Design and Structure Analysis of 100 KW Wind Turbine Lattice Tower in Tamanjaya Village, Sukabumi, West Java
Design and Structure Analysis of 100 KW Wind Turbine Lattice Tower in Tamanjaya Village, Sukabumi, West Java
Zulkarnain
Puslitbangtek. Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi
Jl. Cileduk Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 12230
zulp3tek@yahoo.com
Abstrak
Pembangunan pembangkit listrik tenaga angin tidak terlepas dari pembangunan menara yang berfungsi
sebagai tiang penopang seluruh komponen sistem pembangkit pada ketinggian tertentu. Menara harus
memenuhi kriteria yang diinginkan dengan memiliki konstruksi yang cukup kuat untuk menerima
beban yang ditopangnya. Desain dan analisis struktur menara Lattice turbin angin 100 kW yang
dibangun di Desa Tamanjaya, Sukabumi, Jawa Barat telah disajikan berdasarkan kriteria awal desain
menara yang meliputi tipe, jenis, tinggi, kondisi angin dan gempa di lokasi, dan beberapa faktor yang
mempengaruhi lainnya telah dibahas.Besar beban yang harus dapat ditopang oleh menara juga telah
dihitung berdasarkan beban angin, beban peralatan pembangkit, dan beban peralatan penunjang
lainnya.Pemodelan gaya-gaya yang bekerja di setiap elemen struktur menara yang terjadi akibat karena
adanya bebandilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Ms. Tower Versi 6.Hasil yang
diperoleh dan dianalisis berupa nilai twist, sway, displacement horisontal, dan stress ratiomenara. Nilai
tersebut selanjutnya akan disesuaikan dengan ketentuan batasan standar kekuatan menara yang
mengacu pada standar TIA/EIA - 222F.
Abstract
The development of wind power plant could not be separated from the construction of the tower that
serves as the pillar for all components of the system at a certain height.
It need the tower which meet the desired criteria by having a construction which strong enough to
recieve the loads. Design and structure analyses of a lattice tower for 100 kW wind turbine in
Tamanjaya Village, Sukabumi, West Java is presented based on initial criteria of tower design such as
type, height, wind and seismic conditions on the site, and several other factors that influence its design
has been discussed.The amount of forces that must be supported by towers have been calculated based
on the wind load, load of generation equipment, and other supporting equipment load.The forces that
working on the structure of the tower was modeled by using software Ms. Tower Version 6.The result
which was obtained and analyzed are the value of twist, sway, horizontal displacement, and stress
ratioof towers which were determined with a standard limitation of the tower structure which refers to
TIA / EIA - 222F.
Diterima : 4 April 2016, direvisi : 9 September 2016, disetujui terbit : 29 Desember 2016 21
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 15 No. 1 Juni 2016 : 21 - 32
22
Desain dan Analisis Strutktur Menara Lattice Pembangkit Listrik Tenaga Angin 100 kW di Desa
Tamanjaya, Sukabumi, Jawa Barat
untuk beban yang diberikan dalam simulasi struktur pola batang yang disusun dan dibaut
merupakan kecepatan angin pada kondisi sehingga membentuk rangka yang berdiri
ekstrim, yaitu sebesar 200 km/jam atau 55,6 m/ sendiri tanpa adanya sokongan lainnya, Gam-
det. bar 1 (b). Standar untuk kekuatan desain mena-
ra yang dibuat mengacu pada standar TIA/EIA
Perancangan Menara -222-F. Sedangkan untuk kekuatan terhadap
Ada dua jenis menara yang umum gempa disesuaikan dengan zona gempa di dae-
digunakan pada pembangkit listrik tenaga an- rah tersebut[6]. Adapun standar yang digunakan
gin di dunia, yaitu jenis tubular dan lattice. untuk material menara dapat dilihat pada Tabel
Menara tubular merupakan suatu rangkaian 1 berikut :
dari beberapa tabung silinder yang dapat dibu- Tabel 1. Material yang digunakan
at dari baja atau beton. Tiap-tiap tabung
silinder dihubungkan dengan cara dilas sampai
dengan ketinggian tertentu. Sedangkan menara
jenis lattice merupakan rangkaian dari baja-
baja siku yang dihubungkan dengan
menggunakan baut dan mur di setiap ujungnya.
