Anda di halaman 1dari 12

Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan P-ISSN 1978 - 2365

Vol. 15 No. 1 Juni 2016 : 21 - 32 E-ISSN 2528 - 1917

DESAIN DAN ANALISIS STRUKTUR MENARA LATTICE PEMBANGKIT


LISTRIK TENAGA ANGIN 100 Kw DI DESA TAMANJAYA, SUKABUMI,
JAWA BARAT

DESIGN AND STRUCTURE ANALYSIS OF 100 kW WIND TURBINE LATTICE


TOWER IN TAMANJAYA VILLAGE, SUKABUMI, WEST JAVA

Zulkarnain
Puslitbangtek. Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi
Jl. Cileduk Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 12230
zulp3tek@yahoo.com

Abstrak
Pembangunan pembangkit listrik tenaga angin tidak terlepas dari pembangunan menara yang berfungsi
sebagai tiang penopang seluruh komponen sistem pembangkit pada ketinggian tertentu. Menara harus
memenuhi kriteria yang diinginkan dengan memiliki konstruksi yang cukup kuat untuk menerima
beban yang ditopangnya. Desain dan analisis struktur menara Lattice turbin angin 100 kW yang
dibangun di Desa Tamanjaya, Sukabumi, Jawa Barat telah disajikan berdasarkan kriteria awal desain
menara yang meliputi tipe, jenis, tinggi, kondisi angin dan gempa di lokasi, dan beberapa faktor yang
mempengaruhi lainnya telah dibahas.Besar beban yang harus dapat ditopang oleh menara juga telah
dihitung berdasarkan beban angin, beban peralatan pembangkit, dan beban peralatan penunjang
lainnya.Pemodelan gaya-gaya yang bekerja di setiap elemen struktur menara yang terjadi akibat karena
adanya bebandilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Ms. Tower Versi 6.Hasil yang
diperoleh dan dianalisis berupa nilai twist, sway, displacement horisontal, dan stress ratiomenara. Nilai
tersebut selanjutnya akan disesuaikan dengan ketentuan batasan standar kekuatan menara yang
mengacu pada standar TIA/EIA - 222F.

Kata kunci : Menara lattice;turbin angin; energi angin.

Abstract
The development of wind power plant could not be separated from the construction of the tower that
serves as the pillar for all components of the system at a certain height.
It need the tower which meet the desired criteria by having a construction which strong enough to
recieve the loads. Design and structure analyses of a lattice tower for 100 kW wind turbine in
Tamanjaya Village, Sukabumi, West Java is presented based on initial criteria of tower design such as
type, height, wind and seismic conditions on the site, and several other factors that influence its design
has been discussed.The amount of forces that must be supported by towers have been calculated based
on the wind load, load of generation equipment, and other supporting equipment load.The forces that
working on the structure of the tower was modeled by using software Ms. Tower Version 6.The result
which was obtained and analyzed are the value of twist, sway, horizontal displacement, and stress
ratioof towers which were determined with a standard limitation of the tower structure which refers to
TIA / EIA - 222F.

Keyword : Lattice Tower; Wind Turbine; Wind Energy.

Diterima : 4 April 2016, direvisi : 9 September 2016, disetujui terbit : 29 Desember 2016 21
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 15 No. 1 Juni 2016 : 21 - 32

