Anda di halaman 1dari 85

ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI

PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

BAB II
RENCANA USAHA ATAU KEGIATAN

2.1. IDENTITAS PEMRAKARSA DAN PENYUSUN AMDAL

2.1.1. PEMRAKARSA

Nama Perusahaan : PT Gunungbayan Pratamacoal


Alamat Kantor : Graha Irama Building Lt.12
Jl. HR. Rasuna Said Blok x-1, Kav.1 & 2
Jakarta Selatan
Penanggung Jawab : Eddie WF Chin
Jabatan : Direktur

2.1.2. PENYUSUN STUDI AMDAL


Studi AMDAL kegiatan pertambangan batubara PT Gunungbayan Pratamacoal disusun
oleh Tim Konsultan Penyusun AMDAL yang profesional dibidangnya yang terdiri dari
berbagai disiplin ilmu sesuai dengan kompetensi yang diperlukan dan lingkup studi serta
metodologi yang digunakan. Susunan dan anggota tim studi dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Tim Penyusun Studi AMDAL
No. Nama Bidang Keahlian Jabatan Sertifikat Kompetensi
1 Ir. Hamsyin, M.P. Tanah (AMDAL A,B Ketua Tim No.000292/SKPA/LSK-
dan C) INTAKINDO/XI/2010
2 Ir. Ibnu Hasyim, MT Geologi/ Tambang Tim Fisik Kimia
(AMDAL A)
3 Nina Hendraswari, S.P. Tanah/Pertanian Tim Fisik Kimia No.000160/SKPA/LSK-
INTAKINDO/II/2010
4 Ikhsan Hartani, S.Pi Perikanan Tim Biologi -
5 M.Isa.Mario,S.Hut Kehutanan Tim Biologi -
6 Nella Naomi Duakaju, STP. Sosekbud Tim Sosekbud No.00076/SKPA/LSK-
MP. INTAKINDO/XI/2009
7 Dewi Syafitri, S.K.M. Kesehatan Tim Kesmas -
masyarakat

2.2. URAIAN RENCANA USAHA DAN KEGIATAN

2.2.1. Gambaran Umum Kondisi Lokasi Tambang Batubara PT GBP

PT Gunungbayan Pratamacoal (PT GPB) sebagai salah satu pemegang PKP2B generasi
ke II Nomor : 002/PK/ PTBA-GBP/1994 tertanggal 15 Agustus 1994 dengan kode wilayah
KW. 05PB 0157 yang secara administratif lokasi/tapak proyek penambangan batubara
PT. GBP berada pada wilayah Kecamatan Jempang, Muara Pahu dan Siluq Ngeruai
Kabupaten Kutai Barat.

Kesampaian lokasi penambangan PT. GBP KW. 05PB0157 dapat ditempuh dari Jakarta
dengan rute perjalanan sebagai berikut:

- Dari bandara Soekarno-Hatta di Jakarta menuju bandara Sepinggan di Balikpapan


dengan menggunakan pesawat udara ditempuh dalam waktu kurang lebih selama 2
(dua) jam

RUANG LINGKUP STUDI II - 1


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

- Dari Balikpapan menuju Samarinda, dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan


roda empat melalui jalan raya Balikpapan – Samarinda sejauh 120 km, dengan waktu
tempuh sekitar 2 (dua) jam dan 30 menit

- Dari Samarinda menuju Kota Bangun, dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda
empat sejauh 152 km, dengan waktu tempuh sekitar 4 (empat) jam

Melalu jalur Sungai Mahakam dengan menggunakan kapal cepat (speedboat), dari Kota
Bangun ke lokasi melalui Kecamatan Kota Bangun menyusuri Sungai Mahakan dan Sungai
Kedang Pahu selama kurang lebih 2 - 2,5 jam. Dilanjutkan dengan jalur jalan darat ke
lokasi selama kurang lebih 1 jam.

Terdapat jalur alternatif untuk menuju lokasi penambangan PT GBP KW. 05PB0157, yaitu
dari Samarinda, menggunakan kapal cepat hingga ke lokasi kerja, dengan rute perjalanan
Samarinda – Kota Bangun – Gunungbayan (Manau) dengan jarak sekitar 355 km dan
waktu tempuh selama 7 (tujuh ) jam. Dilanjutkan dengan jalur jalan darat untuk menuju
lokasi sejauh 25 km dengan waktu tempuh selama kurang lebih 1 (satu) jam.

Sampai dengan saat ini, kegiatan operasional produksi masih terus dilakukan pada
beberapa blok, yaitu Blok Tlaga, Jabor, Dame, Rusuh dan Blok Klawit. Dalam rangka
optimalisasi pemanfaatan cadangan yang ada di wilayah PKB2B-nya, maka PT GBP
berniat untuk melakukan pengembangan tambahan cadangan batubara, sehingga
diharapkan operasi penambangan yang dilakukan oleh PT GBP mampu menambah
manfaat bagi seluruh pemangku kepentingan .

Berdasarkan data eksplorasi yang terus dilakukan oleh PT GBP, sampai dengan tahun
2009 ditemukan tambahan cadangan batubara yang layak tambang pada Blok Tlaga,
Jebor, Rusuh, Dame, Klawit dan Blok Payang, termasuk Pit Jumbo. Dengan adanya
penambahan jumlah cadangan tersebut dan rencana pengembangan Blok Payang serta
optimalisasi Pit Jumbo, Maka PT GBP bermaksud merubah rencana tambang dan rencana
produksi batubara di wilayah ini.

Secara geografis wilayah penambangan di dalam garis lintang : 0°28'05" – 0°37'21"


Lintang Selatan (LS) dan garis bujur 115°54' 40,3" - 116°02'28" Bujur Timur (BT). Luas
wilayah PKP2B PT. GBP KW. 05PB0157 sampai dengan saat ini adalah seluas 15.690 Ha.
Daftar koordinat wilayah PKP2B KW. 05PBO157 berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Pertambangan Umum Nomor 430.K/20.01/DJP/1999 adalah seperti terdapat tabel berikut
ini.

Tabel 2.2. Koordinat Wilayah PKP2B PT GBP KW. 05PB0157 (Peta 2.1)

Garis Bujur (BT) Garis Lintang (LS)


Titik Koordinat BB/BT LU/LS
0
' " 0
' "
1 115 55 52 BT 00 30 39 LS
2 115 02 28 BT 00 30 39 LS
3 115 02 28 BT 00 35 26 LS
4 115 00 37,30 BT 00 35 26 LS
5 115 00 37,30 BT 00 37 21 LS
6 115 55 36 BT 00 37 21 LS

RUANG LINGKUP STUDI II - 2


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Tabel 2.2. Lanjutan

Garis Bujur (BT) Garis Lintang (LS)


Titik Koordinat BB/BT LU/LS
0
' " 0
' "
7 115 55 36 BT 00 35 59 LS
8 115 54 40,30 BT 00 35 59 LS
9 115 54 40,30 BT 00 34 02 LS
10 115 55 2,30 BT 00 34 02 LS
11 115 55 2,30 BT 00 32 20 LS
12 115 55 52 BT 00 32 20 LS
Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor 430.K/20.01/DJP/1999

Wilayah tapak proyek penambangan batubara PT GBP ini meliputi areal eksploitasi
batubara, jalan tambang, jalan angkut, pengolahan batubara, stockpile batubara, dan
pelabuhan batubara (Peta 2.1.)

Tabel 2.3. Keadaan Lokasi Pertambangan Batubara PT GBP KW. 05PB0157


No Deskripsi Luas (Ha)
1 Luas wilayah PKP2B 15.690
Keadaan Areal Kerja S.d. Tahun 2010 S.d. Tahun 2018 *)
2 Area Tambang dan Fasilitas Tambang    
  a. Pit total 2.525,47 3.517,09
  b. Disposal area (outpit dump) 1.344,59 1.369,59
  c. Area Penimbunan Topsoil/ Area Reklamasi 2.731,29 4.370,29
  d. Sediment pond 8,50 3,50
  e. Jalan Angkut 59,85 45,00
  f. Jalan Penghubung dengan Fasilitas Penunjang 7,10 7,10
  g. Pelabuhan dan Stockpile Manau 6,35 6,35
  h. Intermediate Stockpile 5,26 5,26
  i. Stockpile Km 22 (Washing Plant) 5,20 5,20
  j. Fasilitas Penunjang 29,45 29,45
Jumlah Luas Areal Terganggu 6.723,06 9.358,83
Sumber : PT Gunungbayan Pratamacoal, 2010

Peruntukan lahan pada sekitar wilayah PKP2B PT GBP KW. 05PB0157 banyak
dimanfaatkan sebagai lokasi perkebunan yang diantaranya adalah di sebelah Timur
wilayah PKP2B terdapat kegiatan perkebunan milik PT. PP LONSUM (PT. PP London
Sumtera Indonesia dan PT. London Sumatera International), sedangkan pada sebelah
Tenggara terdapat aktifitas HPH PT. Sumber Mas Timber, dan di sebelah Timur Laut
terdapat daerah pariwisata Danau Jempang. Pola penggunaan lahan di Kecamatan
Jempang, dan Muara Pahu secara umum terbagi ke dalam 6 kategori besar, antara lain:
daerah pemukiman, lahan tegalan rawa, hutan belukar, hutan lebat dan badan perairan.

RUANG LINGKUP STUDI II - 3


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Peta 2.1. Peta Kesampaian wilayah PKB2B PT GBP

RUANG LINGKUP STUDI II - 4


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Peta 2.2. Peta Situasi dan tata letak Tambang PT GBP KW. 05PB0157

RUANG LINGKUP STUDI II - 5


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Peta 2.3. Peta Tata guna Lahan Kabupaten Kutai Barat

A. Keadaan dan Kondisi Penyebaran Lapisan Batubara

RUANG LINGKUP STUDI II - 6


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Berdasarkan kesatuan ciri litologinya, lokasi penambangan PT GBP termasuk dalam


Formasi Pamaluan dan satuan batuan penyusunnya terdiri dari 6 (enam) satuan
batuan dan endapan aluvial. Urutannya dari tua ke muda adalah sebagai berikut:
 Satuan Batulanau - Batupasir, terdiri dari perselingan batulanau dan batupasir
dengan sisipan batupasir dan batubara. Banyak dijumpai jejak fosil binatang dan
tumbuhan. Sebaran satuan ini meliputi Blok Tlaga dan Blok Klawit.
 Satuan Batulempung - Batulanau, terdiri dari perselingan batulempung dan
batulanau dengan sisipan batupasir serta batubara. Sebaran satuan ini meliputi
Blok Tlaga, Blok Jebor, Blok Dame dan Blok Rusuh.
 Satuan Batupasir 1, terdiri dari batupasir kuarsa, di bagian bawah satuan ini
terdapat sisipan batulanau dan batulempung. Tidak dijumpai lapisan batubara
pada satuan ini. Sebaran satuan ini menempati sekitar sumbu sinklin.
 Satuan Batulanau - Batulempung, terdiri dari perselingan batulanau dan
batulempung dengan sisipan batubara. Di bagian bawah dijumpai sisipan tipis
batupasir dengan struktur sedimen perlapisan sejajar, bergelombang, dan
lentikular. Sebaran satuan ini meliputi Blok Tlaga, Blok Jebor, Blok Rusuh.
 Satuan Batupasir 2, terdiri dari batupasir kuarsa, kadang karbonan dan
mengandung nodul oksida besi. Tidak dijumpai lapisan batubara pada satuan ini.
Sebaran satuan ini menempati sekitar sumbu sinklin.
 Satuan Batulanau, di bagian bawah terdiri dari perselingan batulanau,
batulempung dan batupasir dengan sisipan batubara. Sedangkan di bagian atas
terdiri dari batulanau dengan sisipan batulempung, batupasir dan lapisan
batubara. Sebaran satuan ini meliputi sebagian besar Blok Rusuh dan Blok
Payang.
 Endapan aluvial, terdiri dari material lepas berukuran lempung sampai kerakal,
sebagai hasil sedimentasi sungai. Sebarannya menempati sepanjang Sungai
Lamput dan Sungai Talabu di Utara, Sungai Gading, Sungai Lasam, Sungai
Baleke di Timur, Sungai Nayan di Tenggara, Sungai Klawit di Barat Daya, serta
Sungai Belusuh dan Sungai Jelah di Barat.

RUANG LINGKUP STUDI II - 7


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Gambar 2.1. Stratigafi Lokal wilayah PKP2B PT. GBP KW 05PB0157

B. Sifat dan Kualitas Endapan

RUANG LINGKUP STUDI II - 8


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Dari hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kualitas batubara di wilayah


PKP2B PT.GBP KW. 05PB0157 bervariasi, dan bila mengacu pada classification of
coals by rank menurut ASTM, maka secara umum batubara di daerah ini termasuk
dalam rank sub-bituminous sampai bituminous.
Pada umumnya batubara daerah ini mengandung kadar abu < 15%, tetapi selalu
terdapat batubara yang mempunyai kadar abu diantara 15% - 20% (Blok Tlaga: seam
6A dan 6B bagian Utara dan Selatan blok, Blok Jebor: seam 6 dan 4B di bagian Barat
blok, Blok Dame: seam 5 bagian Utara dan Tengah blok, Blok Rusuh: seam 9 tersebar
di semua tempat dan seam 10 di bagian Selatan blok). Untuk batubara tersebut masih
dapat diatasi dengan cara blending dengan batubara yang mempunyai kadar abu
dibawah 10% atau sekitar kadar abu tersebut. Selain itu, pada setiap blok terdapat
pula batubara yang mempunyai kadar abu diatas 20% (Blok Tlaga: seam 6A dan 6B di
bagian Utara dan Selatan blok, Blok Jebor: seam 6B dan 2 di bagian Barat blok, Blok
Dame: seam 5 di bagian tengah blok, Blok Rusuh: seam 6 di bagian Selatan dan
seam 10 di bagian Barat, Selatan dan Timur blok). Untuk batubara dengan kadar abu
diatas 20%, dilakukan proses pencucian.
Batubara pada daerah ini pada umumnya mengandung calorific value yang tinggi,
yaitu diatas 7.000 kcal/kg. Akan tetapi ada juga batubara yang mengandung nilai kalori
di bawah 6.000 kcal/kg (Blok Tlaga: seam 6A di bagian Utara blok, Blok Jebor : seam
3 di bagian Barat blok, Blok Klawit : seam 2U di bagian Tengah blok, Blok Dame:
seam 5A di bagian tengah blok, Blok Rusuh: seam 6 di bagian Timur dan Selatan blok,
seam 9 di bagian Selatan blok dan seam 10 di bagian tengah blok).
Beberapa contoh menunjukkan total sulfur di bawah 1%, tetapi banyak contoh
batubara dengan TS diantara 1 - 2% (Blok Tlaga: seam 7 di bagian Utara blok dan
seam 8 di bagian tengah dan Utara blok, Blok Jebor: seam 4 yang tersebar di seluruh
blok, Blok Klawit: seam 2 dan 2C di bagian Tengah dan Utara blok, Blok Dame: seam
6 dan 5B di bagian Selatan, Blok Rusuh: seam 7 di bagian Timur, seam 8 di bagian
Timur, Tengah dan Selatan, serta seam 10 di bagian tengah). Pada beberapa contoh
justru terdapat batubara yang mempunyai TS di atas 2%. Untuk batubara yang
mempunyai kadar TS >I%, dapat diatasi melalui blending dengan batubara yang
mempunyai kadar TS <I%.
HGI relatif sedang hingga tinggi, umumnya di atas 40. Ini berarti batubara mudah
digerus sehingga tidak banyak menyulitkan dalam pemilihan coal pulverizer.
Batubara yang terdapat di wilayah PKP2B PT GBP dapat digunakan untuk industri
semen, PLTU, industri briket batubara dan beberapa industri metalurgi sebagai
sumber panas.
Mempertimbangkan kondisi batubara tersebut maka pengolahan batubara yang
dilakukan adalah peremukan (crushing), pengayakan (screening) dan sebagian
dengan proses pencucian (washing) untuk menurunkan kadar abu yang pada
beberapa seam relatif tinggi (>20%). Disamping dengan proses pencucian, untuk
menurunkan kadar abu akan dilakukan blending dengan batubara yang mempunyai
kadar abu < 10%. Prows blending juga akan dilakukan untuk batubara dengan total
sulfur > I % dengan batubara yang mempunyai total sulfur < I %.

Tabel 2.4. Kualitas Batubara PT Gunungbayan Pratamacoal

RUANG LINGKUP STUDI II - 9


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Inherent Moisture (IM) 2,20 – 4,40 (%, adb)


Ash Content (AC) 2,00 – 14,93 (%, adb)
Volatile Matter (VM) 34,70 – 43,70 (%, adb)
Fixed Carbon (FC) 43,50 – 53,30 (%, adb)
Total Sulphur (TC) 0.35 – 2,85 (%, adb)
Calorific Value (CV) 6.585 – 7.822 (%, adb)
Hardgrove Grindability Index (HGI) 41 - 74
Sumber : Dokumen Revisi FS PT GBP, 2010.
Tabel 2.5. Kualitas Batubara pada Masing-masing PIT
Kualitas Batubara
No PIT
ASH TS CV
1Pit PS 3T.1 6,18 2,13 7.065
2Pit 5D. 4,5 & 5DPU 6,12 2,47 7.563
3Pit PS 5T.5 3,12 2,66 7.857
4Pit PS 6D1-5 & 6DPU 7,34 0,42 7.393
5Pit PS 6DA.3-7 7,34 0,42 7.393
6Pit PS 6T.5 HW Ext 5,58 0,53 7.560
7Pit PS 6J.I, 6J.4 8,45 0,29 7.278
8Pit 7D.5-7 & 7DPU 3,58 1,23 7.528
9Pit PS 7T.5 & 7T.8 2,25 0,67 7.700
10
Pit PS 2J. 1-2 5,49 2,28 7.574
11
Pit PS 2T.3-4 5,50 2,86 7.875
12
Pit PS 4J. 3-6, 4J.67 Ext 4J.45 Ext 6,54 1,49 7.558
13
Pit PS 1K.1-7 5,09 1,74 7.810
14
Pit PS 2K.1-9 3,22 0,76 7.569
15
Pit PS 4D2, 4D7 & 4DPU 3,99 0,39 7.823
16
Pit PS 10D.5, 10 R.5 5,19 0,56 7.521
17
Pit PS 7 DA.1-2 dan Pit Jumbo All 5,89 1,26 7.484
18
Pit PS 11 T5 7,60 1,68 7.072
19
Pit PS 12.A&B, 12.4 HW Ext 7.60 1,68 7.072
20
Pit PS3, 3PSA, 5PT.2-5 & CRCK, 6PS, 5,32 0,93 7.867
8PT, 7PS.2-3 dan 7PS.3A,
30PU,22PU,16PU(Payang All)
Sumber : Dokumen Revisi FS PT GBP, 2010.

