Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

SIFAT FISIK PRODUK PERTANIAN

Disusun oleh:

Nama : Muhammad Ariq Naufal

NPM : E1G021075

Prodi : Teknologi Industri Pertanian

Kelompok : 1 (satu)

Hari/tanggal : Jumat / 04 November 2022

Dosen : Prof. Dr. Ir. Yuwana, M.Sc

Ko-Ass : Trio Putra Setiawan S.TP

Objek Praktikum : MEMAR PRODUK HOLTIKULTURA

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karakteristik alami dari produk hortikultura segar pascapanen adalah adanya berbagai
macam bentuk stress yang dialami produk segar tersebut begitu dilepaskan dari tanaman
induknya atau dilepaskan dari kondisi normal lingkungan hidupnya. Kebutuhan manusia
akan produk segar yang bermutu dan masih layak untuk dikonsumsi, menuntut
pengelolaan stress yang dilakukan sedemikian rupa sehingga produk tersebut masih dapat
mampu mempertahankan hidupnya yang direfleksikan dalam bentuk kesegarannya dan
perubahan minimal mutu nutrisinya. Pengelolaan stress ini juga dilakukan untuk
memperpanjang masa simpan dan masa pasar.
Pengendalian suhu adalah cara yang paling penting untuk menjaga mutu produk
hortikultura pascapanen. Dengan pengendalian suhu yang baik maka segala aktivitas
dalam produk yang menuju pada kerusakan atau kematian dapat diperlambat.
Perlakuanperlakuan pascapanen adalah hanyalah prosedur tambahan untuk
mengoptimalkan pengaruh suhu terhadap penghambatan kerusakan pada produk.
Walaupun perlakuan pascapanen (diluar perlakuan suhu) secara tunggal mampu pula
menghambat perubahan-prubahan spesifik pada produk, namun hambatanhambatan
tersebut tidaklah seoptimal bila digabungkan dengan pengendalian suhu. Pada tulisan ini
akan dijelaskan tentang pengelolaan suhu dan prosedurprosedur tambahan di dalam
pengelolaan produk.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah melakukan pembebanan pada produk untuk menghasikan
memar, mengidentifikasi zona memar, mengkur volume memar, dan mnentuhkan
ketahanan memar.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Komoditas holtikultura seperti jagung sangat penting peranannya di Indonesia karena
berdasarkan umur panennya jagung memiliki berbagai manfaat, seperti Baby corn dan sweet
corn yang umur panennya lebih pendek dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, sedangkan
mature corn yang umur panennya lebih panjang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak.
Banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari jagung sehingga perlu dilakukan penanganan
pascapanen untuk menjaga ketersediaan dan mutu jagung. Sampel (baby corn, sweet corn,
mature corn) disimpan pada suhu 5˚C, 15˚C, dan 28˚C. Percobaan ini menggunakan desain
rancangan acak lengkap dengan tiga kali pengulangan. Pengaruh suhu dijelaskan dengan
persamaan Arrhenius. Pengukuran laju respirasi menggunakan sistem tertutup. Pada
penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap perubahan suhu produk ( Karina et al., 2020).
Kerusakan buah pada tahap panen-angkut akan menjadi pemicu penurunan kualitas di
tahap berikutnya, karena memar atau luka yang diderita buah akan mempercepat kenaikan
kadar ALB. Kadar ALB akan meningkat cepat jika struktur sel rusak/pecah, misalnya oleh
