Anda di halaman 1dari 120

PENGARUH TAYANGAN SINETRON DARI JENDELA SMP

TERHADAP PERILAKU IMITASI DIKALANGAN REMAJA

SMP PGRI 3 CILEDUG KOTA TANGERANG

(Survei Siswa/I SMP PGRI 3 Larangan, Ciledug Kota Tangerang)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Komunikasi

Disusun oleh :

ELVIRA AYUDIA SANDY

051603503125135

UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JAKARTA

2021
PENGARUH TAYANGAN SINETRON DARI JENDELA SMP

TERHADAP PERILAKU IMITASI DIKALANGAN REMAJA

SMP PGRI 3 CILEDUG KOTA TANGERANG

(Survei Siswa/I SMP PGRI 3 Larangan, Ciledug Kota Tangerang)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Komunikasi

Disusun oleh :

ELVIRA AYUDIA SANDY

051603503125135

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

JAKARTA

2021

i
ii
iii
iv
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

NAMA : Elvira Ayudia Sandy


NIM : 051603503125135
PROGRAM STUDI : Ilmu Komunikasi
PEMINATAN : Jurnalistik
“Pengaruh Tayangan Sinetron Dari Jendela SMP Terhadap Perilaku Imitasi
Dikalangan Remaja SMP PGRI 3 (Survey Siswa/I SMP PGRI 3 Ciledug Kota
Tangerang)”

Jumlah halaman : XI halaman + 120 halaman + 9 lampiran


Bibliografi : 21 Buku + 1 kamus + 6 website

ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang pengaruh tayangan program sinetron “Dari
Jendela SMP” Di SCTV terhadap perilaku imitasi dikalangan remaja SMP PGRI 3. Tujuan
penelitian untuk mengetahui pengaruh tayangan sinetron “Dari Jendela SMP” di SCTV
terhadap Perilaku Imitasi dikalangan Remaja SMP PGRI 3.
Penelitian ini menggunakan teori Kultivasi ini menjelaskan tentang pengaruh yang
terjadi pada pihak penerima sebagai efek dari individu ketika menerima pesan dari sebuah
media. Penelitian bersifat korelasional, sampel yang diambil adalah Siswa/I Kelas 1,2, dan
3 SMP sebanyak 251 orang.
Penarikan sampel berdasarkan Total Sampling. Data dikumpulkan melalui
kuesioner yang dijawab oleh responden, setiap jawaban dalam kuesioner yang dijawab oleh
responden diberi skor berdasarkan skala Likert. Skor tersebut dimasukkan ke dalam
lembaran koding (coding sheet).
Untuk keperluan analisis data digunakan teknik Pearson Product Moment dengan
program SPSS (Statistical Package for Social Science) 22 untuk mengetahui hasil
penelitian yang diteliti oleh penulis untuk mencari hasil dari penyebaran kuesioner atau
angket terhadap responden Siswa/I SMP PGRI 3 Ciledug Kota Tangerang.
Hasil penelitian diperoleh Pengaruh tayangan sinetron “Dari Jendela SMP” di
SCTV terhadap perilaku imitasi dikalangan remaja SMP PGRI adalah positif/negatif dan
signifikan. Besarnya pengaruh tayangan sinetron “Dari Jendela SMP” adalah 25%. Hal ini
berarti bahwa 25% varians variabel Perilaku Imitasi Siswa/I pada tayangan sinetron “Dari
Jendela SMP” dapat ditentuka oleh variabel tayangan sinetron “Dari Jendela SMP” di
SCTV, dan sisanya (=75%) ditentukan oleh variabel lain yang tidak dapat dijelaskan dalam
penelitian ini.
Kata Kunci : Program Sinetron, Perilaku Imitasi, Teori Kultivasi.
Pembimbing I : Agus Budiana, M.Ikom
Pembimbing II : Drs. Solten Rajaguguk, M.M

v
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

NAME : Elvira Ayudia Sandy


NIM : 051603503125135
STUDY PROGRAM : Ilmu Komunikasi
SPECIALIZATION : Jurnalistik
“Effect of soap opera shows from junior high school windows on imitation
behavior among SMP PGRI 3 junior high school students (Students survey of SMP
PGRI 3 Ciledug Tangerang City)”

Number of pages : XI pages + 120 pages + 9 Bibliographic


Attachments : 21 books + 1 dictionary + 6 websites
ABSTRACT
This study discusses the effect of soap opera shows "From the Window of SMP" on
SCTV on imitation behavior among SMP PGRI 3 adolescents. The aim of this study was to
determine the effect of soap opera shows "From the SMP Window" on SCTV on Imitation
Behavior among SMP PGRI 3 teenagers.
This study uses the theory of cultivation to explain the influence that occurs on the
recipient as the effect of the individual when receiving messages from a media. This
research is correlational, the sample taken is 251 students of Class 1,2 and 3 SMP.
Sampling based on Total Sampling. Data were collected through a questionnaire
which was answered by the respondent, each answer in the questionnaire answered by the
respondent was given a score based on a Likert scale. The score is entered into a coding
sheet.
For the purposes of data analysis, the Pearson Product Moment technique was
used with the SPSS (Statistical Package for Social Science) 22 program to determine the
results of the research investigated by the author to find the results of distributing
questionnaires or questionnaires to student respondents at SMP PGRI 3 Ciledug,
Tangerang City.
The results showed that the effect of soap opera shows "From the Junior High
School" on SCTV on imitation behavior among SMP PGRI teenagers is positive / negative
and significant. The amount of influence of the soap opera "From the Junior High School"
is 25%. This means that 25% of the variance of the Imitation Behavior variable of Students
/ I on soap operas "From SMP Window" can be determined by the variable "From SMP
Window" soap operas on SCTV, and the rest (= 75%) is determined by other unexplained
variables. in this research.
Keywords : "Opera Programs , Imitation Behavior, cultivation theory.
Supervisor I : Agus Budiana, M.Ikom
Supervisor II : Drs. Solten Rajaguguk, M

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan

Hidayah-Nya dan sholawat serta salam penulis panjatkan kepada bimbingan

besar Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

Akhir Skripsi “Pengaruh Tayangan Sinetron Dari Jendela SMP Terhadap

Perilaku Imitasi Dikalangan Remaja SMP PGRI 3 Ciledug Kota Tangerang”.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa

bantuan berbagai pihak. Penulis juga tidak lupa mengucapkan Terimakasih

untuk kedua Orang Tua Bapak Abdillah, Ibu Sunarti, yang tidak henti-hentinya

mendoakan serta memberikan dukungan selama saya membuat skripsi dan

izinkan penulis untuk menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Dra. Merry L. Panjaitan, MM, MBA, selaku Rektor Universitas Satya


Negara Indonesia.
2. Dr. Radita Gora Tayibnapis, MM, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Satya Negara Indonesia.

3. Sandra Olifia, M.Si, selaku Ketua Program Studi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Satya Negara Indonesia.
4. Agus Budiana, M.Ikom, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
pengarahan, dan bimbingan serta masukan dalam hal menyusun tugas
akhir Skripsi.
5. Drs. Solten Rajaguguk, M.M, selaku Pembimbing II yang telah
memberikan pengarahan, dan bimbingan serta masukan dalam hal
menyusun Tugas akhir Skripsi.

vii
6. Terima Kasih kepada Tim Penguji Dr. Radita Gora Tayibnapis, M.M
dan Oni Tarsani, S. Sos., M.Ikom yang telah memberikan pengarahan,
dan bimbingan dalam hal menyusun Tugas akhir Skripsi.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Satya Negara
Indonesia, yang telah memberikan Ilmu yang sangat berguna untuk
penulis.
8. Terima Kasih kepada Adik-adik yang telah mendoakan dan mensupport
semangat.
9. Terima Kasih kepada SS FAMILY yang sudah selalu mensupport,
mendoakan, dan membantu saya, dan untuk paman romelih, suganda
yang sudah membantu dalam segalanya.
10. Terima Kasih kepada keluarga nenek murnah dan kakek syirbini dan
sodara-sodara lainnya yang sudah mendoakan saya.
11. Terima kasih kepada Rina Sekar, Syavira Qurnia, dan Cuty Asih yang
telah membantu dan menemani penulis dalam melakukan penulisan
tugas akhir Skripsi.
12. Terima kasih kepada 251 responden Siswa/I SMP PGRI 3 CILEDUG
yang telah membantu dalam melakukan penulisan tugas akhir Skripsi.
13. Terima Kasih kepada Idol para Suamik BANGTAN
SONYEONDAN(BTS): Jeon Jungkook, Kim Seokjin, Kim Taehyung,
Park Jimin, Kim Namjoon, Min Yoongi, dan Jong Hoseok. Hyeong yang
telah memberi saya semangat untuk bangkit , mencintai diri sendiri, dan
berkat lagu “Life Goes On” Hidup terus berlanjut atau bahkan ketika
harus melalui keadaan yang sulit, dan lagu lainnya yang sudah
menemani selama saya membuat penulisan penelitian untuk S1 saya.
Borahae!!!!

viii
Dengan Penyusunan tugas akhir ini, besar harapan saya selaku penulis agar

tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca, selain itu, penulis juga menyadari

bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Oleh

karena itu penulis mengadakan atas saran, masukan, dan kritikan dan sifatnya

membangun dan bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang memerlukan.

Jakarta, 03 Februari 2021

(Elvira Ayudia Sandy)

ix
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

1.2 Masalah Penelitian ................................................................................. 8

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 8

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 9

1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................................ 9

1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 10

2.1 Landasan Teoritis ............................................................................... 10

2.1.1 Teori Kultivasi ........................................................................... 10

2.2 Landasan Konseptual.......................................................................... 13

2.2.1 Definisi Media Massa ................................................................ 13

2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa .............................................. 15

2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa........................................................ 17

2.2.4 Jenis-jenis Media Massa ........................................................... 18

2.3 Pengertian Media Televisi .................................................................. 20

2.3.1. Fungsi Media Televisi .............................................................. 22

x
2.3.2. Tujuan Media Televisi .............................................................. 23

2.3.3. Manfaat Media Televisi ............................................................ 24

2.4 Tayangan Drama/Sinetron .................................................................. 26

2.4.1 Kelebihan-kelebihan Sinetron ................................................... 27

2.4.2 Efek/Dampak Sinetron .............................................................. 28

2.4.3 Macam-Macam Sinetron........................................................... 29

2.5 Tinjauan Tentang Perilaku Imitasi..................................................... 31

2.5.1 Bentuk-bentuk Perilaku Imitasi ............................................... 33

2.6 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 35

2.7 Hipotesis ............................................................................................ 37

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 38

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian............................................................ 38

3.2 Desain Penelitian ............................................................................... 38

3.2.1 Paradigma Penelitian................................................................ 38

3.2.2 Pendekatan Penelitian .............................................................. 40

3.2.2 Metode Penelitian .................................................................... 40

3.2.3 Sifat Penelitian ......................................................................... 41

3.3 Populasi dan Sampel .......................................................................... 42

3.3.1 Populasi .................................................................................... 42

3.3.2 Sampel...................................................................................... 42

3.4 Teknik Sampling................................................................................ 43

3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 44

3.6 Operasionalisasi Variabel .................................................................. 45

3.6.1 Definisi Variabel ...................................................................... 45

xi
3.6.2 Operasional Variabel................................................................ 47

3.7 Validitas dan Reabilitas ..................................................................... 50

3.7.1 Uji Validitas ............................................................................. 50

3.7.2 Uji Realibilitas ......................................................................... 52

3.8 Teknik Analisis Data ......................................................................... 54

3.8.1 Analisis Korelasi ...................................................................... 54

3.8.2 Analisis Koefisien Determinasi ............................................... 57

3.9 Uji Hipotesis...................................................................................... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 59

4.1 Gambar Umum Subjek Penelitian ..................................................... 59

4.1.1 Sejarah dan Profil Sinetron Dari Jendela SMP ........................ 59

4.2 Hasil Penelitian .................................................................................. 61

4.2.1 Identitas Responden ................................................................. 61

4.2.2 Pengaruh Tayangan Sinetron Dari Jendela SMP ..................... 63

4.2.3 Perilaku Imitasi Dikalangan Remaja SMP PGRI 3 Ciledug .... 72

4.3 Uji Hipotesis ...................................................................................... 84

4.3.1 Uji Korelasi .............................................................................. 84

4.3.2 Arah Hubungan Korelasi ......................................................... 85

4.3.3 Uji Regresi Linear Sederhana .................................................. 86

4.3.4 Uji Determinasi ........................................................................ 87

4.3.5 Uji Hipotesis ............................................................................ 88

4.3.6 Pengujian Hipotesis.................................................................. 89

4.4 Pembahasan ........................................................................................ 90

xii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 95

5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 95

5.2 Saran .................................................................................................. 96

5.2.1 Saran Teoritis ........................................................................... 97

5.2.2 Saran Praktis ............................................................................ 97

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 98

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah


Di Masa globalisasi informasi pada saat ini, Indonesia diramaikan oleh

hadirnya beberapa televisi swasta seperti ANTV, INDOSIAR, TRANS TV, MNC

TV, RCTI, SCTV, GLOBAL TV, TV ONE, TRANS 7, METRO TV. Semua

televisi swasta tersebut berusaha menarik perhatian pemirsa sebanyak-banyaknya

dan dapat menempati porsi tertinggi. Dalam situasi ini sudah tentu televisi harus

menyiarkan hal-hal atau film-film import, meskipun porsinya mulai dikurangi,

tetapi tidak mungkin atau belum berhasil seluruhnya. Dengan banyaknya stasiun

televisi yang ada di Indonesia dengan berbagai macam acara yang lebih

mengutamakan hiburan, dan membawa konsekuensi semakin berat bagi pemirsa,

khususnya orang yang sudah tua harus sudah mulai mengarahkan anak-anaknya

dalam memanfaatkan hasil teknologi tersebut.

Kondisi sekarang ini menantang para orang tua untuk lebih selektif dan

berkompromi dengan anak-anaknya untuk menyaksikan tayangan yang patut di

nikmati dan acara yang seharusnya tidak dilihat oleh anak. Apalagi usia anak-anak

merupakan usia yang strategis dan lebih mudah terkena pengaruh, baik dari

lingkungan dengan kontak langsung maupun media elektronik. Penelitian pada film

untuk anak-anak yang dilakukan oleh Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesi

(YKAI) bekerjasama dengan Balitbang Deppen tahun 1993 menunjukkan bahwa

adegan antisosial (52%) lebih banyak dari pada adegan prososial (48%).

1
2

Adegan prososial menurut Wispe adalah beberapa perilaku yang memiliki

konsekuensi sosial positif sedangkan menurut Mussen dan Einsenberg perilaku

prososial sebagai tindakan yang ditujukan untuk memberi bantuan atau kebaikan

pada orang lain atau kelompok orang tanpa mengharapkan balasan, dengan cara-

cara yang cenderung mentaati norma sosial, contoh adegan prososial adalah

mementingkan orang lain, mengalah dengan alasan yang masuk akal dan tanpa

paksaan, aktivitas menolong, pemakaian bersama (share), kehangatan yang

menggambarkan keakraban hubungan persahabatan atau persaudaraan termasuk

romantisme dalam romantisme dalam bekerjasama, simpati yang merupakan

ungkapan perasaan dan perbuatan tertentu dari seorang kepada orang lain seperti

yang dialami oleh orang tersebut, misalnya: turut sedih, turut bergembira, dan lain-

lain. Sedangkan kategori adegan antisosial meliputi; berkata dan bertindak kasar,

membunuh, berkelahi, pemaksaan, mencuri, berperang, memukul, melukai,

mengganggu, menyerang, dan sejenisnya, seperti ungkapan kebencian atau

mengejek.

Pengaruh yang diingat seseorang melalui membaca ternyata hanya sekitar

15% saja, namun pengaruh terlihat semakin meningkat kalau disertai suara bahkan

adegan visual yang ternyata berpengaruh 50% bagi yang menontonnya. Karena

itulah televisi sangat besar pengaruhnya dalam mengubah perilaku penontonnya.

Imitasi adalah tingkat pertama pengaruh yang kelihatan jelas, dimana pemirsa

melihat secara berulang-ulang perilaku tokoh idolanya dan cenderung meniru

perilaku tersebut. Ini bisa dimaklumi karena salah satu perkembangan perilaku

seseorang dihasilkan dari contoh mereka yang lebih dewasa, orang tua, keluarga,
3

guru, bahkan orang lain yang menjadi idola. Setiap program acara televisi

mempunyai segmen-segmen bagi pemirsa, salah satu di antaranya adalah sinetron.

Sinetron merupakan salah satu bentuk dari sekian banyak acara hiburan televisi dan

infotainment yang menjadi pusat perhatian pemirsa.

