Anda di halaman 1dari 99

SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN SISTEM IRIGASI TETES


GRAVITASI PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI RAWIT
DALAM POLYBAG BERBASIS INTERNET OF THINGS (IoT)

ANALYSIS APPLICATION OF GRAVITY DRIP IRRIGATION


SYSTEM ON CAYENNE PEPPER PLANTS CULTIVATION IN
POLYBAG BASED ON INTERNET OF THINGS (IoT)

Disusun Oleh

ARMANDA SURYANINGRAT
20101183

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI


FAKULTAS TEKNIK TELEKOMUNIKASI DAN ELEKTRO
INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM PURWOKERTO
2022
SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN SISTEM IRIGASI TETES


GRAVITASI PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI RAWIT
DALAM POLYBAG BERBASIS INTERNET OF THINGS (IoT)

ANALYSIS APPLICATION OF GRAVITY DRIP IRRIGATION


SYSTEM ON CAYENNE PEPPER PLANTS CULTIVATION IN
POLYBAG BASED ON INTERNET OF THINGS (IoT)

Disusun Oleh

ARMANDA SURYANINGRAT
20101183

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI


FAKULTAS TEKNIK TELEKOMUNIKASI DAN ELEKTRO
INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM PURWOKERTO
2022
ANALISIS PENERAPAN SISTEM IRIGASI TETES
GRAVITASI PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI RAWIT
DALAM POLYBAG BERBASIS INTERNET OF THINGS (IoT)

ANALYSIS APPLICATION OF GRAVITY DRIP IRRIGATION


SYSTEM ON CAYENNE PEPPER PLANTS CULTIVATION IN
POLYBAG BASED ON INTERNET OF THINGS (IoT)

Skripsi ini digunakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Teknik (S.T.)
Di Institut Teknologi Telkom Purwokerto
2022

Disusun oleh

ARMANDA SURYANINGRAT
20101183

DOSEN PEMBIMBING
Danny Kurnianto, S.T., M.Eng.
Raditya Artha Rochmanto, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI


FAKULTAS TEKNIK TELEKOMUNIKASI DAN ELEKTRO
INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM PURWOKERTO
2022

ii
HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS PENERAPAN SISTEM IRIGASI TETES GRAVITASI PADA


BUDIDAYA TANAMAN CABAI RAWIT DALAM POLYBAG BERBASIS
INTERNET OF THINGS (IoT)

ANALYSIS APPLICATION OF GRAVITY DRIP IRRIGATION SYSTEM ON


CAYENNE PEPPER PLANTS CULTIVATION IN POLYBAG BASED ON
INTERNET OF THINGS (IoT)

Disusun Oleh
Armanda Suryaningrat
20101183

Telah Dipertanggungjawabkan Dihadapan Tim Penguji Pada Tanggal

Tim Pembimbing

Pembimbing Utama : Danny Kurnianto, S.T.,M.Eng. ( )


NIDN. 0619048201

Pembimbing Pendamping : Raditya Artha Rochmanto, S.T., M.T. ( )


NIDN. 0620129002

Penguji 1 : Jaenal Arifin, S.T., M.T. ( )


NIDN. 0603038002

Penguji 2 : Nur Afifah Zen, S.Si., M.Si ( )


NIDN. 0627129201

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi
Institut Teknologi Telkom Purwokerto

Prasetyo Yuliantoro, S.T., M.T.


NIDN. 0620079201

iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya, ARMANDA SURYANINGRAT menyatakan bahwa Skripsi


dengan judul “ANALISIS PENERAPAN SISTEM IRIGASI TETES
GRAVITASI PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI RAWIT DALAM
POLYBAG BERBASIS INTERNET OF THINGS (IoT)“ adalah benar-benar
karya saya sendiri. Saya tidak melakukan plagiat atau menyalin karya seseorang
kecuali melalui pengutipan sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku. Saya
berseda menanggung segala resiko ataupun sanksi yang dijatuhkan kepada saya
apabila ditemukan pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam Skripsi saya ini.

Purwokerto, 10 Februari 2022


Yang Menyatakan,

(Armanda Suryaningrat)

iv
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan kasih dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Penerapan Sistem Irigasi Tetes Gravitasi Pada
Budidaya Tanaman Cabai Rawit Dalam Polybag Berbasis Internet Of Things
(IoT) ”.
Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menempuh ujian sarjana Teknik Telekomunikasi pada Fakultas Teknik
Telekomunikasi dan Elektro Institut Teknologi Telkom Purwokerto.
Dalam penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang sangat membantu penulis
dalam berbagai hal. Oleh karena itu, penulis sampaikan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan kesehatan dan
ridhonya kepada saya.
2. Kedua Orang Tua saya yang telah mendukung, menasehati, mendoakan dan
melakukan segala yang terbaik untuk saya.
3. Bapak Dr. Arfianto Fahmi, S.T., M.T., IPM. selaku Rektor Institut Teknologi
Telkom Purwokerto.
4. Ibu Dr. Anggun Fitrian Isnawati, S.T., M.Eng. selaku Dekan Fakultas Teknik
Telekomunikasi dan Elektro
5. Bapak Herryawan Pujiharsono, S.T., M.Eng. Ketua Program Studi S1 Teknik
Telekomunikasi.
6. Bapak Danny Kurnianto, S.T., M.Eng. selaku pembimbing I.
7. Bapak Raditya Artha Rochmanto, S.T., M.T. selaku pembimbing II.
8. Untuk teman-teman saya yang selalu mendukung dalam mengerjakan skripsi
ini sampai di titik sejauh ini.
Purwokerto, 26 Februari 2022

(Armanda Suryaningrat)

v
ABSTRAK
Cabai rawit merupakan salah satu komoditas sayuran yang keberadaannya
tidak dapat ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan cabai rawit cukup tinggi yaitu sekitar 4kg/kapita/tahun. Salah satu
kelemahan dari budidaya tanaman buah dan sayuran dalam polybag yaitu banyak
membutuhkan air. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan penyiraman
menggunakan irigasi tetes. Irigasi sistem gravitasi adalah irigasi yang
menggunakan gaya gravitasi dalam penyaluran air dari sumber. Dengan adanya
teknologi IoT dapat mengubah kegiatan budidaya tanaman cabai tanpa harus berada
pada suatu lokasi tempat instalasi perangkat. Dalam skripsi ini menggunakan
beberapa alat dan bahan seperti sensor soil moisture yl69 untuk memantau
kelembapan tanah, sensor dallas ds18b20 untuk memantau suhu lingkungan, sensor
ultrasonik hcsr04 untuk memantau volume air irigasi tetes, nodemcu esp8266
sebagai mikrokontroller, motor servo SG90 untuk mengontrol alat penyiram irigasi
tetes gravitasi, aplikasi android untuk memantau kondisi tanaman cabai, google
spreadsheet untuk menyimpan data, dan aplikasi wireshark untuk melihat quality
of service (QoS) dari jaringan internet yang digunakan. Metode irigasi tetes
gravitasi yang digunakan dapat menjadi alternatif untuk membantu menghemat air
pada budidaya tanaman cabai yang dapat dipantau secara jarak jauh menggunakan
teknologi internet of things. Hasil pengujian keseluruhan sistem untuk kelembapan
tanaman dapat stabil terjaga pada kelembapan 60%-80% dengan rata-rata
penggunaan air sebesar 26,67mililiter/menit dan pengurangan air 0,067cm/menit
selama 30 menit pengujian. Hasil pengujian kalibrasi sensor dan motor servo yang
digunakan memiliki nilai rata-rata error yang baik. Hasil pengujian parameter QoS
untuk nilai delay sebesar 177,99ms, nilai jitter 114,37ms, throughput 4127,33bit/s,
dan packet loss 0,02%.

Kata Kunci : Budidaya Tanaman Cabai Rawit, Polybag, Irigasi Tetes Gravitasi,
IoT, QoS

vi
ABSTRACT

Cayenne pepper is one of the vegetable commodities whose existence cannot


be abandoned by the Indonesian people in their daily life. The need for cayenne
pepper is quite high, around 4 kg/capita/year. One of the disadvantages of
cultivating fruit and vegetable plants in polybags is that they require a lot of air.
To overcome this, drip irrigation can be applied. Gravity irrigation system is
irrigation that used the force of gravity in the transmission of air from the source.
With the existence of IoT technology, it can change a chili plant cultivation without
having to be in the location where the device is installed. In this thesis use tools and
materials such as soil moisture sensor yl69 to unite soil moisture, dallas ds18b20
sensor to handle multiple temperatures, ultrasonic sensor hcsr04 to unite the
volume of drip irrigation water, nodemcu esp8266 as a microcontroller, servo
motor SG90 to control gravity drip irrigation sprinklers , an android application to
unify the condition of chili plants, a google spreadsheet to store data, and a
wireshark application to view the quality of service (QoS) of the internet network
used. The gravity drip irrigation method used can be an alternative to help save
water in chili cultivation which can be monitored remotely using internet of things
technology. The test results for the whole system for plant humidity can be stable at
60%-80% humidity with an average water use of 26.67 milliliters/minute and air
reduction of 0.067cm/minute for 30 minutes of testing. The results of the sensor and
servo motor calibration tests used have a good average error value. The results of
testing the QoS parameters for the delay value are 177.99ms, the jitter value is
114.37ms, the throughput is 4127.33bit/s, and the packet loss is 0.02%.

Keyword : Cultivation of chili plants, Polybags, Gravity Drip Irrigation, IoT, QoS

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iv
PRAKATA ............................................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................... 2
1.3 BATASAN MASALAH ............................................................................ 3
1.4 TUJUAN .................................................................................................... 3
1.5 MANFAAT ................................................................................................ 4
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN ................................................................ 4
BAB 2 DASAR TEORI ......................................................................................... 5
2.1. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5
2.2. DASAR TEORI ......................................................................................... 9
2.2.1 Cabai Rawit ............................................................................................... 9
2.2.2 Irigasi Tetes (Drip Irrigation) ................................................................. 11
2.2.3 Internet Of Things (IoT) .......................................................................... 12
2.2.4 Analog To Digital Converter (ADC) ....................................................... 13
2.2.5 NodeMCU ESP8266 ................................................................................ 14
2.2.6 Sensor Soil moisture Yl69 ....................................................................... 15
2.2.7 Sensor Dallas Ds18b20 ............................................................................ 16
2.2.8 Sensor Ultrasonik HCSR04 .................................................................... 17
2.2.9 Motor Servo SG90 ................................................................................... 19
2.2.10 Firebase .................................................................................................... 19
2.2.11 App Inventor ........................................................................................... 20
2.2.12 Google Spreadsheet .................................................................................. 22
2.2.13 Wireshark ................................................................................................. 22

viii
2.2.14 Quality Of Service (QoS) ......................................................................... 23
BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 25
3.1. ALAT DAN BAHAN .............................................................................. 25
3.1.1. Laptop ...................................................................................................... 25
3.1.2. Smartphone.............................................................................................. 26
3.1.3. NodeMCU ESP8266 ................................................................................ 26
3.1.4. Sensor Soil moisture Yl69 ....................................................................... 26
3.1.5. Sensor Dallas Ds18b20 ............................................................................ 26
3.1.6. Sensor Ultrasonik HCSR04 .................................................................... 26
3.1.7. Motor Servo SG90 ................................................................................... 26
3.1.8. Software Arduino IDE ............................................................................ 27
3.1.9. Software MIT App Inventor ................................................................... 27
3.1.10. Software Wireshark ................................................................................ 27
3.1.11. Google Firebase ....................................................................................... 27
3.1.12. Google Spreadsheet .................................................................................. 27
3.2. FLOWCHART ALUR PENELITIAN ................................................... 28
3.2.1. Blok Diagram Sistem .............................................................................. 29
3.2.2. Flowchart Sistem ..................................................................................... 30
3.2.3. Perancangan Perangkat Sistem ............................................................. 32
3.2.4. Perancangan Perangkat Keras .............................................................. 33
3.2.5. Perancangan Perangkat Lunak ............................................................. 34
3.3. PENGUJIAN SISTEM ........................................................................... 41
3.3.1. Pengujian Sensor Soil moisture YL69 ................................................... 42
3.3.2. Pengujian Sensor Ultrasonik HCSR04 ................................................. 42
3.3.3. Pengujian Sensor Dallas DS18B20 ........................................................ 43
3.3.4. Pengujian Motor Servo SG90 ................................................................ 43
3.3.5. Pengujian Keseluruhan Sistem .............................................................. 44
3.3.6. Pengujian Quality Of Service (QoS) ....................................................... 45
BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN ......................................................... 47
4.1. HASIL PERANCANGAN SISTEM ...................................................... 47
4.1.1. Hasil Perancangan Perangkat Sistem ................................................... 47
4.1.2. Hasil Perancangan Google Firebase ...................................................... 48
4.1.3. Hasil Perancangan MIT App Inventor ................................................. 49

ix
4.1.4. Hasil Perancangan Google Spreadsheet................................................. 51
4.2. HASIL PENGUJIAN SISTEM .............................................................. 52
4.2.1. Hasil Pengujian Sensor Soil moisture YL69 ......................................... 52
4.2.2. Hasil Pengujian Sensor Ultrasonik HCSR04........................................ 54
4.2.3. Hasil Pengujian Sensor Dallas DS18B20 .............................................. 56
4.2.4. Hasil Pengujian Motor Servo SG90 ...................................................... 58
4.2.5. Hasil Pengujian Keseluruhan Sistem .................................................... 60
4.3. HASIL PENGUJIAN QUALITY OF SERVICES (QoS) .................... 67
4.3.1. Hasil Pengujian Delay ............................................................................. 67
4.3.2. Hasil Pengujian Jitter .............................................................................. 68
4.3.3. Hasil Pengujian Throughput .................................................................. 70
4.3.4. Hasil Pengujian Packet Loss ................................................................... 71
BAB 5 PENUTUP................................................................................................ 74
5.1. KESIMPULAN........................................................................................ 74
5.2. SARAN ..................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 76
LAMPIRAN .............................................................................................................

