Anda di halaman 1dari 18

ISSN (P) : 2086-4264

ISSN (E) : 2581-2343


Dewan Redaksi Jurnal Riset Akuntansi & Komputerisasi Akuntansi
Chife in Editor Editorial Board
Nurlaila MC., S.E., M.Acc., Ak., C.A., Intan Immanuella, SE.,M.SA
C.Li., C.Ra (Universitas Katolik Widya Mandala)
(Universitas Islam 45)
Vita Aprilina, SE.,M.Si.,AK.,CA
Yuha Nadhirah Q., S.E., M.Ak.
(Universitas Islam 45)

Ihsan Nasihin, S.Ak., M.Ak.


Reviewers
(Universitas Buana Perjuangan
Prof.Dr. M. Nizarul Alim,
Karawang)
SE.,M.Si.,CA.
Univeristas Trunojoyo, Madura
Gafar Hafiz Sagala, S.Pd.,M.Sc
Prof. Dr. Hj. Nunuy Nur Afiah, Universitas Negeri Medan
SE.,M.S. Ak.
Univeristas Padjajaran Andi Manggala Putra, SE., M.Sc.
Universitas Pembangunan Nasional
"Veteran" Jakarta
Dr. Sugiyarti Fatma Laela, M. Buss. Acc.
CMA, Mohammad Iqbal Firdaus, SE., M.Ak.
Institut Tazkia Universitas Negeri Malang

Dr. Icuk Rangga Bawono, Purnama Putra, SE.,M.Si


SH.,SE.,M.Si.,MH.,Ak.,CA Universitas Islam 45, Indonesia
Univeristas Jendral Soedirman
Hadi Mahmudah, SE.,M.Sc
Ahalik, Universitas Islam 45, Indonesia
SE.,Ak.,M.Si.,Ak.,CMA.,CPMA.,CPSA
K.,DipIFR.,CPA.,CACP.,ACPA.,CA
Sekolah Tinggi Manajemen PPM

Kantor Redaksi
Gedung D, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam “45” Bekasi. Jl. Cut Meutia No.83
Bekasi. 17113. Telp/fax. (021) 88349033 (Direct); (021) 8808850 (Hunting), Ext. 130:
Fax. (021)8801192
Website: http://jurnal.unismabekasi.ac.id/; Email: jrak@unismabekasi.ac.id atau
jrakunisma@gmail.com
JRAK Vol. 13, No. 2, Tahun 2022
Hlm: 49-65
ISSN (e): 2581-2343, ISSN (p): 2086-4264

Tax Avoidance: Analisis Earnings Mangement dan Capital Intensity


Dimoderasi Sales Growth
1AhmadRifaldi
2 Ratna Hindria Dyah Pita Sari*

1,2 Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

2 ratnahindria@upnvj.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh earnings management dan capital intensity
terhadap tax avoidance dengan sales growth sebagai variabel pemoderasi. Penelitian ini
menggunakan sampel, yaitu perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia
periode 2017-2019. Teknik sampling yang digunakan, yaitu metode purposive sampling
dengan perolehan sampling sebanyak 123 sampel. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan multiple regression analysis dan moderation regression
analysis. Hasilnya yang menunjukkan bahwa earnings management dan capital intensity
memiliki pengaruh secara signifikan terhadap tax avoidance. Sedangkan sales growth tidak
dapat memoderasi pengaruh earnings management dan capital intensity terhadap tax
avoidance.
Kata kunci: Earnings management, capital intensity, sales growth, tax avoidance

ABSTRACT
This study aims to examine the effect of earnings management and capital intensity on tax avoidance
with sales growth as a moderating variable. This study uses a sample, namely manufacturing
companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the 2017-2019 period. The sampling technique
used in this study, namely the purposive sampling method with the acquisition of a sampling of 123
samples. The data analysis technique used in this study uses multiple regression analysis and
moderation regression analysis with results showing that earnings management and capital
intensity have a significant effect on tax avoidance. Meanwhile, sales growth cannot moderate
earnings management and capital intensity on tax avoidance.
Keywords: Earnings management, capital intensity, sales growth, tax avoidance

PENDAHULUAN
Pajak ialah sebuah kontribusi wajib pajak kepada suatu negara yang dibebankan
kepada individu ataupun badan (perusahaan) yang memiliki sifat mengikat yang diatur di
dalam Undang-Undang yang digunakan untuk pembangunan dan keperluan suatu negara
dalam rangka memakmurkan rakyat. Praktik perpajakan di Indonesia saat ini sudah
menggunakan tiga sistem untuk pemungutan pajaknya salah satunya adalah sistem self-
assessment dalam mekanisme perhitungan jumlah pajak. Sistem self-assessment
merupakan sistem pajak yang memberikan wewenang, kepercayaan, dan tanggung jawab
kepada wajib pajak untuk memproses pajak hingga pelaporan secara mandiri atas
kewajiban pajak yang dibebankan. Sistem self-assessment memiliki tujuan untuk

*Corresponding Author

49
50
Ahmad Rifaldi & Ratna Hindria Dyah Pita Sari
JRAK Vol.13 No.2 Tahun 2022

peningkatkan kepatuhan dan kesadaran penanggung pajak dalam memenuhi tanggungan


pajak secara ikhlas dan diharapkan dilakukan sesuai prosedur perpajakan yang berlaku
(Melando & Waluyo, 2013).
Namun, upaya self-assessment dapat menimbulkan peluang bagi penanggung pajak
untuk melakukan tax avoidance hingga penggelapan pajak (Swingly & Sukartha, 2015).
Dalam hal ini, perusahaan menggunakan celah dari sistem tersebut dengan cara melanggar
peraturan perpajakan untuk mengurangi kewajiban beban pajak yang seharusnya
dibayarkan (Sari, 2014). Selain itu, praktik penghindaran pajak tersebut dilakukan
manajemen dalam upaya eskalasi laba keseluruhan dan meminimumkan pajak (Amidu &
Coffie, 2019).
Kebijakan penerapan tax avoidance menimbulkan dampak pada penurunan
penerimaan pajak negara dan penghematan pajak bagi perusahaan dikarenakan
pembayaran pajak yang relatif lebih rendah dari tangguhan yang dibayarkan. Terdapat
upaya yang dicanangkan oleh pemerintah untuk mengatasi kegiatan tax avoidance yaitu tax
amnesty, yakni merupakan program yang dikeluarkan pemerintah pada tahun 2016. Salah
satu kasus perusahaan yang melancarkan tindakan tax avoidance yang terjadi di Indonesia
dilakukan PT Bentoel Internasional Investama dimana perusahaan tersebut yakni
perusahaan produksi sigaret dengan urutan kedua di Indonesia. Pada tahun 2019 PT
Bentoel Internasional Investama yang dimiliki oleh British American Tobacoo melakukan
aktivitas penghindaran pajak dengan cara mengakuisisi utang antar periode 2013 dan 2015
dari perusahaan asosiasi di Belanda Rothmans Far East BV sebagai reoutlay utang bank dan
pembayaran peralatan serta mesin melalui PT Bentoel Internasional. Hal tersebut dapat
memangkas jumlah penghasilan kena pajak (PKP) karena pembayaran bunga, sehingga
pajak yang dibayar relatif lebih rendah yang membuat negara mengalami kerugian dalam
sektor pajak sebesar 14 juta dollar US per tahun (www.nasional.kontan.co.id, 2019). Fakta
tersebut merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam memanipulasi
data laporan keuangan tahunan. Praktik tersebut akan mempengaruhi jumlah pembayaran
pajak dengan dilandasi oleh stimulus pajak.
Manajemen laba dalam kaitannya dengan pajak, merupakan suatu tindakan yang
bertujuan untuk meminimumkan besaran pajak dengan mengatur besaran keuntungan
perusahaan (Septiadi et al., 2017). Penghindaran pajak dimanfaatkan sebagai ceruk untuk
realisasi goals perusahaan dan pengelolaan pendapatan dengan teknik yang profitabel
bagi perusahaan dan tidak profitabel bagi pemegang saham. Manajemen laba akan
memicu ketidaksamaan antara laba komersil dengan laba fiskal karena fase agresivitas
keuntungan yang tinggi melalui earnings management yang akan menimbulkan penurunan
penerimaan pajak negara yang dikuatkan melalui data aktualisasi pajak pada 2020 sebesar
Rp 1.070 triliun dengan rasio 6,1% dari PDB. Berdasaran penjelasan tersebut dapat
disimpulkan rasio pajak mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019 yang memiliki
nilai rasio 10,7% (www.kemenkeu.go.id, 2021).
Capital intensity berperan sebagai faktor lain selain manajemen laba yang dapat
mempengaruhi perusahaan dalam melangsungkan strategi tax avoidance. Capital intensity
akan menentukan tingkat pajak efektif secara langsung (Maulana et al., 2018). Capital
51
Ahmad Rifaldi & Ratna Hindria Dyah Pita Sari
JRAK Vol.13 No.2 Tahun 2022

