Anda di halaman 1dari 48

LAMPIRAN II

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK


NOMOR PER-17/PJ/2021
TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PEMBUATAN BUKTI
PEMOTONGAN DAN/ATAU PEMUNGUTAN PAJAK, SERTA
BENTUK, ISI, TATA CARA PENGISIAN, DAN PENYAMPAIAN
SURAT PEMBERITAHUAN MASA BAGI INSTANSI PEMERINTAH

A. FORMAT BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN UNIFIKASI INSTANSI


PEMERINTAH
1. FORMAT BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN UNIFIKASI
INSTANSI PEMERINTAH UNTUK PPh PASAL 4 AYAT (2), PPh PASAL
15, PPh PASAL 22, DAN PPh PASAL 23
-2-

PETUNJUK PENGISIAN BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN


UNIFIKASI INSTANSI PEMERINTAH UNTUK PPh PASAL 4 AYAT (2),
PPh PASAL 15, PPh PASAL 22 DAN PPh PASAL 23

Huruf H.1 : Diisi nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi


Instansi Pemerintah.
Huruf H.2 : Diisi dengan tanda silang (X) pada kotak, dalam hal yang
dibuat merupakan Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah Pembetulan dan diisi
dengan urutan pembetulan dalam angka.
Huruf H.3 : Diisi dengan tanda silang (X) pada kotak, dalam hal yang
dibuat merupakan Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah Pembatalan.
Huruf H.4 : Diisi silang (X) pada kotak, dalam hal PPh yang
dipotong/dipungut merupakan PPh yang bersifat final
(tidak dapat menjadi kredit pajak dalam SPT Tahunan
PPh pihak yang dipotong/dipungut).
Huruf H.5 : Diisi silang (X) pada kotak, dalam hal PPh yang
dipotong/dipungut merupakan PPh yang bersifat tidak
final (dapat menjadi kredit pajak dalam SPT Tahunan
PPh pihak yang dipotong/dipungut).

A. Identitas Wajib Pajak yang Dipotong/Dipungut


Huruf A.1 : Diisi dengan NPWP pihak yang dipotong atau dipungut
PPh.
Huruf A.2 : Diisi dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) pihak
yang dipotong atau dipungut PPh, dalam hal pihak yang
dipotong atau dipungut PPh merupakan orang pribadi
yang tidak memiliki NPWP.
Huruf A.3 : Diisi dengan nama pihak yang dipotong atau dipungut
PPh sesuai dengan kartu NPWP atau kartu identitas.
Apabila kolom yang tersedia tidak mencukupi, maka
nama yang diisikan dapat disesuaikan.

B. Pajak Penghasilan yang Dipotong/Dipungut


Kolom B.1 : Diisi dengan Masa Pajak saat terutang PPh, dengan
format penulisan mm-yyyy. Contoh Masa Pajak
-3-

September 2021 ditulis 09-2021.


Kolom B.2 : Diisi sesuai kode objek pajak sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II huruf B yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
Kolom B.3 : Diisi dengan dasar pengenaan pajak. Berisi angka nol “0”
dalam hal pembuatan Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah Pembatalan.
Kolom B.4 : Diisi dengan tanda silang (X) pada kotak dalam hal pihak
yang dipotong dan/atau dipungut tidak memiliki NPWP.
Kolom B.5 : Diisi dengan tarif pemotongan atau pemungutan pajak.
Contoh tarif atas jasa teknik adalah 2%, maka
kolom tarif diisi 2.
Kolom B.6 : Diisi dengan nilai PPh yang dipotong/dipungut/
ditanggung Pemerintah (DTP).
Kolom B.7 : Diisi dengan dokumen yang menjadi dasar pembuatan
Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah, antara lain invoice, pengumuman, surat
perjanjian, bukti pembayaran, akta perikatan, akta
RUPS, surat pernyataan, serta mencantumkan nama,
nomor, dan tanggal dokumen referensi pada kolom yang
disediakan.
Kolom B.8 : Diisi dengan dokumen yang menjadi dasar pembuatan
Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah yang berupa Faktur Pajak, serta
mencantumkan nomor dan tanggal Faktur Pajak pada
kolom yang disediakan.
Kolom B.9 : Diisi dengan tanda silang (X) pada kotak dalam hal PPh
yang dipotong/dipungut dibebaskan berdasarkan Surat
Keterangan Bebas, serta mencantumkan nomor dan
tanggal Surat Keterangan Bebas pada kolom yang
disediakan.
Kolom B.10: Diisi dengan tanda silang (X) pada kotak dalam hal PPh
ditanggung Pemerintah (DTP), serta mencantumkan
dasar hukum pemberian DTP.
Kolom B.11: Diisi dengan nomor Surat Keterangan PP No. 23
Tahun 2018 dalam hal bertransaksi dengan Wajib Pajak
dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan
-4-

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018.


Kolom B.12: Diisi dengan tanda silang (X) pada kotak dalam hal PPh
yang dipotong atau dipungut diberikan fasilitas serta
mencantumkan dasar hukum pemberian fasilitas PPh
pada tempat yang tersedia.

C. Identitas Instansi Pemerintah


Huruf C.1 : Diisi dengan NPWP Instansi Pemerintah.
Huruf C.2 : Diisi dengan nama Instansi Pemerintah.
Huruf C.3 : Diisi dengan nomor ID Subunit Organisasi Instansi
Pemerintah dalam hal Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah dibuat oleh Subunit
Organisasi Instansi Pemerintah.
Huruf C.4 : Diisi dengan tanggal pembuatan Bukti Pemotongan/
Pemungutan Unifikasi dengan format penulisan
dd-mm-yyyy.
Huruf C.5 : Diisi dengan nama pejabat penandatangan Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah.
Huruf C.6 : Akan ditampilkan kode QR. Kode ini berfungsi sebagai
pengaman Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi
Instansi Pemerintah. Untuk memverifikasi kode ini dapat
dilakukan dengan cara memindai kode QR melalui
telepon genggam yang memiliki fitur yang mendukung.
Diisi tanda silang (X) pada pilihan pengajuan kelebihan
pemotongan/pemungutan apabila terdapat kesalahan
dalam pembuatan Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah yang menyebabkan
kelebihan pemotongan/ pemungutan pajak.
-5-

2. FORMAT BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN UNIFIKASI


INSTANSI PEMERINTAH UNTUK PPh PASAL 26
-6-

PETUNJUK PENGISIAN
BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN UNIFIKASI
INSTANSI PEMERINTAH UNTUK PPh PASAL 26

Huruf H.1 : Diisi nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi


Instansi Pemerintah.
Huruf H.2 : Diisi dengan tanda silang (X) pada kotak, dalam hal yang
dibuat merupakan Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah Pembetulan dan diisi
dengan urutan pembetulan dalam angka.
Huruf H.3 : Diisi dengan tanda silang (X) pada kotak, dalam hal yang
dibuat merupakan Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah Pembatalan.

A. Identitas Pihak yang Dipotong/Dipungut (Income Recipient)


Huruf A.1 : Diisi dengan Tax Identification Number atau identitas
perpajakan lainnya milik pihak yang dipotong/dipungut
PPh Pasal 26.
Huruf A.2 : Diisi dengan nama pihak yang dipotong/dipungut
PPh Pasal 26.
Huruf A.3 : Diisi dengan alamat lengkap sebenarnya di negara atau
yurisdiksi tempat pihak yang dipotong/dipungut PPh
Pasal 26 terdaftar sebagai wajib pajak.
Huruf A.4 : Diisi dengan negara atau yurisdiksi tempat pihak yang
dipotong/dipungut PPh Pasal 26 terdaftar sebagai wajib
pajak.
Huruf A.5 : Diisi dengan tanggal lahir pihak yang dipotong/dipungut
PPh Pasal 26, dalam hal pihak yang dipotong/dipungut
merupakan orang pribadi.
Huruf A.6 : Diisi dengan kota tempat kelahiran pihak yang
dipotong/dipungut, dalam hal pihak yang dipotong/
dipungut merupakan orang pribadi.
Huruf A.7 : Diisi dengan nomor paspor pihak yang
dipotong/dipungut PPh Pasal 26, dalam hal pihak yang
dipotong/dipungut merupakan orang pribadi.
Huruf A.8 : Diisi dengan nomor Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS)
atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP) pihak yang
-7-

dipotong/dipungut PPh Pasal 26, dalam hal pihak yang


dipotong/dipungut merupakan orang pribadi.

B. Pajak Penghasilan yang Dipotong (Income Tax Withheld)


Kolom B.1 : Diisi dengan Masa Pajak saat terutang PPh Pasal 26,
dengan format penulisan mm-yyyy. Contoh Masa Pajak
September 2021 ditulis 09-2021.
Kolom B.2 : Diisi sesuai kode objek pajak sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II huruf B yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
Kolom B.3 : Diisi dengan jumlah penghasilan bruto. Berisi
angka “0” (nol) dalam hal Bukti Pemotongan/
Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah dibatalkan.
Kolom B.4 : Diisi dengan perkiraan penghasilan neto.
Kolom B.5 : Diisi dengan tarif pemotongan pajak. Contoh tarif atas
dividen adalah 20% maka penulisan tarifnya yaitu 20.
Kolom B.6 : Diisi dengan jumlah PPh Pasal 26 yang
dipotong/dipungut.
Kolom B.7 : Diisi dengan dokumen yang menjadi dasar pembuatan
Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah, antara lain invoice, pengumuman, surat
perjanjian, bukti pembayaran, akta perikatan, akta
RUPS, surat pernyataan, serta mencantumkan nama,
nomor, dan tanggal dokumen referensi pada kolom yang
disediakan.
Kolom B.8 : Diisi dengan dokumen yang menjadi dasar pembuatan
Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah yang berupa Faktur Pajak, serta
mencantumkan nomor dan tanggal Faktur Pajak pada
kolom yang disediakan.
Kolom B.9 : Diisi dengan tanda silang (X) pada kotak dalam hal
PPh Pasal 26 dihitung berdasarkan tarif Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda serta mencantumkan
nomor tanda terima Surat Keterangan Domisili (SKD)
Wajib Pajak luar negeri berdasarkan Aplikasi e-SKD dan
mencantumkan tanggal berakhirnya SKD tersebut.
-8-

Kolom B.10: Diisi dengan tanda silang (X) pada kotak, dalam hal
PPh Pasal 26 ditanggung Pemerintah (DTP) serta
mencantumkan dasar hukum pemberian DTP.
Kolom B.11: Diisi dengan tanda silang (X) pada kotak dalam hal PPh
yang dipotong diberikan fasilitas serta mencantumkan
dasar hukum pemberian fasilitas PPh pada tempat yang
tersedia.

