Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS BUDAYA WESTERNISASI DI KALANGAN SISWA SMA

(Studi kasus : Pada Remaja Siswa SMA PGRI Depok)


Disusun Memenuhi Tugas Akhir Penelitian Sosiologi

Disusun Oleh :
Delfia Pusputaningrum
Dini Cahaya Indah Putri
Edelwis Queentabilla Hadisti
Mukhtasor Zhidan
Ryeska Ayu Saputri

Kelompok 4

X IPS 1
SMA PGRI DEPOK
KOTA DEPOK
2023
Lembar Pengesahan

Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah dengan judul
"ANALISIS BUDAYA WESTERNISASI DI KALANGAN SISWA SMA" ini adalah
hasil karya asli kami dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Kami juga
menyatakan bahwa dalam penulisan makalah ini, kami tidak melakukan plagiat atau
pelanggaran etika akademik lainnya.

Dengan ini kami mengesahkan bahwa makalah ini telah diselesaikan dengan penuh
tanggung jawab dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh dosen pembimbing
kami. Kami juga menyadari bahwa keaslian dan kualitas makalah ini akan menjadi
tanggung jawab kami sepenuhnya.

Tanggal Penulisan: 3 Maret 2023

Kami memahami bahwa makalah ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan
penelitian oleh pihak lain, dengan mencantumkan sumber yang sesuai. Kami siap
memberikan klarifikasi dan informasi tambahan yang diperlukan terkait dengan
makalah ini.

Demikian pernyataan pengesahan ini kami buat dengan sebenarnya dan penuh
kesadaran.

Depok, 3 Maret 2023

Kelompok 4 Megawati,S.Pd

i
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya yang telah melimpah pada kita. Shalawat dan salam juga kami sampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai teladan sempurna dalam menjalani kehidupan.
Dalam rangka memenuhi tugas akademik, kami dengan senang hati menyajikan
makalah dengan judul "Analisis Budaya Westernisasi di Kalangan Siswa SMA". Makalah ini
merupakan hasil kerja keras dan dedikasi kami dalam memahami dan menganalisis dampak
westernisasi terhadap budaya siswa SMA.
Dalam era globalisasi yang semakin maju, pengaruh budaya Barat telah menyebar
dengan cepat ke berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk di kalangan siswa SMA.
Westernisasi mempengaruhi perilaku, gaya hidup, nilai-nilai, dan preferensi siswa, serta
membawa perubahan dalam budaya lokal. Oleh karena itu, kami merasa penting untuk
mengkaji dan menganalisis dampak dari fenomena ini.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang
westernisasi di kalangan siswa SMA. Kami akan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi westernisasi, mengidentifikasi perubahan budaya yang terjadi, serta
mengeksplorasi tantangan dan peluang yang dihadapi dalam konteks pendidikan. Dengan
demikian, kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang berharga bagi
pembaca dalam memahami perubahan budaya dan merancang strategi pendidikan yang
relevan.
Kami ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen
pembimbing kami, [Nama Dosen Pembimbing], atas bimbingan, dukungan, dan arahan yang
diberikan selama penulisan makalah ini. Terima kasih juga kepada keluarga, teman, dan
semua pihak yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini memiliki keterbatasan dan ruang untuk perbaikan
lebih lanjut. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran, kritik, dan masukan yang
konstruktif dari pembaca agar kami dapat terus memperbaiki dan mengembangkan
pemahaman kami tentang analisis budaya westernisasi di kalangan siswa SMA.
Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam
memperluas wawasan dan pemahaman tentang budaya dan pendidikan di kalangan siswa
SMA. Semoga makalah ini bermanfaat dan menjadi bagian dari upaya bersama dalam
menghadapi tantangan budaya dalam era globalisasi.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Depok, 3 Maret 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan…………………………………………………………………………….i
Kata Pengantar………………………………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….….1
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………………...……..1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………..2
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………………..…..2
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………………………..3
BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………………………...…….4
2.1 Pengertian Westernisasi…………………………………………………………….....4
2.2 Penyebab Westernisasi…………………………………………………………..…….4
2.3 Penyebab Westernisasi Menurut Ahli…………………………………………..……..5
2.4 Teori Pembentukan Diri Looking Glass Self………………………………………….6
2.5 Teori Perubahan Sosial…………………………………………………………...……6
2.6 Karakteristik Westernisasi……………………………………………………………..7
BAB III METEDEOLOGI PENELITIAN………………………………………….…………9
3.1 Metode Penelitian Kualitatif…………………………………………………….…….9
3.2 Teknik Penambilan Data Wawancara…………………………………………....…..10
3.3 Teknik Pengambilan Data Studi Observasi………………………………….........….11
3.4 Teknik Pengambilan Data Studi Pustaka…………………………………………….12
BAB IV PEMBAHASAN, ANALISIS, GAYA HIDUP WESTERNISASI DI KALANGAN
SISWA…………………………………………………………………………………...…..14
4.1 Perilaku Westernisasi Remaja SMA…………………………………………...…….14
4.2 Penyebab Perilaku Westernisasi…………………………………………………..….14
4.3 Solusi Penyelesaian………………………………………………………………..…15
INSTRUMEN WAWANCARA FENOMENA WESTERNISASI PADA SISWA SMA…..16
BAB V PENUTUP…………………………………………………………………………..19
5.1 KESIMPULAN……………………………………………………...……………….19
5.2 SARAN………………………………………………………………………………19
LAMPIRAN………………………………………………………………………………….20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Penelitian ini didasarkan pada pengaruh westernisasi pada gaya hidup siswa/siswi SMA.
Westernisasi adalah proses pembaratan, pengambilalihan, atau peniruan budaya barat. Segala
tata cara kehidupan dalam westernisasi mengacu pada budaya dunia barat. Proses perubahan
sosial ini terjadi karena adanya globalisasi. Adopsi budaya Barat di berbagai bidang seperti
industri, teknologi, hukum, politik, gaya hidup, dan ekonomi. Kata Westernisasi berasal dari
bahasa Inggris, west berarti barat. Sementara itu, menurut istilah, kata ini menggambarkan
upaya meniru cara hidup orang Eropa Barat atau Amerika.
Pengaruh westernisasi salah satu hal serius di Indonesia. Hal ini dikarenakan bisa
menyebabkan pergeseran budaya, nilai-nilai dan norma sosial. Budaya peninggalan nenek
moyang nusantara bisa saja ditinggalkan apabila pengaruh westernisasi semakin tidak
terbendung. Dengan teknologi yang semakin maju seperti saat ini, westernisasi sangat mudah
menyebar melalui media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Tiktok, dll.
Pengaruh westernisasi terhadap karakter remaja masa kini sangatlah besar. Yang mana,
karakter (termasuk remaja) bisa diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak (KBBI).
Dampak yang diberikan westernisasi terhadap karakter remaja pun bisa positif dan juga
negatif. Salah satu dampak westernisasi terhadap remaja adalah terbukanya pikiran kaula
muda ini terhadap dunia luar, mudahnya mengakses teknologi maju, dan kemudahan
mempelajari bahasa asing. Selain itu, dampak positif lainnya yakni memotivasi untuk
memajukan bangsa agar dapat bersaing dengan negara-negara luar.
SMA PGRI kota Depok sebagai institusi pendidikan berusaha membangun efektivitas
komunikasi dan informasi dalam era globalisasi. Sistem digital telah berkembang secara
cepat dan merambah pesat dalam dunia pendidikan, revolusi teknologi informasi ini di
optimalkan agar pendidikan masa mendatang lebih bersifat terbuka dan kolaboratif sehingga
media ini dapat digunakan sebagai sarana interaksi antara sekolah dengan siswa, orang tua
siswa, alumni dan lainnya secara luas. SMA Negeri 12 Depok adalah sebuah sekolah
menengah atas negeri yang terletak di Cipayung Jaya, Kec. Cipayung. SMA Negeri 12 Depok
berdiri pada tahun 2014.
Alasan kami memilih untuk mengkaji tentang westernisasi, adalah karena kami merasa
siswa dan siswi sma pgri depok sudah banyak yang mengikuti perubahan sosial, salah
satunya adalah westernisasi. Perilaku westernisasi lebih banyak dilakukan oleh kalangan
remaja karena masih mencari identitas diri dan ingin keberadaannya di masyarakat
mendapatkan pengakuan. Selain itu juga karena remaja lebih terbuka terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi di masyarakat.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Menjelaskan gejala sosial westernisasi pada 10 siswa SMA?
2. Apa dampak westernisasi yang terjadi bagi kehidupan 10 siswa SMA?
3. Bagaimana keadaan westernisasi menurut 10 siswa SMA?
4. Apa dampak yang diterima terkait westernisasi menurut 10 siswa SMA?
5. Bagaimana solusi penyelesaian pada 10 siswa SMA ?