PENDAHULUAN memadai, menara harus memiliki konstruksi


Penelitian energi angin menjadi pilihan yang cukup kuat untuk menerima beban yang
yang cukup realistis mengingat sumber energi ditopangnya. Dimensi menara dan turbin juga
tersebut sangat mungkin didapatkan karena di harus diperhitungkan, karena akan
beberapa daerah di Indonesia memiliki potensi mempengaruh. perilaku tanah yang menjadi
energi angin yang cukup baik yang dapat landasan struktur pondasi tersebut[2]. Analisis
dimanfaatkan sebagai sumber energi. beban terhadap struktur menara telah dil-
Berdasarkan hasil pengukuran langsung, be- akukan sebelum dibangunnya menara, untuk
berapa lokasi di Indonesia mempunyai ke- memprediksi besarnya beban yang harus di-
cepatan angin rata-rata tahunan cukup tinggi topang pada setiap elemen struktur menara
pada ketinggian 50 meter, yaitu diatas 5,6 m/ yang dibuat, karena pada akhirnya beban ter-
det hingga 7 m/det[3,4,5]. Lokasi-lokasi tersebut sebut akan berkorelasi dengan penentuan di-
antara lain terdapat di pantai selatan Pulau Ja- mensi dan material menara.
wa, pesisir Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Utara, dan Maluku. Selain METODOLOGI
itu juga karena kondisi geografis Indonesia Penelitian ini dilakukan untuk menara
cukup strategis yang terletak di antara dua jenis Lattice dengan ketinggian 35 meter di
benua dan dua samudra dengan topografi yang atas permukaan permukaan tanah, yang
bervariasi sehingga memungkinkan untuk di- digunakan pada pembangkit listrik tenaga an-
jadikan tempat penghasil energi baru terba- gin 100 kW milik P3TKEBTKE yang berlo-
rukan yaitu energi angin, terutama untuk dae- kasi di desa Taman Jaya, Ciemas, Sukabumi,
rah yang terpencil yang sulit mendapatkan Jawa Barat. Metodologi yang digunakan pada
suplai energi. penelitian ini adalah metodologi pemodelan
Pembangkit listrik tenaga angin adalah dan simulasi pada umumnya, dengan tahapan
suatu pembangkit listrik yang menggunakan awal melakukan perancangan menara,
angin sebagai sumber energi untuk kemudian dilanjutkan dengan simulasi serta
menghasilkan energi listrik. Pembangkit ini analisis hasil rancangan tersebut.
dapat mengkonversi energi angin menjadi en- Analisis terhadap beban-beban yang
ergi listrik dengan menggunakan turbin angin bekerja pada tiap elemen struktur menara dil-
atau kincir angin. Pembangunan pembangkit akukan menggunakan perangkat lunak
listrik tenaga angin tidak terlepas dari pem- Ms.Tower Versi 6.0 dan menggunakan per-
bangunan menara yang berfungsi sebagai tiang syaratan standar kekuatan menara yang
penopang seluruh komponen sistem pembang- mengacu pada standar TIA/EIA-222F
kit listrik tenaga angin pada ketinggian terten- (Structural Steel Standards for Steel Antenna
tu. Selain memiliki pondasi yang kuat dan Tower and Supporting Structure). Sedangkan
dibangun di atas tanah dengan kestabilan yang

22
Desain dan Analisis Strutktur Menara Lattice Pembangkit Listrik Tenaga Angin 100 kW di Desa
Tamanjaya, Sukabumi, Jawa Barat

untuk beban yang diberikan dalam simulasi struktur pola batang yang disusun dan dibaut
merupakan kecepatan angin pada kondisi sehingga membentuk rangka yang berdiri
ekstrim, yaitu sebesar 200 km/jam atau 55,6 m/ sendiri tanpa adanya sokongan lainnya, Gam-
det. bar 1 (b). Standar untuk kekuatan desain mena-
ra yang dibuat mengacu pada standar TIA/EIA
Perancangan Menara -222-F. Sedangkan untuk kekuatan terhadap
Ada dua jenis menara yang umum gempa disesuaikan dengan zona gempa di dae-
digunakan pada pembangkit listrik tenaga an- rah tersebut[6]. Adapun standar yang digunakan
gin di dunia, yaitu jenis tubular dan lattice. untuk material menara dapat dilihat pada Tabel
Menara tubular merupakan suatu rangkaian 1 berikut :
dari beberapa tabung silinder yang dapat dibu- Tabel 1. Material yang digunakan
at dari baja atau beton. Tiap-tiap tabung
silinder dihubungkan dengan cara dilas sampai
dengan ketinggian tertentu. Sedangkan menara
jenis lattice merupakan rangkaian dari baja-
baja siku yang dihubungkan dengan
menggunakan baut dan mur di setiap ujungnya.