C. Identitas Pemotong/Pemungut Pajak (Withholding Agent)


Huruf C.1 : Diisi dengan NPWP Instansi Pemerintah.
Huruf C.2 : Diisi dengan nama Instansi Pemerintah.
Huruf C.3 : Diisi dengan nomor ID Subunit Organisasi Instansi
Pemerintah dalam hal Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah dibuat oleh Subunit
Organisasi Instansi Pemerintah.
Huruf C.4 : Diisi dengan tanggal pembuatan Bukti Pemotongan/
Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah, dengan
format penulisan dd-mm-yyyy.
Huruf C.5 : Diisi dengan nama pejabat penandatangan Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah.
Huruf C.6 : Akan ditampilkan kode QR. Kode ini berfungsi sebagai
pengaman Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi
Instansi Pemerintah. Untuk memverifikasi kode ini dapat
dilakukan dengan cara memindai kode QR melalui
telepon genggam yang memiliki fitur yang mendukung.
Diisi tanda silang (X) pada pilihan pengajuan kelebihan
pemotongan/pemungutan apabila terdapat kesalahan
dalam pembuatan Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah yang menyebabkan
kelebihan pemotongan/ pemungutan pajak.
-9-

B. DAFTAR KODE OBJEK PAJAK


Kode Objek
Keterangan
Pajak
Pembelian barang oleh Instansi Pemerintah Pusat yang
22-910-01 dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN).
Pembelian barang oleh Instansi Pemerintah Daerah yang
22-920-01 dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
Pembelian barang oleh Instansi Pemerintah Desa yang
22-930-01
dananya bersumber dari Dana Desa.
Bunga tidak termasuk bunga yang menjadi objek PPh Pasal
24-102-01
4 ayat (2).
24-103-01 Royalti.
Hadiah, penghargaan, bonus dan lainnya selain yang telah
24-100-01
dipotong PPh Pasal 21 ayat (1) huruf e UU PPh.
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
24-100-02 harta kecuali sewa tanah dan bangunan yang telah dikenai
PPh Pasal 4 ayat (2) UU PPh.
24-104-01 Jasa Teknik.
24-104-02 Jasa Manajemen.
24-104-03 Jasa Konsultan.
24-104-04 Jasa penilai (appraisal).
24-104-05 Jasa aktuaris.
Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan
24-104-06
keuangan.
24-104-07 Jasa hukum.
24-104-08 Jasa arsitektur.
24-104-09 Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape.
24-104-10 Jasa perancang (design).
Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak
24-104-11 dan gas bumi (migas) kecuali yang dilakukan oleh Badan
Usaha Tetap (BUT).
Jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan
24-104-12
penambangan minyak dan gas bumi (migas).
Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang
24-104-13 usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi
(migas).
24-104-14 Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara.
24-104-15 Jasa penebangan hutan.
24-104-16 Jasa pengolahan limbah.
Jasa penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli (outsourcing
24-104-17
services).
24-104-18 Jasa perantara dan/atau keagenan;
Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali
yang dilakukan Bursa Efek, Kustodian Sentral Efek
24-104-19
Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia
(KPEI).
Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang
24-104-20
dilakukan oleh KSEI.
24-104-21 Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara.
24-104-22 Jasa mixing film.
-10-

Jasa pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, foto,


24-104-23
slide, klise, banner, pamphlet, baliho dan folder.
Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau
24-104-24 sistem komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan
perbaikan.
24-104-25 Jasa pembuatan dan/atau pengelolaan website.
24-104-26 Jasa internet termasuk sambungannya.
Jasa penyimpanan, pengolahan dan/atau penyaluran data,
24-104-27
informasi, dan/atau program.
Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon,
air, gas, AC dan/atau TV Kabel, selain yang dilakukan oleh
24-104-28 Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha
konstruksi.
Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan,
listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV kabel, selain yang
24-104-29 dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai
pengusaha konstruksi.
Jasa perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat,
24-104-30
laut dan udara.
24-104-31 Jasa maklon.
24-104-33 Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer.
Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media
24-104-34 massa, media luar ruang atau media lain untuk
penyampaian informasi, dan/atau jasa periklanan.
24-104-35 Jasa pembasmian hama.
24-104-36 Jasa kebersihan atau cleaning service.
24-104-37 Jasa sedot septic tank.
24-104-38 Jasa pemeliharaan kolam.
24-104-39 Jasa katering atau tata boga.
24-104-40 Jasa freight forwarding.
24-104-41 Jasa logistik.
24-104-42 Jasa pengurusan dokumen.
24-104-43 Jasa pengepakan.
24-104-44 Jasa loading dan unloading.
Jasa laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang
24-104-45 dilakukan oleh lembaga atau institusi pendidikan dalam
rangka penelitian akademis.
24-104-46 Jasa pengelolaan parkir.
24-104-47 Jasa penyondiran tanah.
24-104-48 Jasa penyiapan dan/atau pengolahan lahan.
24-104-49 Jasa pembibitan dan/atau penanaman bibit.
24-104-50 Jasa pemeliharaan tanaman.
24-104-51 Jasa pemanenan.
Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan,
24-104-52
peternakan dan/atau perhutanan.
24-104-53 Jasa dekorasi.
24-104-54 Jasa pencetakan/penerbitan.
24-104-55 Jasa penerjemahan.
Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur
24-104-56
dalam Pasal 15 Undang-Undang PPh.
-11-

24-104-57 Jasa pelayanan pelabuhan.


24-104-58 Jasa pengangkutan melalui jalur pipa.
24-104-59 Jasa pengelolaan penitipan anak.
24-104-60 Jasa pelatihan dan/atau kursus.
24-104-61 Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM.
24-104-62 Jasa sertifikasi.
24-104-63 Jasa survey.
24-104-64 Jasa tester.
Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya
24-104-65
dibebankan pada APBN atau APBD.
28-402-01 Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.
Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan kepada
Pemerintah, BUMN yang Mendapat Penugasan Khusus dari
Pemerintah, atau BUMD yang mendapat penugasan khusus
28-402-03
dari kepala daerah, sesuai undang-undang mengenai
pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan
umum.
28-403-02 Persewaan tanah dan/atau bangunan.
28-405-01 Hadiah undian.
Jasa konstruksi berupa jasa perencana konstruksi (dengan
28-409-08
kualifikasi usaha).
Jasa konstruksi berupa jasa perencana konstruksi (tanpa
28-409-09
kualifikasi usaha).
Jasa konstruksi berupa jasa pelaksanaan konstruksi
28-409-10
(kualifikasi usaha kecil).
Jasa konstruksi berupa jasa pelaksanaan konstruksi
28-409-11
(kualifikasi usaha menengah dan besar).
Jasa konstruksi berupa jasa pelaksanaan konstruksi (tanpa
28-409-12
kualifikasi usaha).
Jasa konstruksi berupa jasa pengawas konstruksi (dengan
28-409-13
kualifikasi usaha).
Jasa konstruksi berupa jasa pengawas konstruksi (tanpa
28-409-14
kualifikasi usaha).
Bunga simpanan yang dibayarkan oleh Koperasi kepada
28-417-01 anggota Wajib Pajak Orang Pribadi (bunga sampai dengan
Rp240.000,00).
Bunga simpanan yang dibayarkan oleh Koperasi kepada
28-417-02 anggota Wajib Pajak Orang Pribadi (bunga di atas
Rp240.000,00).
Transaksi dengan Wajib Pajak yang menggunakan tarif
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak
28-423-01 Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau
Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto
Tertentu.
Imbalan yang Dibayarkan/Terutang kepada Perusahaan
28-410-02
Pelayaran Dalam Negeri.
Imbalan Charter Kapal Laut dan/atau Pesawat Udara yang
28-411-02 Dibayarkan/Terutang kepada Perusahaan Pelayaran
dan/atau Penerbangan Luar Negeri melalui BUT.
Imbalan Charter Pesawat Udara yang Dibayarkan/Terutang
29-101-01
kepada Perusaahan Penerbangan Dalam Negeri.
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
27-100-01
harta.
-12-

27-100-02 Hadiah dan penghargaan.


Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan
27-102-01
sehubungan dengan jaminan pengembalian utang.
27-103-01 Royalti.
27-104-01 Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan.
-13-

C. TATA CARA PEMBUATAN BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN


UNIFIKASI INSTANSI PEMERINTAH
C.1. Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah
1. Pembuatan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah
Pembuatan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah dapat dilakukan dengan cara mengisi langsung pada
Aplikasi e-Bupot Instansi Pemerintah (key-in) atau dengan cara
memindahkan file ke dalam Aplikasi e-Bupot Instansi Pemerintah
(impor data).
Aplikasi e-Bupot Instansi Pemerintah disediakan melalui laman milik
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan saluran tertentu yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pajak meliputi Penyedia Jasa Aplikasi
Perpajakan dan Host to Host (H2H). Host to Host adalah saluran
khusus yang disediakan untuk Wajib Pajak tertentu sesuai dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

2. Prasyarat Penggunaan Aplikasi e-Bupot Instansi Pemerintah


Pemotong/Pemungut Pajak harus memenuhi syarat:
a. memiliki EFIN untuk menggunakan akun DJP Online; dan
b. memiliki Sertifikat Elektronik atau Kode Otorisasi DJP untuk
menandatangani Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi
Instansi Pemerintah dengan Tanda Tangan Elektronik.

