Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN KISTA OVARIUM DI RUANG DAHLIA RSD DR. SOEBANDI


KABUPATEN JEMBER

Disusun guna untuk memenuhi tugas stase Keperawatan Maternitas pada


program Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan

oleh :
Erika Nurul Hasanah

2201031050

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JEMBER
November, 2022
LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA OVARIUM

I. Konsep dasar medis


1. Pengertian Kista Ovarium
Menurut Herawati dkk., (2019) menjelaskan bahwa kista ovarium ialah salah
satu dari tumor jinak yang timbul karena perubahan kadar hormon selama siklus haid,
produksi dan pelepasan sel telur akibatnya terjadi benjolan yang dapat membesar dan
berisi cairan, kista ovarium ini sering dijumpai pada wanita pada masa reproduksinya
(Herawati dkk., 2019). Kista menjadi permasalahan bagi wanita dan dapat bersifat
ganas apabila tidak segera ditangani.
Angka kejadian kista ovari di Indonesia sendiri pada tahu 2015 sebanyak
23.400 orang dan meninggal sebesar 13.900, sekian angka tersebut menyatakan
bahwa masih tingginya angka keematian. Hal ini disebabkan karena penyakit tesebut
asimptomatik atau tidak bergejala sehingga pasien akan datang ke fasilitas kesehatan
pada stadium lanjut (Fatkhiyah, 2019). Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai
pentingnya pemeriksaan untuk deteksi dini adanya gangguan pada sistem reproduksi.
Dapat ditarik kesimpulan dari kalimat diatas bahwa kista ovarium merupakan
masalah ginekologi yang mengakibatkan adanya benjolan berisi cairan pada dinding
ovarium sehingga berakibat pada terganggunya proses ovulasi dan penyakit ini
bersifat asimptommatik.
2. Etiologi
Menurut (Setyorini, 2014) terjadinya kista ovarium diakibatkan karena
terganggunya pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofisis dan juga ovarium.
Kista ovarium juga dapat diakibatkan karena proses mensturasi itu sendiri atau kista
fungsional dan dapat timbul karena pertumbuhan sel yang abnormal atau kista
patologis. Kista fungsional yaitu terdapat kista folikel dan korpus luteum dimana kista
ini terbentuk saat indung telur melepaskan sel telur untuk dibuahi pada setiap bulan
yang ukurannya semakin bertambah. Selain itu terdapat kista patologis yang terdiri
dari kitas dermoid, adenoma dan endometrioma, kista tersebut tumbuh karena adanya
pertumbuhan sel yang tidak normal dan biasanya tidak berhubungan dengan
mesnturasi (Willy,2019).
Selain itu, Terdapat faktor resiko terjadinya kista ovarium menurut,
(Fatkhiyah, 2019) yaitu multipara (riwayat ibu melahirkan lebih dari 2) (42,3%), usia
20 sampai 45
tahun , anemia ringan sebesar (42,3%) dan berat badan < 50kg sebesar (26,9%).
Namun menurut (Suwandi,2012 dalam Putri, 2015) menyebutkan bahwa faktor resiko
dari kista ovarium yaitu :

1. Riwayat kista ovarium terdahulu


2. Mesturasi pada usia dini (kurang dari 11 tahun)
3. Mensturasi tidak teratur
4. Penderita hipotiroid
5. Penderita kanker payudara yang pernah kemoterapi

3. Tanda dan Gejala


Penyakit kista ovarium umumnya bersifat asimptomaik atau tidak bergejala,
namun beberapa wanita dapat mengalami hal tersebut Menurut (Saputri,2018) tanda
dan gejala kista ovarium diantaranya adalah :
1. Nyeri ketika mensturasi
2. Terdapat nyeri pada abdomen bagian bawah
3. Nyeri ketika berhubungan seksual
4. Nyeri pada punggung dan terkadang menjalar sampai kaki
5. Nyeri pada saat BAK maupun BAB
6. Siklus mensturasi tidak teratur
II. Patofisiologi
Penurunan fungsi ovarium dapat menyebabkan penimbunan atau tertumpuknya folikel
yang terbentuk tidak sempurna dalam ovarium, folikel tidak berovulasi karena rendahnya
kadar FSH dan tingginya hormon LH , dalam keadaan ini akan mengakibatkan
pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel , folikel tersebut akan gagal dalam
mengalami pematangan dan juga gagal melepaskan sel telur sehingga kegegalan tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya kista dalam ovarium serta dapat mengakibatkan
infertilitas pada wanita.
Sel telur
gagal