1.3 Tujuan penelitain


1. Untuk menjelaskan gejala sosial westernisasi pada 10 siswa SMA.
2. Untuk mengetahui bagaimana keadaan siswa SMA setelah melakukan westernisasi.
3. Untuk menjelaskan dampak positive dan negative dari westernisasi bagi 10 siswa
SMA.
4. Untuk membahas
5. Untuk memberikan solusi penyelesaian dari perilaku westernisasi yang dilakukan 10
siswa SMA.
3

1.4 Manfaat penelitian


Dalam keseluruhan, penelitian analisis budaya westernisasi di kalangan siswa
SMA memiliki manfaat yang signifikan dalam memahami perubahan budaya,
merancang kebijakan pendidikan yang relevan, mengoptimalkan proses pembelajaran,
dan memperkuat identitas budaya siswa. Dengan mempelajari pengaruh westernisasi,
penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
dampaknya terhadap perilaku, gaya hidup, nilai-nilai, dan preferensi siswa SMA.

Melalui penelitian ini, kita dapat mengidentifikasi dan menganalisis perubahan


budaya yang terjadi di kalangan siswa SMA, terutama dalam konteks adopsi unsur-
unsur budaya Barat. Informasi ini dapat digunakan untuk mengembangkan strategi
pendidikan yang lebih responsif dan relevan terhadap kebutuhan dan preferensi siswa,
sehingga menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih efektif.

Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan dasar yang kuat bagi pembuat
kebijakan pendidikan dalam mengembangkan kebijakan yang mendukung integrasi
budaya lokal dan global. Pemahaman yang lebih baik tentang pengaruh westernisasi
dapat membantu merancang kurikulum yang mencakup aspek budaya yang relevan,
sehingga siswa dapat mengembangkan pemahaman yang seimbang tentang budaya
mereka sendiri dan budaya lain.

Lebih penting lagi, penelitian ini dapat membantu memperkuat identitas


budaya siswa SMA. Dengan menyadari pengaruh westernisasi, siswa dapat menjadi
lebih sadar akan nilai-nilai dan warisan budaya mereka sendiri. Penelitian ini dapat
memainkan peran penting dalam mempromosikan penghargaan terhadap
keberagaman budaya, mendorong siswa untuk mempertahankan dan memperkaya
identitas budaya mereka, serta membangun rasa kebanggaan terhadap budaya lokal
mereka.

Dengan demikian, penelitian analisis budaya westernisasi di kalangan siswa


SMA memberikan manfaat yang luas dalam memahami perubahan budaya,
merancang kebijakan pendidikan yang relevan, mengoptimalkan proses pembelajaran,
dan memperkuat identitas budaya siswa SMA. Penelitian ini berkontribusi pada
pemahaman yang lebih komprehensif tentang interaksi antara budaya Barat dan
budaya lokal di kalangan siswa SMA, serta membantu membentuk pendekatan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan realitas mereka.
BAB II
LANDASAN TEORI

1.1 Pengertian Westernisasi


Westernisasi merujuk pada proses adopsi dan penyebaran pengaruh budaya Barat ke
dalam budaya suatu masyarakat atau individu. Istilah ini mencakup transformasi
sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang terjadi ketika elemen-elemen budaya Barat
diterima dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Westernisasi dapat terjadi
melalui berbagai saluran, termasuk media massa, pendidikan, dan interaksi
antarbudaya. Nilai-nilai dan norma-norma Barat, seperti individualisme, sekularisme,
konsumerisme, dan demokrasi, sering kali menjadi bagian dari perubahan sosial yang
terkait dengan westernisasi. Proses ini tidak hanya terbatas pada kebudayaan Barat,
tetapi juga melibatkan negosiasi dan transformasi budaya yang kompleks di antara
masyarakat yang berbeda. Westernisasi juga dapat menimbulkan tantangan dan
konflik budaya dalam mempertahankan identitas dan nilai-nilai tradisional.

1.2 Penyebab Westernisasi


1. Globalisasi: Salah satu penyebab utama westernisasi di kalangan siswa SMA
adalah fenomena globalisasi. Globalisasi memfasilitasi pertukaran budaya dan ide
antar negara dan wilayah dengan cepat. Kemajuan teknologi komunikasi dan
transportasi memungkinkan informasi, media, dan produk dari Barat mudah diakses
oleh siswa SMA di berbagai belahan dunia. Globalisasi juga menciptakan persaingan
antara budaya lokal dan budaya Barat, yang mempengaruhi preferensi dan gaya hidup
siswa.