C. Cadangan Batubara

Penghitungan sumberdaya batubara dilakukan dengan cara poligon daerah pengaruh


dengan menggunakan perangkat lunak minescape. Berdasarkan kelengkapan data
eksplorasi yang telah dilakukan, maka sumberdaya batubara di wilayah ini
diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu

 Sumberdaya terukur, yaitu sumberdaya batubara yang dihitung untuk daerah


yang data eksplorasinya lengkap dan cukup rapat, sehingga keyakinan kebenaran
penyebaran dan kualitas serta ketebalan batubara tersebut sangat besar.
Sumberdaya ini dihitung dan ditentukan dengan batasan sesuai dengan
ketentuan SNI 2000, adalah sebagai berikut:
- Penyebaran kearah jurus (strike) batubara dibatasi sampai jarak 250 m, dari
titik informasi pasti terluar (singkapan dan lobang bor).
- Penyebaran kearah kemiringan (dip) dibatasi sampai 250 m, tegak lurus dari
titik informasi pasti terluar (singkapan dan lobang bor).
 Sumberdaya terunjuk, yaitu sumberdaya batubara yang dihitung untuk daerah
yang data eksplorasinya kurang lengkap, sehingga keyakinan kebenaran

RUANG LINGKUP STUDI II - 10


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

penyebaran dan kualitas serta ketebalan batubara didasarkan pada perkiraan


penyebaran secara geologis. Sumberdaya ini dihitung dan ditentukan dengan
batasan sesuai dengan dengan ketentuan SNI 2000, adalah sebagai berikut:
- Penyebaran kearah jurus (strike) batubara dibatasi sampai jarak 500 m, dari
titik informasi pasti terluar (singkapan dan lobang bor).
- Penyebaran kearah kemiringan (dip) dibatasi sampai 500 m, tegak lurus dari
titik informasi pasti terluar (singkapan dan lobang bor).
 Sumberdaya tereka, yaitu sumberdaya batubara yang dihitung untuk daerah
diluar batas sumberdaya terunjuk yang data eksplorasinya sangat kurang,
sehingga keyakinan kebenaran penyebaran, kualitas dan ketebalan batubara
didasarkan perkiraan penyebaran secara geologis saja. Sumberdaya ini dihitung
dan ditentukan dengan batasan sesuai dengan ketentuan SNI 2000, adalah
sebagai berikut:
- Penyebaran kearah jurus (strike) batubara dibatasi sampai jarak 1000 m, dari
titik informasi pasti terluar.
- Penyebaran kearah kemiringan (dip) dibatasi sampai dengan 1000 m, tegak
lurus dari titik informasi pasti terluar.

Persamaan yang digunakan untuk menghitung sumberdaya batubara adalah :

Q=SxMxDxR

di mana:

Q = Sumberdaya batubara yang dihitung (ton)

S = Luas daerah pengaruh (M)

M = Ketebalan semu rata-rata (m)

D = Densitas batubara

R = Geological losses 10%

Perhitungan sumberdaya berdasarkan hasil eksplorasi yang terus dilakukan pada


wilayah PKP2B PT. GBP KW. 05PB0157. Dari perhitungan tersebut diperoleh jumlah
sumberdaya batubara di wilayah ini sampai dengan akhir tahun 2009 adalah sebesar
96.628.769 ton Detail rincian jumlah sumberdaya batubara tersebut seperti pada tabel
berikut:

RUANG LINGKUP STUDI II - 11


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Tabel 2.6. Neraca Sumberdaya Batubara


Sumberdaya Pada Akhir 2009
  Sisa Sumberdaya Pada Tahun 2008 (Ton)
No Luas (Ha) (Ton)
Blok/Pit 
Tereka Tertunjuk Terukur Tereka Tertunjuk Terukur

1 Tlaga 3.834,68 337.980 4.208.323 13.908.182 337.980 4.208.323 13.908.182


2 Jebor 3.052,98 3.455.717 5.557.026 7.647.906 3.455.717 5.557.026 7.647.906
3 Dame 1.344,58 58.871 1.985.279 6.369.725 58.871 1.985.279 6.369.725
4 Klawit 1.329,33 69.883 324.931 4.275.904 69.883 324.931 4.275.904
5 Rusuh 2.457,61 2.808.236 7.660.516 27.669.137 2.808.236 7.660.516 27.669.137
6 Payang Selatan 831,99 1.094.409 798.103 704.710 578.131 632.422 730.342
7 Payang Tengah 1.381,59 577.491 2.570.522 1.915.781 325.319 471.358 972.329
8 Payang Utara 1.384,57 2.712.232 2.346.280 1.522.740 2.712.232 2.346.280 1.522.740
TOTAL 15.617,33 11.114.819 25.450.980 64.014.085 10.346.368 23.186.135 63.096.266
Sumber : Dokumen Revisi FS PT. Gunungbayan Pratamacoal, 2010
Tabel 2.7. Neraca cadangan batubara PT. GBP

Sisa Cadangan Tahun 2009 Cadangan s.d.


No Blok/Pit Luas (Ha) Tahun 2008 Sisa Cadangan Akhir Maret 2010
Penambahan Pengurangan
(Ton) Produksi (Ton) Akhir 2009 (Ton)
(Ton) (Ton)
(Ton)
1 Tlaga 3.834,68 250.602 202.674 - 42.424 410.852 690.440
2 Jebor 3.052,98 262.266 11.660 - 15.964 257.962 379.544
3 Dame 1.344,58 341.868 389.836 - 476.872 254.832 319.469
4 Klawit 1.329,33 1.719.208 109.470 - 462.054 1.366.624 1.257.021
5 Rusuh 2.457,61 4.684.876 13.756.569 - 2.351.842 16.089.603 17.618.388
6 Payang Selatan 831,99 471.403 753.214 - 53.468 1.171.149 462.133
7 Payang Tengah 1.381,59 1.378.103 - 323.398 626.186 428.519 457.104
8 Payang Utara 1.384,57 1.326.149   - - 1.326.149 3.355.455

TOTAL 15.617,33 10.434.474 15.223.423 323.398 4.028.810 21.305.690 24.539.554


Sumber : Dokumen Revisi FS PT. Gunungbayan Pratamacoal, 2010

RUANG LINGKUP STUDI II - 12


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

D. Kolam-Kolam Bekas Tambang


Sejalan dengan aktifitas pertambangan batubara PT GBP yang secara teknis
menerapkan sistem ‘open pit’ dengan metode penambangan ‘back fill’ maka telah
terjadi perubahan bentang alam akibat penggalian batubara antara lain berubahnya
topografi daerah penambangan, berubahnya pola drainage alam, timbulnya
bukaan/cekungan yang dikemudian hari tergenang air (air hujan) dan berubahnya
ekosistem. Kolam-kolam bekas penambangan PT GBP terdiri atas :

Tabel 2.8. Lokasi dan luas sisa kolam tambang

No Nama Pit Luas (Ha)


1 Pit 2J.1A 2.8
2 Pit 4J.2 2.28
3 Pit 4J.3_4 10.31
4 Pit 4J.6 1.37
5 Pit 4J.9 1.24
6 Pit 1K.6 6.52
7 Pit 2K.9 8.92
8 Pit 4D.7 17.55
9 Pit 5PT.2 4.22
10 Pit 5PT.1 9.09
11 Pit 5B PT.6 7.94
12 Pit 5J.4 3.64
13 Pit 5J.5 1.66
14 Pit Jumbo 31.65
15 Pit 7PS.3 5.39
16 Pit 3T.1 1.83
   Total Luasan 116.41
Sumber : Dokumen Rencana Penutupan Tambang PT GBP, 2010

E. Fasilitas Penunjang yang telah dibangun (hingga 2010)


Selama oprerasi penambangan yang dilakukan oleh PT GPB selama ini, beberapa
sarana dan fasilitas penunjang yang telah dibangun untuk mendukung kegiatan
operasi produksi batubara di wilayah PKP2B KW. 05PB175 atara lain kantor, mess
karyawan, bengkel, gudang, tanki bahan bakar, gudang bahan peledak, sumber
tenaga listrik, laboratorium, poliklinik, sarana ibadah, pos keamanan, jembatan
timbang.

1. Perkantoran

Pada kegiatan operasi produksi selama ini, telah dibangun perkantoran dengan
kontruksi permanen di lokasi Km 24 meliputi kantor utama, kantor HRD, dan
kantor HSE. Sedangkan kantor milik subkontraktor dibangun di Km 9, Km 23 dan
Km 24, kontruksi bangunan adalah semi permanen. Luas bangunan kantor milik
PT. GBP dan subkontraktor hingga saat ini adalah 0,79 Ha.

2. Perumahan/ Mess Karyawan

RUANG LINGKUP STUDI II - 13


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Perumahan karyawan (mess) dan fasilitas pendukung lain seperti : kantin,


mushola, gereja, lapangan olahraga dibangun berdekatan dengan perkantoran
yaitu pada Km 9, Km 24 dan di pelabuhan Manau.

Luas lahan yang digunakan untuk perumahan karyawan beserta fasilitas


pendukungnya milik PT. GBP dan sub kontraktor mencapai 9,23 Ha. Kontruksi
bangunan perumahan milik PT. GBP maupun sub kontraktor merupakan
bangunan permanen yang diperuntukkan untuk tingkat manager, senior staf,
tamu. Perumahan untuk tingkat operator, mekanik dan buruh kontrak dengan
kontruksi semi permanen.

Gambar 2.2. Kantor Operasi tambang PT GBP

3. Bengkel dan Gudang


Bengkel, gudang dan fasilitas pendukung lainnya yang dibangun oleh PT. GBP
dan Petrosea terdapat di Km 24 dan pelabuhan, sedangkan yang ada di Km 9
adalah milik UT dan PT Cakra Jawara. Lahan yang digunakan untuk fasilitas ini
seluas 19,43 Ha.
Sarana pergudangan untuk menyimpan peralatan, suku cadang maupun barang-
barang yang diperlukan selama operasi penambangan berlangsung telah
dibangun di sekitar lokasi penambangan
Fasilitas pengelolaan limbah B3 di dilakukan di tempat penyimpanan sementara
limbah B3 (TPS LB3) yang meliputi
a. Tempat untuk menyimpan kemasan oli bekas yang dibawahnya dialasi
dengan pallet.
b. Rak penyimpan baterai bekas.
c. Penyediaan tempat penirisan oil filter bekas yang terdiri dari 10 unit
d. Penyediaan tempat majun bekas Berta tempat sampah non B3
e. Fasilitas oil catcher
f. Fasilitas oil trap
Secara rinci dimensi dan kontruksi bangunan bengkel dan gudang seperti pada
tabel di bawah ini:

RUANG LINGKUP STUDI II - 14


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Tabel 2.9. Kondisi bengkel dan gudang di lokasi tambang PT. GBP
No Nama Bangunan Ukuran(m 2 ) Kontruksi Lokasi
1 Bengkel PT.GBP 1.098 Rangka Besi Km 23
2 Gudang PT.GBP 567 Semipermanen Km 23
3 Bengkel Petrosea 1.107 Rangka Besi Km 23
4 Gudang Petrosea 608 Semipermanen Km 23
5 Bengkel PT.Cakrawala 455 Rangka Besi Km 9
6 Gudang PT.Cakrawala 174 Semipermanen Km 9
7 Bengkel PT. UT 431 Rangka Besi Km 9
8 Gudang PT. UT 241 Semipermanen Kin 9
Sumber : Revisi Study Kelayakan PT GBP, 2010

Gambar 2.3. Bengkel alat berat PT. GBP

Gambar 2.4. Bengkel Kendaraan Ringan PT. GBP


4. Penampungan Air Bersih

Kebutuhan air minum untuk fasilitas tambang berupa kantor, kantin, mess
karyawan dan perbengkelan diambil dari sumur bor yang ditampung di tanki
air, sebelum dikonsumsi diolah melalui proses water treatment terlebih
dahulu dengan memberikan flokulan agar layak untuk dipergunakan clan
dilakukan analisis di laboratorium.

RUANG LINGKUP STUDI II - 15


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Sedangkan untuk keperluan MCK air diambil dari sungai sekitar yang
dipompa dan di tampung pada kolam penampungan. Baik dari tanki air
maupun kolam penampungan selanjutnya air didistribusikan melalui jaringan
pipa ke mess, kantor, kantin dan fasilitas tambang lainnya.

5. Pembangkit Tenaga Listrik

Fasilitas pembangkit lenaga listrik dari generator telah dibangun dengan


kapasitas 65 – 500 kVa digunakan untuk menunjang kegiatan kantor, mess,
bengkel, unit pengolahan dan kegiatan di pelabuhan.

6. Tangki Penyimpanan Bahan Bakar

Selama operasi penambangan sampai dengan saat ini, telah dibangun 3


(tiga) tangki penyimpanan BBM yang berada di Pelabuhan Manau. Untuk
minyak pelumas dan gemuk disimpan pada gudang penyimpanan yang ada
di bengkel baik milik PT GBP maupun sub kontraktor. Fasilitas penunjang
yang diperlukan untuk pendistribusian BBM tersebut di gunakan mobil tangki
dengan kapasitas 14 – 19 ton.

7. Gudang Bahan Peledak

Selama operasi penambangan yang telah dilakukan sampai dengan saat ini,
telah dibangun gudang untuk menyimpan bahan peledak. Lokasi gudang
bahan peledak terletak di Km 22 dengan struktur bangunan terbuat dari
beton. Terdapat 2 (dua) gudang bahan peledak dengan rincian masing-
masing seperti tabel di bawah ini.
Tabel 2.5. Demensi Gudang Handak Exsisting PT GBP
No Nama Bangunan Ukuran (m2) Kontruksi Lokasi
1. Gudang Handak 1 43,11,11 Beton Km 22
2. Gudang Handak 2 81.200,1850 Beton Km 22
Sumber : Revisi Study Kelayakan PT GBP, 2010

Gambar 2.5. Gudang Bahan Peledak PT GBP

RUANG LINGKUP STUDI II - 16


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Peta 2.6. Peta Fasilitas Kantor dan penunjang lainya

RUANG LINGKUP STUDI II - 17


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Peta 2.7. Peta Situasi Dan Tata Letak Gudang Handak

2.2.2. Jenis Sumber Energi/ Bahan Bakar

E. Energi Listrik

RUANG LINGKUP STUDI II - 18


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik pada kegiatan penambangan dan


penerangan akan digunakan pembangkit tenaga listrik yang digerakkan dengan
generator diesel dengan kapasitas 65 – 500 kVA digunakan untuk menunjang
kegiatan kantor, mess, bengkel, instalasi pengolahan batubara. Pemakaian generator
tersebut adalah untuk menggerakkan berbagai peralatan dan penerangan, yang akan
digunakan dalam kegiatan proses pengolahan, bengkel dan bangunan lainnya seperti
kantor, perumahan, penerangan jalan dan pompa air minum.

F. Bahan Bakar Minyak dan Pelumas

Untuk pengaturan dalam pendistribusian bahan bakar, akan dibangun 3 (tiga) tangki
penyimpanan BBM yang berada di Pelabuhan Manau. Untuk minyak pelumas dan
gemuk disimpan pada gudang penyimpanan yang ada dibengkel baik milik PT GBP
maupun subkontraktor. Fasilitas penunjang yang diperlukan untuk pendistribusian
BBM tersebut digunakakan mobil tanki dengan kapasitas 14 – 19 ton.

G. Sumber Air yang Diperlukan di Lokasi Rencana Kegiatan

Sumber air di lokasi kegiatan penambangan adalah air permukaan yang berasal dari
lokasi tambang, Kebutuhan air minum untuk fasilitas tambang berupa kantor, kantin,
mess karyawan dan perbengkelan diambil dari sumur bor yang ditampung di tangki
air, sebelum dikonsumsi diolah menggunakan water treatment terlebih dahulu dengan
memberikan Flokulan agar layak untuk dipergunakan dan dilakukan analisis di
laboratorium.

Sedangkan untuk keperluan MCK air diambil dari sungai sekitar yang dipompa dan di
tampung pada kolam penampungan. baik dari tanki air maupun kolam penampungan
selanjutnya air diditribusikan melalui jaringan pipa ke mess, kantor kantin dan fasilitas
tambang lainya.

Jumlah dan kapasitas penampungan air yang ada dapat dilihat tabel di bawah ini :

Tabel 2.11. Jumlah Dan Kapasitas Penampungan Air

No. Lokasi Tanki Air Kapasitas Jumlah Keterangan


2000 liter 4 Air Minum
1. Mess Karyawan PT GBP
35.000 liter 1 MCK

- 5 Air Minum
2. Mess Karyawan Sub Kontraktor
- 2 MCK
Sumber : Dokumen Revisi FS PT GBP, 2010

D. Metode Penambangan

Operasi penambangan batubara yang dilakukan oleh PT GBP ini dalah melanjutkan
kegiatan operasi penambangan yang telah berjalan sampai dengan saat ini.
berdasarkan metode penambangan yang diterapkan pada operasi produksi selama ini,
secara garis besar pada rencana produksi batubara dalam rangka pengembangan
tambahan cadangan ini maka metode penambangan yang digunakan tidak jauh
berbeda.

RUANG LINGKUP STUDI II - 19


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Metode penambangan yang diterapkan pada kegiatan penambangan batubara selama


ini akan tetap diterapkan oleh PT GBP dalam rangka pengembangan tambahan
cadangan ini, yaitu metode tambang terbuka (strip mining) dengan sistem back fill.
Kemajuan bukaan tambang awal akan digali terus sampai kedalaman akhir lubang
tambang (final high wall) sehingga akan terbentuk box cut. Untuk selanjutnya kemajuan
bukaan akan bergerak ke arah jurus pelapisan batubara. Operasi penambangan yang
dilakukan meliputi penggalian bebas dan penggaruan dibantu dengan peledakan untuk
pemberaian material yang agak keras sampai keras. Penggalian bebas terutama
dilakukan untuk pengambilan tanah pucuk.

Keuntungan yang didapat dari metode penambangan terbuka adalah :

- Sebagian besar tanah penutup dapat segera ditimbun kembali pada lubang bekas
tambang sehingga tidak terjadi penambangan ganda dalam aktivitas pemindahan
tanah penutup, serta reklamasi lahan dapat segara dilaksanakan.
- Stripping Ratio yang diharapkan bisa konstan sepanjang umur tambang.
- Jarak angkut akan relatif dekat sehingga biaya maupun dampak lingkungan yang
ditimbulkan dapat berkurang.

Operasi penambangan setiap tahunnya terdiri dari kegiatan pembersihan lahan (Land
Clearing) yang dilaksanakan terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan penggalian,
pemberaian, pemuatan dan pengakutan yang akan dilaksanakan secara paralel.
Artinya, sementara kegiatan pembersihan lahan terus berlangsung dan setelah luas
lahan yang dibersihkan cukup dan aman untuk tempat kerja alat gali, maka kegiatan
galian pemberaian segera dimulai.

Operasi penambangan batubara dengan sistem tambang terbuka di semua tambang


pada dasarnya hampir sama. Perbedaan spesifik terletak pada geometri dari pit dan
jenjang yang antara lain dipengaruhi oleh

- Sudut kemiringan lapisan batubara


- Tebal lapisan batubara
- Curah hujan
- Peralatan yang digunakan
- Geoteknik area tambang
- Hidrologi area tambang
- Pola aliran sungai areal tambang
Berdasarkan sistem/metode penambangan yang digunakan PT. GBP, yaitu tambang
terbuka dengan sistem back fill, penyusunan desain tambang yang dilaksanakan
selama ini akan digunakan oleh PT. GBP. Adapun penyusunan desain tambang
dibatasi beberapa faktor, meliputi :
1. Geometri Lereng Penambangan
Geometri lereng pada desain tambang ditetapkan berdasarkan hasil hitungan
analisis kemantapan lereng yang dilakukan pada saat kajian geoteknik. Rencana
penambangan dalam rangka pengembangan dan optimalisasi cadangan yang
merupakan kelanjutan dari operasi penambangan yang dilakukan oleh PT. GBP,
maka geometri lereng penambangan yang direkomendasikan merupakan hasil
analisis kemantapan lereng pada saat kajian geoteknik yang telah dilakukan.

