Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS SISTEM PENYIMPANAN DALAM TEMU KEMBALI ARSIP

INAKTIF IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN TITIPAN ORGANISASI


PERANGKAT DAERAH DI DINAS ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KOTA
SEMARANG

Mediah Diani*), Sri Ati Suwanto


Program Studi S-1 IlmuPerpustakaan, FakultasIlmuBudaya, UniversitasDiponegoro,
Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

Abstrak
Skripsi ini berjudul “Analisis Sistem Penyimpanan dalam Temu Kembali Arsip Inaktif Izin Mendirikan
Bangunan Dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem penyimpanan arsip bertema nomor
klasifikasi arsip dapat berdampak dalam temu kembali arsip inaktif IMB di Dinas Arsip dan Perpustakaan
Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Metode purposive sampling digunakan untuk memperoleh Informan dalam penelitian ini metode
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian
ini menunjukan bahwa sistem penyimpanan dalam temu kembali arsip inaktif IMB titipan OPD di Dinas
Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang masih menggunakan sistem manual dan belum menggunakan
sistem elektronik. Jenis arsip yang paling dominan di titipkan adalah arsip IMB. Sistem penyimpanan
arsip di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang menggunakan sistem nomor klasifikasi arsip
dengan pedoman klasifikasi arsip, dalam temu kembali arsip membutuhkan waktu 5 sampai 10 menit
untuk menemukan 1 jenis arsip. Hal tersebut belum sesuai dengan teori, menurut The Liang Gie yang
menyatakan bahwa dalam penemuan arsip hanya membutuhkan waktu 1 menit.

Kata kunci: arsip inaktif; arsip IMB; penyimpanan arsip; temu kembali arsip

Abstract
[Title: Analysis of Storage Systems in Retrieval Archives Inactive License Establishing Regional
Organizatiton (OPD) Deposit Building in the Library and Archive Service of Semarang City]. The
purpose of this study is to determine whether the archive storage system themed archive classification
number can have an impact in the retrieval of IMB inactive archives in the Archive and Library Office of
Semarang City. This research used qualitative method with case study approach. The purposive sampling
method was used to obtain informants in this study. Methods of data collection used were observation,
interview, and documentation. The results of this study indicated that the storage system in the retrieval
of inactive archives IMB deposit OPD in the Office of Archives and Libraries of Semarang City still used
manual system and not using electronic system yet. The most dominant type of archive in the deposit is
the IMB archive. The archive storage system in Semarang Archive and Library Service Office uses the
archive classification system with archive classification guidelines, in the archive retrieval takes 5 to 10
minutes to find 1 type of archive. This was not compatible yet with The Liang Gie theory which stated that
in the discovery of the archive takes only 1 minute.

Keywords: inactive archives; IMB archives; archive storage; archive retrieval

-----------------------------------------------------------------
*)
Penulis Korespondensi.
E-mail: mediahdianii@gmail.com
1. Pendahuluan dari kegiatan kearsipan. Arsip yang dikelola oleh
Perkembangan teknologi pada saat ini semakin Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang berasal
menuntut pentingnya informasi bagi setiap instansi dari arsip Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
pemerintah maupun swasta. Pada dasarnya seluruh Sistem kearsipan yang dilakukan pada Dinas Arsip
kegiatan organisasi instansi membutuhkan informasi dan Perpustakaan Kota Semarang yaitu melakukan
sebagai pendukung proses kerja administrasi. Salah kegiatan pengolahan arsip, sistem penataan dan
satu sumber informasi yang dapat menunjang proses penyimpanan arsip, serta temu kembali arsip.
kegiatan administarsi adalah arsip. Arsip berfungsi Faktanya peneliti menemukan sistem penyimpanan
sebagai rekaman informasi dan seluruh akivitas dan temu kembali di Dinas Arsip dan Perpustakaan
organisasi, arsip bukan hanya sekedar hasil dari Kota Semarang masih menggunakan sistem manual.
kegiatan organisasi, namun juga arsip diterima dan Namun, peneliti menemukan adanya usaha dari
diciptakan oleh organisasi dalam rangka pelaksanaan kepala seksi kearsipan Dinas Arsip dan Perpustakaan
kegiatan dan disimpan sebagai bukti kebijakan dalam Kota Semarang untuk beralih dari sistem manual ke
aktivitasnya. sistem elektronik. Akan tetapi, arsiparis di Dinas
Semua kegiatan yang dilakukan oleh instansi Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang masih terlalu
pemerintah maupun swasta akan selalu menghasilkan nyaman menggunakan sistem manual. Maka dari itu
arsip yang menunjang kegiatan sesuai dengan fungsi belum adanya sistem elektronik dalam membantu
dan juga kepentingannya. Setiap instansi pemerintah kegiatan kearsipan tersebut.
atau swasta menyadari pentingnya akan keberadaan Sistem penyimpanan arsip yang di lakukan di
dan fungsi arsip dalam mendukung kegiatan. Arsip Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang sangat
tersebut memerlukan pengelolaan, penataan serta berpengaruh terhadap berhasil tidaknya dalam
penyimpanannya agar arsip terpelihara dan mudah di penemuan kembali arsip. Dari hasil observasi terakhir
temu kembali. Arsip merupakan hal yang sangat menanyakan tentang arsip inaktif yang sering
penting, karena arsip dapat digunakan sebagai bukti dipinjam di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota
pertanggungjawaban suatu kegiatan. Semarang adalah jenis arsip Izin Mendirikan
Arsip mempunyai fungsi yang sangat penting Bangunan (IMB). Melihat kegunaan arsip IMB
bagi sebuah instansi, sebagaimana yang dikemukakan begitu penting, maka arsip IMB masih banyak dicari
oleh Sulistyo-Basuki (2003: 13) arsip memiliki fungsi oleh penggunanya atau yang mempunyai akses akan
membantu pengambilan keputusan, menunjang arsip tersebut. Arsip yang dibutuhkan harus bisa di
sebuah perencanaaan, mendukung pengawasan, temu kembalikan secara cepat, tepat dan benar. Hal
sebagai alat pembuktian suatu kegiatan, memori ini lah yang menjadi alasan peneliti untuk melakukan
perusahaan, efiesiensi instansi, menyediakan penelitian tentang analisis sistem penyimpanan dalam
informasi produk, sesuai dengan ketentuan temu kembali arsip inaktif Izin Mendirikan Bangunan
perundang-undangan, sebagai rujukan historis, (IMB), sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
menyediakan informasi personalia atau keuangan dan penelitian yang berjudul “Analisis Sistem
sejenisnya, memelihara aktivitas hubungan Penyimpanan dalam Temu Kembali Arsip Inaktif Izin
masyarakat, kepentingan politik, pendidikan, untuk Mendirikan Bangunan Titipan OPD di Dinas Arsip
menyelamatkan diri, serta menelusur sebuah silsilah. dan Perpustakaan Kota Semarang”.