3. Penomoran Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi


Pemerintah
a. Struktur Penomoran
Penomoran terdiri dari 10 digit dengan rincian sebagai berikut:

1. Kode 2. Kode Seri 3. Nomor Seri


Dokumen

X YY ZZZZZZZ
-14-

Kode Dokumen diisi sebagai berikut:

Kode Dokumen Keterangan


1 Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi
Instansi Pemerintah berbentuk Dokumen
Elektronik

Kode Seri diberikan secara berurutan dari 00 sampai dengan 99.


Fungsi kode ini ialah untuk menandai nomor urut Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah. Apabila
nomor 00 sampai dengan 99 telah terpakai, nomor berulang
kembali ke 00.
Nomor Seri diberikan secara berurutan dari 0000001 sampai
dengan 9999999 dalam 1 (satu) tahun kalender (dari 1 Januari s.d.
31 Desember). Apabila tahun kalender telah berganti, nomor
dimulai lagi dari nomor 0000001 dengan nomor seri nomor 00.
Apabila persediaan nomor untuk Kode Seri 00 dengan Nomor
Seri 9999999 telah digunakan, maka nomor Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah
selanjutnya menggunakan Kode Seri nomor 01 dan Nomor Seri
dimulai kembali dari 0000001. Apabila penomoran Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah telah
menggunakan Kode Seri 01 dan Nomor Seri 9999999, maka
penomoran dilanjutkan dengan Kode Seri 02 dan Nomor Seri
0000001, dan begitu seterusnya.
Pada Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah, nomor pada bukti pemotongan/pemungutan diberikan
secara otomatis oleh sistem (auto generated).

b. Ketentuan Penomoran
1) Satu Nomor untuk Satu Wajib Pajak, Satu Kode Objek Pajak,
dan Satu Masa Pajak
Setiap satu nomor bukti pemotongan/pemungutan hanya dapat
digunakan untuk satu pihak yang dipotong atau dipungut, satu
kode objek pajak, dan satu Masa Pajak.
-15-

Contoh 1:
KEMENTERIAN DSD pada bulan September 2021 melakukan
transaksi pengadaan alat kantor dari PT GUNDALA (perusahaan
jasa kelistrikan) dengan perincian sebagai berikut:

Kode Objek
Tanggal Jenis Jasa Biaya (Rp)
Pajak
3 September Pengadaan 22-910-01 22.000.000,00
2021 mesin fotokopi
5 September Pengadaan AC 22-910-01 55.000.000,00
2021
6 September Pengadaan 22-910-01 11.000.000,00
2021 server
9 September Pengadaan 22-910-01 88.000.000,00
2021 komputer
Jumlah 176.000.000,00*
(* Sudah termasuk PPN)

Transaksi dengan PT GUNDALA yang dilakukan beberapa kali


dalam bulan September 2021 tersebut memiliki kode objek pajak
yang sama, dengan demikian KEMENTERIAN DSD dapat
membuat 1 (satu) Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi
Instansi Pemerintah atas transaksi-transaksi yang dikenakan PPh
Pasal 22 tersebut untuk diberikan kepada PT GUNDALA.

Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah


yang dibuat pada tanggal 9 September 2021 bernomor
1000000032 dengan perincian sebagai berikut:

 Jenis Bukti Pemotongan/Pemungutan: PPh Tidak Final


 Nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah: 1000000032
 Identitas WP yang dipotong/dipungut: PT GUNDALA
 Masa Pajak (mm-yyyy): 09-2021
 Kode Objek Pajak: 22-910-01
 Dasar Pengenaan Pajak: 160.000.000
 Tarif (%): 1.5
 PPh yang dipotong/dipungut: 2.400.000
 Dokumen Referensi:
invoice 137/5567-11/21 tanggal 8 September 2021.

Contoh 2:
Selain melakukan transaksi pengadaan alat kantor seperti
dimaksud pada contoh 1, pada tanggal 17 September 2021
KEMENTERIAN DSD juga membayar biaya jasa instalasi
pemasangan CCTV di gudang baru ke PT GUNDALA
sebesar Rp33.000.000,00 (termasuk PPN) dengan kode
-16-

objek pajak 24-104-28.

Sesuai ketentuan Pasal 5 ayat (3), satu Bukti Pemotongan/


Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah hanya dapat
digunakan untuk satu kode objek pajak. Oleh sebab itu,
pemotongan PPh Pasal 23 dengan kode objek pajak 24-104-28
atas imbalan jasa instalasi/pemasangan CCTV tidak dapat
digabung dalam satu Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi
Instansi Pemerintah dengan pemungutan PPh Pasal 22 dengan
kode objek pajak 22-910-01 atas pengadaan mesin, AC, server
dan komputer.

KEMENTERIAN DSD membuat Bukti Pemotongan/Pemungutan


Unifikasi Instansi Pemerintah nomor 1000000037 dengan rincian
sebagai berikut:
 Jenis Bukti Pemotongan/Pemungutan: PPh Tidak Final
 Nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah: 1000000037
 Identitas WP yang dipotong/dipungut: PT GUNDALA
 Masa Pajak (mm-yyyy): 09-2021
 Kode Objek Pajak: 24-104-28
 Dasar Pengenaan Pajak: 30.000.000
 Tarif (%): 2
 PPh yang dipotong/dipungut: 600.000
 Dokumen Referensi:
invoice 141/2542-12/21 tanggal 16 September 2021.

2) Nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi


Pemerintah tidak berubah apabila terjadi perubahan (edit) atau
penghapusan (delete)
Ketentuan perubahan (edit) atau penghapusan (delete) terdapat
dalam Aplikasi e-Bupot Instansi Pemerintah. Dalam hal terjadi
perubahan atau penghapusan Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah sebelum SPT Unifikasi Instansi
Pemerintah disampaikan:
a) atas Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah yang diubah (edit), Nomor Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah
tetap sama (tidak berubah);
b) atas Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah yang dihapus (delete), Nomor Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah
tidak dapat digunakan kembali.
-17-

3) Nomor, Masa Pajak, dan identitas Wajib Pajak tidak berubah


apabila terjadi Pembetulan atau Pembatalan
Apabila Pemotong/Pemungut Pajak membetulkan atau
membatalkan bukti pemotongan/pemungutan yang telah dibuat
dan melaporkan dalam maka:
a) atas bukti pemotongan/pemungutan yang dibetulkan,
Nomor, Masa Pajak, dan identitas Wajib Pajak pada Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah
Pembetulan tetap sama (tidak berubah);
b) atas bukti pemotongan/pemungutan yang dibatalkan,
Nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah Pembatalan tidak dapat digunakan kembali dan
tetap tersimpan untuk dilaporkan dalam SPT Unifikasi
Instansi Pemerintah dalam Masa Pajak tersebut.

4. Kelengkapan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi


Pemerintah
a. Keharusan mencantumkan NPWP atau NIK atau TIN
Dalam hal pihak yang dipotong atau dipungut merupakan:
1) Wajib Pajak orang pribadi yang telah memiliki NPWP, Wajib
Pajak Badan atau bentuk usaha tetap, kolom NPWP pada bagian
“Identitas Wajib Pajak yang Dipotong” harus diisi dengan NPWP
Wajib Pajak yang bersangkutan;
2) orang pribadi belum memiliki NPWP, kolom NIK harus diisi
dengan Nomor Induk Kependudukan sesuai Kartu Tanda
Penduduk yang bersangkutan;
3) Wajib Pajak luar negeri, maka data dan identitas pihak yang
dipotong diisi dengan Tax Identification Number (TIN) atau
identitas perpajakan lain yang lazim digunakan di negara atau
yurisdiksi domisili Wajib Pajak luar negeri.
b. Pencantuman nomor dan tanggal Surat Keterangan Bebas
Apabila PPh bernilai “0” (nol) pada Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah karena pihak yang
dipotong/dipungut dibebaskan dari pemotongan/pemungutan PPh
berdasarkan Surat Keterangan Bebas (SKB), maka Pemotong/
Pemungut Pajak wajib mencantumkan data berupa nomor dan
tanggal SKB tersebut.
-18-

Contoh 3:
KEMENTERIAN DSD pada tanggal 1 Oktober 2021 membayar
imbalan jasa manajemen ke CV MLATI sebesar Rp15.000.000,00.
Sebelum dilakukan pemotongan pajak, CV MLATI menyampaikan
Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 23.

Asumsi bahwa tarif PPh Pasal 23 atas imbalan jasa manajemen


yang berlaku saat terjadinya transaksi adalah sebesar 2% dari
jumlah bruto.

Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah


tetap dibuat dalam hal Wajib Pajak yang dipotong memperoleh
fasilitas pembebasan pajak yang dibuktikan dengan Surat
Keterangan Bebas. Oleh karena itu, atas transaksi tersebut,
KEMENTERIAN DSD menerima Faktur Pajak atas pemungutan
PPN dan membuat Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi
Instansi Pemerintah nomor 1000000077 dengan rincian sebagai
berikut:

 Jenis Bukti Pemotongan/Pemungutan: PPh Tidak Final


 Nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah: 1000000077
 Identitas WP yang dipotong/dipungut: CV MLATI
 Masa Pajak (mm-yyyy): 10-2021
 Kode Objek Pajak: 24-104-02
 Dasar Pengenaan Pajak: Rp15.000.000
 Tarif (%): 2
 PPh yang dipotong/dipungut: 0
 Dokumen Referensi:
invoice nomor 139/9924-09/21 tanggal 30 September 2021
 Nomor dan Tanggal Surat Keterangan Bebas:
 S-00002/SKB.23/WPJ.13/2021 tanggal 2 Januari 2021

c. Pencantuman Informasi Surat Keterangan Domisili (SKD)


Apabila Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh Pasal 26 dibuat
dengan menggunakan tarif Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda, maka Pemotong/Pemungut Pajak wajib mencantumkan
informasi SKD Wajib Pajak luar negeri, berupa nomor tanda terima
SKD Wajib Pajak luar negeri dari Aplikasi e-SKD.
Contoh 4:
KEMENTERIAN DSD memotong PPh Pasal 26 atas royalti sebesar
Rp30.000.000 yang dibayar ke MATTAPU, Ltd. di Jepang pada
tanggal 2 Oktober 2021.