Stasiun-stasiun televisi berlomba-lomba menciptakan program-program

atau tayangan-tayangan agar pemirsa setia bertahan dan memperoleh rating

tertinggi dikarenakan banyaknya perushaan pengiklan yang masuk. Karena pada

saat menonton televisi, terdapat 3 faktor yang dapat mengubah seseorang yaitu

perilaku, pikiran dan emosi. Ketiga hal ini saling berkaitan. Apabila ada satu faktor

yang berhasil diubah, kedua sisanya akan ikut berubah. Berdasarkan faktor-faktor

ini, remaja adalah penonton yang paling mudah dipengaruhi. Karena pada remaja

(12 th-15 th) memiliki daya serap yang tinggi dan remaja yang sedang berkembang

tentunya akan terus menantang dan memperbarui pola pikir mereka.

Sinetron “Dari Jendela SMP” yang ditayangkan SCTV sukses menyedot

perhatian masyarakat, tak terkecuali para siswa/I di SMP PGRI 3 Ciledug. Mereka

kerap menyaksikan sinetron yang dibintangi Rey Bong dan Sandrina Michelle yang

kini namanya mulai mencuat dan digandrungi para remaja. Sinetron ini memang

cukup menarik untuk ditonton dan sangat banyak ditonton oleh masyarakat. Dalam

sinetron ini digambarkan bagaimana sosok Joko yang diperankan oleh Rey Bong

adalah sosok siswa Sekolah Menengah Pertama. Perilaku seorang Joko remaja yang

di anggap anak baik, sikap yang santun, suka menolong dan rajin beribadah dan

dengan model gaya rambut yang cepak, dan kemanapun pakai sepeda tentunya

membuat pemirsa sangat senang melihatnya. Lalu pemeran wanita sebagai wulan
4

yang diperankan oleh sandrina michelle. Bertolak belakang dengan anggapan

sebagian orang bahwa sinetron dari jendela SMP ini adalah seperti

mempertontonkan atau mengajarkan hal kisah berpacaran di masa SMP bagi

kalangan remaja, banyak pula para orang tua yang menyimpulkan bahwa sinetron

ini tidak pantas di tonton dengan remaja. Dan timbulnya perilaku imitasi pada

remaja tidak semata-mata disebabkan oleh televisi, namun juga lingkungan

sekitarnya.

Perilaku imitasi merupakan perilaku peniruan manusia terjadi karena

manusia merasa telah memperoleh tambahan ketika kita meniru orang lain, dalam

hal ini orang tua memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh

bagi anak remaja untuk tidak meniru hal yang negative bagi anak remaja. Fenomena

yang saat ini terlihat bahwa anak remaja kini banyak yang beradegan dewasa

sebelum waktunya akibat mencontoh publik figur di media yang menjadi tontonan

anak-anak remaja saat ini. Hal seperti ini harus membuat kita jeli dan kritis untuk

memilih mana siaran televisi yang memang bagus dan berkualitas untuk di tonton

dan yang tidak layak untuk ditonton.

Para warganet khusunya para orangtua ramai melaporkan sinetron ini

karena kisahnya dinilai tidak pantas, vulgar dan tidak mencerminkan anak remaja

yang seharusnya. Warganet menduga sinetron ini akan menceritakan kisah cinta

remaja yang berujung kehamilan di luar nikah. Menurut mereka, hal tersebut tidak

layak ditampilkan di televisi, Mereka juga melihat ada beberapa adegan dewasa

yang tidak pantas dilakukan oleh anak sekolahan. Berikut komentar tentang

sinetron Dari Jendela SMP melalui twitter:


5

"Dari jendela SMP- kirain cerita uwuuwuan anak sekolah gitu kek senengnya kisah-

kisah sekolah sama temen kelas. Eh malah hamil diluar nikah. Wajah menangis

kencang gatau lagi sama pertelevisian indo," komentar akun @rir***han.

"Film serial yang gak pantas dan gak mendidik. Bocah SMP loh ini dijadiin sinetron

cinta-cintaan. Dukung KPI menstop acara ini," tulis @prab******.

"Baru mulai udah bunting, Rey nafsuan amatan lihat yang lihat yang baik. iya si ini

diangkat dari novel cuman haduuuh, gak kebayang yg nonton bocah-bocah liat

emak, bapaknya. Mana tau merhatiin apa kgak "Dari Jendela SMP" @KPI_Pusat

jangan cuma ditegur atau diingetin doang," komentar akun @ind***roos.

"Kirain cerita manis-manis, eh ternyata 'Dari Jendela Smp' terlihat anak hamil di

luar nikah. Wajah tanpa ekspresi tau ah perfilman indo," ucap akun @fali*****cial.

(https://akurat.co/news/id-1158077-read-ramairamai-laporkan-sinetron-dari-

jendela-smp-ke-kpi diakses pada tanggal 13 november 2020, pukul 14. 42 WIB)

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pun memberikan sanksi teguran tertulis

untuk sinetron yang tayang perdana pada 2 Juni 2020 tersebut. Dalam surat teguran

yang ditandatangani Ketua KPI Pusat, Agung Suprio mengatakan bahwa sinetron

tersebut mengandung cerita tentang hubungan asmara dua pelajar SMP. Dan Beliau

menilai, dalam hubungannya digambarkan adegan dan dialog tentang kehamilan

diluar nikah, rencana pernikahan dini, serta perawatan bayi setelah melahirkan

tanpa menegaskan pendidikan reproduksi.


6

Secara garis besar sinetron tersebut agar lebih jelas dalam memberikan

pandangan. Kenyataanya, dalam sinetron yang mengambil jam tayang sehabis

maghrib ini memang mengisahkan tentang pergaulan bebas antar dua siswa SMP

(Joko dan Wulan).

Dikisahkan kedua remaja tersebut saling jatuh cinta sampai akhirnya

berhubungan badan diluar nikah, dan akhirnya hamil. Mengetahui hal tersebut,

pihak keluarga marah. Akan tetapi, justru kedua siswa melarikan diri untuk kawin

lari. Anehnya, dalam kisah tersebut, sang pelaku pergaulan bebas justru

digambarkan sebagai orang yang berkarakter baik, lurus, dan seakan menjadi pihak

yang terdhzolimi. Lebih tragisnya lagi, sang pelaku tidak merasa berdosa sama

sekali dengan perbuatan hina yang dilakukan. Hal ini seakan-seakan menjadi

pembenaran jika cinta harus gaul bebas, gaul bebas karena cinta apa salahnya.

Bayangkan, jika sinetron seperti menjadi santapan harian anak-anak kita. Apa

jadinya? Pemikiran mereka akan ter- install dengan informasi yang salah kaprah.

Pemahaman mereka akan merekam bahwa mencintai lawan jenis dalam usia

sekolah yang diaplikasikan dengan pacaran bahkan zina, boleh-boleh saja. Memadu

cinta yang melebihi batas bagi anak sekolah tingkat pertama adalah wajar dan mesti

dimaklumi, Disinilah pesan dari tayangan ini. Melalui sinetron ini, anak-anak kita

akan tereduksi akhlaknya. Bagaimana tidak, ketika mereka menonton dengan

sepenuh hati dan tanpa sadar akan teradopsi dalam pemikiran dan perilakunya.

Tentu ini menunjukkan pembenaran akan adegan yang dilakuan dalam

sinetron tersebut. Jika demikian, bisa jadi adengan-adegan yang telah ditonton akan

ditiru dalam kehidupan sehari-hari, ngeri. Angka pergaulan bebas generasi


7

Indonesia belakangan ini sudah cukup tinggi. Melansir m.republikasi.co.id, Jum’at

20 September 2019, Laporan KPAI dari survei yang dilakukannya tahun 2007 di

12 kota besar di Indonesia tentang perilaku seksual remaja sungguh sangat

mengerikan. Hasilnya, dari lebih 4.500 remaja yang di survei, 97 persen di

antaranya mengaku pernah menonton film porno. Sebanyak 93,7 persen remaja

sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas mengaku pernah berciuman

serta happy petting alias bercumbu berat dan oral seks. Yang lebih menyedihkan

lagi, 62,7 persen remaja SMP mengaku sudah tidak perawan lagi.

(https://republika.co.id/berita/qdhtkz440/sinetron-dari-jendela-smp-akhlak-

generasi-tereduksi diakses pada tanggal 13 November 2020, pukul 14.48 WIB)

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah sinetron Dari

Jendela SMP yang semenjak penayangan perdananya mendapatkan rating ke 2 yang

cukup bagus. Selain itu, sinetron ini juga ditayangkan setiap hari pada jam 18.25 –

20.00 dimana pada saat tersebut seluruh anggota keluarga dapat menonton televisi.

Sinetron Dari Jendela SMP ini mengisahkan tentang kehidupan remaja yang sedang

lagi puber dan melakukan hal romatisme dalam berpacaran dikalangan remaja

SMP.

(https://www.popmagz.com/dari-jendela-smp-rating-dua-putri-untuk-pangeran-

terkudeta-27335/ diakses pada tanggal 13 November 2020, pukul 14.58 WIB)


8

1.2 Masalah Penelitian


“Seberapa besar pengaruh perilaku imitasi yang dilakukan pada siswa/I

remaja setelah menonton sinetron Dari Jendela SMP di SCTV?”

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui pengaruh menonton sinetron Dari Jendela SMP

terhadap perilaku imitasi terhadap siswa/I remaja di SMP PGRI 3 Ciledug.


9

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu komunikasi melalui media

massa khususnya media televise yang berkaitan dengan mempengaruhi suatu

tayangan sinetron dan perilaku imitasi yang khusunya pada “Pengaruh Tayangan

Sinetron Dari Jendela SMP Terhadap Perilaku Imitasi siswa/i remaja (Survey Pada

Siswa/I di SMP PGRI 3 Ciledug, Tangerang).

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Dari penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai sumber informasi

tambahan dan masukan bagi masyarakat yang membaca penelitian ini, dan

sekaligus menjadi referensi tentang kenakalan remaja untuk mengetahui

seberapa pengaruh tayangan sinetron Dari Jendela SMP di SCTV.

2. Dari penelitan ini diharapkan bisa memberikan informasi tentang sinetron

Dari Jendela SMP untuk masyarakat yang membaca penelitian ini.


BAB II

Tinjauan Pustaka
2.1 Landasan Teoritis
2.1.1 Teori Kultivasi
Teori kultivasi merupakan teori yang menggambarkan mengenai

cara perkembangan perubahan kebiasaan masyarakat yang disebabkan oleh

media massa. Dalam teori kultivasi lebih menitikberatkan pada pengaruh

siaran televisi. Teori kultivasi ini di awal perkembangannya lebih

memfokuskan pengkajiannya pada studi televisi dan audiens, khusus

memfokuskan pada tema-tema kekerasan di televisi. Akan tetapi dalam

perkembangannya teori tersebut bisa digunakan untuk kajian di luar tema

kekerasan. Teori ini menitik beratkan pada asumsi yang akan terjadi pada

masyarakat dari penayangan siaran televisi yang ditonton.

Salah satu contohnya adalah pada siaran televisi yang menayangkan

kekerasan atau Hal negatif dan ditonton oleh anak-anak. Jika proses

kultivasi yang disampaikan oleh media massa terutama televisi telah

mengakibatkan perubahan sikap dalam diri anak-anak. Mereka juga seakan-

akan tidak tahu lagi apa yang semestinya dilakukan oleh anak-anak,

sehingga ini mengakibatkan anak-anak seakan telah bersikap dewasa atau

dengan kata lain merasa dirinya bukan lagi di usia yang sebenarnya. Siaran

televisi ini akan berakibat baik bila pesan yang disampaikan adalah pesan-

pesan yang baik dan bermoral. Sebaliknya, akan menjadi bahaya besar

ketika televisi menyiarkan program-program yang tidak baik dan amoral,

seperti kekerasan dan kriminalitas.

10
11

Dalam teori kultivasi yang dijadikan penelitian adalah dampak yang

disebabkan oleh televisi terhadap penerimaan oleh masyarakat.

Pengembangan siaran televisi yang mempengaruhi manusia untuk

menjadikannya sebagai suatu kebutuhan dalam mendapatkan informasi

terkadang juga telah mengakibatkan terpengaruhnya cara berfikir audien

mengenai sesuatu hal yang kemudian diterapkan dalam kehidupan

kesehariannya.

Berdasarkan teori kultivasi, dapat diasumsikan bahwa sebagai

bentuk pengaruh dari tayangan sinetron tersebut bisa dikatakan sebagai

bentuk pengaruh yang searah atau linear.

Banyaknya program penyiaran yang dikeluhkan masyarakat dan

juga mendapat teguran KPI membuktikan jika kelayakan isi siaran di

Indonesia sebenarnya masih relatif rendah. Untuk memfilter tayangan-

tayangan tersebut perlu melaksanakan Pendidikan melek media maka para

pegiat media baik guru, tokoh-tokoh masyarakat, mahasiswa dan

sebagainya. Memahami tentang peraturan dan etika yang berkaitan dengan

televisi. Pemahaman ini penting bagi para pegiat pendidikan melek media

agar mampu melakukan kritik terhadap berbagai tayangan yang melanggar

aturan dan etika media yang ada di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan tayangan

sinetron remaja Dari Jendela SMP terhadap standar program siaran,

sehingga akan diketahui bagaimana penerapan SPS dalam acara tersebut.

Analisis dilakukan dengan metode analisis isi terhadap tayangan sinetron


12

remaja Dari Jendela SMP yang tayang pada 29 Juni 2020. Hasil penelitian

menemukan bahwa tayangan sinetron remaja Dari Jendela SMP ini

melakukan beberapa pelanggaran. Pada episode tersebut ditemukan

beberapa pelanggaran seperti norma kesopanan, kesusilaan, adegan

kekerasan, ungkapan kasar, dan makian. Standar Program Siaran (SPS)

yang seharusnya menjadi pedoman dalam penyelenggaraan dunia penyiaran

tidak dilaksanakan secara maksimal.

Sumber:(http://rizhacommunication.blogspot.com/2010/03/teori-media-dan-

masyarakat-katherine.html)
13

2.2 Landasan Konseptual


2..2.1 Definisi Media Massa
Menurut Leksikon Komunikasi, media massa adalah "sarana untuk

menyampaikan pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas

misalnya radio, televisi, dan surat kabar". Menurut Cangara, media adalah

alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari

komunikator kepada khalayak, sedangkan pengertian media massa sendiri

alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada

khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar,

film, radio dan televisi (Cangara, 2010:123).

Media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti tengah atau

perantara. Massa berasal dari bahasa Inggris yaitu mass yang berarti

kelompok atau kumpulan. Dengan demikian, pengertian media massa

adalah perantara atau alat-alat yang digunakan oleh massa dalam

hubungannya satu sama lain. Media massa adalah sarana komunikasi massa

dimana proses penyampaian pesan, gagasan, atau informasi kepada orang

banyak (publik) secara serentak. Sebuah media bisa disebut media massa

jika memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik media massa menurut

(Cangara, 2010:126) antara lain:

1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri

dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan,pengelolaan sampai pada

penyajian informasi.
14

2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang

memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau pun

terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.

3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu

dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan,

dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang dalam

waktu yang sama.

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi,

surat kabar, dan semacamnya.

5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja

dan dimana saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.

Menurut Effendy (2003:65), media massa digunakan dalam

komunikasi apabila komunikasi berjumlah banyak dan bertempat tinggal

jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari

umumnya adalah surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop, yang

beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi, atau dalam istilah

lain penerangan, pendidikan, dan hiburan.

Dengan demikian media massa adalah suatu alat untuk melakukan

atau menyebarkan informasi kepada komunikan yang luas, berjumlah

banyak dan bersifat heterogen. Media massa adalah alat yang sangat efektif

dalam melakukan komunikasi massa karena dapat mengubah sikap,

pendapat dan perilaku komunikannya. Keuntungan komunikasi dengan


15

menggunkan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan

keserempakan yaitu suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang

berjumlah relatif banyak.

2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa

Menurut Hafied Cangara (2010:76) dalam bukunya” pengantar ilmu

komunikasi” komunikasi massa merupakan salah satu dari komunikasi yang

memiliki perbedaaan signifikan dengan bentuk komunikasi yang lain. Sifat

pesannya yang terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia,

agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan. Oleh karena

komunikasi massa memiliki sejumlah ciri atau karakteristik yang khas

diantaranya :

A. Komunikator Terlembaga Dalam komunikasi massa, komunikatornya

bergerak dalam organisasi yang kompleks, namun bersifat melembaga.