Beberapa standar lain juga digunakan


dalam rancangan ini, seperti SNI-03-2847-
2002 tentang tata cara perhitungan struktur
beton untuk bangunan gedung, SNI-03-1726-
2003 tentang tata cara perencanaan ketahanan
gempa untuk bangunan gedung, dan SNI-03-
1729-2002 tentang tata cara perencanaan
struktur baja untuk bangunan gedung.

Gambar 1. Menara Jenis Tubular dan Lattice


Pemodelan Menara
Pemodelan struktur menara dilakukan
Menara Pembangkit Listrik Tenaga An- menggunakan perangkat lunak Ms. Tower
gin yang dibangun di desa Taman Jaya, Cie- Versi 6. Perangkat lunak ini memiliki kemam-
mas, Sukabumi, Jawa Barat adalah berjenis puan untuk menghasilkan geometri menara
lattice berbentuk segi empat (square) dengan sesuai dengan persyaratan dan standar yang
ketinggian 35 meter di atas permukaan tanah. dijadikan acuan, selain itu juga dapat
Struktur menara ini merupakan tipe Self- melakukan simulasi gaya yang terjadi pada
Supporting Tower (SST), yang memiliki

23
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 15 No. 1 Juni 2016 : 21 - 32

tiap-tiap bagian menara akibat adanya gaya instalasi sistem pembangkit, maupun pada
beban[8]. Gambar 2(a) menunjukkan geometri proses perawatan menara yang terletak
tiga dimensi menara berskala 1:1, pada tangga dan bordes. Berdasarkan
menggunakan material baja siku dengan di- Standar EIA/TIA 222F beban hidup pada
mensi yang berbeda-beda sesuai dengan letak- tangga menara harus mampu menahan
nya, yang dapat dilihat pada keterangan gam- 250 pounds (110 kg) dan pada bordes
barnya. sebesar 500 pounds (220 kg).
Model menara dibagi menjadi 14 panel,
Gambar 2 (b). Pada setiap panel berisi bagian/
komponen menara yang disebut sebagai
member, dimana hasil simulasi model ini
nantinya merupakan gaya yang terjadi pada
setiap member menara karena akibat adanya
beban.

Simulasi Model Menara


Input pembebanan yang diberikan pada
pemodelan ini merupakan kombinasi dari tiga
jenis beban yang diterima oleh menara terse-
but. Ketiga jenis beban yang dimaksud adalah
[7]
sebagai berikut,.
1. Beban Mati (Dead Load), merupakan
berat menara itu sendiri, yang secara
otomatis akan dihitung oleh Ms. Tower Gambar 2. Geometri Model Menara Lattice
sesuai dengan rancangan dan material
yang digunakan pada model menara yang 3. Beban Angin (Wind Load) , yaitu beban
telah dibuat/digambar. Untuk beban mati yang timbul di titik simpul setiap section atau
lainnya diberikan sebesar 21 ton yang segment menara oleh karena adanya
berasal dari berat sistem pembangkit hembusan angin, beban ini dikelompokkan
listrik, aksesoris menara, dan berat menjadi beban gravitasi dan lateral. Pada
seluruh peralatan bantu pada saat proses pemodelan ini, beban angin yang digunakan
instalasi menara. diasumsikan berasal dari beban hembusan
angin pada kondisi ektrim, yaitu pada saat
2. Beban Hidup (Live Load), merupakan siklus angin 50 tahunan dengan kecepatan

beban tambahan yang berasal dari orang sebesar 200 km/jam atau 55,6 m/det.

yang bekerja baik pada proses pembuatan, Berdasarkan standar TIA/EIA-222-F, beban