Asumsi bahwa tarif Perjanjian P3B antara Indonesia dan Jepang


atas royalti yang berlaku saat terjadinya transaksi adalah
-19-

sebesar 10% dari jumlah bruto.

Apabila MATTAPU, Ltd. tidak menyerahkan tanda terima Surat


Keterangan Domisili (SKD) ke KEMENTERIAN DSD pada saat
dilakukannya pemotongan pajak, maka KEMENTERIAN DSD
harus membuat Bukti Pemotongan atas PPh Pasal 26 royalti
dengan tarif umum sebesar 20% dari jumlah bruto.

Namun apabila MATTAPU, Ltd. tersebut menyerahkan Tanda


Terima SKD pada saat dilakukannya pemotongan pajak, maka
KEMENTERIAN DSD harus membuat Bukti Pemotongan atas PPh
Pasal 26 dengan tarif sesuai P3B yaitu sebesar 10% dari jumlah
bruto dan menyetor sendiri PPN atas pemanfaatan Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud (royalti) sebesar 10% dari jumlah bruto.
KEMENTERIAN DSD harus mencantumkan nomor tanda terima
SKD WPLN hasil dari Aplikasi e-SKD dalam kolom isian Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah untuk
PPh Pasal 26 pada Aplikasi e-Bupot Instansi Pemerintah.

Kementerian membuat Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi


Instansi Pemerintah nomor 1000000078 dengan perincian sebagai
berikut:

 Jenis Bukti Pemotongan/Pemungutan: PPh Final


 Nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah: 1000000078
 Identitas WP yang dipotong/dipungut: MATTAPU, Ltd.
 Masa Pajak (mm-yyyy): 10-2021
 Kode Objek Pajak: 27-103-01
 Dasar Pengenaan Pajak: 30.000.000
 Tarif (%): 10
 PPh yang dipotong/dipungut: 3.000.000
 Dokumen Referensi:
invoice 139/9932-10/21 tanggal 1 Oktober 2021
 Nomor Tanda Terima Surat Keterangan Domisili:
SKDWPLN-JPN/2/21-00000006

d. Kewajiban Pembuatan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi


Instansi Pemerintah dalam hal transaksi menggunakan Surat
Keterangan PP No. 23 Tahun 2018
Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah tetap
dibuat dalam hal pihak yang dipotong/dipungut adalah Wajib Pajak
yang dikenai PPh bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2018.
-20-

Contoh 5:
KEMENTERIAN DSD membayar imbalan jasa pencetakan ke
CV OFFSET PRINTING INDONESIA sebesar Rp40.000.000,00
pada tanggal 8 Oktober 2021. Sebelum dilakukan pemotongan
pajak, CV OFFSET PRINTING INDONESIA menyampaikan Surat
Keterangan PP No. 23 Tahun 2018. Ini adalah transaksi
pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2).
Asumsi bahwa tarif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2018 yang berlaku adalah 0,5%, maka Pemotong/
Pemungut Pajak membuat SSP atas transaksi tersebut atas nama
pihak yang dipotong/dipungut.
Sesuai ketentuan dalam Pasal 6 ayat (2), Bukti Pemotongan/
Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah tetap harus dibuat
dalam hal transaksi dilakukan dengan Wajib Pajak yang memiliki
Surat Keterangan PP No. 23 Tahun 2018. Oleh karena itu, atas
transaksi tersebut KEMENTERIAN DSD membuat Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah dengan
nomor 1000000085 dengan perincian sebagai berikut:
• Jenis Bukti Pemotongan/Pemungutan: PPh Final
• Nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah: 1000000085
• Identitas WP yang dipotong/dipungut: CV OFFSET
PRINTING INDONESIA
• Masa Pajak (mm-yyyy): 10-2021
• Kode Objek Pajak: 28-423-01
• Dasar Pengenaan Pajak: 40.000.000
• Tarif (%): 0,5
• PPh yang dipotong/dipungut: 200.000
• Dokumen Referensi:
invoice nomor 145/9924-09/21 tanggal 7 Oktober 2021
• Nomor dan Tanggal Surat Keterangan :
KET-00010/PP23/WPJ.13/KP.0203/2021 tanggal 3
Januari 2021.

e. Penandatanganan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi


Instansi Pemerintah
Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah yang
dibuat dengan menggunakan Aplikasi e-Bupot Instansi Pemerintah
ditandatangani dengan menggunakan Tanda Tangan Elektronik.
Oleh karena itu, hasil cetakan (printout) bukti pemotongan/
pemungutan tersebut tidak perlu dibubuhi tanda tangan basah
dan/atau stempel.
-21-

5. Perubahan dan Penghapusan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi


Instansi Pemerintah
a. Perubahan (edit) atau penghapusan (delete) hanya dapat dilakukan
sebelum SPT Unifikasi Instansi Pemerintah disampaikan.
b. Perubahan (edit) dapat dilakukan atas setiap bagian pada Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah, kecuali
untuk nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah, sehingga apabila dilakukan perubahan, nomor Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah, tidak
berubah.
c. Atas Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah
yang dihapus, nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi
Instansi Pemerintah tidak dapat digunakan untuk transaksi lain
dan tidak muncul di SPT Unifikasi Instansi Pemerintah, namun
nomor tersebut tetap ditampilkan di menu Aplikasi e-Bupot Instansi
Pemerintah dengan status telah dihapus.
d. Pemotong/Pemungut Pajak harus memberikan Bukti Pemotongan/
Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah hasil Perubahan (edit)
kepada pihak yang dipotong dan/atau dipungut.
Contoh 6:
KEMENTERIAN DSD pada tanggal 24 Oktober 2021 membayar sewa
atas tanah dan bangunan sebesar Rp25.000.000,00 kepada
PT PURI ANJASMORO. Atas transaksi tersebut KEMENTERIAN DSD
melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp2.500.000,00
serta membuat Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah dengan nomor 1000000095. Selain itu, KEMENTERIAN
DSD juga melakukan pemungutan PPN sebesar Rp2.500.000,00.

Pada tanggal 27 Oktober 2021 diketahui terdapat kesalahan tulis


pada Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah
nomor 1000000095 atas nilai pembayaran sewa tanah dan
bangunan kepada PT PURI ANJASMORO yang seharusnya sebesar
Rp25.000.000,00. Untuk itu KEMENTERIAN DSD melakukan
perubahan atas Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi nomor
1000000095 dengan perincian sebagai berikut:
-22-

Bukti Pemotongan/ Bukti Pemotongan/


Pemungutan Unifikasi Pemungutan Unifikasi
Uraian
Instansi Pemerintah Instansi Pemerintah
yang diubah hasil perubahan
Nomor 1000000095 1000000095
Pembetulan ke_ 0 0
Identitas WP PT PURI ANJASMORO PT PURI ANJASMORO
yang dipotong/
dipungut
Masa Pajak 10-2021 10-2021
(mm-yyyy)
Kode Objek 28-403-02 28-403-02
Pajak
Jumlah 2.500.000 25.000.000
Penghasilan
Bruto
Tarif (%) 10 10
PPh yang 250.000 2.500.000
dipotong/
dipungut
Tanggal 24 Oktober 2021 27 Oktober 2021

Selanjutnya KEMENTERIAN DSD harus memberikan Bukti


Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah hasil
perubahan kepada PT PURI ANJASMORO sesuai ketentuan.

6. Pembetulan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi


Pemerintah
a. Pembetulan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah dapat dilakukan setelah dilaporkan dalam SPT Unifikasi
Instansi Pemerintah.
b. Pembetulan dapat dilakukan dalam hal:
1) PPh kurang dipotong/dipungut;
2) PPh lebih dipotong/dipungut; dan/atau
3) terdapat kesalahan data/informasi atas setiap bagian pada
Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah,
kecuali untuk nomor, Masa Pajak, dan identitas Wajib Pajak.
c. PPh yang dipotong/dipungut sebagaimana dimaksud pada angka 6
huruf (b) poin 2 terjadi dalam hal jumlah pajak yang dipotong atau
dipungut lebih besar daripada pajak yang seharusnya dipotong atau
dipungut karena adanya pembetulan/pembatalan Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah dan/atau
penggantian/ pembatalan Bukti Pemungutan PPN/PPnBM.
-23-

d. Nomor dan Masa Pajak yang dicantumkan dalam Bukti


Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah
Pembetulan adalah sama dengan nomor dan Masa Pajak pada Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah yang
dibetulkan.
e. Tanggal pembetulan sesuai tanggal dibuatkannya Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah
Pembetulan.
f. Pembetulan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah wajib dilaporkan oleh Pemotong/Pemungut Pajak dalam
pembetulan SPT Unifikasi Instansi Pemerintah.
g. Pemotong/Pemungut Pajak harus memberikan Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah
Pembetulan kepada pihak yang dipotong dan/atau dipungut.
Contoh 7:
Setelah menyampaikan SPT Unifikasi Instansi Pemerintah
Masa Pajak September 2021, pada tanggal 29 Oktober 2021
KEMENTERIAN DSD menerima Faktur Pajak Pengganti atas jasa
instalasi/pemasangan CCTV dari PT GUNDALA sebagaimana pada
contoh 2 yang semula mencantumkan tagihan sebesar
Rp33.000.000,00 (termasuk PPN) menjadi seharusnya sebesar
Rp44.000.000,00 (termasuk PPN).