intensity dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk melakukan peningkatan deductible expense.
Deductible expense adalah biaya yang mengurangi penghasilan dikenakan pajak agar pretax
income suatu perusahaan menjadi kecil sesuai UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 6 Ayat 1 huruf
b, 2008. Perusahaan memanfaatkan capital intensity berdasarkan biaya depresiasi dari non
current assets yang dimiliki untuk mengurangi profit perusahaan. Hal tersebut memberikan
dampak untuk laba perusahaan dimana akan semakin relatif kecil dan dapat dimanfaatkan
untuk meminimalisir kewajiban pajak yang harus dibayarkan. Hal ini akan berdampak
pada turunnya laba yang selanjutnya dimanfaatkan untuk meminimalisir kewajiban pajak
yang dibayarkan.
Berdasarkan penelitian terdahulu telah meneliti hubungan antara earnings
management secara riil ataupun akrual dan capital intensity terhadap tax avoidance. Darma et
al., (2019), Amidu & Coffie (2019), dan Kurniasih et al., (2017) menghasilkan impresi positif
antara earnings management dengan tax avoidance. Impresi negatif disimpulkan dalam
penelitian Nadhifah & Arif (2020), sedangkan Dewi et al., (2019) menghasilkan bahwa
earnings management tidak memiliki pengaruh. Berdasarkan hasil penelitian Darma et al.,
(2019), Amidu & Coffie (2019), dan Kurniasih et al., (2017) menjelaskan bahwa tingginya
tingkat earnings management perusahaan akan berbanding lurus dengan tindakan tax
avoidance. Selain itu, menurut hasil penelitian Nadhifah & Arif (2020) menjelaskan bahwa
tinggi ataupun rendahnya earning management tidak selalu berbanding lurus dengan
tindakan tax avoidance, serta menurut Dewi et al., (2019) menjelaskan bahwa tingginya
tingkat earning management tidak berbanding lurus dengan tindakan tax avoidance. Earnings
management merupakan manipulatif aktif yang dilandasi penghasilan menuju target yang
direncanalan yang dapat ditetapkan oleh manajemen (Diri, 2017). Berdasarkan penelitian
Nadhifah & Arif (2020) variabel capital intensity tidak memiliki impresi terhadap tax
avoidance. Menurut Sinaga et al., (2021) menjelaskan capital intensity memiliki impresi secara
signifikan dengan tindakan tax avoidance suatu perusahaan. Sedangkan penelitian Budianti
& Curry (2018) menyebutkan capital intensity memiliki impresi negatif terhadap tindakan
tax avoidance. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa fixed assets akan mengalami
penurunan potensial untuk menghasilkan laba yang disebabkan oleh depresiasi
penyusutan pada setiap aset tetap perusahaan. Penyusutan ini akan menjadi beban
perusahaan yang akan mempengaruhi jumlah pembayaran kewajiban pajak yang akan
dibayarkan oleh perusahaan, akibat dari peningkatan biaya penyusutan yang menurunkan
laba perusahaan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan
relevansi penelitian terkait penghindaran pajak dilihat berdasarkan earnings management
dan capital intensity. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian didasari atas perbedaan
keragaman hasil serta variabel dari penelitian terdahulu. Penelitian ini memiliki divergensi
dari penelitian sebelumnya seperti Maulana et al., (2018), Dewi et al., (2019), dan Sinaga et
al., (2021), penelitian ini menggunakan laju pertumbuhan penjualan sebagai variabel
moderasi. Menurut Rizki & Fuadi (2019), laju pertumbuhan penjualan dalam suatu
perusahaan cenderung mempengaruhi kapabilitas perusahaan dalam mempertahankan
laba. Berdasarkan hal tersebut tentunya akan sejalan dengan skema earnings management
dan capital intensity yang dimana perusahaan cenderung mengupayakan untuk melakukan
52
Ahmad Rifaldi & Ratna Hindria Dyah Pita Sari
JRAK Vol.13 No.2 Tahun 2022

modifikasi laba melalui transaksi pihak berelasi dan transaksi lainnya seperti beban
operasional dengan tujuan untuk meminimalisir pembiayaan beban pajak yang akan
dibayarkan. Sales growth mampu mempengaruhi keputusan pembiayaan dan investasi di
masa depan (Rizki & Fuadi, 2019). Menurut Nadhifah & Arif (2020) menyatakan sales
growth memiliki pengaruh negatif. Sedangkan sales growth tidak berpengaruh terhadap tax
avoidance terdapat pada penelitian (Hutagaol, 2007), serta menurut Astuti et al., (2020)
menyatakan sales growth memiliki pengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Berdasarkan
penjelasan di atas penelitian sebelumnya memiliki inkonsistensi hasil. Oleh karena itu,
diperlukan penelitian kembali terkait faktor yang memberikan pengaruh terjadinya
tindakan tax avoidance dengan memakai earning management riil dan capital intensity dengan
moderasi sales growth. Penelitian ini menggunakan periode yang berbeda yaitu 2017 sampai
2029 sebagai relevansi penelitian ini dengan menggabungkan faktor-faktor dari penelitian
sebelumnya dan menggunakan pengukuran earnings management dari Cohen & Zarowin
(2008).