Lembaga penyampai pesan komunikasi massa melalui media massa,

seperti televisi, surat kabar, radio, internet.

B. Pesan bersifat umum Dalam proses komunikasi massa pesan-pesan yang

disampaikan oleh komunikator ditujukan kepada khalayak luas atau

semua orang bukan hanya sekelompok orang. Dengan demikian, maka

proses komunikasi massa bersifat terbuka. Hal ini dikarenakan,

komunikan tersebar di berbagai tempat yang tersebar. Pesan beritanya

pula mengandung unsur fakta yang bersifat penting dan menarik untuk

semua kalangan masyarakat bukan hanya sekelompok orang.


16

C. Komunikannya Anonim dan Heterogen Komunikan atau penerima

informasi dalam komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Hal

ini dikarenakan komunikasi massa menyampaikan pesan secara umum

pada seluruh masyarakat,yang tidak saling mengenal antara satu sama

lain. Tanpa membedakan suku, ras, agama serta memiliki beragam

karakter psikologi, usia, jenis kelamin, tempat tinggal, adat budaya,

maupun strata sosial yang berbeda-beda.

D. Media massa bersifat Keserempakan Menurut Effendy (1981) dalam

Elvinaro (2007), keserempakan media massa itu sebagai keserempakan

kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari

komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam

keadaan terpisah.

E. Pesan yang disampaikan satu arah Artinya terjadi komunikasi antara

komunikator dan komunikan secara langsung tapi komunikator dan

komunikah tidak saling bertemu dan komunikan tidak dapat merespon

secara langsung. Disini komunikator yang mengendalikan

komunikasinya.

F. Umpan Balik Tertunda ( Delayed Feedback ) Dikarenakan antara

komunikator dengan komunikan yang tidak bertatap muka secara

langsung maka komunikator tidak dapat dengan segera mengetahui

reaksi khalayak terhadap pesan yang telah disampaikannya.


17

2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa

Menurut (Elvinaro, 2007:14). Fungsi media massa bisa dibagi

menjadi berikut:

1. Pengawasan (Surveillance) Sebagai alat bantu khalayak masyarakat

guna mendapatkan peringatan dari media massa yang

menginformasikan tentang ancaman.

2. Penafsiran (Interpretation) Fungsi penafsiran hampir mirip dengan

fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data,

tetapi juga memberikan penafsiran atau tanggapan sementara terhadap

kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan

memutuskan peristiwaperistiwa yang dimuat atau ditayangkan.

3. Pertalian (Linkage) Media massa dapat menyatukan anggota

masyarakat yang beragam sehingga membentuk linkage (pertalian)

berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

4. Penyebaran Nilai-Nilai (Transmission of Values) Dengan cara media

massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar, dan

dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka

bertindak dan apa yang mereka harapkan. Dengan kata 11 lain, media

mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk

menirunya.

5. Hiburan (Entertainment) Fungsi media massa sebagai fungsi meghibur

tiada lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketengangan pikiran

khalayak.
18

Menurut Effendy (2003:54) mengemukakan fungsi komunikasi massa

secara umum adalah:

A. Fungsi Informasi Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa

media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau

pemirsa.

B. Fungsi Pendidikan Media massa merupakan sarana pendidikan bagi

khalayaknya, karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang

sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidikyang dilakukan media

massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang

berlaku kepada pemirsa atau pembaca.

C. Fungsi Memengaruhi Fungsi memengaruhi dari media massa secara

implisit terdapat pada tajuk/editorial, feature, iklan, artikel, dan

sebagainya.

2.2.4 Jenis-jenis Media Massa


Menurut (Cangara, 2010:74), Jenis-jenis media massa dibedakan

menjadi tiga jenis yakni antara lain :

a. Media cetak

Adalah media massa pertama kali muncul di dunia pada tahun 1920

an. Di kala itu pada awalnya media massa digunakan pemerintah untuk

mendoktrin masayarakat, sehingga membawa masyrakat pembaca

kepada suatu tujuan tertentu. Seperti teori jarum suntik pada teori

komunikasi massa. Namun sekarang sudah sangat kebebasan pers,

seperti timbal balik dari audiens.


19

b. Media elektronik

Setelah media cetak muncullah media elektronik pertama yaitu

radio. Sebagai media audio yang menyampaikan pesan lewat suara.

Kecepetatan dan ketepatan waktu dalam penyampain pesan radio tentu

lebih cepat dengan menggunakan siaran langsung. Pada waktu

penyebaran informasi Proklamasi Kemerdekaan media massa radio

berperan utama dalam penyebaran berita. Setelah itu muncul televisi

yang lebih canggih bisa menayangkan gambar. Yaitu sebagai media

massa audio visual.

c. Media internet

Baru populer di abad 21, google lahir pada tahun 1997. Media

internet bisa melebihi kemampuan media cetak dan elektronik. Apa

yang ada pada kedua media tersebut bisa masuk dalam jaringan internet

melalui website. Banyak kelebihan media maassa internet dibanding

media yang lain. Namun akses internet yang masih terbilang bebas bisa

berbahaya bagi pengguna yang belum mengerti. Misalnya penipuan,

pornografi dsb. Media internet tidak harus dikelola sebuah perusahaan

layaknya media cetak dan elektronik, melainkan bisa juga dilakukan

oleh individu.
20

2.3 Pengertian Media Televisi


Kata “media” berasal dari bahasa latin “medium” yang berarti “perantara” atau

“pengantar”. Sedangkan menurut istilah media berarti segala sesuatu yang dapat

dijadikan sebagai alat atau perantara untuk mencapai tujuan tertentu. Dan di dalam

bahasa arab media adalah “wasail” bentuk jama‟ dari “wasilah” yakni sinonim

alwast yang artinya juga “tengah”. Lebih lanjut, media merupakan penyalur pesan

atau informasi belajar yang hendak disampaikan oleh sumber pesan kepada sara

atau penerima pesan tersebut.

Media massa dinegara kita pada umumnya berupa radio, televise dan surat kabar

atau majalah. Media massa ini tepat sekali dipergunakan sebagai media pendidikan.

Secara umum media massa dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Media tradisional yaitu berbagai macam seni pertunjukan yang secara

tradisional dipentaskan didepan umum terutama sebagai sarana hiburan

seperti Wayang, Ludruk dan sebagainya.

b. Media modern atau yang sering disebut media elektronik yang artinya media

yang dihasilkan dari teknologi seperti Radio, Televisi, dan sebagainya.

Gagne mengatakan, media adalah berbagi jenis komponen dalam lingkungan

siswa yang dapat merangsang siswa dalam belajar bahkan tidak jarang hingga

mencapai tatanan bertingkah laku (akhlak) dalam kehidupan sehari – harinya.

Sedangkan Asosiasi pendidikan memiliki pengertian berbeda, yaitu media adalah

bentuk – bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.

Media hendaknya dimanipulasi, dilihat, didengar dan dibaca. Apapun batasan

yang diberikan, ada persamaan dalam batasan tersebut, yaitu media adalh segala
21

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima,

sehingga dapat merancang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga

proses belajar terjadi dengan baik dan menyenangkan. Media televise berasal dari

kata tele dan visie, tele artinya jauh dan visie artinya penglihatan. Jadi media

televise adalah penglihatan jarak jauh atau penyiaran gambar – gambar melalui

gelombang radio.

Media televisi sama halnya dengan media massa lainnya yang mudah kita

jumpai dan dimiliki oleh manusia dimana – mana, seperti media massa surat kabar,

radio atau computer. Media televisi sebagai sarana penghubung yang dapat

memancarkan rekaman dari 3 stasiun pemancar televise kepada para penonton atau

pemirsanya dirumah,rekaman – rekaman tersebut dapat berupa pendidikan, berita,

hiburan dan lain – lain.

Media televisi merupakan alat elektronik mengagumkan yang bisa menguasai

dua indera terpenting manusia, yaitu pendengaran dan penglihatan. Pengaruh

televise melebihi pengaruh media – media informasi lainnya. Seorang ilmuwan

mengatakan bahwa gambar bisa mewakili seribu kalimat. Bahkan, ilmuwan yang

lain berpendapat yang juga sesuai dengan jargo cina kuno yang mengatakan gambar

sama dengan sepuluh ribu kalimat.

Sedangkan yang dimaksud dengan media televisi adalah system elektronik yang

mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel. Sistem

ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang

elektrik dan mengkonversinya kembali kedalam cahaya yang dapat dilihat dan suara
22

yang dapat didengar. Dewasa ini media televisi dimanfaatkan untuk keperluan

pendidikan sehingga dengan mudah dapat dijangkau melalui siaran dari udara ke

udara dan dapat dihubungkan melalui siaran dari udara ke udara dan dapat

dihubungkan melalui satelit. Apa yang kita saksikan pada layar media televisi,

semuanya merupakan unsure gambar dan suara. Jadi ada unsur yang melengkapinya

yaitu unsur gambar dan unsur suara. Rekaman suara dengan gambar yang dilakukan

di stasiun televisi berubah menjadi getaran – getaran listrik,getran – getaran listrik

ini diberikan pada 4 pemancar, pemancar mengubah getaran – getaran listrik

tersebut menjadi gelombang elektromagnetik ini ditangkap oleh satelit. Melalui

satelit inilah gelombang elektromagnetik dipancarkan sehingga masyarakat dapat

menyaksikan siaran media televisi.

2.3.1. Fungsi Media Televisi


Pada dasarnya media televisi merupakan alat atau media massa elektronik yang

digunakan oleh pemilik atau pemanfaat untuk memperoleh sejumlah

informasi,hiburan,pendidikan dan sebagainya. Sesuai dengan undang – undang

penyiaran nomor 24 1997, BAB II pasal 5 berbunyi: “penyiaran mempunyai fungsi

sebagai media informasi dan penerangan, pendidikan dan hiburan, yang

memperkuat ideology, politik, ekonomi, social budaya serta pertahanan dan

keamanan”.

Banyak acara yang disajikan oleh stasiun Media televisi, diantaranya mengenai

sajian kebudayaan bangsa Indonesia, sehingga 5 hal ini dapat menarik minat

penontonnya untuk lebih mencintai kebudayaan bangsa sendiri, sebagai salah satu

warisan bangsa yang perlu dilestarikan. Dari uraian diatas, dapat dideskripsikan
23

bahwa fungsi media televise secara umum sangat baik karena memliliki fungsi

sebagai berikut :

a. Media informasi dan penerangan

b. Media pendidikan dan hiburan

c. Media untuk memperkuat ideology, politik, ekonomi, social budaya

d. Media pertahanan dan keamanan

2.3.2. Tujuan Media Televisi


Saat ini tidak ada satu detikpun yang lewat tanpa tayangan televisi baik

nasional maupun internasional dengan berbagai alat komunikasi yang canggih,

maka tidak satu wilayahpun yang tidak bisa di cover oleh kotak ajaib ini. Hal ini

sesuai dengan pengertian media televise secara umum yakni segala sesuatu atau

sarana penghubung yang dapat memancarkan rekaman dari stasiun pemancar

televise kepada para penonton atau pemirsanya yang dapat dijadikan sebagai alat

atau perantara untuk mencapai tujuan tertentu.

Sesuai dengan undang – undang penyiaran nomor 24 tahun 1997, Bab II

pasal 4, bahwa media penyiaran bertujuan untuk menumbuhkan dan

mengembangkan sikap mental masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha 6 Esa, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa,

dan membangun masyarakat adil dan makmur.jadi sangat jelas tujuan secara umum

adanya Media televise di Indonesia sudah diatur oleh undang – undang penyiaran

ini.

Dari uraian diatas penulis dapat mengklarifikasikan mengenai tujuan secara

umum adanya Media televise atau penyiaran di Indonesia, adalah sebagai berikut :
24

a. Menuhkan dan mengembangkan mental masyarakat Iyang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa

c. Mengembangkan masyarakat adil dan makmur

2.3.3. Manfaat Media Televisi


a. Manfaat Media Televisi

Di era globalisasi ini media televisi merupakan salah satu media elektronik

yang mempunyai daya tarik luar biasa terhadap anak. Hamper tidak ada anak yang

tidak suka menonton televisi, berbagai hal yang disajikan televisi memikat anak-

anak, membuat mereka menemukan aneka hal yang menyenangkan, meski

terkadang mereka juga menerima informasi baru, dan membuat mereka bertanya-

tanya.

Sedangkan menurut tokoh komunikasi marshall me luchan mengatakan

media televise merupakan cool medium, artinya, media televisi : menuntut

partisipasi penonton, sehingga gambar apapun yang ditayangkan, dapat

menimbulkan reaksi aktif. Termasuk didalamnya pola tingkah laku (akhlak) yang

berwujud dalam kehidupan sehari-hari.

Berbagai manfaat dari media televisi antara lain misalnya dapat menambah

kosakata (vocabulary) terutama kata-kata yang tidak terlalu sering digunakan

sehari-hari. Seorang siswa juga dapat belajar tentang berbagai hal melalui program

edukasi dari siaran televisi. Akan tetapi sayangnya prosentase acara televisi yang

bersifat pendidikan masih sangat minim.


25

Dengan melihat berbagai acara dimedia televisi (selain film cerita) misalnya

acara music, olah raga, kesenian, berita dan lain sebagainya, media televisi juga

dapat menambah wawasan dan minat. Anak akan mengetahui perkembangan ilmu

pengertahuan dan teknologi, perkembangan peristiwa yang terjadi didunia, dan

perkembangan permasalahanya yang ada diluar lingkunganya.

Filmpun ada juga yang bagus dan mendidik, selain memberi hiburan juga

mengajarkan anak berbagai hal yang baik, tentang sikap-sikap yang baik, tentang

nilai-nilai kemanusiaan, tentang nilai keagamaan, tentang prilaku sehari-hari yang

seharusnya kita lakukan dan sebagainya.

Hanya sayangnya , acara yang baik seperti itu belum banyak. Bahkan bisa

dibilang masih minim sekali, dan memang masih kurang diperhatikan oleh pihak

pengelola media televisi.

Disisi lain, media televisi juga memiliki dampak positif bagi pemirsanya

tidak terkecuali bagi siswa/I di Smp PGRI 3 Ciledug Kota Tangerang. Pesan yang

disampaikan televisi biasanya lebih mengena dibenak anak dari pada pesan dari

guru atau orang tua mereka. Itu berarti media televisi dapat menjadi perusak mental

dan juga sebaliknya dapat menjadi mitra belajar anak. Tergantung sisi positif

ataukah negatif yang lebih menarik bagi anak. Agar anak-anak dapat mengambil

pesan positif dari tayangan televisi tentu mereka membutuhkan dampingan dari

orang tua di wilayah pendidikan non formal dan para guru di wilayah pendidikan

formalnya.
26

Media televisi memang tidak dapat difungsikan mempunyai manfaat san

unsur positif yang berguna bagi pemirsanya, baik manfaat yang bersifat kognitif

efektifnya maupun psikomotor. Namun tergantung pada acara yang ditayangkan.

Manfaat yang bersifat kognitif adalah yang berkaitan dengan ilmu

pengetahuan atau informasi dan keterampilan. Acara-acara yang bersifat kognitif

diantaranya berita, dialog, wawancara dan sebagainya. Manfaat yang kedua adalah

manfaat efektif, yakni yang berkaitan dengan sikap dan emosi. Acara-acara yang

biasanya memunculkan manfaat efektif ini adalah acara – acara yang mendorong

pada pemirsa agar memiliki kepekaan social, kepedulian sesame manusia dan

sebagainya. Adapun manfaat yang ketiga adalah manfaat yang bersifat psikomotor,

yaitu berkaitan dengan tinfakan dan perilaku yang positif. Acara ini dapat kita lihat

dari film, sinetron, drama dan acar – acara yang lainnya dengan syarat semuanya

itu tidak bertentangan dengan norma – norma yang ada di Indonesia ataupun

merusak akhlak pada anak.

2.4 Tayangan Drama/Sinetron

Sinetron merupakan penggabungan dan pendekatan dari kata Sinema dan

Elektronika, adalah istilah untuk program drama bersambung produksi Indonesia

yang disiarkan oleh stasiun televisi di Indonesia. Dalam bahasa Inggris, sinetron

disebut soap opera (opera sabun), sedangkan dalam bahasa spanyol disebut

Telenovela. Menurut hasil wawancara dengan Teguh Karya yang merupakan salah

satu sutradara terkenal Indonesia, istilah yang digunakan secara luas di Indonesia

ini pertama kali di cetuskan Soemardjono, salah satu pendiri dan mantan pengajar

Institut Kesenian Jakarta.