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Budidaya Cabai Rawit Dalam Polybag ...................................... 10


Gambar 2.2 Irigasi Tetes Gravitasi .................................................................. 11
Gambar 2.3 Konsep IoT ..................................................................................... 12
Gambar 2.4 ADC Dengan Satu Masukan dan Satu Tegangan Referensi ...................... 13
Gambar 2.5 NodeMCU ESP8266 ..................................................................... 14
Gambar 2.6 Sensor Soil moisture YL69 ............................................................ 15
Gambar 2.7 Sensor Dallas DS18B20 ................................................................. 16
Gambar 2.8 Sensor Ultrasonik HCSR04 ......................................................... 17
Gambar 2.9 Cara Kerja Sensor Ultrasonik ..................................................... 18
Gambar 2.10 Motor Servo SG90 ....................................................................... 19
Gambar 2.11 Arsitektur Firebase ...................................................................... 19
Gambar 2.12 Flow Proses MIT App Inventor ................................................. 20
Gambar 2.13 Block Editor MIT App Inventor ................................................. 21
Gambar 2.14 Tampilan Google Spreadsheet ..................................................... 22
Gambar 3.1 Flowchart Alur Penelitian ............................................................. 28
Gambar 3.2 Blok Diagram Sistem ..................................................................... 29
Gambar 3.3 Flowchart Sistem Mikrokontroller ............................................... 30
Gambar 3.4 Flowchart Sistem Aplikasi Android ............................................. 31
Gambar 3.5 Perancangan Perangkat Sistem .................................................... 32
Gambar 3.6 Perancangan Skematik Perangkat Keras.................................... 33
Gambar 3.7 Membuat Proyek Baru Firebase .................................................. 35
Gambar 3.8 Memberi Nama Proyek Firebase.................................................. 35
Gambar 3.9 Membuat Realtime Database......................................................... 35
Gambar 3.10 Mengatur Rules Firebase ............................................................ 36
Gambar 3.11 Alamat dan Token Firebase ........................................................ 36
Gambar 3.12 Tampilan Screen 1 ....................................................................... 37
Gambar 3.13 Block Editor Screen 1 ................................................................... 37
Gambar 3.14 Tampilan Screen 2 ....................................................................... 38
Gambar 3.15 Block Editor Screen 2 ................................................................... 38
Gambar 3.16 Membuat Google Sheet Pada Google Drive ............................... 39

xi
Gambar 3.17 Membuat Google Forms Pada Google Drive ............................. 39
Gambar 3.18 Menghubungkan Google Forms Dengan Google Spreadsheet . 40
Gambar 3.19 Menghubungkan Google Forms Dengan MIT App Inventor .. 40
Gambar 3.20 Menghubungkan Form dengan Google Spreadsheet ................ 41
Gambar 3.21 Tampilan Perancangan Awal Google Spreadsheet ................... 41
Gambar 3.22 Blok Diagram Pengujian Sensor Soil moisture YL69 ............... 42
Gambar 3.23 Blok Diagram Pengujian Sensor Dallas DS18B20 .................... 43
Gambar 3.24 Blok Diagram Pengujian Motor Servo SG90 ............................ 43
Gambar 3.25 Script Program Untuk Pengaturan Sudut Motor Servo .......... 44
Gambar 3.26 Skema Pengujian Quality Of Service (QoS).............................. 45
Gambar 4.1 Hasil Perancangan Perangkat Sistem Sisi Luar ........................ 47
Gambar 4.2 Hasil Perancangan Perangkat Sistem Sisi Dalam....................... 48
Gambar 4.3 Hasil Perancangan Google Firebase ............................................. 49
Gambar 4.4 Tampilan Screen 1 ......................................................................... 49
Gambar 4.5 Tampilan Screen 2 ......................................................................... 50
Gambar 4.6 Tampilan Notifikasi Aplikasi ........................................................ 50
Gambar 4.7 Hasil Perancangan Google Spreadsheet ....................................... 51
Gambar 4.8 Pengujian Sensor Soil moisture YL69 .......................................... 52
Gambar 4.9 Pengujian Sensor Ultrasonik HCSR04 ........................................ 54
Gambar 4.10 Pengujian Sensor Dallas DS18B20 ............................................. 56
Gambar 4.11 Pengujian Motor Servo SG90 ..................................................... 58
Gambar 4. 12 Pengujian Pengiriman Data Ke Google Firebase..................... 60
Gambar 4.13 Pengujian Notifikasi Aplikasi ..................................................... 62
Gambar 4.14 Pengujian Sistem Irigasi Tetes Gravitasi .................................. 64
Gambar 4. 15 Grafik Pengujian Suhu Lingkungan ........................................ 64
Gambar 4. 16 Grafik Pengujian Kelembapan Tanah ..................................... 65
Gambar 4. 17 Grafik Pengujian Tinggi Air Penampung ................................ 66
Gambar 4.18 Grafik Pengujian Delay ............................................................... 68
Gambar 4. 19 Grafik Pengujian Jitter ............................................................... 69
Gambar 4. 20 Grafik Pengujian Throughput ................................................... 71
Gambar 4. 21 Grafik Pengujian Packet Loss .................................................... 72

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Spesifikasi NodeMCU ESP8266 ........................................................ 15


Tabel 2.2 Spesifikasi Sensor Soil moisture YL69 .............................................. 16
Tabel 2.3 Spesifikasi Sensor Dallas DS18B20 ................................................... 17
Tabel 2.4 Spesifikasi Sensor Ultrasonik HCSR04 ............................................ 18
Tabel 2.5 Spesifikasi Motor Servo SG90 ........................................................... 19
Tabel 2.6 Indeks Parameter QoS ....................................................................... 23
Tabel 2.7 Kategori Delay .................................................................................... 23
Tabel 2.8 Kategori Throughput .......................................................................... 24
Tabel 2.9 Kategori Packet Loss .......................................................................... 24
Tabel 2.10 Kategori Jitter ................................................................................... 24
Tabel 3.1 Daftar Alat dan Bahan ....................................................................... 25
Tabel 3.2 Koneksi Pin Sensor Ultrasonik HCSR04 Dengan NodeMCU
ESP8266 ............................................................................................................... 33
Tabel 3.3 Koneksi Pin Motor Servo Dengan NodeMCU ESP8266................. 34
Tabel 3.4 Koneksi Pin Sensor Soil moisture YL69 Dengan NodeMCU ESP8266
............................................................................................................................... 34
Tabel 3.5 Koneksi Pin Sensor Dallas DS18B20 Dengan NodeMCU ESP8266.34
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kalibrasi Sensor Soil moisture YL69 .................... 53
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kalibrasi Sensor Ultrasonik HCSR04 .................. 55
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kalibrasi Sensor Dallas DS18B20 ......................... 57
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Motor Servo SG90 .................................................. 58
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Pengiriman Data Ke Google Firebase .................. 61
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Notifikasi Aplikasi .................................................. 62
Tabel 4. 7 Penggunaan Volume Air Pada Bak Penampung ............................ 66
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Delay ........................................................................ 67
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Jitter ......................................................................... 69
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Throughput ............................................................ 70
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Packet Loss ............................................................ 72

xiii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Cabai rawit merupakan salah satu komoditas sayuran yang keberadaannya
tidak dapat ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan cabai rawit cukup tinggi yaitu sekitar 4 kg/kapita/tahun [1]. Polybag
dalam pertanian adalah plastik yang biasanya mempunyai warna hitam, mempunyai
lubang kecil untuk sirkulasi air yang digunakan untuk menghemat lahan pertanian
[2]. Budidaya tanaman cabai tidak hanya dapat dilakukan pada lahan yang luas tapi
juga dapat dibudidayakan di dalam pot atau polybag yang lahan pekarangannya
sempit seperti di daerah perkotaan. Salah satu cabai yang paling cocok untuk
ditanam di pekarangan rumah adalah jenis cabai rawit [3]. Setiap tanaman
membutuhkan suhu dan kelembapan tertentu. Suhu paling baik untuk budidaya
tanaman cabai rawit adalah berkisar 24°-28°C suhu yang terlampau dingin akan
membuat terhambatnya perkembangan buah [4]. Sedangkan tingkat kelembapan
tanah ideal untuk pertumbuhan dan hasil tanaman cabai berkisar antara 60-80%.
Pada tingkat kelembapan tanah yang rendah ataupun pada kelembapan tanah yang
terlampau tinggi, tanaman cabai tidak dapat berproduksi dengan baik [5].
Salah satu kelemahan dari budidaya tanaman buah dan sayuran dalam polybag
yaitu banyak membutuhkan air. Hal ini disebabkan karena medium tumbuh dalam
polybag relatif sedikit dan otomatis daya serap airnya juga terbatas sehingga pada
saat cuaca panas tanaman sering kekurangan air. Untuk mengatasi hal ini dapat
dilakukan penyiraman menggunakan irigasi tetes [6]. Irigasi tetes merupakan teknik
penyiraman air dengan memberikan air yang tersaring langsung ke tanah dekat
tanaman dengan memberikan tetesan di dekat perakaran. Irigasi tetes dapat
dibedakan atas dua jenis yaitu irigasi tetes dengan pompa dan irigasi tetes dengan
gaya gravitasi. Irigasi tetes dengan pompa yaitu irigasi tetes dengan sistem
penyaluran air diatur dengan pompa. Irigasi tetes pompa umumnya memiliki alat
dan perlengkapan yang lebih mahal daripada irigasi sistem gravitasi . Irigasi sistem
gravitasi adalah irigasi yang menggunakan gaya gravitasi dalam penyaluran air dari
sumber [7]. Dengan perkembangan teknologi saat ini penyiraman tanaman cabai
dapat dikontrol secara otomatis dan dapat dipantau secara jarak jauh menggunakan
teknologi internet of things. Dengan adanya teknologi IoT dapat mengubah
kegiatan budidaya tanaman cabai tanpa harus berada pada suatu lokasi tempat
instalasi perangkat. Dari permasalahan tersebut solusi yang dapat ditawarkan
adalah menyediakan perangkat monitoring berupa sensor kelembapan tanah dan
suhu untuk mengatur pemberian air sesuai dengan kebutuhan tanaman
menggunakan sistem irigasi tetes gravitasi yang dapat dipantau secara jarak jauh
menggunakan teknologi internet of things.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa perangkat keras dan perangkat lunak
seperti sensor soil moisture yl69 untuk memantau kelembapan tanah, sensor dallas
ds18b20 untuk memantau suhu lingkungan, sensor ultrasonik hcsr04 untuk
memantau volume air irigasi tetes, nodemcu esp8266 sebagai mikrokontroller,
motor servo SG90 untuk mengontrol alat penyiram irigasi tetes gravitasi, aplikasi
android untuk memantau kondisi tanaman cabai, google spreadsheet untuk
menyimpan data, dan aplikasi wireshark untuk melihat quality of service (QoS) dari
jaringan internet yang digunakan. Penelitian ini mengacu pada penelitian
sebelumnya yang dibuat oleh Nisa Nurislam Tedistya, Winarno, dan Triuli Novianti
tahun 2020 dengan judul “Pengembangan Rancang Bangun Alat Penyiram
Tanaman Cabai Otomatis Pendeteksi Kelembaban Tanah Berbasis Mikrokontroller
Arduiono UNO (Greenhouse)” dengan letak perbedaan pada penambahan sensor
untuk mendeteksi ketinggian air dan pemantauan menggunakan aplikasi android
secara jarak jauh. Penelitian ini diharapkan mampu membantu dalam budidaya
tanaman cabai dan menghemat air dengan metode irigasi tetes gravitasi yang dapat
dipantau secara jarak jauh menggunakan teknologi internet of things. Berdasarkan
latar belakang yang sudah dijelaskan maka diambil judul “ANALISIS
PENERAPAN SISTEM IRIGASI TETES GRAVITASI PADA BUDIDAYA
TANAMAN CABAI RAWIT DALAM POLYBAG BERBASIS INTERNET
OF THINGS (IoT)”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dari penelitian ini
adalah :

2
1) Bagaimana rancangan penerapan sistem irigasi tetes gravitasi pada
budidaya tanaman cabai rawit dalam polybag berbasis internet of things
(IoT) ?
2) Bagaimana hasil kalibrasi sensor yang digunakan pada sistem irigasi tetes
gravitasi pada budidaya tanaman cabai rawit berbasis internet of things
(IoT) ?
3) Bagaimana parameter quality of service (QoS) yang dihasilkan sistem
irigasi tetes gravitasi pada budidaya tanaman cabai rawit dalam polybag
berbasis internet of things (IoT) ?