TINJAUAN PUSTAKA
Teori Keagenan (Agency Theory)
Konsep agency theory pertama kali dikemukakan oleh Ross (1973) yang selanjutnya
diperluas definisinya oleh Jensen & Meckling (1976) yang menjelaskan adanya interaksi
perbedaan antara pemilik atau penyedia modal (principal) dan pengelola (agent). Luayyi
(2012) menyebutkan bahwa agency theory membahas kesepakatan antara agent dan principal
dalam mengelola perusahaan. Agency theory didasari oleh tiga asumsi yang membuat
adanya benturan kepentingan antara agent dan principal. Asumsi tersebut berkaitan tentang
sifat dasar manusia yang cenderung mementingkan diri sendiri, kemungkinan terjadi
konflik antar anggota organisasi serta klasifikasi produktivitasnya, dan juga asimetri
informasi yang menyebabkan ambiguitas dalam pengambilan keputusan (Eisenhardt,
1989).

Theory of Planned Behaviour


Theory of Planned Behavior merupakan suatu teori yang menegaskan bahwa perilaku
akan diperlihatkan oleh individu dikarenakan adanya stimulus untuk berperilaku.
Menurut Ajzen (1991) menyebutkan teori perilaku menjelaskan bahwa perilaku timbul
karena adanya stimulus atau motivasi. Teori ini digunakan untuk menjelaskan perilaku tax
payer dalam menunaikan tanggungan pembayaran pajak. Perusahaan sebagai wajib pajak
memiliki kesadaran mengenai pajak, memiliki keyakinan esensial dari pembayaran pajak
sebagai pembiayaan pembangunan. Sebaliknya rendahnya keyakinan wajib pajak
terhadap pentingnya membayar pajak berakibat pada rendahnya kesadaran dalam
membayar pajak dengan melalui tindakan tax avoidance. Namun, semakin rendah itikad
wajib pajak akan esensi dalam membayar pajak akan mengakibatkan rendahnya kesadaran
untuk menyelesaikan pajak dengan melakukan tindakan tax avoidance.
53
Ahmad Rifaldi & Ratna Hindria Dyah Pita Sari
JRAK Vol.13 No.2 Tahun 2022

Tax Avoidance
Tax avoidance merupakan aktivitas wajib pajak ataupun tax payers dalam mencegah
tingginya pajak yang terhutang yang dilakukan secara legal menurut hukum dengan cara
menemukan celah kelemahan undang-undang perpajakan (Hutagaol, 2007). Tax avoidance
menjadi suatu hal yang absah dikarenakan dilaksanakan dengan kepercayaaan bahwa
manfaat pajak yang menjadi suatu masalah dapat diperoleh dari suatu kebijakan sehingga
dapat bertentangan dari perilaku kriminalitas. Tax avoidance dapat dikatakan sebagai
pelanggaran oleh pembayar pajak secara sah dikarenakan aktivitas tersebut tidak
menentang dengan ketetapan dalam UU perpajakan yang ada. Dengan adanya aktivitas
tax avoidance tentunya akan sangat merugikan suatu negara dikarenakan penurunkan
pendapatann dan tidak tercapainya target pendapatan dari pajak pada suatu periode.

Earnings Management
Menurut (Diri, 2017) earnings management didefinisikan sebagai manipulatif aktif
dari pendapatan untuk mencapai sasaran yang telah di tentukan oleh manajemen dengan
arus pendapatan yang lebih lancar dan berkesinambungan. Earnings management dilakukan
oleh manajemen dikarenakan adanya motif. Motif tersebut ditujukan guna meningkatkan
pendapatan kompensasi dan K3 dalam melaporkan laba yang lebih tinggi dan
menyembunyikan penurunan kinerja yang bermanfaat dalam meningkatkan manfaat
bantuan impor dan menghindari pembayaran pajak perusahaan agar laba yang
didapatkan perusahaan terlihat fit. Earnings management memiliki dua teknik salah
satunya, yaitu dengan memanipulasi aktivitas riil yang diperkenalkan oleh
(Roychowdhury, 2006) dan diperluas definisinya oleh (Cohen & Zarowin, 2008). Menurut
pernyataan Roychowdhury (2006) dalam buku Cohen & Zarowin (2008), earning
management merupakan suatu aktivitas menyimpang dari manajemen berdasarkan praktek
bisnis normal yang memiliki tujuan guna mencapai target laba.

Capital Intensity
Menurut Akgündüz & Torun (2020) Capital intensity merupakan rasio aset tetap
dengan penjualan. Menurut Fernández-Rodríguez & Martínez-Arias (2012) bahwa tingkat
kepemilikan non current asset yang cenderung tinggi pada perusahaan akan memiliki
perbedaaan arah dengan tarif beban pajaknya. Hal ini terjadi karena aset tidak lancar akan
terus mengalami depresiasi yang memiliki dampak pada besaran beban pajak yang
diwajibkan untuk perusahaan. Beban depresiasi yang terjadi karena aset tetap digolongkan
menjadi deductible expense dalam perpajakan. Beban depresiasi merupakan suatu beban
yang dimana beban tersebut akan mengurangi nilai aset setiap periode.

Sales Growth
Sales growth merupakan fungsi variasi dalam peluang penjualan untuk segmen
pelanggan yang berbeda (Batt, 2002). Sales growth merupakan cerminan atas pencapaian
investasi pada periode usai untuk referensi perkembangan di periode yang selanjutnya.
Sales growth dapat mempengaruhi kemampuan suatu perusahaan untuk mempertahankan
54
Ahmad Rifaldi & Ratna Hindria Dyah Pita Sari
JRAK Vol.13 No.2 Tahun 2022

laba yang digunakan guna mendanai kesempatan pada periode yang akan datang. Sales
growth akan menimbulkan peningkatan investasi atas aset perusahaan berupa aset tetap
yang akan berakhir perusahaan akan membutuhkan suntikan dana untuk membeli aset
perusahaan. Pertumbuhan penjualan dapat mempengaruhi keputusan pembiayaan untuk
investasi perusahaan.
Gambar 1
Kerangka Penelitian
Earning Management
Rill
Tax Avoidance
Capital Intensity