Arsip yang disimpan akan digunakan kembali oleh Menurut Pedoman IMB tahun 2007, IMB (Izin
pengguna atau yang memiliki akses akan Mendirikan Bangunan) adalah produk hukum yang
kebutuhannya, sehingga arsip akan mengalami proses berisi persetujuan atau perizinan yang dikeluarkan
penemuan kembali guna mencari keberadaan arsip. oleh Kepala Daerah Setempat (Pemerintah kabupaten
Izin Mendirikan Bangunan adalah produk / kota) dan wajib dimiliki / diurus pemilik bangunan
hukum yang berisi persetujuan atau perizinan yang yang ingin membangun, merobohkan, menambah /
dikeluarkan oleh Kepala Daerah Setempat mengurangi luas, ataupun merenovasi suatu
(Pemerintah kabupaten / kota) dan wajib dimiliki / bangunan. Kehadiran IMB (izin mendirikan
diurus pemilik bangunan yang ingin membangun, bangunan) pada sebuah bangunan sangatlah penting,
merobohkan, menambah / mengurangi luas, ataupun karena bertujuan untuk menciptakan tata letak
merenovasi suatu bangunan. Kehadiran IMB (Izin bangunan yang aman dan sesuai dengan peruntukan
Mendirikan Bangunan) pada sebuah bangunan lahan bahkan keberadaan IMB juga sangat
sangatlah penting, karena bertujuan untuk dibutuhkan ketika terjadi transaksi jual beli rumah.
menciptakan tata letak bangunan yang aman dan Pemilik rumah yang tidak memiliki IMB nantinya
sesuai dengan peruntukan lahan. Bahkan keberadaan akan dikenakan denda 10 persen dari nilai bangunan,
IMB juga sangat dibutuhkan ketika terjadi transaksi rumah pun juga bisa dibongkar. Maka dari itu arsip
jual beli rumah. Pemilik rumah yang tidak memiliki IMB harus di lakukan penataan dan penyimpanan
IMB nantinya akan dikenakan denda 10 persen dari agar arsip IMB dapat ditemukan dengan mudah,
nilai bangunan, rumah pun juga bisa dibongkar. cepat dan tepat. Sebagaimana dikemukakan oleh
Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang Barthos (2005: 43) Filing adalah proses pengaturan
merupakan salah satu kantor pemerintahan yang dan penyimpanan bahan-bahan secara sistimatis,
melayani kepentingan umum yang tidak akan lepas
sehingga bahan-bahan tersebut dengan mudah dan a. Arsip Kacau
cepat dapat ditemukan kembali setiap kali diperlukan. 1) Membersihkan arsip dari deu-debu dan
Menurut Sugiarto dan Wahyono dalam buku kotoran, memusnahkan semua bakteri,
Manajemen Kearsipan Modern (2005: 51), Sistem serangga dengan bahan kimia.
penyimpanan adalah sistem yang dipergunakan pada 2) Memisahkan arsip dan non arsip
penyimpanan dokumen agar kemudahan kerja 3) Mengelompokan arsip berdasarkan pokok
penyimpanan dapat diciptakan dan penemuan masalah disusun secara kronologis
dokumen yang sudah disimpan dapat dilakukan 4) Membungkus arsip setebal empat sampai lima
dengan cepat bilamana dokumen tersebut sewaktu- sentimeter dan memberi nomor sementara.
waktu dibutuhkan. Sistem penyimpanan pada 5) Mencatat dalam kartu menurutpokok masalah
prinsipnya adalah menyimpan berdasarkan kata dan disusun menurut kronologis, kemudian
tangkap (caption) dari dokumen yang disimpan baik diberi nomor definitif pada kartu.
berupa huruf maupun angka yang disusun menurut 6) Membuat daftar pertelaan arsip yaitu daftar
urutan tertentu. berisi data arsip inaktif dari unit kerja untuk
Pada umumnya sistem penyimpanan arsip yang melakasanakan penyusutan arsip.
dapat dipakai sebagai sistem penyimpanan yang 7) Memasukan arsip yang telah dibungkus
standar adalah sebagaimana dikemukakan oleh kedalam boks, sambil memberikan nomor
Nuraida (2008: 94) yaitu: definitif pada sampul pembungkus.
1) Sistem alfabetis 8) Memberi kamper atau kapur barus dalam boks
Sistem penyimpanan arsip berdasarkan alfabetis arsip.
atau abjad adalah sistem penyimpanan yang 9) Menata dalam rak arsip disusun menurut kode
didasarkan atas abjad atau alphabet dapat maslah
berdasarkan nama orang, perusahaan, organisasi b. Arsip Teratur
dan instansi. Untuk penyimpanan arsip Arsip inaktif yang semasa aktifnya ditata berdaarkan
berdasarkan alfabetis ini sebelumnya harus suatu sistem tertentu dan masih utuh penataannya,
dilakukan pengindeksan terlebih dahulu. dapat ditangani sebagai berikut:
2) Sistem numeric 1) diperiksa kembali atas penataan dengan dasar
Sistem penyimpanan numeric atau nomor sistem yang telah dipergunakan dan ditertibkan
adalah sistem penyimpanan arsip berdasarkan pengaturan fisiknya, sehingga penemuan kembali
urutan kode numeric.Urutanini dapat dapat lancar.