1.3 BATASAN MASALAH


Batasan masalah dari penelitian ini adalah :
1) Hanya membahas suhu lingkungan dan kelembapan tanah pada budidaya
tanaman cabai rawit serta tinggi penampung air irigasi tetes gravitasi.
2) Sistem irigasi tetes yang digunakan adalah irigasi tetes gravitasi model
pengairan.
3) Sistem berjalan menggunakan koneksi wifi dengan protokol HTTP.
4) Sensor yang digunakan sensor soil moisture yl69, sensor dallas ds18b20,
sensor ultrasonik hcsr04.
5) Mikrokontroller yang digunakan nodemcu esp8266.
6) Parameter quality of service (QoS) yang diuji meliputi delay, jitter,
throughput, dan packet loss.
7) Tanaman cabai rawit yang digunakan pada masa vegetatif berumur awal
tanam – 75 hari tanam dengan media tanam polybag.
8) Aplikasi yang digunakan menggunakan aplikasi android.

1.4 TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1) Merancang dan menganalisis penerapan sistem irigasi tetes gravitasi pada
budidaya tanaman cabai rawit dalam polybag berbasis internet of things
(IoT).

3
2) Mengetahui hasil kalibrasi sensor yang digunakan pada sistem irigasi tetes
gravitasi pada budidaya tanaman cabai rawit dalam polybag berbasis
internet of things (IoT).
3) Mengetahui parameter quality of service (Qos) yang dihasilkan pada
sistem irigasi tetes gravitasi pada budidaya tanaman cabai rawit dalam
polybag berbasis internet of things (IoT).

1.5 MANFAAT
Manfaat dari penelitian yang dibuat yaitu sebagai teknologi bantu petani
cabai dalam memantau tanaman cabai rawit dalam polybag secara jarak jauh
menggunakan internet dengan sistem irigasi tetes gravitasi. Selain teknologi
bantu petani, dapat mempermudah penyiraman air dan menghemat
penggunaan air yang digunakan untuk tanaman cabai rawit dalam polybag.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN


Sistematika penulisan ini dibagi menjadi 5 bagian :
1. BAB 1 : PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah
yang diangkat, batasan masalah, manfaat, dan tujuan dari penelitian.
2. BAB 2 : DASAR TEORI
Pada bagian ini membahas tentang teori tanaman cabai rawit, irigasi tetes,
konsep IoT, internet, hardware yang digunakan, software yang
digunakan, dan QoS (Quality Of Service).
3. BAB 3 : METODE PENELITIAN
Pada bagian ini membahas mengenai alat dan bahan yang digunakan, alur
penelitian, perancangan perangkat, dan pengujian parameter.
4. BAB 4 : ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini membahas mengenai monitoring hasil penerapan sistem
irigasi tetes gravitasi pada budidaya cabai rawit dalam polybag serta
Analisa dari rumusan masalah yang diangkat.
5. BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bagian ini membahas mengenai kesimpulan dan saran bagi
pengembangan penelitian kedepannya.

4
BAB 2
DASAR TEORI

2.1. TINJAUAN PUSTAKA


Penelitian oleh Nisa Nurislam Tedistya, Winarno, dan Triuli Novianti tahun
2020 dengan judul “Pengembangan Rancang Bangun Alat Penyiram Tanaman
Cabai Otomatis Pendeteksi Kelembaban Tanah Berbasis Mikrokontroller Arduino
UNO (Greenhouse)” membahas tentang sistem penyiraman tanaman otomatis dan
pemantau kelembapan tanah tanaman cabai dengan menggunakan modul RTC
sebagai pengingat waktu penyiraman. Dalam penelitian ini menggunakan metode
riset dan pengembangan untuk merancang penyiraman tanaman cabai otomatis
menggunakan pompa air dan pendeteksi kelembapan tanah tanaman cabai. Prinsip
kerja pada penelitian ini yaitu menggunakan mikrokontroller Arduino Mega
sebagai pusat data, dengan modul SD Card untuk menyimpan nilai data
kelembaban tanah, data suhu udara dan jadwal waktu penyiram tanaman cabai
secara otomatis. Dilengkapi RTC berfungsi menyimpan data waktu lengkap dan
sesuai. Sensor DHT11 untuk mengetahui kondisi suhu udara tanaman cabai rawit.
Pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan modul SIM800L
untuk mengirim data melalui sinyal sms gateway dan ditampilkan pada sistem
laporan. Hasil dari penelitian ini adalah alat penyiraman bekerja dengan baik sesuai
waktu yang ditentukan namun untuk pengujian suhu ruangan di atas 32°C dan 16°C
menggunakan sensor DHT11 sangat buruk [8].
Selanjutnya penelitian oleh Soemantri dan Cep Mamun tahun 2021 dengan
judul “Sistem Monitoring Pemeliharaan Tanaman Cabai Berbasis Internet Of
Things (IoT) Menggunakan Mobile Apps” membahas tentang membuat sistem
monitoring suhu, kelembapan udara, kelembapan tanah, ph tanah dengan berbasis
internet of things Dalam penelitian ini menggunakan model prototipe dengan
mikrokontroller yang digunakan nodemcu esp826. Pengujian dilakukan dengan
menyesuaikan dan membandingkan sensor Suhu dan kelembapan udara DHT11,
Sensor kelembapan tanah YL-69 dan sensor pH tanah dengan alat ukur yang sudah
baku dan dijual di pasaran. Setelah mendapatkan data data hasil pengukuran

5
kemudian data data tersebut dikirim ke Web ThingSpeak Sehingga user dapat
memantau data-data tersebut melalui aplikasi yang sudah dibuat menggunakan MIT
App Inventor di smartphone android. Hasil pengujian penelitian kelembapan udara
mendekati nilai Suhu dan Kelembapan yang diukur pH dengan selisih galat rata-
rata sebesar 1.39% dan 14.40 %. Berdasarkan analisis data tingkat kelembapan
tanah tanaman cabai didapatkan hasil dimana nilai rata-rata pengujian
menggunakan sensor dan alat pembanding yaitu sebesar 1 %. Sedangkan hasil
pengujian sensor pH dengan alat pembanding nilai yang didapat pada rata-rata galat
pengujian adalah 1% dimana nilai tersebut tidak terlalu berpengaruh pada
pembacaan serta kondisi tanaman [9].
Berikutnya penelitian Surinia V. Kiri, Laura A.S. Lapono tahun 2017 dengan
judul “Otomatisasi Sistem Irigasi Tetes Berbasis Arduino Nano” membahas tentang
pembuatan irigasi tetes otomatis berbasis arduino nano menggunakan sel surya.
Dalam penelitian ini sistem ini dirancang khusus untuk tanaman cabai merah
dengan kelembapan tanah antara 44,8% hingga 76,5%. Sistem ini bekerja dengan
menggunakan energi matahari yang diserap oleh sel surya. Energi tersebut akan
disimpan dalam baterai 3,7 volt dan diubah menjadi tegangan 9 volt melalui modul
step up XL6009 sebagai tegangan input untuk Arduino Nano. Sensor kelembapan
tanah FC-28 akan mendeteksi kadar kelembapan tanah. Selanjutnya Arduino Nano
akan menerima input tegangan dari sensor kelembapan tanah. Jika output sensor
kelembapan tanah FC-28 lebih dari 2,8 volt (kelembapan tanah rendah, 76,5 %),
LED hijau menyala dan solenoid valve tertutup. Hasil penelitian ini adalah sistem
dapat berfungsi dengan baik pada kelembapan tanah antara 0 hingga 50%.
Pengujian sampel 0% dan 25% mewakili keadaan kelembapan tanah di bawah
44,8% [10].
Penelitian yang dibuat Fitria Suryatini, Maimunah, dan Fachri Ilman Fauzandi
tahun 2018 dengan judul “Sistem Akuisisi Data Suhu dan Kelembapan Tanah Pada
Irigasi Tetes Otomatis Berbasis Internet Of Things” membahas tentang merancang
sistem akuisisi data pada irigasi tetes otomatis untuk mengukur suhu lingkungan
dan kelembapan tanah menggunakan sensor suhu ds18b20 dan sensor kelembapan
tanah. Sensor yang digunakan pada penelitian ini yaitu sensor suhu dan kelembapan
tanah dan diproses menggunakan Raspberry Pi 3. Sensor suhu yang digunakan yaitu

6
sensor ds18b20, sensor kelembapan tanah yang digunakan sku:sen0193 yang
bersifat kapasitif untuk mencegah korosi. Data sensor dikirim melalui internet dan
disimpan pada database realtime menggunakan firebase. Hasil penelitian pada
pengujian sensor kelembapan tanah menunjukkan bahwa semakin besar tingkat
kelembapan maka semakin kecil tegangan yang dihasilkan dengan range 1,77-
3,09V. Selisih pembacaan suhu antara sensor dan thermometer sebesar 0,33. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa data sensor dapat terkirim secara realtime pada
aplikasi android melalui internet dengan delay rata-rata sebesar 2 detik [11].
Penelitian oleh Adimas Ketut Nalendra dan M. Mujiono tahun 2020 dengan
judul “Perancangan IoT (Internet Of Things) Pada Sistem Irigasi Tanaman Cabai”
membahas tentang perancangan internet of things pada sistem irigasi tanaman cabai
yang dapat membantu petani untuk mendeteksi kebutuhan air yang ada di dalam
tanah. Dalam penelitian ini perangkat yang digunakan untuk membentuk sistem
yaitu nodemcu, sensor kelembapan tanah, dan aplikasi berbasis mobile sebagai
perangkat lunak control perangkat IoT. Sensor kelembapan tanah berfungsi untuk
mendeteksi kadar kelembapan tanah yang akan dikirim ke nodemcu sehingga
nodemcu dapat mengirimkan sinyal ke relay untuk menyalakan dan mematikan
pompa irigasi secara otomatis. Selain pompa irigasi dapat menyala otomatis,
pengguna juga dapat menghidupkan atau mematikan pompa secara manual melalui
smartphone android pengguna yang terhubung ke jaringan internet dengan
nodemcu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan prototyping
untuk mengetahui dengan baik kebutuhan pengguna dan analisis hasil
pengembangan sistem dengan cepat. Hasil penelitian ini sistem Internet of Things
(IoT) dapat membantu sistem irigasi pada tanaman cabai untuk menjaga
kelembapan tanah di angka 60% sampai 80% [12].
Selanjutnya penelitian oleh Puji Ariyanto, Agus Iskandar, dan Ucuk
Darussalam tahun 2021 dengan judul “Rancang Bangun Internet of Things (IoT)
Pengaturan Kelembapan Tanah untuk Tanaman Berbasis Mikrokontroler”
membahas tentang alternatif untuk mengatur kelembapan tanah pada sawah secara
otomatis sesuai dengan kebutuhan tanaman yang ada. Dalam penelitian ini
pengaturan kelembapan tanah menggunakan sensor soil moisture atau kelembapan
tanah untuk mendeteksi keadaan tanah. Dimana, data yang didapat pada sensor soil

7
moisture diproses mikrokontroller nodemcu dan data pada nodemcu dikirimkan ke
cloud platform (thingspeak). Sehingga keadaan tanah baik itu kering, lembab
maupun basah selalu dapat dipantau melalui thingspeak. Dari data yang dikirimkan
sesuai dengan data kelembapan tanaman akan digunakan untuk mengambil
tindakan berupa perintah kepada motor servo. Hasil penelitian ini tanaman
kangkung membutuhkan kelembapan tanah antara 49% - 68% dan pada tanaman
jagung membutuhkan kelembapan tanah antara 48% - 63% [13].
Penelitian yang dilakukan oleh Ipan Diana, Hendri Maja Saputra, dan
Abdurahman Nurhakim tahun 2019 dengan judul “Pemantauan Dan Penyiraman
Tanaman Menggunakan Smartphone Android” membahas tentang sistem
pemantauan dan penyiraman tanaman menggunakan smartphone android sebagai
perangkat untuk menampilkan parameter yang diukur pada tanaman. Dalam
penelitian ini terdiri dari pembuatan perangkat keras dan perangkat lunak. Sistem
yang dibuat dapat memonitor parameter pada tanaman menggunakan sensor suhu,
kelembapan udara, kelembapan tanah, kemudian informasi mengenai nilai-nilai nya
dikirim ke server menggunakan bantuan NodeMCU yang selanjutnya data tersebut
diambil dan ditampilkan pada smartphone android. Aplikasi program pada
smartphone android dibuat menggunakan perangkat lunak App Inventor 2. Hasil
penelitian ini saat kelembapan tanah kurang dari 40%, maka pompa menyala,
sedangkan ketika kelembapan melebihi 40% maka pompa berhenti bekerja. Waktu
delay untuk sistem yang dibuat sebesar 51.49 ms [14].
Berikutnya penelitian oleh Tri Visenno da Nifty Fath tahun 2020 dengan judul
“Monitoring Sistem Kelembapan Tanah Pada Tanaman Tomat Berbasis IOT
(Internet Of Things)” membahas tentang sistem pemantauan kelembapan tanah
pada tanaman tomat dengan sistem irigasi semprot/sepray. Dalam penelitian ini
perangkat keras yang digunakan adalah Raspberry Pi 3 model B sebagai pusat
kendali dan sensor kelembapan tanah sensor soil moisture. Web layanan digunakan
untuk memonitoring parameter yang dikirim secara realtime melalui database
(mysql). Hasil penelitian berdasarkan report harian selama 4 hari diperoleh
kecenderungan trafik throughput mendapatkan indeks throughput “ Sedang ”,
Sedangkan packet loss dalam jarak 2 meter dalam hari yang berbeda terdapat
perbedaan, namun terdapat nilai packet loss dengan nilai 2.54 % maka dalam indeks

8
dinyatakan masih dalam “ Sangat bagus “. Namun pada hari ke 3 dalam jarak 4
meter juga terdapat nilai packet loss 18,375 % apabila dimasukkan dalam
perhitungan dengan perbedaan jarak dalam satu hari terdapat 18,375 dibagi 7
mendapat hasil 2.625 %), maka dalam indeks dinyatakan masih dalam “ sangat
bagus “,untuk keseluruhan indeks yang didapat packet loss “ sangat bagus “, total
delay “ sangat bagus “ dan rata – rata jitter “ sangat baik “ [15].