Sales Growth

Sumber: Data diolah, 2022

Pengembangan Hipotesis
Hipotesis awal penelitian ini yakni earnings management berpengaruh terhadap tax
avoidance. Earnings management berperan sebagai pengukur tingkat kinerja bagi perusahaan
dan dapat dijadikan sebagai aktivitas untuk melakukan tindakan tax avoidance melalui
peningkatan volume produksi yang diharapkan untuk dapat meningkatkan biaya
produksi dan mengurangi arus operasi berjalan. Teori yang dibangun dalam hipotesis ini
merupakan teori agensi menurut Jensen & Meckling (1976), perbedaan kepentingan antara
perusahaan sebagai agen dan stakeholder sebagai prinsipal dalam mengelola perusahaan
dimana manajer menginginkan peningkatan capital intensity, tax avoidance, sales growth, dan
earning management rill. Hal tersebut menimbulkan asimetri informasi antar perusahaan
dan stakeholder apabila tidak dilakukan dengan baik dan efisien. Berdasarkan teori
keagenan perusahaan sebagai agen cenderung melakukan earning management melalui
strategi sales manipulation dengan memberikan diskon yang membuat laba suatu
perusahaan cenderung lebih rendah dan tanggungan pajak perusahaan menjadi rendah
pula (Yulistiani et al., 2020). Earnings management memberikan fleksibilitas kepada
perusahaan sebagai agen untuk membentengi diri mereka dari tindakan tax avoidance. Hal
tersebut tentunya bertentangan antara kepentingan perusahaan sebagai agen dengan
stakeholder sebagai prinsipal dimana agen memiliki kepentingan untuk melakukan
manipulasi laba dengan memberikan penjualan diskon yang akan menurunkan tingkat
laba yang digunakan untuk penghindaran pajak, sedangkan stakeholder menginginkan
tingkat maksimalisasi pendapatan perusahaan. Berdasarkan penjelasan di atas
menunjukkan bahwa hal tersebut sesuai dengan teori planned behavior (control beliefs)
menurut Ajzen (1991) dimana tindakan earnings management dilakukan dengan melakukan
55
Ahmad Rifaldi & Ratna Hindria Dyah Pita Sari
JRAK Vol.13 No.2 Tahun 2022

suatu perencanaan oleh perusahaan karena adanya niat atau stimulus untuk melakukan
tindakan tax avoidance serta memperlihatkan perilaku manajemen di perusahaan bahwa
manajemen tidak memiliki kesadaran akan pajak. Berdasarkan eksplanasi di atas maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Earnings management berpengaruh terhadap tax avoidance

Hipotesis kedua pada penelitian ini yaitu capital intensity berpengaruh terhadap tax
avoidance. Perusahaan yang memiliki kepemilikan yang besar terhadap aset tetap
cenderung memiliki beban pajak yang relatif kecil. Hal tersebut terjadi karena perusahaan
menghasilkan beban penyusutan dari aset tetap yang dijadikan sebagai efisiensi pajak yang
dibayarkan perusahaan (Dharma et al., 2017). Penyataan tersebut sesuai dengan teori
keagenan menurut Jensen & Meckling (1976) dimana terdapat perbedaan kepentingan
stakeholder selaku prinsipal dengan manajemen selaku agen, agen memiliki kepentingan
untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan skema investasi dalam bentuk aset tetap.
Akan tetapi kepemilikan aset tetap akan mengurangi tanggungan pajak dikarenakan
menghasilkan depreciation cost yang dimana akan dimanfaatkan oleh manajemen untuk
meminimalisir tanggungan pajak perusahaan. Selain itu, dengan melakukan skema
investasi dalam bentuk aset tetap manajemen dapat memanfaatkan depreciation cost untuk
mengurangi tanggungan pajak (Sinaga et al., 2021). Berdasarkan hal tersebut tentunya
sangat bertolak belakang dengan kepetingan stakeholder selaku prinsipal yang
menginginkan perusahan untuk memaksimalkan pendapatan dan laba, sedangkan
perusahaan cenderung ingin melakukan skema investasi terhadap aset tetap untuk
memperkecil laba. Capital intensity dalam penelitian ini memiliki kesesuaian dengan teori
keperilakukan (control beliefs) menurut Ajzen (1991) dikarenakan perusahaan melakukan
kegiatan investasi terhadap aset tetap untuk menghasilkan pendapatan perusahaan.
Kegiatan investasi tersebut dapat dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan oleh
perusahaan dengan niat atau stimulus karena adanya tujuan tertentu dalam melakukan
kegiatan tersebut. Perusahaan akan cenderung melakukan tax avoidance apabila
perusahaan memiliki proporsi aset tetap yang besar. Dengan kepemilikan aset tetap yang
besar tentunya perusahaan akan cenderung melakukan tax avoidance dikarenakan adanya
beban yang dihasilkan dari aset tetap tersebut yang berupa beban depresiasi yang akan
dijadikan alat untuk mengurangi penghasilan kena pajak. Berdasarkan penjelasan tersebut
perusahaan yang memiliki intensitas aset tetap yang tinggi akan dijadikan sebagai strategi
perusahaan dalam melakukan aktivitas tax avoidance.
H2 : Capital intensity berpengaruh terhadap tax avoidance

Menurut Jensen & Meckling (1976) dimana terdapat perbedaan kepentingan antara
manajemen sebagai agen dan stakeholder sebagai prinsipal dimana agen dan prinsipal
menginginkan laju pertumbuhan laba. Berdasarkan hal tersebut, manajemen
menginginkan sales growth guna memprediksikan laba untuk periode selanjutnya sebagai
kepentinganya sebagai prinsipal. Sales growth terjadi karena faktor salah satunya target
sales. Target sales digunakan sebagai suatu usaha manajemen selaku agen untuk memenuhi
56
Ahmad Rifaldi & Ratna Hindria Dyah Pita Sari
JRAK Vol.13 No.2 Tahun 2022

ketercapaian kenaikan penjualan. Apabila perusahaan tidak mampu mencapai


keinginannya dalam hal sales growth karena tidak tercapainya suatu target sales, maka
perusahaan cenderung untuk melakukan praktik earnings management dengan memberikan
sales discount untuk meningkatkan penjualannya. Dapat disimpulkan bahwa manajemen
selaku agen melakukan earnings management dengan memberikan sales discount untuk
menginginkan sales growth sebagai kepentingannya. Dengan adanya sales growth tentunya
perusahaan akan menanggung beban pajak yang cenderung lebih tinggi dibandingkan
tahun sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut perusahaan cenderung akan melakukan
tindakan earnings management melalui penjualan dengan memberikan diskon untuk
mengurangi besaran laba yang dihasilkan yang akan berdampak pada penghindaran
pajak. Hal tersebut tentunya bertentangan antara kepentingan perusahaan sebagai agen
dengan stakeholder sebagai prinsipal dimana agen memiliki kepentingan keinginan untuk
mendapatkan pertumbuhan penjualan disertakan dengan pengurangan beban pajak
melalui sales discount, sedangkan stakeholder menginginkan tingkat maksimalisasi
pendapatan perusahaan.
H3 : Sales growth memoderasi pengaruh earning management terhadap tax avoidance