KEMENTERIAN DSD harus membuat Bukti Pemotongan/


Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah Pembetulan atas Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah
nomor 1000000037. Persandingan data pada Bukti Pemotongan/
Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah yang dibetulkan dan
Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah
Pembetulan adalah sebagai berikut:

Bukti Pemotongan/ Bukti Pemotongan/


Pemungutan Unifikasi Pemungutan Unifikasi
Uraian
Instansi Pemerintah Instansi Pemerintah
yang dibetulkan Pembetulan
Nomor 1000000037 1000000037
Pembetulan 0 1
ke_
Identitas WP PT GUNDALA PT GUNDALA
yang dipotong/
dipungut
Masa Pajak 09-2021 09-2021
(mm-yyyy)
Kode Objek 24-104-28 24-104-28
Pajak
-24-

Jumlah 30.000.000 40.000.000


Penghasilan
Bruto
Tarif (%) 2 2
PPh yang 600.000 800.000
Dipotong
Tanggal 17 September 2021 29 Oktober 2021

Karena pembetulan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi


Instansi Pemerintah tersebut mengakibatkan jumlah PPh Pasal 23
yang harus dipotong menjadi lebih besar, maka KEMENTERIAN DSD
harus melunasi kekurangan setor PPh Pasal 23 sebesar
Rp200.000,00 ke kas negara.

Berubahnya Dasar Pengenaan Pajak dari semula Rp30.000.000,00


menjadi Rp40.000.000,00 dengan dibuatkannya Faktur Pajak
Pengganti oleh rekanan mengakibatkan adanya PPN yang kurang
dipungut sebesar Rp1.000.000,00. Nilai PPN yang kurang dipungut
merupakan selisih dari nilai PPN terutang yang semula
Rp3.000.000,00 kemudian menjadi Rp4.000.000,00 dan atas selisih
Rp1.000.000,00 tersebut KEMENTERIAN DSD harus melunasinya ke
kas negara.

Selanjutnya KEMENTERIAN DSD harus menyampaikan pembetulan


SPT Unifikasi Instansi Pemerintah Masa Pajak September 2021.

Contoh 8:
Setelah menyampaikan SPT Unifikasi Instansi Pemerintah untuk
Masa Pajak Oktober, pada tanggal 25 November 2021 KEMENTERIAN
DSD menerima koreksi dari PT TZARINA sehubungan dengan
kesalahan pengisian Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi
Instansi Pemerintah dengan nomor 1000000098 yang dibuat pada
tanggal 26 Oktober 2021.

PT TZARINA menyatakan bahwa biaya jasa manajemen yang ditagih


ke KEMENTERIAN DSD adalah sebesar Rp5.000.000,00 bukan
sebesar Rp15.000.000,00 sebagaimana tercantum pada Bukti
Pemotongan/ Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah atas
pemotongan PPh Pasal 23 dengan nomor 1000000098.

Dengan asumsi bahwa tarif PPh Pasal 23 atas imbalan jasa


manajemen yang berlaku saat terjadinya transaksi adalah sebesar 2%
dari jumlah bruto, maka KEMENTERIAN DSD terlebih dahulu
membuat Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah Pembetulan atas Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah nomor 1000000098.

Persandingan data pada Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi


Instansi Pemerintah yang dibetulkan dan Bukti Pemotongan/
-25-

Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah Pembetulan adalah


sebagai berikut:

Bukti Pemotongan/ Bukti Pemotongan/


Pemungutan Unifikasi Pemungutan Unifikasi
Uraian
Instansi Pemerintah Instansi Pemerintah
yang dibetulkan Pembetulan
Nomor 1000000098 1000000098
Pembetulan 0 1
ke_
Identitas WP PT TZARINA PT TZARINA
yang
dipotong/
dipungut
Masa Pajak 10-2021 10-2021
(mm-yyyy)
Kode Objek 24-104-02 24-104-02
Pajak
Jumlah 15.000.000 5.000.000
Penghasilan
Bruto
Tarif (%) 2 2
PPh yang 300.000 100.000
Dipotong
Tanggal 26 Oktober 2021 25 November 2021

Pembetulan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi


Pemerintah tersebut di atas menyebabkan adanya PPh Pasal 23 yang
telah dipotong lebih besar daripada yang seharusnya dipotong,
dengan rincian sebagai berikut:

PPh Pasal 23 yang telah dipotong : Rp300.000,00

PPh Pasal 23 yang seharusnya dipotong : Rp100.000,00 (-)

PPh Pasal 23 yang lebih dipotong : Rp200.000,00

KEMENTERIAN DSD menyampaikan pembetulan SPT Unifikasi


Instansi Pemerintah pada tanggal 25 November 2021. Pembetulan
Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah pada
contoh di atas menyebabkan jumlah pajak yang seharusnya dipotong
lebih kecil daripada jumlah pajak yang telah dipotong. Sesuai
ketentuan Pasal 13 ayat (1) huruf b, atas kelebihan pemotongan
tersebut, KEMENTERIAN DSD dapat mengajukan permohonan
pemindahbukuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
-26-

7. Pembatalan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi


Pemerintah
Apabila Pemotong/Pemungut Pajak melakukan pembatalan atas
transaksi yang telah dibuat Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi
Instansi Pemerintah, dan telah dilaporkan di SPT Unifikasi Instansi
Pemerintah, maka Pemotong/Pemungut Pajak harus melakukan
pembatalan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah
Pembatalan dapat dibuat dalam hal transaksi yang terutang PPh
benar telah dibatalkan.
b. Nomor dan Masa Pajak yang dicantumkan dalam Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah
Pembatalan adalah sama dengan nomor pada Bukti Pemotongan/
Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah sebelum dibatalkan.
c. Kolom “Dasar Pengenaan Pajak” dan kolom “PPh yang
Dipotong/Dipungut/Ditanggung Pemerintah” akan terisi dengan
nilai nol (“0”). Selain kedua kolom tersebut, kolom terisi dengan
data sebagaimana terdapat pada Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah yang dibatalkan.
d. Tanggal Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah Pembatalan adalah sesuai tanggal dibuatkannya
pembatalan tersebut.
e. Pembatalan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah harus dilaporkan oleh Pemotong/Pemungut Pajak
dalam pembetulan SPT Unifikasi Instansi Pemerintah.
f. Pemotong/Pemungut Pajak harus memberikan Bukti Pemotongan/
Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah Pembatalan kepada
pihak yang dipotong dan/atau dipungut.
Contoh 9:
Pada November 2021 KEMENTERIAN DSD membuat kesepakatan
dengan PT ALFA untuk pengadaan souvenir sosialisasi dengan nilai
kontrak sebesar Rp100.000.000,00. Biaya tersebut akan dibayar
dalam 3 (tiga) kali termin pembayaran, yaitu:

a. 30% atau Rp30.000.000,00 dibayar pada 30 November 2021,

b. 30% atau Rp30.000.000,00 dibayar pada 24 Desember 2021,


-27-

c. Sisanya akan dibayar pada tanggal 30 Desember 2021.

Atas pembayaran sebesar Rp30.000.000,00 pada tanggal


30 November 2021, KEMENTERIAN DSD membuat Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah dengan
nomor 1000000125. Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi
Instansi Pemerintah tersebut kemudian dilaporkan dalam SPT
Unifikasi Instansi Pemerintah Masa Pajak Oktober 2021 pada tanggal
20 Desember 2021.

Sebelum termin pembayaran kedua, KEMENTERIAN DSD


menemukan kecacatan pada souvenir yang dikirimkan oleh PT ALFA.
KEMENTERIAN DSD kemudian memutuskan untuk membatalkan
kontrak dan melakukan pengembalian atas seluruh souvenir yang
telah diterima.

Maka KEMENTERIAN DSD terlebih dahulu membuat Bukti


Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah Pembatalan
atas Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah
nomor 1000000125.

Berikut adalah persandingan data pada Bukti Pemotongan/


Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah yang dibatalkan dan
Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah
Pembatalannya:

Bukti Pemotongan/ Bukti Pemotongan/


Pemungutan Unifikasi Pemungutan Unifikasi
Uraian
Instansi Pemerintah Instansi Pemerintah
yang dibatalkan Pembatalan
Nomor 1000000125 1000000125
Pembatalan X

Identitas WP PT ALFA PT ALFA


yang
dipotong/
dipungut
Masa Pajak 11-2021 11-2021
(mm-yyyy)
Kode Objek 22-910-01 22-910-01
Pajak
Jumlah 36.000.000 0
Penghasilan
Bruto
Tarif (%) 1.5 1.5
PPh yang 540.000 0
Dipotong
Tanggal 30 November 2021 22 Desember 2021
Pembatalan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah pada contoh di atas menyebabkan kelebihan penyetoran
PPh Pasal 22, selain itu pembatalan tersebut juga mengakibatkan
kelebihan penyetoran PPN akibat dibatalkannya Faktur Pajak oleh
-28-

PT ALFA. Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi


Pemerintah Pembatalan serta pembatalan Faktur Pajak harus
dilaporkan dalam pembetulan SPT Unifikasi Instansi Pemerintah atas
Masa Pajak yang bersangkutan. Dan atas kelebihan penyetoran PPh
Pasal 22 dan PPN tersebut, KEMENTERIAN DSD dapat mengajukan
permohonan Pemindahbukuan ke KPP sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.