27

Sinetron pada umumnya bercerita tentang kehidupan sehari-hari yang

diwarnai konflik berkepanjangan. Seperti layaknya drama atau sandiwara, sinetron

diawali dengan perkenalan tokoh-tokoh yang memiliki karakter yang khas satu

sama lain. Berbagai karakter yang berbeda tersebut menimbulkan konflik yang

makin lama makin besar sehingga sampai pada titik klimaksnya. Akhir dari suatu

sinetron dapat bahagia maupun sedih, tergantung dari jalan cerita yang ditentukan

oleh penulis skenario.

Dinamika dan ritme plat sinema televisi harus mampu menarik perhatian

penonton. Caranya bisa beragam-ragam, misalnya menghadirkan cupllikan adegan-

adegan yang menarik. Cara lainnya sesuai dengan kondisi pemirsa yang tidak bisa

memilih, maka irama kisah tidak bisa dibiarkan berlama-lama untuk sampai pada

jeda tertentu atau pouse. Biasanya untuk iklan, pada saat jeda inilah pemirsa bisa ke

dapur terlebih dahulu, atau ke kamar dulu mengambil sesuatu, dan kegiatan lainnya

sebelum kisah dimulai lagi, inilah salah satu dari ciri-ciri sinetron.

2.4.1 Kelebihan-kelebihan Sinetron


Mengapa sinetron banyak ditonton pemirsa/masyarakat luas dan dapat

mempengaruhi berbagai persepsi/susut pandang bagi penontonnya. Beberapa faktor

yang membuat paket acara yang satu ini disukai sebagaimana dikatakan oleh

(Kusnadi 1996 : 130) adalah :

1. Isi peran sesuai dengan realitas sosial pemirsa.

2. Isi pesannya mengandung cerminan tradisi nilai luhur dari budaya

masyarakat (pemirsa).
28

3. Isi pesannya semakin banyak mengangkat permasalahan atas persoalan

yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

2.4.2 Efek/Dampak Sinetron

Dampak sinetron yang yang berlangsung pada level individu yang dapat

terjadi dalam berbagai tingkatan, dampak sinetron juga mepengaruhi

persepsi/sudut pandang pada masyarakat, mulai dari kognitif, afektif dan

behavior (Potter, 2001 : 268).

a. Pada tataran kognitif, sinetron menciptakan efek learning agenda. Yaitu

menyebabkan munculnya trend tertentu, penonton seakan didekte :

sinetron apa saja yang harus mereka tonton, aktris-aktor mana saja yang

harus di favoritkan, bahkan lagu yang harus didengarkan karena menjadi

tema atau soundtrack sinetron. Fenomena ini terjadi karena hampir

seluruh televisi mengiklankan sinetron yang akan ditayangkan dengan

cara jualan yang secara seragam. Sinetron di televisi umumnya selalu

dikemas dengan sangat menarik.

b. Pada level afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,

sikap, emosi dan nilai.

c. Pada efek behavior atau perubahan sikap ini adalah sinetron berkedok

religius yang digemari khalayak makin tinggi nilai jualnya ketika

menggunakan label-label agama. Production House (PH) yang

memproduksi acara tersebut menggunakan logika kreativitas sehingga

mampu mengubah tayangan komersial-sekuler menjadi tayangan yang

terihat religius. Ironisnya, kemasan hiburan berkedok agama ini tidak


29

disadari oleh umat sendiri. Mereka pada umumnya telah dilumpuhkan

dengan simbol-simbol agama yang cenderung terlihat religius, semuanya

telah lebur dalam industri karena pengelola televisi berlomba-lomba

meng agamakan produk mereka.

2.4.3 Macam-Macam Sinetron

Penggarapan suatu sinetron memang tidak lepas dari kebutuhan

pemirsannya yang heterogen. Pada pembuat sinetron mencoba menaksir tontonan

sinetron yang seperti apa yang paling banyak disukai pemirsanya. Hal ini bisa

dilihat melalui rating suatu sinetron. Semakin tinggi rating suatu sinetron

berarti sinetron tersebut dilihat oleh banyak orang. Atas dasar inilah, banyak

macam sinetron yang menghiasai layar kaca. Baik dari segi cerita ataupun

kategori sinetron itu sendiri. Adapun macam-macam kategori suati sinetron

adalah :

1) Sinetron Lepas

Sinetron lepas merupakan sinetron yang langsungselesai saat

penayangan itu juga. Sinetron ini berisi satu episode saja. Sehingga

cerita yang disajikan akan berakhir saat jam tayang selesai. Karena jam

tayang yang pendek, sinetron jenis ini biasannya mengangkat teme-

tema yang ringan agar pesan yang disampaikan tertangkap oleh pemirsa

yang melihat. Pada sekarang ini, banyak paket jenis ini yang diterima

oleh televisi karena ceritannya tidak bertele-tele.


30

2) Sinetron serial

Sinetron serial merupakan sinetron yang masing-masing episodennya

bersambung. Jadi cerita yang disajikan adalah sinetron serial ini belum

selesai pada hari itu juga, akan tetapi ada kelanjutannya pada hari

selanjutnya. Cerita yang diambil dalam sinetron jenis ini biasannya

bercerita tentang kekomplekan masalah hidup. Pada perkembangannya

yang sekarang, banyak sinetron serial yang mengammbil ide cerita

pada cerita bersambung dari buku atau koran. Akan tetapi ada juga yang

berasal dari ide murni seorang pembuat sinetron. Sekarang kalau

dilihat dari asal-usul jenis serial ini dapat ditaksir bahwa masing-

masing episode dalam sinetron ini dan bersebab akibat. Karena itu

untuk sinetron serial ada kemungkinan untuk dipanjang-panjangkan

atau sekuel dari sinetron pertamanya. Meskipun episodennya banyak,

akan tetapi sinetron serial ini bisa diketahui kapan episode

keseluruhan berakhir.

3) Sinetron Mini Seri

Sinetron mini seri adalah sinetron yang jumlah episodennya

biasannya dibawah sepuluh episode. Sinetron berjenis mini seri,

tidak akan dilanjutkan lagi jumlah episodennya. Lantaran sebagai

mini seri dia adalah sebuah karya yang utuh dan selesai. Miniseri

bukannlah sinetron yang panjang yang penyiarannya dipisah-pisahkan

atau dipilah-pilah karena jatah tayang yang sedikit. Apabila terjadi

pemanjangan episode karena banyak peminatnya, mini seri tidak


31

berubah, dia tetaplah mini seri. Sementara episode selanjutnya di sebut

sebagai “Pseudo-mini seri”.

4) Sinetron Maksi Seri

Sinetron maksi seri merupakan sinetron yang jumlah episodenya dan

kapan berakhirnya tidak diketahui. Sinetron maksi seri berasal dari

sinetron seri atau serial yang di panjangkan karena banyaknya

peminat atau rating yang tinggi.

5) Sinetron Seri

Sinetron seri merupakan yang jumlah episodennya banyak. Kendati

jumlah episodenya banyak, masing-masing episode tersebut tidak

berkaitan dengan episode selanjutnya. Karena cerita yang disuguhkan

akan selesai pada waktu itu juga, kecuali karakter tokoh-tokoh yang

akan tetap seperti awal tayang. Karenannya menonton sinetron seri

tidak harus berurutan. Sinetron seri ini bisa berjenis drama atau komedi.

Seperti sinetron yang akan penulis bahas yaitu sinetron remaja “Dari

Jendela SMP, yang dimana setiap episode dapat berubah jalan ceritanya,

namun tokoh/pemeran dalam sinetron tersebut tetap diperankan oleh

tokoh yang sama.

2.5 Tinjauan Tentang Perilaku Imitasi


Definisi mengenai Perilaku Imitasi Imitasi merupakan salah satu faktor yang

mendukung terjadinya interaksi sosial. Imitasi sendiri secara harafiah berarti juga

meniru. Terdapat beberapa pendapat ahli dari berbagai sudut pandang yang

menjelaskan mengenai definisi imitasi. Imitasi dalam ilmu jiwa diartikan sebagai
32

suatu gejala pada seseorang yang melakukan sesuatu karena pengaruh orang lain.

Imitasi dalam sosiologi menurut Tarde (dalam Soegarda, 1982: 142) merupakan

suatu aspek dalam kehidupan masyarakat yang manifestasinya terlihat dalam

penciptaan-penciptaan hal-hal baru dan peniruan (imitasi) dari penemuan baru itu.

Imitasi adalah proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain

melalui sikap, penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa saja yang dimiliki oleh

orang lain. Proses imitasi pertama kali berlangsung di lingkungan keluarga, ketika

seorang anak menirukan kebiasaan-kebiasaan orang tuanya. Proses imitasi yang

berlangsung dapat mengarah ke hal-hal positif maupun negatif.

Abdul Hadis (2006: 73) menyebutkan bahwa “imitasi atau modeling yakni

peserta didik atau individu melakukan aktivitas belajar dengan cara 25 meniru

perilaku orang lain, dan pengalaman vicarious, yaitu belajar dari kegagalan dan

keberhasilan orang lain”. Imitasi merupakan tindakan manusia untuk meniru

tingkah laku pekerti orang lain yang berada di sekitarnya. Imitasi banyak

dipengaruhi oleh tingkat jangkauan indranya, yaitu sebatas yang dilihat, didengar,

dan dirasakan (Elly M. Setiadi & Usman Kolip, 2011: 67).

Melengkapi pernyataan di atas, menurut Graham Richards (2010: 138)

imitasi berbeda dengan identifikasi karena hanya melibatkan simulasi yang tampak

jelas dari perilaku orang lain, tanpa harus mengikutsertakan suatu wawasan atau

empati pada mereka. Namun demikian, ada suatu keadaan yang dapat menganggap

imitasi sebagai sebuah rute menuju pemahaman yang lebih dalam terhadap orang

lain. Berperilaku seperti seseorang atau sesuatu yang berpotensi untuk memberikan
33

wawasan mengenai bagaimana rasanya menjadi orang lain tersebut. Dengan kata

lain, imitasi merupakan proses yang menjadikan manusia belajar dari perilaku atau

hal-hal yang ada pada orang lain dan mempraktekkannya pada diri sendiri.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa imitasi termasuk

cara belajar yang sangat efektif bagi anak-anak khususnya para remaja. Hal tersebut

terjadi karena dalam masa perkembangannya, anak cenderung lebih tertarik pada

hal-hal di sekitar yang menurutnya mendatangkan banyak perhatian dari orang lain

atau anak bisa mendapat apa yang ia inginkan setelah melakukan imitasi. Oleh

karena itu, secara umum dapat disimpulkan bahwa imitasi merupakan peniruan

terhadap apa yang didapatkan melalui pengamatan yang diwujudkan secara nyata

baik dengan sikap maupun perilaku.

2.5.1 Bentuk-bentuk Perilaku Imitasi


Perilaku imitasi dibedakan atas beberapa bentuk diantaranya adalah

menurut Miller dan Dollard. Miller dan Dollard (dalam B.R. Hergenhahn dan

Matthew H. Olson, 2008: 357) membagi perilaku imitasi (tiruan) menjadi tiga

kategori, yakni:

a) Same behavior (perilaku sama), perilaku ini terjadi ketika dua atau lebih

individu merespon situasi yang sama dengan cara yang sama.

b) Copying behavior (perilaku meniru atau menyalin), perilaku ini terjadi ketika

seseorang melakukan perilaku sesuai dengan perilaku orang lain.

c) Matched-dependent behavior (perilaku yang tergantung pada kesesuaian),

seorang pengamat diperkuat untuk mengulang begitu saja tindakan dari

seorang model.
34

Sikap Remaja dan perilaku imitasi Tidak dapat dipungkiri bahwa tayangan

sinetron tersebut akan memberikan pengaruh baik atau buruk bagi penontonnya.

Seperti dikatakan Mar’at dalam Effendy (1986) bahwa acara televisi pada

umumnya memengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan penonton.

Remaja merupakan salah satu segmen penonton yang menyukai sinetron yang

ditayangkan di televisi. Tayangan sinetron di televisi khususnya televisi swasta

tampaknya telah mengubah pola kehidupan remaja. Banyak aktivitas yang

ditinggalkan hanya sekadar agar tidak tertinggal menyaksikan sinetron di televisi

kesayangannya.

Pada penelitian ini, peneliti mengambil media televisi yakni stasiun televisi

SCTV sebagai media penelitian. SCTV (singkatan dari Surya Citra Televisi)

adalah sebuah stasiun televisi swasta nasional di Indonesia. SCTV merupakan

stasiun televisi swasta kedua di Indonesia setelah RCTI. SCTV lahir pada

tanggal 24 Agustus 1990 sebagai stasiun televisi lokal di Surabaya. Penelitian kali

ini difokuskan kepada salah satu program sinetron di SCTV yaitu Dari Jendela

SMP.

Peneliti tertarik untuk meneliti salah satu sinetron yang saat ini sedang

menjadi salah satu program di SCTV yakni “Dari Jendela SMP”. Dari Jendela

SMP adalah sebuah sinetron Indonesia produksi SinemArt yang ditayangkan

perdana pada 29 Juni 2020 pukul 18.25 WIB di SCTV. Kisah sinetron ini diadaptasi

dari buku berjudul sama karangan Mira W. Sinetron ini disutradarai oleh

Indrayanto Kurniawan dan dibintangi oleh Sandrinna Michelle, Reybong, Emiliano


35

Cortizo, Saskia Chadwick, dan Kiesha Alvaro. Sinetron nya mengisahkan sinetron

remaja yang sedang masa puber dan sudah mengenal lawan jenis.

2.6 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran mengenai pengaruh tayangan program acara “Dari

Jendela SMP” di SCTV terhadap perilaku imitasi di SMP PGRI 3 Ciledug, disajikan

dalam bagan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Tayangan Sinetron Dari Jendela SMP

Adanya Perilaku Imitasi Remaja Yang


Negatif

- Perilaku Menyimpang
- Tidak Sesuai Etika
- Moral Sosial

Teori Jarum Hipodermik

Teori yang melalui tahap penyuntikan untuk


kena sasaran kepada khalayak dapat
diasumsikan akan bereaksi seperti yang
diharapkan

X
Y
Pengaruh Tayangan
Sinetron “Dari Jendela Perilaku Imitasi Remaja
SMP”


36

Sesuai dengan alur pemikiran diatas, peneliti menggunakan

Teori Jarum Hipodermik karena pengaruh yang terjadi pada pihak

penerima sebagai efek dari individu ketika menerima pesan dari

sebuah media. Melalui model Jarum Hipodermik peneliti ingin melihat

pengaruh dari media televisi khusunya sinetron Dari Jendela SMP

sebagai media yang saat ini lebih sering digunakan oleh khalayak

remaja karena dimasa pandemic seperti ini. Secara umum, media

televisi memiliki pengaruh dalam perilaku imitasi terhadap respon atau

efek reaksi balik kepada khalayak khususnya remaja. Peneliti

mengambil variable X Pengaruh tayangan sinetron dan Variabel Y

Perilaku Imitasi.
37

2.7 Hipotesis
Hipotesis adalah sebagai jawaban sementara terhadap masalah,

selanjutnya dijelaskan bahwa, pada umumnya hipotesis dirumuskan untuk

menggambarkan hubungan antara dua variabel, yaitu variabel penyebab dan

variabel akibat, dan ada yang menggambarkan perbandingan satu variabel

dari dua sampel. (Muslich Anshori, 2017: hal. 48).

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

1. Hipotesis Penelitian

Terdapat pengaruh tayangan sinetron Dari Jendela SMP di

SCTV terhadap perilaku imitasi masyarakat khususnya Siswa/I

remaja di SMP PGRI 3 Ciledug.

2. Hipotesis Statistik

Ho : rxy = 0 : Tayangan program acara Dari jendela SMP tidak

berpengaruh dalam perilaku imitasi terhadap dikalangan remaja

SMP PGRI 3 (Survey Pada Siswa/I SMP PGRI 3 CILEDUG).

Ha : rxy ≠ 0 : Tayangan program acara Dari Jendela SMP dapat

berpengaruh besar dalam perilaku imitasi terhadap dikalangan

remaja SMP PGRI 3 (Survey Pada Siswa/I SMP PGRI 3

CILEDUG).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada sekolah SMP PGRI 3 Ciledug, Tangerang. Waktu

penelitian dimulai dari bulan Oktober 2020 sampai dengan Desember 2020.