berdasarkan nomor urut, terminal digit atau 2) Arsip yang tidak diperlukan lagi oleh lembaga
sistem persepuluhan (Dewey Decimal pemeriksaan atau badan pemerintah bisa
Clasifcation/ DDC). Sistem DDC ini hampir dilakukan daftar pertelannya untuk dimusnahkan
sama dengan sistem penimpanan pokok soal dengan berita acara pemusnahan arsip.
bernomor. Sistem Dewey menggunakan angka 3) Arsip yang sudah tidak dipergunakan untuk
yang dimulai dari angka 0 sampai 9.Angka yang kepentingan sehari-hari bisa dibuatkan
digunakan adalah ratusan. daftaranya untuk diserahkan ke Dinas Arsip dan
3) Sistem Georafis atau Wilayah Perpsustakaan Kota Semarang dengan dilampiri
Sistem penyimpanan geografis atau wilayah berita acara penyusutan arsip.
adalah sistem penyimpanan arsip yang Tahapan - tahapan penataan dan penyimpanan
didasarkan atas geografis atau wilayah. Dapat arsip akan berdampak pada temu kembali arsip yaitu
berdasarkan nama kota, profinsi, nama negara untuk memudahkan dalam pencarian arsip.
dan sebagainya. Temu kembali arsip merupakan salah satu
4) Sistem Subjek kegiatan dalam bidang kearsipan, yang bertujuan
Sistem penyimpanan berdasarkan subjek atau untuk menemukan kembali arsip yang akan
pokok soal adalah sistem penyimpanan arsip digunakan proses penyelenggaraan administrasi di
yang didasarkan pada subjek atau pokok soal. suatu instansi.Penemuan kembali arsip adalah suatu
Sistem penyimpanan ini perlu dibuat terdahulu cara untuk memudahkan menemukan arsip yang
kode klasifikasi. Kode klasifikasi dapat dibuat dibutuhkan dengan cepat dan tepat dengan cara
berdasarkan subjek secara murni maupun kode melihat kode klasifikasi atau sarana bantu lainnya.
klasifikasi berdasarkan subjek bernomor. (Daryan, 1998: 133). Menurut Widjaja dalam
Setelah diketahui sistem penyimpanan yang bukunya Administrasi Kearsipan: Suatu Pengantar
dapat di pakai dalam kearsipan, selanjutunya adalah (1993: 171) temu kembali adalah suatu cara
tahapan-tahapan penataan dan penyimpanan arsip. bagaimana suatu dokumen atau arsip dapat dengan
Menurut Peraturan Bupati Semarang Nomor 20 tahun mudah ditemukan dengan waktu yang cepat dan
2005 (dalam skripsi Utari Virza) menjelaskan tepat.
tahapan-tahapan penataan dan penyimpanan kembali Menurut Yatimah (2009: 209) kecepatan dan
arsip inaktif sebagai berikut: ketepatan dalam melakukan proses temu kembali
arsip sangat bergantung pada beberapa faktor
diantaranya:
1) Kejelasan materi yang diminta 3) Perekam suara elektronik atau arsip yang dapat
2) Ketepatan klasifikasi yang dipakai dilakukan secara terpusat.
3) Ketepatan dan kemantapan sistem indeks 4) Penggunaan sensor, perekam dapat dilakukan
4) Tersedianya tenaga yang memiliki pengetahuan dari jarak jauh dan dapat mengurangi metode
dan keterampilan yang memadai. lain yang kurang efisien, karena sistem ini
The Liang Gie (2007: 125) menyatakan pada memungkinkan pemberitahuan kepada pusat
umumnya para ahli kearsipan telah menerima bahwa dokumen bahwa sebuah dokumen telah dipinjam
jangka waktu yang baik dalam penemuan kembali oleh seorang pengguna.
arsip ialah tidak lebih dari satu menit, dengan sistem Temu kembali arsip terjadi karena adanya
penyimpanan yang tepat tidak akan membutuhkan peminjaman arsip yang dilakukan oleh pengguna
waktu yang lama. arsip saat sedang dibutuhkan. Menurut Mulyono
Tugas temu kembali menurut Salton (1998: (2003: 6) peminjaman arsip adalah keluarnya arsip
157) adalah mengumpulkan dan mengelola arsip dari file karena dipinjam oleh atasan sendiri, teman
dalam satu atau beberapa subjek untuk diberikan ke satu unit kerja, ataupun oleh kolega sekerja dari unit
pengguna. Terdapat tujuh fungsi utama sistem temu kerja lain dalam organisasi. Menurut Sedarmayanti
kembali yaitu: (2007: 68) peminjaman arsip adalah keluarnya arsip
1) Mengidentifikasi arsip sesuai dengan permintaan dari tempat penyimpanan karena diperlukan oleh
pengguna pihak lain. Karena arsip terebut dipinjam dan tidak
2) Menganalisis isi dari arsip-arsip yang ada berada pada tempatnya. Arsip tersebut dipinjam
3) Menggambarkan isi, hasil dari analisis dengan sehingga tidak pada tempatnya, maka perlu adanya
cara yang memungkinkan untuk mencocokan pencatatan. Pencatatan arsip dilakukan agar dapat
permintaan pengguna. mengetahui tempat arsip tersebut berada, siapa yang
4) Menganalisis permintaan pengguna dan menggunakan, kapan dipinjam, dan bilamana harus
mewakili mereka dalam bentuk yang dapat dikembalikan.
mencocokan perintah tersebut dengan database Selain adanya peminjaman arsip dalam prosedur
5) Mencocokan pernyataan pengguna dengan temu kembali arsip juga berkaitan pada layanan arsip.
pangkalan data Biasanya layanan arsip menerapkan layanan tertutup
6) Menemukan kembali informasi yang sesuai karena menjamin sifat kerahasiaan arsip tersebut,
dengan permintaan pengguna menurut Effendhie (2011: 34) menjelaskan beberapa
7) Menyesuaikan sistem untuk kepentigan prosedur pelayanan arsip inaktif meliputi:
pengguna 1) Permintaan
Penemuan kembali sebuah arsip menurut Permintaan penggunaan arsip atau pelayanan
Sulistyo-Basuki (2006) dapat mengungkapkan dua informasi arsip bagi pengguna dapat
sistem yaitu sebagai berikut: dilaksanakan melalui lisan, tertulis, telepon atau
a. Secara manual menggunakan perangakat elektronik lainnya.