RUANG LINGKUP STUDI II - 20


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Adapun rekomendasi geometri lereng penambangan yang diterapkan dalam


operasional penambangan pada Blok Tlaga, Rusuh, Klawit, Jebor dan Dame
adalah sebagai berikut:
Geometri jenjang individual slope penambangan;
- Tinggi jenjang : 10 m
- Kemiringan jenjang : 60°
Geometri jenjang keseluruhan (overall slope) penambangan;
- Untuk kedalaman pit maksimal 100 m, overall slope 45°
- Untuk kedalaman pit maksimal 122 m, overall slope 45°
Untuk Pit Jumbo, rekomendasi geometri lereng penambangan yang akan
diterapkan dalam operasional penambangan adalah sebagai berikut:
2. Geometri jenjang lereng tunggal penambangan;
Lereng tunggal loose material
- Lereng kerja, tinggi lereng 7 m dengan kemiringan lereng 35°
- Lereng akhir, tinggi lereng 7 m dengan kemiringan lereng 35°
Lereng tunggal batuan original
- Lereng kerja, tinggi lereng 10 m dengan kemiringan lereng 80°
- Lereng akhir, tinggi lereng 10 m dengan kemiringan lereng 80 0
3. Geometri jenjang lereng keseluruhan
Lereng keseluruhan loose material
- Tinggi > 21 meter
- Jenjang (mid bench) setiap tinggi 14 meter
- Sudut Kemiringan = 25° (untuk setiap ketinggian 14 meter)
- Lebar mid bench > 30 m
Lereng keseluruhan batuan original
- Tinggi = 100 meter
- Sudut Kemiringan = 35°
- Lebar berm = 13,91 meter ≈ 14 meter
Sedangkan untuk Blok Payang, rekomendasi Geometri lereng penambangan yang
akan diterapkan dalam operasional penambangan adalah sebagai berikut :
Geometri jenjang individual slope penambangan;
Tinggi jenjang : 10 m
Kemiringan jenjang : 700
Geometri jenjang keseluruhan (overall slope) penambangan Blok Payang Utara :
- Untuk kedalaman pit maksimal 80 dan 90 m, overall slope 45°
- Untuk kedalaman pit maksimal 100 m, overall slope 40°
Geometri jenjang keseluruhan (overall slope) penambangan Blok Payang Selatan
Untuk Kedalaman Pit Maksimal 80, 90 dan 100 m, Overall Slope 450

RUANG LINGKUP STUDI II - 21


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Dalam desain yang dilakukan, penentuan lokasi tambang juga memperhatikan


masalah-masalah teknis yang disebabkan oleh kondisi alam setempat seperti kondisi
topografi dan hidrologi. Untuk kondisi alam seperti sungai dan daerah rawa ditetapkan
jarak antara tepi sungai dan daerah rawa dengan batas tambang (pit limit) sejauh 150
meter. Disamping itu dalam menentukan desain tambang juga mem pertimbangkan
beberapa hal penting, antara lain;

- Mempertahankan keberadaan jalan, kampung, sungai dan memanfaatkan sistem


penyaliran sekitar daerah tambang.
- Pengaruh adanya struktur geologi di daerah rencana tambang.
- Kondisi dan status lahan daerah rencana tambang.

RUANG LINGKUP STUDI II - 22


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Gambar 2.6. Desain Tinggi dan Kemiringan Lereng

RUANG LINGKUP STUDI II - 23


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

E. Rancangan Penyaliran

Jumlah air limpasan yang terjadi sangat tergantung pada tinggi rendanya intensitas air
hujan. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS), kondisi permukaan dan penutupan
permukaan tanah (vegetasi). Debit air limpasan yang dihitung menggunakan intensitas
hujan dari stasiun meteorology yang ada berkisar 20, 435 – 61,246 m 3/detik.

1. Jenis Saluran Penyaliran

Saluran penyaliran berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air limpasan


permukaan maupun bawah permukaan pada suatu daerah menuju lokasi
pengumpulan air (kolam penampungan sementara/sumuran) atau tempat lain.
Menurut asalnya saluran penyaliran dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu : saluran
penyaliran alami dan saluran penyaliran buatan.

Saluran penyaliran alami meliputi semua alur air yang terdapat di bumi dan terbentuk
secara alamiah, seperti selokan kecil dan sungai yang mengalir sampai muara.
Sedangkan saluran pengaliran buatan adalah saluran penyaliran di sekitar lokasi
tambang, saluran irigasi ataupun puritan pembuangan.

2. Bentuk Saluran Penyaliran


Dalam merancang bentuk saluran penyaliran, beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain yaitu dapat mengalirkan debit air yang direncanakan dan mudah dalam
penggalian atau pembuatan saluran tersebut serta tidak terlepas dari penyesuaian
dengan bentuk topografi dan jenis tanah. Selain itu juga harus memperhitungkan
efektifitas dan ekonomisnya.
Di daerah penyelidikan dipilih dimensi saluran bentuk trapesium yang diketahui
bahwa penampang basah saluran (A), jari – jari hidrolik, kedalaman aliran air (d),
lebar saluran dasar (b), panjang sisi samping saluran dasar ke permukaan (a), lebar
permukaan saluran (t), sudut kemiringan saluran (α) dan harga kemiringan dinding
saluran (z), mempunyai hubungan yang dapat dinyatakan dengan persamaan :
A = (b.d) + (z.d2)
R = d/2
T = b + (2z . d)
b/d = 2 {(z2 + 1)0,5 – z }
a = d/sin α

Bentuk penampang saluran yang paling sering digunakan dan umumnya dipakai
adalah bentuk trapesium karena lebih mudah dalam pembuatan dan perawatannya,
serta lebih efisien karena stabilitas kemiringan dindingnya dapat disesuaikan
menurut kondisi daerah (gambar 2.3). Untuk perhitungan dimensi saluran terbuka
trapesium akan memilki dimensi yang optimum dengan sudut kemiringan dinding
saluran 600, maka :

Z = 1/tan α = 1/tan 600 = 0,577; b =1,15 d

RUANG LINGKUP STUDI II - 24


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

60°

Keterangan :
a = Panjang sisi saluran dasar ke permukaan air
b = lebar dasar saluran
B = lebar permukaan air
d = kedalaman saluran
d’ = tinggi jagaan saluran
Gambar 2.7. Penampang saluran terbuka bentuk trapesium

Perhitungan kapasitas penyaliran suatu saluran terbuka dapat menggunakan rumus


Manning sebagai berikut:

Q = ( 1/n). S 1/2 . R 2/3. A

Keterangan :

Q = debit (m3/detik)
R = jari-jari hidrolik (m)
S = gradient/kemiringan dasar saluran
n = koefisien kekasaran Manning, yang menunjukan kekasaran saluran (lihat
tabel 2.12)
A’ = luas penampang basah (m2)
Table 2.12. Koefisien kekasaran saluran menurut Manning

Tipe Dinding Saluran N


Semen 0,010 – 0,014
Beton 0,011 - 0,016
Bata 0,0,12 – 0,020
Besi 0,013 – 0,017
Tanah 0,020 – 0, 030
Gravel 0,022 – 0,035
Tanah yang ditanami 0,025 – 0,040
Sumber : Rudi Sayoga Gautama, Sistem Penyaliran Tambang, 1999)

RUANG LINGKUP STUDI II - 25


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Peta 2.5. Peta Daerah Tangkapan Hujan dan Arah Limpasan

RUANG LINGKUP STUDI II - 26


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Dimensi saluran di daerah penyelidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.13. Dimensi Saluran Air Limpasan di Luar Pit


Dimensi Saluran
Debit
Tahun n s d (m) b(m) B (m) a (m) A (m) Tinggi jagaan
(m3/s)
(m)
2010 3,27 0,03 0,005 1,09 1,26 2,53 1,26 2,07 0,74
2011 3,81 0,03 0,005 1,16 1,34 2,68 1,34 2,33 0,76
2012 3,89 0,03 0,005 1,17 1,35 2,70 1,35 2,36 0,76
2013 3,77 0,03 0,005 1,15 1,33 2,67 1,33 2,31 0,76
2014 5,54 0,03 0,005 1,33 1,54 3,08 1,54 3,08 0,82
Sumber : Dokumen Revisi FS PT. Gunungbayan Pratamacoal, 2010

Tabel 2.14. Dimensi Saluran Air Limpasan di Dalam Pit


Dimensi Saluran
Debit
Tahun n s d (m) b(m) B (m) a (m) A (m) Tinggi
(m3/s)
jagaan (m)
2010 7,91 0,03 0,005 1,52 1,76 3,52 1,76 4,02 087
2011 11,34 0,03 0,005 1,74 2,01 4,03 2,01 5,27 0,93
2012 13,77 0,03 0,005 1,88 2,17 4,33 2,17 6,10 0,97
2013 15,69 0,03 0,005 1,97 2,28 4,55 2,28 6,72 0,99
2014 19,38 0,03 0,005 2,13 2,46 4,93 2,46 7,88 1,03
Sumber : Dokumen Revisi FS PT. Gunungbayan Pratamacoal, 2010

3. Sumuran

Sumuran berfungsi sebagai tempat penampungan air tambang sebelum dipompa


keluar lokasi penambangan. Sumuran tambang dibedakan menjadi dua macam,
yaitu sumuran permanen dan sumuran sementara. Sumuran permanen adalah
sumuran yang ada di lokasi tambang yang berfungsi selama proses penambangan
berlangsung, dan umumnya tidak berpindah tempat. Sedangkan sumuran sementara
berfungsi dalam rentang waktu tertentu dan umumnya berpindah tempat.

Jumlah air yang masuk ke dalam sumuran merupakan jumlah air hujan yang
langsung masuk ke dalam bukaan tambang serta air limpasan permukaan yang
dialirkan oleh saluran-saluran menuju sumuran. Sedangkan jumlah air yang belukar
dapat dianggap sebagai hasil pemompaan, karena penguapan dianggap tidak
berarti.

Dimensi sumuran tambang tergantung pada besarnya air hujan dan limpasan yang
masuk, pompa yang digunakan (kapasitas pompa), dan waktu pemompaan per-hari.
Untuk penempatan lokasi sumuran biasanya diletakkan pada lantai dasar
penambangan, jauh dari aktivitas penambangan, jenjang disekitarnya tidak mudah
longsor, serta mudah dalam perawatannya.

Volume sumuran yang akan dibuat juga ditentukan dengan alat gali yang akan
digunakan. Alat gali yang digunakan back hoe KOMATSU PC 200 LC 7 dengan
spesifikasi sebagai berikut:

RUANG LINGKUP STUDI II - 27


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Kapasitas bucket munjung = 1,17 m3

- Jangkauan kedalaman penggalian = 5,7 m3

- Jangkauan gali mendatar = 8,6 m3

Dimensi dari sumuran yang akan dibuat:

- Panjang (p) = 100 meter

- Lebar (l) = 15 meter

- Kedalaman (h) = 5 meter

Volume tampungan sumuran = pxlxh

= 100 m x 15 m x 5 m = 7500m3

4. Kolam pengendapan

Kolam pengendapan tambang tergantung pada kuantitas (debit) air limpasan,


kapasitas pompa, volume dan waktu pemompaan. Disamping itu, dipengaruhi juga
oleh kondisi lapangan seperti kondisi penggalian terutama pada lantai tambang
(floor) dan lapisan batubara serta jenis tanah atau batuan dibukaan tambang (pit).

Setelah ukuran kolam pengendapan diketahui tahap berikutnya adalah menentukan


lokasinya dibukaan tambang (pit). Pada prinsipnya kolam pengendapan diletakan
jauh dari aktivitas penggalian batubara, jenjang disekitarnya tidak mudah longsor,
dekat dengan kolam pengendapan.

Bentuk kolam pengendapan umumnya hanya digambarkan secara sederhana,


berupa kolam berbentuk empat persegi panjang. Padahal, sebenarnya bentuk kolam
pengendapan bermacam-macam tergantung dari kondisi lapangan dan
keperluannya. Walau pun bentuknya bermacam-macam, setiap kolam pengendapan
akan selalu mempunyai empat zona penting yang terbentuk karena proses
pengendapan material padatan (solid particle). Empat zona tersebut adalah sebagai
berikut:
a) Zona masukan, tempat dimana air lumpur masuk ke dalam kolam pengendapan
dengan asumsi campuran air dan padatan terdistribusi secara seragam. Zona ini
panjangnya 0,5 – 1 kali kedalam (Huisman L, 1977).
b) Zona pengendapan, tempat dimana partikel padatan (solid) akan mengendap.
Panjang zona pengendapan adalah panjang kolam pengendapan dikurangi
panjang zona masuk dan keluaran (Huisman L, 1977).
c) Zona endapan lumpur, tempat dimana partikel padatan dalam cairan (lumpur)
mengalami pengendapan (terpisah dari cairan) dan terkumpul di dasar kolam
pengendapan.
d) Zona keluaran, tempat keluarnya buangan cairan yang jernih. Panjang zona ini
kira-kira sama dengan kedalaman kolam pengendapan, diukur dari ujung lubang
pengeluaran (Huisman L, 1977).

RUANG LINGKUP STUDI II - 28


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Table 2.15. Volume kolam pengendapan


No Tahun Debit Air Debit Total Luas Kolam Kedalaman Volume kolam
Limpasan Pemompaan (m3/jam) (m2) (m) (m3)
(m3/jam)
1 2010 11.761,33 1.600 13.361,33 324.406,31 5,00 1.622.031,54
2 2011 12.717,90 2.240 15.957,90 387.449,71 5,00 1.937.248,54
3 2012 14.009,22 2.560 16.569,22 402.292,25 5,00 2.011.461,24
4 2013 13.581,00 2.880 16.461,00 399.664,72 5,00 1.998.323,60
5 2014 19.938,90 3.250 23.458,90 529.570,18 5,00 2.847.850,89
Sumber : Dokumen Revisi FS PT. Gunungbayan Pratamacoal, 2010
Tabel 2.16. Dimensi Kolam Pengendapan
Dimensi Saluran Melintang
Debit Luas Banyak
No. Tahun b a Tanggul c’ Panjang
(m3) d (m) B (m) Trapesium Kolam
(m) (m) (m) (m) (m)
(m )
2

1. 2010 13.361,33 5,00 5,77 11,55 5,77 43,30 1,58 2,89 308,57 2
2. 2011 15.957,90 5,00 5,77 11,55 5,77 43,30 1,58 2,89 368,53 2
3. 2012 16.569,22 5,00 5,77 11,55 5,77 43,30 1,58 2,89 382,65 2
4. 2013 16.461,00 5,00 5,77 11,55 5,77 43,30 1,58 2,89 380,15 2
5. 2014 23.458,90 5,00 5,77 11,55 5,77 43,30 1,58 2,89 541,76 3
Sumber : Dokumen Revisi FS PT. Gunungbayan Pratamacoal, 2010

Kolam pengendapan yang akan dibuat juga ditentukan dengan alat gali yang akan
digunakan. Alat gali yang digunakan back hoe KOMATSU PC 200 LC 7 dengan
spesifikasi sebagai berikut:

Kapasitas bucket munjung = 1,17 m3


- Jangkauan kedalaman penggalian = 5,7 m
- Jangkauan gali mendatar = 8,6 m

Dimensi dari kolam pengendapan yang akan dibuat:


- Panjang (p) = 200 meter
- Kedalaman (h) = 5 meter
- Sudut Trapesium = 60°

Lokasi kolam pengendapan ditempatkan di hulu dan hilir aliran sungai. Aliran airnya
setelah diendapkan (bebas limbah) akan mengalir ke sungai utama yaitu Sungai
Nayan, Sungai Lasam, Sungai Muara Tae dan Sungai Belusuh. Desain settling
pond menggunakan 2 macam tipe settling pond, yaitu sebagai berikut

Tipe 1

Tipe ini memiliki 4 kompartemen, satu kompartemen berukuran 30 m x 30 m dan


tiga kompartemen lainnya berukuran 20 m x 20 m. Kapasitas kolam pengendapan
tipe ini sekitar 11.400 m3. Adapun sketsa bentuk kolam pengendapan tipe ini dapat
dilihat pada gambar di bawah ini

RUANG LINGKUP STUDI II - 29


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Gambar 2.8. Bentuk kolam pengendap tipe 1

Tipe 2

Kolam pengendapan tipe ini memiliki 4 kompartemen, masing-masing berukuran


sama yaitu 50 m x 35 m. Kapasitas kolam pengendapan tipe ini sekitar 35.000 m3.
Sketsa bentuk kolam pengendapan tipe ini terlihat pada gambar di bawah ini

Gambar 2.9. Bentuk kolam Pengndapan Tipe 2

Pompa berfungsi untuk mengeluarkan air dari lokasi tambang. Pemilihan pompa harus
sesuai, dalam arti pompa mampu mengeluarkan air tambang sehingga tidak
mengganggu aktivitas penambangan yang sedang berlangsung.

Dari data rencana penambangan yang didapat dengan diketahui elavasi sisi isap
pompa adalah 350 dan elevasi sisi keluaran adalah 65, jumlah belokan 4, sudut
belokan 45° dengan panjang pipa kurang lebih 150 m. Dalam perhitungan ulang total
pompa mempunyai kapasitas maksimum yang dapat dilakukan sebesar 380 m 3/jam
dengan kecepatan pompa 1800 rpm dan maksimum julang total adalah 90 m. Dari
hasil perpotongan kurva tersebut diketahui debit pemompaan adalah 320 m 3/jam

RUANG LINGKUP STUDI II - 30


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

dengan head total 63.906 m dan efisiensi pompa sebesar 84,2 %, yang bekerja
selama 20 jam

Table 2.17. Jumlah Kebutuhan Pompa

No Daerah Tangkapan Debit Air Volume Air di Debit Jumlah


Hujan Limpasan (Q) Pit (m )
3
Pemompaan pompa
(Luas Pit) (A) (m /dt)
3
(m ) 3
MPC-290

Tahun Luas (Km2)

1 2010 1,878 7,91 28.463,34 6.400 5


2 2011 2,694 11,34 40.831,97 6.400 7
3 2012 3,271 13,77 49.568,88 6.400 8
4 2013 3,726 15,69 56.469,10 6.400 9
5 2014 4,604 19,38 69.772,64 6.400 11
Sumber : Dokumen Revisi FS PT. Gunungbayan Pratamacoal, 2010

2.2.3. Rencana Kegiatan Penyebab Dampak


Rencana kegiatan pertambangan akan dilaksanakan dengan empat tahapan kegiatan
yakni tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi, dengan uraian kegiatan
sebagai berikut (tabel 2.18) :

Tabel 2.18. Jadwal Rencana Kegiatan Usaha Pertambangan Batubara PT. GBP

Tahun Ke -
No Rangkaian Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A. Tahap Pra Konstruksi
1 Pembebasan Lahan X X
2 Penerimaan Tenaga Kerja X X
B. Tahap Konstruksi
3 Pembuatan Jalan Tambang X X
4 Pembangunan Fasilitas Penunjang X
C. Tahap Operasi
5 Pembersihan Lahan Tambang
X X X X X X X X X
Pengupasan Tanah Pucuk
6 Penggalian Tanah Penutup X X X X X X X X X
7 Penambangan Batubara X X X X X X X X X
8 Pengangkutan Batubara X X X X X X X X X
9 Pencucian Batubara X X X X X X X X X
10 Pengolahan dan Penimbunan Batubara X X X X X X X X X
11 Pemuatan dan Pengapalan Batubara X X X X X X X X X
12 Aktifitas Bengkel & Genset X X X X X X X X X
13 Corporate Social Responsibility X X X X X X X X X
(CSR)

RUANG LINGKUP STUDI II - 31


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

D. Tahap Pasca Operasi


14 Reklamasi dan Revegetasi Lahan X X X X X X X X X X X X
15 Rasionalisasi Tenaga Kerja X X X
16 Penutupan Tambang X X
Sumber : PT Gunungbayan Pratamacoal, 2010

RUANG LINGKUP STUDI II - 32


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Gambar 2.10. Bagan Alir Tahapan Operasi Penambangan

RUANG LINGKUP STUDI II - 33


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

A. Tahap Prakonstruksi, meliputi :

1. Pembebasan Lahan

Kegiatan pembebasan lahan meliputi ganti rugi tanah dan tanam tumbuh pada
lahan masyarakat yang terkena kegiatan penambangan batubara PT GBP.
Pembebasan lahan dilakukan dengan sistem ganti rugi tanah tidak menggunakan
sistem pinjam pakai lahan karena pada umumnya masyarakat tidak menghendaki.
Dalam kegiatan ini juga akan dilakukan pembebasan lahan yang menjadi batas
buffer area sehingga pada daerah tersebut perlu dilakukan inventarisasi
kepemilikan tanah.

Kegiatan pembebasan lahan dilaksanakan secara musyawarah dengan


melibatkan pemilik lahan, pihak BPN dan aparat Kecamatan setempat. Kegiatan
pengukuran lahan akan dilaksanakan oleh BPN Kabupaten Kutai Barat sebagai
instansi yang berwenang, sedangkan inventarisasi tanam tumbuh dilaksanakan
oleh Dinas Perkebunan, Pertanian, Tanaman Pangan dan Peternakan Kab Kutai
Barat. Identifikasi kepemilikan dan penguasaan lahan dilakukan oleh Tim yang
dibentuk oleh pihak Kecamatan bersama Kampung yang bersangkutan.