Penimbunan
Gelisah sel
terhadap
Kista Ovari

Pre Op Post Op

Kurang Pembesar Penekan Luka operasi Pertahanan


pengetahu an an barrier

Port de entri
Menekan Anoreksia Nye
jaringan dan ri

Imobilisasi ADL tergantung Tidak steril


Ansietas Pembesar Nafsu makan turun
an

Gangguan mobilitas Defisit perawatan diri


Nyeri akut Defisit nutrisi Resiko infeksi
fisik
III. Penatalaksanaan Kasus
1. Pemeriksan darah lengkap : Fokus pada hematokrit dan hemoglobin untuk
mengevaluasi adanya anemia yang disebabkan oleh perdarahan akut.
Pemeriksaan kehamilan: tes urin atau darah untuk kehamilan sering
dilakukan pada perempuan premenopause dengan kista ovarium. Kista
ovarium dapat terjadi pada kehamilan.
2. Laparoskopi
Laparoskopi adalah sebuah teknik melihat ke dalam perut tanpa
melakukan pembedahan mayor. Pemeriksaan ini untuk mengetahui tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan menentukan sifat tumor tersebut.
3. Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) adalah alat pemeriksaan dengan menggunakan
ultrasound (gelombang suara) yang dipancarkan oleh transduser.
Pemeriksaan ini untuk mengetahui letak dan batas tumor, sifat tumor, dan
cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
4. Foto Rontgen
Foto rontgen merupakan prosedur pemeriksaan dengan menggunakan
radiasi gelombang elektromagnetik guna menampilkan gambaran bagian
dalam tubuh. Pemeriksaan ini untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Pada kista dermoid dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.

Menurut Oktavelani (2019) dalam studi penelitiannya menjelaskan


penanganan yang dapat dilakukan pada pasienn dengan kista ovarium yaitu :

1. Terapi Hormonal
Pengobatan dengan pemberian pil KB (gabungan estrogenprogresteron)
boleh ditambahkan obat anti androgen progesteron cyproteron asetat
yang akan mengurangi ukuran besar kista. Untuk kemandulan dan tidak
terjadinya ovulasi, diberikan klomiphen sitrat. Juga bisa dilakukan
pengobatan fisik pada ovarium, misalnya melakukan diatermi dengan
sinar laser.
Pemantauan rutin , dilakukan ketika tidak ada gejala dan kista masih
berukuran kecil, dilakukan melalui pemeriksaan USG setelah diketahui
terdapat kista.
2. Obat-obatan, bisa dengan menggunakan obat kontrasepsi oral untuk
mencegah perkembangan kista baru dan menghentikan ovulasi,
3. Prosedur operasi, ketika kista terus berukuran besar seukuran 5 cm maka
perlu dilakukannya operasi untuk pengangkatan kista (Kistektomi atau
salfingo-ooforektomi), dan ketika kista masih berukuran kecil bisa
dilakukan dengan metode laparoskopi yaitu dengan sayatan kecil
menggunakan alat laparoskop namun jika kista berukuran besar
dilakukan tindakan bedah laparotomi. Pembedahan secara Salpingo-
ooforektomi memiliki dua jenis, yakni unilateral dan bilateral. Unilateral
dilakukan untuk mengangkat ovarium dan tuba falopi yang terletak di
sisi tubuh yang sama dan berbagi suplai darah yang sama. Sebaliknya,
prosedur bilateral berupa pengangkatan ovarium dan tuba falopi tabung
di sisi yang berlainan. Sedangkan pembedahan histerektomi juga ada 2
yakni total dan radikal. Histerektomi radikal yaitu mereka yang
menjalani prosedur ini akan kehilangan seluruh sistem reproduksi seperti
seluruh rahim dan serviks, tuba fallopi, ovarium, bagian atas vagina,
jaringan lemak dan kelenjar getah bening. Histerektomi total yaitu
seluruh rahim dan serviks diangkat jika menjalani prosedur ini. Namun
ada pula jenis histerektomi total bilateral saplingoooforektomi yaitu
prosedur ini melibatkan tuba fallopi dan ovarium.
Gambar 1. Jenis histerektomi