3.2 Desain Penelitian


Desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun

sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh jawaban untuk

pertanyaan-pertanyaan penelitinya. Jenis desain penelitian ini termasuk dalam ex-

post facto.Dalam penelitian ex-postfacto tidak ada kelompok kontrol atau kegiatan

pre tes. Hubungan sebab dan akibat antara subjek satu dengan subjek yang lain

diteliti tidak manipulasi, karena penelitian ex- post facto hanya mengungkap gejala-

gejala yang ada atau telah terjadi. Fakta dalam penelitian ini diungkapkan apa

adanya dari data yang terkumpul. Dengan demikian penelitian ini mengungkapkan

hubungan dari varibel-vriabel yang ada. Peneliti menyampaikan rancangan

penelitian dan membuat kesepakatan dengan Dosen-dosen mengenai materi

pelajaran yang akan disampaikan selama penelitian.

3.2.1 Paradigma Penelitian


Paradigma kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun

berdasarkan filsafat positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang

menolak unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial. Karena penolakannya

terhadap unsur metafisis dan teologis, positivisme kadang-kadang dianggap sebagai

38
39

sebuah varian dari Materialisme (bila yang terakhir ini dikontraskan dengan

Idealisme).

Dalam penelitian kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya pengetahuan

(knowledge) yang valid adalah ilmu pengetahuan (science), yaitu pengetahuan

yang berawal dan didasarkan pada pengalaman (experience) yang tertangkap lewat

pancaindera untuk kemudian diolah oleh nalar (reason). Secara epistemologis,

dalam penelitian kuantitatif diterima suatu paradigma, bahwa sumber pengetahuan

paling utama adalah fakta yang sudah pernah terjadi, dan lebih khusus lagi hal-hal

yang dapat ditangkap pancaindera (exposed to sensory experience). Hal ini

sekaligus mengindikasikan, bahwa secara ontologis, obyek studi penelitian

kuantitatif adalah fenomena dan hubungan-hubungan umum antara fenomena-

fenomena (general relations between phenomena). Yang dimaksud dengan

fenomena di sini adalah sejalan dengan prinsip sensory experience yang terbatas

pada external appearance given in sense perception saja. Karena pengetahuan itu

bersumber dari fakta yang diperoleh melalui pancaindera, maka ilmu pengetahuan

harus didasarkan pada eksperimen, induksi dan observasi.

Jadi digunakannya Paradigma Positivisme karena untuk memperoleh data

menggunakan kuesioner yang di berikan keapada sampel. Tujuannya untuk

mengethaui tanggapan dari responden mengenai permasalahan yang diteliti dari

Variabel X dan Variabel Y

Gambar 3.2.1 (Paradigma Penelitian)

PENGARUH TAYANGAN
SINETRON DARI JENDELA PERILAKU IMITASI
SMP
Y
X
40

3.2.2 Pendekatan Penelitian


Pendekatan kuantitatif merupakan pendektan riset yang memotivasikan diri

pada paradigma positivis dalam mengabungkan ilmu pengetahuan. Beberapa ciri

khas penelitian kuantitatif adalah bersandar pada pengumpulan dan analisis data

kuantitatif, menggunakan strategi survey dan eksperimen, mengadakan pengukuran

dan observasi menggunakan pegujian teori dengan uji statistik. (Zulfikar dan

Nyoman, 2014:40).

Maka peneliti menggunakan metode penelitian yang akan digunakan pada

penelitian ini adalah metode peneltian survei yaitu metode yang melibatkan diri

sendiri untuk terjun lngsung ke lapangan, menilai lapangan, dan mendapatkan data

secara pasti yang kemudian dituangkan dalam bentuk laporan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, karena

peneliti ingin mengukur variabel-variabel dan tingkat pengaruh tayangan sinetron

Dari Jendela SMP terhadap perilaku imitasi di Kalangan remaja smp pgri 3 Ciledug

Kota Tangerang “Survey Siswa/I SMP pgri 3 Ciledug Kota Tangerang”.

3.2.2 Metode Penelitian


Penelitian survey menurut Bambang dan Lina, merupakan “suatu penelitian

kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan tersetruktur atau sistematis yang sama

kepada banyak orang, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti

dicatat, diolah dan dianalisis.”

Dalam pengertian lain Masri dan Sofian mengemukakan tentang penelitian

survei bahwa penelitian survei adalah “penelitian yang mengambil sampel dari satu

populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok.”


41

Penelitian survei merupakan “kegiatan penelitian yang mengumpulkan data pada

saat tertentu.”

Kerlinger mengemukakan tentang penelitian survei yang dikutip oleh

Sugiyono: Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar

maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari

populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relative, distribusi, dan

hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

Sesuai dengan jenis penelitian ini peneliti berusaha untuk mengetahui

pengaruh tayangan sinetron Dari Jendela SMP terhadap Perilaku Imitasi Siswa/I

SMP PGRI 3 Ciledug Kota Tangerang yaitu dengan menggunakan instrument

Angket.

3.2.3 Sifat Penelitian


Sifat penelitian ini adalah kuantitatif eksplanatif. Menurut Morissan dalam

bukunya yang berjudul Metode Penelitian Survei, kuantitatif eksplanatif adalah

penelitian yang berusaha menjawab hubungan sebab akibat yang terjadi (Morissan,

2012:38).

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variable Tayangan Sinetron

“Dari Jendela SMP” di SCTV dan variabel Perilaku Imitasi Siswa/I SMP PGRI 3

Ciledug Kota Tangerang.


42

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Menurut Arikunto (2006: 130) populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VII, VIII,

IX di SMP PGRI 3 CILEDUG, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang, tahun

pelajaran 2020/2021 yang berjumlah 251 siswa/i. Siswa/i di SMP ini memiliki

siswa/i yang beragam latar belakang dengan asal siswa dari berbagai daerah

yang ada di Kecamatan Ciledug.

Tabel 3.3.1

Siswi SMP PGRI 3 CILEDUG Total: 251 Siswa/i

Dalam penelitian ini populasinya adalah siswa/I SMP PGRI 3 Ciledug

Kota Tangerang yang berjumlah 251 Siswa/I dengan berbagai karateristik.

Peneliti memilih responden sebagai populasi dikar enakan adanya perilaku

imitasi negative tentang tayangan Dari Jendela SMP yang telah membuat para

siswa/I tersebut menjadi melakukan apa yang mereka pertontonkan melalui

sinetron Dari Jendela SMP ini.

3.3.2 Sampel
Menurut Arikunto (2006: 131) sampel adalah sebagian atau wakil dari

jumlah populasi yang diteliti. Sampel penelitian yang digunakan adalah sampel

bertujuan atau purposivesample. Sampel bertujuan dilakukan dengan cara

mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi
43

didasarkan atas adanya tujuan tertentu.Jadi penelitian ini menggunakan sampel.

Dalam penelitian kuantitatif, sample adalah suatu prosedur pengambilan data.

N
Populasi n =
1 + 𝑁𝑒 2

Keterangan:

n : Jumlah Sampel

N : Jumlah Populasi

e : Tingkat Kesalahan yang di Toleransi (1%, 5%, 10%)

Presisi yang di inginkan (5%)

251
𝑛=
1 + 251(0,05)2

251
𝑛=
1 + (251)(0,0025)

251
=
1 + 0,6275

251
=
1,6275

= 154,22

Penulis menentukan nilai presisi sebanyak 5%, maka sampel yang

diambil penulis dalam penelitian ini adalah 154,22 Siswa/I SMP PGRI 3

Ciledug Kota Tangerang dari jumlah populasi sebanyak 251 populasi.

3.4 Teknik Sampling


Teknik sampling merupakan metode pengambilan sampel. (Rosady,

2006:150). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengambilan

sampel Probability Sampling, adalah Teknik pengambilan sampel yang


44

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk

dipilih menjadi anggota sampel. Probability sampling yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik simple random sampling atau simple random

sederhana. Merupakan teknik pengambilan anggota sampel dari populasi

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu,

cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogeny. Sugiyono

(2016:82)

Probability sampling digunakan penulis karena syarat utama untuk

menjadi responden dalam penelitian ini adalah Siswa/I SMP PGRI 3Ciledug

Kota Tangerang, yang telah menyaksikan Tayangan Sinetron Dari Jendela

SMP melalui media Televisi SCTV.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan penulis menggunakan data primer dan data

sekunder.

1. Data primer yaitu kuesioner Kuesioner merupakan Teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Sugiyono

(2016:193)

2. Data sekunder yaitu studi Kepustakaan dengan cara membaca literature

kepustakaan untuk mencari dan menghimpun data penting, seperti

teoriteori, pendapat-pendapat, dan uraian-uraian yang berkaitan dengan

objek dan permasalahan yang akan diteliti.


45

Data yang diperoleh dari kuesioner kemudian di buat rangking atau

peringkat kemuidan diukur dengan skala Likert. Menurut Sugiyono (2016:134)

yaitu : “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompk orang tentang fenomena social”.

Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus

menggambarkan, mendukung pertanyaan (item positif) atau tidak

medukungpernyataan (item negative). Skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner

yang diajukan untuk pernyataan positif dan negative adalah sebagai berikut:

1. Sangat setuju/sangat sering/sangat positif, diberi skor 4

2. Setuju/sering/positif, diberi skor 3

3. Tidak setuju/hampir tidak pernah/negative, diberi skor 2

4. Sangat tidak setuju/tidak pernah/sangat negative, diberi skor 1

Sugiyono (2016:93)

Hasil penerimaan kuesioner yang sudah diisi oleh responden akan

dikumpulkan kemudian diedit yaitu dipilih yang dapat dipakai atau tidak dapat

dipakai, kemudian dideskripsikan dalam tabel tunggal.

3.6 Operasionalisasi Variabel


3.6.1 Definisi Variabel
Menurut Sugiyono (2007:38) variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja, yang ditetapkan oleh oleh peneliti untuk dipelajari, sehinggan diperoleh

informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah:


46

a. Variabel Bebas (Independent Variable): Variabel bebas adalah variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel dependen atau terikat (Sugiyono, 2011:39). Dalam penelitian ini

variabel independen adalah Tayangan Sinetron Dari Jendela SMP (X)

b. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat merupakan variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas

(Sugiyono, 2011:39). Dalam penelitian ini variabel dependen adalah

Perilaku Imitasi (Y).

a. Variabel (x) Pengaruh Tayangan Televisi

indicator yang diukur dari variable ini adalah.

Program tayangan televise (sinetron) yang memberikan pengaruh berupa

dampak negative terhadap perilaku imitasi remaja, dengan indicator.

1. Tayangan Televisi (sinetron)

2. Intensitas

3. Frekuensi menonton tayangan sinetron

a. < 2 jam/hari

b. 2-3 jam/hari

c. > 3 jam/hari

4. Isi Pesan

b. Variabel (Y) Perilaku Imitasi

Indikator dari variable ini adalah:


47

1. Perhatian (Attention), memperhatikan model terlebih dahulu. Dari

memperhatikan model tersebut, subjek dapat melakukan perilaku yang

sama dari objek yang di imitasi.

2. Retensi (Retention), subjek melakukan proses retensi dengan

menyimpan memori mengenai model yang dilihat, kemudian disimpan

dalam ingatannya.

3. Pembentukan Perilaku, hal-hal yang telah dipelajari subjek dari model

yang diimitasi akan diterjemahkan melalui tindakan atau perilaku.

4. Motivasi, penguatan (reinforcement) dapat digunakan sebagai motivator

untuk merangsang dan mempertahankan perilaku agar diwujudkan

secara actual dalam kehidupan.

3.6.2 Operasional Variabel


Untuk menyusun instrument penelitian ini maka diperlukan pengukuran

variable penelitian data table 3.6.2 berikut :

Tabel 3.1

Variabel X

Variabel Dimensi Indikator Skala

Tayangan Pengaruh tayangan Skala Likert

Televisi sinetron Dari

(Sinetron) Jendela SMP

Tayangan Intensitas Pengukuran Skala Likert

Sinetron Dari tingkat pengaruh


48

Jendela SMP Di terhadap

SCTV responden Siswa/I

Frekuensi Jumlah waktu Skala Likert

menonton pada

saat sinetron Dari

Jendela SMP

diTayangkan

Isi Pesan Menyampaikan Isi Skala Likert

pesan komunikasi

melalui verbal dan

non verbal

Tabel 3.2

Variabel Y

Variabel Dimensi Indikator Skala

Perhatian Memperhatikan dan Skala Likert

(Attention) Mengenali fitur-

fitur penting dari

perilaku pemain

sinetron

Perilaku Imitasi Retensi - Ingatan Skala Likert

(Refention) jangka
49

panjang

mengenai

aktivitas

yang telah

ditunjukan

- Mengulang

– ulang

perilaku

yang telah

diperhatikan

Pembentukan Membuat respon Skala Likert

Perilaku sesuai dengan pola

yang telah

ditampilkan

tayangan tersebut

Motivasi - Insentif Skala Likert

- Hukuman
50

3.7 Validitas dan Reabilitas

3.7.1 Uji Validitas

Validitas alat ukur adalah akurasi alat ukur terhadap yang diukur walaupun

dilakukan berkali-kali dan dimana-mana, validitas alat ukur sama pentingnya

dengan realibilitas alat ukur itu sendiri, artinya bahwa alat ukur haruslah memiliki

akurasi yang baik terutama apabila alat ukur tersebut digunakan sehingga validitas

akan meningkatkan bobot kebenaran data yang diteliti. (Bungin, 2014:108)

Rumus Product Moment Coefficient

Rumus Product Moment Coefficie

Keterangan :

Exy : Korelasi X dan Y

∑y : Jumlah skor dalam sebaran Y

∑xy : Jumlah hasil kali skor X dan skor Y yang berpasangan

∑x2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dari X

∑y2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dari Y

N : Banyaknya subjek skor X dan skor Y yang berpasangan

X : variabel bebas

Y : variabel terikat
51

Uji validitas dilakukan terhadap 30 responden sehingga rtabel adalah 0,361.

Sehingga instrument atau alat ukur dikatakan valid apabila diperoleh nilai korelasi

antara butir terhadap keseluruhan nilai butir pada variable lebih besar dari 0,361.

Tabel 3.3

Uji Validitas Variabel X

No r Hitung r Table Keterangan

X1 0,678 > 0,361 VALID

X2 0,788 > 0,361 VALID

X3 0,678 > 0,361 VALID

X4 0,426 > 0,361 VALID

X5 0,552 > 0,361 VALID

X6 0,504 > 0,361 VALID

X7 0,437 > 0,361 VALID

X8 0,648 > 0,361 VALID

X9 0,600 > 0,361 VALID

Tabel 3.4

Uji Validitas Variabel Y

No. r Hitung r Tabel Keterangan

Y1 0,366 > 0,361 VALID

Y2 0,424 > 0,361 VALID

Y3 0,675 > 0,361 VALID

Y4 0,710 > 0,361 VALID


52

Y5 0,385 > 0,361 VALID

Y6 0,540 > 0,361 VALID

Y7 0,609 > 0,361 VALID

Y8 0,600 > 0,361 VALID

Y9 0,646 > 0,361 VALID

Y10 0,569 > 0,361 VALID

3.7.2 Uji Realibilitas


Reliabilitas alat ukur adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur,

sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Mendesain reliabilitas

penelitian alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Mendesain

reliabilitas penelitian yang reliabel adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap

peneliti. Hal ini karena peneliti tidak ingin proses pengumpulan data akan gagal

karena peneliti memiliki reliabilitas yang buruk. (Bungin, 2014:107).

Suatu alat ukur memiliki relibilitas bila alat ukur tersebut secara konsisten

memberikan hasil atau jawaban yang sama terhadap gejala yang sama, walaupun

digunakan berulang kali, relibilitas mengandung arti bahwa alat ukur tersebut stabil.

Kriteria pengujian relibilitas dilakukan dengan melihat Confisien Cronbach’s

Alpha yang cukup diterima (Acceptable atau Reliable) adalah bernilai lebih dari

0,6. Dasar pengambilan keputusan uji relibilitas yaitu jika:

Cronbach’s Alpha >0,6 Cronbach’s Alpha dapat diterima (acceptable/reliable)

Cronbach’s Alpha <0,6 Cronbach’s Alpha tidak dapat diterima

(pooracceptable/reliable

Koefisien Alpha Cronbach:


53

Keterangan :

α : Koefisien reabilitas alpha

K : Jumlah item

Sj : Varians responden untuk item 1

Sx : Jumlah varians skor total

Uji reabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indicator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel

atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil

dari waktu ke waktu. Butir kuesioner dikatakan reliabel (layak) jika Cronbach alpha

> 0,06 dan dikatakan tidak reliabel jika Cronbach alpha < 0,6 (Ghozali,2012:47).

Tabel 3.5

Reabilitas Variabel X Pengaruh Tayangan Menonton Sinetron Dari Jendela

SMP SCTV

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.745 10

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)


54

Berdasarkan table diatas setelah penulis menguji reabilitas diketahui

Variabel (X) Pengaruh Tayangan Sinetron Dari Jendela SMP berada di 0,745% jika

di lihat tingkat reabilitas berdasarkan oleh Cronbach’s Alpha sangat reliable.