2.2. DASAR TEORI


2.2.1 Cabai Rawit
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman
hortikultura dari jenis sayuran yang memiliki buah kecil dengan rasa yang pedas.
Cabai mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium (Ca), fosfor (P), besi (Fe),
vitamin‐vitamin (salah satunya adalah vitamin C) dan mengandung senyawa
senyawa alkaloid, seperti capsaicin, flavonoid, dan minyak esensial.
A. Syarat Tumbuh
1. Iklim
Intensitas cahaya matahari untuk tanaman cabai sekurang- kurangnya
selama 10 -12 jam. Suhu yang paling ideal pada perkecambahan benih cabai
adalah 25 - 30°C sedangkan bagi pertumbuhannya 24 - 28°C.
2. Sinar Matahari
Penyinaran yang dibutuhkan adalah penyinaran secara penuh, bila
penyinaran tidak penuh pertumbuhan tanaman tidak akan normal.
3. Curah Hujan
curah hujan yang baik untuk tanaman cabai yaitu 800-2000 mm/tahun.
4. Suhu dan Kelembapan
Untuk suhu yang cocok untuk pertumbuhannya adalah siang hari 21-28°C,
malam hari 13°C-16°C, dan kelembapan tanaman 80%.
5. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat untuk penanaman caba yang baik adalah adalah dibawah
1400 m dpl. Di daerah dataran tinggi tanaman cabai dapat tumbuh, naum
tidak mampu berproduksi secara maksimal.

9
Tanaman cabai akan tumbuh baik pada tanah yang kaya humus, subur, gembur dan
terang pada nilai pH tanah antara 5-6. Tanaman cabai tidak tahan pada kondisi tanah
yang berair karena akan mudah terserang penyakit layu dan pernafasan akar akan
terganggu. Tanaman cabai rawit paling baik ditanam pada dataran dengan
ketinggian 0 - 500 meter dpl dengan curah hujan 600 - 1.250 mm/tahun. Suhu udara
rata-rata tahunan yang baik antara 18 – 30°C dan kelembapan 60 - 80%. Cabai
sangat baik ditanam pada tanah yang datar. Tanaman cabai juga dapat tumbuh dan
beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah [16].
B. Budidaya Cabai Dalam Polybag

Gambar 2.1 Budidaya Cabai Rawit Dalam Polybag [17]

Budidaya cabai tidak hanya dapat dilakukan pada kebun yang luas, tetapi pada
lahan yang sempit seperti pada lahan pekarangan dengan menggunakan pot atau
polybag. Bagi orang di perkotaan yang ingin membudidayakan cabai, karena
terbatasnya lahan maka solusinya adalah dengan cara menanam cabai di polybag.
Menanam cabai dalam pot atau polybag, dapat difungsikan sebagai tanaman hias
karena kondisinya yang mudah dikontrol. Polybag dengan ukuran lebih dari 30 cm
dapat dijadikan sebagai media tanam cabai, ini bertujuan agar media tanam akan
tahan untuk menopang pertumbuhan tanaman cabai dalam polybag. Media tanam
yang cocok dalam budidaya cabai di polybag adalah dari campuran tanah, kompos,
pupuk kandang, sekam padi, arang sekam, dan lain-lainnya. Media tanam yang
digunakan harus sudah siap paling lambat dua minggu sebelum tanam supaya
terjadi pemadatan media yang sempurna. Bibit yang ditanam baiknya bibit yang
sudah memiliki minimal empat daun sempurna, sehat dan pertumbuhannya bagus,

10
berumur tidak lebih dari 30 hari. Umur cabai di polybag dengan media tanam yang
memadai bisa mencapai lebih dari 6 bulan [17].

2.2.2 Irigasi Tetes (Drip Irrigation)

Gambar 2.2 Irigasi Tetes Gravitasi[18]

Irigasi tetes (drip irrigation) adalah suatu sistem yang berada di dalam
bidang irigasi, yang mana sistemnya adalah tetes. Sistem ini sangat memungkinkan
keefisienan dan kesederhanaan. Seperti nama istilahnya, drip irrigation memiliki
konsep perairan yang memberikan air pada suatu titik tertentu. Pemberian ini
menggunakan air yang terbatas, dan secara langsung di area pekarangan tanaman.
Kemudian, pola pembasahannya pun sangat terbatas pada luasan dan kedalaman
tanah yang telah ditanami [18]. Irigasi tetes dapat dibedakan menjadi 2 yaitu irigasi
tetes dengan pompa dan irigasi tetes dengan gaya gravitasi. Irigasi tetes dengan
pompa yaitu irigasi tetes yang sistem penyaluran air diatur dengan pompa. Irigasi
tetes pompa ini umumnya memiliki alat dan perlengkapan yang lebih mahal
daripada sistem irigasi gravitasi. Irigasi tetes dengan sistem gravitasi yaitu irigasi
tetes dengan menggunakan gaya gravitasi dalam penyaluran air dari sumber.
Informasi yang umum yang dibutuhkan untuk mendesain sistem irigasi tetes adalah
sebagai berikut :
1. Sumber air (Water Resource)
Sumber air biasanya berupa sumur (air-tanah) atau tangki air.
2. Tipe tanaman (Types of crops)

11
Tanaman yang berbeda membutuhkan jarak tanam dan kebutuhan air irigasi
yang berbeda.
3. Kondisi topografi (Topographic condition)
Hal ini umumnya diketahui sebagai kemiringan lahan umum untuk menentukan
lokasi pipa utama (main line) dan pipa sub-utama (submain line).
4. Tanah (Soil)
Rata-rata infiltrasi tanah, kapasitas menampung air (water holding capacity),
tekstur dan struktur, densitas tanah dalam keadaan basah (bulk density) harus
diketahui saat pemilihan tipe emitter, penentuan jarak tanam, dan penentuan
jadwal irigasi.
5. Data-data iklim (Climatic Records)
Data-data iklim akan menunjukan kapan dan bagaimana seringnya irigasi
diperlukan dalam berbagai musim dalam satu tahun [19].

2.2.3 Internet Of Things (IoT)

Gambar 2.3 Konsep IoT[20]

Internet of things (IoT) sebuah gagasan dimana benda dapat berkomunikasi


satu dengan yang lain sebagai bagian dari satu kesatuan sistem terpadu
menggunakan jaringan internet sebagai penghubung misalnya CCTV yang
terpasang di sepanjang jalan dihubungkan dengan koneksi internet dan disatukan di
ruang kontrol yang jaraknya mungkin puluhan kilometer. atau sebuah rumah cerdas
yang dapat di manage lewat smartphone dengan bantuan koneksi internet. pada
dasarnya perangkat IoT terdiri dari sensor sebagai media pengumpul
data,sambungan internet sebagai media komunikasi dan server sebagai pengumpul

12
informasi yang diterima sensor dan untuk analisa. Cara kerja Internet of Things
yaitu dengan memanfaatkan sebuah argumentasi pemrograman yang dimana tiap-
tiap perintah argumennya itu menghasilkan sebuah interaksi antara sesama mesin
yang terhubung secara otomatis tanpa campur tangan manusia dan dalam jarak
berapa pun. Internet ini lah yang menjadi penghubung di antara kedua interaksi
mesin tersebut, sementara manusia hanya bertugas sebagai pengatur dan pengawas
bekerjanya alat tersebut secara langsung [20].

2.2.4 Analog To Digital Converter (ADC)

Gambar 2.4 ADC Dengan Satu Masukan dan Satu Tegangan Referensi [21]

ADC (Analog To Digital Converter) merupakan perangkat elektronika yang


berfungsi mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital. ADC memiliki 2 karakter
prinsip yaitu kecepatan sampling, dan resolusi. ADC bertindak sebagai penghubung
besaran fisis yang umumnya bersifat analog seperti suhu, kelembaban, tekanan, dll.
Resolusi ADC menentukan akurasi atau ketelitian nilai hasil konversi ADC”.
Sebagai contoh ADC 10 bit akan memiliki output 10 bit data digital. Ini berarti
sinyal input dapat dinyatakan dalam 1024 atau (- 1) nilai diskrit. ADC 10 bit akan
memiliki output 10 bit data digital. Ini berarti sinyal input dapat dinyatakan dalam
1024 data diskrit seperti yang digunakan pada nodemcu. Dari contoh di atas dapat
disimpulkan bahwa ADC 10 bit akan memberikan resolusi yang lebih baik daripada
ADC 8 bit. Prinsip kerja ADC adalah menkonversi sinyal analog ke dalam bentuk
besaran yang merupakan rasio perbandingan sinyal input dan tegangan referensi.
Sebagai contoh, bila tegangan referensi 5 volt, tegangan input 3 volt, rasio input
terhadap referensi adalah 60%. Jadi, jika menggunakan ADC 10 bit seperti pada
mikrokontroller nodemcu dengan skala maksimum 1024, akan didapatkan sinyal
digital sebesar 60% x 1024 = 614 (bentuk desimal) atau 110000101000 (bentuk

13
biner). Rasio perbandingan sinyal input dan tegangan refrensi dapat dirumuskan
sebagai berikut :
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
𝑆𝑖𝑔𝑛𝑎𝑙 =
𝑀𝑎𝑥_𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒
𝑥 𝑟𝑒𝑓𝑟𝑒𝑛𝑐𝑒_𝑣𝑜𝑙𝑡𝑎𝑔𝑒 (2.1)

Sedangkan dengan asumsi bahwa nilai digital keluaran ADC merupakan nilai
diskrit yang dibulatkan ke bawah, resolusi ADC tersebut dirumuskan sebagai
berikut :
𝑉𝑅𝑒𝑓𝑓
𝑆𝑡𝑒𝑝 𝑆𝑖𝑧𝑒 =
2𝑛
(2.2)
Resolusi ADC atau yang disebut sebagai step size adalah perubahan terkecil pada
masukan ADC yang masih bisa dideteksi, contoh ADC 10bit dengan VREF = 5V
dan VIN = 2,55V maka :
𝑉𝐼𝑁 2𝑛 2,55𝑉 𝑥 210
= = 522,24
𝑉𝑅𝑒𝑓 5𝑉

Sehingga nilai digital keluaran ADC yang digunakan adalah 522,24. ADC tipe
pendekatan berturut-turut merupakan ADC yang biasa digunakan di
mikrokontroller. Untuk mempermudah pemahaman hubungan antara masukan dan
keluaran ADC, sebagai contoh dengan melihat rumus 2.1 untuk menghitung
resolusi ADC tersebut maka dengan ADC 10bit dan tegangan referensi 5V jika
ADC yang terbaca adalah 254 akan mendapatkan resolusi tegangan sebesar 1,24V
[21].