Sebelum kegiatan pembebasan lahan ini dilakukan, terlebih dahulu akan dilakukan
inventarisasi mengenai letak, luas dan pemilik sah lahan/tanah yang akan
dibebaskan. Kemudian hasilnya akan diumumkan di kantor Kecamatan, Kampung
dan RT, agar semua pihak mengetahuinya dan dapat mempertanyakan jika
terdapat hal-hal yang dianggap tidak sesuai dengan kenyataan lapangan. Setelah
data yang terhimpun sudah cukup valid dan diperkirakan tidak ada permasalahan
tumpang tindih kepemilikan lahan, selanjutnya dilakukan negosiasi harga,
pembayaran dan pembuatan surat kesepakatan. Pembebasan lahan dilakukan
secara bertahap, agar bagian yang telah dibebaskan langsung dapat dikerjakan
untuk kegiatan selanjutnya. Pembebasan lahan tahap awal dilaksanakan pada
lahan yang terkena rencana pembuatan jalan dan lokasi pelabuhan, kemudian
pembebasan lahan selanjutnya dilaksanakan secara bertahap disesuaikan
rencana pelaksananaan kegiatan. Untuk menghindari permasalahan seperti
adanya tumpang tindih pengusaan lahan, permasalahan legalitas surat-surat
tanahnya, dan lain sebagainya, pihak PT GBP akan berkoordinasi dengan
Pemerintah Kecamatan Jempang, Siluq Ngurai dan Muara Pahu, serta aparat
Kampung setempat serta instansi pemerintah yang berwenang terhadap kegiatan
ini.

Mengenai nilai untuk ganti rugi atas lahan dan tanam tumbuh tersebut akan
disesuaikan dengan nilai lahan yang mengacu pada peraturan serta sesuai
dengan kesepakatan antara ke dua belah pihak (PT GBP dan pemilik lahan).

Kegiatan inventarisasi tanam tumbuh ini dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan
Pertanian Kabupaten Kutai Barat. Mengenai nilai untuk ganti rugi atas lahan dan
tanam tumbuh tersebut akan disesuaikan dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Kutai Barat Nomor 21 tahun 2007 Tentang Tata Cara Pembebasan Lahan dan

RUANG LINGKUP STUDI II - 34


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Ganti Rugi Tanam Tumbuh serta sesuai dengan kesepakatan antara ke dua belah
pihak (PT GBP dan pemilik lahan).

2. Penerimaan Tenaga Kerja

PT. GBP telah melakukan operasi sejak tahun 1999 di wilayah PKP2B KW.
05PB0157. Sampai dengan saat ini operasi penambangan batubara masih terus
berjalan, dengan tingkat produksi sekitar 3,5 Jt ton per tahunnya. Untuk menangani
kegiatan operasional penambangan batubara yang dilakukan, telah dibentuk unit
organisasi tambang PT GBP telah mampu mengenai seluruh kegiatan operasi
produksi, meliputi kegiatan operasi penambangan, pengangkutan, pengolahan dan
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah sosial dan lingkungan.

Jumlah dan kriteria serta kompetensi tenaga kerja yang diperlukan untuk
melaksanakan operasi tambang disesuaikan dengan operasi tambang yang akan
dilakukan, seperti antara lain, jumlah pit yang akan dibuka, jumlah produksi, jumlah
dan jenis peralatan yang akan digunakan, luas cakupan wilayah kerja dan
sebagainya.

Jumlah rencana tenaga kerja yang diserap dari kegiatan operasi penambangan
PT GBP ini terdiri dari masyarakat lokal (60% perklasifikasi per tahun) yang mengisi
klasifikasi sebagai tenaga terampil, administrasi, tenaga lain-lain, dan non lokal
(40%) yang mengisi klasifikasi manager, supervisor, tenaga terampil, seperti
perincian pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.19. Kebutuhan Tenaga Kerja PT GBP

N JUMLAH / TAHUN
KLASIFIKASI
O 201 201 201 201 201 201 201 201 201
1 Direktur 0
2 1
2 2
2 3
2 4
2 5
2 6
2 7
2 8
2
2 Manager/Profesional 7 7 7 7 7 7 7 7 7
3 Supervisor/ 69 69 69 69 60 60 45 30 12
4 Technical
Tenaga Terampil 536 536 536 536 460 460 390 265 70
5 Administrasi 14 14 14 14 12 12 8 6 3
6 Tidak Terampil 40 40 40 40 25 25 18 10 6
7 TOTAL 659 659 659 659 566 566 470 320 100
Sumber : Revisi FS PT GBP, 2010

Sedangkan kebutuhan tenaga kerja untuk sub-kontraktor yang bekerja pada


operasi penambangan PT GBP seperti terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.20. Kebutuhan Tenaga Kerja Sub Kontraktor

No SUB KONTRAKTOR JUMLAH / TAHUN


2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 PT. Petrosea, Tbk 426 426 426 426 412 412 375 225 125
2 PT. BUMA 100 100 100 100 54 54 40 40 18
3 PT. Transindo Permai 40 40 40 40 35 35 25 18 10
4 PT. Geoservice 18 18 18 18 14 14 12 10 6
5 PT. Cakra Jawara 25 25 25 25 17 17 12 10 8

RUANG LINGKUP STUDI II - 35


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Tabel 2.20. Lanjutan

No SUB KONTRAKTOR JUMLAH / TAHUN


2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
6 PT. United Tractors,Tbk 41 41 41 41 35 35 30 18 15
7 PT. ORICA 27 27 27 27 15 15 12 12 6
8 PT. Darna Secure 82 82 82 82 70 70 60 40 24
9 PT. PBU 40 40 40 40 34 34 30 20 8
10 PT. Hexindo Adi Perkasa 24 24 24 24 19 19 16 12 10
11 PT. Altraks 78 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 PT. Citra Pratama 5 5 5 5 4 4 4 3 2
13 PT. Transcon Jaya 3 3 3 3 2 2 2 2 2
14 PT. Fluidcon Jaya 2 2 2 2 2 2 2 2 2
15 PT. Allights 4 4 4 4 2 2 2 2 2
16 PT. G4 - Securicor 10 10 10 10 8 8 8 6 2
17 PT. Grand Medica 2 2 2 2 2 2 2 2 2
18 PT. CBSU 39 39 39 39 36 36 30 20 12
19 PT. PBK 109 109 109 109 100 100 75 50 20
20 PT. PTP 29 29 29 29 20 20 15 15 6
21 PT. Pandusiwi Logistic 6 6 6 6 4 4 4 3 3
22 PT. Nusantara Nur Jaya 2 2 2 2 1 1 1 1 1
23 Abadi
PT. Tekindo Mitra Mandiri 19 19 19 19 15 15 12 10 5
TOTAL 1054 1054 1054 1054 903 903 770 522 290
Sumber : Revisi FS PT GBP, 2010

RUANG LINGKUP STUDI II - 36


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Gambar 2.11. Struktur Organisasi Lapangan PT. GBP

RUANG LINGKUP STUDI II - 37


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Sistem kerja yang akan diterapkan oleh PT GBP dalam rangka pengembangan
tambahan cadangan ini seperti yang telah dilaksanakan selama ini baik untuk
tenaga kerja tetap (karyawan tetap/ Staf) dan tenaga kerja tidak tetap (Non
Staf, tenaga kerja harian maupun tenaga kerja lepas)

Sistem hari kerja yang kan diterapkan seperti yang dilakukan selama ini, terdiri
dari dua jenis yaitu sistem kerja satu sift perhari selama enam hari kerja per
minggu, serta sistem kerja 2 shift per hari selama tujuh hari per minggu. Sistem
kerja satu shift perhari diterapkan terhadap karyawan kantor atau administrasi
dengan cuti tahunan diberikan selama enam hari kerja ditambah dengan dua
hari perjalanan untuk setiap enam bulan kerja.

Sistem tujuh hari kerja per minggu, dua shift per hari, dua belas jam per shift
diterapkan terhadap karyawan bagian operasional penambangan : penggalian
tanah pucuk dan tanah penutup, penimbunan tanah pucuk dan tanah penutup,
penggalian batubara, pengangkutan batubara dari tambang ke stockpile dan
pengawasan di lokasi pengolahan batubara.

Tabel 2.21. Jam kerja Operasional Tambang

Jam
Item Satuan
Kerja
Hari kalender per-tahun Hari 365
Hari libur per-tahun Hari 6
Ketersedian hari kerja per-tahun Hari 359
Schedule shift kerja per-hari Shift 2
Schedule shift kerja per-tahun Shift 718
Kehilangan waktu hujan diconversi ke dalam shift Shift 93
@ 13%
Jumlah shift effective Shift 625
Schedule jam kerja per-shift Jam 12
Kehilangan jam kerja per-shift Jam makan Jam 1
Isi solar dan lain-lain Jam 0,5
Ganti Shift Jam 0,25
Jam Kerja per-shift Jam 10,25
Schedule jam kerja per-tahun Jam 6403
Mechanical availability rata-rata** % 85
Jam kerja effective per-tahun 5442
Jam kerja effective per-bulan 454
Sumber : Revisi Laporan FS PT GBP, 2010

Berdasarkan pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi


No.Kep.234/Men/2003 : Waktu kerja untuk karyawan PT. Gunungbayan
Pratamacoal adalah 6 hari kerja dan 1 hari Istirahat (Libur), jam kerja 7 jam/
hari atau 40 jam/minggu (selebihnya dihitung sebagai jam lembur yang mana
besarnya sesuai dengan aturan Dinas Tenaga Kerja Kutai Barat).

Bagi semua karyawan PT. Gunungbayan Pratamacoal baik dari karyawan level
paling bawah sampai level paling atas (Site Manager) diwajibkan untuk
memakai Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan UU No1 tahun 1970.

RUANG LINGKUP STUDI II - 38


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Beberapa program yang selama ini dilakukan oleh perusahaan menyangkut K-


3 karyawan antara lain :
1) Safety dan health induction
2) Sefety talk
3) Safety and health training ; minuman alkohol dan obat-obatan terlarang,
P3K, work permit system, drill of fire rescue
4) Safety meeting and communication; daily/weekly meeting, committe
meeting, monthly meeting
5) Safety inspection
6) Pembuatan JSA/SOP: misal; Manual handling, bekerja diketinggian,
confince space, tanggapan darurat lapangan, penanganan bahan radio
aktif, penyimpanan B3, Instalasi kelistrikan; LOTO. Manajemen cedera
dan medis.
7) Pelaporan dan pemeriksaan insiden
8) Pelatihan Kompetensi personil related ESDM (juru ledak, KIM, POP, POU)
dan kompetensi karyawan; operator alat-alat berat yang kaitannya dengan
SIMPER.
9) Sertifikasi peralatan (pressure vesel, pesawat angkat/angkut, piping, dll)
10) Pelayan kesehatan dan fasilitas pendukungnya: pemeriksaan kesehatan
para karyawan dan berkala, program pemulihan kesehatan akibat cidera
ditempat kerja, program penanggulangan penyakit akibat kerja
(kebisingan, getaran, debu), program pemantauan higiene lingkungan
kerja, inspeksi higiene berkala terhadap fasilitas camp
11) Pembuatan fasilitas kesehatan; klinik, ambulance
12) Pelaporan peralatan dan perlengkapan K3
13) Pengendalian keadaan kritis dan darurat; tim tanggap darurat termasuk
sistem pencegahan dan penggulangan kebakaran; drill
14) Audit dan Evaluasi K3
15) Penyediaan APD berdasarkan jenis dan fungsi pekerjaan
16) Peralatan dan perlengkapan pemadam kebakaran
17) Sistem MK3 perusahaan yang terintegrasi dengan proses kegiatan
perusahan termasuk kepada sub kontraktor

B. Tahap Konstruksi

1. Pembuatan jalan tambang

Jalan tambang yang telah dibangun merupakan perbaikan/pelebaran beberapa


bagian jalan bekas HPH dan jalan baru yang dibangun oleh PT. GBP.
Pembangunan jalan tambang terus dilakukan mengikuti kemajuan lokasi
penambangan dan lokasi pembuangan tanah penutup. Jalan tambang dibangun
dengan kontruksi dari material overburden yang dilakukan pemadatan. Dimensi
jalan dibuat mengikuti pedoman pembuatan jalan angkut yaitu mempunyai lebar 4
kali lebar alat angkut yang digunakan maka lebar jalan dibuat berkisar 12 – 24 m.
Sampai dengan akhir 2008 telah dibangun jalan tambang seluas 59,85 Ha.

Selain jalan yang dibangun untuk pengangkutan batubara dan overburden juga
dibangun jalan untuk menghubungkan antara satu fasilitas penunjang seperti
kantor, mess, gudang handak, persemaian dengan luasan 7,1 Ha.

RUANG LINGKUP STUDI II - 39


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Gambar 2.12. Penampang Jalan Tambang

Untuk menjaga kondisi jalan agar tetap baik dan aman, dilakukan pemeliharaan
yang meliputi penyiraman jalan, pengupasan (perbaikan) lapisan atas jalan
(grading) penggantian material jalan yang rusak, dan pembentukan kembali
paritan di kanan kiri jalan serta pembukaan kembali saluran-saluran keluar yang
tertutup.

2. Pembangunan Fasilitas Penunjang


Sejak awal tahun 2011 Washing Plant yang sudah ada tidak dioperasikan lagi,
dan akan dibangun Washing Plant baru di lokasi  tambang sebagaimana peta
terlampir. Jadi bukan penambahan Washing Plant melainkan pengganti Washing
Plant lama. Hal ini karena Washing Plant ada sudah tidak sudah tidak efisien
lagi, perolehan recovery kurang dari 50%. Sedangkan Washing Plant baru
akan di design dengan perolehan nilai recovery sampai 70%.

RUANG LINGKUP STUDI II - 40


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Gambar 2.13. Lay Out Rencana Pembangunan Washing Plant

RUANG LINGKUP STUDI II - 41


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

C. Tahap Operasi

1. Pembersihan Lahan Tambang

Proses pembersihan lahan dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia dan


alat berat. Tegakan kayu berdiameter lebih dari 30 cm dipotong menggunakan
chainsaw, sedangkan tegakan kayu kecil, semak belukar dan tonggak pohon
dirobohkan dengan menggunan bulldozer. Semak – semak, daun dan ranting-
ranting kayu yang telah dibersihkan dikumpulkan di tempat yang tidak
mengganggu proses penambangan. Kayu - kayu log ditumpuk di tempat yang
tidak mengganggu proses penambangan dan dapat digunakan untuk keperluan
konstruksi.

Tabel 2.22. Rencana Bukaan PIT Pertahun

Rencana Produksi Luas Bukaan Pit


Tahun
Coal (Mt) OB (Bcm) (m2)
2010 3.387.495 63.278.940 3.392.944
(Realisasi)      
2011 3.500.000 70.000.000 2.183.900
2012 3.500.000 72.000.000 872.925
2013 3.500.000 73.000.000 827.993
2014 3.000.000 62.000.000 769.636
2015 3.000.000 61.000.000 691.657
2016 2.500.000 48.000.000 502.183
2017 1.700.000 32.000.000 358.405
2018 452.058 9.966.327 316.561
Jumlah 24.539.553 491.245.267 9.916.204
Sumber : Revisi Study Kelayakan PT GBP, 2010

2. Pengupasan dan Pemindahan Tanah Pucuk (top soil)


Tanah pucuk merupakan bagian dari tanah penutup yang mengandung unsur
hara yang sangat dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan sehingga dalam
penanganan tanah pucuk ini dilakukan tersendiri. Tanah pucuk tersebut
dibedakan menjadi dua yaitu top soil dan sub soil dimana masing-masing tanah
tersebut akan ditempatkan pada tempat yang berbeda dan perlakuan yang
berbeda pula.
Tanah pucuk dikupas dengan batasan 0-40 cm dan untuk sub soil dari
kedalaman 40 hingga 150 cm (tergantung ketebalan top soil di lokasi yang akan
dikerjakan) menggunakan alat excavator dengan bucket maksimum 2 bcm atau
dikupas dengan menggunakan bulldozer kemudian ditumpuk di suatu tempat
untuk selanjutnya dimuat ke dump truck oleh excavator.
Setelah proses pengupasan tanah pucuk dilakukan selanjutnya tanah pucuk
akan ditempatkan pada lokasi yang tidak jauh dengan dengan rencana bukaan
tambang yaitu kurang lebih 400-500 m, ini dimaksudkan agar setelah bekas
tambang ditimbun kembali, tanah pucuk dapat ditebarkan kembali ke lokasi yang
sudah ditimbun tersebut.

RUANG LINGKUP STUDI II - 42


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Pihak pemrakrasa akan membangun saluran drainase disekeliling lokasi


penimbunan tanah pucuk akan yang berfungsi untuk mengendalikan air limpasan
yang akan disalurkan ke kolam pengendapan (settling pond).

3. Penggalian dan Pemindahan Tanah Penutup (overburden)

Untuk mempermudah dalam penggalian batubara maka dilakukan penggalian


tanah penutup (overburden). Penggalian material overburden ini dilakukan
dengan menggunakan alat gali backhoe, dibantu dengan bulldozer yang
dilengkapi dengan ripper sebagai alat garu dan dorong. Pengangkutan ke lokasi
penimbunan menggunakan dump truck. Dalam penambangan batubara PT.GBP,
pada beberapa lokasi perlu dilakukan peledakan untuk mengupas lapisan
penutup batubara. Adapun mengenai tahapan dari kegiatan pengupasan tanah
penutup dapat dilihat pada uraian berikut ini.

a. Peledakan (Blasting)

Dalam rangka efektifitas pelaksanaan kegiatan operasi penambangan dan


tercapainya taget produksi, maka kegiatan pemberian material overburden akan
tetap dibantu dengan peledakan. Hal ini mengingat jumlah overburden yang akan
dibongkar relatif banyak dan ada beberapa material yang sukar untuk digali (non
rippable), sehingga untuk pelaksanaan penggalian overburden akan dilakukan
dengan peledakan.

Pemboran dan peledakan dilakukan oleh orang-orang yang ahli dan memiliki
wewenang untuk melakukannya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyimpanan, penanganan, pengangkutan dan penggunaan bahan peledak
tetap dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku, seperti yang selama ini
telah dilakukan oleh PT. GBP. Sekitar 50% - 70% dari lapisan batuan penutup ini
dibongkar dengan metode peledakan dan sisanya dilakukan pengupasan
(stripping) dengan bulldozer.

1) Geometri Peledakan

Geometri peledakan yang diterapkan adalah Hole Diameter (D) = 9 inchi;


Hole Depth (H) = 15 m; Steeming (T) = 2,5 m; Subdrilling (J) = 1 m; Bench
High (Z) = 15 m; Coloum Charge (C) = 12,5 m; Burden (B) = 9 m; Spacing
(S) =10 m dengan Powder Factor (PF) ± 0,22 kg/bcm.

Untuk mengoptimasi hasil peledakan, maka geometri peledakan yang


direkomendasikan dikondisikan dengan kondisi actual batuan yang akan
diledakkan. Dengan jalan merubah-rubah jarak burden (B), spasi (S),
kedalaman steeming (T), serta kedalaman subdrilling (J), samapi akhirnya
diperoleh suatu geometri yang paling optimum.