2. Media Massa: Peran media massa, seperti televisi, film, musik, dan internet, sangat
penting dalam menyebarkan budaya Barat. Siswa SMA terpapar oleh konten media
Barat yang menampilkan gaya hidup, nilai-nilai, dan tren budaya Barat. Popularitas
film Hollywood, musik pop Barat, dan platform media sosial seperti Instagram dan
YouTube, telah berkontribusi dalam mengenalkan dan memengaruhi budaya Barat di
kalangan siswa SMA.

3. Pendidikan: Sistem pendidikan modern di banyak negara, termasuk di kalangan


siswa SMA, sering kali mengadopsi model pendidikan Barat. Kurikulum yang
menekankan pada pengetahuan akademis, kreativitas, dan pengembangan individu
dapat memperkenalkan nilai-nilai dan praktik-praktik Barat kepada siswa. Selain itu,
adopsi metode pengajaran yang berfokus pada pemikiran kritis, diskusi terbuka, dan
partisipasi aktif juga dapat memengaruhi pemikiran dan sikap siswa terhadap budaya
Barat.

4. Konsumerisme: Pengaruh konsumerisme juga menjadi faktor penting dalam


westernisasi di kalangan siswa SMA. Budaya konsumsi yang ditampilkan dalam
budaya Barat seringkali menarik minat siswa SMA. Mereka tertarik pada merek-
merek internasional, produk fashion, gadget, dan gaya hidup yang terkait dengan

4
5

budaya Barat. Kemudahan aksesibilitas produk-produk tersebut melalui perdagangan


internasional dan e-commerce turut berperan dalam mendorong siswa untuk
mengadopsi budaya Barat.

5. Perkembangan Teknologi: Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, seperti


internet dan media sosial, telah mengubah cara siswa SMA berinteraksi dan
memperoleh informasi. Hal ini memperluas ruang lingkup mereka untuk terhubung
dengan budaya global, termasuk budaya Barat. Dengan adanya internet, siswa dapat
mengakses konten Barat, mengikuti tren terbaru, dan terlibat dalam komunitas online
yang mempromosikan budaya Barat.

6. Perubahan Nilai dan Norma Sosial: Perubahan nilai dan norma sosial dalam
masyarakat juga dapat mempengaruhi westernisasi di kalangan siswa SMA. Nilai-
nilai Barat yang menekankan individualisme, kebebasan berekspresi, kesetaraan
gender, dan inklusivitas, dapat menarik minat siswa dalam mengadopsi budaya Barat.
Perubahan sosial dan budaya yang terjadi dalam masyarakat juga dapat

2.3 Penyebab Westernisasi Menurut Ahli


1. Anthony Giddens: Giddens, seorang sosiolog terkenal, berpendapat bahwa
globalisasi dan modernisasi adalah faktor utama dalam westernisasi. Menurutnya,
globalisasi telah mengubah dunia menjadi lebih terhubung dan saling tergantung,
memungkinkan ide, nilai, dan budaya dari Barat untuk menyebar dengan cepat di
seluruh dunia. Selain itu, modernisasi juga memicu adopsi elemen-elemen budaya
Barat, karena masyarakat yang modern cenderung mengadopsi praktik-praktik dan
nilai-nilai yang dianggap modern oleh standar Barat.

2. Roland Robertson: Ahli sosiologi Roland Robertson berpendapat bahwa


westernisasi terjadi sebagai hasil dari proses "universalisasi particularitas".
Menurutnya, budaya Barat dianggap sebagai model yang universal, dan elemen-
elemen budaya Barat diterima dan disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks lokal.
Hal ini terjadi karena budaya Barat memiliki daya tarik yang kuat dalam hal
teknologi, inovasi, dan kemajuan, sehingga masyarakat di seluruh dunia cenderung
tertarik untuk mengadopsinya.

3. Peter Berger: Berger, seorang sosiolog dan teolog, berpendapat bahwa westernisasi
terjadi karena modernitas menyebabkan terkikisnya nilai-nilai dan tradisi yang lebih
konservatif. Menurutnya, modernitas mendorong individu untuk mencari identitas dan
gaya hidup yang lebih individualis, sekuler, dan rasional, yang sering kali sesuai
dengan nilai-nilai Barat. Hal ini terjadi karena budaya Barat memiliki pengaruh yang
kuat dalam hal kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, dan pemikiran rasional.

4. Homi K. Bhabha: Ahli teori budaya Homi K. Bhabha menekankan bahwa


westernisasi terjadi melalui proses "hybriditas" di mana elemen-elemen budaya Barat
dan lokal saling berinteraksi dan menghasilkan bentuk budaya yang baru.
Menurutnya, westernisasi bukanlah sekadar pengadopsian pasif terhadap budaya
Barat, tetapi juga melibatkan perubahan dan penyesuaian budaya lokal dengan unsur-
6

unsur Barat. Proses ini dapat menghasilkan bentuk budaya yang unik dan kompleks di
kalangan siswa SMA.

5. Stuart Hall: Hall, seorang teoretikus budaya, berpendapat bahwa westernisasi


terjadi melalui dominasi budaya dan hegemoni media. Menurutnya, media massa
memiliki peran krusial dalam menyebarkan budaya Barat ke berbagai negara dan
komunitas. Melalui film, musik, dan televisi, media massa memperkenalkan dan
mempromosikan gaya hidup, nilai-nilai, dan tren budaya Barat. Siswa SMA yang
terpapar oleh media massa sering kali terpengaruh dan terinspirasi oleh budaya Barat
yang mereka saksikan.

Terkait dengan westernisasi di kalangan siswa SMA, penyebab-penyebab yang


disebutkan oleh ahli-ahli di atas memberikan wawasan tentang faktor-faktor global,
social

2.4 Teori Pembentukan Diri Looking Glass Self


Proses dari looking-glass self semakin diperumit oleh konteks setiap interaksi dan
sifat orang yang terlibat. Tidak semua umpan balik memiliki bobot yang sama,
misalnya. Orang mungkin menganggap tanggapan dari orang yang mereka percayai
lebih serius daripada orang asing. Sinyal dapat disalahartikan. Orang juga biasanya
mempertimbangkan sistem nilai mereka sendiri ketika memikirkan perubahan apa pun
pada perilaku atau pandangan mereka tentang diri.
Pada akhirnya, proses dari cermin diri adalah salah satu keselarasan. Orang terus
berusaha untuk menciptakan konsistensi antara dunia internal dan eksternal mereka
dan, oleh karena itu, terus merasakan, menyesuaikan, dan berjuang untuk
keseimbangan sepanjang hidup mereka.