Hipotesis keempat dari penelitian ini, yaitu sales growth memoderasi capital intensity
terhadap tax avoidance. Hipotesis ini mengacu pada teori agensi menurut Jensen and
Meckling (1976) dimana perbedaan kepentingan antara pengelola (manajer) dan pemilik
modal dimana agen menginginkan laju pertumbuhan laba untuk meningkatkan kinerja.
Sales growth memiliki potensi terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan
laba, hal ini berkaitan dengan capital intensity. Sales growth memiliki peran dalam
perencanaan investing activities pada periode yang akan datang yang akan berkaitan
dengan investasi dalam rasio capital intensity berupa aset tetap dikarenakan sales growth
sebagai pemoderasi variabel capital intensity terhadap tax avoidance memiliki laju yang
sejalan menurut (Dharma et al., 2017). Apabila perusahaan mengalami kenaikan penjualan
pada setiap periode akan menimbulkan laba yang meningkat pula yang menyebabkan
tanggungan pajak perusahaan semakin besar. Hal tersebut memungkinkan perusahaan
sebagai agen ingin melakukan tindakan tax avoidance jika laju pertumbuhan penjualannya
terus meningkat dengan cara meningkatkan rasio capital intensity untuk menghasilkan
depreciation cost bagi perusahaan yang membuat tingkat pembayaran pajak perusahaan
akan cenderung lebih kecil dari yang seharusnya. Berdasarkan hal tersebut tentunya
bertentangan antara kepentingan perusahaan sebagai agen dengan stakeholder sebagai
prinsipal dimana agen memiliki kepentingan keinginan untuk mendapatkan pertumbuhan
penjualan akan tetapi perusahaan tidak ingin memiliki beban pajak yang tinggi dengan
melakukan aktivitas investasi terhadap aset tetap yang akan mengurangi laba karena
adanya beban depresiasi, sedangkan stakeholder menginginkan tingkat maksimalisasi
pendapatan perusahaan.
H4 : Sales growth memoderasi pengaruh capital intensity terhadap tax avoidance
57
Ahmad Rifaldi & Ratna Hindria Dyah Pita Sari
JRAK Vol.13 No.2 Tahun 2022

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian jenis kuantitatif dengan data sekunder,
pengujian dalam penelitian ini menggunakan analisis linier berganda dan moderate
regression analysis. Tujuannya untuk menguji apakah earnings management dan capital
intensity memiliki pengaruh terhadap tax avoidance yang tidak dimoderasi oleh sales growth
dan dimoderasi oleh sales growth.

Tax Avoidance

Metode abnormal book tax difference merupakan transformasi pengukuran BTD yang
dimana pada proksi pengukuran abnormal book tax difference menggunakan keseluruhan
biaya yang masih harus dibayar dalam regresi BTD (Darma et al., 2019). Metode ini akan
menunjukkan perbedaan antara laba fiskal dengan laba komersil yang akan dapat
mengindikasikan terjadinya penghindaran pajak. Apabila perbedaan antara laba komersil
dengan laba fiskal cenderung besar maka perusahaan tersebut dapat diidentifikasi
melakukan tindakan penghindaran pajak. Berikut ini model persamaan abnormal book tax
difference:
𝑇𝑎𝑥 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒𝑖𝑡
𝑃𝑟𝑒𝑡𝑎𝑥 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒𝑖𝑡 − ( )
𝑇𝑎𝑥 𝑅𝑎𝑡𝑒𝑖𝑡
𝐵𝑇𝐷𝑖𝑡 = ( 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑖𝑡−1
).....(1)

Selanjutnya, melakukan perhitungan residual value dengan abnormal book tax difference
dengan rumus sebagai berikut.

BTDit = α + X1∆INVit + X2∆REVit + X3NOLit + XitTLUit + εit…..(2)

Keterangan:

BTDit : Perbedaan pencatatan buku pajak

Pretax Income : Laba komersil sebelum pajak

Tax Expense : Beban pajak kini yang dikenakan

Total Asset t-1 : Kepemilikan total aset perusahaan pada periode sebelumnya

∆INVit : Perubahan investasi pada aset tetap berwujud dan intangible aset dari tahun
t-1 ke tahun t di perusahaan I dibagi dengan total aset

∆REVit : Perubahan pendapatan dari tahun t-1 ke tahun t pada perusahaan I, dibagi
total aset

NOLit : Rugi operasi bersih perusahaan i pada tahun t, dibagi dengan total aset

TLUit : Nilai ganti rugi fiskal perusahaan i pada tahun t, dibagi dengan total aset

εit : BTD abnormal/discretion (AbnBTD) untuk perusahaan I pada tahun t


58
Ahmad Rifaldi & Ratna Hindria Dyah Pita Sari
JRAK Vol.13 No.2 Tahun 2022

Earnings Management

Pada variabel earnings management peneliti menggunakan konsep proksi pada


manajemen laba riil. Apabila perusahaan memiliki rasio earnings management yang besar
dapat diindikasikan bahwa perusahaan melakukan tindakan penghindaran pajak. Earnings
management menggunakan konsep pengukuran sebagai berikut (Cohen & Zarowin, 2008):
𝐶𝐹𝑂𝑡 1 𝑆𝑡 ∆𝑆𝑡
= 𝛽1 ( )+ 𝛽2 ( )+ 𝛽3 ( )+ 𝜀𝑖𝑡 …..(1)
𝐴𝑡−1 𝐴 𝑡−1 𝐴𝑡−1 𝐴𝑡−1

𝐶𝑂𝐺𝑆𝑡 1 ∆𝑆
𝐴𝑡−1
= 𝛽1 ( 𝐴 ) + 𝛽2 ( 𝐴 𝑡−1 ) + 𝜀𝑖𝑡…..(2)
𝑡−1 𝑡−1

∆𝐼𝑁𝑉𝑡 1 ∆𝑆𝑡 ∆𝑆
𝐴𝑡−1
= 𝛽1 ( 𝐴 ) + 𝛽2 (𝐴 ) + 𝛽3 ( 𝐴 𝑡−1 ) + 𝜀𝑖𝑡…..(3)
𝑡−1 𝑡−1 𝑡−1

𝑃𝑅𝑂𝐷𝑡 1 𝑆𝑡 ∆𝑆𝑡 ∆𝑆
𝐴𝑡−1
= 𝛽1 (𝐴 ) + 𝛽2 (𝐴 ) + 𝛽3 (𝐴 ) + 𝛽4 ( 𝐴 𝑡−1 ) + 𝜀𝑖𝑡…..(4)
𝑡−1 𝑡−1 𝑡−1 𝑡−1

𝐷𝐼𝑆𝐶𝑡 1 ∆𝑆𝑡 ∆𝑆
𝐴𝑡−1
= 𝛽1 ( 𝐴 ) + 𝛽2 (𝐴 ) + 𝛽3 ( 𝐴 𝑡−1 ) + 𝜀𝑖𝑡…..(5)
𝑡−1 𝑡−1 𝑡−1

Keterangan:

CFOt : Arus kas operasi perusahaan pada periode t

A t-1 : Total aset perusaan pada akhir periode t-1

St : Penjualan perusahan pada akhir periode t

∆St : Perubahan penjualan perusahaan pada periode t dibandingkan dengan


penjualan akhir tahun t-1

∆St-1 : Perubahan penjualan perusahaan pada periode t dibandingkan dengan


penjualan akhir tahun t-2

α, β : Koefisien regresi

εit : Error

Capital Intensity
Capital intensity diukur menggunakan rasio intensitas kapital untuk menilai tingkat
efisiensi penggunaan teknologi dalam operasional perusahaan dalam rangka memperoleh
laba (Arieftiara et al., 2017).
Capital Intensity Ratio = Net fixed asset / Total asset

Sales Growth
Menurut Dewinta & Putu (2016), sales growth merupakan pertumbuhan kapasitas
penjualan dari satu periode ke periode lainnya. Penelitian ini menggunakan pengukuran
sales growth sebagai berikut:
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡 −𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡−1
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝐺𝑟𝑜𝑤𝑡ℎ = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡−1
59
Ahmad Rifaldi & Ratna Hindria Dyah Pita Sari
JRAK Vol.13 No.2 Tahun 2022