RUANG LINGKUP STUDI II - 43


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Gambar 2.14. Geomeri Peledakan

Keterangan :
B=9m H = 15 m Z = 15 m C = 12,5 m
S = 10 m T = 2,5 m J=1m D = 9 inch
2) Bahan Peledak
Bahan peledak yang akan digunakan oleh PT. GBP dalam rangka
pengembangan tambahan cadangan ini seperti yang selama ini telah
digunakan oleh PT. GBP, yaitu Ammonium Nitrate – Fuel Oil dengan
perbandingan 94% : 6% berat, dan sebagai bahan peledak primer
digunakan Powergel Pulsar 3131 yang sangat baik diterapkan untuk
kegiatan peledakan pada tambang terbuka.
Apabila kondisi lubang berair pada waktu musim hujan, maka ANFO yang
digunakan dibungkus plastil silinder tebal (kondom) sepanjang maksimum ±
2 m, untuk mencegah larutnya ANFO sebelum peledakan.
Pencampuran ANFO dengan perbandingan 94% AN : 6% FO , akan
digunakan hydraulic ANFO mixer yang diletakkan diatas truk, sehingga
campuran mempunyai komposisi yang tepat.
Bahan peledak pemicu atau primer digunakan Powergel Pulsar 3131
dengan spesifikasi seperti pada tabel di bawah. Dalam kondisi lubang
tembak kering, bahan peledak primer diletakkan pada bagian bawah
(bottom charge), tetapi bila kondisi lubang tembak sangat berair maka
bahan peledak primer bisa diletakkan pada bagian bawah dan tengah.
Peledakan yang dilakukan menggunakan pola NONEL.
Tabel 2.23. Sifat bahan peledak ANFO
Parameter Penilaian
Sensitivitas  3 inch
Ketahanan Terhadap Air Buruk

RUANG LINGKUP STUDI II - 44


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Kualitas Gas Baik


Ketahanan Terhadap Suhu Buruk di bawah 32° C
Kecepatan Detonasi 3000 – 3300 m/s (φ = 3 INCH)
Tekanan Detonasi 700 – 4500 Mpa
Densiti 0,8 – 0,85 g/cc
Sumber : Revisi Study Kelayakan PT GBP, 2010

Tabel 2.24. Sifat bahan peledak POWERGEL PULSAR 3131


Parameter Penilaian
Relative bulk strength terhadap ANFO 147 %
Relative weight strength terhadap ANFO 99 %
Kecepatan detonasi 4.600-5.000 m/s (φ 25 mm)
Ketahanan terhadp air Sangat baik
Densiti 1,18 gr/cc
Gas hasil peledakan Sangat baik
Sumber : Revisi Study Kelayakan PT GBP, 2010

Tabel 2.25. Realisasi Kebutuhan Bahan Peledak Hingga 2009


No Bulan Ammonium Dinamit Detenator .Shootsheel
. Nitrate (Kg) (Kg) (Pcs) (Pcs)
1. Januari 643.600 1.672 8,378 50
2. Februari 545.195 1.287 6,452 44
3. Maret 759.894 2.037 10,206 56
4. April 939.305 2.098 10,331 52
5. Mei 898.566 1.920 9,263 54
6. Juni 886.119 2,098 10,048 56
7. Juli 968.427 2.129 10,360 51
8. Agustus 1.153.594 2.741 13,174 62
9. September 1.111.525 2.456 12,313 47
10. Oktober 1.166.924 2.580,8 12,579 44
11. November 1.305.895 2.171,6 10,875 21
12. Desember 1.080.937 1.716,8 8.652 21
Total 11.459.981 24.907 122,629 558
Sumber : Revisi Study Kelayakan PT GBP, 2010

Pengaturan pola peledakan akan berpengaruh terhadap hasil peledakan


(fragmentasi, dinding hasil peledakan, vibrasi dan air blast). Salah satu
tipikal pola peledakan yang diterapkan di daerah rencana tambang
PT. GBP dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

RUANG LINGKUP STUDI II - 45


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Gambar 2.15. Pola Peledakan


Kebutuhan bahan peledak sesuai dengan rencana produksi hingga 2018
disajikan pada tabel berikut :

RUANG LINGKUP STUDI II - 46


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Tabel 2.26. Analisa Kebutuhan Bahan Peledak Untuk Mendukung Rencana Produksi Overburden Tahun 2010 – 2018

Tahun
No Uraian Satuan Total
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
I RENCANA PRODUKSI BCM 63.278.940 70.000.000 72.000.00 73.000.000 62.000.00 61.000.00 48.000.000 32.000.00 9.966.32 491.245.267
OVERBURDEN 0 0 0 0 7
II PERSENTASE LCM 37.967.364 42.000.000 43.200.00 43.800.000 37.200.00 36.600.00 28.800.000 19.200.00 5.979.79 294.747.160
  KEBUTUHAN MATERIAL       0   0 0   0 6  
PELEDAKAN (60%)          
III GEOMETRI PELEDAKAN                      
  Diameter hole mm 229 229 229 229 229 229 229 229 229  
  Burden m 8 8 8 8 8 8 8 8 8  
  Spacing m 9 9 9 9 9 9 9 9 9  
  Blast hole depth m 9 9 9 9 9 9 9 9 9  
  Sub drilling m 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5  
  Stemming m 4 4 4 4 4 4 4 4 4  
  Prime charge kg/m3 3 3 3 3 3 3 3 3 3  
  Total depth required per year m 527.324 583.333 600.000 608.333 516.667 508.333 400.000 266.667 83.053 4.093.710
  Total hole required per year holes 73.239 81.018 83.333 84.490 71.759 70.601 55.555 37.037 11.535 568.567
IV KEBUTUHAN BAHAN                      
PELEDAK
13.505.43 11.629.67 11.442.10 1.869.85
  Ammoniun Nitrate kg 11.869.573 13.130.279 0 13.693.006 6 1 9.003.620 6.002.413 5 92.145.953
  Dinamit kg 29.295.6 32.407.2 33.333.1 33.796.1 28.703.5 28.240.5 22.222.0 14.814.6 4.615.0 227.427.6
  In Hole Delay pcs 73.239 81.018 83.333 84.490 71.759 70.601 55.555 37.037 11.535 568.567
  Surface delay pcs 73.239 81.018 83.333 84.490 71.759 70.601 55.555 37.037 11.535 568.567
Sumber : Revisi Study Kelayakan PT GBP, 2010

RUANG LINGKUP STUDI II - 47


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Gambar 2.16. Gambar Geometri dan Pola Peledakan

RUANG LINGKUP STUDI II - 48


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

b. Penggalian OB (overburden)

Dalam perencanaan penimbunan lapisan penutup, penimbunan di lokasi outside


dump hanya akan dilaksanakan sampai tersedianya daerah bekas
penambangan yang cukup luas untuk dapat melaksanakan backfilling. Pada
operasi penambangan yang akan dilakukan dalam rangka peningkatan produksi
ini, penimbunan lapisan penutup akan dilakukan pada daerah-daerah bekas
penambangan sebagai material backfilling.

Cara seperti ini selain mengurangi biaya produksi (karena jarak angkut lapisan
penutup berkurang) juga mengurangi kerusakan lingkungan akibat bekas
penambangan. Dengan backfilling lubang-lubang bekas tambang akan terisi
kembali kembali sehingga persiapan pelaksanaan reklamasi dapat segera
berjalan.

Tabel di bawah ini menunjukkan rencana penimbunan lapisan tanah penutup


yang akan dilakukan oleh PT. GBP.

Tabel 2.27. Tabulasi Volume Material Balance Overburden


Disposal
OB Removal
Tahun In Pit Dump Out Pit Dump
(BCM)
(Lcm) (Lcm)
2010 63.278.940 72.770.896 6.327.904
2011 70.000.000 82.500.000 5.000.000
2012 72.000.000 85.500.000 4.500.000
2013 73.000.000 88.250.000 3.000.000
2014 62.000.000 75.000.000 2.500.000
2015 61.000.000 74.250.000 2.000.000
2016 48.000.000 60.000.000 0
2017 32.000.000 40.000.000 0
2018 9.966.327 12.457.909 0
Jumlah 491.245.267 590.728.805 23.327.904
Sumber : Revisi Study Kelayakan PT GBP, 2010

Setelah mencapai elevasi terakhir, timbunan tanah penutup ini akan ditutup
dengan top soil dan selanjutnya direklamasi dengan penanaman tanaman yang
cepat tumbuh. Untuk cover crop misal rumput, setelah itu barn ditanami
tanaman keras misal akasia. Di daerah penimbunan ini juga dibuat paritan untuk
drainage.

Metode penambangan secara tambang terbuka dengan system back fill,


pengangkutan dan penimbunan lapisan penutup (termasuk tanah pucuk) hasil
penggalian akan dilakukan dengan cara in pit dumping dan out pit dumping.
Adapun garis besar proses pengangkutan lapisan penutup adalah sebagai
berikut :

1) Alat angkut yang digunakan adalah dump truck.


2) Tahap pertama lapisan penutup diangkut dan ditimbun di out pit dump.
3) Setelah tersedia mined out, maka lapisan penutup diangkut sebagai material
backfill ke in pit dump.

RUANG LINGKUP STUDI II - 49


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

4) Kelebihan lapisan penutup dari setiap pit yang tidak bisa ditimbun sebagai
material back fill, diangkut ke dumping area

Lokasi penimbunan tanah penutup (overburden) tersebut tidak jauh dari lokasi
pit yang dibuka, meliputi lokasi Out pit dump 2T4, 2J4, 2K6, 4T7, 4TS, 4J4, 4J9,
4J12, 4D1,4D2, 4D3, 4D4, 4D5, 5.1, 5.2, 5.4, 5.6, 5.7, 5J2, 5J3, 5J5, 5J8,
5J9,5DA6E, 5D3, 6T14, 6T8, 6T9, 6T11, 6J3, 6DA2, 6DA8, 7T2, 7DA1, 7DA2,
7DA5, 12.4EXT, 12.EXT 5B PT1 dan 2T3, 4D7, 16PU, 3PS, 5BPT3, 5BPT6,
8PT, 16PU, 30PU.

Lapisan tanah pucuk akan ditimbun terpisah dengan tanah penutup di dekat
lokasi dumping area sehingga bila penimbunan tanah penutup selesai maka
tanah pucuk tersebut dapat disebarkan di bekas dumping area dan backfilling
untuk reklamasi.

Gambar 2.17. Pengangkutan Tanah Penutup

PT. GBP berusaha melakukan reklamasi dan revegetasi pada lahan bekas
buangan tanah penutup yang gundul dan daerah bekas penambangan, dengan
cara menaburkan tanah penutup bagian atas atau top soil yang banyak
mengandung unsur hara dan menanami daerah tersebut dengan tanaman keras
seperti Akasia, Sengon, Gamal, Trembesi, Lamtoro dan lain-lain secara
sistematis dan bertahap.

4. Penambangan Batubara

Proses penggalian diawali dengan pembuatan bench pada tepi lokasi


penambangan (mine site) untuk jalan alas berat dan Plan pengangkutan deposit
batubara menuju lokasi stockpile. Setelah itu, deposit batubara dikeruk dengan
menggunakan excavator yang sekaligus memuatnya ke dalam dump truck untuk
diangkut ke lokasi stockpile. Pada waktu pelaksanaan operasi penambangan juga
dilakukan kontrol kualitas dengan tujuan memaksimalkan perolehan batubara di
muka tambang dan mendapatkan kualitas seperti spesifikasi yang dinginkan.

Operasi penambangan yang akan dilakukan oleh PT. GBP dalam rangka
pengembangan tambahan cadangan ini adalah melanjutkan kegiatan operasi
penambangan yang telah dilakukan sampai dengan saat ini. Rencana produksi

RUANG LINGKUP STUDI II - 50


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

disusun berdasarkan atas jumlah cadangan yang ada dan keteraturan operasi
penambangan yang akan dilakukan, dengan mempertimbangkan aspek
keselamatan kerja, lingkungan serta konservasi bahan galian yang ada.

Kemajuan penambangan direncanakan ke arah tegak lurus jurus lapisan batubara


sampai lereng akhir penambangan, kemudian bergerak maju ke daerah
penambangan tahun berikutnya mengikuti penyebaran lapisan batubara.

Pemilihan urut-urutan penambangan terutama didasarkan pada pertimbangan


teknis operasional, kesiapan data eksplorasi, kondisi deposit serta untuk dapat
memenuhi spesifikasi yang direncanakan.

Dengan jumlah cadangan yang layak tambang terbuka sebesar 23 juta ton, dan
setelah dilakukan simulasi batas kemajuan tambang setiap tahun dengan
memperhatikan target produksi per tahun, strategi dan urutan umum
penambangan, stripping ratio serta teknis operasi penggalian diperoleh rencana
produksi seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.28. Rencana Produksi Batubara Berdasarkan


Rencana Pit Penambagan

Coal OB
Tahun Pit SR
(Ton) (BCM)
Realisasi 2010 3.387.495 63.278.940 18,68
2011 PS 6D1-5 250.360 4.597.524 18,36
  PS 6J.1, 6J.4 52.000 969.353 18,64
  PS 7D.5-7 290.996 4.128.073 14,19
  PS 7T.5 & 7T.8 311.300 6.510.000 20,91
  PS 2J.1-2 114.313 2.022.268 17,69
  PS 2T.3-4 34.877 655.116 18,78
  PS 1K.1-7 124.626 2.350.410 18,86
  PS 2K.1-9 303.380 5.968.866 19,67
  PS 4D.2, 4D.7 128.615 2.542.328 19,77
  PS 7DA.1-2 Ext. 1.652.446 35.535.581 21,50
  PS3, 3PSA, 5PT.2-5 & CRCK, 6PS, 237.087 4.720.481 19,91
8PT, 7PS.2-3, 7PS.3A, 30PU, 22PU,
16PU (Payang All)
  Sub Total 3.500.000 70.000.000 20,00
2012 PS 3T.1 34.850 661.464 18,98
  PS 5D.4-5 76.446 1.517.171 19,85
  PS 5T.5 28.399 513.472 18,08
  PS 6DA.3-7 126.028 2.305.478 18,29
  PS 7T.5, 7T.8 81.945 1.721.394 21,01
  PS 4J.3-6, 4J.67 Ext., 4J.45 Ext. 112.416 1.770.424 15,75
  PS 2K.1-9 329.004 2.743.401 8,34

RUANG LINGKUP STUDI II - 51


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Tabel 2.28. Lanjutan

Coal OB
Tahun PIT SR
(Ton RoM) (BCM)
  PS 4D2, 4D.7 383.464 8.593.661 22,41
  PS 10D.5, 10R.5 95.441 1.834.307 19,22
  PPS 7DA.1-2 Ext. 1.706.609 38.661.348 22,65
  PS3, 3PSA, 5PT.2-5 & CRCK, 6PS, 525.398 11.677.880 22,23
8PT, 7PS.2-3, 7PS.3A, 30PU, 22PU,
16PU (Payang All)
  Sub Total 3.500.000 72.000.000 20,57
2013 PS 5D.4-5 64.973 1.296.247 19,95
  PS 4D, 4D.7 442.061 9.004.095 20,37
  PS 7DA.1-2 Ext. 2.272.171 47.796.939 21,04
  PS 11T.5 15.759 320.647 20,35
  PS3, 3PSA, 5PT.2-5 & CRCK, 6PS, 705.036 14.582.072 20,68
8PT, 7PS.2-3, 7PS.3A, 30PU, 22PU,
16PU (Payang All)
  Sub Total 3.500.000 73.000.000 20,86
2014 PS 4D2, 4D7 477.246 10.312.350 21,61
  PS 7DA.1-2 Ext. 1.782.382 36.982.846 20,75
  PS3, 3PSA, 5PT.2-5 & CRCK, 6PS, 740.372 14.704.804 19,86
8PT, 7PS.2-3, 7PS.3A, 30PU, 22PU,
16PU (Payang All)
Sub Total 3.000.000 62.000.000 20,67
2015 PS 4D.2, 4D.7 466.929 9.280.800 19,88
  PS 7 DA.1-2 1.754.646 37.366.897 21,30
  PS3, 3PSA, 5PT.2-5 & CRCK, 6PS, 778.425 14.352.303 18,44
8PT, 7PS.2-3, 7PS.3A, 30PU, 22PU,
16PU (Payang All)
Sub Total 3.000.000 61.000.000 20,33
2016 PS 7DA.1-2 Ext. 1.691.958 34.548.707 20,42
  PS3, 3PSA, 5PT.2-5 & CRCK, 6PS, 808.042 13.451.293 16,65
8PT, 7PS.2-3, 7PS.3A, 30PU, 22PU,
16PU (Payang All)
Sub Total 2.500.000 48.000.000 19,20
2017 PS 7DA.1-2 Ext. 1.478.414 29.149.505 19,72
  PS3, 3PSA, 5PT.2-5 & CRCK, 6PS, 221.586 2.850.495 12,86
8PT, 7PS.2-3, 7PS.3A, 30PU, 22PU,
16PU (Payang All)
Sub Total 1.700.000 32.000.000 18,82
2018 PS 7DA.1-2 Ext. 452.059 9.966.327 22,05
Sub Total 452.059 9.966.327 22,05
Total 24.539.554 491.245.267 20,02

RUANG LINGKUP STUDI II - 52


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

2.7. Peta Rencana Penambangan PTGBP……………………………..…………

RUANG LINGKUP STUDI II - 53


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

5. Pengolahan dan Penimbunan Batubara

Sistem pengolahan batubara yang akan diterapkan oleh PT GBP untuk mengolah
batubara hasil penambangan dalam rangka pengembangan tambahan cadangan
ini secara umum tidak berubah seperti yang dilakukan selama ini, yaitu chrushing
dan screening serta sebagian diproses dengan washing (pencucian) untuk
batubara yang mempunyai kadar debu relatif tinggi.

Secara garis besar, seluruh kegiatan pada fasilitas pengolahan batubara PT GBP
adalah sebagai berikut :

Melakukan reduksi ukuran (size reduction) melalui penggerusan (crushing) dan


sebagian jenis batubara dilakukan dengan proses pencucian (washing).

 Melakukan pemisahan ukuran melalui pengayakan (screening)


 Melakukan pencampuran (blending) batubara
 Melakukan penumpukan batubara (stockpiling)
 Melakukan penanganan limbah air (water pollution treatment) dengan
pengadaan kolam pengendapan (settling pond)

a. Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi fasilitas pengolahan (CPP) yang digunakan oleh PT. GBP
pada operasi produksi saat ini, masih mampu memenuhi target produksi yang
telah ditetapkan dalam rangka pengembangan tambahan cadangan untuk tahun-
tahun mendatang. Pada saat ini terdapat 3 (tiga) lokasi pengolahan yang
digunakan oleh PT. GBP untuk mengolah batubara keluaran tambang (RoM),
yaitu washing plant di dekat lokasi tambang yaitu bekas pit 5, crushing plant di
pelabuhan Manau dan Pelabuhan Tepian Ulaq.

Batubara keluaran tambang dengan kadar abu relatif tinggi (sekitar 5% dari
produksi RoM) akan dicuci di unit washing plant, kemudian sisanya (sekitar 95%
dari produksi RoM) yang tidak memerlukan proses pencucian akan diproses di
unit crushing plant yang terdapat di dua lokasi, yaitu di dekat pelabuhan Manau
dan Tepian Ulaq.

Kapasitas masing-masing unit crushing plant yang ada di pelabuhan Manau


adalah 500 ton/jam dan kapasitas crushing plant di Tepian Ulaq adalah sebesar
500 ton/jam.

Berdasarkan tingkat produksi RoM maksimum sebesar 3,3 juta ton yang telah
ditetapkan oleh PT. GBP, maka kapasitas peralatan pengolahan yang disediakan
oleh PT. GBP tersebut akan mampu memenuhi target yang telah ditetapkan.
Sehingga dalam rangka perubahan tingkat produksi yang dilakukan oleh PT. GBP
berkaitan dengan pengembangan dan optimalisasi cadangan batubara yang ada,
tidak diperlukan investasi untuk pembelian peralatan pengolahan yang baru.

b. Kualitas Produksi

Batubara keluaran tambang yang dihasilkan dari beberapa blok di wilayah PKP2B
PT. GBP KW. 05PB0157 mempunyai kisaran kualitas nilai kalori (CV) antara

RUANG LINGKUP STUDI II - 54


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

6.585 — 7.822 kkal/kg (adb), kandungan air total (TM) 4,6% - 15,4% (adb),
kandungan abu (ash) berkisar antara 2,00% - 14,93% (adb), pada seam 6 yang
mengalami splitting dengan kadar abu yang tinggi 30% (adb) dan kandungan
sulfur total (TS) berkisar antara 0,35% - 2,85% (adb).