2.5 Teori Perubahan Sosial


Perubahan bisa disebut sebagai sesuatu yang terjadi secara berbeda dari waktu ke
waktu atau dari sebelum dan sesudah adanya suatu aktivitas. Setiap aktivitas dan
kegiatan akan menyenybabkan perubahan. Perubahan itu dapat melibatkan semua
faktor seperti: sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Menurut Selo Soemardjan,
perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan di
dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk di dalamnya
nilai-nilai sikap-sikap dan pada perilaku di antara kelompok dalam masyarakat.
Bermacam perubahan dalam lembaga-lembaga masyarakat yang bisa mempengaruhi
sistem sosialnya seperti nilai-nilai, sikap dan pola tingkah laku antar kelompok di
dalam masyarakat. Itu semua bisa dikatakan sebagai konsep dari perubahan sosial.
Suatu masyarakat akan mengalami perubahan dan dinamika sosial. Hal tersebut
merupakan dampak dari interaksi antar manusia dan kelompok, terutama di era
globalisasi, di mana kemajuan teknologi membawa berbagai pengaruh. Teori
perubahan sosial dibagi beberapa jenis antara lain.
1. Teori Evolusi (Evolution Theory)
Teori evolusi mengacu pada teori evolusi Darwin dan dipengaruhi oleh pemikiran
Herbert Spencer. Menurut James M. Henslin (2007), terdapat dua tipe teori evolusi
mengenai cara masyarakat berubah, yakni teori unilinier dan teori multilinier.
7

Pandangan teori unilinier mengasumsikan bahwa semua masyarakat mengikuti jalur


evolusi yang sama. Setiap masyarakat berasal dari bentuk yang sederhana ke bentuk
yang lebih kompleks atau sempurna. Masing-masing individu melewati proses
perkembangan yang seragam. Teori multilinier mengasumsikan bahwa semua
masyarakat mengikuti urutan yang sama. Artinya, masyarakat tidak perlu melewati
urutan tahapan yang sama seperti masyarakat yang lain.
2. Teori Konflik (Conflict Theory)
Menurut teori konflik, perubahan sosial disebabkan adanya konflik dalam masyarakat.
Teori ini memiliki prinsip bahwa konflik sosial dan perubahan sosial selalu melekat
pada struktur masyarakat. Konflik antar individu atau antar kelas sosial dapat memicu
terjadinya perubahan masyarakat. Perubahan yang terjadi setelah konflik
menunjukkan keberhasilan keinginan perubahan dari kelompok atau kelas tertentu
yang memenangkan konflik tersebut. Contohnya, pergantian sistem pemerintahan di
Indonesia pada tahun 1966. Rezim Order Baru menggantikan rezim Orde Lama
melalui Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Dengan demikian, konflik
mengakibatkan perubahan sosial dalam bidang pemerintahan.
3. Teori Fungsionalis (Functionalist Theory)
Teori ini memandang setiap elemen masyarakat memberikan fungsi terhadap elemen
masyarakat lainnya. Perubahan yang muncul di suatu bagian masyarakat akan
menimbulkan perubahan pada bagian yang lain pula karena perubahan dianggap
mengacaukan keseimbangan masyarakat. Perubahan sosial tidak lepas dari hubungan
antara unsur-unsur kebudayaan dalam masyarakat. Apabila perubahan dinilai
bermanfaat, maka perubahan itu bersifat fungsional dan akhirnya diterima oleh
masyarakat. Tetapi, jika perubahan terbukti disfungsional atau tidak bermanfaat,
perubahan akan ditolak.
4. Teori Siklus (Cyclical Theory)
Menurut Horton dan Hunt (1992), para penganut teori siklus melihat adanya sejumlah
tahapan yang harus dilalui oleh masyarakat. Mereka berpandangan bahwa proses
perubahan masyarakat bukannya mencapai tahap akhir yang sempurna, melainkan
berlanjut menuju tahap kepunahan dan berputar kembali ke tahap awal untuk
peralihan selanjutnya. Menurut teori ini, kebangkitan dan kemunduran suatu
kebudayaan atau kehidupan sosial merupakan hal yang wajar dan tidak dapat
dihindari. Dengan demikian, perubahan sosial terjad secara berulang-ulang.

2.6 Karakteristik Westernisasi


Westernisasi adalah fenomena sosial yang melibatkan adopsi dan penyebaran
pengaruh budaya Barat ke dalam budaya suatu masyarakat atau individu. Berikut ini
adalah beberapa karakteristik umum dari westernisasi:

1. Adopsi Nilai-nilai Barat: Salah satu karakteristik utama westernisasi adalah adopsi
nilai-nilai budaya Barat. Nilai-nilai seperti individualisme, kebebasan berekspresi,
kesetaraan gender, rasionalitas, dan sekularisme cenderung menjadi bagian dari
transformasi budaya yang terjadi. Siswa SMA yang terpengaruh oleh westernisasi
mungkin mengadopsi pandangan hidup yang lebih individualistik dan
mengutamakan kebebasan dalam mengungkapkan diri.
8

2. Pengaruh Media Massa: Media massa, termasuk televisi, film, musik, dan internet,
memiliki peran penting dalam menyebarkan budaya Barat. Karakteristik
westernisasi terlihat dalam popularitas film-film Hollywood, musik pop Barat, dan
konten media sosial yang menampilkan tren, gaya hidup, dan nilai-nilai Barat.
Media massa mempengaruhi persepsi, preferensi, dan identitas siswa SMA
dengan mengekspos mereka pada budaya Barat secara terus-menerus.
3. Gaya Hidup dan Mode Barat: Westernisasi juga mencerminkan adopsi gaya hidup
dan mode Barat. Siswa SMA yang terpengaruh oleh westernisasi mungkin
mengadopsi gaya berpakaian, gaya rambut, dan tren fashion yang terinspirasi dari
Barat. Konsumsi produk-produk Barat seperti merek pakaian, kosmetik, dan
gadget juga menjadi karakteristik westernisasi yang terlihat dalam kehidupan
sehari-hari siswa SMA.
4. Konsumerisme dan Materialisme: Karakteristik westernisasi sering kali
berhubungan dengan konsumerisme dan materialisme. Siswa SMA yang
terpengaruh oleh westernisasi mungkin memiliki kecenderungan untuk
mengutamakan keinginan dan kebutuhan material, seperti memiliki gadget
terbaru, pakaian merek terkenal, dan barang-barang mewah. Mereka mungkin
mengadopsi gaya hidup konsumtif yang dipengaruhi oleh budaya Barat yang
menekankan kepemilikan benda material sebagai simbol status sosial.
5. Perubahan Identitas dan Nilai-nilai Tradisional: Westernisasi dapat mempengaruhi
identitas dan nilai-nilai siswa SMA. Karakteristik westernisasi terlihat dalam
perubahan persepsi dan penilaian siswa terhadap nilai-nilai tradisional dan budaya
lokal. Dalam beberapa kasus, siswa SMA yang terpengaruh oleh westernisasi
mungkin mengalami konflik budaya antara nilai-nilai tradisional yang dianut oleh
keluarga dan masyarakat mereka dengan nilai-nilai Barat yang mereka adopsi.
BAB III
METEDEOLOGI PENELITIAN