2.2.5 NodeMCU ESP8266

Gambar 2.5 NodeMCU ESP8266 [22]

NodeMCU V3 adalah firmware open-source dan kit pengembangan yang


memainkan peran penting dalam merancang produk IoT. Beberapa pin GPIO di
papan memungkinkan untuk menghubungkan papan dengan periferal lain dan
mampu menghasilkan PWM , I2C, SPI, dan komunikasi serial UART. ESP8266
adalah pengontrol mikro yang dirancang oleh sistem espressif, esp8266 sendiri
14
adalah solusi jaringan wifi mandiri yang menawarkan sebagai jembatan dari
pengontrol mikro yang ada ke wifi dan juga mampu menjalankan aplikasi mandiri.
Modul ini dilengkapi dengan konektor USB bawaan dan beragam pin-out. Dengan
kabel micro USB dapat menghubungkan devkit nodemcu ke laptop dan mem
flashnya tanpa masalah, seperti arduino. Cara paling dasar untuk menggunakan
modul ESP8266 adalah dengan menggunakan perintah serial, karena chip pada
dasarnya adalah wifi/serial pemancar [22].
Tabel 2.1 Spesifikasi NodeMCU ESP8266[22]

Spesifikasi Keterangan
Voltage 3.3V
Current Consumption 10µa – 170mA
Flash memory attachable 16MB Max (512K Normal)
GPIO 17(multiplexed with other functions)
Processor Speed 80-160Mhz
RAM 32K+80K
Flash Memory 4 Mb
WiFi IEEE 802.11 b/g/n
ADC 1 input with 1024 step resolution
USB Port Micro USB

2.2.6 Sensor Soil moisture Yl69

Gambar 2.6 Sensor Soil moisture YL69[23]

Soil moisture sensor yl69 adalah sensor untuk mendeteksi kelembaban tanah
yang cocok untuk membangun sistem penyiraman otomatis atau untuk memantau
kelembaban tanah tanaman. Sensor ini terdiri dari dua bagian yaitu papan elektronik
dan probe dengan dua bantalan, yang mendeteksi kandungan air. Sensor ini

15
memberi output analog dan digital, sehingga dapat digunakan dalam mode analog
dan digital. Sensor kelembaban tanah terdiri dari dua bantalan probe yang
digunakan untuk mengukur kandungan volumetrik air. Bantalan dua probe
memungkinkan arus melewati tanah dan kemudian mendapat nilai resistansi untuk
mengukur nilai kelembaban. Ini dapat menyebabkan korosi di seluruh bantalan
probe. Ketika ada air, tanah akan lebih banyak menghantarkan listrik yang berarti
hambatannya akan berkurang. Oleh karena itu, tingkat kelembaban akan lebih
tinggi. Tanah yang kering menghantarkan listrik dengan buruk, sehingga ketika air
lebih sedikit, maka tanah akan lebih sedikit menghantarkan listrik yang berarti akan
lebih banyak hambatan sehingga tingkat kelembaban akan lebih rendah. Pembacaan
analog sensor akan bervariasi tergantung pada voltase yang digunakan untuk VCC
serta resolusi pin ADC pada sensor [23].
Tabel 2.2 Spesifikasi Sensor Soil moisture YL69[23]

Spesifikasi Keterangan
Vcc Power Supply 3.3V/5V
Current 35mA
Analog Resistance(Ω)
Panel Dimension 3.0 cm by 1.6 cm
Probe Dimension 6.0 cm by 3.0 cm

2.2.7 Sensor Dallas Ds18b20

Gambar 2.7 Sensor Dallas DS18B20[24]

Sensor Dallas DS18B20 adalah sensor suhu digital yang dikeluarkan oleh
Dallas Semiconductor dan merupakan seri terbaru dari Maxim IC. Sensor suhu
DS18B20 beroperasi dalam kisaran -55 °C sampai 125 °C. Meskipun sensor ini

16
dapat membaca hingga 125 °C. Sensor ini juga dapat membaca dengan ketelitian
9-12 bit. DS18B20 memungkinkan penggunaan sensor dalam jumlah besar hanya
melalui satu kabel (single wire) atau 1-wire protocol. Sensor ds18b20 memiliki
beberapa fitur utama seperti antarmuka hanya menggunakan satu kabel sebagai
komunikasi dan tidak memerlukan komponen tambahan [24].
Tabel 2.3 Spesifikasi Sensor Dallas DS18B20[24]

Nama Keterangan
DC Supply Voltage 3-5.5 V
Tingkat Keakuratan ± 0.5
Batas Temperatur -55°C S/d +125°C
Output Digital 1-wire
Resolusi ADC 12bit

2.2.8 Sensor Ultrasonik HCSR04

Gambar 2.8 Sensor Ultrasonik HCSR04 [25]

Sensor ultrasonik merupakan sensor yang berfungsi mengubah bunyi


menjadi besaran listrik dan sebaliknya. Cara kerja pada sensor ini yaitu dengan
prinsip dari pantulan gelombang suara sehingga dapat ditafsirkan menjadi jarak
suatu benda dengan frekuensi tertentu. Sensor ini menggunakan gelombang
ultrasonik, dimana gelombang ultrasonik adalah gelombang dengan frekuensi
sangat tinggi yaitu 20.000 Hz. Bunyi ultrasonik ini tidak dapat didengar oleh telinga
manusia. Bunyi ultrasonik dapat merambat melalui beberapa zat yaitu padat, cair
dan gas. Cara kerja dari sensor ultrasonik yaitu gelombang ultrasonik dibangkitkan
melalui sebuah alat yang disebut piezoelektrik dengan frekuensi tertentu.

17
Gambar 2.9 Cara Kerja Sensor Ultrasonik [25]

Secara umum alat ini akan menembakan gelombang ultrasonik menuju


suatu area atau suatu target. Setelah menyentuh permukaan pada target, maka target
akan memantulkan kembali gelombang tersebut. Gelombang pantulan akan
ditangkap oleh sensor dan kemudian sensor menghitung selisih antara waktu
pengiriman gelombang pantul. HC-SR04 merupakan sensor ultrasonik yang
berfungsi sebagai pengirim, penerima, dan pengontrol gelombang ultrasonik. Alat
ini bisa digunakan untuk mengukur jarak benda dari 2 cm - 4 meter dengan akurasi
3mm. Mikrokontroler bisa bekerja pada order microsecond (1s = 1.000.000 μs) dan
satuan jarak bisa diubah ke satuan cm (1 meter = 100 cm). Oleh sebab itu, rumus di
atas menjadi :
340.𝑡
𝑆=
2
(2.1)
Dimana S merupakan jarak antara sensor ultrasonik dengan benda (bidang pantul),
dan t adalah selisih antara waktu pemancaran gelombang oleh transmitter dan
waktu ketika gelombang pantul diterima receiver [25].
Tabel 2.4 Spesifikasi Sensor Ultrasonik HCSR04[25]

Nama Keterangan
Tegangan Kerja 5 V (DC)
Arus Kerja 15 mA
Frekuensi Kerja 40 Khz
Jarak Maksimum 4m
Jarak Minimum 2 cm
Sudut Pengukuran 15 Derajat
Sinyal input trigger 10 µs pulsa TTL
Sinyal output echo TTL level signal¸proporsional
terhadap jarak
Dimensi 1-13/16”x13/16x5/8”
Koneksi 4 pin(Vcc, Gnd, Echo, Trigger)

18
2.2.9 Motor Servo SG90

Gambar 2.10 Motor Servo SG90[26]

Motor servo sg90 merupakan servo yang kecil dan ringan dengan daya
keluaran tinggi. Servo sg90 dapat berputar kira-kira 180 derajat (90 di setiap arah),
dan bekerja seperti jenis standar tapi lebih kecil. Motor servo jenis sg90 membuat
barang bergerak tanpa membangun pengontrol motor dengan umpan balik & kotak
roda gigi, terutama karena akan muat di tempat kecil tempat [26].
Tabel 2.5 Spesifikasi Motor Servo SG90[26]

Nama Keterangan
Dimensi Ukuran Panjang 22 mm x Lebar 11,5 mm x
tinggi 27 mm
Berat Bersih 9g
Torsi 1,2Kg
Rentang Sudut 180 derajat
Tegangan Kerja 4 – 7,2V
Kecepatan Kerja 0,12s/60 derajat

2.2.10 Firebase

Gambar 2.11 Arsitektur Firebase[27]

Firebase merupakan salah satu platform untuk aplikasi realtime yang ketika
data berubah, maka aplikasi dengan firebase akan meng-update secara langsung

19
melalui setiap device (perangkat) baik web atau mobile. Firebase sendiri
mempunyai library (pustaka) yang lengkap untuk sebagian besar platform web dan
mobile dan dapat digabungkan dengan berbagai framework seperti node, java, Java
Script, AngularJS, dan lain-lain. Application Programming Interface (API) untuk
menyimpan dan sinkronisasi data akan disimpan sebagai bit-bit dalam bentuk JSON
pada cloud dan akan disinkronisasi secara realtime pada firebase. Layanan pada
firebase yaitu meliputi autentikasi pengguna, pengaturan keamanan, dan hosting.
Perubahan data yang terjadi pada satu client akan disinkronisasi pada semua
client yang sudah terdaftar ke data tersebut. Kelebihan dari firebase yaitu dapat
menerima banyaknya data dari 1 juta perangkat secara bersamaan. Firebase dapat
digunakan juga untuk menyimpan data yang diterima. Kemudian firebase dapat
digunakan untuk menyediakan layanan penyimpanan cloud yang memungkinkan
untuk middleware dapat digabungkan dengan interface aplikasi dari pihak ketiga.
Firebase dapat memungkinkan pengembang untuk menciptakan aplikasi mobile
dan web yang digunakan untuk men-generated data secara realtime [27].

2.2.11 App Inventor

Gambar 2.12 Flow Proses MIT App Inventor[28]

App Inventor merupakan tool untuk membuat aplikasi android, yang


berbasis visual block programming. Pada app inventor dapat membuat aplikasi
tanpa kode satupun App inventor juga sering disebut visual block programming
karena penggunaannya yang dilakukan dengan menyusun dan men-drop & drops
blok yang merupakan simbol-simbol perintah dan fungsi even handler tertentu
dalam membuat aplikasi. App Inventor adalah aplikasi web sumber terbuka yang

20
awalnya dikembangkan oleh Google, dan saat ini sudah dikelola oleh
Massachusetts Institute of Technology (MIT). App Inventor memungkinkan
pengguna baru dapat memprogram komputer untuk menciptakan aplikasi bagi
sistem operasi Android. App Inventor menggunakan antarmuka grafis, serupa
dengan antarmuka pengguna pada Scratch dan Star Logo TNG, yang
memungkinkan pengguna dapat men-drop-and-drop objek visual untuk
menciptakan aplikasi yang bisa dijalankan pada sistem operasi Android. Dalam
menciptakan App Inventor sendiri, Google telah melakukan riset yang berhubungan
dengan komputasi edukasional dan menyelesaikan lingkungan pengembangan
online Google. Pada App Inventor ini terdapat beberapa komponen yang terdiri
dari:
A. Komponen desainer yang berjalan pada browser berfungsi untuk memilih
komponen yang diperlukan untuk mengatur propertinya. Pada komponen
desainer sendiri terdapat beberapa bagian, yaitu : palette, viewer, component,
media dan properties.
B. Block Editor berjalan di luar browser dan digunakan untuk membuat dan
mengatur behaviour dari komponen-komponen yang akan nantinya dipilih dari
komponen desainer.
C. Emulator yang digunakan untuk menjalankan dan menguji project yang telah
dibuat.

Gambar 2.13 Block Editor MIT App Inventor[28]

Block Editor merupakan beberapa kumpulan blok berisi perintah untuk fungsi
percabangan, perulangan, variable, array, serta beberapa kelas yang digunakan
seperti Public Static Class, sehingga user bisa langsung memakai metode tersebut
tanpa perlu membuat objek terlebih dahulu [28].

21
2.2.12 Google Spreadsheet

Gambar 2.14 Tampilan Google Spreadsheet[29]

Google spreadsheets adalah sebuah software atau perangkat lunak berbasis


web yang dikembangkan oleh Google yang dapat membuat tabel, perhitungan
sederhana, ataupun pengolahan data. Salah satu kelebihan yang dimiliki googl
spradsheet dibandingkan Microsoft Excel atau Numbers dari Apple adalah
kemudahannya dalam melakukan kolaborasi antar pengguna. Perangkat lunak
berbasis cloud computing atau komputasi awan ini mengandalkan sebuah koneksi
internet untuk interaksi dan kolaborasi setiap penggunanya. Kelebihan tersebut
yang membuat Google Sheets lebih ringan untuk digunakan. Keunggulan lain yang
dimiliki oleh google sheets antara lain : berbasis cloud (dengan berbasis cloud file
akan secara otomatis tersimpan), fleksibel (aplikasi keluaran google ini dapat
digunakan diberbagai sistem operasi baik desktop atau smartphone), ringan, dan
dapat digunakan secara gratis. Google sheets juga mempunyai beberapa kegunaan
yang bisa dimanfaatkan seperti membuat tabel, membuat grafik, memfilter data,
dan berbagai fungsi spreadsheet lainnya [29].

2.2.13 Wireshark
Wireshark merupakan perangkat lunak yang berfungsi sebagai Network
Packet Analyzer. Network Packet Analyzer digunakan menangkap paket-paket
jaringan dan kemudian menampilkan semua informasi di paket tersebut sedetail
mungkin. Network Packet Analyzer sebagai alat berguna memeriksa apa yang
sebenarnya sedang terjadi di dalam kabel jaringan, seperti voltmeter atau tespen
yang digunakan pada sebuah kabel listrik. Wireshark banyak digunakan admin
jaringan untuk memecahkan troubleshooting di jaringannya, memeriksa keamanan

22
jaringan, mendebug implementasi protokol jaringan dalam software, serta
mempelajari protokol jaringan secara detail karena banyak orang menggunakannya
sebagai sniffer atau “pengendus” data-data privasi di jaringan. Salah satu fungsi dari
wireshark adalah sniffing atau lebih dikenal dengan proses penyadapan. Tentu saja
yang disadap adalah password dari seorang user, namun dengan syarat si user ini
harus terkoneksi dengan satu jaringan dengan si sniffer ini [30].