24
Desain dan Analisis Strutktur Menara Lattice Pembangkit Listrik Tenaga Angin 100 kW di Desa
Tamanjaya, Sukabumi, Jawa Barat

angin pada struktur menara dihitung dengan Kz =


menggunakan rumus : RR = faktor reduksi untuk komponen
struktural bundar,
=
DF,DR = faktor arah angin komponen
Dimana : datar,lingkaran
F = gaya angin horizontal (tegak lurus CA = koefisien gaya appurtenance
panel) (N) linear
qz = tekanan kecepatan (Pa); Selain bekerja pada struktur menara,
beban angin juga bekerja pada komponen
GH = gust response factor (m); sistem pembangkit listrik tenaga angin 100 kW
untuk struktur menara jenis Lattice, yang berada di puncak menara. Komponen
pembangkit yang memiliki kontribusi besar
terhadap pemberian beban ke menara adalah
Dan bagian rotor / bilah turbinnya, dimana beban
CF = koefisien gaya pada struktur, yang berupa bending moment tersebut akan
untuk menara lattice dengan tipe square maksimum diterima oleh struktur dan pondasi
menara pada saat kondisi salah satu bilah
= Solidity Ratio berada di atas dan juga menghadap arah angin
[1, 9].
Dalam pemodelan ini, komponen rotor/
AE = luas proyeksi efektif pada satu bilah turbin diasumsikan sebagai antena
muka (m2) parabola dengan diameter 22 meter dimana
titik pusatnya berada di puncak menara yaitu

AG = luas kotor dari satu panel jika pada ketinggian 35 meter di atas permukaan

penampangnya solid , (m2) tanah. Perhitungan beban angin pada antena

AF = luasan terproyeksi komponen parabolik menurut EIA/TIA-222-F adalah

bundar struktur pada panel (m2) sebagai berikut [7],

AA = luasan terproyeksi komponen


linear pada panel (m2)
AR = luasan terproyeksi dari komponen
struktural pada satu muka dari penampang Dimana :
(m2) Fa = Gaya Aksial (kg)
V = kecepatan dasar angin, (m/s) Fs = Gaya samping (kg)
h = tinggi total struktur, (m)
M = Momen Puntir (kg.m)
Kz = koefisien keterbukaan struktur

25
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 15 No. 1 Juni 2016 : 21 - 32

Ca = Koefisien beban angin untuk gaya diperbolehkan yaitu 0,5°. Dari hasil
aksial sejajar sumbu rotor simulasi, diperoleh nilai maksimum sway
Cs = Koefisien beban angin untuk gaya yaitu sebesar 0,4319° dimana nilai ini
momenik
masih lebih kecil dari nilai yang
Cm = Koefisien beban angin untuk gaya
diperbolehkan (0,4319°<0,5°).
aksial tegak lurus sumbu rotor
V = Kecepatan angin (mph)
D = Diameter rotor (m)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan standar TIA/EIA-222-F,
syarat yang harus dipenuhi oleh struktur mena-
ra dalam menentukan stabilitasnya dibatasi
oleh besarnya nilai dari momen puntir (twist),
goyangan menara (sway), perpindahannya
(displacement), dan juga perbandingan
tekanannya (stress ratio). Adapun nilai batas
toleransi yang diperbolehkan adalah sebagai
berikut :
a. Twist ≤ 0,5o
b. Sway ≤ 0,5o
c. Displacement Horizontal ≤ h/200 Gambar 3. Twist dan Sway
d. Stress Ratio ≤ 1
Berikut disajikan hasil simulasi yang telah Nilai sway maksimum terjadi pada
dilakukan pada penelitian ini: panel 2 menara di ketinggian 34,5 meter,
dan pada kondisi Load Case (LC)800,
yaitu pada kondisi menara menerima gaya
Gambar 3 menunjukkan hasil simulasi
tegangan yang berasal dari angin dengan
nilai twist dan sway di setiap panel menara
arah 315° dari sumbu x. Adapun nilai twist
mulai dari panel 1 pada ketinggian 35 yang diperoleh dari hasil simulasi adalah
meter sampai dengan panel 14 pada 0, yang dapat diartikan bahwa tidak terjadi
ketinggian 4 meter. Adapun nilai twist puntiran pada menara (0°<0,5°). Pada
ditunjukkan oleh Z-Rot dan nilai sway Gambar 4 ditunjukkan hasil simulasi nilai
displacement horisontal menara yang
ditujukkan oleh X-Rot. Dari hasil tersebut
ditunjukkan oleh nilai X-Disp. Berdasar-
terlihat bahwa seluruh nilai twist dan sway
kan standar TIA/EIA-222-F, nilai
berada di bawah batas toleransi yang