Sistem manual digunakan untuk dokumen atau Pada kegiatan ini sebaiknya disiapkan formulir
arsip yang belum masuk ke berkas tertentu ataupun peminjaman arsip yang juga merupkan alat
untuk surat menyurat yang belum masuk ke berkas pemesanan arsip.
tertentu. Sistem ini mencakup: 2) Pencarian
1) Pemakaian buku agenda yang mencatat dokumen Pencarian arsip dilaksanakan melalui daftar
yang dipinjam atau tanggal dokumen dikeluarkan pertelaan arsip yang dibuat oleh arsiparis atau
dari rak penyimpanan. Walaupun sistem ini pengelola arsip maupun alat bantu penemuan
relatif mudah digunakan, namun kurang efisien. arsip lainnya. Arsiparis harus mengetahui subjek
Halini di karenakan sulitnya melacak kembali yang akan di cari oleh pengguna arsip. Subjek
siapa yang meminjam arsipnya. arsip yang ada dalam daftar pertelaan arsip akan
2) Pemakaian kartu kendali yang akan dipasangkan merujuk pada nomor boks, rak, dan lokasi ruang
pada masing-masing arsip yang dipinjam. Kartu simpan arsip yang diinginkan.
ini disusun menurut arsip atau nomor yang 3) Pengambilan arsip
digunakan. Arsiparis yang telah menemukan boks kemudian
3) Pemakaian kartu keluar yang diletakan di tempat mengambil arsip dari boks tersebut. Sebelum
dokumen bila dokumen itu dipnjam seorang kegiatan ini dilakukan, terlebih dahulu harus
pengguna. Apabila dokumen tertentu dipinjam, dipersiapkan tanda keluarnya arsip.
sebagai pengganati dokumen tersebut akan diberi 4) Pencatatan arsip
kartu yang menunjukan bahwa berkas sedang Arsip yang dipinjam dicatat dalam sarana
dipinjam keluar. peminjaman berupa buku.Apabila di pusat arsip
b. Secara pemakaian sistem terotomasi yang sudah menggunakan formulir peminjaman, maka
mencakup kegiatan sebagasi berikut: tidak harus menggunakan buku pencatatan,
1) Perekam arsip yang dipinjam beserta catatan cukup formulir yang telah diisi dan disetujui,
penngunaanya. kemudian disimpan pada wadah atau tempat
2) Penggunann barcode untuk melacak arsip.
yang mudah diketahui oleh petugas di pusat 2) Informan adalah orang yang menegetahui
arsip. bagaimana sistem penyimpanan arsip inaktif diDinas
Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang.
2. MetodePenelitian 3) Informan merupakan seseorang yang berpengaruh
Desain penelitian yang digunakan dalam dalam menentuan kebijakan penentuan pengelola
penelitian ini adalah desain penelitian kualitatif arsip di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota
karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan Semarang.
gambar. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk 4) Informan merupakan seseorang yang sedang
meneliti kondisi objek yang alamiah (Sugiyono, membutuhkan arsip IMB.
2007: 1). Informan dalam penelitian ini merupakan 2
Menurut Muchtar (2013: 29) penelitian orang arsiparis dan 2 orang pegawai kearsipan dan 3
kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan orang dari yang mencari arsip. Kriteria informan
mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti yang akan di wawancarai yaitu informan yang
transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, bersangkutan pada sistem penyimpanan arsip dan
foto rekaman video dan lain-lain. Penelitian kualitatif yang melakukan penemuan kembali arsip yang
ini bertujuan untuk memaparkan atau disimpan di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota
menggambarkan permasalahan yang diteliti secara Semarang. Informan tersebut juga sebagai kunci dari
meringkas dengan berbagai kondisi, situasi yang penelitian ini agar mampu menjawab dan
menjadi objek penelitian. menjelaskan masalah yang akan diteliti dan agar
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian mampu menjelaskan keadaan yang sebenarnya.
ini yaitu jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan Dalam penelitian ini, Metode pengumpulan data
studi kasus. Menurut Basrowi, (2009: 115) studi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
kasus adalah kegiatan yang memusatkan diri secara 1) Observasi
intensif terhadap suatu objek tertentu dengan Dalam penelitian ini, teknik observasi yang
mempelajarinya sebagai studi kasus. Kasus yang dilakukan oleh peneliti adalah teknik observasi
dimakasud dapat diselidiki secara intensif baik secara nonpartisipan ke Dinas Arsip dan Kota Semarang.
menyuluruh maupun mengenai aspek-aspek tertentu Peneliti akan mengamati proses sistem penyimpanan
yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Dalam arsip inaktif dan proses temu kembali arsip inaktif .
penelitian ini membahas suatu peristiwa tentang 2) Wawancara
sistem penyimpanan arsip inaktif dalam penemuan Wawancara yang digunakan dalam penelitian
kembali arsip inaktif Izin Mendirikan Bangunan. ini adalah wawancara semi struktur. Wawancara semi
Menurut Arikunto (2007: 152) subjek penelitian struktur mempunyai tujuan untuk mengumpulkan
adalah sesuatu yang sangat penting kedudukannya di informasi yang kompleks atau saling berhubungan,
dalam penelitian. Subjek penelitian harus ditata sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan
sebelum peneliti siap untuk mengambil data. Dengan pengalaman pribadi (Sulistyo-Basuki, 2006: 173).
demikian, pada umumnya subjek penelitian yaitu Peneliti melakukan wawancara kepada informan
manusia atau apa saja yang menjadi urusan manusia. dengan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
Subjek dalam penelitian ini adalah pegawai yang sistem penyimpanan arsip inaktif dan temu kembali
bertugas menangani sistem penyimpanan arsip inaktif arsip inaktif di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota
IMB. Semarang.
Objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat 3) Dokumentasi
atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang Dokumentasi adalah salah satu metode
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau
peneliti untuk dipelajari dan memudahkan dalam menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh
penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2012: 38). Dalam subjek sendiri. Dokumentasi merupakan salah satu
penelitian ini, objek penelitian ini adalah temu cara yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan
kembali arsip inaktif IMB yang akan dikaji dalam gambaran dari sudut pandang subjek melalui media
penelitian. tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat
Dalam menentukan informan penelitian ini, peneliti langsung oleh subjek yang bersangkutan
menggunakan metode purposive sampling. Metode (Herdiansyah, 2012: 143). Berdasarkan teknik
purposive sampling merupakan sebuah metode dokumentasi yang telah diuraikan di atas, peneliti
pemilihan sampel dengan adanya pertimbangan melakukan pengumpulan data dokumentasi seperti
tertentu yang memenuhi dari kriteria yang diinginkan foto roll opac, kartu fisis, dan dokumen dokumen
oleh peneliti. prosedur temu kembali atau yang bersankutan dengan
Dalam penelitian ini, peneliti juga mempunyai penelitian peneliti di Dinas Arsip dan Perpustakaan
kriteria dalam melakukan kegiatan penelitian yaitu: Kota Semarang. Teknik dokumentasi ini dapat
1) Informan merupakan pegawai pengelola arsip di digunakan sebagai bukti penelitian yang yang
Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang. dilakukan oleh peneliti.
Setelah data didapatkan kemudian akan
dianalisis melalui beberapa tahapan yang
dikemukakan oleh Miles dan Huberman (2007: 16- 3. Hasil dan Pembahasan
21) adalah sebagai berikut: 3.1 Arsip Inaktif Titipan OPD di Dinas Arsip dan
a. Reduksi Data Perpustakaan Kota Semarang
Reduksi data merupakan proses pemilihan, Arsip inaktif adalah arsip yang masa
pemusatan perhatian, dan transformasi data kasar dari penggunaannya sudah berkurang atau sudah jarang
catatan-catatan tertulis yang diperoleh di lapangan. dicari. Akan tetapi arsip inaktif masih disimpan di
Pada tahap ini peneliti memilah-milah informasi yang unit pengolah atau berada di depo arsip. Sedangkan
sesuai dan tidak sesuai dengan penelitian yang arsip titipan yang dimaksud dalam penelitian ini
sedang dilakukan. Setelah dilakukannya reduksi data adalah arsip inaktif yang dititipkan oleh organisasi
maka mengerucut dan lebih fokus ke inti perangkat daerah se-Kota Semarang ke Dinas Arsip
permasalahan sehingga dapat diperoleh gambaran dan Perpustakaan Kota Semarang. Berdasarkan data
yang lebih jelas mengenai objek penelitian. Dalam yang diperoleh, arsip inaktif yang dititipkan akan
penelitian ini, reduksi data yang dilakukan yaitu diolah dan disimpan selama jangka waktu 8 tahun
peneliti merangkum data primer yang memberikan atau dinilai kembali dan berubah menjadi arsip statis.
gambaran jelas tentang penelitian ini serta memilih Tujuan dari penyimpanan yang dilakukan oleh Dinas
data hasil wawancara selama melakukan penelitian di Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang adalah untuk
Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang. menjamin keselamatan arsip titipan dari kerusakan
b. Penyajian Data atau kehilangan, dan menjamin nilai guna arsipnya.
Penyajian data merupakan langkah selanjutnya Arsip yang dititipkan berupa arsip tekstual yang
dari reduksi data, dalam penyajian data ini yaitu berasal dari OPD Kota Semarang, akan tetapi yang
sekumpulan informasi yang tersusun untuk memberi rutin menyerahkan arsipnya hanya BPPT, DTKP, dan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan Dinas Kesehatan Kota Semarang. Jenis arsip yang
pengambilan tindakan. Penyajian data yang sering dititipkan adalah arsip IMB, HO, Jamkesmas dan
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dalam sebagian laporan-laporan akhir tahun. Penataan dan
bentuk teks naratif. penyimpanan di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota
c. Penarikan Kesimpulan Semarangmenggunakan buku pedoman yaitu
Langkah terakhir dari teknik analisis data yaitu pedoman berdasarkan Undang Undang 43 tahun 2009
penarikan kesimpulan. Pada tahap ini diusahakan tentang penataan dan penyimpanan arsip inakif di
untuk mencari pola, model, tema, hubungan, lingkungan Kabupaten/Kota dan pedoman yang
persamaan, hal-hal yang sering muncul, dan diberikan oleh Barpusda Provinsi Jawa Tengah
sebagainya. Jadi, dari pengumpalan data kemudian tentang kearsipan. Dinas Arsip dan Perpustakaan
dilakukan penyajian data yang dapat ditarik Kota Semarang juga memakai pedoman nomor
kesimpulannya berupa temuan baru yang sebelumnya klasifikasi arsip dalam penyimpanan arsipnya. Arsip
belum pernah ada. Temuan baru ini dapat berupa yang dititipkan di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota
deskripsi, gambaran suatu objek yang sebelumnya Semarang juga belum tersusun rapi atau bisa disebut
masih belum jelas sehingga setelah diteliti akan arsip kacau, dan arsip yang dititipkan juga belum
menjadi jelas. Penarikan kesimpulan dapat menjawab semua dari OPD Kota Semarang. Arsip yang paling
rumusan masalah penelitian. dominan disimpan dan dititipkan di Dinas Arsip Kota
d. Validitas Data Semarang yaitu arsip IMB dan HO. Akan tetapi arsip
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan IMB lebih banyak dari arsip HO. Dan arsip yang
keabsahan data penelitian dapat dilakukan dengan dititipkan tersebut belum tersusun secara rapi atau
metode triangulasi. Triangulasi merupakan salah satu bisa disebut masih arsip kacau yang masih
teknik yang digunakan dalam penelitian. Menurut berkarung-karung. Jadi dengan petugas arsip harus
Sugiyono (2015: 125) triangulasi dalam pengujian diolah dan ditata kemudian baru disimpan untuk
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari ditemukan kembali arsipnya jika dibutuhkan
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai sewaktu-waktu. Adapun gambar arsip yang baru
waktu. datang organisasi perangkat daerah sebagai berikut:
Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi
sumber. Triangulasi sumber adalah pengecekan data
yang di peroleh dari beberapa sumber dengan teknik
yang sama. Proses triangulasi yang dilakukan pada
penelitian ini adalah mencari dan menganalisis pada
setiap data hasil wawancara serta data yang diperoleh
dari hasil observasi. Kemudian membandingkan pola
yang diperoleh dalam setiap analisis untuk
memperoleh persamaan atau perbedaan. Dalam
menganalisis data, peneliti menggunakan triangulasi
sumber untuk melihat sudut pandang orang lain yang
berkaitan dengan kajian yang diteliti.