Table 3.7

Reability Variabel Y Tingkat Perilaku Imitasi

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.711 11

Berdasarkan tabel diatas setelah penulis menguji reabilitas diketahui

variable (Y) Tingkat Perilaku Imitasi berada di 0,711% jika dilihat tingkat reabilitas

berdasarkan oleh Cronbash’s Alpha sangat realiabel.

Peneliti ini menggunakan pengukuran konsistensi tanggapan responden

(Internal Consistency) dengan koefisien Crobach Alpha. Dari Variabel X dengan

reabilitas (0,745%) dan Y dengan reabilitas (0,711%) menunjukan dari tingkat

reabilitas dinyatakan masing-masing variabel sangat reliabel.

3.8 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif teknik analisis data yang digunakan sudah

jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis

yang telah dirumuskan dalam proposal (Sugiyono, 2016:243).

3.8.1 Analisis Korelasi


Koefisien korelasi (r) menunjukkan derajat korelasi antara variabel

independen (X) dengan variabel dependen (Y). (Sugiyono, 2016:241). Adapun

rumus dari korelasi product moment adalah sebagai berikut: :


55

Rumus :

rxy = n∑xy – (∑x ) (∑y )

√[n∑ 𝑥 2 ­ (∑ 𝑥)²] [ n∑ 𝑦² ­ (∑ 𝑦)² ]

Keterangan :

n = Banyaknya Sample

rxy = Koefesien Korelasi

x = Variabel Bebas

y = Variabel Terikat

Sebagai variable X dalam penelitian ini adalah Pengaruh Tayangan

Sinetron “Dari Jendela SMP” SCTV dan sebagai variable Y adalah Perilaku

Imitasi di SMP PGRI 3 Ciledug Tangerang. Koefisien korelasi mempunyai nilai -

1 ≤ r ≤ +1 (Sugiyono, 2016:231) dimana :

1. Apabila r = +1, maka korelasi antara kedua variabel dikatakan

sangat kuat dan searah, artinya jika X naik sebesar 1 maka Y juga

akan naik sebesar 1 atau sebaliknya.

2. Apabila r = 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lebar

atau tidak ada hubungan sama sekali.

3. Apabila r = -1, maka korelasi antara kedua variabel sangat kuat

dan berlawanan arah, artinya apabila X naik sebesar 1 maka Y

akan turun sebesar 1 atau sebaliknya.

Untuk memberikan interpretasi koefisien korelasinya maka penulis

menggunakan pedoman sebagai berikut :


56

Tabel 3.8.1
Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi

Besarnya r Product Moment Interpretasi

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

(Sumber: Sugiyono, 2016:184)

Untuk menghitung koefisien korelasi pearson product moment dengan

menggunakan rumus:

Keterangan :

Rxy = nilai koefisien korelasi pearson product moment

n= banyak responden

x= variabel bebas (Independen)

y= Variabel terikat (Dependent)

∑xi2= jumlah total jawaban dari variabel bebas yang telah dikuadratkan
57

3.8.2 Analisis Koefisien Determinasi


Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi sebagai

ukuran untuk mengetahui kemampuan dari masing masing variabel yang

digunakan. Koefisien determinasi (R²) mengukur seberapa jauh kemampuan model

yang dibentuk dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien

determinasi (R²) yaitu antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil

mengindikasikan variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk dilakukannya prediksi terhadap variabel dependen (Imam

Ghozali, 2011: 97).

Menurut Sugiyono (2014:257) rumus determinasi sebagai berikut:

KD = r² X 100

Dimana :

R = Koefisien korelasi

r² = kuadrat koefisien korelasi

3.9 Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji hipotesis dengan uji

t untuk menguji secara persial masing-masing variable : Pengaruh Tayangan

Sinetron Dari Jendela SMP di SCTV (X) dan Perilaku Imitasi (Y) di SMP

PGRI 3 Ciledug Tangerang.


58

Uji t merupakan pengujian parameter dalam model regresi yang

bertujuan untuk signifikan nilai-nilai dari parameter yang telah diperoleh.

Oleh karena itu hal tersebut guna untuk mengetahui seberapa besar

“Pengaruh Tayangan Sinetron Dari Jendela SMP terhadap perilaku imitasi

dikalangan remaja smp pgri 3” (Survei Siswa/I SMP PGRI 3 Ciledug)”

dengan keputusan uji adalah menggunakan uji parsial dengan analisis SPSS

22 for windows dengan rumus.

𝒓√𝒏 − 𝟐
𝒕𝒐 =
√𝟏 − 𝒓𝟐

Keterangan :

r : Nilai korelasi persial

n : Jumlah sampel

Uji t antara variabel independent dengan variabel

dependen menggunakan keputusan uji sebagai berikut:

a. Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak, ada pengaruh tayangan

sinetron Dari Jendela SMP di SCTV.

b. Jika thitung < ttabel maka Ho tidak ditolak, tidak ada pengaruh

tayangan sinetron Dari Jendela SMP di SCTV.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambar Umum Subjek Penelitian


4.1.1 Sejarah dan Profil Sinetron Dari Jendela SMP

Sinetron Dari Jendela SMP yang ditayang di SCTV kini telah tengah merajai

rating untuk seluruh program televise diindonesia. Sinetron ini merupakan sinetron

drama remaja yang tayang sejak 29 Juni 2020 yang merupakan produksi SinemArt.

Dari Jendela SMP mengangkat cerita tentang Kisah Percintaan dimasa remaja yang

masih duduk dibangku smp yang saling jatuh cinta. Dimulai dari kisah Joko yang

diperankan oleh Rey Bong, Wulan yang diperankan oleh Sandrinna Michelle, Roni

yang diperankan oleh Kiesha Alvaro, Santi yang diperankan oleh Saskia Chadwick,

Lili yang diperankan oleh Ratu Shofwa, Ria yang diperankan oleh Aqeela Calista,

Indro yang diperankan oleh Rassya Hidayah. Mereka yang menginjak baru duduk

dibangku smp sudah memulai dan mengenali lawan jenis dan menjadi kan

pertemanan yang menjadi lebih.

59
60

Menceritakan Joko (Rey Bong) hidup bersama ibunya yang merupakan

pembantu di sebuah SMP swasta. Hidup sebagai anak yang terbilang sulit dari segi

ekonomi membuatnya sering menjadi sasaran olok-olok teman-teman sekelasnya.

Dimana Joko pun sering dijuluki sebagai JAB singkatan dari Joko Anak Babu.

Meski begitu, Joko tetap menerima hinaan itu dan membalasnya justru dengan

prestasi belajar yang melampaui teman-teman sekolahnya. Di sisi lain, sosok Wulan

(Sandrinna Michelle), teman sekelas Joko, cantik, rajin, dan pintar.

Suatu hari, Joko dan Wulan sedang berboncengan menggunakan sepeda.

Tiba-tiba hujan lebat turun sehingga mereka memutuskan untuk berteduh di sebuah

rumah tua kosong. Sebenarnya mereka di rumah tua tersebut tidak melakukan apa-

apa, hanya saja Wulan tak sengaja terpeleset dan ditangkap oleh Joko.

Cerita Remaja sederhana dan dekat dengan masyarakat ini yang menjadikan

sinetron Dari Jendela SMP ini menjadi idola para Remaja saat ini. Selain itu sinetron

Dari Jendela SMP memberikan nilai negative dalam setiap tayangannya yang

disuguhkan kepada penonton yang masih terbilang Remaja. Sehingga sinetron Dari

Jendela SMP ini berhasil memperoleh beberapa kritikan dari warganet yang

menonton sinetron ini dan mendapat teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia.
61

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Identitas Responden

Identitas yang berhasil terkumpul meliputi Jenis kelamin, usia, pendidikan,

dan kelas. Gambaran mengenai responden masing-masing disajikan dalam table

berikut ini.

Tabel 4.1

Gender (n=154)

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Valid Laki-Laki 63 40.9 40.9 40.9

Perempuan 91 59.1 59.1 100.0

Total 154 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)

Berdasarkan data responden di atas, dapat diketahui bahwa 63 responden

atau 40,9% jumlahnya adalah laki-laki, dan sisanya 91 responden atau 59,1%

jumlahnya adalah perempuan. Secara keseluruhan rata-rata penonton sinetron

Remaja Dari Jendela SMP adalah perempuan.Hal ini disebabkan bahwa perempuan

menggemari program sinetron Remaja Dari Jendela SMP.


62

Tabel 4.2

Usia (n=154)

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Valid 13 Tahun 22 14.3 14.3 14.3

14 Tahun 63 40.9 40.9 55.2

15 Tahun 69 44.8 44.8 100.0

Total 154 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)

Berdasarkan data responden di atas, 22 responden atau 14,3% berusia 13

Tahun, 63 responden atau 40,9% berusia 14 Tahun dan 69 responden atau 44,8%

berusia 15 Tahun. Secara keseluruhan jumlah responden terbanyak penonton

program sinetron Dari Jendela SMP di usia 15 Tahun.

Tabel 4.3

Pendidikan (n=154)

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Valid 1 SMP 10 6.1 6.1 6.1

2 SMP 63 38.4 38.4 44.5

3 SMP 91 55.5 55.5 100.0

Total 164 100.0 100.0


63

Berdasarkan data responden di atas sebanyak 10 responden atau 6,1%

sebagai siswa/I kelas 1 SMP, 63 responden atau 38,4% 2 SMP, 91 responden atau

55.5% 3 SMP. Secara keseluruhan jumlah responden terbanyak penonton sinetron

Dari Jendela SMP ialah para responden yang berpendikakan di kelas 3 SMP.

4.2.2 Pengaruh Tayangan Sinetron Dari Jendela SMP

Hasil kuesioner dari responden yang menjawab bentuk sebuah Tayangan

Program Sinetron Remaja Dari Jendela SMP Terhadap Perilaku Imitasi Remaja

Dikalangan Remaja SMP PGRI 3 Ciledug, dengan indikator-indikator yang

diturunkan menjadi pertanyaan/pernyataan yang dijawab responden adalah sebagai

berikut :

Tabel 4.5

Apakah anda mengetahui sinetron Dari Jendela SMP (n=154)

X1

Frequenc Valid Cumulative

y Percent Percent Percent

Valid 1 12 7.8 7.8 7.8

2 14 9.1 9.1 16.9

3 102 66.2 66.2 83.1

4 26 16.9 16.9 100.0

Total 154 100.0 100.0


64

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)

Berdasarkan tabel di atas berarti rata-rata responden menjawab Setuju


dengan total 102 responden dengan persentase 66,2% yang menyatakan bahwa
banyak responden sering menonton Tayangan Sinetron Dari Jendela SMP. Hal ini
menunjukkan bahwa tayangan sinetron Dari Jendela SMP mempunyai konten yang
menarik untuk para Remaja.

Tabel 4.6

Apakah anda mengetahui sinetron Dari Jendela SMP melalui Media Televisi

(n=154)

X2

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Valid 1 11 7.1 7.1 7.1

2 9 5.8 5.8 13.0

3 93 60.4 60.4 73.4

4 41 26.6 26.6 100.0

Total 154 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)

Berdasarkan tabel di atas berarti rata-rata responden menjawab setuju

dengan total 93 responden dengan persentase 60,4% yang menyatakan bahwa

banyak responden menonton Tayangan Sinetron Dari Jendela SMP melalui media

televisi. Hal ini menunjukan bahwa tayangan sinetron Dari Jendela SMP
65

mempunyai banyak penonton yang mengetahui sinetron Dari Jendela SMP ini

melalui media televisi.

Tabel 4.7

Apakah sinetron Dari Jendela SMP terkenal dengan tayangan sinetron


remaja kekinian

(n=154)

X3

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Valid 1 12 7.8 7.8 7.8

2 17 11.0 11.0 18.8

3 84 54.5 54.5 73.4

4 41 26.6 26.6 100.0

Total 154 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)

Berdasarkan tabel di atas berarti rata-rata responden menjawab setuju

dengan total 84 responden dengan persentase 54,5% yang menyatakan bahwa

banyak responden bahwa sinetron yang di tayangkan ini memang kekinian untuk

dikalangan Remaja.
66

Tabel 4.8

Sinetron Dari Jendela SMP selalu mendapatkan kritikan dari para penonton

(n=154)

X4

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Valid 1 11 7.1 7.1 7.1

2 16 10.4 10.4 17.5

3 87 56.5 56.5 74.0

4 40 26.0 26.0 100.0

Total 154 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)

Berdasarkan tabel di atas berarti rata-rata responden menjawab Setuju

dengan total 87 responden dengan persentase 56,5% yang menyatakan bahwa

banyak responden menonton Tayangan Sinetron Dari Jendela SMP ini memang

banyak kritikan dari warganet yang kontra atau tidak suka dengan konten sinetron

ini.
67

Tabel 4.9

Cara penyampaian informasi atau pesan sinetron Dari Jendela SMP sangat

jelas

(n=154)

X5

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Valid 1 18 11.7 11.7 11.7

2 24 15.6 15.6 27.3

3 78 50.6 50.6 77.9

4 34 22.1 22.1 100.0

Total 154 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)

Berdasarkan tabel di atas berarti rata-rata responden menjawab Setuju

dengan total 78 responden dengan presentase 50,6% yang menyatakan bahwa

banyak responden menonton tayangan sinetron Dari Jendela SMP ini merasa

penonton nya itu sampai pada informasi atau pesan nya itu sampai kepada

penontonnya.
68

Tabel 4.10

Kualitas tayangan sinetron Dari Jendela SMP sangat menarik untuk

ditonton

(n=154)

X6

Frequen Valid Cumulative

cy Percent Percent Percent

Vali 1 20 13.0 13.0 13.0

d 2 23 14.9 14.9 27.9

3 73 47.4 47.4 75.3

4 38 24.7 24.7 100.0

Tota
154 100.0 100.0
l

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)

Berdasarkan tabel di atas berarti rata-rata responden menjawab Setuju

dengan total 73 responden dengan persentase 47,4% yang menyatakan bahwa

banyak responden menonton tayangan sinetron Dari Jendela SMP melihat kualitas

dari tayangan sinetron Dari Jendela SMP sangat menarik untuk di tonton

penontonnya.
69

Tabel 4.11

Kualitas tayangan sinetron Dari Jendela SMP tidak layak ditiru

(n=154)

X7

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Valid 1 23 14.9 14.9 14.9

2 33 21.4 21.4 36.4

3 66 42.9 42.9 79.2

4 32 20.8 20.8 100.0

Total 154 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)

Berdasarkan tabel di atas berarti rata-rata responden menjawab Setuju

dengan total 66 responden dengan persentase 42,9% yang menyatakan bahwa

banyak responden menonton sinetron tayangan Dari Jendela SMP melihat kualitas

dari tayangan sinetron Dari Jendela SMP tidak layak untuk ditiru.
70

Tabel 4.12

Sinetron Dari Jendela SMP tidak sesuai yang anda butuhkan

(n=154)

X8

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Valid 1 23 14.9 14.9 14.9

2 45 29.2 29.2 44.2

3 57 37.0 37.0 81.2

4 29 18.8 18.8 100.0

Total 154 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)

Berdasarkan tabel diatas berarti rata-rata responden menjawab Setuju

dengan total 57 responden dengan persentase 37,0% yang menyatakan bahwa

banyak responden menonton tayangan sinetron Dari Jendela SMP sesuai dengan

kebutuhan penontonya bahwa sinetron ini memang di butuhkan oleh penontonnya.


71

Tabel 4.13

Sinetron Dari Jendela SMP selalu menampilkan tayangan dalam segi

romantisme

(n=154)

X9

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Valid 1 12 7.8 7.8 7.8

2 26 16.9 16.9 24.7

3 81 52.6 52.6 77.3

4 35 22.7 22.7 100.0

Total 154 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)

Berdasarkan tabel diatas berarti rata-rata responden menjawab Setuju

dengan total 81 responden dengan persentase 52,6% yang menyatakan bahwa

banyak responden menonton Tayangan sinetron Dari Jendela SMP ini dalam

tayangan sinetron ini mengandung unsur romantisme dalam yang ditampilkan

sinetron ini untuk Remaja.


72

Tabel 4.14

Sinetron Dari Jendela SMP tidak memberi anda pengetahuan dalam segi

tayangan

(n=154)

X10

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Valid 1 23 14.9 14.9 14.9

2 42 27.3 27.3 42.2

3 64 41.6 41.6 83.8

4 25 16.2 16.2 100.0

Total 154 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)

Berdasarkan tabel diatas berarti rata-rata responden menjawab Setuju

dengan total 64 responden dengan persentase 41,6% yang menyatakan bahwa

banyak responden menonton tayangan sinetron Dari Jendela SMP ini tidak

memberikan secara pengetahuan di segi tayangannya menurut para penontonnya.