23
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 15 No. 1 Juni 2016 : 21 - 32
tiap-tiap bagian menara akibat adanya gaya instalasi sistem pembangkit, maupun pada
beban[8]. Gambar 2(a) menunjukkan geometri proses perawatan menara yang terletak
tiga dimensi menara berskala 1:1, pada tangga dan bordes. Berdasarkan
menggunakan material baja siku dengan di- Standar EIA/TIA 222F beban hidup pada
mensi yang berbeda-beda sesuai dengan letak- tangga menara harus mampu menahan
nya, yang dapat dilihat pada keterangan gam- 250 pounds (110 kg) dan pada bordes
barnya. sebesar 500 pounds (220 kg).
Model menara dibagi menjadi 14 panel,
Gambar 2 (b). Pada setiap panel berisi bagian/
komponen menara yang disebut sebagai
member, dimana hasil simulasi model ini
nantinya merupakan gaya yang terjadi pada
setiap member menara karena akibat adanya
beban.
beban tambahan yang berasal dari orang sebesar 200 km/jam atau 55,6 m/det.
yang bekerja baik pada proses pembuatan, Berdasarkan standar TIA/EIA-222-F, beban
24
Desain dan Analisis Strutktur Menara Lattice Pembangkit Listrik Tenaga Angin 100 kW di Desa
Tamanjaya, Sukabumi, Jawa Barat
AG = luas kotor dari satu panel jika pada ketinggian 35 meter di atas permukaan
25
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 15 No. 1 Juni 2016 : 21 - 32
Ca = Koefisien beban angin untuk gaya diperbolehkan yaitu 0,5°. Dari hasil
aksial sejajar sumbu rotor simulasi, diperoleh nilai maksimum sway
Cs = Koefisien beban angin untuk gaya yaitu sebesar 0,4319° dimana nilai ini
momenik
masih lebih kecil dari nilai yang
Cm = Koefisien beban angin untuk gaya
diperbolehkan (0,4319°<0,5°).
aksial tegak lurus sumbu rotor
V = Kecepatan angin (mph)
D = Diameter rotor (m)
26
Desain dan Analisis Strutktur Menara Lattice Pembangkit Listrik Tenaga Angin 100 kW di Desa
Tamanjaya, Sukabumi, Jawa Barat
maksimum X-Disp menara yang diperbolehkan stress ratio yang paling besar adalah 0,742
adalah sebesar h/200, dimana nilai h adalah (lebih kecil dari 1) dan terjadi di panel 14
ketinggian menara. Jadi, untuk menara dengan member LEG, yaitu di kaki bagian menara
ketinggian 35 meter, nilai maksimum X-Disp
paling bawah dengan ketinggian 4 meter. Hal
yang diperbolehkan adalah sebesar 0,175 m
ini menandakan bahwa di panel itulah menara
atau 17,5 cm.dari hasil simulasi, nilai X-Disp
maksimum yang diperoleh adalah sebesar akan menerima beban terbesar. Berdasarkan
0,1265 m atau 12,65 cm.Nilai ini lebih kecil visualisasi hasil simulasi stress ratio menara
darinilai batas yang diperbolehkan (12,65 cm (Gambar 5) terlihat bahwa tidak ada bagian/
<17,5 cm). X-Disp maksimum ini terjadi pada elemen menara yang berwarna merah,
kondisi Case 640 dan Case 660, dimana pada
sehingga dapat dikatakan rancangan menara
kondisi ini menara mendapat gaya tegangan
ini baik.
dan kompresi yang berasal dari hembusan
angin dengan arah 135° dari sumbu x.
Tabel 2. Rekapitulasi Stress Ratio
Maksimum
Nilai stress ratio maksimum yang terjadi pada sebagai beban dalam penentuan desain pondasi
setiap panel menara dapat dilihat pada Tabel 2. menara. Gambar 6 menunjukkan nilai
Pada tabel tersebut terlihat bahwa nilai stress maksimum hasil simulasi terhadap gaya dan
ratio lebih kecil dari nilai yang diperbolehkan momen yang terjadi pada bagian pondasi.
oleh Standar TIA/EIA-222-F disetiap panel Nilai-nilai tersebut ditunjukkan pada Tabel 3
27
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 15 No. 1 Juni 2016 : 21 - 32
Tabel 3. Beban pada Pondasi Menara Hasil rancangan menara yang telah dibuat di-
tunjukkan pada Gambar 7 berikut,
28
Desain dan Analisis Strutktur Menara Lattice Pembangkit Listrik Tenaga Angin 100 kW di Desa
Tamanjaya, Sukabumi, Jawa Barat
29
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 15 No. 1 Juni 2016 : 21 - 32
30
Desain dan Analisis Strutktur Menara Lattice Pembangkit Listrik Tenaga Angin 100 kW di Desa
Tamanjaya, Sukabumi, Jawa Barat
31
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
32