Adapun tahapan dalam penataan ataupun
penyimpanan arsip inaktif izin mendirikan bangunan
yaitu, pertama arsip IMByang baru datang diterima
oleh Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang
kemudian arsip dikeluarkan dari karung-karung.
Kedua, arsip digolongkan menurut subjek atau
masalahnya masing-masing dan dijadikan per bendel
atau perberkas.Ketiga, arsip di deskripsikan dengan
memakai kartu fisis. Kartu fisis meliputi isi berkas,
unit kerja, tahun dan bulan, media arsip, kode
klasifikasi, dan nomor definitif. Kemudian dilakukan
penyampulan arsip menggunakan kertas sampul
bernama kertas kissing agar arsip tidak mudah rusak.
Setelah disampul kemudian dituliskan nomor definitif
Gambar 1. Arsip inaktif yang baru datang dari OPD dibagiandepan sampul agar memudahkan dalam
(Gambar ini menjelaskan bahwa gambar tersebut penemuan kembali arsip. Keempat adalah arsip yang
adalah arsip inaktif yang baru tiba ke Dinas Arsip dan sudah selesai disampul kemudian di ikat dan
Perpustakaan Kota Semarang untuk dilakukan diletakan ke dalam boks arsip, setelah itu boks arsip
penataan dan penyimpanan arsip.) diberi label nomor klasifikasi. Dan yang terkahir
adalah arsip yang sudah selesai kemudian di letakan
3.2 Sistem Penyimpanan Arsip Inaktif Izin ke lemari arsip atau roll opack.
Mendirikan Bangunan Titipan OPD di Dinas Berikut gambar penyimpanan arsip :
Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang Tengah
Sistem penyimpanan adalah sistem yang
dipergunakan pada penyimpanan agar dapat
diciptakan penemuan arsip yang sudah disimpan
dapat dilakukan dengan cepat bilamana arsip
sewaktu–waktu dibutuhkan (Amsyah, 2005: 7).
Sistem penyimpanan pada prinsipnya adalah
menyimpan berdasarkan kata tangkap (caption) dari
dokumen yang disimpan baik berupa huruf maupun
angka yang disusun menurut urutan tertentu.
Sistem penyimpanan arsip inaktif izin
mendirikan bangunan titipan OPD di Dinas Arsip dan
Perpustakaan Kota Semarang menggunakan buku Gambar 2. Rak penyimpanan arsip IMB
kode klasifikasi dalam membantu penyimpanan arsip (Gambar ini menjelaskan bahwa penyimpanan arsip
dan mengurutkan sesuai subjek atau masalah yang berdasarkan nomor klasifikasi dan sudah terartur
kemudian diletakan ke dalam boks arsip dansetelah dalam penyimpanan arsip nya.)
itu diletakan atau disimpan di rak penyimpan arsip
dan roll opack. Sistem penyimpanan tersebut 3.4 Sarana dan Prasarana dalam Penataan dan
bertujuan untuk memudahkan pengguna dalam Penyimpanan Arsip Inaktif Izin Menirikan
penelusuran atau penemuan kembali arsip. Hal ini Bangunan Titipan OPD di Dinas Arsip dan
sesuai dengan teori Mulyono (2012: 14-32) tentang Perpustakaan Kota Semarang
penataan arsip ada 5 sistem penyimpanan arsip yang Dalam melakukan kegiatan kearsipan tentu
dapat digunakan, yaitu sebagai berikut: rentang terhadap kerusakan pada berkas-berkas, maka
1) sistem abjad perlu adanya sarana dan prasarana kearsipan yang
2) sistem subjek/masalah berkualitas. Sarana dan prasarana dalam melakukan
3) sistem nomor kegiatan penataan dan penyimpanan arsip inaktif izin
4) sistem tanggal mendirikan bangunan di Dinas Arsip dan
5) sistem wilayah Perpustakaan Kota Semarang adalah pemakaian
sampul, boks, rak arsip, roll opack dan sudah cukup
3.3 Prosedur Penataan dan Penyimpanan Arsip memadai, dan sesuai standar yang ada dalam
Inaktif Izin Mendirikan Bangunan Titipan OPD kearsipan. Hal ini juga sesuai dengan teori Effendhie
di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang (2011: 21) bahwa Sarana prasarana yang baik adalah
Kegiatan penataan arsip inaktif Izin Mendirikan yang telah diuji kualitasnya. Jenis-jenis sarana dan
Bangunan di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota prasarana kearsipan merupakan peralatan,
Semarang dilakukan setelah arsip izin mendirikan perlengkapan atau bahan yang digunakan untuk
bangunan tiba, kemudian dilakukan pendeskripsian membantu pelaksanaan pekerjaan kantor, sehingga
arsip melalui kartu fisis. menghasilkan suatu pekerjaan yang diharapkan
selesai lebih cepat, tepat dan lebih baik. Dan sarana
dan prasarana yang dibutuhkan dalam penataan dan teori Effendhie, bahwa dalam peminjaman arsip
penyimpanan arsip yaitu rak konvensional, roll dilakukan dengan cara adanya permintaan, pencarian,
opack, boks, dan sampul. pengambilan arsip dan pencatatan arsip.