2.2.14 Quality Of Service (QoS)


Quality of service (QoS) atau kualitas layanan digunakan untuk memenuhi
persyaratan lalu lintas dari aplikasi sensitif, seperti suara dan video real-time, dan
untuk mencegah penurunan kualitas yang disebabkan oleh packet loss, penundaan
dan jitter. QoS mengontrol dan mengelola sumber daya jaringan dengan
menetapkan prioritas untuk tipe data tertentu pada jaringan [31]. Berikut beberapa
parameter Quality Of Service (QoS) dan kategori parameter menurut standar
THIPON :
Tabel 2.6 Indeks Parameter QoS
Indeks Persentase (%) Indeks
Sangat Bagus 100 3,8-4
Bagus 75 3-3,79
Sedang 50 2-2,99
Jelek 25 1-1,99

A. Delay (Latency)
Delay (latency) merupakan waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak
dari asal ke tujuan. Persamaan perhitungan delay (latency) :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑒𝑙𝑎𝑦 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 𝐷𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
(2.3)

Tabel 2.7 Kategori Delay [31]


Kategori Latensi Besar Delay (ms) Indeks
Sangat Bagus <150 4
Bagus 150 s/d 300 3
Sedang 300 s/d 450 2
Jelek >450 1

B. Throughput

23
Throughput yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam bps
(bit per second). Persamaan perhitungan throughput :
Paket Data Diterima
𝑇ℎ𝑟𝑜𝑢𝑔ℎ𝑝𝑢𝑡 =
Lama Pengamatan
(2.4)
Tabel 2.8 Kategori Throughput[31]

Kategori Throughput Indeks


Throughput (Kbps)
Sangat Bagus >2100 4
Bagus 1200-2100 3
Sedang 700-1200 2
Buruk 338-700 1
Sangat Buruk 0-338 0

C. Packet Loss
Packet loss adalah parameter yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang
selama proses pengiriman data yang dapat terjadi karena collision dan
congestion pada jaringan. Persamaan perhitungan packet loss :
𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝐷𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚−𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝐷𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝐿𝑜𝑠𝑠 =
𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝐷𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚
𝑥 100% (2.5)

Tabel 2.9 Kategori Packet Loss[31]

Kategori Packet Loss (%) Indeks


Sangat Bagus 0 4
Bagus 3 3
Sedang 15 2
Jelek 25 1

D. Jitter Atau Variasi Kedatangan Paket


Jitter atau biasa disebut variasi delay, berhubungan erat dengan latency, yang
menunjukkan banyaknya variasi delay pada transmisi data pada suatu jaringan.
Persamaan perhitungan jitter :
Total Variasi 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦
𝐽𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟 =
Total Paket Yang Diterima
(2.6)

Tabel 2.10 Kategori Jitter[31]

Kategori Jitter Jitter (ms) Indeks


Sangat Bagus 0 4
Bagus 0 s/d 75 3
Sedang 75 s/d 125 2
Jelek 125 s/d 225 1

24
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. ALAT DAN BAHAN


Pada perancangan penelitian ini akan membutuhkan beberapa alat dan bahan
untuk menyusun perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (Software). Pada
perangkat keras (Hardware) akan dijelaskan tentang gambar perancangan dan
sistem yang akan dibuat. Sedangkan pada perancangan perangkat lunak (Software)
akan dijelaskan tentang alur diagram pemrograman pada kontroler hingga
mengirim data ke firebase serta google spreadsheet dan alur diagram pada aplikasi
android untuk menampilkan data dari firebase. Daftar alat dan bahan untuk
menyusun perangkat hardware dan perangkat software dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Daftar Alat dan Bahan

No Alat dan Bahan Jumlah


1 Laptop 1
2 Smartphone 1
3 NodeMCU ESP8266 1
4 Sensor Soil moisture YL69 1
5 Sensor Dallas DS18B20 1
6 Sensor Ultrasonik HC SR04 1
7 Motor Servo SG90 1
8 Software Arduino 1
9 Software MIT App Inventor 1
10 Software Wireshark 1
11 Google Firebase 1
12 Google Spreadsheet 1

3.1.1. Laptop
Pada penelitian ini, laptop yang digunakan sebagai alat dalam mengolah
seluruh bahan data yang ada. Spesifikasi laptop yang digunakan pada skripsi ini
yaitu Intel(R) Core(TM) i3-6006U, kecepatan clock sebesar 2.00 GHz, dan RAM
memory sebesar 4GB.
25
3.1.2. Smartphone
Pada penelitian ini, smartphone yang digunakan sebagai alat yang
mempunyai aplikasi android dalam monitoring sistem dari perancangan alat.
Spesifikasi pada smartphone yang digunakan yaitu prosesor 2.0 GHz Snapdragon
675 Octa Core, penggunaan OS android v11 dessert (red velvet cake), dengan ram
sebesar 6GB.

3.1.3. NodeMCU ESP8266


Pada penelitian ini, NodeMCU digunakan sebagai pengirim data hasil baca
sensor dari arduino ke google firebase dengan adanya modul wifi ESP8266 yang
terpasang.

3.1.4. Sensor Soil moisture Yl69


Pada penelitian ini sensor soil moisture yl69 digunakan pada sistem sebagai
pengukur kelembapan yang ada pada tanah tanaman cabai. Kelembapan tanah
tersebut akan dimonitor lewat aplikasi pada android dan disimpan pada google
spreadsheet.

3.1.5. Sensor Dallas Ds18b20


Pada penelitian ini sensor dallas ds18b20 digunakan pada sistem sebagai
pemantau suhu yang ada pada lingkungan tempat menanam tanaman cabai. Suhu
tanah tersebut akan dimonitor lewat aplikasi pada android dan disimpan pada
google spreadsheet.

3.1.6. Sensor Ultrasonik HCSR04


Pada penelitian ini sensor ultrasonik hcsr04 digunakan pada sistem sebagai
pengukur volume air pada irigasi tetes. Ketinggian volume air akan dimonitor lewat
aplikasi pada android dan disimpan pada google spreadsheet.

3.1.7. Motor Servo SG90


Pada penelitian ini motor servo digunakan sebagai kran keluarnya air pada
irigasi tetes untuk mengatur kelembapan tanah yang ada pada tanah tanaman cabai.

26
3.1.8. Software Arduino IDE
Pada perancangan sistem ini software arduino IDE digunakan untuk
memprogram sistem kepada masing-masing perangkat yang digunakan.

3.1.9. Software MIT App Inventor


Software MIT App Inventor digunakan untuk membuat aplikasi android
yang nantinya aplikasi tersebut digunakan untuk memonitor nilai pada sensor.

3.1.10. Software Wireshark


Software wireshark yang digunakan adalah versi 2.6.6. Software ini
digunakan untuk mendapatkan hasil dari kualitas QoS saat menjalankan pengiriman
data menggunakan internet pada jaringan wifi.

3.1.11. Google Firebase


Google firebase digunakan sebagai database untuk menyimpan hasil data
dari perancangan secara sistematis, yang nantinya data akan diteruskan ke aplikasi
android.

3.1.12. Google Spreadsheet


Google spreadsheet digunakan sebagai penyimpanan data nilai sensor. Data
yang tersimpan pada google spreadsheet digunakan untuk melihat perubahan nilai
pada sensor yang digunakan.

27
3.2. FLOWCHART ALUR PENELITIAN
Mulai

Studi
Literatur

Analisis Kebutuhan
-Kebutuhan
Fungsional
-Kebutuhan Non
Fungsional

Perancangan
Perangkat Keras
sistem

Perancangan
Perangkat Lunak
dan Penyusunan
Program

Perbaikan dan
Pengujian Sistem Identifikasi
Kesalahan

Ada Kesalahan? Ya

Tidak

Pengumpulan
Data

Analisis Data

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Alur Penelitian

Pada gambar 3.1 adalah flowchart alur penelitian yang dilakukan yaitu
menggunakan studi literatur dengan cara melakukan pengumpulan data referensi
dari buku artikel, jurnal, dan situs yang berkaitan dengan materi penelitian yang
dilakukan. Analisis kebutuhan yang digunakan seperti kebutuhan fungsional dan
non fungsional. Kebutuhan fungsional sendiri adalah kebutuhan yang berisi
layanan-layanan apa saja yang nantinya harus disediakan oleh sistem. Sedangkan
kebutuhan non fungsional adalah batasan layanan atau fungsi yang ditawarkan oleh
sistem. Perancangan perangkat keras ini dilakukan agar mempermudah proses yang
nantinya akan dilakukan secara bertahap. Perancangan perangkat lunak dan
penyusunan program dilakukan dengan cara membuat flowchart. Dalam flowchart

28
terdapat step by step proses jalannya suatu perancangan sistem. Dalam perancangan
perangkat lunak ini digunakan sebuah bahasa pemrograman arduino. Pada
pengujian sistem bertujuan menguji perangkat atau sistem yang telah dibuat apakah
sudah sesuai dengan rencana dan dapat berfungsi dengan baik atau masih terdapat
perbaikan. Pengujian yang akan dilakukan adalah menguji setiap bagian blok
sistem, jika ada kesalahan akan dilanjutkan dengan perbaikan dan identifikasi
kesalahan pada sistem. Selanjutnya pada pengumpulan data, dilakukan
pengambilan dan pengumpulan data yang diperlukan dari hasil pengujian pada
perancangan alat yang dibuat setelah sistem diuji dan berhasil. Terakhir melakukan
analisis data, dimana data yang sudah terkumpul tersebut selanjutnya akan di
analisis dengan mengambil beberapa parameter uji.

3.2.1. Blok Diagram Sistem


Input Process Output

1
SENSOR DALLAS
DS18B20

2 MIKROKONTROLLER APLIKASI GOOGLE


SENSOR SOIL FIREBASE
NODEMCU ESP8266 ANDROID SPREADSHEET
MOISTURE YL69

3 MOTOR
SENSOR SERVO SG90
ULTRASONIK HCSR04

POWER

Gambar 3.2 Blok Diagram Sistem

Pada gambar 3.2 merupakan blok diagram sistem yang akan dibuat dimana
nodemcu esp8266 berfungsi sebagai mikrokontroller untuk menggerakan sistem.
Pada penelitian ada beberapa input yang digunakan seperti sensor soil moisture yl69
untuk memantau kelembapan tanah, sensor dallas ds18b20 untuk memantau suhu
lingkungan yang dilengkapi waterproof cocok untuk lokasi outdoor, dan sensor
ultrasonik hcsr04 untuk memantau volume air pada sistem irigasi tetes yang
digunakan. Kemudian data yang terbaca oleh setiap sensor dikirim ke
mikrokontroller untuk diproses. Data yang diproses oleh mikrokontroller nodemcu
esp8266 diteruskan ke output sistem. Output yang dihasilkan pada penelitian ini
seperti firebase sebagai realtime database yang akan diteruskan ke platform mit
app dan kemudian ditampilkan dalam bentuk aplikasi android. Dimana aplikasi
android akan menampilkan kondisi pembacaan sensor seperti suhu, kelembapan

29
tanah, dan ketinggian volume air. Selain itu aplikasi android berfungsi untuk
memberikan notifikasi apabila suhu lingkungan tempat menanam tidak sesuai atau
volume air yang ada pada irigasi tetes akan habis. Selanjutnya pada google
spreadsheet digunakan untuk menyimpan nilai yang terbaca pada sensor dan untuk
melihat penggunaan air pada tanaman cabai rawit. Output terakhir yaitu motor
servo sg90 yang berfungsi sebagai kran otomatis untuk menyirami air secara terus
menerus dengan konsep irigasi tetes apabila kelembapan tanah yang terbaca <60%.

3.2.2. Flowchart Sistem


Mulai

Inisialisasi Pada
Mikrokontroller
-Deklarasi Variabel Mengirim Data
-Sensor (Dallas Sensor Ke
Ds18b20, Soil Firebase
Moisture Yl69,
Ultrasonik HCSR04)
-Motor Servo SG90
Apakah
Kelemaban
Tanah <60%
?

Tidak
Membaca Sensor
Dallas ds18b20 Ya

Servo Bergerak
120° Membuka
Kran Irigasi
Membaca Sensor Tetes
Soil Moisture
YL69

Mengirim Data
Sensor Ke
Membaca Sensor Google
Ultrasonik Spreadsheet
HCSR04

A Selesai

Gambar 3.3 Flowchart Sistem Mikrokontroller


Pada gambar 3.3 flowchart sistem mikrokontroller menunjukan alur kerja
sistem mikrokontroller sesuai dengan perangkat lunak yang akan dirancang.
Mikrokontroller akan melakukan tugas sesuai program yang dimasukan untuk
menginisialisasi variabel, sensor yang digunakan (dallas ds1b20, soil moisture
yl69, ultrasonik hcsr04) dan juga motor servo sg90. Proses selanjutnya adalah
membaca sensor dallas ds18b20 untuk mengetahui kondisi suhu di lingkungan,
kemudian membaca sensor soil moisture yl69 untuk mengetahui kondisi
kelembapan tanah, selanjutnya membaca sensor ultrasonik hcsr04 untuk

30
mengetahui volume air pada sistem irigasi tetes. Setelah semua data sensor terbaca
,data tersebut diteruskan nodemcu esp8266 ke firebase sebagai realtime database
menggunakan komunikasi wifi dan jaringan internet. Data pada firebase akan
ditampilkan ke aplikasi android menggunakan platform mit app. Setelah data
dikirim ke firebase jika kondisi kelembapan tanah yang terukur kurang dari kurang
60% maka akan menggerakan motor servo ke sudut 120° untuk membuka kran air
irigasi tetes. Terakhir data diteruskan oleh nodemcu esp8266 ke google
spreadsheet, dimana pada google spreadsheet data yang akan dikirimkan
digunakan untuk melihat banyaknya waktu penggunaan air pada tanaman cabai.
Mulai A B

Menerima Data Sensor Menerima Data Sensor


Inisialisasi
Soil Moisture Yl69 Dari Ultrasonik Hcsr04 Dari Tidak
Sistem
Firebase Firebase
Tidak

Menerima Data Apakah


Sensor Dallas Tidak Apakah Volume Air
ds18b20 Dari Kelembaban Irigasi Tetes
Tidak <5cm ?
Firebase Tanah <60% ?