Contoh 10:
Pada tanggal 26 Desember 2021, KEMENTERIAN DSD menyadari
adanya kesalahan pengisian NPWP pada Bukti Pemotongan/
Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah nomor 1000000120 atas
nama PT GUDANG GULA yang telah dibuatkan Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah pada
tanggal 29 November 2021.
Kesalahan pengisian NPWP terjadi karena KEMENTERIAN DSD salah
memasukkan NPWP PT GUDANG GULA (NPWP 01.123.456.8-603.000)
yang seharusnya adalah NPWP CV ARASHEL (NPWP 01.123.457.7-
603.000).
Atas kesalahan pengisian NPWP dimaksud, KEMENTERIAN DSD
menindaklanjutinya dengan:
1. Membatalkan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah nomor 1000000120;
2. membuat Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah tambahan untuk menggantikan bukti potong yang
dibatalkan tersebut.
Hal ini dilakukan karena atas kesalahan pengisian identitas pihak
yang dipotong tidak dapat dilakukan pembetulan Bukti Pemotongan/
Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah.
KEMENTERIAN DSD membuat pembatalan dengan perincian sebagai
berikut:

Bukti
Bukti
Pemotongan/Pemungutan
Pemotongan/Pemungutan
Uraian Unifikasi Instansi
Unifikasi Instansi
Pemerintah yang
Pemerintah Pembatalan
dibatalkan
Nomor 10000000120 1000000120

Pembatalan X
Identitas WP PT GUDANG GULA PT GUDANG GULA
yang
dipotong/
dipungut
NPWP 01.123.456.8-603.000 01.123.456.8-603.000

Masa Pajak 11-2021 11-2021


(mm-yyyy)
-29-

Kode Objek 28-403-02 28-403-02


Pajak
Jumlah 210.000.000 0
Penghasilan
Bruto
Tarif (%) 10 10
PPh yang 21.000.000 0
Dipotong
Tanggal 29 November 2021 26 Desember 2021
Asumsi penomoran terakhir Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi
Instansi Pemerintah adalah 1000000140, selanjutnya KEMENTERIAN
DSD membuat Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah yang baru dengan pengisian sebagai berikut:

Bukti Pemotongan/
Uraian Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah yang baru
Nomor 1000000141
Pembetulan ke 0
Identitas WP yang PT ARASHEL
dipotong/dipungut
NPWP 01.123.457.7-603.000
Masa Pajak (mm-yyyy) 11-2021
Kode Objek Pajak 24-104-17
Dasar Pengenaan Pajak 20.000.000
Tarif (%) 2
PPh yang dipotong/dipungut 400.000
Tanggal 26 Desember 2021

KEMENTERIAN DSD selaku Pemotong/Pemungut Pajak harus


memberikan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah dengan nomor 1000000141 kepada PT ARASHEL.
Selanjutnya KEMENTERIAN DSD menyampaikan pembetulan SPT
Unifikasi Instansi Pemerintah Masa Pajak November 2021 melalui
Aplikasi e-Bupot Instansi Pemerintah.

8. Penambahan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi


Pemerintah
Dalam hal Pemotong/Pemungut Pajak menyadari adanya transaksi
yang seharusnya dipotong/dipungut PPh tetapi belum dilakukan
pemotongan/pemungutan atau pembuatan Bukti Pemotongan/
Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah, maka Pemotong/Pemungut
Pajak dapat melakukan pembuatan Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah tambahan. Penambahan Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah dapat
dilakukan dalam hal Pemotong/Pemungut Pajak telah menyampaikan
-30-

SPT Unifikasi Instansi Pemerintah untuk Masa Pajak tersebut.


Beberapa ketentuan penambahan Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah adalah sebagai berikut:
a. Nomor Urut yang dicantumkan dalam Bukti Pemotongan/
Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah tambahan adalah nomor
lanjutan dari nomor terakhir Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah yang dibuat oleh
Pemotong/Pemungut Pajak. Dalam hal penambahan Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah tersebut
terjadi di tahun-tahun berikutnya, maka Nomor Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah adalah
lanjutan dari Nomor Urut Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi
Instansi Pemerintah yang terakhir dibuat di tahun terjadinya
transaksi.
b. Masa Pajak yang dicantumkan dalam Bukti Pemotongan/
Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah tambahan adalah Masa
Pajak terjadinya transaksi yang terutang pajak.
c. Tanggal yang dicantumkan pada Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah tambahan adalah tanggal saat
dibuatnya Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah tambahan.
d. Penambahan dapat dilakukan sepanjang SPT Unifikasi Instansi
Pemerintah masih dapat dilakukan pembetulan sesuai dengan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
e. Penambahan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah harus dilaporkan oleh Pemotong/Pemungut Pajak
dalam pembetulan SPT Unifikasi Instansi Pemerintah.
f. Pemotong/Pemungut Pajak harus memberikan tambahan Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah kepada
pihak yang dipotong dan/atau dipungut.
Contoh 11:
KEMENTERIAN DSD telah menyampaikan SPT Unifikasi Instansi
Pemerintah Masa Pajak Desember 2021 pada tanggal 20 Januari
2022.

Pada tanggal 24 Januari 2022, bagian keuangan KEMENTERIAN DSD


mengetahui adanya transaksi pembayaran imbalan jasa penerjemah
-31-

kepada PT YG TRANSLATION sebesar Rp9.900.000,00 (termasuk PPN)


yang dibayarkan pada tanggal 13 Desember 2021 ternyata belum
dibuatkan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah atas PPh Pasal 23 dan belum melaporkan Bukti
Pemungutan PPN.

Asumsi bahwa tarif PPh Pasal 23 atas imbalan jasa penerjemah yang
berlaku saat terjadinya transaksi adalah sebesar 2% dari jumlah
bruto. Atas transaksi tersebut, KEMENTERIAN DSD harus membuat
Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah yang
baru dan melaporkannya beserta Bukti Pemungutan PPN.

Atas transaksi ke PT YG TRANSLATION yang belum dibuatkan


Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah,
KEMENTERIAN DSD membuat Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah tambahan dengan perincian sebagai
berikut:
 Jenis Bukti Pemotongan/Pemungutan: PPh Tidak Final
 Nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah: 1000000165
 Identitas WP yang Dipotong/Dipungut: PT YG TRANSLATION
 Masa Pajak (mm-yyyy): 12-2021
 Kode Objek Pajak: 24-104-55
 Dasar Pengenaan Pajak: 9.000.000
 Tarif (%): 2
 PPh yang Dipotong/Dipungut: 180.000
 Dokumen Referensi:
invoice 143/5874-15/21 tanggal 10 Desember 2021
 Tanggal: 24 Januari 2022

Contoh 12:

Berdasarkan audit pada 5 Februari 2022, INSPEKTORAT JENDERAL


menemukan adanya pembayaran sewa atas tanah dan/atau
bangunan dari KEMENTERIAN DSD kepada PT CIPUTRI LAND
sebesar Rp66.000.000,00 (termasuk PPN) yang telah dibayar pada
tanggal 8 September 2021 tetapi belum direkam, belum membuat
bukti pemotongan atas PPh Pasal 4 ayat (2) dan belum melaporkan
Bukti Pemungutan PPN.

Asumsi tarif PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan sewa atas tanah
dan/atau bangunan yang berlaku saat terjadinya transaksi adalah
sebesar 10% dari jumlah bruto. Atas transaksi tersebut,
KEMENTERIAN DSD harus membuat Bukti Pemotongan/
Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah tambahan dan Bukti
Pemungutan PPN serta melaporkannya dalam pembetulan SPT
Unifikasi Instansi Pemerintah.
-32-

Nomor yang tertera pada Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi


Instansi Pemerintah baru akan di-generate oleh sistem dengan
meneruskan nomor terakhir dari Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah yang dibuat di tahun 2021.

Asumsi bahwa Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi


Pemerintah terakhir yang telah dibuat di tahun 2021 bernomor
1000000185, maka Bukti Pemotongan tambahan yang dibuat berisi
data sebagai berikut:
 Jenis Bukti Pemotongan/Pemungutan: PPh Final
 Nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah: 1000000186
 Identitas WP yang dipotong/dipungut: PT CIPUTRI LAND
 Masa Pajak (mm-yyyy): 09-2021
 Kode Objek Pajak: 28-403-02
 Dasar Pengenaan Pajak: 60.000.000
 Tarif (%): 10
 PPh yang dipotong/dipungut: 6.000.000
 Dokumen Referensi:
invoice 143/5896-15/21 tanggal 6 September 2021.
Selain terkait penomoran yang meneruskan nomor Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah terakhir
yang dibuat di tahun 2021 (tahun terjadinya transaksi), Masa Pajak
yang harus dicantumkan dalam Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah baru tersebut adalah Masa Pajak
terjadinya transaksi (September 2021). Sedangkan tanggal
pembuatan adalah sesuai tanggal dibuatnya Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah baru di
Bulan Februari 2022.

9. Penyampaian Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi


Pemerintah kepada pihak yang dipotong atau dipungut
a. Pemotong/Pemungut Pajak harus memberikan Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah kepada
pihak yang dipotong dan/atau dipungut.
b. Dalam hal dibuat tambahan Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah, Pemotong/Pemungut Pajak harus
memberikan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah kepada pihak yang dipotong dan/atau dipungut.
Ketentuan ini juga berlaku dalam hal terjadi perubahan,
pembetulan, atau pembatalan.
c. Pemberian Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah melalui Aplikasi e-Bupot Instansi Pemerintah dapat
-33-

dilakukan dengan cara mengirim surel (email) atau dengan cara


mencetak dan memberikan Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah.
10. Pelaporan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah dalam SPT Unifikasi Instansi Pemerintah
Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah
dilaporkan melalui SPT Unifikasi Instansi Pemerintah dan disampaikan
melalui Aplikasi e-Bupot Instansi Pemerintah.
-34-

D. FORMAT SPT UNIFIKASI INSTANSI PEMERINTAH


1. FORMAT INDUK SPT UNIFIKASI INSTANSI PEMERINTAH
-35-

PETUNJUK PENGISIAN
INDUK SPT UNIFIKASI INSTANSI PEMERINTAH

Huruf H.1 : diisi dengan bulan dan tahun kalender dalam format dan
mm-yyyy. Misalnya Masa Pajak September 2021, maka
ditulis 09-2021.
Huruf H.2 : Isikan tanda silang (X) pada kotak, jika merupakan SPT Normal.
Huruf H.3 : Diisi tanda silang (X) pada kotak dalam hal merupakan SPT
Pembetulan
Huruf H.4 : Diisi dengan urutan pembetulan dalam angka.

A. Identitas Instansi Pemerintah


Huruf A.1 : Diisi dengan NPWP Instansi Pemerintah.
Huruf A.2 : Diisi dengan nama Instansi Pemerintah.
Huruf A.3 : Diisi dengan alamat sebenarnya dari Instansi Pemerintah.
Huruf A.4 : Diisi dengan nomor telepon Instansi Pemerintah.