karena impak fisik. Hal ini dikarenakan oleh pecahnya dinding sel dan aktivitas enzim lipase.
Terjadinya pelukaan pada buah dalam proses panen angkut menyebabkan peningkatan kadar
ALB berlipat ganda dalam waktu yang sama atau penundaan waktu menyebabkan kadar ALB
meningkat. Pemanenan dan pengangkutan harus dilakukan dalam kerangka mencapai
produktivitas minyak tertinggi dengan kualitas yang dapat diterima konsumen dan dengan
biaya serendahrendahnya. Oleh sebab itu keterkaitan antar faktor perlu dipertimbangkan
( Naingolan, 2021).
Selama ini buah didistribusikan menggunakan kemasan peti kayu, peti plastik, dan
ditumpuk sehingga kerusakan yang terjadi lebih banyak. Meskipun kemasan dapat meredam
dan mengurangi efek guncangan, akan tetapi daya redamnya tergantung pada jenis kemasan
serta tebal bahan kemasan, susunan komoditas di dalam kemasan, dan susunan kemasan di
dalam pengangkutan. Kapasitas kemasan dapat mempengaruhi kualitas suatu produk sehingga
harus dipilih kemasan yang mencegah atau mengurangi terjadinya perubahan selama produk
didistribusikan . Untuk mengurangi tingkat kerusakan buah alpukat selama pendistribusian
maka akan dilakukan penelitian mengenai perancangan kemasan buah alpukat dengan bahan
serbuk gergaji kayu, yang berfungsi untuk melindungi buah dari kerusakan mekanis akibat
gesekan dengan kemasan maupun dengan buah alpukat lain yang terdapat di dalam satu
kemasan tersebut ( Tufik et al., 2022).
Keberlanjutan produksi suatu industri berkaitan erat dengan sistem rantai pasok.
Rantai pasok mencakup semua operasi yang menghubungkan pemasok disatu sisi dan
pelanggan di sisi lain. Peningkatan efisiensi, salah satunya dapat dilakukan dengan integrasi
kegiatan rantai pasok perusahaan, agar tidak terjadi kesulitan dalam proses perencanaan
operasional rantai pasok. Konsep manajemen rantai pasok (Supply Chain Management atau
SCM) mampu mengintegrasikan pengelolaan berbagai fungsi manajemen dalam suatu
hubungan antar-organisasi sehingga membentuk satu sistem yang terpadu dan saling
mendukung ( Andanu et al., 2021).
Kerusakan buah dan sayur yang dikemas selama transportasi dapat berupa kerusakan
kimiawi, fisik, dan mikrobiologis. Perubahan warna buah (discoloration) menunjukkan
adanya kerusakan kimiawi sedangkan buah dan sayur yang terinfeksi mikroorganisme
ditandai dengan busuk (karat). Tanda adanya kerusakan fisik dapat berupa adanya kulit yang
terkelupas (pecah), memar, dan luka pada buah. Kerusakan-kerusakan tersebut disebabkan
karena selama transportasi ada benturan (shock) dan getaran (vibration), beban tekanan pada
buah (stress), varietas buah, tingkat kematangan buah, berat dan ukuran buah, karakteristik
kulit buah, serta kondisi lingkungan selama transportasi ( Rozana et al., 2021 ).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat 3.1.2 Bahan
1. Jangka sorong 1. Buah apel
2. Pengaris 2. Buah pir
3. Pisau 3. Buah pisang
4.Buah alpukat
3.2 Prosedur Kerja
1. Menyiapkan bahan dan alat pengukur berupa penggaris kayu sepanjang 150 cm
2. Meletakkan buah yang akan dijatuhkan sejajar dengan tinggi penggaris
3. Menjatuhkan buah dengan ketinggian 150 cm
4. Menghitung memar buah yang telah di jatuhkan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Bahan Ketingian Luas Memar