26
Desain dan Analisis Strutktur Menara Lattice Pembangkit Listrik Tenaga Angin 100 kW di Desa
Tamanjaya, Sukabumi, Jawa Barat

maksimum X-Disp menara yang diperbolehkan stress ratio yang paling besar adalah 0,742
adalah sebesar h/200, dimana nilai h adalah (lebih kecil dari 1) dan terjadi di panel 14
ketinggian menara. Jadi, untuk menara dengan member LEG, yaitu di kaki bagian menara
ketinggian 35 meter, nilai maksimum X-Disp
paling bawah dengan ketinggian 4 meter. Hal
yang diperbolehkan adalah sebesar 0,175 m
ini menandakan bahwa di panel itulah menara
atau 17,5 cm.dari hasil simulasi, nilai X-Disp
maksimum yang diperoleh adalah sebesar akan menerima beban terbesar. Berdasarkan
0,1265 m atau 12,65 cm.Nilai ini lebih kecil visualisasi hasil simulasi stress ratio menara
darinilai batas yang diperbolehkan (12,65 cm (Gambar 5) terlihat bahwa tidak ada bagian/
<17,5 cm). X-Disp maksimum ini terjadi pada elemen menara yang berwarna merah,
kondisi Case 640 dan Case 660, dimana pada
sehingga dapat dikatakan rancangan menara
kondisi ini menara mendapat gaya tegangan
ini baik.
dan kompresi yang berasal dari hembusan
angin dengan arah 135° dari sumbu x.
Tabel 2. Rekapitulasi Stress Ratio
Maksimum

Selain keempat parameter diatas, dari hasil


simulasi juga diperoleh parameter nilai gaya
dan momen yang terjadi pada pondasi menara.
Gambar 4. Displacement Menara
Parameter nilai ini yang akan digunakan

Nilai stress ratio maksimum yang terjadi pada sebagai beban dalam penentuan desain pondasi

setiap panel menara dapat dilihat pada Tabel 2. menara. Gambar 6 menunjukkan nilai

Pada tabel tersebut terlihat bahwa nilai stress maksimum hasil simulasi terhadap gaya dan

ratio lebih kecil dari nilai yang diperbolehkan momen yang terjadi pada bagian pondasi.

oleh Standar TIA/EIA-222-F disetiap panel Nilai-nilai tersebut ditunjukkan pada Tabel 3

dan ketinggian. Terlihat pula bahwa nilai berikut,

27
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 15 No. 1 Juni 2016 : 21 - 32

Tabel 3. Beban pada Pondasi Menara Hasil rancangan menara yang telah dibuat di-
tunjukkan pada Gambar 7 berikut,

Gambar 7. Menara Lattice PLT-Angin


Gambar 5. Visualisasi Analisa
100 kW, Desa Tamanjaya

28
Desain dan Analisis Strutktur Menara Lattice Pembangkit Listrik Tenaga Angin 100 kW di Desa
Tamanjaya, Sukabumi, Jawa Barat