3.5 Proses Temu Kembali Arsip Inaktif Izin 3.6 Alat Bantu Temu Kembali Arsip Inaktif Izin
Mendirikan Bangunan Titipan OPD di Dinas Mendirikan Bangunan titipan OPD di Dinas
Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang
Setelahdilakukan penataan dan penyimpanan Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang
arsip inaktif izin mendirikan bangunan, kemudian pada arsip inaktif menggunakan sistem temu kembali
akan dilakukan temu kembali arsip. Proses temu secara manual, Alat temu kembali yang dipakai
kembali arsip inaktif Izin Mendirikan Bangunan dalam pencarian arsip IMB yaitu menggunakan kartu
dapat melalui manual. Pencarian arsip dapat fisis dan sedikit menggunakan daftar pertelaan arsip.
dilakukan dengan cara pengguna arsip datang ke Hal ini sesuai dengan teori Effendhie (2011: 34) yang
Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang untuk menyatakan bahwa pencarian arsip dilaksanakan
mencari arsipnya, kemudian pegawai arsip melalui daftar pertelaan arsip yang telah dibuat oleh
mencarikan arsip yang dibutuhkan dan diambilkan arsiparis atau petugas kearsipan maupun alat bantu
arsipnya. Setelah itu pengguna arsip mengisi formulir penemuan arsip lainnya. Dan teori Sukoco (2006:
peminjaman arsip. 120) yang mengungkapkan alat dalam penemukan
Proses temu kembali arsip inaktif IMB di Dinas kembali secara manual yaitu dengan kartu fisis atau
Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang dapat bisa disebut kartu kendali.
dilakukan dengan cara: Berikut gambar alat bantu temu kembali arsip di
1) Pengguna arsip Izin Mendirikan Bangunan yang Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang:
ingin mencari dan memanfaatkan arsipnya bisa
langsung datang ke Dinas Arsip dan
Perpustakaan Kota Semarang dengan membawa
persyaratan-persyaratan kebutuhan pencarian
arsipnya.
2) Petugas arsip mencarikan arsip yang sedang
dibutuhkan pengguna tersebut dengan
menggunakan alat bantu temu kembali arsip
yaitu daftar pertelaan arsip dan kartu
fisismenggunakan kata kunci permasalahan atau
subyek arsip.
3) Setelah arsip ditemukan, petugas arsip
mengambilkan arsip inaktif yang dicari ke
tempat penyimpanan dengan keterang informasi
yang ada yaitu menemukan nomor definitif Gambar 3. Alat temu kembali arsip inaktif IMB
yang ada dan sesuai kartu fisis nya. (Gambar ini menjelaskan bahwa alat bantu temu
4) Kemudian pengguna yang mencari arsip harus kembali di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota
terlebih dahulu mengisiformulir peminjaman Semarang menggunakan kartu fisis dan daftar
yang meliputi daftar arsip yang dipinjam, pertelaan arsip).
peminjam, tanggal peminjaman, dan
meninggalkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk 3.7 Pengguna Arsip dan PeminjamArsip Inaktif
(KTP). di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang
Hal tersebut juga sudah sesuai dengan teori Peminjaman arsip inaktif di Dinas Arsip dan
widjaja (1993: 171) menyatakan bahwa kegiatan Perpustakaan Kota Semarang telah sesuai dengan
temu kembali arsip merupakan suatu cara bagaimana prosedur peminjaman arsip menurut Effendhie (2011:
suatu dokumen atau arsip dapat dengan mudah 34) Peminjaman dapat dilaksanakan melalui lisan dan
ditemukan dengan cepat dan tepat. Pada saat proses tertulis. Untuk kegiatan ini sebaiknya disiapkan
temu kembali juga berkaitan pada peminjaman arsip. formulir peminjaman arsip yang juga merupakan alat
Prosedur peminjaman atau pencarian arsip bisa pemesanan arsip. Formulir peminjaman arsip memuat
dilakukan dengan datang langsung ke Depo Dinas nama pengguna, alamat unit pencipta arsip pengguna,
Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang dan dengan tanggal peminjaman, masalah atau subjek arsip, kode,
mengisi buku peminjaman dan menyerahkan fotokopi keterangan, dan syarat-syarat yang dipenuhi, kolom
KTP. Sementara itu berdasarkan observasi peneliti tanda tangan, dan nama petugas peminjaman serta
juga diketahui bahwa pencarian arsip dilakukan tanda tangan pengguna arsip. Formulir ini difotokopi
dengan cara seseorang yang membutuhkan arsip oleh petugas arsip, satu untuk pengguna dan satu lagi
datang ke Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota untuk disimpan oleh petugas arsip. Sedangkan untuk
Semarang dan kemudian mendapatkan pelayanan waktu yang dibutuhkan saat pencarian arsipnya,
arsip yang dibutuhkan. Hal ini juga sesuai dengan semua informan mengatakan cukup mudah dan cepat.
Waktu yang dibutuhkan dalam menemukan meliput; kode klasifikasi, nomor definitif, isi berkas,
arsip inaktif Izin Mendirikan Bangunan di Dinas unit kerja, tahun/bulan, media, dan sebagainya. Dan
Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang adalah 5 setelah itu arsip dibungkus memakai kertas sampul
sampai 10 menit untuk 1 jenis arsip.waktu pencarian berwarna coklat kemudia diletakkan di boks arsip.
arsip sudah cepat dan mudah ditemukan. Hal ini Setelah itu dibuatkan daftar pertelaan arsip guna
sesuai dengan prinsip temu kembali yang baik bahwa memudahkan dalam pencarian arsip.
arsip inaktif izin mendirikan bangunan mudah Temu Kembali arsip inaktif di Dinas Arsip dan
ditemukan karena dapat diketahui bentuk fisiknya, Perpustakaan Kota Semarang masih menggunakan
dan cepat ditemukan karena dalam waktu 5 sampai sistem manual. Berdasarkan wawancara dan hasil
10 menit arsip dapat ditemukan. Akan tetapi menurut observasi di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota
The Liang Gie dinyatakan bahwa penemuan arsip Semarang waktu yang dibutuhkan dalam pencarian
hanya membutuhkan waktu kurang satu menit dan di arsip yaitu 5 sampai 10 menit untuk menemukannya.