2.1 Metode Penelitian Kualitatif


Metode penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang cocok untuk mempelajari
fenomena kompleks seperti westernisasi di kalangan siswa-siswi SMA PGRI Depok.
Metode ini menekankan pada pemahaman mendalam tentang perspektif, sikap, dan
pengalaman individu dalam konteks budaya dan sosial yang lebih luas. Berikut ini
adalah beberapa tahapan dan karakteristik metode penelitian kualitatif yang dapat
diterapkan dalam mempelajari westernisasi di kalangan siswa-siswi SMA PGRI
Depok:

1. Desain Penelitian: Tahap awal dalam metode penelitian kualitatif adalah


merancang desain penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian dapat
dilakukan menggunakan pendekatan studi kasus, di mana siswa-siswi SMA PGRI
Depok menjadi fokus penelitian yang mendalam. Penentuan informan kunci, yaitu
siswa-siswi yang mewakili berbagai latar belakang dan tingkat keterpengaruhannya
terhadap westernisasi, juga perlu diperhatikan.

2. Pengumpulan Data: Metode kualitatif mengandalkan pengumpulan data yang


mendalam dan detail. Teknik pengumpulan data yang dapat digunakan meliputi
wawancara mendalam dengan siswa-siswi, observasi partisipatif di lingkungan
sekolah, dan analisis dokumen seperti catatan siswa, jurnal, atau publikasi sekolah.
Selain itu, diskusi kelompok kecil atau focus group discussion juga dapat digunakan
untuk memperoleh wawasan yang lebih luas dari siswa-siswi mengenai westernisasi.

3. Analisis Data: Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara tematik.


Pendekatan analisis yang umum digunakan dalam penelitian kualitatif adalah analisis
konten, di mana data dikategorikan berdasarkan tema-tema yang muncul. Peneliti
akan mengidentifikasi pola, kesamaan, dan perbedaan dalam pandangan, sikap, dan
pengalaman siswa-siswi terkait dengan westernisasi. Pendekatan interpretatif juga
digunakan untuk memahami makna yang terkandung dalam data dan
menghubungkannya dengan konteks budaya dan sosial yang lebih luas.

4. Validitas dan Keandalan: Metode penelitian kualitatif memperhatikan validitas dan


keandalan data. Validitas dapat diperoleh melalui triangulasi data, yaitu
membandingkan hasil dari berbagai sumber data untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih lengkap. Keandalan dapat diperoleh melalui kejelasan dan ketelitian dalam
proses pengumpulan dan analisis data, serta melalui penggunaan kode etik penelitian
yang memastikan kerahasiaan informan dan integritas peneliti.

5. Interpretasi dan Temuan: Hasil penelitian kualitatif dalam konteks westernisasi di


kalangan siswa-siswi SMA PGRI Depok akan menghasilkan interpretasi dan temuan
yang kaya akan informasi dan wawasan. Peneliti dapat meng identifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi westernisasi, perubahan sikap, nilai-nilai, dan gaya hidup siswa-

9
10

siswi, serta dampaknya terhadap identitas dan hubungan sosial mereka. Hasil
penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan kontekstual
bagi sekolah dan masyarakat dalam menghadapi fenomena westernisasi.
Melalui penerapan metode penelitian kualitatif, penelitian tentang westernisasi di
kalangan siswa-siswi SMA PGRI Depok dapat memberikan perspektif yang kaya dan
mendalam tentang pengaruh budaya Barat dalam kehidupan siswa-siswi, serta
memberikan dasar bagi pengembangan pendidikan dan pengajaran yang lebih relevan
dan responsif terhadap kebutuhan mereka.

3.2 Teknik Pengambilan Data Wawancara


Teknik wawancara kelompok kecil merupakan salah satu metode yang efektif dalam
mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan dinamis mengenai fenomena
westernisasi di kalangan siswa SMA PGRI Depok. Dalam konteks penelitian
mengenai westernisasi, teknik ini dapat digunakan untuk menggali perspektif,
pengalaman, dan pandangan siswa secara kolektif, serta memperoleh wawasan yang
lebih kaya mengenai dampak dan implikasi westernisasi dalam konteks sekolah dan
masyarakat.
Dalam teknik wawancara kelompok kecil, sekelompok siswa yang memiliki
pengalaman atau pandangan yang serupa terkait westernisasi diundang untuk
berpartisipasi dalam diskusi yang terarah.

Salah satu ahli yang memberikan pengertian tentang wawancara adalah Bogdan dan
Biklen. Menurut mereka, wawancara adalah sebuah metode pengumpulan data yang
dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan langsung kepada responden dengan tujuan
untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang perspektif, sikap,
pandangan, dan pengalaman individu terkait dengan topik penelitian.

Wawancara merupakan proses interaksi antara peneliti dan responden, di mana


peneliti bertugas sebagai interviewer yang menanyakan pertanyaan-pertanyaan
tertentu kepada responden. Tujuan utama dari wawancara adalah untuk mendapatkan
informasi yang kaya dan mendalam mengenai subjek yang sedang diteliti. Wawancara
juga memberikan kesempatan bagi responden untuk berbagi pengalaman, pemikiran,
dan pandangan mereka secara lebih terperinci.

Dalam wawancara, peneliti harus membangun hubungan yang baik dengan responden
agar mereka merasa nyaman dan terbuka untuk berbagi informasi yang relevan.
Peneliti juga perlu menggunakan teknik-teknik wawancara yang tepat, seperti
bertanya dengan jelas, mendengarkan dengan aktif, dan mengajukan pertanyaan
lanjutan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam.