Batubara keluaran tambang (RoM) akan diproses dalam unit washing plant untuk
batubara dengan kandungan abu yang relatif tinggi, sedangkan batubara yang
tidak memerlukan pencucian, diolah di unit crushing plant.

Kualitas produksi hasil proses pengolahan batubara yang direncanakan dalam


rangka pengembangan tambahan cadangan ini diusahakan dapat memenuhi
persyaratan pasar batubara dari PT. GBP.

Berdasarkan kondisi kualitas batubara yang ada, maka kualitas produksi batubara
yang dihasilkan dari proses pengolahan batubara dengan nilai kalori rata-rata
sekitar 7.300 kkal/kg (adb), kadar abu < 10% (adb) pada unit crushing plant dan
kadar abu 5-1 5 % (adb) pada unit washing plant, dengan kandungan sulfur total
< I % (adb).

Mempertimbangkan kondisi kualitas batubara yang terdapat di daerah rencana


pengembangan tambahan cadangan PT. GBP, dalam hal ini kandungan sulfur
total yang relatif tinggi pada beberapa seam, upaya yang akan dilakukan oleh
PT. GBP adalah melakukan blending (pencampuran) dengan batubara yang
mempunyai kandungan sulfur total rendah.

Blending akan dilakukan di RoM stockpile, di mana pada saat penumpukan


batubara dipisah antara batubara kadar sulfur total tinggi dengan batubara yang
mempunyai kadar sulfur total rendah.

1) Pencucian di Unit Washing Plant

Proses pencucian merupakan proses pemisahan batubara dari pengotornya


berdasarkan perbedaan berat jenis. Proses dilakukan dengan menggunakan
washing machine, sedangkan media pemisahnya adalah air.

Pada saat proses pencucian batubara, dilakukan pada batubara yang berasal dari
top dan bottom masing-masing lapisan (± 5 cm ) dan batubara seam 6 yang
mengalami splitting dimana keduanya mempunyai kadar abu (ash) yang tinggi ±
30%. Pencucian batubara dilakukan sampai mencapai kadar abu (ash) ± 15%.

Dari proses pencucian batubara di washing plant akan dihasilkan reject batubara.
Reject batubara ini akan ditimbun di inpit dump yang ditutupi material tanah
penutup.

2) Pengolahan di Cpp Manau dan Tepian Ulaq

Untuk pengolahan di unit crushing plant Manau dan Tepian Ulaq, batubara yang
berada di stockpile dimasukkan ke dalam hopper dalam jumlah tertentu sesuai
daya tampung. Kemudian batubara yang jatuh dari hopper digerakkan oleh feeder
sehingga masuk ke dalam single roll crusher yaitu penggerusan batubara yang
dilakukan oleh crusher dan plat besi yang berfungsi sebagai penahan.

RUANG LINGKUP STUDI II - 55


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Batubara yang sudah digerus/dihancurkan dialirkan oleh conveyor untuk


menjalani tahap pemisahan oleh double deck screen yang bentuknya berupa plat
yang berlubang-lubang dengak ukuran lubang yang berbeda-beda. Tahap ini
merupakan metode pemisahan batubara yang berukuran besar dan kecil. Besar
lubang screen disesuaikan dengan permintaan konsumen yang biasanya
berukuran 5 cm.

Batubara yang lolos pada screen pertama akan ditampung pada screen kedua.
Sedangkan batubara yang berukuran kecil/halus masuk ke dalam siklon yang
hasil akhirnya berupa fine coal. Batubara pada screen 1 dan 2 selanjutnya masuk
ke dalam double roll crusher yaitu metode penggerusan batubara yang dilakukan
oleh pergerakan 2 roll crusher yang berlawanan arah. Setelah melalui double roll
crusher batubara yang dihasilkan dapat diteruskan pada proses pengapalan.

3) Pencampuran (Blending) Batubara

Berdasarkan kondisi kualitas batubara yang terdapat di wilayah PKP2B PT. GBP,


dalam hal ini kandungan belerang (total sulfur) pada beberapa seam yang relatif
tinggi, maka akan dilakukan pencampuran (blending) untuk memperoleh kualitas
produk yang diharapkan. Batubara yang digunakan untuk proses blending adalah
batubara yang berasal dari blok-blok wilayah PKP2B PT. GBP, meliputi beberapa
seam yang akan ditambang dalam rangka pengembangan tambahan cadangan
ini.

Untuk dapat melakukan proses blending, maka proses dilakukan sebelum masuk
ke unit pengolahan. bisa dengan alat wheel loader yang mengambil timbunan-
timbunan stockpile di raw coal stockpile.

Dengan menggunakan sistem blending seperti di atas, maka pengaturan variabel-


variabel yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif dapat lebih baik dilakukan.

Distribusi jumlah batubara dengan kualitas-kualitas tertentu dalam pelaksanaan


blending dilakukan dengan mengatur kecepatan pengumpanan (speed feeder).

4) Recovery Pengolahan

Recovery pengolahan pada unit washing plant adalah sebesar 50%, sedangkan
recovery pengolahan untuk CPP Manau dan CPP Tepian Ulaq adalah sebesar
99% karena proses pengolahan yang dilakukan hanya crushing dan screening
saja.

Peralatan pengolahan yang digunakan oleh PT. GBP seperti terlihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel 2.29. Jumlah, Jenis dan Kapasitas Alat Pengolahan


No. Jenis Peralatan Merk Kapasitas Jumlah
Coal Washing Plant
Washing Machine Semi
1. Britley — Boxer 1
Knocked Down
Coal Crushing Plant
1. Crushing Plant 1 Local Fabrication 500 Tons / Hour 1
Crushing Plant 2 Stamler 500 Tons / Hour 1

RUANG LINGKUP STUDI II - 56


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Tabel 2.29. Lanjutan


No. Jenis Peralatan Merk Kapasitas Jumlah
2. Barge Loader 1 Local Fabrication 1000 Tons / Hour 1
Barge Loader 2 Local Fabrication 500 Tons / Hour 1
3. Bulldozer Caterpillar D9N 370 HP / 11.9 M3 1
Caterpillar D8R 305 HP / 8.98 M3 2
4. Wheel Loader Caterpillar 992D 650 HP / 10.4 M3 1
Caterpillar 966E 235 HP / 3.1 M3 1
Caterpillar 966G 235 HP / 3.8 M3 3
Caterpillar 968G 235 HP / 6.75 M3 1
Komatsu WA 470-3 291 HP / 4.0 M3 2
5. Crawler Crane Hitachi KH 350 150 Tons 2
Hitachi KH 500 100 Tons 2
Hitachi KH 300 80 Tons 1
6. Generator Set Mercedez 0M444LA 400 KW 3
Sumber : Revisi Dokumen FS PT GBP, 2010

Gambar 2.18. Unit Washing Plant PT GBP


Batubara hasil penambangan diangkut menuju lokasi pengolahan/ pencucian
yang digunakan oleh PT. GBP selama ini. Batubara dengan kadar abu tinggi
diangkut menuju lokasi unit washing plant yang terletak di bekas pit 5,
sedangkan batubara yang tidak memerlukan proses pencucian diangkut
menuju CPP Manau dan CPP Tepian Ulaq.

Dalam rangka operasi penambangan batubara yang akan dilakukan oleh


PT GBP untuk tahun-tahun mendatang, masing-masing stockpile yang ada
tersebut akan tetap digunakan. Sehingga tidak diperlukan tambahan Stockpile
yang baru.

Terdapat 4 lokasi penimbunan batubara (stockpile) hasil tambang PT. GBP,


yaitu :

1. Lokasi penimbunan di dekat washing plant

RUANG LINGKUP STUDI II - 57


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Stockpile ini digunakan untuk menimbun batubara dari tambang (RoM)


yang memiliki kadar abu tinggi (20%) sehingga perlu dilakukan pencucian
dan tempat penimbunan batubara bersih hasil pencucian sebelum di
angkut dengan dump truck menuju Pelabuhan di Manau.

Stockpile di dekat lokasi unit washing plant dibagi menjadi 2 (dua), yaitu
stockpile batubara RoM dan stockpile batubara hasil proses pencucian.
Masing-masing stockpile yang ada di dekat unit washing plant mampu
menampung batubara sebanyak 50.000 ton.

2. Intermediate stockpile Km 9

Stockpile ini digunakan jika stockpile yang ada di pelabuhan Manau penuh
atau pada saat musim hujan dan terjadi banjir. Lokasi stockpile ini terletak
di Km 9, dengan washing area 4,4 Ha dan kapasitas penimbunan
sebanyak 250.000 ton.

3. Lokasi penimbunan di CPP Manau

Stockpile ini digunakan untuk menampung batubara RoM dari tambang


maupun hasil pengolahan di crusher plant maupun washing plant. Luas
area yang digunakan untuk penimbunan batubara di Manau adalah 8,2 Ha.
Sedangkan kapasitas clean coal stockyard yang ada di CPP Manau
mampu menampung sebanyak ± 50.000 ton batubara bersih hasil
pengolahan.

4. Lokasi penimbunan di CPP Tepian Ulaq

Stockpile ini digunakan untuk menampung batubara RoM dari tambang


maupun hasil pengolahan di crusher plant Tepian Ulaq. Luas area yang
digunakan untuk penimbunan batubara di Tepian Ulaq adalah 5,2 Ha.

Pada masing-masing unit fasilitas pengolahan/pencucian batubara yang


digunakan oleh PT. GBP, terdapat stockpile batubara yang terdiri dari
stockpile batubara RoM dan stockpile batubara hasil proses
pengolahan/pencucian (clean coal stockyard).

Kapasitas total penimbunan stockpile di Tepian Ulaq sebanyak 400.000


ton, dengan luas areal yang digunakan untuk stockpile adalah 5,2 Ha.
Stockpile ini digunakan hanya pada waktu musim kemarau pada saat
sungai Kedang pahu surut dan tidak dapat dilalui secara maksimal oleh
tongkang.

RUANG LINGKUP STUDI II - 58


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Gambar 2.19. Lokasi Penimbunan Batubara di pelabuhan Manau

Gambar 2. 20. Tempat Penimbunan Batubara di Dekat Washing Plant

Unit pengolahan batubara ini dibangun lengkap dengan fasilitas pendukungnya


seperti ruang kantor dan control room, bangunan mesin unit pengolahan
sendiri, pos penjagaan, tangki bahan bakar dan kolam pengendapan /settling
pond.

a. Ruang Kantor Pengolahan


Ruangan ini ditempatkan di daerah pengolahan yang akan digunakan
untuk kegiatan administrasi dan manajemen dari operasi pengolahan
batubara.

RUANG LINGKUP STUDI II - 59


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Ruangan ini didirikan menjadi satu unit dengan ruang panel control.
Beberapa fasilitas yang disediakan dalam kantor ini antara lain :

• Fasilitas jaringan listrik


• Fasilitas jaringan air
• Fasilitas jaringan komunikasi (internal menggunakan intercom,
eksternal menggunakan komunikasi radio frekwensi)
• Fasilitas jaringan komputer LAN
• Fasilitas administrasi
b. Bangunan Mesin
Semua peralatan/mesin pengolahan batubara dipasang dengan konstruksi
kerangka besi yang masing-masing dilengkapi dengan pondasi beton.
Susunan rangkaian peralatan disesuaikan dengan tata letak peralatan
dengan mempertimbangkan kelancaran jalannya produksi, keamanan dan
kemudahan bergerak bagi pekerja. Untuk jenis peralatan yang penting
dan sangat sensitif terhadap air, dibuatkan atap yang disangga dengan
kerangka besi; dan untuk peralatan yang tinggi dilengkapi dengan
"platform" dan tangga baja.
c. Bangunan Pos Penjagaan
Bangunan pos penjagaan dibangun di pintu masuk daerah pengolahan
batubara yang dibatasi oleh pagar kawat berduri. Bangunan ini
mempunyai luas 2 x 2 m2, dan terletak 3 m dari permukaan tanah. Pada
salah satu pintu masuk, terdapat bangunan jaga berukuran 3,5 x 3,5 m 2.
Bangunan ini juga berfungsi sebagai kantor timbangan truk.
d. Kolam Pengendap
Pengolahan batubara dengan proses pencucian menggunakan Washing
Plant akan menghasilkan air yang bercampur dengan partikel halus yang
disebut limbah. Air yang digunakan untuk kebutuhan proses pencucian
tersebut berasal dari kolam buatan, sedangkan limbah yang dihasilkan
disalurkan pada kolam pengendapan yang dibuat bersebelahan untuk
selanjutnya dinetralisasi dengan menggunakan kapur. Selanjutnya air
yang telah dinetralkan tersebut dialirkan kembali untuk kebutuhan proses
pencucian kembali.
e. Tangki Bahan Bakar
Untuk mendukung kegiatan operasi pengolahan yang dilakukan oleh
PT. GBP, di dekat fasilitas pengolahan telah dibangun tangki untuk
menyimpan bahan bakar.

RUANG LINGKUP STUDI II - 60


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Gambar 2.21. Bagan Alir Tahapan Proses Pengolahan di Unit Crushing Plant

RUANG LINGKUP STUDI II - 61


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

RUANG LINGKUP STUDI II - 62


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Gambar 2.22. Diagram alir Pengolahan Batubara di Unit Washing plant

RUANG LINGKUP STUDI II - 63


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

6. Pengangkutan Batubara

Kegiatan pengangkutan akan dilakukan seperti yang dilakukan selama ini.


Pengangkutan batubara dari pit tambang ke stockpile menggunakan alat angkut
dump truck kapasitas 22 ton sampai dengan 35 ton. Sedangkan pengangkutan
material tanah penutup (overburden) menuju lokasi timbunan tanah penutup
baik in pit dumping maupun out pit dumping dilakukan dengan dump truck
kapasitas 85 ton sampai dengan 90 ton.

Jalur transportasi melalui jalan darat adalah untuk mengangkut batubara dan
lapisan tanah penutup menuju lokasi penimbunan yang telah ditentukan. Jalan
angkut yang ada saat ini mampu untuk memenuhi target produksi dan
kelancaran supply batubara dari lokasi tambang menuju lokasi pengolahan di
pelabuhan Manau dan Tepian Ulaq yang terletak di tepi sungai Mahakam.

Batubara hasil penambangan diangkut menuju lokasi pengolahan/pencucian


yang digunakan oleh PT. GBP selama ini. Batubara dengan kadar abu tinggi
diangkut menuju lokasi unit washing plant yang terletak di bekas pit 5,
sedangkan batubara yang tidak memerlukan proses pencucian diangkut menuju
CPP Manau dan CPP Tepian Ulaq.

Jarak antara lokasi tambang menuju pelabuhan Manau adalah sekitar 25 km,
sedangkan dari pelabuhan Manau menuju pelabuhan Tepian Ulaq berjarak 14
km. Jalur pengangkutan batubara yang menghubungkan Manau dengan Tepian
Ulaq yang berjarak 14 km memotong 2 (dua) sungai, yaitu Sungai Tanjungbrau
dan Sungai Baroh. Untuk melintasi sungai tersebut, telah dibuat jembatan
dengan rancangan dasar bobot kendaraan bermuatan. Panjang jembatan
disesuaikan dengan lebar masing-masing sungai, pada sungai Tanjungbrau
panjang jembatan 30 meter dan panjang jembatan pada sungai Baroh 10 meter.

Lebar jalan angkut dibedakan menjadi dua macam yaitu lebar jalan angkut lurus
dan jalan belokan yang dalam perhitungannya akan berbeda.
Lebar jalan minimum ditentukan berdasarkan lebar truk yang dipakai. Untuk
dump truck lebar 3,5 m, maka lebar jalan lurus 4 x lebar truk maksimum, yaitu
14 m, dan lebar jalan angkut untuk dua jalur pada tikungan minimal 18 meter.
Kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan alat
angkut baik pada saat pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan.
Kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut
(truk) sebesar 8%.
Dalam menjaga kondisi jalan pengangkutan batubara tetap keadaan baik dan
aman, maka perlu dilakukan maintenance jalan secara rutin. Dalam pekerjaan
maintenance meliputi penyiraman jalan, penggantian material jalan yang rusak,
pembentukan kembali paritan di sebelah kiri dan kanan jalan, pengompakan
kembali material jalan yang telah diganti, perataan jalan dan pembukaan
kembali saluran-saluran keluaran yang tertutup.

RUANG LINGKUP STUDI II - 64


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Pelaksanaan perawatan jalan secara rutin, alat-alat yang digunakan adalah


Grader, Kompaktor dan truck penyiram air. Jam kerja alat untuk perawatan
jalan disesuaikan dengan jam kerja pengangkutan batubara ke stockpile.
Sepanjang jalan ini terdapat beberapa perpotongan dengan jalan menuju
kebun/ladang masyarakat.

Gambar 2.23. Kondisi Jalan Angkut Batubara PT GBP

7. Pemuatan dan Pengapalan Batubara

Pengangkutan batubara hasil penambangan dari pit-pit tambang menuju


stockpile di dekat lokasi CPP dilakukan dengan menggunakan dump truck
melalui jalan tambang yang telah dibangun oleh PT. GBP. Batubara tersebut
diangkut dari lokasi tambang dengan lokasi CPP di pelabuhan Manau dan
Tepian Ulaq. Lokasi pelabuhan Manau terletak di tepi Sungai Kedang Pahu,
sedangkan lokasi pelabuhan Tepian Ulaq terletak di tepi Sungai Mahakam.
Jarak antara lokasi tambang menuju pelabuhan Manau adalah sekitar 25 km,
sedangkan dari pelabuhan Manau menuju pelabuhan Tepian Ulaq berjarak 14
km.
Jalur pengangkutan batubara yang menghubungkan Manau dengan Tepian
Ulaq yang berjarak 14 km memotong 2 (dua) sungai, yaitu Sungai Tanjungbrau
dan Sungai Baroh. Untuk melintasi sungai-sungai tersebut, telah dibuat
jembatan dengan rancangan berdasarkan bobot kendaraan berm uatan.
Panjang jembatan disesuaikan dengan lebar masing-masing sungai, pada
Sungai Tanjungbrau panjang jambatan 30 meter dan panjang jembatan pada
Sungai Baroh 10 meter.
Fasilitas pemuatan batubara ke tongkang yang digunakan PT. GBP adalah
conveyor loading system. Pemilihan fasilitas ini karena kapasitas muatan yang
lebih besar dan bersifat kontinyu. Pemuatan batubara ke atas tongkang
menggunakan peralatan belt conveyor dan stacking conveyor. Peralatan ini
berupa rangkaian ban berjalan dimana batubara dari hopper akan jatuh ke atas
ban berjalan yang akan membawa batubara tersebut ke tepi dermaga. Fasilitas

RUANG LINGKUP STUDI II - 65


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

barge loading conveyor yang digunakan saat ini terdapat di 2 (dua) lokasi, yaitu
di pelabuhan Manau dengan kapasitas 1000 ton/jam yang ada di tepi Sungai
Kedang Pahu dan fasilitas barge loading conveyor pelabuhan Tepian Ulaq di
tepi Sungai Mahakam dengan kapasitas 500 ton/jam.
Di tepi dermaga ini sudah tersedia tongkang yang siap diisi oleh batubara dari
stacking conveyor dengan sistem curah. Conveyor loading system ini dapat
beroperasi secara fleksibel, karena arah pengambilan batubara dari
tumpukannya dapat diatur sedemikian rupa melalui stacking conveyor yang
dapat mengatur posisi untuk mencurahkan batubara ke atas tongkang. Pada
waktu pengangkutan dengan ban berjalan pemuat batubara ke dalam tongkang
atau vessel (barge loading conveyor), batubara ditimbang dengan menggunakan
timbangan otomatis (belt scale) untuk mengetahui jumlah batubara yang sudah
dicurahkan.
Untuk kontrol kualitas batubara pada pemuatan ke tongkang, dilakukan
pengambilan contoh batubara secara representatif untuk setiap lot sesuai
dengan kapasitas tongkang yang digunakan dengan pengambil contoh mekanik.
Preparasi dan analisis contoh batubara dari timbunan batubara sebelum dan
sesudah dimuat ke tongkang/vessel dilakukan di laboratorium. Analisis yang
dilakukan adalah Proximate Analysis, Kandungan Total Sulfur, Kandungan
Kejenuhan Air (Total Moisture) dan nilai kalori (Calorific Value), analisis
Hardgroove Grindability Index (HGI) dan juga sewaktu-waktu dilakukan Ultimate
Analysis.