Apel 150 cm 63,2 mm

Pir 150 cm 3,2 mm

Pisang 150 cm 51,2 mm

Alpukat 150 cm 73,3 mm

4.2 Pembahasan
Selama ini buah didistribusikan menggunakan kemasan peti kayu, peti plastik, dan
ditumpuk sehingga kerusakan yang terjadi lebih banyak. Meskipun kemasan dapat meredam
dan mengurangi efek guncangan, akan tetapi daya redamnya tergantung pada jenis kemasan
serta tebal bahan kemasan, susunan komoditas di dalam kemasan, dan susunan kemasan di
dalam pengangkutan. Kapasitas kemasan dapat mempengaruhi kualitas suatu produk sehingga
harus dipilih kemasan yang mencegah atau mengurangi terjadinya perubahan selama produk
didistribusikan . Untuk mengurangi tingkat kerusakan buah alpukat selama pendistribusian
maka akan dilakukan penelitian mengenai perancangan kemasan buah alpukat dengan bahan
serbuk gergaji kayu, yang berfungsi untuk melindungi buah dari kerusakan mekanis akibat
gesekan dengan kemasan maupun dengan buah alpukat lain yang terdapat di dalam satu
kemasan tersebut .
Pada praktikum kali ini kami melakukan pengamatan memar pada peroduk
holtikultura. Kami menggunakan empat bahan buah yaitu buah apel, buah pir, buah pisang,
buah alpukat.
Pada pengamatan pertama yang kami lakukan adalah menggunakan buah apel.
Pengamatan dilakukan dengan cara menjatuhkan buah dari ketingiian 150 cm. setelah buah
dijatuhkan pada ketingian 150 cm, bagian yang memar diptong dan didiamkan beberapa saat
agar memar pada buah apel terlihat. Setelah memar pada buah apel terlihat kemudian bagian
memar diukur dengan menggunakan jangka sorong, dan pada buah apel didapatkan hasil luas
memar 63,2 mm.
Pada pengamatan kedua bahan yang digunakan adalah buah pir. Pengamatan
dilakukan dengan cara menjatuhkan buah dari ketingiian 150 cm. setelah buah dijatuhkan
pada ketingian 150 cm, bagian yang memar diptong dan didiamkan beberapa saat agar memar
pada buah pir terlihat. Setelah memar pada buah pir terlihat kemudian bagian memar diukur
dengan menggunakan jangka sorong, dan pada buah pir didapatkan hasil luas memar 3,2 mm.
Pada pengamatan ketiga yang kami lakukan adalah menggunakan buah pisang.
Pengamatan dilakukan dengan cara menjatuhkan buah dari ketingiian 150 cm. setelah buah
dijatuhkan pada ketingian 150 cm, bagian yang memar diptong dan didiamkan beberapa saat
agar memar pada buah pisang terlihat. Setelah memar pada buah pisang terlihat kemudian
bagian memar diukur dengan menggunakan jangka sorong, dan pada buah pisang didapatkan
hasil luas memar 51,2 mm.
Pengamatan keempat bahan yang digunakan adalah buah alpukat, sama halnua dengan
pengaamatan sebelumnya, buah dijatuhkan pada ketingian 150 cm, bagian yang memar
diptong dan didiamkan beberapa saat agar memar pada buah alpukat terlihat. Setelah memar
pada buah alpukat terlihat kemudian bagian memar diukur dengan menggunakan jangka
sorong, dan pada buah alpukat didapatkan hasil luas memar 73,3 mm.
Setelah melukan pengamatan tentang memar produk petanian dengan menggunkan
buah yang berbeda kami mendapatkan hasil yang sesuai dengan (Alamsyah, dkk, 2015)
Kekasaran permukaan merupakan salah satu aspek penyebab terjadinya peningkatan besar
memar pada mekanika peluncuran.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pengamatan ini adalah mahasiswa mampu untuk mempelajari cara
mengidentifikasi zona memar, mengukur volume memar dan mahasiswa mengetahui
hubungan antara luas permukaan dan ketahanan memar dalam beberapa produk pertanian.

5.2 Saran
Saran saya dalam praktikum kali ini adalah praktikan lebih fokus melakukan praktikum
agar bias memahami apa yang dipraktikumkan. Semoga coass lebih sabar menunrun praktikan
Selama proses praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Andanu, O., Udin, F., & Sunarti, T. C. (2021). Strategi peningkatan kualitas produk dalam
rantai pasok komoditi pisang di provinsi bengkulu. Jurnal Teknologi Industri
Pertanian, 31(2) : 220-231.
Karina, I., & Bintoro, N. (2020). Analisis Matematis Pengaruh Umur Panen Jagung Tongkol
dan Suhu Ruang Terhadap Perubahan Suhu Produk Selama Proses Penyimpanan.
Agrosintesa Jurnal Ilmu Budidaya Pertanian, 3(2) : 71-80.
Nainggolan, J. (2021). Pengaruh indeks memar brondolan terhadap asam lemak bebas crude
palm oil di PKS. Gunung Tua Abdi, PT. Sampoerna agro, TBK. Sumatera Selatan
(Doctoral dissertation, Teknologi Hasil Pertanian).
Rozana, R., Perdana, D., & Sigiro, O. N. (2021). Simulasi transportasi tomat dan perubahan
mutu tomat selama penyimpanan. Journal of Food Technology and Agroindustry, 3(1)
: 13-20.
Taufiq, F. M., Tamrin, T., Rahmawati, W., & Warji, W. (2022). Rancangan Kemasan Buah
Alpukat (Persea Americana Mill) Menggunakan Serbuk Gergaji Kayu. Jurnal
Agricultural Biosystem Engineering, 1(2) : 46-57.

Anda mungkin juga menyukai