IV. Pengkajian
Asuhan keperawatan adalah serangkaian proses keperawatan yang
berkesinambungan untuk mengatasi atau mengurangi masalah kesehatan
individu, kelompok, maupun masyarakat meliputi bio-psiko-sosio-spritual
(Susanti, 2020). Proses keperawatan terdiri dari:
1. Pengkajian
Pengkajian adalah salah satu proses keperawatan yang sistematis dan
berkesinambung berupa pengumpulan data, verifikasi dan komunikasi
data tentang individu, keluarga, kelompok atau masyarakat untuk
menggali permasalahan klien.
a. Identitas
(1) Nama : Dikaji untuk mengenal atau memanggil agar tidak
kelirudengan pasien lain.
(2) Umur : Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam masa
reproduksi atau sudah menopause.
(3) Agama : Untuk mengetahui pandangan agama klien mengenai
masalah gangguan reproduksi.
(4) Pendidikan : Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin
mudah menerima informasi dan akhirnya pegentahuan yang
dimiliki semakin banyak (Notoatmodjo, 2012).
(5) Suku bangsa : Dikaji untuk melihat adat istiadat atau kebiasan
sehari-hari pasien.
(6) Pekerjaan : Dikaji untuk mengukur dan mengetahui tingkat sosial
ekonominya.
(7) Alamat : Dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
b. Riwayat kesehatan
(1) Keluhan utama : Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui
alasan pasien datang ke fasilitas kesehatan. Keluhan juga muncul
pada kasus kista ovarium adalah nyeri perut pada bagian bawah
(Sulistyawati, 2011).
(2) Riwayat kesehatan sekarang : Untuk mengetahui penyakit yang
disertai saat ini, apakah keadaan ibu dengan kista ovarium
menderita sakit pinggang dan nyeri pada bagian bawah perut
bagian bawah serta mengetahui adanya penyakit kronis dan
keterbatasan fisik.
(3) Riwayat menstruasi : Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi
antara lain menarche, siklus menstruasi, lamanya menstruasi,
banyaknya darah, keluhan utama yang dirasakan saat haid.
(4) Riwayat kehamilan : Dikaji untuk mengetahui jumlah kehamilan,
anak yang hidup, persalinan aterm, persalinan premature,
keguguran, persalinan dengan tindakan, riwayat pendarahan pada
kehamilan, persalinan atau nifas sebelumnya.
(5) Riwayat persalinan : Hal yang perlu dikaji adalah berapa kali
menikah, status menikah sah atau tidak, karena bila menikah
tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya.
(6) Riwayat ginekologi : Dikaji untuk mengetahui apakah pasien
pernah mengalami penyakit kandungan seperti infertilitas,
penyakit kelamin,tumor atau sistem reproduksi.
(7) Riwayat keluarga : berencana Dikaji untuk mengetahui apakah
pasien pernah mengikuti KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa
lama, ada keluhan selama menggunakan kontrasepsi.
(8) Riwayat kesehatan yang lalu : Dikaji untuk mengetahui apakah
ada hubungan dengan masalah yang dihadapi oleh klien pada saat
ini.
(9) Riwayat kesehatan keluarga : Dikaji untuk mengetahui apakah
ada penyakit menurun dalam keluarga seperti asma, diabetes
mellitus, hipertensi, jantung dan riwayat penyakit menular lainya.
(10) Pola nutrisi : Mengambarkan masukan nutrisi balance cairan
dan elektrolit, nafsu makan, pola makan, frekuensi BB dalam 6
bulan terakhir, kesulitan menelan, mual muntah, kebutuhan zat
gizi.
(11) Pola eliminasi : Menjelaskan fungsi eksresi, kandung kemih
dan kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi dan miksi
karakteristik urin dan feses.
(12) Pola latihan aktifitas : Mengambarkan pola latihan, aktivitas,
fungsi pernafasan dan sirkulasi. Pentingnya latihan gerak dalam
keadaan sehat atau sakit, gerak tubuh dan keseimbangan
berhubungan satu sama lain.
(13) Pola kognitif perseptual : Menjelaskan persepsi sensori dan
kognitif meliputi pengkajian fungsi pendengaran, penglihatan,
perasaan, pembau dan kompensasi terhadap tubuh.
(14) Pola istirahat tidur : Mengambarkan pola tidur, istirahat dan
persepsi tentang energi. Jumlah jam tidur pad siang dan malam
hari, masalah selama tidur, insomia, mimpi buruk, dan
penggunaan obat.
(15) Pola konsep diri : Mengambarkan sikap tentang diri sendiri dan
persepsi terhadap kemampuan antara lain: gambaran diri, harga
diri, peran, identitas diri, pola peran dan hubungan.
(16) Pola seksual dan reproduksi : Mengambarkan kepuasan atau
masalahyang aktual atau dirasakan dengan seksualitas.
V. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis (kista ovari)
2. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makan
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
4. Ansietas b.d kurang terpapar informasi, merasa bingung, merasa
khawatirdengan akibat dari kondisi yang dihadapi
5. Hambatan Mobilitas Fisik b.d Nyeri
6. Resiko infeksi b.d prosedur pembedah
VI. Intervensi Keperawatan dan Rasional