Ya
Ya
Apakah Suhu
Lingkungan <24°C Memberikan Notifikasi
atau >28°C ? Memberikan Notifikasi
Air Akan Habis
Kelembaban Tanah
Rendah

Ya
Selesai
Memberikan Notifikasi
Suhu Lingkungan Apakah
Tidak Mendukung Kelembaban
Tanah >80% ?

Ya
A
Memberikan Notifikasi
Kelembaban Tanah
Tinggi

Gambar 3.4 Flowchart Sistem Aplikasi Android

Pada gambar 3.4 merupakan alur flowchart aplikasi android dimana proses
pertama yaitu inisialisasi sistem untuk pemberian nilai awal kondisi yang dilakukan
saat deklarasi variabel. Selanjutnya yaitu menerima data sensor dallas ds18b20 dari
google firebase. Apabila suhu lingkungan yang terbaca oleh sensor kurang dari
24°C atau lebih dari 28°C maka akan memunculkan notifikasi pada aplikasi android
“suhu lingkungan tidak mendukung” jika tidak maka akan kembali menerima data
sensor dallas ds18b20 dari google firebase. Kemudian menerima data sensor soil
moisture yl69 dari google firebase. Apabila kelembapan tanah <60% maka akan

31
memunculkan notifikasi “Kelembapan Tanah Rendah” jika tidak kembali
menerima data sensor soil moisture yl69 dari google firebase . Apabila kelembapan
tanah >80% maka akan memunculkan notifikasi “Kelembapan Tanah Tinggi” jika
tidak kembali menerima data sensor soil moisture yl69 dari google firebase. Data
sensor yang terakhir diterima yaitu data sensor ultrasonik hcsr04 dari google
firebase. Jika volume air pada irigasi tetes kurang dari 5cm atau hampir habis maka
akan memunculkan notifikasi pada aplikasi android “air akan habis” jika tidak
kembali menerima data sensor ultrasonik hcsr04 dari google firebase.

3.2.3. Perancangan Perangkat Sistem

Gambar 3.5 Perancangan Perangkat Sistem

Pada gambar 3.5 perancangan perangkat sistem ini dibuat untuk melakukan
monitoring dan penyiraman secara otomatis pada tanaman cabai rawit dalam
polybag. perancangan perangkat sistem pada gambar 3.5 terdiri dari tanaman cabai
rawit yang berumur 0 -75 hari tanam (masa vegetatif) yang ditanam dalam polybag
berukuran 10x15cm yang nantinya proses penyiraman tanaman cabai rawit akan
disiram menggunakan sistem atau metode irigasi tetes gravitasi model pengairan.
Proses penyiraman irigasi tetes gravitasi akan bekerja apabila kelembapan tanah
yang terbaca oleh sensor soil moisture <60%. Irigasi tetes gravitasi model pengairan

32
menggunakan selang yang dipasang pada kran penampung air sebagai tempat untuk
menyalurkan air dengan memanfaatkan gaya gravitasi atau menyalurkan air dari
tempat yang tinggi ketempat yang rendah. Penampung air yang digunakan dengan
ukuran panjangxlebarxtinggi (20x20x20cm) dengan jumlah volume 8 liter.

3.2.4. Perancangan Perangkat Keras

Gambar 3.6 Perancangan Skematik Perangkat Keras

Pada gambar 3.6 Perancangan skematik perangkat keras yang akan


digunakan dalam penelitian ini menggunakan beberapa komponen seperti sensor
soil moisture yl69, sensor dallas ds18b20, sensor ultrasonik hcsr04, dan motor
servo sg90. Dalam penelitian ini mikrokontroller yang digunakan adalah nodemcu
esp8266 yang berfungsi sebagai otak dalam menjalankan sistem. Berikut daftar
tabel dari beberapa komponen yang terkoneksi dengan nodemcu esp8266 :
Tabel 3.2 Koneksi Pin Sensor Ultrasonik HCSR04 Dengan NodeMCU ESP8266

No Pin Sensor Ultrasonik HCSR04 Fungsi


1 Echo Pembacaan port D1 nodemcu
esp8266 pada pin echo sensor
ultrasonik di

33
2 Trigger Pembacaan port D2 nodemcu
esp8266 pada pin trigger sensor
ultrasonik
3 VCC Catu daya 5V dari nodemcu esp8266
4 GND Grounding

Tabel 3.3 Koneksi Pin Motor Servo Dengan NodeMCU ESP8266

No Pin Motor Servo Fungsi


1 PWM Pembacaan port D0 nodemcu
esp8266 pada pin PWM motor servo
2 VCC Catu daya 5V dari nodemcu esp8266
3 GND Grounding

Tabel 3.4 Koneksi Pin Sensor Soil moisture YL69 Dengan NodeMCU ESP8266

No Pin Soil moisture YL69 Fungsi


1 Data Pembacaan port A0 nodemcu
esp8266 pada pin data sensor soil
moisture
2 VCC Catu daya 5V dari nodemcu esp8266
3 GND Grounding

Tabel 3.5 Koneksi Pin Sensor Dallas DS18B20 Dengan NodeMCU ESP8266

No Pin Dallas DS18B20 Fungsi


1 Data Pembacaan port D3 nodemcu esp8266 pada
pin data sensor dallas ds18b20 di
2 VCC Catu daya 5V dari nodemcu esp8266
3 GND Grounding

3.2.5. Perancangan Perangkat Lunak


Dalam perancangan perangkat lunak dibagi memiliki 3 bagian yaitu
perancangan google firebase, MIT App Inventor, dan google spreadsheet.
a. Perancangan Google Firebase

34
Gambar 3.7 Membuat Proyek Baru Firebase

Pada gambar 3.7 merupakan tampilan awal untuk membuat proyek baru
pada google firebase.

Gambar 3.8 Memberi Nama Proyek Firebase

Selanjutnya pada gambar 3.8 ketikan nama proyek yang akan dibuat dan isi
semua persetujuan yang ada.

3
4

1
2

5 6
Gambar 3.9 Membuat Realtime Database

35
Pada gambar 3.9 merupakan langkah membuat realtime database di google
firebase, dimana pada langkah database options digunakan untuk mengatur lokasi
penyimpanan dari realtime database yang digunakan. Setelah memilih lokasi
penyimpanan selanjutnya melakukan pengaturan keamanan, dimana pada langkah
ini menggunakan kondisi pada locked mode sehingga data yang nantinya tersimpan
dapat diatur apakah boleh diteruskan ke platform lain atau hanya dapat di cek di
google firebase.

1
32

32

1
Gambar 3.10 Mengatur Rules Firebase

Pada gambar 3.10 merupakan langkah untuk mengatur rules yang ada pada
firebase, dimana pengaturan rules yang digunakan pada kondisi true. Kondisi true
berfungsi untuk membuat database pada firebase dapat ditampilkan ke platform
untuk membuat aplikasi ataupun ditampilkan pada sebuah web.

4
1 2

Gambar 3.11 Alamat dan Token Firebase

Pada gambar 3.11 merupakan langkah untuk melihat alamat dan token dari firebase
yang dibuat. Dimana alamat digunakan sebagai tempat atau lokasi database
ditampilkan yang ditunjukan pada nomor 1 dan 2, sedangkan token digunakan

36
sebagai kode rahasia untuk dapat mengakses alamat firebase tersebut untuk kode
yang digunakan ditunjukan nomor 5.
b. Perancangan MIT App Inventor

Gambar 3.12 Tampilan Screen 1

Pada gambar 3.12 merupakan tampilan screen 1 pada aplikasi android yang dibuat
menggunakan platform mit app inventor. Gambar 3.12 diatas merupakan tampilan
awal yang digunakan sebagai flash screen sebelum menuju screen berikutnya.

Gambar 3.13 Block Editor Screen 1

Gambar 3.13 merupakan tampilan block editor dari screen 1, dimana fungsi dari
pembuatan block ini untuk membuat flash screen pada tampilan awal dengan
mengatur clock 1 dan clock 2 yang digunakan.

37
Gambar 3.14 Tampilan Screen 2

Pada gambar 3.14 merupakan tampilan screen 2 dari aplikasi yang dibuat
menggunakan platform mit app inventor. Screen 2 berfungsi untuk memantau nilai-
nilai yang didapat dari database realtime firebase. Selain untuk memantau nilai
yang didapat dari database, pada screen 2 digunakan untuk meneruskan nilai yang
terpantau ke google spreadsheet untuk menyimpan data.

Gambar 3.15 Block Editor Screen 2

Pada gambar 3.15 merupakan tampilan block editor dari screen 2, dimana block
editor ini digunakan untuk mendapatkan nilai dari database, memantau nilai,
meneruskan nilai ke google spreadsheet, dan memberikan notifikasi pada aplikasi
yang dibuat. Pada block editor ini setiap ada pergantian data maka akan secara
otomatis tersimpan ke google spreadsheet, dan jika nilai yang didapat dari database
melebihi atau kurang dari nilai standar maka akan memunculkan sebuah notifikasi

38
tergantung. Notifikasi yang muncul pada aplikasi berbeda-beda sesuai parameter
yang digunakan.
c. Perancangan Google Spreadsheet

Gambar 3.16 Membuat Google Sheet Pada Google Drive

Pada gambar 3.16 merupakan langkah awal untuk membuat google spreadsheet
atau google sheet pada google drive. Pembuatan google sheet dilakukan
menggunakan akun google drive, kemudian pilih google sheet dan berikan nama
untuk spreadsheetnya. Google spreadsheet ini nantinya akan menjadi tempat
penyimpanan utama dari setiap nilai sensor.

2
3 2

1
2
3

Gambar 3.17 Membuat Google Forms Pada Google Drive

Pada gambar 3.17 merupakan langkah untuk membuat google forms pada google
drive. Google forms ini digunakan untuk menyimpan data setiap sensor sebelum
diteruskan ke google spreadsheet. Pada gambar 3.17 yang ditunjukan nomor 3

39
berfungsi untuk mengisi nama kolom di google spreadsheet. Selanjutnya short
answer berfungsi agar baris pada kolom yang terisi nilai sensor hanya
menggunakan jawaban singkat atau hanya satu jawaban setiap barisnya.
2
1

Gambar 3.18 Menghubungkan Google Forms Dengan Google Spreadsheet

Pada gambar 3.18 merupakan langkah untuk menghubungkan google forms dengan
google spreadsheet yang sudah dibuat. Dimana pada google forms terdapat menu
response yang digunakan untuk melihat hasil data yang dimasukan, pada response
juga digunakan untuk memilih file google spreadsheet yang akan digunakan
sebagai tempat utama untuk menampilkan seluruh data yang dimasukan.

1 2
3

5
6
4

Gambar 3.19 Menghubungkan Google Forms Dengan MIT App Inventor

Pada gambar 3.19 merupakan langkah untuk menghubungkan google forms dengan
MIT App Inventor. Pada langkah ini bertujuan untuk mendapatkan kode yang

40
digunakan saat membuat aplikasi pada MIT App Inventor, dimana setiap google
forms memiliki kode masing-masing.

Gambar 3.20 Menghubungkan Form dengan Google Spreadsheet

Pada gambar 3.20 merupakan langkah untuk menghubungkan form dengan google
spreadsheet dan MIT App Inventor. Pada langkah ini alamat form akan disalin ke
MIT App Inventor dengan menambahkan tulisan “formResponse” pada link agar
nantinya nilai sensor yang tertampil pada aplikasi akan tersalin secara otomatis ke
google spreadsheet.

1 3

Gambar 3.21 Tampilan Perancangan Awal Google Spreadsheet


Pada gambar 3.21 merupakan tampilan perancangan awal dari google spreadsheet
yang sudah diatur sebelumnya. Pada gambar 3.21 terdapat 3 form response yang
berfungsi menyimpan setiap parameter nilai yang dipantau pada aplikasi android.
Setiap form response yang ada pada google spreadsheet memiliki 2 kolo, dimana
kolom timestamp berfungsi untuk menampilkan waktu dan hari saat data tersebut
disimpan, sedangkan kolom di sebelahnya akan menampilkan nilai dari sensor.
Setiap data hanya akan tersimpan jika ada perubahan yang terjadi saat sensor
bekerja atau berganti nilai.