Penggunaan wawancara dapat bervariasi tergantung pada konteks penelitian dan


tujuan yang ingin dicapai. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur, semi-
terstruktur, atau tidak terstruktur. Wawancara terstruktur melibatkan pertanyaan-
pertanyaan yang telah dirancang sebelumnya dan diulang kepada setiap responden.
Wawancara semi-terstruktur memberikan fleksibilitas bagi peneliti untuk
menyesuaikan pertanyaan dengan konteks dan respons dari responden. Sedangkan
11

wawancara tidak terstruktur memungkinkan percakapan yang lebih bebas dan tidak
terikat pada pertanyaan-pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya.

Secara keseluruhan, wawancara merupakan metode yang efektif dalam mendapatkan


data kualitatif yang mendalam dan memahami sudut pandang individu terkait dengan
topik penelitian. Dengan melakukan wawancara yang baik, peneliti dapat memperoleh
informasi yang berharga dan kontekstual untuk mengembangkan pemahaman yang
lebih mendalam tentang subjek penelitian.

Penelitian ini mewawancarai 5 orang siswa SMA PGRI Depok & SMA Negeri 12
Depok yang memiliki gaya hidup westernisasi. Adapun objek yang diwawancarai
adalah Fera Safitri Handayani sebagai informan 1, Alexandria Kusuma sebagai
informan 2, Windina Grantia sebagai informan 3, Ananda Putra sebagai informan 4,
Deryl Rangga sebagai informan 5.

3.3 Teknik Pengambilan Data Studi Observasi


Teknik pengambilan data observasi merupakan metode yang dapat digunakan untuk
mengamati secara langsung perilaku dan interaksi siswa SMA PGRI dalam konteks
westernisasi. Observasi dapat memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana
siswa mengadopsi budaya Barat, perilaku yang muncul sebagai hasilnya, serta
dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekolah mereka. Berikut
adalah penjelasan tentang teknik pengambilan data observasi dalam konteks
westernisasi di kalangan siswa SMA PGRI:

1. Pemilihan Setting Observasi: Peneliti perlu memilih setting observasi yang relevan
dan representatif dari situasi di mana westernisasi dapat diamati. Misalnya, observasi
dapat dilakukan di lingkungan sekolah, seperti dalam kelas, ruang makan, atau area
pertemuan siswa. Pemilihan setting yang tepat akan memungkinkan peneliti untuk
mengamati perilaku siswa yang terkait dengan westernisasi secara langsung.

2. Pengamatan Partisipan dan Non-Partisipan: Observasi dapat dilakukan dalam


bentuk pengamatan partisipan atau non-partisipan. Pengamatan partisipan melibatkan
peneliti secara aktif terlibat dalam kegiatan dan interaksi yang terjadi di lingkungan
observasi. Sedangkan pengamatan non-partisipan melibatkan peneliti sebagai
pengamat yang tidak secara langsung terlibat dalam interaksi tetapi mengamati dari
jarak jauh. Pilihan antara pengamatan partisipan atau non-partisipan tergantung pada
tujuan penelitian dan perspektif yang ingin diperoleh.

3. Penggunaan Alat Perekam dan Catatan Lapangan: Selama observasi, peneliti perlu
menggunakan alat perekam seperti kamera, audio recorder, atau catatan lapangan
untuk merekam peristiwa dan perilaku yang diamati. Alat perekam dapat membantu
peneliti untuk merekam secara akurat dan objektif kejadian yang terjadi selama
observasi. Catatan lapangan juga penting untuk mencatat detail-detail penting seperti
perilaku, interaksi, konteks, dan kesan subjektif yang muncul selama pengamatan.
12

4. Validasi dan Reliabilitas: Untuk memastikan validitas dan reliabilitas data


observasi, peneliti perlu mempertimbangkan beberapa faktor. Pertama, peneliti harus
melakukan observasi dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan
data yang representatif dan menghindari kesalahan penilaian yang mungkin terjadi
dalam satu momen tertentu. Selain itu, triangulasi data juga dapat digunakan dengan
menggabungkan hasil observasi dengan metode lain, seperti wawancara atau studi
pustaka, untuk memperkuat temuan dan memperoleh perspektif yang lebih kaya.

5. Analisis dan Interpretasi Data: Setelah pengamatan selesai, peneliti perlu


menganalisis dan menginterpretasi data yang terkumpul. Data observasi dapat
dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif, seperti analisis tematik atau
analisis naratif, untuk mengidentifikasi pola, tema, dan aspek penting yang muncul
dari perilaku siswa terkait dengan westernisasi.

Peneliti juga perlu menghubungkan temuan observasi dengan teori dan konsep yang
relevan untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam.

Dengan menggunakan teknik pengambilan data observasi, peneliti dapat mengamati


secara langsung perilaku siswa SMA PGRI terkait dengan westernisasi. Observasi
dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam dan informasi yang kaya tentang
interaksi sosial, budaya, dan perubahan yang terjadi dalam konteks westernisasi di
kalangan siswa SMA PGRI.

3.4 Teknik Pengambilan Data Studi Pustaka


Teknik pengambilan data studi pustaka merupakan salah satu metode yang efektif
untuk mengumpulkan informasi dan pengetahuan yang relevan mengenai
westernisasi. Dalam konteks penelitian mengenai westernisasi, teknik ini dapat
digunakan untuk mengakses dan menganalisis literatur terkait westernisasi, pengaruh
budaya Barat, dan dampaknya pada masyarakat dan budaya lokal.
Berikut adalah penjelasan tentang teknik pengambilan data studi pustaka dalam
konteks westernisasi:
1. Identifikasi Topik dan Tujuan Penelitian: Peneliti perlu mengidentifikasi dengan
jelas topik penelitian dan tujuan yang ingin dicapai. Misalnya, penelitian mengenai
pengaruh westernisasi dalam gaya hidup masyarakat.

2. Pencarian Sumber Pustaka: Peneliti perlu melakukan pencarian sumber pustaka


yang relevan dengan topik penelitian. Sumber-sumber pustaka ini dapat berupa jurnal
ilmiah, buku, artikel, laporan penelitian, tesis, dan sumber-sumber akademik lainnya.
Pencarian dapat dilakukan melalui perpustakaan, basis data akademik, situs web
resmi, dan sumber-sumber online terpercaya lainnya.

3. Seleksi Sumber Pustaka: Setelah melakukan pencarian, peneliti perlu melakukan


seleksi terhadap sumber-sumber pustaka yang relevan dan berkualitas tinggi. Sumber-
sumber yang dipilih harus memiliki keterkaitan langsung dengan topik penelitian dan
13

memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman tentang westernisasi dan


aspek yang terkait dengannya.