HASIL DAN PEMBAHASAN

Statistik Deskriptif
Tabel 1
Statistik Deskriptif

Variable Obs Mean Std. Dev. Min Max


ABTD 123 0,0039678 0,0207671 -0,0882652 0,0570602
EM 123 2,713257 1,468201 -1,51682 6,94859
CI 123 0,4908678 0,1802365 0,14058 0,95609
SG 123 0,0955689 0,0909718 -0,15406 0,35483

Penelitian ini memiliki data sample sebanyak 123 sampel perusahaan manufaktur
yang terlah terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2019. Pada data tersebut
variabel dependen memiliki nilai sebaran sebesar 0,0207671 dan mean sebesar 0,0039678
yang dapat ditafsirkan bahwa sebagian besar perusahaan pada sampel penelitian ini
cenderung rendah dalam melakukan tax avoidance. pada data tersebut menunjukan bahwa
nilai earnings management dan capital intensity memiliki nilai sebaran yang lebih kecil
dibandingkan dengan nilai mean yang dapat ditafsirkan bahwa earnings management dan
capital intensity cenderung tinggi dilakukan oleh perusahaan. Pada data di atas
menggambarkan bahwa sales growth memiliki nilai sebaran data yang sama dengan nilai
mean-nya yang daftar ditafsirkan bahwa perusahaan dalam penelitian ini memiliki nilai
stagnan dalam peningkatan penjualannya.

Uji F
Tabel 2
. xtreg ABTD EM CIC EMSG CISG, fe ro
Hasil Uji F
Fixed-effects (within) regression Number of obs = 123
Group variable: Kode1 Number of groups = 41

R-sq: Obs per group:


within = 0.0339 min = 3
between = 0.0022 avg = 3.0
overall = 0.0051 max = 3

F(4,40) = 4.53
corr(u_i, Xb) = -0.4117 Prob > F = 0.0041

(Std. Err. adjusted for 41 clusters in Kode1)

Robust
ABTD Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

EM .0034707 .0023688 1.47 0.151 -.0013167 .0082582


CIC .0525474 .0236537 2.22 0.032 .0047416 .1003533
EMSG -.0019618 .0065194 -0.30 0.765 -.0151381 .0112144
CISG -.0217983 .0213186 -1.02 0.313 -.0648848 .0212882
_cons -.0039054 .0052115 -0.75 0.458 -.0144382 .0066274

sigma_u .01704586
sigma_e .01731685
rho .49211413 (fraction of variance due to u_i)
60
Ahmad Rifaldi & Ratna Hindria Dyah Pita Sari
JRAK Vol.13 No.2 Tahun 2022

Berdasarkan hasil uji F di STATA pada tabel di atas dapat diintepretasikan bahwa
nilai Uji F memiliki nilai probabilitas < 0,05, artinya bahwa variabel earnings management,
capital intensity, dan variabel moderasi yaitu sales growth dalam penelitian ini memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (tax avoidance) secara simultan.

Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Tabel 3

Hasil
. xtreg ABTD EM CIC EMSG CISG, feUji
ro Koefisien Determinasi
Fixed-effects (within) regression Number of obs = 123
Group variable: Kode1 Number of groups = 41

R-sq: Obs per group:


within = 0.0339 min = 3
between = 0.0022 avg = 3.0
overall = 0.0051 max = 3

F(4,40) = 4.53
corr(u_i,
. xtserialXb) = -0.4117
ABTD EM CIC SG Prob > F = 0.0041

Wooldridge test for autocorrelation in panel


(Std. Err. datafor 41 clusters in Kode1)
adjusted
H0: no first order autocorrelation
F(Berdasarkan dari hasil uji adjusted R square di STATA pada tabel di atas terdapat
1, 40) = 1.525
Robust
Prob > F = 0.2241
ABTD
nilai overall sebesar Coef.
0,0051, Std.
makaErr. t P>|t|
dapat dijelaskan bahwa[95%nilaiConf. Interval]
tersebut memberikan
. xtreg ABTD EM CIC SG, fe ro
pengertianEMbahwa.0034707
pengaruh earnings
.0023688management,
1.47 capital
0.151 intensity, dan sales
-.0013167 growth sebagai
.0082582
CIC .0525474regression
.0236537 2.22 0.032 .0047416 .1003533
pemoderasi
Fixed-effects
EMSG variabel
Group variable:
independen
(within)
-.0019618
Kode1
pada
.0065194 tax
-0.30avoidance
0.765 sebesar
Number
Number
0,51%
of obs
-.0151381 pada=
of groups .0112144
=
perusahaan
123
41
manufaktur
CISG yang terdaftar di
-.0217983 Bursa Efek
.0213186 Indonesia
-1.02 0.313sedangkan
-.0648848untuk.0212882
nilai persentasi
R-sq: _cons -.0039054 .0052115 -0.75 0.458Obs per group:
-.0144382 .0066274
lainnya dipengaruhi
within oleh faktor lain.
= 0.0340 min = 3
between = .01704586
sigma_u 0.0020 avg = 3.0
overall = 0.0050 max = 3
sigma_e .01731685
Uji Statistik
rho t .49211413 (fraction of variance due to u_i)
F(3,40) = 6.80
corr(u_i, Xb) = -0.4053 Tabel 4 Prob > F = 0.0008

Hasil (Std.
Uji t Non Moderasi
Err. adjusted for 41 clusters in Kode1)

Robust
ABTD Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

EM .0031515 .001133 2.78 0.008 .0008615 .0054414


CIC .0494842 .0233512 2.12 0.040 .0022897 .0966787
SG -.016061 .0117029 -1.37 0.178 -.0397134 .0075914
_cons -.003048 .0026674 -1.14 0.260 -.0084389 .002343

sigma_u .01699441
sigma_e .01720683
rho .49378918 (fraction of variance due to u_i)

Hipotesis pertama dalam penelitian ini yaitu earnings management berpengaruh


terhadap tax avoidance. Berdasarkan hasil uji t pada tabel di atas menunjukkan tingkat
signifikansi sebesar 0,008 atau lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara
earnings management terhadap tax avoidance dengan nilai coefficient sebesar 0,0031515
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif. Berdasarkan hal tersebut maka H1
diterima dan H0 ditolak.
61
Ahmad Rifaldi & Ratna Hindria Dyah Pita Sari
JRAK Vol.13 No.2 Tahun 2022

Hipotesis kedua dalam penelitian ini yaitu capital intensity berpengaruh terhadap
tax avoidance.
. xtreg ABTDBerdasarkan
EM CIC EMSG hasil uji tfe
CISG, pada
ro tabel di atas menunjukkan tingkat signifikansi
sebesar 0,040 atau lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05,
Fixed-effects (within) regression
maka dapat disimpulkan
Number of obs =
bahwa
123
hasil
Grouptersebut
variable:menunjukkan
Kode1 adanya pengaruh yang Number signifikan
of antara
groups capital
= intensity
41
terhadap
R-sq:
tax avoidance dengan nilai coefficient sebesarObs 0,0494842 menunjukkan bahwa
per group:
terdapat pengaruh positif. Berdasarkan hal tersebut maka H2 diterima dan
within = 0.0339 minH=0 ditolak. 3
between = 0.0022 avg = 3.0
overall = 0.0051 max = 3