No Diagnosa SLKI SIKI

1 Nyeri Akut Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 Manajemen Nyeri I.03119
jam, nyeri pasien menurun dan terkontrol
Observasi:
dengan kriteria hasil:
1. Identifikasi karakterisitik nyeri
Tingkat Nyeri L.08066
meliputi lokasi, frekuensi, kualitas,
1) Keluhan nyeri tidak ada intensitas nyeri dan skala nyeri

2) Tidak meringis 2. Identifikasi faktor yang dapat


memperberat nyeri
3) Tidak gelisah
Terapi:
4) Skala nyeri 0
3. Berikan teknik non farmakologis
5) Nadi, TD, RR dalam rentang normal
dalam penanganan nyeri, misalnya
6) Pola tidur teratur terapi musik dan nafas dalam

4. Kontrol lingkungan yang dapat


memperparah nyeri

Edukasi:
5. Jelaskan pada klien mengenai efek
samping obat

6. Ajarkan teknik reaksasi

Kolaborasi :

7. Kolaborasi pemberian analgesik


sesuai dengan dosis

2 Defisit Nutrisi Setelah diberikan perawatan selama 3x24 jam Manajemen Nutrisi
diharapkan nutrisi klien membaik dengan
(I.03119) Observasi:
kriteria hasil :
1. Identifikasi faktor yang
Status Nutrisi L.03030
mempengaruhi status gizi
1) Porsi makan dihabiskan
2. Identifikasi gangguan menelan
2) Nafsu makan membaik misalnya reflek menelan

3) Membrane mukosa tidak pucat dan 3. Monitor mual muntah


kering
Terapi:
4) Frekuensi makan membaik
4. Kendalikan faktor lingkungan
penyebab mual

5. Berikan makanan dalam porsi


sedikit namun sering

6. Atur posisi untuk mencegah


aspirasi

7. Ukur berat badan

8. Anjurkan klien untuk banyak


istirahat

Kolaborasi:

9. Kolaborasi pemberian medikasi


dan penetapan nutrisi yang tepat.

3. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan perawatan selama Pencegahan Infeksi (I.14539)
… x24 jam, diharapkan tingkat infeksi pasien
Observasi:
menurun dengan kriteria hasil:
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
Tingkat Infeksi (L.14137)
lokal dan sistemik
1. Tidak ada gejala infeksi Terapi:

2. Kebersihan tangan dan badan terjaga 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tidakan perawatan,
3. Leukosit <10.000
3. Pertahankan teknik aseptic

4. Perawatan luka post Op

5. Batasi jumlah pengunjung

Kolaborasi:

6. Kolaborasi pemberian antibiotik


DAFTAR PUSTAKA

Fatkhiyah, N. 2019. Faktor resiko kejadian kista ovarium pada wanita usia
reproduksidi rskia kasih ibu kota tegal. Bhamada, JITK. 10:1.

Herawati, A., L. Kusumawati, dan A. Hidayat. 2019. Hubungan siklus


menstruasi dengan angka kista ovarium pada pasien rsud “x”
banjarmasin anita. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. 10(1):8, 9.

Oktavelani, D. A. 2019. Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ny. I Dengan


Diagnosa Medis Kista Ovarium + Post Operasi Tah – Bso + Adhesiolisis +
Iud Missing Tail Hari Ke 1 Di Ruang E2 Rumah Sakit Dr. Ramelan :
Surabaya STIKES HangtuahSurabaya.

Putri, Crishna. 2015. Pemakaian Kontrasepsi Oral dalam Mencegah Kista


Ovarium.:Universitas Lampung, Fakultas Keddokteran

Saputri, U. 2018. Manajemen Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi


Kepada Ny. S dengan Kista Ovarium di RSUD Labuang Baji Makasar
tanggal 18-22 Juli Tahun 2018.UIN Alaudin Makassar: Fakultas
Kedokteran dan IlmuKesehatan

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatan Perawat Nasional
Indonesia.

Willy, Tjin. 2019. Penyebab Kista Ovarium: https://www.alodokter.com/kista-


ovarium/penyebab (diakses pada 19 april 2020)

Anda mungkin juga menyukai