Gambar 6. Support Reaction

KESIMPULAN DAN SARAN 2. Seluruh nilai yang diperoleh dari hasil


Kesimpulan simulasi yang berupa twist, sway,
Berdasarkan hasil pemodelan dapat diambil horizontal displacement dan stress ratio
kesimpulan sebagai berikut, berada di bawah batasan maksimum yang
1. Reaksi berupa gaya yang bekerja di setiap diperbolehkan. Berdasarkan seluruh hasil
elemen struktur menara yang timbul akibat simulasi ini, maka dapat disimpulkan
adanya pengaruh dari beban angin, beban bahwa desain dari struktur dan material
mati dan beban hidup dapat disimulasikan menara Latiice yang dibuat telah memenuhi
dengan menggunakan perangkat lunak syarat kekuatan yang mengacu pada standar
Ms.Tower Versi 6. TIA/EIA-222-F.

29
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 15 No. 1 Juni 2016 : 21 - 32

Saran Sukabumi, Jawa Barat, Jurnal


1. Simulasi ini dilakukan dengan asumsi kon- Ketenagalistrikan dan Energi Baru
disi seluruh baut pada tiap-tiap sambungan Terbarukan, Vol.13 No.1.Hal : 15.
menara dalam keadaan terikat kencang
[3]. P3TEK, 2005, Laporan Kegiatan
(kuat). Adanya angin yang selalu terjadi
Studi Potensi Angin di 3 lokasi.
dan menerpa menara di lapangan, akan
[4]. P3TKEBT, 2007, Laporan Kegiatan
mempengaruhi kekencangan baut-baut ter-
Penelitian Analisis Pemanfaatan En-
sebut. Untuk itu disarankan agar dilakukan
ergi Angin Daerah Prospek di Indo-
pemeriksaan dan pengencangan pada se-
luruh baut menara secara rutin setiap ta- nesia.
hun. [5]. EC-ASEAN Energy Facility Final
2. Untuk melengkapi analisis yang telah Technical Report, 2007, Feasibility
dilakukan, maka perlu dilakukan penelitian Study for Wind Farms Based in Iso-
lanjutan pada pemodelan ini dengan lated Areas: Case Study and Devel-
kondisi beban dinamik pada saat rotor opment ofa Standard Identification
berputar pada kecepatan operasionalnya
Methodology.
berdasarkan data yang diperoleh dari
[6]. Kementerian Pekerjaan Umum,
lapangan.
2010, Peta Hazard Gempa Indonesia
Sebagai Acuan Dasar Perencanaan
UCAPAN TERIMAKASIH
Dan Perancangan Infrastruktur
Penulis mengucapkan terimasih kepada
Tahan Gempa.
Dr. Verina J Wargadalam beserta seluruh
[7]. Telecomunications Industry Associa-
anggota Tim kegiatan energi angin
tion, June 1996, TIA/EIA-222-F
P3TKEBTKE dan juga kepada PT. Marga
Utama Mandiri atas ketersediaan data dan Standard Stuctural Standard for
segala bantuannya. Steel Antena Towers and Antena
Supporting Structures.
DAFTAR PUSTAKA [8]. Engineering Systems, April 2008,
[1]. Tony Burton, et all,2001,Wind MS tower V6 User’s Manual.
Energy Handbook, John Wiley & [9]. Centre for Wind Energy Technolo-
Sons, Ltd. gy, 2010, 6th International Training
[2]. Zulkarnain, Novico, F, Juni 2014, Course on Wind Turbine Technology
Model Perilaku Tanah Pada Pondasi and Apllication, Course Material.
Menara Pembangkit Listrik Tenaga [10]. Sheilla Fadila, Desember 2014, Ana-
Angin 100 kW di Desa Tamanjaya, lisa Desain Struktur Dan Pondasi

30
Desain dan Analisis Strutktur Menara Lattice Pembangkit Listrik Tenaga Angin 100 kW di Desa
Tamanjaya, Sukabumi, Jawa Barat

Menara Pemancar Tipe “Self Sup-


porting Tower Di Kota Palembang,
Jurnal Teknik Sipil,dan Lingkungan
Vol. 2, No. 4.

31
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

32

Anda mungkin juga menyukai