Tabel 5 F(4,40) = 4.53


corr(u_i, Xb) = -0.4117 Prob > F = 0.0041
Hasil Uji t Moderasi
(Std. Err. adjusted for 41 clusters in Kode1)

Robust
ABTD Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

EM .0034707 .0023688 1.47 0.151 -.0013167 .0082582


CIC .0525474 .0236537 2.22 0.032 .0047416 .1003533
EMSG -.0019618 .0065194 -0.30 0.765 -.0151381 .0112144
CISG -.0217983 .0213186 -1.02 0.313 -.0648848 .0212882
_cons -.0039054 .0052115 -0.75 0.458 -.0144382 .0066274

sigma_u .01704586
sigma_e .01731685
rho .49211413 (fraction of variance due to u_i)

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini yaitu sales growth sebagai pemoderasi earnings
management berpengaruh terhadap tax avoidance. Berdasarkan hasil uji t menunjukkan
tingkat signifikansi sebesar 0,765 atau lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil tersebut menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan
antara sales growth sebagai pemoderasi earnings management terhadap tax avoidance dengan
nilai coefficient sebesar -0,0019618 menunjukkan bahwa sales growth tidak memoderasi
atinya tidak mampu memperkuat earnings management dengan tax avoidance. Berdasarkan
hal tersebut maka H3 ditolak dan H0 diterima.
Hipotesis keempat dalam penelitian ini yaitu sales growth sebagai pemoderasi capital
intensity berpengaruh terhadap tax avoidance. Berdasarkan hasil uji t pada tabel di atas
menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,313 atau lebih besar dari tingkat signifikansi
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hasil tersebut menunjukkan tidak adanya pengaruh
yang signifikan antara sales growth sebagai pemoderasi capital intensity terhadap tax
avoidance dengan nilai coefficient sebesar -0,0217983 menunjukkan bahwa sales growth tidak
dapat memoderasi capital intensity dengan tax avoidance. Berdasarkan hal tersebut maka H4
ditolak dan H0 diterima.

SIMPULAN
Kesimpulan
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis pengaruh earnings management dan
capital intensity terhadap tax avoidance dengan menggunakan variabel moderasi yaitu sales
growth. Penelitian ini menggunakan populasi yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-2019. Adapun proksi yang digunakan untuk
menghitung tindakan tax avoidance yaitu dengan abnormal book tax difference yang didapat
dari hasil regresi book tax difference. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan,
62
Ahmad Rifaldi & Ratna Hindria Dyah Pita Sari
JRAK Vol.13 No.2 Tahun 2022

memperoleh hasil sebagai berikut: earnings management dan capital intensity memiliki
pengaruh positif terhadap tax avoidance, sedangkan sales growth sebagai variabel moderasi
tidak mampu memoderasi earnings management dan capital intensity terhadap tax avoidance,
sehingga H1 dan H2 diterima sedangkan H3 dan H4 ditolak.

DAFTAR PUSTAKA
Ajzen. (1991). The Theory Of Planned Behavior. Organizational Behavior And Human
Decision Processes 50, 2, 179–211.
Akgündüz, Y. E., & Torun, H. (2020). Two And A Half Million Syrian Refugees, Tasks
And Capital Intensity. Journal Of Development Economics, 145(March), 102470.
Alianda, I. (2021). Pengaruh Kepemilikan Asing Dan Foreign Operation Terhadap
Penghindaran Pajak. The Journal Of Taxation Tax Center, 2(1), 94–115.
Arieftiara, D., Utama, S., & Wardhani, R. (2017). Environmental Uncertainty As A
Contingent Factor Of Business Strategy Choice Decision: Introducing An
Alternative Measurement Of Uncertainty. Australasian Accounting, Business And
Finance Journal, 11(4), 116–130.
Arizoni, S. S., Ratnawati, V., & Andreas, A. (2020). Pengaruh Manajemen Laba Akrual,
Manajemen Laba Riil Dan Inventory Intensity Terhadap Agresivitas Pajak: Peran
Moderasi Foreign Operation. Bilancia: Jurnal Ilmiah Akuntansi, 4(1), 35–47.
Astuti, D. F., Dewi, R. R., & Fajri, R. N. (2020). Pengaruh Corporate Governance Dan Sales
Growth Terhadap Tax Avoidance Di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2014-2018.
Ekonomis: Journal Of Economics And Business, 4(1), 210.
Batt, R. (2002). Managing Customer Services: Human Resource Practices, Quit Rates, And
Sales Growth. Academy Of Management Journal, 45(3), 587–597.
Baum, C. F., Schaffer, M. E., & Stillman, S. (2011). Using Stata For Applied Research:
Reviewing Its Capabilities. Journal Of Economic Surveys, 25(2), 380–394.
Budianti, S., & Curry, K. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Dan Capital Intensity
Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Prosiding Seminar Nasional
Cendekiawan 4, Jakarta.
Cohen, D. A., & Zarowin, P. (2008). Accrual-Based And Real Earnings Management
Activities Around Seasoned Equity Offerings Accrual-Based And Real Earnings
Management Activities Around Seasoned Equity Offerings Abstract.
Darma, R., Tjahjadi, Y. D. J., & Mulyani, S. D. (2019). Pengaruh Manajemen Laba, Good
Corporate Governance, Dan Risiko Perusahaan Terhadap Tax Avoidance. Jurnal
Magister Akuntansi Trisakti, 5(2), 137.
Defond, M. L., & Hung, M. (2003). An Empirical Analysis Of Analyst’s Cash Flow
Forecasts. Journal Of Accounting And Economics, 35(1), 73–100.
Dewan Standar Akuntansi Indonesia. (2020). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
No. 16 Tentang Aset Tetap.
63
Ahmad Rifaldi & Ratna Hindria Dyah Pita Sari
JRAK Vol.13 No.2 Tahun 2022