B. Resume Pajak yang Telah Dilakukan Pemotongan/Pemungutan oleh


Instansi Pemerintah
I. PPh yang Telah Dilakukan Pemotongan/Pemungutan
Angka 1 s.d 5 Kolom B.3 : Diisi jumlah nilai PPh yang telah dilakukan
pemotongan/pemungutan dan/atau ditanggung
Pemerintah untuk PPh Pasal 4 ayat (2), PPh
Pasal 15, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, dan PPh
Pasal 26.
Angka 6 Kolom B.3 : Diisi total nilai PPh yang telah dipotong, dipungut
dan/atau ditanggung Pemerintah hasil
penjumlahan pada Angka 1 s.d Angka 5
Kolom B.3.
II. PPN dan/atau PPnBM yang Dipungut
Angka 7 Kolom B.3 : Diisi jumlah nilai PPN dan PPnBM yang dipungut
atau ditanggung Pemerintah
III. Total Pajak yang Dipotong/Dipungut oleh Instansi Pemerintah
Kolom B.3 : Diisi total nilai pajak yang dipotong, dipungut
dan/atau ditanggung Pemerintah, penjumlahan
Angka 6 Kolom B.3 dan Angka 7 Kolom B3.
-36-

C. Pernyataan dan Tanda Tangan Pemotong/Pemungut Pajak


Huruf C.1 : Diisi nama pejabat penandatangan SPT Unifikasi Instansi
Pemerintah.
Huruf C.2 : Diisi dengan tanggal pembuatan SPT, dengan format penulisan
dd-mm-yyyy. Contoh tanggal pembuatan SPT adalah
13 September 2021, maka ditulis 13-09-2021.
Huruf C.3 : Merupakan pernyataan Wajib Pajak atas pengisisan SPT bahwa
apa yang telah diberitahukan di SPT adalah benar, lengkap dan
jelas.
Huruf C.4 : Merupakan kode QR yang dapat digunakan untuk verifikasi
tanda terima SPT dan resume isian SPT Unifikasi Instansi
Pemerintah.
Penyampaian SPT Unifikasi Instansi Pemerintah melalui Aplikasi
e-Bupot Instansi Pemerintah tidak memerlukan tanda tangan
dan cap basah dikarenakan SPT Unifikasi Instansi Pemerintah
ditandatangani secara elektronik dengan Tanda Tangan
Elektronik menggunakan Sertifikat Elektronik atau Kode
Otorisasi DJP.
-37-

2. FORMAT DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN UNIFIKASI


INSTANSI PEMERINTAH
-38-

PETUNJUK PENGISIAN
DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN UNIFIKASI
INSTANSI PEMERINTAH

Huruf H.1 : Diisi dengan NPWP Instansi Pemerintah.


Huruf H.2 : Diisi dengan nama Instansi Pemerintah.
Huruf H.3 : diisi dengan bulan dan tahun kalender dalam format dan
mm-yyyy. Misalnya Masa Pajak September 2021, maka
ditulis 09-2021.

Daftar Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah


Angka 1 s.d 50 Kolom A.2 : Diisi dengan NPWP, Nomor Induk Kependudukan
(NIK), atau Tax Identification Number (TIN) pihak
yang dipotong, dipungut dan/atau ditanggung
Pemerintah.
Angka 1 s.d 25 Kolom A.3 : Diisi dengan nama pihak yang dipotong, dipungut
dan/atau ditanggung Pemerintah sesuai yang
tercantum pada Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah.
Angka 1 s.d 25 Kolom A.4 : Diisi dengan jenis PPh yang dipotong, dipungut
dan/atau ditanggung Pemerintah, yakni salah
satu di antara PPh Pasal 4 ayat (2), Pasal 15,
Pasal 22, Pasal 23 atau Pasal 26.
Angka 1 s.d 25 Kolom A.5 : Diisi dengan Kode Objek Pajak dari pemotongan,
pemungutan dan/atau ditanggung Pemerintah.
Angka 1 s.d 25 Kolom A.6 : Diisi dengan nomor Bukti Pemotongan/
Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah.
Angka 1 s.d 25 Kolom A.7 : Diisi dengan tanggal Bukti Pemotongan/
Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah
dengan format penulisan dd-mm-yyyy.
Angka 1 s.d 25 Kolom A.8 : Diisi dengan nilai penghasilan bruto yang menjadi
dasar pengenaan pajak atas PPh yang dipotong,
dipungut dan/atau ditanggung Pemerintah sesuai
yang tercantum dalam Bukti Pemotongan/
Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah.
Angka 1 s.d 25 Kolom A.9 : Diisi dengan total nilai PPh yang dipotong,
dipungut dan/atau ditanggung Pemerintah sesuai
-39-

yang tercantum dalam Bukti Pemotongan/


Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah.
Huruf I Kolom A.8 : Diisi total penghasilan bruto yang menjadi dasar
pengenaan pajak PPh yang dipotong/dipungut.
Huruf I Kolom A.9 : Diisi dengan total nilai PPh yang
dipotong/dipungut.
Angka 1 s.d 25 Kolom A.10 : Diisi dengan ID Subunit Organisasi Instansi
Pemerintah dalam hal Bukti Pemotongan/
Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah dibuat
oleh Subunit Organisasi Instansi Pemerintah.
Angka 1 s.d 25 Kolom A.11 : Diisi dengan keterangan sebagai berikut:
 SKB, jika PPh dibebaskan dari pemotongan berdasarkan Surat Keterangan
Bebas;
 SKD, jika PPh Pasal 26 dikenakan tarif sesuai Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda (P3B);
 DTP, jika PPh ditanggung oleh Pemerintah berdasarkan peraturan
perpajakan yang berlaku;
 FAS, jika PPh tersebut dikenakan tarif sesuai dengan aturan terkait
fasilitas perpajakan;
 PP23, jika PPh tersebut dikenakan tarif sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu;
 BE1 atau BE2 dst., jika Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi
Instansi Pemerintah merupakan pembetulan ke-1, ke-2, dan seterusnya;
 BA, jika Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah
merupakan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah
Pembatalan.
-40-

3. FORMAT DAFTAR BUKTI PEMUNGUTAN PPN/PPnBM


-41-

PETUNJUK PENGISIAN
DAFTAR BUKTI PEMUNGUTAN PPN/PPNBM

Huruf H.1 : Diisi dengan NPWP Instansi Pemerintah.


Huruf H.2 : Diisi dengan nama Instansi Pemerintah.
Huruf H.3 : Diisi dengan Masa Pajak dan tahun dengan format mm-yyyy.
Misalnya Masa Pajak September 2021, maka ditulis 09-2021.

PPN dan/atau PPnBM yang Dipungut


Angka 1 s.d 50 Kolom A.2 : Diisi dengan nama pihak yang dipungut PPN
dan/atau PPnBM.
Angka 1 s.d 50 Kolom A.3 : Diisi dengan NPWP/TIN pihak yang dipungut PPN
dan/atau PPnBM.
Angka 1 s.d 50 Kolom A.4 : Diisi dengan kode dan nomor seri Faktur Pajak.
Angka 1 s.d 50 Kolom A.5 : Diisi dengan tanggal Faktur Pajak dengan format
penulisan dd-mm-yyyy.
Angka 1 s.d 50 Kolom A.6 : Diisi dengan kode dan nomor seri Faktur Pajak
yang diganti.
Angka 1 s.d 50 Kolom A.7 : Diisi dengan nilai dasar pengenaan pajak yang
dipungut PPN dan/atau PPnBM.
Angka 1 s.d 50 Kolom A.8 : Diisi dengan nilai PPN yang dipungut.
Angka 1 s.d 50 Kolom A.9 : Diisi dengan nilai PPnBM yang dipungut.
Angka 1 s.d 50 Kolom A.10: Diisi dengan ID Subunit Organisasi Instansi
Pemerintah dalam hal perekaman Bukti
Pemungutan PPN/PPnBM dilakukan oleh Subunit
Organisasi Instansi Pemerintah.
Angka 51 kolom A.8 : Diisi dengan total nilai PPN yang dipungut yakni
penjumlahan Angka 1 s.d 50 Kolom A.8.
Angka 51 Kolom A.9 : Diisi dengan total nilai PPnBM yang dipungut
hasil penjumlahan Angka 1 s.d 50 Kolom A.9.
-42-

4. FORMAT DAFTAR SSP, BPN DAN/ATAU BUKTI PEMINDAHBUKUAN

PETUNJUK PENGISIAN
-43-

DAFTAR SSP, BPN DAN/ATAU BUKTI PEMINDAHBUKUAN

Huruf H.1 : Diisi dengan NPWP Instansi Pemerintah.


Huruf H.2 : Diisi dengan nama Instansi Pemerintah.
Huruf H.3 : Diisi dengan Masa Pajak dan tahun dengan format mm-yyyy.
Misalnya Masa Pajak September 2021, maka ditulis 09-2021.

