,000 2,000 3,000 600
20,000 2,000 2,000 400
10,000 1,000
1,000 1,000 200
0 0 0 0 0
M-19

M-25

M-40

M-25

M-37

M-21

M-33

M-17

M-49

M-41
M-10
M-13
M-16

M-22

M-28
M-31
M-34
M-37

M-43

M-13
M-17
M-21

M-29
M-33

M-41
M-45
M-49

M-13
M-17

M-25
M-29

M-37
M-41
M-45
M-49

M-13

M-21
M-25
M-29
M-33
M-37
M-41
M-45

M-13
M-17
M-21
M-25
M-29
M-33
M-37

M-45
M-49
M-9

M-5
M-1
M-4
M-7

M-1
M-5
M-9

M-1
M-5

M-1

M-9

M-1
M-5
M-9
Diare Akut Malaria Konfirmasi Suspek Dengue Pnemonia Diare Berdarah/ Disentri

Sus pek Demam Ti foid Si ndrom Jaundice Akut Sus pek Chikungunya Sus pek Flu Burung Pada Ma nusia Sus pek Ca mpak
14,000 200 400 5 800
12,000 4
10,000 150 300 600
8,000 3
100 200 400
6,000 2
4,000 50 100 200
2,000 1
0 0 0 0 0
M-19

M-40
M-10
M-13
M-16

M-22
M-25
M-28
M-31
M-34
M-37

M-43

M-10
M-13
M-16
M-19
M-22
M-25
M-28
M-31
M-34
M-37
M-40
M-43

M-13
M-17
M-21
M-25
M-29
M-33
M-37
M-41
M-45
M-49

M-10
M-13
M-16
M-19
M-22
M-25
M-28
M-31
M-34
M-37
M-40
M-43
M-46
M-49
M-52

M-13
M-17
M-21
M-25
M-29
M-33
M-37
M-41
M-45
M-49
M-1
M-4
M-7

M-1
M-4
M-7

M-1
M-5
M-9

M-1
M-4
M-7

M-1
M-5
M-9
Suspek Demam Tifoid Sindrom Jaundice Akut Suspek Chikungunya Suspek Flu Burung Pada Manusia Suspek Campak

Sus pek Difteri Pertus sis Acute Fl acid Pa ralysis (AFP) Gi gi tan Hewan Penular Rabies Sus pek Antrax
25 30 50 2,000 20
20 25 40 1,500 15
20
15 30
15 1,000 10
10 20
10
5 10 500 5
5
0 0 0 0 0
M-49

M-37

M-45

M-21

M-33

M-45

M-37

M-45
M-13
M-17
M-21
M-25
M-29
M-33
M-37
M-41
M-45
M-49

M-13
M-17
M-21
M-25
M-29
M-33
M-37
M-41
M-45

M-13
M-17
M-21
M-25
M-29
M-33

M-41

M-49

M-13
M-17

M-25
M-29

M-37
M-41

M-49

M-13
M-17
M-21
M-25
M-29
M-33

M-41

M-49
M-1

M-9
M-5

M-1
M-5
M-9

M-1
M-5
M-9

M-1
M-5
M-9

M-1
M-5
M-9
Suspek Difteri Pertussis Acute Flacid Paralysis (AFP) Gigitan Hewan Penular Rabies Suspek Antrax

Bersumber Laporan SKDR 50


Tren Penyakit Potensial KLB M01 – M44 Tahun 2022 (2)

Sus pek Leptospirosis Sus pek Kolera Kl us ter Penya kit ya ng tidak lazim Sus pek Meningitis/Encephalitis Sus pek Tetanus Neonatorum
70 10 50 50 7
60 6
8 40 40
50 5
40 6 30 30 4
30 4 20 20 3
20 2
2 10 10
10 1
0 0 0 0 0
M-17

M-41
M-45

M-25

M-49

M-29
M-33

M-21

M-49

M-16

M-28

M-40

M-52
M-13

M-21
M-25
M-29
M-33
M-37

M-49

M-13
M-17
M-21

M-29
M-33
M-37
M-41
M-45

M-13
M-17
M-21
M-25

M-37
M-41
M-45
M-49

M-13
M-17

M-25
M-29
M-33
M-37
M-41
M-45

M-10
M-13

M-19
M-22
M-25

M-31
M-34
M-37

M-43
M-46
M-49
M-5

M-4
M-1
M-5
M-9

M-1
M-5
M-9

M-1

M-9

M-1
M-5
M-9

M-1

M-7
Suspek Leptospirosis Suspek Kolera Kluster Penyakit yang tidak lazim Suspek Meningitis/Encephalitis Suspek Tetanus Neonatorum

Sus pek Tetanus ILI (Penyakit Serupa Influenza) Sus pek HFMD Sus pek COVID-19
Total Kunjungan
60 100,000 400 12,000
4,000,000
50 80,000 10,000
300
40 8,000 3,000,000
60,000
30 200 6,000 2,000,000
40,000
20 4,000
20,000 100 1,000,000
10 2,000
0 0 0 0 0

M-21

M-49
M-13
M-17

M-25
M-29
M-33
M-37
M-41
M-45

M-53
M-13

M-21

M-29

M-37

M-45

M-29

M-27
M-29
M-17

M-25

M-33

M-41

M-49

M-13
M-17
M-21
M-25

M-33
M-37
M-41
M-45
M-49

M-13
M-17
M-21
M-25
M-29
M-33
M-37
M-41
M-45
M-49

M-21
M-23
M-25

M-31
M-33
M-35
M-37
M-39
M-41
M-43

M-1
M-5
M-9
M-5

M-9
M-1

M-9

M-1
M-5

M-1
M-5
M-9
Suspek Tetanus ILI (Penyakit Serupa Influenza) Suspek HFMD Suspek COVID-19 Total Kunjungan

Bersumber Laporan SKDR 51


Contact Person

WHATSAPP ADMIN SKDR PUSAT:


0813-8499-6238

WHATSAPP PHEOC :
0877-7759-1097

Anda mungkin juga menyukai