4. Analisis dan Evaluasi Sumber Pustaka: Peneliti perlu membaca dan memahami
konten sumber-sumber pustaka yang dipilih. Selain itu, peneliti juga perlu melakukan
analisis dan evaluasi terhadap metodologi penelitian yang digunakan dalam sumber-
sumber tersebut, kualitas data yang disajikan, dan kesimpulan yang dihasilkan. Hal ini
penting untuk memastikan keandalan dan validitas sumber-sumber pustaka yang
digunakan.

5. Pengumpulan dan Penyusunan Data: Setelah melakukan analisis dan evaluasi,


peneliti dapat mengumpulkan informasi yang relevan dari sumber-sumber pustaka
yang dipilih. Data yang terkumpul kemudian dapat disusun dan dianalisis untuk
mendukung argumentasi dan temuan penelitian.

Dengan menggunakan teknik pengambilan data studi pustaka, peneliti dapat


memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang fenomena
westernisasi, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta dampaknya terhadap
masyarakat dan budaya lokal.
BAB IV
PEMBAHASAN, ANALISIS, GAYA HIDUP WESTERNISASI DI KALANGAN
SISWA

4.1 Perilaku Westernisasi Remaja SMA


 Fenomena westernisasi informan 1 bisa dilihat dari tindakan informan yang
sering melakukan tindakan westernisasi. Menurut ia westernasasi adalah
budaya barat yang berkembang di kalangan remaja ataupun dewasa, dan
informan cenderung melakukan hal tersebut karena senang mendengarkan
lagu Barat.
 Fenomena westernisasi informan 2 bisa dilihat dari tindakan informan yang
sering melakukan tindakan westernisasi. Menurut ia westernisasi adalah
perilaku seseorang yang cenderung mengikuti kebarat baratan, dan tertarik
dengan westernisasi karena mereka mempunyai teknologi dan pemikiran yang
terbuka.
 Fenomena westernisasi informan 3 bisa dilihat dari tindakan informan yang
sering melakukan tindakan westernisasi. Menurut ia westernisasi adalah
budaya yang terlalu kebarat baratan yang dimana sering memakai style orang
luar negeri, namun gejala negatifnya sendiri ialah dipandang buruk oleh
masyarakat karena tidak memakai dan menggunakan budaya sendiri.
 Fenomena westernisasi informan 4 bisa dilihat dari tindakan inforan yang
sering melakukan tindakan westernisasi. Menurut ia westernisasi itu disaat
remaja atau orang-orang yang memiliki gaya berpakaian lumayan terbuka, lalu
biasanya orang yang melakukan westernisasi memiliki open minded atau
wawasan yang luas.
 Fenomena westernisasi informan 5 bisa dilihat dari tindakan informan yang
sering melakukan tindakan westernisasi. Menurut ia westernisasi adalah yang
dimana datangnya budaya Barat kedalam wilayah kita dan negara lain yang
mempengaruhi budaya social, politik, juga dipengaruhi oleh budaya asing
yang menyebar.

4.2 Penyebab Perilaku Westernisasi


Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti, banyak dari informan yang
berpendapat bahwa perilaku Westernisasi dapat menyebabkan hilangnya atau
memudarnya rasa kejiwaan Nasionalisme yang telah ada terkubur dalam diri siswa
sejak dulu, namun seiring berjalannya waktu, pengaruh media social westernisasi juga
banyak mempengaruhi pemikiran remaja siswa SMA yang contohnya seperti remaja
sering menonton film barat yang ada unsur vulgar, remaja lebih sering mendengarkan
music barat dibanding musik budaya nya sendiri.
Selain itu, remaja banyak menghabiskan waktu dikamar menyendiri sambal nonton
film barat dan mengengarkan musik barat tanpa bersosialisasi dengan masyarakat
luar.

14
15

4.3 Solusi Penyelesaian


 Mengurangi rasa penasaran terhadap datangnya film barat terbaru ke
Indonesia.
 Menyaring budaya asing untuk dating ke Indonesia.
 Menumbuhkan jiwa dan semangat Nasionalisme terhadap diri pada remaja.
 Bersosialisasi dengan masyarakat luar dan ikut berpartisipasi terhadap acara
yang diadakan di lingkungan masyarakat.
 Memperluas ilmu pengetahuan dengan menyesuaikan norma Indonesia.
 Menanamkan dan meningkatkan keimanan dan takwa terhadap agama.
 Mengamalkan Pancasila dan tetap berpegang teguh pada kehidupan sehari-
hari.
 Mencari kegiatan bermanfaat sehari hari dengan cara bersosialisasi terhadap
masyarakat setempat.
16

INSTRUMEN WAWANCARA FENOMENA WESTERNISASI PADA SISWA SMA


Informan:
Nama : Fera Safitri Handayani
Kelas : X IPS 1
Sekolah : SMA PGRI Depok
Waktu wawancara : Rabu, 10 Mei 2023
Tempat wawancara : SMA PGRI Depok
Pewawancara : Delfia Puspitaningrum

RUMUSAN DAFTAR PERTANYAAN JAWABAN INFORMAN


MASALAH
1. Bagaimana 1. Apakah informan tau terkait 1. Westernisasi adalah budaya barat yang
gejala sosial gejala soial westernisasi? berkembang atau populer di kalangan remaja
westernisasi maupun di kalangan orang dewasa.
pada 10 2. Apakah informan
siswa SMA? melakukan hal tersebut? 2. Saya melakukan nya dengan seperti menyukai
baju ke barat-baratan an dan menyukai lagu
3. Apakah informan sering kebaratan.
menonton film barat?
3. Suka, karena menurut saya lebih menarik.
4. Apa yang menjadi tolak
ukur westernisasi menurut 4. Menurut saya tolak ukur westernisasi dengan
informan? orang tersebut menggunakan, menyukai dan
mengikuti perkembangan populer barat.
5. Mengapa informan tertarik
dengan westernisasi? 5. Karena menurut saya westernisasi dari segi
dunia industri lebih menarik daripada kita
sendiri.
2. Apa gejala 1. Adakah gejala yang 1. Bisa dari kalangan luar juga.
westernisasi mempengaruhi informan
bagi sehingga informan 2. Saya bisa belajar bahasa inggris dengan
kehidupan 10 melakukan westernisasi? menonton film luar dan belajar budaya luar.
siswa SMA?
2. Apa gejala positive yang 3. Pemakaian baju nya, karena cenderung lebih
informan terima? minim dibanding di negara saya sendiri.