Angka 1 s.d 25 Kolom A.2 : Diisi dengan kode akun pajak (KAP).
Angka 1 s.d 25 Kolom A.3 : Diisi dengan kode jenis setoran (KJS).
Angka 1 s.d 25 Kolom A.4 : Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN)
dalam hal dokumen pembayaran berupa BPN,
nomor Bukti Pbk dalam hal dokumen pembayaran
berupa Bukti Pbk, atau nomor SP2D bagi Instansi
Pemerintah Pusat yang melakukan pembayaran
melalui mekanisme langsung (LS).
Angka 1 s.d 25 Kolom A.5 : Diisi dengan tanggal pembayaran sesuai dengan
BPN, tanggal pembayaran sesuai dengan Bukti
Pbk, atau tanggal pembayaran sesuai dengan
SP2D dengan format penulisan dd-mm-yyyy.
Angka 1 s.d 25 Kolom A.6 : Diisi dengan jumlah pajak yang disetor sesuai
BPN, jumlah Pemindahbukuan sesuai dengan
Bukti Pbk, atau jumlah pajak yang disetor sesuai
SP2D.
Angka 1 s.d 25 Kolom A.7 : Diisi dengan ID Subunit Organisasi Instansi
Pemerintah dalam hal perekaman SSP, BPN
dan/atau Bukti Pemindahbukuan dilakukan oleh
Subunit Organisasi Instansi Pemerintah.
-44-

E. TATA CARA PEMBUATAN SPT UNIFIKASI INSTANSI PEMERINTAH


1. Ketentuan Umum
Ketentuan ini meliputi ketentuan mengenai pembuatan dan
penyampaian SPT Unifikasi Instansi Pemerintah. Beberapa hal yang
harus diperhatikan Pemotong/Pemungut Pajak dalam membuat SPT
Unifikasi Instansi Pemerintah:
a. Aplikasi e-Bupot Instansi Pemerintah dapat digunakan untuk
membuat Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah sekaligus menyampaikan SPT Unifikasi Instansi
Pemerintah bagi pengguna Aplikasi e-Bupot Instansi Pemerintah.
b. Sebelum melakukan pengisian SPT Unifikasi Instansi Pemerintah,
Pemotong/Pemungut Pajak terlebih dahulu membaca petunjuk
pembuatan dan penyampaian SPT Unifikasi Instansi Pemerintah.
c. Kolom-kolom identitas yang terdapat dalam Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah dan SPT
Unifikasi Instansi Pemerintah wajib diisi oleh Pemotong/Pemungut
Pajak secara benar, lengkap, dan jelas.
d. Dalam mengisi kolom-kolom yang berisi nilai rupiah harus diisi
tanpa nilai desimal. Contoh:
i. dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000
(BUKAN 10.000.000,00);
ii. dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen
adalah: 125 (BUKAN 125,50)
2. Aplikasi e-Bupot Instansi Pemerintah
Aplikasi e-Bupot Instansi Pemerintah disediakan melalui laman milik
DJP dan saluran tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak meliputi Penyedia Jasa Aplikasi Perpajakan dan Host to Host
(H2H). Host to Host adalah saluran khusus yang disediakan untuk
Wajib Pajak tertentu sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal
Pajak.
3. Prasyarat Penggunaan Aplikasi e-Bupot Instansi Pemerintah
a. Pemotong/Pemungut Pajak harus memiliki EFIN untuk membuka
akun DJP Online;
b. Pemotong/Pemungut Pajak harus memiliki Sertifikat Elektronik
atau Kode Otorisasi DJP untuk menandatangai secara elektronik
SPT Unifikasi Instansi Pemerintah dengan Tanda Tangan
Elektronik.
-45-

4. Pembuatan SPT Unifikasi Instansi Pemerintah di Aplikasi e-Bupot


Instansi Pemerintah
a. Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah yang
telah dibuat, tersaji secara otomatis pada draft SPT Unifikasi
Instansi Pemerintah Masa Pajak terjadinya transaksi dengan
melakukan “posting Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi
Instansi Pemerintah”.
b. Pemotong/Pemungut Pajak memastikan jumlah PPh yang disetor:
1) memiliki jumlah yang sama dengan jumlah PPh yang telah
dipotong dan/atau dipungut; dan
2) memiliki Kode Akun Pajak (KAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS)
yang sesuai dengan Kode Akun Pajak (KAP) dan Kode Jenis
Setoran (KJS) atas PPh yang telah dipotong/dipungut.
c. Pemotong/Pemungut Pajak memasukkan NTPN yang tertera dalam
SSP atau BPN, atau nomor Bukti Pemindahbukuan yang tercantum
dalam Bukti Pbk, dan/atau nomor SP2D dalam hal pembayaran
dilakukan Instansi Pemerintah Pusat melalui mekanisme LS.
d. Aplikasi e-Bupot Instansi Pemerintah akan melakukan validasi
NTPN dan Nomor Bukti Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud
pada huruf c.
e. Pemotong/Pemungut Pajak harus memastikan SPT Unifikasi
Instansi Pemerintah telah diisi dengan lengkap, benar, dan jelas
serta ditandatangani secara elektronik sebelum disampaikan.

5. Penyampaian SPT Unifikasi Instansi Pemerintah di Aplikasi e-Bupot


Instansi Pemerintah
a. SPT Unifikasi Instansi Pemerintah disampaikan melalui Aplikasi
e-Bupot Instansi Pemerintah.
b. Atas penyampaian SPT Unifikasi Instansi Pemerintah melalui
Aplikasi e-Bupot Instansi Pemerintah, Pemotong/Pemungut Pajak
akan mendapatkan Bukti Penyampaian Elektronik (BPE) yang
merupakan tanda terima penyampaian SPT Unifikasi Instansi
Pemerintah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
c. Nilai pajak terutang dalam BPE mencerminkan nilai total pajak
yang telah dipotong/dipungut sebagaimana tercantum pada
Angka III Kolom B.3 Induk SPT Unifikasi Instansi Pemerintah.
d. Dokumen Elektronik SPT Unifikasi Instansi Pemerintah dan Bukti
-46-

Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah akan


tersimpan dalam akun Pemotong/Pemungut Pajak dalam jangka
waktu sesuai dengan ketentuan mengenai daluwarsa dalam
perundang-undangan perpajakan.
e. SPT Unifikasi Instansi Pemerintah dapat dicetak oleh
Pemotong/Pemungut Pajak sesuai keperluan/kepentingan
pengguna Aplikasi e-Bupot Instansi Pemerintah.

6. Keterlambatan Penyampaian SPT Unifikasi Instansi Pemerintah


Sanksi atas keterlambatan penyampaian SPT Unifikasi Instansi
Pemerintah pada suatu Masa Pajak dikenakan atas 2 (dua) jenis pajak
yaitu jenis pajak PPh dan jenis pajak PPN.
Contoh 13:
KEMENTERIAN DSD telah meyampaikan SPT Unifikasi Instansi
Pemerintah dengan rincian sebagai berikut:
SPT Unifikasi Instansi Pemerintah Masa Pajak Januari 2022
disampaikan pada 24 Februari 2022 dengan penyetoran PPh terutang
dilakukan pada tanggal 4 Februari 2022 dengan nilai:
1. PPh Pasal 4 ayat (2): Rp6.000.000,00
2. PPh Pasal 15: Rp0,00
3. PPh Pasal 22: Rp1.500.000,00
4. PPh Pasal 23: Rp25.000.000,00
5. PPh Pasal 26: Rp0,00
6. PPN Pemungut: Rp10.000.000,00
Atas keterlambatan tersebut, KEMENTERIAN DSD diberikan 1 (satu)
STP PPh sebesar Rp100.000,00, dan STP PPN sebesar Rp500.000,00.
Total besarnya STP yang diberikan untuk KEMENTERIAN DSD adalah
Rp600.000,00.

7. Pembetulan SPT Unifikasi Instansi Pemerintah


Pembetulan SPT Unifikasi Instansi Pemerintah dilakukan dengan
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Pernyataan tertulis dalam pembetulan SPT Unifikasi Instansi
Pemerintah tersebut dilakukan dengan cara memberi tanda pada
tempat yang telah disediakan dalam SPT yang menyatakan bahwa
Pemotong/Pemungut Pajak yang bersangkutan membetulkan SPT.
b. Pembetulan SPT Unifikasi Instansi Pemerintah tidak dapat
dilakukan apabila telah disampaikan surat pemberitahuan
pemeriksaan atau surat pemberitahuan pemeriksaan bukti
permulaan.
-47-

c. Apabila pembetulan SPT Unifikasi Instansi Pemerintah disebabkan


kekeliruan dalam pengisian Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah, Pemotong/Pemungut Pajak terlebih
dahulu harus membetulkan Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah yang telah dibuat.
d. Apabila pembetulan SPT Unifikasi Instansi Pemerintah disebabkan
pembatalan transaksi, Pemotong/Pemungut Pajak terlebih dahulu
harus membatalkan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi
Instansi Pemerintah yang telah dibuat dan/atau membatalkan
Bukti Pemungutan PPN/PPnBM yang sudah direkam.
e. Apabila pembetulan SPT Unifikasi Instansi Pemerintah disebabkan
adanya transaksi yang belum dipotong atau dipungut,
Pemotong/Pemungut Pajak terlebih dahulu harus membuat Bukti
Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi Pemerintah dan/atau
merekam Bukti Pemungutan PPN/PPnBM, atas transaksi yang
belum dilaporkan.
f. Apabila pembetulan SPT Unifikasi Instansi Pemerintah disebabkan
kekeliruan dalam pengisian Bukti Pemungutan PPN/PPnBM,
Pemotong/Pemungut Pajak harus melakukan penggantian atau
pembatalan Bukti Pemungutan PPN/PPnBM berdasarkan Faktur
Pajak pengganti atau Faktur Pajak yang dibatalkan dari PKP
Rekanan.
g. Berdasarkan perubahan data Bukti Pemotongan/Pemungutan
Unifikasi Instansi Pemerintah dan/atau Bukti Pemungutan
PPN/PPnBM sebagaimana dimaksud pada angka 3, angka 4, angka
5, dan angka 6 Pemotong/Pemungut Pajak melakukan pembetulan
pada Daftar Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Instansi
Pemerintah, Daftar Bukti Pemungutan PPN dan/atau PPnBM,
Daftar SSP, Bukti Penerimaan Negara dan/atau Bukti
Pemindahbukuan, dan Induk SPT Unifikasi Instansi Pemerintah.
-48-

h. Dalam hal pembetulan SPT Unifikasi Instansi Pemerintah


mengakibatkan adanya pajak yang kurang disetor, maka
Pemotong/Pemungut Pajak terlebih dahulu melunasi jumlah pajak
yang kurang disetor tersebut.
i. Dalam hal pembetulan SPT Unifikasi Instansi Pemerintah
mengakibatkan kelebihan penyetoran atas
pemotongan/pemungutan pajak, maka Pemotong/Pemungut Pajak
dapat mengajukan permohonan Pemindahbukuan atas kelebihan
penyetoran tersebut sesuai ketentuan sebagaimana diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara pembayaran dan
penyetoran pajak.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 18 Agustus 2021
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
ttd.

SURYO UTOMO

Salinan sesuai dengan aslinya


SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
u.b.
KEPALA BAGIAN UMUM

DWI BUDI ISWAHYU


NIP 19701102 199012 1 001

Anda mungkin juga menyukai