4.2.3 Perilaku Imitasi Dikalangan Remaja SMP PGRI 3 Ciledug


Hasil kuesioner dari responden yang menjawab bentuk sebuah Perilaku

imitasi dikalangan SMP PGRI 3 ciledug, dengan indikator-indikator yang

diturunkan menjadi pertanyaan/pernyataan yang di jawab responden adalah sebagai

berikut :
73

Tabel 4.15

Saya mengetahui sinetron Dari Jendela SMP dengan tayangan yang sangat
negative

(n=154)

Y1

Cumulati

Freque Perce Valid ve

ncy nt Percent Percent

Vali 1 19 12.3 12.3 12.3

d 2 48 31.2 31.2 43.5

3 67 43.5 43.5 87.0

4 20 13.0 13.0 100.0

Tot
154 100.0 100.0
al

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)

Berdasarkan tabel diatas berarti rata-rata responden menjawab setuju

dengan total 67 responden dengan persentase 43,5% yang menyatakan bahwa

dengan Menonton sinetron Dari Jendela SMP bahwa tayangan sinetron ini yang

sangat negatife untuk dalam segi tayangannya bagi penontonnya.


74

Tabel 4.16

Saya mengetahui sinetron Dari Jendela SMP memiliki etika yang tidak baik

dalam tayangannya

(n=154)

Y2

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Valid 1 13 8.4 8.4 8.4

2 51 33.1 33.1 41.6

3 66 42.9 42.9 84.4

4 24 15.6 15.6 100.0

Total 154 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS 22 ( di olah oleh penulis)

Berdasarkan tabel diatas berarti rata-rata responden menjawab setuju

dengan total 66 responden dengan persentase 42,9% yang menyatakan bahwa

dengan menonton sinetron Dari Jendela SMP bahwa penontonnya mengetahu

sinetron ini memiliki etika tidak baik untuk dalam segi tayangannya.
75

Tabel 4.17

Setelah menonton saya merasa ingin menirukan adegan yang ditayangkan

(n=154)

Y3

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Valid 1 34 22.1 22.1 22.1

2 53 34.4 34.4 56.5

3 44 28.6 28.6 85.1

4 23 14.9 14.9 100.0

Total 154 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)

Berdasarkan tabel diatas berarti rata-rata responden menjawab tidak setuju

dengan total 53 responden dengan persentase 34,4% yang menyatakan bahwa

dengan menonton sinetron Dari Jendela SMP tidak setuju dengan merasa pada

setelah menonton tayangan sinetron akan jadi menirukan suatu adegan yang di

tayangakan oleh penontonnya.


76

Tabel 4.18

Setelah menonton saya tidak tertarik dengan sinetron Dari Jendela SMP

(n=154)

Y4

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Valid 1 17 11.0 11.0 11.0

2 54 35.1 35.1 46.1

3 48 31.2 31.2 77.3

4 35 22.7 22.7 100.0

Total 154 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)

Berdasarkan tabel diatas berarti rata-rata responden menjawab tidak setuju

dengan total 54 responden dengan persentase 35,1% yang menyatakan bahwa

dengan setelah menonton tayangan sinetron Dari Jendela SMP tidak setuju bahwa

tayangan sinetron ini tidak menarik untuk ditonton oleh penontonnya.


77

Tabel 4.19

Setelah menonton tayangan sinetron Dari Jendela SMP dapat berpengaruh

perilaku meniru bagi diri saya

(n=154)

Y5

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Valid 1 22 14.3 14.3 14.3

2 52 33.8 33.8 48.1

3 61 39.6 39.6 87.7

4 19 12.3 12.3 100.0

Total 154 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)

Berdasarkan tabel di atas berarti rata-rata responden menjawab setuju

dengan total 61 responden dengan persentase 39,6% yang menyatakan bahwa

dengan menonton sinetron Dari Jendela SMP dapa berpegaruh dalam berperilaku

meniru ditayangan sinetron ini bagi para penontonnya.


78

Tabel 4.20

Setelah menonton tayangan sinetron Dari Jendela SMP membawa dampak

negatife bagi diri saya

(n=154)

Y6

Frequen Percen Valid Cumulativ

cy t Percent e Percent

Vali 1 20 13.0 13.0 13.0

d 2 52 33.8 33.8 46.8

3 58 37.7 37.7 84.4

4 24 15.6 15.6 100.0

Tota
154 100.0 100.0
l

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)

Berdasarkan tabel di atas berarti rata-rata responden menjawab setuju

dengan total 58 responden dengan persentase 37,7% yang menyatakan bahwa

dengan menonton tayangan sinetron Dari Jendela SMP akan membawa dampak

negatife untuk para penontonnya dalam segi tayangan sinetron.


79

Tabel 4.21

Setelah menonton tayangan sinetron Dari Jendela SMP membawa dampak

positif bagi diri saya untuk menjadi lebih baik dalam bersahabatan disekolah

(n=154)

Y7

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Valid 1 14 9.1 9.1 9.1

2 18 11.7 11.7 20.8

3 75 48.7 48.7 69.5

4 47 30.5 30.5 100.0

Total 154 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)

Berdasarkan tabel di atas berarti rata-rata responden menjawab setuju

dengan total 75 responden dengan persentase 48,7 yang menyatakan bahwa dengan

menonton sinetron Dari Jendela SMP akan menambah positive dalam hal lebih baik

untuk persahabatannya di sekolah setelah menonton sinteron Dari Jendela SMP.


80

Tabel 4.22

Setelah menonton tayangan sinetron Dari Jendela SMP saya merasa terhibur

(n=154)

Y8

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Valid 1 13 8.4 8.4 8.4

2 26 16.9 16.9 25.3

3 83 53.9 53.9 79.2

4 32 20.8 20.8 100.0

Total 154 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)

Berdasarkan tabel di atas berarti rata-rata responden menjawab setuju

dengan total 83 responden dengan persentase 53,9% yang menyatakan bahwa

dengan menonton sinetron Dari Jendela SMP penontonnya merasa terhibur dengan

tayangan yang di tampilkan di sinetron Dari Jendela SMP.


81

Tabel 4.23

Setelah menonton tayangan sinetron tayangan sinetron Dari Jendela SMP

merasa puas dengan mempunyai daya khayal menirukan suatu adegan

(n=154)

Y9

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Valid 1 26 16.9 16.9 16.9

2 49 31.8 31.8 48.7

3 57 37.0 37.0 85.7

4 22 14.3 14.3 100.0

Total 154 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS 22 (Di olah oleh penulis)

Berdasarkan tabel di atas berarti rata-rata responden menjawab setuju

dengan total 57 responden dengan persentase 37,0% yang menyatakan bahwa

dengan menonton tayangan sinetron Dari Jendela SMP merasa puas dengan

tayangan sinetron Dari Jendela SMP sehingga menimbulkan daya khayalan untuk

menirukan dalam suatu adegan.


82

Tabel 4.24

Saya diperbolehkan menonton sinetron Dari Jendela SMP dengan Orang tua

(n=154)

Y10

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Valid 1 14 9.1 9.1 9.1

2 19 12.3 12.3 21.4

3 85 55.2 55.2 76.6

4 36 23.4 23.4 100.0

Total 154 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)

Berdasarkan tabel di atas berarti rata-rata responden menjawab setuju

dengan total 85 responden dengan persentase 55,2% yang menyatakan bahwa

dengan menonton tayangan sinetron Dari Jendela SMP yang diperbolehkan

menonton tayangan sinetron ini oleh orang tua penontonnya.


83

Tabel 4.25

Setelah menonton tayangan sinetron ini saya akan merekomendasikan untuk

menonton sinetron Dari Jendela SMP kepada teman/kerabat saya

(n=154)

Y11

Frequenc Valid Cumulative

y Percent Percent Percent

Valid 1 21 13.6 13.6 13.6

2 24 15.6 15.6 29.2

3 78 50.6 50.6 79.9

4 31 20.1 20.1 100.0

Total 154 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS 22 (di olah oleh penulis)

Berdasarkan tabel diatas berarti rata-rata responden menjawab setuju

dengan total 78 responden dengan persentase 50,6% yang menyatakan bahwa

dengan menonton tayangan sinetron Dari Jendela SMP akan merekomendasikan

kepada teman/kerabat dari penontonya sinetron Dari Jendela SMP.


84

4.3 Uji Hipotesis


4.3.1 Uji Korelasi
Analisis hubungan (korelasi) adalah suatu bentuk analisis data dalam

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan atau bentuk arah hubungan

di antara dua variabel atau lebih dan besarnya pengaruh yang disebabkan oleh

variabel yang satu (variabel bebas) terhadap variabel lainnya (variabel terikat).

Dalam penelitian ini pengaruh variabel yang teliti korelasi adalah bilangan yang

menyatakan kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih atau juga dapat

menentukan arah dari dua variabel. Analisis korelasi Pearson’s Product Moment

dengan Software SPSS 22. Di dapat hasil output perhitungan Korelasi Pearson’s

Product Moment seperti berikut. Untuk mengetahui nilai-nilai Rsquare dari setiap

atribut pernyataan pada setiap dimensi dapat dilihat pada table berikut:

Untuk hubungan masing-masing antar variabel dimensi juga dapat dilihat pada table

berikut:

Tabel 4.26

Correlations

PengaruhMe

nontonTayan

ganSinetron

DariJendelaS PerilakuImita

MP si

Pearson
1 .486**
Correlation
85

PengaruhMenontonTay Sig. (2-tailed) .000

anganSinetronDariJend N
154 154
elaSMP

PerilakuImitasi Pearson
.486** 1
Correlation

Sig. (2-tailed) .000

N 154 154

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Menurut Pearson’s Product Moment, sebuah uji korelasi tergolong

signifikan apabila memiliki hasil kurang dari 0,05. Dari hasil output software SPSS

22 for windows diatas, menunjukan bahwa nilai signifikansi adalah 0,000. Dimana

Ho diterima karena nilai signifikasi 0,000 < 0,05 N adalah jumlah sampel yang

diambil oleh penulis yaitu 154 responden. Pada hasil output diatas juga

menghasilkan angka pearson correlation adalah 0,486 yang berarti ada hubungan

korelasi yang cukup antara Pengaruh Tayangan Sinetron Dari Jendela SMP

Terhadap Perilaku Imitasi Dikalangan Remaja SMP PGRI 3.

4.3.2 Arah Hubungan Korelasi


Uji korelasi diatas menghasilkan angka 0,486 yang menunjukan bahwa

koefisien korelasi adalah positif (+) sehingga dapat disimpulkan bahwa korelasi dari

penelitian ini adalah positif (+) yang bersifat searah, yaitu apabila variabel

independent mengalami penurunan maka variabel dependen juga.


86

4.3.3 Uji Regresi Linear Sederhana


Tabel 4.27

Hasil Uji Regresi Linear Sederhana

Coefficientsa

Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 12.596 4.661 2.702 .012

Pengaruh

Tayangan

Sinetron
.526 .171 .503 3.078 .005
Dari

Jendela

SMP

a. Dependent Variable: Perilaku Imitasi

Berdasarkan hasil perhitungan data dengan SPSS, diperoleh hasil untuk

analisis regresi dapat dijadikan sebagai berikut :

Y = a + bx

Y = 12,596 + 0,526X

Berdasarkan model persamaan regresi yang diperoleh maka analisis regresi dapat

dijadikan sebagai berikut :


87

1. Konstan sebesar 12,596 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai variabel X

maka variabel Y sebesar 12,596.

2. Koefisien regresi X sebesar 0,526 menyatakan bahwa setiap penambahan 1

nilai variabel Y akan bertambah sebesar nilai 0,526.

4.3.4 Uji Determinasi


Tabel 4.28

Model Summary

Adjusted R Std. Error of

Model R R Square Square the Estimate

1 .503a .253 .226 4.701

a. Predictors: (Constant), Pengaruh Tayangan Sinetron Dari

Jendela SMP

Dari hasil pengujian pada tabel dapat diketahui bahwa didapatkan R

square atau koefisien sebesar 0,253 atau 25,3% menunjukan bahwa Pengaruh

Tayangan Sinetron Dari Jendela SMP dipengaruhi oleh variabel independen yang

dipakai dalam penelitian ini yakni Pengaruh Tayangan Sinetron Dari Jendela SMP

di program SCTV berpengaruh sebesar 25,3% dan masih ada pengaruh dari factor

lainnya yaitu 74,7% dipengaruhi oleh factor lain yang dapat mempengaruhi

Tayangan Sinetron Dari Jendela SMP.


88

4.3.5 Uji Hipotesis


Uji hipotesis bertujuan untuk menentukan signifikan atau tidaknya

pengaruh variabel independent (Tayangan Sinetron Dari Jendela SMP) terhadap

variabel dependen (Perilaku Imitasi) secara parsial (Uji t).

Tabel 4.29

Coefficientsa

Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 12.596 4.661 2.702 .012

TOTALX .526 .171 .503 3.078 .005

a. Dependent Variable: TOTALLY

Berdasarkan tabel bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan

Perilaku Imitasi dikalangan Remaja SMP PGRI 3 terhadap sinetron Dari Jendela

SMP. Dapat dilihat pada tabel bahwa thitung Perilaku Imitasi Siswa/I 3,078 > 1,972

ttabel dan signifikan 0,000 < 0,05 dengan demikian Ho ditolak atau Ha diterima

sehingga secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan Pengaruh Tayangan

Sinetron Dari Jendela SMP Terhadap Perilaku Imitasi Dikalangan Remaja SMP

PGRI 3 Ciledug.
89

4.3.6 Pengujian Hipotesis


Pengujian hipotesis untuk bertujuan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :

Hipotesis

Ho : Variabel pengaruh tayangan sinetron Dari Jendela SMP tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap variabel perilaku imitasi

Ha : Variabel pengaruh tayangan sinetron Dari Jendela SMP memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap variabel perilaku imitasi


90

4.4 Pembahasan
Media massa adalah suatu alat untuk melakukan atau menyebarkan

informasi kepada komunikan yang luas, berjumlah banyak dan bersifat heterogen.

Media massa adalah alat yang sangat efektif dalam melakukan komunikasi massa

karena dapat mengubah sikap, pendapat dan perilaku komunikannya.

Media televisi merupakan alat elektronik mengagumkan yang bisa

menguasai dua indera terpenting manusia, yaitu pendengaran dan penglihatan.

Pengaruh televisi melebihi pengaruh media – media informasi lainnya. Dan media

televisi merupakan alat atau media massa elektronik yang digunakan oleh pemilik

atau pemanfaat untuk memperoleh sejumlah informasi,hiburan,pendidikan dan

sebagainya.

Televisi membawa dampak yang besar bagi umat manusia dalam

kehadirannya. Berbagi informasi, dan pesan-pesan dalam kecepatan tinggi

menyebar ke seleruh pelosok dunia termasuk Indonesia. Sehingga dijadikan alat

bagi berbagai kelompok untuk menyampaikan berbagai pesan untuk bermacam

kalangan masyarakat. Televisi yang saat ini memiliki rating cukup tinggi untuk

program acara sinetron yaitu SCTV. SCTV merupakan stasiun televise yang

menghadirkan berbagai program acara menarik, salah satunya yaitu sinetron remaja

“Dari Jendela SMP” yang pada saat itu menjadi sinetron andalan SCTV dengan

rating cukup tinggi. Sebab Dari Jendela SMP merupakan sinetron yang memiliki

alur cerita yang menarik dan sedikit menyimpang, dan dekat dengan para remaja

yang masih duduk dibangku SMP ini yang menjadikan sinetron Dari Jendela SMP
91

menjadi idola para remaja saat ini. Selain itu sinetron Dari Jendela SMP juga

memberikan nilai negative dan positif dalam setiap tayangannya yang disuguhkan

kepada penonton. Sehingga sinetron Dari Jendela SMP ini mendapat beberapa

kritikan, komentar dari warganet dan mendapat teguran dari KPI Komisi Penyiaran

Indonesia bahwa alur cerita yang tidak layak untuk ditayangkan. Dengan cerita

yang menarik program sinetron Dari Jendela SMP mampu membuat khalayak

khusunya anak remaja terbawa dengan situasi di dalamnya dan dapat menimbulkan

perilaku imitasi yang tanpa disadari oleh individu masing-masing.