3. Apa gejala negative yang 4. Gejalanya adalah terlalu menyukai lagu kebarat
informan terima? baratan secara berlebihan dan selalu mengikuti
a. gaya tersebut.
4. Menurut informan, seperti
apa gejala westernisasi? 5. Wajar, karena penyebarannya sangat mudah
5. Apakah wajar, jika disebar dengan remaja yang lebih sering
westernisasi terjadi di bermain itu lebih mudah menyebar.
kalangan remaja/siswa
17

SMA?
3. Bagaimana 1. Bagaimana keadaan 1. Keadaan di sma menurut saya cenderung tidak
keadaan westernisasi setelah terjadi terlalu menonjol karena baru menonjol dengan
westernisasi kepada remaja/siswa lagu nya.
menurut 10 SMA?
siswa SMA? 2. Dengan menonton film dan menyukai aktor
2. Bagaimana informan aktor barat tersebut secara berlebihan dan selalu
mengedintifikasi terjadinya mengikuti perkembangan aktor dan film yang
westernisasi di kalangan dimainkan aktor tersebut perankan.
remaja?
3. Menurut saya orang tua harus membatasi remaja
3. Bagaimana peran orang tua untuk menonton film kebarat baratan karena
terhadap westernisasi yang cenderung berunsur negatif seperti 18+.
terjadi dikalangan
remaja/siswa SMA? 4. Menyukai aktor film barat, menonton film barat,
dan mendengarkan musik musik barat.
4. Apa contoh yang dapat
menggambarkan perilaku 5. Dilingkungan sekolah bisa juga, dan
westernisasi yang terjadi di kebanyakan saat kita menjelajah dunia remaja
kalangan remaja? dan membuat gampang terpengaruh daripada di
lingkungan rumah.
5. Dimana saja kah informan
bisa menemukan dan
terpengaruh gejala
westernisasi?
4. Apa dampak 1. Apakah informan setuju 1. Menurut saya karena perkembangan tersebut
yang diterima jika kehidupan zaman tidak bisa dicegah, saya setuju.
terkait sekarang menerapkan
westernisasi westernisasi? 2. Karena perkembangan westernisasi lebih unggul
menurut 10 dari bidang apapun
siswa SMA? 2. Jelaskan alasannya
mengapa informan memilih 3. Dampaknya bagi diri saya sendiri adalah saya
itu? terlalu sering menyanyikannya sehingga saya
kurang hafal lagu indonesia sendiri
3. Bolehkah ceritakan
pengalaman informan 4. Selain bisa dapat berbahasa inggris tidak ada
terkait dampak dampak lain
westernisasi?
5. Yaitu film yang mengandung unsur vulgar yang
4. Apa dampak positif terkait biasanya ditayangkan di film
westernisasi menurut
informan?

5. Mengapa dampak negative


dapat
mengancam/mempengaruhi
remaja zaman sekarang?
5. Bagaimana 1. Bagaimana solusi yang 1. Mengetahui film tersebut dengan cara mengecek
solusi tepat untuk dampak batas film tersebut yang harus ditonton
penyelesaian westernisasi yang
18

pada 10 siswa ditimbulkan jika itu 2. Dengan menyukai budaya budaya dan
SMA ? negative? mengikuti perkembangan budaya kita sendiri

2. Bagaimana upaya 3. Dampaknya dari lagu tersebut beberapa murid


pencegahan yang dapat bisa mengungkapkan rasa nya ataupun bisa
dilakukan sebelum mudah mengucapkan kata kata bahasa inggris
terjadinya westernisasi
yang terlalu berlebihan? 4. Tergantung di lingkungan tersebut, misal di
kalangan remaja bagi mereka bisa enjoy dan
3. Adakah peran lingkungan menerima hal tersebut
sehingga westernisasi jadi
mempunyai dampak 5. Mengembangkan budaya nasional dengan
positive di kalangan budaya westernisasi yang membuat budaya
remaja? nasional bisa ikut menjadi berkembang.

4. Bagaimana pendapat
informan jika lingkungan
tidak setuju dengan adanya
westernasi disini?

5. Apa yang akan informan


lakukan, kika suatu saat
budaya nasional mulai
tertutup dengan adanya
westernisasi?
BAB V
PENUTUP

5.3 Kesimpulan
Berdasarkan analisis tentang westernisasi di kalangan siswa SMA PGRI Depok, dapat
disimpulkan bahwa westernisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku, pola pikir, dan gaya hidup siswa. Proses westernisasi ini terjadi melalui
berbagai faktor, seperti media massa, teknologi, globalisasi, dan interaksi dengan
budaya Barat. Dampaknya dapat terlihat dalam hal penampilan, bahasa, musik, mode,
dan preferensi konsumsi siswa.

Westernisasi tidak selalu berdampak negatif, namun perlu diwaspadai agar tidak
menghilangkan nilai-nilai budaya lokal dan identitas nasional siswa. Mencapai
keseimbangan antara asimilasi budaya Barat dan pelestarian nilai-nilai lokal menjadi
penting dalam menjaga integritas budaya siswa. Lebih lanjut, peran guru dan sekolah
sangat penting dalam memberikan pemahaman yang tepat tentang westernisasi, serta
memberikan ruang bagi siswa untuk berekspresi secara kreatif dan mengeksplorasi
budaya mereka sendiri.

5.2 Saran
Berikut adalah beberapa saran yang dapat dipertimbangkan untuk menghadapi
dampak westernisasi di kalangan siswa SMA PGRI Depok:

1. Penguatan Pendidikan Budaya dan Nilai-nilai Lokal: Sekolah dan guru perlu
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pendidikan budaya dan nilai-
nilai lokal kepada siswa. Hal ini dapat dilakukan melalui penyelenggaraan
kegiatan ekstrakurikuler yang memperkenalkan budaya lokal, penggunaan materi
pelajaran yang relevan dengan budaya Indonesia, dan pengenalan seni dan tradisi
lokal.
2. Pengembangan Kesadaran Budaya: Mengajarkan siswa tentang pentingnya
kesadaran budaya dan pemahaman yang lebih dalam tentang identitas nasional
mereka. Hal ini dapat melibatkan diskusi, proyek penelitian, dan kegiatan
komunitas yang mendorong siswa untuk menjelajahi dan memahami budaya
Indonesia.
3. Media Sosial dan Penggunaan Teknologi yang Bijak: Mendorong siswa untuk
menggunakan media sosial dan teknologi secara bijak, dengan membatasi waktu
penggunaan dan memilih konten yang positif dan mendukung pengembangan diri.
Sekolah juga dapat memberikan pelatihan mengenai literasi digital dan
penggunaan teknologi yang bertanggung jawab.

19
LAMPIRAN

20

Anda mungkin juga menyukai