8. Aktifitas Bengkel dan Genset

Aktivitas tambang batubara PT. GBP akan menyebar dari lokasi tambang
sampai dengan pelabuhan muat. Konsentrasi aktivitas terbesar akan berada di
lokasi tambang dan di sepanjang jalan angkut batubara. Bengkel parawatan alat
berat dan alat pengangkut akan dibangun di lokasi tambang dan juga di
sepanjang jalur jalan angkut.

Bengkel-bengkel kerja di lokasi tambang yang akan dibangun terutama untuk


melayani perawatan dan perbaikan alat berat tambang dan truk besar yang
dioperasikan di tambang, perbaikan kendaraan ringan dan peralatan operasional
penambangan.

Bengkel, gudang dan fasilitas pendukung lainnya yang dibangun oleh PT. GBP
dan Petrosea terdapat di Km 24 dan pelabuhan, sedangkan yang ada di Km 9
adalah milik UT dan PT. Cakrajawara. Lahan yang digunakan untuk fasilitas ini
seluas 19,43 Ha.

Sarana pergudangan untuk menyimpan peralatan, suku cadang maupun


barang-barang yang diperlukan selama operasi penambangan berlangsung
telah dibangun di sekitar lokasi penambangan.

RUANG LINGKUP STUDI II - 66


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Fasilitas pengelolaan limbah B3 di dilakukan di tempat penyimpanan sementara


limbah B3 (TPS LB3) yang meliputi

a. Tempat untuk menyimpan kemasan oli bekas yang dibawahnya dialasi


dengan pallet.
b. Rak penyimpan baterai bekas.
c. Penyediaan tempat penirisan oil filter bekas yang terdiri dari 10 unit
d. Penyediaan tempat majun bekas serta tempat sampah non B3
e. Fasiliitas oil catcher
f. Fasilitas oil trap

Limbah cair yang dihasilkan dari aktifitas perbengkelan seperti ceceran BBM
dan oli/pelumas bekas, akan ditampung dalam bak penampungan (Oil Trap)
kemudian dikelola dengan baik sampai dengan penyerahan kepada perusahaan
(agen) pengumpul dari limbah B3.

Gambar 2.24. Kondisi Penyimpanan Sementara LimbaH B3

Untuk menghindari terjadinya ceceran oli bekas ini, pada setiap penggantian oli
mesin, oli bekasnya ditampung dan dimasukan ke dalam drum yang telah
disediakan. Kemudian drum tersebut diletakan di dalam bengkel yang telah
ditetapkan tempatnya. Untuk menghindari terjadinya tumpahan atau ceceran oli
bekas ini, di lokasi penyimpanannya dibuat bak-bak penampung (oil trap). Alur
aliran di bak penampungan dibuat zigzag pada bagian bawah dan dipasang

RUANG LINGKUP STUDI II - 67


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

filter/saringan disetiap sekat bak, sehingga bak terakhir hanya terdapat air saja,
seperti yang terlihat pada gambar 2.22. Untuk penanganan oli bekas (pelumas)
yang termasuk sebagai kategori limbah B3 dari seluruh kegiatan penambangan
selanjutnya akan dikumpulkan kedalam drum-drum penampungan dengan
menempatkan pada lokasi khusus agar tidak terganggu dengan limpasan air
hujan maupun tercecer pada media tanah, Selanjutnya oli bekas tersebut
diserahkan kepada perusahaan pengumpul oli bekas yang telah mendapatkan
ijin pengumpul dan penanganan limbah B3 dari Kementerian Lingkungan Hidup.
Untuk pengelolaan limbah padat B3 pemrakarsa akan melengkapi workshop
dengan TPS yang dilengkapi dengan izin dari instansi terkait.

Gambar 2.25. Desain Bak Pengolahan Oli (Olie Treatment)


Pembangkit listrik ditujukan untuk keperluan penerangan dan pengoperasian
alat-alat listrik untuk keperluan perkantoran, mess karyawan, workshop maupun
kebutuhan lainnya yang memerlukan tenaga listrik sebagai sumber energinya.
Lokasi PLTD terletak dekat dengan lokasi bengkel dan didistribusikan ke
berbagai tempat yang memerlukan listrik. Sedangkan untuk keperluan
operasional pada malam hari digunakan genset prime mover (air cooled)
dengan menara lampu. Untuk keamanan dan mengurangi kebisingan dan
pencemaran udara genset akan dilengkapi dengan rumah genset dan cerobong.
Untuk lebih jelasnya mengenai desain ruang dan cerobong genset disajikan
pada gambar 2.26. berikut.

RUANG LINGKUP STUDI II - 68


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Gambar 2.26. Desain Rumah Genset

9. Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bentuk komitmen PT GBP


untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi proyek. Program
Corporate Social Responsibility ini akan diselaraskan dengan program
Pemerintah Kabupaten Kutai Barat. Tujuan dari program Corporate Social
Responsibility adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
pengembangan perekonomian. memperbaiki sarana-prasarana sosial
khususnya kesehatan lingkungan. dan partisipasi masyarakat dalam pelestarian
sumber daya alam.

Tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility) merupakan komitmen


PT GBP dalam pembangunan sosial. Salah satu wujud dari program CSR
adalah melalui program pemberdayaan masyarakat. CSR di dalam konteks
pengusahaan pertambangan merupakan program pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat di sekitar lokasi tambang. Pemberdayaan
masyarakat yang diterapkan oleh PT GBP di wilayah sekitar tambang dititik
beratkan untuk terciptanya prinsip saling pengertian akan kepentingan bersama,
dengan mengedepankan prinsip saling menguntungkan antara masayarakat dan
perusahaan. Dengan melakukan kerjasama yang harmonis antara perusahaan
dan masyarakat/daerah diharapkan program pemberdayaan masyarakat dapat
mengena pada sasaran.

RUANG LINGKUP STUDI II - 69


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Dalam rangka merealisasikan usaha penambangan batubara di wilayah PKP2B


PT GBP dan guna mendapat dukungan dan simpati serta terciptanya
harmonisasi dengan masyarakat sekitar tambang, maka perusahaan terus
berusaha untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat/wilayah sekitar lokasi tambang. Kegiatan pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan selama ini antara lain mencakup partisipasi dalam
pemberdayaan pengetahuan/pendidikan, peningkatan perekonomian, perbaikan
infrastruktur dan pembangunan fisik lainnya, dalam upaya peningkatan
kesejahteraan taraf hidup masyarakat di daerah tersebut.

Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat selama ini


dan yang akan dilakukan nanti selalu ditekankan pada aspek pemerataan dan
kesetaraan yang proporsional serta mendidik, yang artinya program tidak
menciptakan ketergantungan masyarakat pada perusahaan, tetapi memberikan
solusi bagi upaya peningkatan kualitas dan kemandirian masyarakat yang
diselaraskan dengan kondisi perusahaan, serta harus benar-benar dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat setempat.

RUANG LINGKUP STUDI II - 70


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Tabel 2.30. Realisasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT.GBP Tahun 2007 - 2009
Tahun Kegiatan Lokasi Realisasi Biaya (Rp)
2007 1. Pendidikan Kec. Muara Pahu, Jempang, Siluq Ngurai, dan daerah lain 1.051.442.526
  2. Kesehatan dan Olahraga Kec. Muara pahu, Jempang, Siluq Nhurai, dan daerah lain 401.663.229
  3. Keagamaan Kec. Muara Pahu, Jempang, Siluq Ngurai, dan daerah lain 205.960.000
  4. Sarana dan Prasarana Wilayah Kec. Muara Pahu, Jempang, dan Siluq Ngurai 1.096.776.008
  5. Ekonomi Kerakyatan Kec. Muara Pahu 9.000.000
  6. Bantuan Sosial dan Budaya Kec. Muara Pahu, Jempang, Siluq Ngurai, dan daerah lain 1.132.110.921
  7.Sumbangan dan bantuan lainnya Jempang, Siluq Ngurai, dan daerah lain 130.650.000
  Jumlah 4.027.602.684
2008 1. Hubungan komunitas    
  - Bidang Keagamaan Kec. Siluq Ngurai, Muara Pahu, Jempang dan lainnya 377.414.157
  - Bidang Sosial - Budaya Kec. Siluq Ngurai, Muara Pahu, Jempang dan lainnya 1.319.463.153
  - Bidang Olahraga & Kepemudaan   270.119.750
  2. Pemberdayaan Masyarakat    
  - Bidang Pendidikan Kec. Siluq Ngurai, Muara Pahu, Jempang dan lainnya 959.484.550
  - Bidang Kesehatan Kec. Siluq Ngurai, Muara Pahu, Jempang dan lainnya 130.736.000
  - Bidang Ekonomi Kec. Siluq Ngurai, Muara Pahu, Jempang dan lainnya 66.749.500
  - Bidang Pariwisata   10.683.500
  3. Pengembangan infrastruktur    
  - Sarana Umum lainnya Kec. Siluq Ngurai, Muara Pahu, Jempang dan lainnya 2.457.107.965
Jumlah 5.591.758.575
2009 1. Hubungan Komunitas    
  - Bidang Keagamaan Siluq Ngurai, Muara Pahu, Jempang, Kab. Kubar, umum 238.243.490
  - Bidang Sosial - Budaya Siluq Ngurai, Muara Pahu, Jempang, Kab. Kubar, umum 990.196.122
  2. Pemberdayaan Masyarakat    
  - Bidang Pendidikan Siluq Ngurai, Muara Pahu, Jempang, Kab. Kubar, umum 953.572.330
  - Bidang Kesehatan Siluq Ngurai, Muara Pahu, Jempang, Bongan 233.507.000
  - Bidang Pertanian Jempang, Muara Pahu, 2.810.942.503
  - Bidang Peternakan - Perikanan Siluq Ngurai, Jempang, Muara Pahu, 736.620.960
  - Bidang Pariwisata   343.301.000
  3. Pengembangan Infrastruktur    
  - Sarana Kesehatan   41.552.250
  - Sarana Umum lainnya Siluq Ngurai, Jempang, Muara Pahu, 1.203.112.425
Jumlah 7.551.048.080
Sumber : PT GBP, 2010

RUANG LINGKUP STUDI II - 71


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Gambar 2.27. Dokumentasi Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) PT.GBP Tahun 2007 - 2009

RUANG LINGKUP STUDI II - 72


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Disamping itu program pemberdayaan masyarakat selalu disusun berdasarkan


dari hasil pengamatan terhadap kebutuhan dan kondisi dari masyarakat/
pemerintahan kampung dan kecamatan di sekitar lokasi tambang dan tempat
pengolahan/pelabuhan yang dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
pihak manajemen PT GBP.

Selama ini kegiatan pemberdayaan masyarakat telah dilakukan di berbagai


kecamatan yang tercakup dalam wilayah sekitar lokasi penambangan PT GBP
yang meliputi Kecamatan Siluq Ngurai, Muara Pahu dan Kecamatan Jempang.
Secara garis besar program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh
PT GBP meliputi beberapa bidang, yaitu :

Tabel 2.31. Rencana Program Corporate Social Responsibility (CSR)


I. Bidang Pendidikan
 Pemberian beasiswa kepada anak-anak usia sekolah
 Pemberian bantuan rancangan khusus dan pengembangan metode
pembelajaran
 Pendanaan pasokan buku-buku pelajaran, computer, laoratorium dan
perpustakaan
 Pemberian insentif bagi guru, khususnya yang terdapat di daerah-daerah
terpencil
II. Bidang Kesehatan
 Kerja sama dengan Dinas Kesehatan terutama dalam peningkatan fasilitas,
sarana serta layanan kesehatan di desa-desa sekitar lokasi tambang
 Memberikan insentif kepada dokter serta perawat yang bertugas di puskesmas
maupun poliklinik
 Bantuan biaya berobat bagi masyrakat sekitar tambang
 Progam pencegahan penyakit
III. Bidang Infrastruktur
 Pembangunan / rehabilitasi dan pengerasan jalan kampung
 Perbaikan fasilitas drainase
 Pembangunan fasilitas pendidikan
 Perbaikan dan pembangunan jembatan
VI. Bidang Sosial Budaya
 Pemberian bantuan pada kelompok-kelompok seni dan budaya yang ada di
sekitar tambang
 Pemberian bantuan bagi progam-progam karang taruna
 Pemberian bantuan pada kelompok-kelompok masyarakat dalam pelestarian
kesenian tradisional
V. Bidang Keagamaan
 Pemberian bantuan dalam pelaksanaan upacara keagamaan bagi masyarakat
sekitar tambang
 Pemberian bantuan pendirian / perbaikan tempat ibadah
VI. Bidang Ekonomi
 Dukungan pada bidang pertanian, perikanan dan peternakan yang dapat
mendorong peningkatan perekonomian di sekitar tambang.
 Penggunaan jasa lokal
 Penyediaan logistik perusahaan dari hasil produksi masyarakat sekitar tambang
 Pemberian kesempatan kepada para kontrkator dan suplier lokal
 Pengembangan kesempatan kerja

RUANG LINGKUP STUDI II - 73


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Program Corporate Social Responsibility (CSR) ini juga dirancang secara


terukur berdasarkan skala prioritas sesuai kebutuhan setempat dan selalu
dikaitkan dengan dampak yang timbul.

Dalam proses penambangan, PT GBP juga menggunakan jasa usaha lokal agar
masyarakat sekitar ikut memanfaatkan kegiatan penambangan tersebut. Adapun
usaha-usaha yang akan dilakukan oleh PT GBP dalam rangka memanfaatkan
usaha jasa dan produk lokal antar lain:
1. Melakukan pemakaian barang produksi dalam negeri (local content) seperti :
pakaian kerja, sepatu kerja, helm pengaman, furniture, dan lain-lain
2. Memberi kesempatan ke para lokal kontraktor dan lokal supplier untuk
mengikuti tender-tender pekerjaan yang sesuai dengan keahlian dan
kemampuan mereka. Mengembangkan kesempatan kerja ke para pekerja
lokal dan mengurangi tingkat pengangguran
3. Penyediaan logistik perusahaan menggunakan produksi dari masyarakat
sekitar lokasi tambang
D. Tahap Pasca Operasi :

1. Reklamasi dan Revegetasi Lahan

Kegiatan reklamasi bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang


terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi
dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Sasaran akhir dari reklamasi adalah
lahan yang terganggu akibat adanya tambang yang kondisinya aman, stabil
dan tidak mudah tererosi sehingga dapat dimanfaatkan kembali.

Pelaksanaan reklamasi meliputi berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut:

a) Persiapan lahan yang berupa penyiapan lahan bekas tambang,


pengaturan bentuk lahan, dan penempatan bahan tambang kadar rendah
yang belum dimanfaatkan
b) Pengendalian erosi dan sedimentasi
c) Pengelolaan tanah pucuk
d) Revegetasi (penanaman kembali)

Lokasi yang akan dilakukan kegiatan reklamasi meliputi antara lain:

a) Tapak bekas tambang, meliputi: pit tambang, waste dump, jalan tambang,
stockfile dan settling pond.
b) Fasilitas Pengolahan batubara
c) Fasilitas penunjang (bengkel, rumah genset, lokasi tangki BBM)

Untuk memulihkan fungsinya,maka lahan yang terganggu akibat kegiatan


tambang akan dilakukan reklamasi sesuai dengan perencanaan makro daerah
atau rencana tata ruang wilayah dan mempertimbangkan pendapat dan
harapan masyarakat sekitar tambang. Sasaran dari kegiatan reklamasi lahan
bekas tambang yang akan dilakukan reklamasi pada wilayah kegiatan
penambangan PT GBP berada di beberapa tempat di dalam Blok Tlaga,

RUANG LINGKUP STUDI II - 74


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Dame, Rusuh, Jebor, Blok Klawit dan Blok Payang. Rencana reklamasi
keseluruhan komponen yang meliputi: pit tambang, waste dump, settling pond,
stockpile, jalan tambang, jalan non tambang, fasilitas penunjang dan
pelabuhan diperkirakan akan selesai dalam 3 tahun setelah berakhirnya masa
operasi tambang.

Dengan menerapkan system penambangan Back filling, maka lahan yang


telah selesai di tambang secara bertahap segera dilakukan penimbunan
kembali dengan tanah penutup dari pit yang sedang ditambang. Dengan
asumsi rencana tambang seperti dalam hasil penanganan lingkungan sesuai
dengan dokumen AMDAL, maka pada akhir tambang hanya sebagian lahan
bekas pit tambang yang belum direvegetasi seluas 31,65 Ha yang berada di pit
P S10.D5 dan sebagian lagi seluas 116,41 Ha bekas pit yang tidak di backfill
meliputi P S5B P T6, P S5B PT1, P S5B PT2, P S7 PS3, P S4D7, P S2K9, P
S1K7, P S4J9, P S4J3, P S4J4, P S5J4, P S5J5, P S5T3ext, P S3T1 dan P
S2J1A. Revegetasi pada lahan seluas 31,65 Ha dan pada dinding lubang
tambang yang tidak ditimbun kembali tersebut akan dilakukan pada kegiatan
penutupan tambang.

Tabel 2.32. Realisasi Reklamasi Lahan PT. GBP Tahun 2005 – 2009
Luas Realisasi
Luas Realisasi Jenis Tanaman Jumlah
Tahun Revegetasi
reklamasi (Ha) Pokok Pohon
(Ha)
2005 682,43 524,47 Akasia 300.113
Sengon 4.050
Gamelina 20.000
Karet 2.000
Mangga Kuini 200
Cempedak 100
Rambutan 100
Total 327.793
2006 741,40 526,36 Akasia 304.286
Karet 18.875
Total 323.161
2007 445,00 285,82 Akasia 180.770
Karet 14.164
Total 194.934
2008 239,53 166,70 Sengon Laut 81.863
Sengon Buto 150
Gamelina 1.000
Gamal 40
Magga Kuini 40
Sungkai 300
Akasia 3.520
Karet Lokal 6.859
Karet Okulasi 5.141
Total 98.913

RUANG LINGKUP STUDI II - 75


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Tabel 2.32. Lanjutan


Luas Realisasi
Luas Realisasi Jenis Tanaman Jumlah
Tahun Revegetasi
reklamasi (Ha) Pokok Pohon
(Ha)
2009 256,76 187,09 Pioner
Sengon Laut 35.640
Gamelina 28.511
Gamal 30
Bungur 50
Mangga 30
Sungkai 30
Akasia 1.000
Karet Lokal 40.854
Karet Okulasi 449
Sisipan (Primer)
Kapur 4.315
Meranti 325
Kahoi 315
Total 111.549
Sumber : PT GBP, 2010
Pada akhir tambang, ke-empat belas bekas pit tambang yang tidak dilakukan
penimbunan (back filling), akan dimanfaatkan sebagai kolam penampungan
air, sekaligus untuk pengembangan usaha perikanan.

Reklamasi lahan bekas jalan tambang juga sudah dilakukan pada masa
operasi penambangan. Jalan menuju tambang yang sudah tidak lagi
digunakan untuk penambangan maupun untuk pelaksanaanreklamasi pit,
dilakukan reklamasi pada waktu operasi tambang masih berjalan.