Dewi, L. K., Widiasmara, A., & Amah, N. (2019). Pengaruh Profitabilitas Dan Manajemen
Laba Terhadap Tax Avoidance Dengan Corporate Social Responsibility Sebagai
Variabel Moderating. Simba, 321–333.
Dewi, L. S., Budiartha, I. K., & I.D.G Dharma Suputra. (2017). Kebijakan Dividen Sebagai
Variabel Moderasi Pengaruh Tax, Leverage Dan Firm Size Pada Earnings
Management. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 6(1), 277–302.
Dharma, Nyoman Budhi Setya & Noviari, N. (2017). Pengaruh Corporate Social
Responsibility Dan Capital Intensity Terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 2017.
Diri, M. El. (2017). Introduction To Earnings Management. In Introduction To Earnings
Management.
Dyreng, S. D., Hanlon, M., & Maydew, E. L. (2008). Long-Run Corporate Tax Avoidance.
Accounting Review, 83(1), 61–82.
Eisenhardt, K. M. (1989). Agency Theory: An Assessment And Review. Academy Of
Management Review, 14(1), 57–74.
Fernández-Rodríguez, E., & Martínez-Arias, A. (2012). Do Business Characteristics
Determine An Effective Tax Rate? Chinese Economy, 45(6), 60–83.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25.
Hanlon, M., & Heitzman, S. (2010). A Review Of Tax Research. Journal Of Accounting
And Economics, 50(2–3), 127–178.
Hutagaol, J. (2007). Perpajakan Isu-Isu Kontemporer. Pajak Dan Perpajakan, ISBN 978-
979-756-260-1.
Hutomo, M. A., Sari, R. H. D. P., & Nopiyanti, A. (2021). Pengaruh Transfer Pricing, Thin
Capitalization, Dan Tunneling Incentive Terhadap Agresivitas Pajak. 2, 141–157.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (2019). Theory Of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs And Ownership Structure. Corporate Governance: Values, Ethics
And Leadership, 77–132.
Kalbuana, N., Solihin, S., Saptono, S., Yohana, Y., & Yanti, D. R. (2020). The Influence Of
Capital Intensity, Firm Size, And Leverage On Tax Avoidance On Companies
Registered In Jakarta Islamic Index (JII) Period 2015-2019. International Journal Of
Economics, Business And Accounting Research (IJEBAR), 4(3), 272–278.
Kurniasih, L., Sulardi, S., & Suranta, S. (2017). Earnings Management, Corporate
Governance And Tax Avoidance: The Case In Indonesia. GATR Journal Of Finance
And Banking Review, 2(4), 28–35.
Luayyi, S. (2012). Teori Keagenan Dan Manajemen Laba Dari Sudut Pandang Etika
Manajer. El Muhasaba: Jurnal Akuntansi, 1(2), 199–216.
Mahdiana, M. Q., & Amin, M. N. (2020). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran
Perusahaan, Dan Sales Growth Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi Trisakti,
7(1), 127.
Masdi, A. (2021). Menakar Penerimaan Pajak Di Tahun Pandemi.
Https://Www.Kemenkeu.Go.Id/Publikasi/Artikel-Dan-Opini/Menakar-
Penerimaan-Pajak-Di-Tahun-Pandemi/
64
Ahmad Rifaldi & Ratna Hindria Dyah Pita Sari
JRAK Vol.13 No.2 Tahun 2022

Masrullah & Su’un, M. (2018). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Komisaris


Independen, Leverage, Dan Sales Grwoth Terhadap Tax Avoidance Pada
Perusahaan Manufaktur Di BEI. 16(2), 142–165.
Maulana, M., Marwa, T., & Wahyudi, T. (2018). The Effect Of Transfer Pricing, Capital
Intensity And Financial Distress On Tax Avoidance With Firm Size As Moderating
Variables. Modern Economics, 11(1), 122–128.
Merks, P. F. E. M., Finnerty, C., Pettricione, M., & Russo, R. (2007). Fundamentals Of
International Tax Planning. IBFD.
Mohammed Amidu, WILLIAM COFFIE, P. A. (2019). Transfer Pricing, Earnings
Management And Tax Avoidance Of Firms Ghana. Journal Of Financial Crime,
34(1), 1–5.
Muadz Rizki, M. ; D. (2015). Pengaruh Corporate Social Responsibility Dan Capital
Intensity Terhadap Penghindaran Pajak. Diponegoro Journal Of Accounting, 2015.
Nadhifah, M., & Arif, A. (2020). Transfer Pricing, Thin Capitalization, Financial Distress,
Earning Management, Dan Capital Intensity Terhadap Tax Avoidance Dimoderasi
Oleh Sales Growth. Jurnal Magister Akuntansi Trisakti, 7(2), 145.
Nugraha, M. I., & Mulyani, S. D. (2019). Peran Leverage Sebagai Pemediasi Pengaruh
Karakter Eksekutif, Kompensasi Eksekutif, Capital Intensity, Dan Sales Growth
Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi Trisakti, 6(2), 301.
Octaviana, S., Titisari, K. H., & Chomsatu, Y. (2018). The Effect Of Profitability, Firm Size,
Sales Growth And CSR Against Tax Avoidance On Companies Listed In BEI Year
2013 – 2016. The 2nd International Conference On Technology, Education, And
Social Science 2018, 150–158.
Prima, B. (2019, May 8). Tax Justice Laporkan Bentoel Lakukan Penghindaran Pajak,
Indonesia Rugi US$ 14 Juta. Https://Nasional.Kontan.Co.Id/News/Tax-Justice-
Laporkan-Bentoel-Lakukan-Penghindaran-Pajak-Indonesia-Rugi-Rp-14-Juta
Rahayu, N. (2010). Regulatory Evaluation Of Foreign Investment Tax Avoidance
Practices. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 7(1), 61–78.
Rizki, M. Q. A., & Fuadi, R. (2019). Pengaruh Karakter Eksekutif, Profitabilitas, Sales
Growth Dan Corporate Social Responsbility Terhadap Tax Avoidance Pada
Perusahaan Non-Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-
2015. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi, 4(3), 547–557.
Rosa Dewinta, I., & Ery Setiawan, P. (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax
Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 14(3), 1584–1615.
Ross, S. (1973). The Economic Theory Of Agency. Msnbc.
Roychowdhury, S. (2006). Earnings Management Through Real Activities Manipulation.
Journal Of Accounting And Economics, 42(3), 335–370.
Sakti, I. (2018). Analisis Regresi Data Panel Menggunakan Eviews 9. Esa Unggul
University, 2018.
65
Ahmad Rifaldi & Ratna Hindria Dyah Pita Sari
JRAK Vol.13 No.2 Tahun 2022

Seheult, A. H., Green, P. J., Rousseeuw, P. J., & Leroy, A. M. (1989). Robust Regression
And Outlier Detection. Journal Of The Royal Statistical Society. Series A (Statistics
In Society), 152(1), 133.
Sinaga, Roslan & Malau, H. (2021). Pengaruh Capital Intensity Dan Inventory Intensity
Terhadap Penghindaran Pajak (Studi Kasus Pada Perusahaan Sub-Sektor Kimia
Yang Terdapat Di BEI Periode 2017- 2019). Jurnal Akuntansi Dan Keuangan.
Sugiyanto. (2017). Metode Penelitian Pendidikan:(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan
R & D).
UU No. 36 Tahun 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008
Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang
Pajak Penghasilan.
Wang, S., & Chen, S. (2012). The Motivation For Tax Avoidance In Earnings Management.
448–449.
Widarjono, A. (2007). Ekonometrika: Teori Dan Aplikasi Untuk Ekonomi Dan Bisnis,
Edisi Kedua. 2(2007).
Widyaningdyah, A. U. (2001). Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Earnings Management Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia. Jurnal Akuntansi
Dan Keuangan, 3(2), 89–101.
Yulistiani, N., Widiastuti, N. P. E., & Masripah. (2020). Determinan Tax Avoidance Pada
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2018. Konferensi Riset
Nasional Ekonomi, Manajemen, Dan Akuntansi I, 1149–1161.

Anda mungkin juga menyukai