Peneliti menggunakan Teori Kultivasi ini menjelaskan tentang

pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai efek dari individu ketika

menerima pesan dari sebuah media. Seperti yang diketahui dalam penelitian ini,

yang dijadikan responden adalah remaja SMP PGRI 3 Ciledug – Tangerang. Selain

itu, peneliti mengambil salah satu Sinetron remaja Dari Jendela SMP karena ingin

mengetahui seberapa pengaruh responden setelah menonton tayangan sinetron ini

yang secara terus menerus apakah sinetron remaja Dari Jendela SMP ini dapat

memberikan kesesuaian antara pesan dan reaksi perilaku imitasi komunikan dalam

tayangan sinetron tersebut.

Dalam penelitian ini ada 4 faktor yang mempengaruhi sinetron ini

terhadap khalayak yaitu tayangan televisi, intensitas, frekuensi da isi pesan. Factor

tayangan televise dipengaruhi oleh tayangan televisi yang dipertontonkan, factor

intensitas dipengaruhi oleh mengukur khalayak dari sikap, pendapat atau komentar

dan sebagainya. Factor frekuensi dipengaruhi oleh durasi khalayak pada menonton

sinetron Dari jendela SMP ini, factor isi pesan dipengaruhi oleh isi pesan yang
92

ditayangkan dalam sinetron Dari Jendela SMP ini yang memiliki isi pesan yang bisa

diterima oleh khalayak yang menontonnya. Selain itu factor lainnya ialah Perhatian,

Retensi, Pembentukan Perilaku, Motivasi.

Factor penting yang berpengaruh dalam penelitian ini yang pertama

tayangan sinetron remaja Dari Jendela SMP SCTV. Sinetron Dari Jendela SMP

dapat memberi pengaruh terhadap penontonnya karena sinetron tersebut memiliki

alur cerita menarik dan dekat dengan khalayak. Responden menyatakan bahwa

program sinetron Dari Jendela SMP begitu sangat menghibur serta memberikan

beberapa komentar negatife dan positif. Nyatanya sinetron ini mampu memikat para

penontonya terutama yang masih duduk dibangku SMP.

Factor yang kedua yaitu acting para tokoh/pemain sinetron Dari

Jendela SMP. Dalam tayangan program sinetron Dari Jendela SMP tersebur para

tokoh menggunakan Bahasa sederhana dan gaul yang baik serta mudah dimengerti

dengan scenario atau alur cerita yang menampilkan menarik dan bergenre romance.

Dengan menampilkan tayangan yang diambil dari kehidupan sehari-hari pada

dimasa saat disekolah atau diluar sekolah dan sebagainya, ini mampu menghibur

dan memberikan pengaruh yang positif dan negatife kepada pemirsanya.

Peneliti menyimpulkan, Teori Kultivasi ini dampak yang disebabkan

oleh televisi terhadap penerimaan oleh masyarakat. Pengembangan siaran televisi

yang mempengaruhi manusia untuk menjadikannya sebagai suatu kebutuhan dalam

mendapatkan informasi terkadang juga telah mengakibatkan terpengaruhnya cara


93

berfikir audiens mengenai sesuatu hal yang kemudian diterapkan dalam kehidupan

kesehariannya.

Hubungan dalam penelitian ini adalah pesan yang disampaikan dalam

tayangan sinetron Dari Jendela SMP tersebut langsung memberi rangsangan

informasi kepada pemirsanya, dalam kata lain seperti Mempengaruhi manusia

untuk menjadikannya kebutuhan dalam medapatkan informasi atau isi pesan,

dengan adanya tayangan sinetron Dari Jendela SMP sikap remaja bisa

mempengaruhi di perilaku imitasi atau meniru didalam individu. Karena anak

remaja cenderung akan mengikuti hal yang dilakukan atau yang dilihat oleh orang

lain.

Kuesioner penelitian diberikan kepada responden remaja SMP PGRI 3

Ciledug-Tangerang dengan secara langsung, lalu kuesioner disebarkan dengan

nama yang sudah didata terlebih dahulu. Jumlah responden SMP PGRI 3 Ciedug-

Tangerang yaitu 154, responden laki-laki sebanyak 63 atau 40,9% dan perempuan

sebanyak 91 atau 59,1%. Jadi, responden perempuan lebih banyak disbanding laki-

laki.

Dengan penyebaran kuesioner ke responden dan dari hasil jawaban

yang telah diolah dengan SPSS, penulis menemukan adanya pengaruh tayangan

sinetron Dari Jendela SMP terhadap perilaku imitasi dikalangan remaja SMP PGRI

3. Hal ini dapat dilihat dari persamaan regresi linear Y = 12,596 + 0,526X,

berdasarkan persamaan tersebut terlihat bahwa koefisien regresi dari masing-


94

masing dari variabel independen bernilai positif, artinya variabel tayangan sinetron

Dari Jendela SMP berpengaruh terhadap perilaku imitasi dikalangan remaja.

Jadi, signifikan pengaruh tayangan sinetroon Dari Jendela SMP

terhadap perilaku imitasi dikalangan remaja memiliki hubungan, karena kedua

variabel X dan variabel Y memiliki hubungan yang kuat. Sehingga variabel X dapat

mempengaruhi variabel Y dengan respon atau efek yang di dapat setelah menonton

tayangan sinetron Dari Jendela SMP SCTV.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam penelitian ini penulis menguraikan kesimpulan dan memberikan

saran yang berkaitan dengan hasil penelitian mengenai signifikansi pengaruh

tayangan sinetron Dari Jendela SMP terhadap perilaku imitasi dikalangan remaja

SMP PGRI 3 Ciledug Kota Tangerang yang terlah dianalisis dengan responden

remaja Siswa/I tingkat SMP di SMP PGRI 3 Ciledug Kota Tangerang.

5.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa remaja memiliki perilaku

imitasi yang cukup sehingga mereka tidak mampu untuk memilih tayangan yang

baik atau tidak baik untuk ditirukan pada kehidupan dimasa remaja. Walaupun

dalam menyampaikan pesan dari tayangan sinetron Dari Jendela SMP ini masih

kurang dimengerti oleh responden atau penonton, tetapi para Siswa/I SMP PGRI 3

Ciledug Kota Tangerang memiliki tingkat perilaku imitasi yang cukup dalam

komunikasi. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan variabel

independen (pengaruh tayangan sinetron Dari Jendela SMP) melalui analisis ini

apakah ada keterkaitan variabel dependen (perilaku imitasi dikalangan remaja SMP

PGRI 3 Ciledug Kota Tangerang).

Berdasarkan hasil temuan data pembahasan yang ditemukan peneliti adalah

besarnya pengaruh tayangan sinetron “Dari Jendela SMP” di SCTV terhadap

perilaku imitasi dikalangan remaja SMP PGRI 3 Ciledug-Tangerang ialah sebesar

25,3%. Hal ini berarti bahwa 25,3% varians variabel Perilaku imitasi di SMP PGRI

95
96

3 Ciledug-Tangerang dapat ditentukan oleh variabel pengaruh tayangan sinetron

“Dari Jendela SMP” di SCTV, dan sisanya (=74,7%) ditentukan oleh variabel lain

yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini.

Dalam hal ini jika biasanya sinetron dianggap hanya sebagai program

hiburan saja, namun justru sinetron Dari Jendela SMP selain menyajikan hiburan

justru lebih menonjolkan sisi romantisme yang negative bagi penonton yang masih

duduk dibangku SMP, dan sisi positifnya mengajarkan tentang persahabatab

disekolah SMP tersebut. Dalam hal ini pesan yang ingin diberikan kepada penonton

adalah bagaimana cara agar individu tidak melakukan apa yang sudah penonton

lihat dari tayangan sinetron tersebut dan menjaga persahabatan dengan baik

disekolah untuk khalayak penontonnya.

Cerita sederhana dan dekatnya dengan anak remaja SMP ini yang

menjadikan sinetron Dari Jendela SMP ini menjadi idola masyarakat saat ini. Selain

itu sinetron Dari Jendela SMP juga memberikan nilai ada negative dan positif dalam

setiap tayangannya yang disuguhkan kepada penonton. Sehingga sinetron Dari

Jendela SMP ini berhasil mendapatkan rating yang cukup naik pada saat itu dan

mendapatkan teguran dari KPI Komisi Penyiaran Indonesia sehingga mengundang

banyak kritikan dan komentar negative untuk sinetron Dari Jendela SMP ini.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Pengaruh Tayangan Sinetron Dari

Jendela SMP Terhadap Perilaku Imitasi Dikalangan Remaja SMP PGRI 3” (Survey

pada Siswa/I SMP PGRI 3 Ciledug Tangerang), peneliti memberikan saran sebagai

berikut:
97

5.2.1 Saran Teoritis


Penelitian ini hanya sebatas ingin mengetahui motif perilaku imitasi anak

remaja yang masih duduk dibangku SMP di SMP PGRI 3 Ciledug-Tangerang

menonton sinetron Dari Jendela SMP di SCTV. Diharapkan untuk penelitian

selanjutnya bisa di teliti hingga tingkat kepuasan tayangan dan alur cerita terhadap

perilaku imitasi(meniru) dari anak remaja SMP di wilayah Ciledug-Tangerang

dalam menonton sinetron Dari Jendela SMP di SCTV. Selain itu penelitian ini

harusnya bisa dilakukan pada kota lain di Indonesia, tidak terbatas hanya pada Kota

Tangerang dan sekitar.

5.2.2 Saran Praktis


Pada penelitian ini adalah di harapkan sinetron di Indonesia lebih

mengedepankan nilai-nilai pembelajaran serta edukasi yang positif yang

terkandung dalam sinetron. Selain itu lebih berhati-hati dalam adegan-adegan yang

mengandung kekerasan atau dilarang oleh Komisi Penyiaran Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

Hadis Abdul. 2006. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung; CV Alfabeta


Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Ardianto, Elvinaro. (2007). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung :
Simbosa Rekatama Media
A., Morissan M., dkk. (2012). Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana.
Anshori, Muslich & Iswati, Sri. (2017). Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Surabaya. Airlangga University Press.
Bungin, Burhan. 2014. Penelitian Kualitatif . Jakarta : Kencana Prenada Media
Cangara, Hafied. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, teori dan filsafat komunikasi. Bandung :
Citra Aditya Bakti
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS.
Yogyakarta: Universitas Diponegoro
Hergenhahn, B. R. dan Olson, Matthew H. (2008). Theories of Learning (7th ed.).
Jakarta: Prenada Media Group.
Kusnadi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi.
Jakarta : Rineka Cipta.
Poerbakawatja, Soegarda, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1982)
Potter, W. James. (2001). Media Literacy. New York: Sage Publications.
Ruslan, Rosady,2006. Metode Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Richards Graham. 2010. Psikologi Carl Gustav Jung. Yogyakarta. Pustaka baca
Sani, Ridwan Abdullah dan Sudiran. 2013. Meningkatkan Profesionalisme Guru
Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Citapustaka Media Perintis
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakatra : Kencana.

98
99

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Afabeta
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT Alfabet.
Zulfikar dan I Nyoman Budiantara. 2014. Manajemen Riset dengan Pendekatan
Komputasi Statistika. Deepublish, Yogyakarta.

Internet
https://akurat.co/news/id-1158077-read-ramairamai-laporkan-sinetron-dari-jendela-
smp-ke-kpi

https://republika.co.id/berita/qdhtkz440/sinetron-dari-jendela-smp-akhlak-
generasi-tereduksi
https://www.popmagz.com/dari-jendela-smp-rating-dua-putri-untuk-pangeran-
terkudeta-27335/
https://minartirahayu.blogspot.com/2013/03/pengertian-bakat-dan-minat.html
diakses pada tanggal 28 Oktober 2020, pukul 21.09
http://rizhacommunication.blogspot.com/2010/03/teori-media-dan-masyarakat-
katherine.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Dari_Jendela_SMP
100

KUESIONER PENELITIAN

Kepada Yth,

Siswa/I SMP PGRI 3 Jl. Siswa No. 5, RT.004/RW.009 Larangan Indah, Kec.

Larangan, Kota Tangerang

Di tempat.

Responden yang terhormat,

Semoga siswa/I selalu diberikan kesehatan serta dilancarkan segala aktifitas sehari-

harinya baik dirumah maupun diluar. Sehubungan dengan penelitian yang saya

lakukan untuk menyusun Skripsi di Universitas Satya Negara Indonesia. Dengan

ini, saya memohon bantuan kepada Anda untuk ketersediaan meluangkan waktu

untuk mengisi beberapa kuesioner ini. Dengan judul:

“Pengaruh Tayangan Sinetron Dari Jendela SMP Terhadap Perilaku Imitasi

Dikalangan Remaja SMP PGRI 3 Ciledug Tangerang”

Jawaban jujur yang warga berikan akan sangat berarti bagi penelitian yang sedang

saya lakukan. Atas perhatiannya, saya mengucapkan banyak Terima Kasih.

Hormat Saya,

( Elvira Ayudia Sandy )

No. Responden
101

A. Identitas Responden

Nama :

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Usia : 13 Tahun

14 Tahun

15 Tahun

Tingkat Pendidikan : 1 SMP

2 SMP

3 SMP

B. Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Bacalah setiap pertanyaan dengan Teliti

2. Pilihlah satu jawaban yang sesuai dengan pendapat Anda, dengan

memberi tanda () pada salah satu kotak SS,S,TS,STS, dengan kriteria:

SS (4) : Bila Anda Sangat Setuju dengan pertanyaan yang peneliti

ajukan

S (3) : Bila Anda Setuju dengan pertanyaan yang peneliti ajukan

TS (2) : Bila Anda Tidak Setuju dengan pertanyaan yang peneliti ajukan

STS (1) : Bila Anda Sangat Tidak Setuju dengan pertanyaan yang

peneliti ajukan

3. Dimohon Jawablah pertanyaan dengan jujur sesuai dengan kondisi

Anda, seperti dibawah ini:


102

Contoh :

Pilihan Jawaban
STS TS S SS
No. Pernyataan (1) (2) (3) (4)
1. Saya mengetahui sinetron Dari Jendela SMP
dengan tayangan yang sangat negative.

Angket Penelitian

1. Variabel Y (Perilaku Imitasi Terhadap Dikalangan Remaja

SMP PGRI 3)

No. Pernyataan Pilih Jawaban


1 2 3 4
1. Saya mengetahui sinetron Dari Jendela
SMP dengan tayangan yang sangat
negative.
2. Saya mengetahui sinetron Dari Jendela
SMP memiliki etika yang tidak baik
dalam tayangannya.
3. Setelah menonton saya merasa ingin
menirukan adegan yang ditayangkan.
4. Setelah menonton saya tidak tertarik
dengan sinetron Dari Jendela SMP
5. Setelah menonton tayangan sinetron Dari
Jendela SMP dapa berpengaruh perilaku
meniru bagi diri saya.
6. Setelah menonton tayangan sinetron Dari
Jendela SMP membawa dampak negative
bagi diri saya.
7. Setelah menonton tayangan sinetron Dari
Jendela SMP membawa dampak positif
bagi diri saya untuk menjadi lebih baik
dalam bersahabatan disekolah.
8. Setelah menonton tayangan sinetron Dari
Jendela SMP saya merasa terhibur.
103

9. Setelah menonton tayangan sinetron


tayangan sinetron Dari Jendela SMP
merasa pua dengan mempunyai daya
khayal menirukan suatu adegan.
10. Saya diperbolehkan menonton sinetron
Dari Jendela SMP dengan Orang tua.
11. Setelah menonton tayangan sinetron ini
saya akan merekomendasikan untuk
menonton sinetron Dari Jendela SMP
kepada teman/kerabat saya.

Variabel X (Pengaruh Tayangan Sinetron Dari Jendela SMP)

No. Pernyataan Pilih Jawaban


1 2 3 4
1. Apakah anda mengetahui sinetron Dari
Jendela SMP.
2. Apakah anda mengetahui sinetron Dari
Jendela SMP melalui media televisi.
3. Apakah sinetron Dari Jendela SMP
terkenal dengan tayangan sinetron remaja
kekinian.
4. Sinetron Dari Jendela SMP selalu
mendapatkan kritikan dari para penonton.
5. Cara penyampaian informasi atau pesan
sinetron Dari Jendela SMP sangat jelas.
6. Kualitas tayangan sinetron Dari Jendela
SMP sangat menarik untuk ditonton.
7. Kualitas tayangan sinetron Dari Jendela
SMP tidak layak ditiru.
8. Sinetron Dari Jendela SMP tidak sesuai
yang anda butuhkan.
9. Sinetron Dari Jendela SMP selalu
menampilkan tayangan dalam segi
romantisme.
Sinetron Dari Jendela SMP tidak memberi
10. anda pengetahuan dalam segi tayangan.
104
105
106

Anda mungkin juga menyukai