dukung oleh sistem penyimpanan yang tepat, alat Hal itu dikarenakan oleh fasilitas atau sarana dan
perlengkapan yang baik dan pegawai yang teliti prasarana atau alat bantu dalam temu kembali arsip
dalam mencari arsipnya. Walaupun dari informan inaktif masih menggunakan sisem manual dengan
menyatakan bahwa penemuan arsip sudah cukup alat kartu fisis dan daftar pertelaan arsip atau kartu
cepat namun, menurut The Liang Gie waktu yang kendali pada saat penemuan kembali di arsip inaktif.
baik dalam menemukan arsip yaitu kurang dari satu Jadi dapat disimpulkan, sistem penyimpanan arsip
menit. inakif izin mendirikan bangunan yang dipakai oleh
Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang sudah
3.8 Kendala Dalam Kegiatan Temu Kembali arsip baik dengan menggunakan sistem penyimpanan
inaktif Izin Mendirikan Bangunan Titipan OPD nomor klasifikasi arsip. karena sistem tersebut
di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang memudahkan dalam pencarian atau temu kembali
Setiap proses temu kembali pasti mempunyai arsip, hanya saja dalam temu kembali arsip masih
kendala dalam menemukan arsip inaktif yang ada kurang dalam segi waktu yang belum sesuai dengan
disimpan atau dititipkan di Dinas Arsip dan teori The Liang Gie. Adapun peneliti memberikan
Perpustakaan Kota Semarang yaitu terletak pada saran untuk Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota
SDM yang ada, dan kurangya syarat-syarat yang Semarang sebagai berikut:
diminta oleh pegawai arsip kepada pengguna arsip. 1) Sebaiknya pegawai arsip lebih teliti dalam
Kendala yang dimiliki dalam temu kembali arsip mengerjakan pendeskripsian dan penataan arsip
yaitu agar tidak terjadi kesalahan pada penyimpanan
1) adanya kesalahan-kesalahan dalam pencarian arsip.
arsip yang disebabkan oleh SDM atau pegawai 2) Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang
kearsipan di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota perlu adanya suatu aplikasi atau pengembangan
Semarang, alat bantu elektronik untuk mencari arsip dalam
2) salah letak kartu fisis sebagai alat bantu penemuan temu kembali arsip inakif. Agar arsip yang
kembali arsip serta belum adanya aplikasi elektronik dibutuhkan cepat ditemukan atau tidak
untuk menemukan arsip, membutukan waku yang lama. Agar waktu yang
3) Kurangnya SDM dalam pengurusan arsip dan dibutuhkan semakin cepat dan sesuai dengan
kurangnya syarat-syarat penemuan kembali yang bisa teori yang ada.
saja menghambat pencarian arsip, 3) Sebaiknya Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota
4) Kurangnya Sarana dan Prasarana dalam kegitaan Semarang menambahakn SDM agar pengurusan
penyimpanan arsip. arsip maksimal.
4) Dan yang terakhir yaitu sebaiknya dilakukan
4. Simpulan penambahan sarana dan prasarana dalam
Arsip inaktif yang disimpan berasal dari OPD kegiatan penyimpanan arsip sehingga arsip
Kota Semarang dan dari arsip aktif Dinas Arsip dan dapat dengan mudah ditemukan kembali.
Perpustakaan Kota Semarang. Penyimpanan arsip
inaktif izin mendirikan bangunan di Dinas Arsip dan Daftar Pustaka
Perpustakaan Kota Semarang menggunakan sistem Arikunto, 2007.Prosedur penelitian suatu pendekatan
nomor klasifikasi arsip. Nomor klasifikasi arsip praktik.jakarta: Rineka Aksara.
digunakan untuk memudahkan dalam pencarian arsip Barthos, Basir. 2005. Manajemen Kearsipan. Jakarta:
atau temu kembali arsip. Sebelum dilakukan Bumi Aksara.
penyimpanan arsip, dilakukan penataan arsip yang Daryan, Yayan. 1998. Terminologi Kearsipan
meliputi pendeskripsian arsip. Arsip yang baru Indonesia. Jakarta: PT Sigma Cipta dan LP2A.
datang dari OPD kemudian diolah dengan cara arsip Effendhie, Mahmoed, dkk. 2011. Panduan Ringkas
dipisahkan menurut subjek atau masalah nya masing– Tata Kelola Arsip Inaktif di Lingkungan
masing. Setelah itu, arsip di deskripsikan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta:
mengunakan kartu fisis di Dinas Arsip dan Universitas Gajah Mada.
Perpustakaan Kota Semarang. Kartu fisis tersebut
Gie, The Liang. 1991. Administarsi Perkantoran
Modern. Yogyakarta: Liberti.
Idrus, Muhammad.2009. Metode Ilmu Pengetahuan
Sosial. Yogyakarta: Erlangga.
Miles, Matthew B. and A. Michael Huberman. 2005.
Qualitative Data Analysis (terjemahan).Jakarta
: UI Press.
Muchtar.2013. Metodologi Penelitian Deskriptif
Kualitatif. Jakarta:GP Press Group.
Mulyono, Sularso, dkk. 2003. Manajemen
Kearsipan.Semarang:UNNES
______ 2011. Manajemen Kearsipan.
Semarang: UNNES.
Nuraida.2008. Manajemen Administrasi
Perkantoran.Yogyakarta: Kanisius.
Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang.2005.
Pedoman Penataan Arsip Inaktif di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Semarang.
Salton, G. 1998. Automatic Text Proccessing, The
Transformation, Analysis, and Retrieval of
Informationbycomputer.Addison Wesly
Publishing Company. Inc. USA.
Sugiarto, Agus dan Wahyono, Teguh. 2005.
Manajemen Kearsipan Modern. Yogyakarta:
Gava Media.
Sugiyono.2007. Metodelogi Penelitian Kuantitatif,
kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.
______ 2012. Metodelogi Penelitian Kuantitatif,
kualitatif dan R&D.Bandung:Alfabeta.
Sukoco, Badri Munir. 2006. Manajemen Administrasi
Perkantoran. Jakarta: Erlangga.
Sulistyo-Basuki.2003. Manajemen Arsip
Dinamis.Jakarta:Gramedia PustakaUtama.
______2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama
Widya Sastra dari Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya Universitas Diponegoro.
Widjaja, A.W. 1993. Administrasi Kearsipan:
Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persaja.

Anda mungkin juga menyukai