Disamping lahan bekas pit tambang, bekas jalan tambang dan lahan tempat
penimbunan masih terdapat lahan terganggu lainnya yang akan direklamasi
pada masa pasca tambang nanti, yaitu lahan bekas stockpile, lahan bekas
pelabuhan, lahan bekas bangunan, lahan bekas fasilitas pengolahan,
workshop, kantor, akomodasi, gudang, bangunan generator listrik, penampung
air dan sebagainya.

a. Reklamasi Bekas Pit Tambang

Penerapan metode penambangan batubara secara open pit dapat


memberikan dampak negative penting terhadap komponen lingkungan fisik-
kimia yaitu terjadinya perubahan secara mendasar bentuk topografi dan
ketinggian daerah. Pada akhir kegiatan penambangan mungkin saja akan ada
pit-pit yang tidak dapat ditimbun kembali (back fill) sehingga terbentuk kolam-
kolam. Perubahan secara mendasar bentuk dan ketinggian daerah
penambangan akan menyebabkan terjadinya erosi, sedimentasi dan
penurunan kualitas air, disamping berkurangnya kesuburan tanah dan
berubahnya susunan struktur tanah.

RUANG LINGKUP STUDI II - 76


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Secara garis besar tujuan dari reklamasi lahan bekas bukaan tambang/pit
adalah menata kembali bentang alam yang berubah akibat penambangan,
dalam menghindari atau meminimasi sekecil mungkin dampak negatif dari
perubahan bentang akibat pengupasan overburden dan penggalian batubara,
seperti: perubahan pola aliran permukaan, perubahan debit aliran permukaan
akibat peningkatan surface run off, erosi tanah dan sedimentasi, kekeruhan
yang menurunkan kualitas air sungai dan keanekaragaman biota perairan dan
menurunnya nilai estetika lingkungan, bahaya longsor karena ketidakstabilan
lereng timbunan.

Secara menyeluruh tujuan dari reklamasi lahan bekas bukaan tambang atau
pit adalah:

1) Menanggulangi terjadinya perubahan bentang alam agar tidak terlalu


berdampak luas terhadap lingkungan
2) Mengurangi factor penyebab erosi tanah sehingga intensitas erosi
dapat diturunkan.
3) Menanggulangi terjadinya sedimentasi pada sungai
4) Mencegah pengikisan unsur hara tanah yang akan mengakibatkan
penurunan kesuburan tanah
5) Menjaga ketidakstabilan lereng
6) Mengendalikan pola aliran permukaan

Kegiatan reklamasi pada lahan bekas pit tambang secara umum akan
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a) Penimbunan kembali lubang bekas tambang, dilanjutkan dengan


pengaturan dan penyiapan kontur permukaan dengan pembentukan
teras-teras pada lerengnya, disesuaikan dengan kondisi topografi
permukaan di sekelilingnya.
b) Penempatan/penebaran kembali tanah pucuk
c) Revegetasi pada daerah timbunan bekas bukaan tambang dilakukan
dengan penanaman kembali lahan tersebut dengan tanaman yang
cepat tumbuh (cover crop) untuk menjaga tidak terjadinya erosi dan
longsor.
d) Untuk kestabilan timbunan juga ditanami dengan bibit tanaman keras
atau tanaman produktif, sehingga diharapkan penanaman kembali
lahan bekas tambang tersebut akan tumbuh sesuai dengan keadaan
vegetasi sebelum dilakukan penambangan.
e) Pembuatan kolam pengendap untuk menampung air limpasan dan
mengendapkan sedimen agar tidak timbul lumpur yang pekat pada
saluran pengaliran
f) Memperbaiki kualitas air kolam bekas bukaan tambang terakhir
khususnya penanganan terbentuknya air asam; dengan cara
penambahan kapur untuk mengatur pH air sehingga dapat

RUANG LINGKUP STUDI II - 77


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

dimanfaatkan sebagai sumber air dan pengembangan budidaya


perikanan.

b. Reklamasi Waste Dump

Reklamasi waste dump secara umum memiliki tujuan untuk penstabilan


timbunan agar tidak terjadi bahaya longsor, mengendalikan dan mencegah
terbentuknya air asam tambang serta mencegah terjadinya peningkatan
kadar padatan tersuspensi, kekeruhan dan perubahan sifat fisik kimia air
sungai yang berdampak terhadap penurunan kulitas air permukaan dan
gangguan terhadap keanekaragaman biota perairan.

Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut, maka reklamasi waste dump


dilakukan dengan cara dan tahapan kegiatan sebagai berikut:

1) Penataan Lereng

Penataan lereng timbunan tanah penutup (waste dump) dilakukan dengan


tujuan untuk mendapatkan jenjang-jenjang yang stabil dan bentuk yang
sesuai dengan kondisi topografi sekitarnya

Kemiringan lereng akan berpengaruh terhadap tingkat erosi yang terjadi dan
penanganan reklamasinya. Disamping berpengaruh besar terhadap
kemantapan lereng yang curam juga dapat membahayakan lingkungan di
bawahnya bila terjadi kelongsoran

Pengendalian tingkat erosi pada kegiatan penambangan dapat dilakukan


dengan metode vegetative, mekanik dan kimia atau kombinasi dari metode-
metode tersebut. Pemilihan metode yang akan digunakan tergantung dari
kondisi di lapangan dan ketersediaan prasarana dan sarana penunjang yang
ada. Usaha pengendalian erosi dengan menggunakan metode mekanis,
diantaranya adalah:

a. Penataan bentuk topografi

b. Pembuatan teras

c. Pembuatan saluran penyaliran air permukaan

d. Pembuatan tanggul pengendali longsor

Dalam rangka pembuatan teras, akan disesuaikan dengan bentuk lahan


sekitarnya, terutama kemiringan lahan.

2) Penyebaran Tanah Pucuk (top soil)

Hal-hal yang diperhatikan saat dilakukan penyebaran top soil yang banyak
mengandung unsur hara adalah:

a. Penyebaran top soil ditempatkan pada tempat tertentu sesuai dengan


keperluan untuk keberhasilan revegetasi

RUANG LINGKUP STUDI II - 78


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

b. Apabila kesediaan top soil terbatas, maka perlu dipertimbangkan dalam


penentuan:

- Penempatan top soil pada jalur penanaman atau dilakukan dengan


cara system pot.

- Dilakukan pencampuran top soil dengan lapisan tanah dibawahnya


yang agak subur

- Penanaman langsung dengan tanaman penutup (cover crop) yang


cepat tumbuh dan berfungsi untuk menutup permukaan timbunan

3) Penanaman Lahan

a. Pemilihan jenis tanaman

Tumbuhan yang akan ditanam dipilih jenis tanaman lokam yang sesuai
dengan iklim dan kondisi tanah. Kegiatan penanaman lahan bekas
penambangan dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas lingkungan,
termasuk juga kesuburan tanah, pemulihan tata air dan ekosistem.

· Tanaman penutup tanah (cover crop)


Tanaman ini terdiri dari jenis rerumputan dan perdu, peranaan
tumbuhan ini antara lain adalah:

a) Tanaman jenis ini dapat tumbuh dengan cepat sehingga dalam


waktu yang relatif pendek dapat menutupi permukaan tanah
secara tebal dan rapat
b) Bagian atas tanaman (kanopi daun) mampu melindungi
permukaan tanah dari jatuhan buti-butir air hujan dan
memperlambat aliran permukaan.
c) Melindungi permukaan tanah dari pengaruh sinar matahari secara
langsung sehingga dapat mengurangi laju penguapan tanah
d) Akarnya dapat memperkuat resistensi tanah dan membantu
memperlancar infiltrasi ke dalam tanah
· Tanaman pokok
Tanaman pokok yang digunakan biasanya jenis perintis dimana
mempunyai kemudahan adaptasi pada lahan bekas tambang yang
relatif miskin unsur hara.

Peranan tanaman pokok dalam perbaikan lingkungan antara lain:

a) Membantu dalam pemulihan tata air yang terdegradasi, yaitu


dengan sifat perakaran yang relatif dalam sehingga dapat
memperbesar kapasitas infiltrasi serta porositas tanah dalam
peresapan air sehingga mengurangi besarnya aliran permukaan.
b) Berpengaruh terhadap pemulihan iklim mikro setempat dengan
adanya tajuk pohon yang berfungsi sebagai peneduh dalam

RUANG LINGKUP STUDI II - 79


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

mengurangi sinar matahari langsung yang mengakibatkan lahan


gersang
c) Dapat meningkatkan kesuburan tanah, yaitu dalam mendorong
biota tanah dalam proses pembentukan humus dan
pembentukan bahan organik.

b. Dasar pemilihan tanaman

· Tanaman penutup tanah (cover crop)


Hal-hal yang akan diperhatikan dalam pemilihan tanaman penutup tanah
adalah sebagai berikut:

a) Mampu bersaing dengan tanaman pengganggu atau gulma yang


mungkin tumbuh
b) Dalam pengadaan bibit dan penanamannya relatif mudah
c) Tidak menjadi habitat bagi hama dan penyakit yang mengganggu
tanaman lainnya.

Jenis tanaman penutup yang dapat digunakan dalam kegiatan


revegetasi diantaranya adalah rumput bandotan (Ageratum connizoides),
rumput Bermuda (Cynodon actylon) dan rumput teki (Cyperus rotundus).

· Tanaman pokok
Hal-hal yang akan diperhatikan dalam pemilihan tanaman pokok adalah
sebagai berikut:

a) Tanaman asli atau tanaman lokal jenis pioneer yang termasuk jenis
penghasil pupuk hijau, dimana berperan aktif dalam peningkatan
kesuburan tanah
b) Memiliki daya tumbuh dengan karakteristik lahan bekas
penambangan yang relative miskin unsur hara
c) Pertumbuhannya cepat dan juga mempunyai perakaran yang
intensif, yaitu sifat akar tunjang yang dalam dan tumbuh cepat di
wakt muda
d) Pengadaan bibitnya mudah diperoleh dengan relatif murah serta
mudah dalam perawatan dan penanamannya.

Beberapa jenis bibit yang akan digunakan untuk kegiatan revegetasi


telah disiapkan oleh PT GBP dengan jenis tanaman sebagai berikut:

a) Jenis pepohonan pelindung, yaitu: Acacia mangium, Sengon Laut


(Albizia falcataria), Sengon Buto, Gamelina (Gamelina arborea),
Sungkai, Gamal, Kuini, Puspa, Laban, Karet Okulasi (Stump), Karet
Lokal (Generetif), Bungur, Kahoi, Kapur, Flamboyan dan Artocarpus
sp.
b) Tanaman penutup lahan yaitu: CM (Colopagonium Mucinoedes) dan
CP (Centrocema pubescens)

RUANG LINGKUP STUDI II - 80


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

c. Persiapan Penanaman

Penanaman tumbuhan primer dilakukan terlebih dahulu denga cara


penyebaran bibit tanaman ke tempat yang telah disiapkan. Untuk
membantu keberhasilan revegetasi juga perlu persiapan pemupukan.
Adapun jenis pupuk yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

- Pupuk organic, pupuk yang digunakan dari jenis pupuk kandang dan
pupuk tanaman yang bermanfaat untuk mengubah sifat kimia tanah.
- Pupuk anorganik, jenis pupuk yang digunakan dalam bentuk butir
yakni pupuk NPK (Nitrogen, Phospor dan Kalium) yang diletakkan di
samping lubang pada waktu penanaman. Sebelum dilakukan
pemupukan perlu ditambah kapur untuk mengatur pH tanah dan
dapat merangsang tersedianya unsur hara untuk tanaman dan
mengurangi zat beracun.

4) Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan untuk mendapatkan hasil yang baik


sehingga terjamin kepastian dan kesinambungannya, pemeliharaan
yang baik antara lain:

- Penyiangan dari tumbuhan rumput

- Penyiraman pada waktu kemarau

- Pemupukan kembali

- Penyulaman

Pemantauan terhadap tanaman yang sudah ditanam sangat diperlukan,


untuk mengetahui kondisi tanaman sehingga bila ada tanaman yang mati
dapat segera diganti.

RUANG LINGKUP STUDI II - 81


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Tabel 2.33. Rencana Reklamasi PT GBP Tahun 2010-2018

Rencana
Luas Bukaan Frekuensi Pemeliharaan Penjarangan Serta Pemupukan
TAHUN PIT Reklamasi Lahan Jenis Tanaman Jarak Tanam Jenis Pupuk LOKASI
Lahan (Ha) Tanaman Tiap Tahun
(Ha)

7DA1-2EXT, Legume cover crops Ditaburkan merata 7DA1-2EXT,


Kandang
1KALL, 7D6- Sengon. 3x3 1KALL, 7D6-
2010 339,29 180,27 2 kali pada tahun pertama dan seterusnya setahun sekali Kimia
7,2K8 - Legume cover crops Ditaburkan merata 7,2K8 -
Kompos
9,7DA5,12.4XT sungkai 3x3 9,7DA5,12.4XT
7DA1-2EXT, Legume cover crops Ditaburkan merata 7DA1-2EXT,
Kandang
1KALL, Sengon. 3x3 1KALL,
2011 218.39 198,87 2 kali pada tahun pertama dan seterusnya setahun sekali Kimia
12.4EXT, Legume cover crops Ditaburkan merata 12.4EXT,
Kompos
2K9,3PS,7D6-7 sungkai 3x3 2K9,3PS,7D6-7
Legume cover crops Ditaburkan merata
7DA1-2EXT, Kandang 7DA1-2EXT,
Sengon. 3x3
2012 4D2,11T,7D6-7 87.29 80,10 2 kali pada tahun pertama dan seterusnya setahun sekali Kimia 4D2,11T,7D6-7
Legume cover crops Ditaburkan merata
4D7,2K8-9 Kompos 4D7,2K8-9
sungkai 3x3
Legume cover crops Ditaburkan merata
7DA1-2EXT, Kandang 7DA1-2EXT,
Sengon. 3x3
2013 7PS2,6PS, 82.79 79,96 2 kali pada tahun pertama dan seterusnya setahun sekali Kimia 7PS2,6PS,
Legume cover crops Ditaburkan merata
4D7,6D4-5 Kompos 4D7,6D4-5
sungkai 3x3
Legume cover crops Ditaburkan merata
7DA1-2EXT, Kandang 7DA1-2EXT,
Sengon. 3x3
2014 7PS2,8PT, 76,96 71,87 2 kali pada tahun pertama dan seterusnya setahun sekali Kimia 7PS2,8PT,
Legume cover crops Ditaburkan merata
5PT1-2,5PT3 Kompos 5PT1-2,5PT3
sungkai 3x3
Legume cover crops Ditaburkan merata
7DA1-2EXT, Kandang 7DA1-2EXT,
Sengon. 3x3
2015 7PS3,30PU 69,16 62,42 2 kali pada tahun pertama dan seterusnya setahun sekali Kimia 7PS3,30PU
Legume cover crops Ditaburkan merata
5PT4-5 Kompos 5PT4-5
sungkai 3x3
Legume cover crops Ditaburkan merata
Kandang
7DA1-2EXT, Sengon. 3x3 7DA1-2EXT,
2016 50,22 49,15 2 kali pada tahun pertama dan seterusnya setahun sekali Kimia
30PU Legume cover crops Ditaburkan merata 30PU
Kompos
sungkai 3x3
Legume cover crops Ditaburkan merata
Kandang
7DA1-2EXT, Sengon. 3x3 7DA1-2EXT,
2017 35,84 30,09 2 kali pada tahun pertama dan seterusnya setahun sekali Kimia
30PU,22PU Legume cover crops Ditaburkan merata 30PU,22PU
Kompos
sungkai 3x3
Legume cover crops Ditaburkan merata
Kandang
7DA1-2 EXT, Sengon. 3x3 7DA1-2 EXT,
2018 31,66 28,16 2 kali pada tahun pertama dan seterusnya setahun sekali Kimia
30PU,22PU Legume cover crops Ditaburkan merata 30PU,22PU
Kompos
sungkai 3x3

RUANG LINGKUP STUDI II - 82


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

2. Rasionalisasi Tenaga Kerja (PHK)

Dengan telah habisnya cadangan batubara, maka pemutusan hubungan kerja


akan dilakukan PT GBP sesuai dengan peraturan yang berlaku yang
ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja. PT GBP akan memberikan uang
pesangon sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui
Departemen Tenaga Kerja dimana uang pesangon tersebut dapat dijadikan
sebagai modal kerja, modal usaha maupun modal lainnya yang akan
menunjang kehidupan pada tenaga kerja tersebut setelah lepas dari
perusahaan.

Selain itu, dengan perekrutan yang telah dilaksanakan oleh PT GBP akan
menciptakan tenaga kerja yang mempunyai keterampilan, dan jika terjadi
pelepasan tenaga kerja maka karyawan ini akan lebih mudah diterima di
perusahaan penambangan batubara lain yang beroperasi di sekitarnya.

3. Penutupan Tambang

Pasca tambang adalah pekerjaan yang harus dilakukan oleh perusahaan


kegiatan penambangan selesai dilaksanakan oleh perusahaan setelah kegiatan
penambangan selesai dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun
2008, tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang. Program pasca tambang
merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi antara lain mengembalikan
bekas bukaan lahan tambang seperti keadaan semula sesuai dengan totpografi
sekelilingnya, dengan memperhatikan pola rona muka bumi daerah
sekelilingnya agar lahan bekas bukaan tambang tersebut dapat dimanfaatkan
oleh pihak lain guna membuka lahan usaha baru. Disamping itu, hal-hal yang
menjadi perhatian bagi perusahaan dalam pelaksanaan program pasca
tambang adalah masalah air, waste, tenaga kerja dan masalah insfastruktur.

2.3. ALTERNATIF-ALTERNATIF YANG AKAN DIKAJI DALAM ANDAL

Berdasarkan KEPMENLH No. 8 Tahun 2006 bahwa dalam studi AMDAL ada kajian
alternatif terhadap lokasi, desain, proses dan tata letak bangunan. Selanjutnya dari hasil
analisis terhadap kegiatan pertambangan batubara PT GBP, baik terhadap lokasi PIT
tambang, desain pembangunan sarana dan prasarana pendukung, proses pengolahan
batubara, maupun tata letak PIT tambang dan jalan angkut batubara, sesuai dengan hasil
kajian teknis, ekonomis dan ekologis maka ditetapkan tidak ada kajian alternatif, karena
telah layak secara teknis, ekonomis dan ekologis.

RUANG LINGKUP STUDI II - 83


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

2.4. Kegiatan Lain Di Sekitar Lokasi Rencana Kegiatan Beserta Dampak-dampak


Yang Ditimbulkannya Terhadap Lingkungan Hidup

2.4.1. Pemukiman Penduduk

Di sekitar areal tambang batubara PT. GBP terdapat pemukiman penduduk yaitu pada
Kecamatan Jempang, Muara Pahu dan Siluq Ngurai.

Dampak yang diprakirakan timbul adalah limbah padat dan limbah cair.

2.4.2. Kehutanan

Pada areal tambang batubara PT. GBP terdapat beberapa kegiatan kehutanan/ HPH
yaitu : Tenggara : Sumber Mas Timber

Dampak yang diprakirakan timbul adalah terciptanya lapangan kerja dan lapangan usaha
masyarakat, peningkatan populasi vegetasi dan kesuburan tanah, penurunan erosi dan
sedimentasi.

2.4.3. Perkebunan

Kegiatan Perkebuan yang berbatasan dengan lokasi PT. GBP adalah pada sebelah Timur
terdapat PT PP LONSUM (PT PP London Sumatera Indonesia dan PT London Sumatera
Internasional)

2.4.4. Pertambangan

Kegiatan pertambangan yang berbatasan dengan lokasi PT. GBP adalah PT Diva Kencana
Borneo.

Dampak yang diprakirakan terjadi akibat adanya kegiatan tambang batubara ini sama
dengan dampak yang ditimbulkan oleh rencana kegiatan PT. GBP sendiri.

2.4.5. Pariwisata

Kegiatan pariwisata yang berbatasan langsung dengan lokasi PT GBP, pada Timur Laut
adalah Danau Jempang

Gambaran dari kegiatan lain di atas dapat dilihat pada gambar peta kegiatan lain (Peta
2.9.)

RUANG LINGKUP STUDI II - 84


ANDAL PERUBAHAN KAPASITAS PRODUKSI
PERTAMBANGAN BATUBARA PT GUNUNGBAYAN PRATAMACOAL

Peta 2.9. peta kegiatan lain di sekitar rencana penambangan.

RUANG LINGKUP STUDI II - 85

Anda mungkin juga menyukai