3.3. PENGUJIAN SISTEM


Pengujian sistem dilakukan untuk mengetahui apakah sistem yang dirancang
dapat diimplementasikan atau tidak. Sistem dapat dinyatakan beroperasi dengan
benar apabila semua komponen yang digunakan dapat beroperasi sesuai dengan
tujuan. Beberapa proses pengujian yang akan dilakukan sebagai berikut :

41
3.3.1. Pengujian Sensor Soil moisture YL69
Input Process Output

SENSOR SOIL SERIAL


NODEMCU
MOISTURE MONITOR
ESP8266
YL69 ARDUINO IDE

POWER

Gambar 3.22 Blok Diagram Pengujian Sensor Soil moisture YL69

Pada pengujian sensor soil moisture yl69 dilakukan pengujian untuk melihat
akurasi sensor soil moisture yl69 yang menggunakan ADC 10 bit. Pada pengujian
akurasi sensor soil moisture yl69 dilakukan untuk melihat nilai error dengan
membandingkan nilai aktual dari alat ukur dan nilai pengukuran sensor pada
kondisi lembab, kering, dan basah. Perangkat yang digunakan sebagai
pembandingnya adalah soil moisture meter yang dapat mengukur kelembapan
tanah. Dimana soil moisture meter akan menunjukan nilai kadar kelembapan tanah
yang terkandung pada tanaman, hal ini akan menjadi acuan untuk mencari nilai
error pengujian sensor soil moisture yl69. Besarnya nilai error yang diuji
menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 −𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = |
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
| 𝑥100% (3.1)

3.3.2. Pengujian Sensor Ultrasonik HCSR04


Input Process Output

SENSOR SERIAL
NODEMCU
ULTRASONIK MONITOR
ESP8266
HCSR04 ARDUINO IDE

POWER

Gambar 3.1 Blok Diagram Pengujian Sensor Ultrasonik HCSR04


Pada pengujian sensor ultrasonik hcsr04 akan dilakukan pengujian akurasi
sensor. Pengujian akurasi sensor ultrasonik hcsr04 dilakukan untuk mendapatkan

42
nilai error dengan membandingkan nilai pengukuran sensor yang tertampil pada
serial monitor arduino ide dengan nilai aktual alat ukur meteran. Besarnya nilai
error yang diuji menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 −𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = |
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
| 𝑥100% (3.2)

3.3.3. Pengujian Sensor Dallas DS18B20


Input Process Output

SENSOR SERIAL
NODEMCU
DALLAS MONITOR
ESP8266
DS18B20 ARDUINO IDE

POWER

Gambar 3.23 Blok Diagram Pengujian Sensor Dallas DS18B20

Pada pengujian sensor dallas ds18b20 dilakukan pengujian akurasi sensor


untuk mendapatkan nilai error dengan membandingkan nilai pengukuran sensor
dallas ds18b20 yang tertampil pada serial monitor arduino ide dengan nilai aktual
alat ukur termometer digital. Pengujian sensor dilakukan pada suhu di bawah 24°C,
diatas 28°C, dan antara 24-28°C. Besarnya nilai error yang diuji menggunakan
rumus sebagai berikut :
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 −𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = |
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
| 𝑥100% (3.3)

3.3.4. Pengujian Motor Servo SG90


Input Process Output

POTENSIO NODEMCU MOTOR SERVO


METER ESP8266 SG90

POWER

Gambar 3.24 Blok Diagram Pengujian Motor Servo SG90


Pada pengujian motor servo sg90 dilakukan untuk menguji akurasi sudut
yang dihasilkan motor servo. Cara pengujian adalah dengan membandingkan nilai

43
derajat aktual dari busur derajat dengan sudut servo yang diatur menggunakan
potensiometer. Nilai keluaran potensiometer dapat berupa tegangan yang dapat
dibaca oleh ADC, kemudian nilai ADC yang terbaca oleh mikrokontroller
dikonversi ke pergerakan sudut pada motor servo.

Gambar 3.25 Script Program Untuk Pengaturan Sudut Motor Servo

Pada gambar 3.25 merupakan program untuk mengkonversi nilai ADC yang terbaca
pada potensiometer menjadi putaran sudut motor servo. Secara teori nilai sudut
yang dihasilkan dapat dituliskan menggunakan persamaan :
𝑥
𝑆𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑆𝑒𝑟𝑣𝑜 =
1024
𝑥180 (3.4)
Pada persamaan 3.4 nilai x merupakan nilai ADC yang dihasilkan oleh
potensiometer yang terbaca pada mikrokontroller dan kemudian pada program
dikonversi ke sudut servo dengan sudut maksimal yang digunakan yaitu 180°.
Pengujian sudut ini dilakukan pada sudut 0-180° untuk melihat % nilai error sudut
servo. Besarnya nilai error yang diuji menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 −𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑣𝑜
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = |
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
| 𝑥100% (3.5)

3.3.5. Pengujian Keseluruhan Sistem


Pada pengujian keseluruhan sistem dilakukan untuk menguji notifikasi
aplikasi, pengiriman data ke google firebase dan pengujian sistem irigasi tetes
gravitasi. Pengujian pengiriman data ke google firebase dengan menguji apakah
data yang dikirim nodemcu esp8266 dapat diterima di google firebase, pengujian
ini dilakukan dengan mengirim 3 data berbeda dengan tiap data dilakukan
44
percobaan sebanyak 30 kali. Selanjutnya pengujian notifikasi aplikasi untuk
menampilkan peringatan nilai kelembapan tanah, suhu, dan tinggi air sebanyak 30
kali percobaan dengan mengatur nilai yang terbaca pada google firebase. Pengujian
sistem irigasi tetes gravitasi dengan melakukan pemantauan selama 30 menit
dengan kondisi awal tanah kering. Pengujian ini dilakukan untuk memantau sistem
irigasi tetes yang dibuat dalam menjaga kelembapan tanah tanaman cabai rawit
secara otomatis. Pada pengujian tersebut dilakukan pengambilan data yang
nantinya akan tersimpan di google spreadsheet pada waktu siang hari.

3.3.6. Pengujian Quality Of Service (QoS)

Send

TX RX
Request

Gambar 3.26 Skema Pengujian Quality Of Service (QoS)

Pada gambar 3.25 merupakan model pengukuran yang digunakan untuk


mendapatkan parameter quality of service (QoS). Pada TX terdapat jaringan wifi
yang terkoneksi dengan mikrokontroler nodemcu sebagai sisi pengirim atau
transmitter. Sedangkan pada RX atau receiver sebagai sisi penerima sekaligus yang
merequest data dari TX merupakan database yang digunakan yaitu google firebase.
Pengujian parameter dari Quality of Service (QOS) digunakan untuk mengukur
nilai dari kualitas jaringan tertentu pada suatu layanan. Pada pengujian QoS ini ada
4 parameter yang akan diujikan pada penelitian ini yaitu delay, throughput, jitter,
dan packet loss dengan menggunakan standar tiphon. Untuk mendapatkan data nilai
dari QoS saat pengujian menggunakan aplikasi wireshark sebagai media untuk
menampilkan paket data.
a. Pengujian Delay
Pengujian delay dilakukan untuk mengetahui semua total waktu tunda suatu
paket. Pada pengujian delay menguji semua total selisih waktu data yang diterima
di sisi Tx ke RX pada data terima selanjutnya. Setelah itu proses pengujian delay
yang dilakukan sebanyak 7 kali percobaan dengan lama waktu pengambilan

45
1,5,10,15,20,25,30 menit pada jarak 3m dan penghalang berupa dinding tembok.
Besarnya nilai delay diperoleh menggunakan persamaan :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑒𝑙𝑎𝑦 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 𝐷𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
(3.6)
b. Pengujian Jitter
Pengujian jitter dilakukan untuk mengetahui rata rata variasi delay. Pada
pengujian jitter menguji semua total selisih delay yang diterima di sisi Tx ke RX.
Setelah itu proses pengujian jitter yang dilakukan sebanyak 7 kali percobaan
dengan lama waktu pengambilan 1,5,10,15,20,25,30 menit pada jarak 3m dan
penghalang berupa dinding tembok. Besarnya nilai jitter diperoleh menggunakan
persamaan :
Total Variasi 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦
𝐽𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟 =
Total Paket Yang Diterima
(3.7)

c. Pengujian Throughput
Pengujian throughput dilakukan untuk mengetahui laju pengiriman data. Pada
pengujian throughput menguji laju pengiriman data dari sisi Tx ke RX. Setelah itu
proses pengujian throughput dilakukan yang dilakukan sebanyak 7 kali percobaan
dengan lama waktu pengambilan 1,5,10,15,20,25,30 menit pada jarak 3m dan
penghalang berupa dinding tembok. Besarnya nilai throughput diperoleh
menggunakan persamaan :
Paket Data Diterima
𝑇ℎ𝑟𝑜𝑢𝑔ℎ𝑝𝑢𝑡 =
Lama Pengamatan
(3.8)

d. Pengujian Packet Loss


Pengujian packet loss dilakukan untuk mengetahui jumlah paket yang diterima
dan mengetahui jumlah paket yang hilang. Pada pengujian packet loss jumlah data
yang hilang saat pengiriman data dari sisi Tx ke RX. Setelah itu proses pengujian
packet loss dilakukan yang dilakukan sebanyak 7 kali percobaan dengan lama
waktu pengambilan 1,5,10,15,20,25,30 menit pada jarak 3m dan penghalang berupa
dinding tembok. Besarnya nilai packet loss diperoleh menggunakan persamaan :
𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝐷𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚−𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝐷𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝐿𝑜𝑠𝑠 =
𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝐷𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚
𝑥 100% (3.9)

46
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian dan pembahasan pada bab ini merupakan tahapan lanjut
setelah proses perancangan dan pembuatan Sistem Irigasi Tetes Gravitasi Pada
Budidaya Cabai Rawit Dalam Polybag Berbasis Internet Of Things. Pengujian yang
dilakukan yaitu pengujian sistem dan pengujian parameter QoS. Parameter QoS
yang akan dibahas meliputi delay, packet loss, throughput, dan jitter yang dipantau
melalui aplikasi wireshark pada laptop.

4.1. HASIL PERANCANGAN SISTEM


Pada hasil perancangan sistem skripsi ini akan membahas mengenai
perancangan perangkat sistem, google firebase, mit app inventor, dan google
spreadsheet.
4.1.1. Hasil Perancangan Perangkat Sistem
Pada hasil perancangan perangkat sistem pada skripsi ini menjelaskan
mengenai posisi peletakan dari komponen yang digunakan.

Gambar 4.1 Hasil Perancangan Perangkat Sistem Sisi Luar

Pada gambar 4.1 merupakan hasil perancangan perangkat sistem sisi luar,
dimana pada bagian ini terdapat beberapa komponen seperti sensor soil moisture
47
yl69 untuk mendeteksi kelembapan tanah, sensor dallas ds18b20 untuk mendeteksi
suhu lingkungan, motor servo untuk membuka dan menutup kran, irigasi tetes
gravitasi untuk menyirami tanaman, polybag dengan tanaman cabai rawit di
dalamnya, dan tempat penampung air berukuran 20x20x20cm dengan volume air
maksimal 8 liter.

Gambar 4.2 Hasil Perancangan Perangkat Sistem Sisi Dalam

Gambar 4.2 merupakan hasil perancangan perangkat sistem sisi dalam yang
terdiri dari battery 9V 2300mAh sebagai power dari sistem, nodemcu esp8266
sebagai mikrokontroller, sensor ultrasonik hcsr04 untuk mengukur banyak air yang
tersisa, box electronic sebagai tempat untuk meletakan sistem kendali agar lebih
aman, dan modul sensor soil moisture yl69 untuk mengatur sensitifitas sensor.

4.1.2. Hasil Perancangan Google Firebase


Pada hasil perancangan google firebase menjelaskan mengenai data-data
yang dikirim nodemcu ke realtime database pada google firebase. Pada hasil
perancangan google firebase ini akan ada 3 data dari nodemcu yang akan dikirim
ke realtime database pada google firebase yaitu suhu, tinggi air, dan kelembapan.
Dimana setiap data mewakili nilai yang terbaca dari sensor yang digunakan pada
sistem irigasi tetes gravitasi.

48
Nilai Kelembapan Tanaman

Suhu Lingkungan

Tinggi Air Penampung

Gambar 4.3 Hasil Perancangan Google Firebase


Gambar 4.3 merupakan hasil perancangan google firebase untuk mengirim
nilai yang di dapat dari nodemcu ke realtime database dan digunakan untuk
menampilkan nilai pada smartphone yang dibuat menggunakan MIT App Inventor.
Pada gambar tersebut data yang masuk atau yang dikirim ada tiga yaitu kelembapan
tanah, suhu, dan tinggi air. Dimana kelembapan tanah adalah nilai sensor soil
moisture yl69 saat membaca kelembapan tanah tanaman dalam satuan persen.
Selanjutnya suhu adalah nilai sensor dallas ds18b20 saat membaca kondisi suhu di
lingkungan sekitar dalam satuan celcius. Tinggi air adalah nilai sensor ultrasonik
hcsr04 saat membaca ketinggian air pada penampung dalam satuan cm.

4.1.3. Hasil Perancangan MIT App Inventor


Pada hasil perancangan MIT App Inventor menjelaskan mengenai screen
dan notifikasi pada aplikasi smartphone. Screen yang dibuat terdiri dari 2 buah
screen dengan fungsi yang berbeda.

Gambar 4.4 Tampilan Screen 1

49
Pada gambar 4.4 diatas merupakan tampilan screen 1 yang digunakan
sebagai splash screen pada aplikasi sebelum menuju screen kedua. Dalam tampilan
splash screen tersebut menggunakan clock times interval 3 detik. Splash screen
digunakan sebagai layar pembuka pada aplikasi dengan jeda waktu 3 detik sebelum
membuka layar 2 atau screen 2.

Gambar 4.5 Tampilan Screen 2

Pada gambar 4.5 merupakan tampilan screen 2 yang digunakan untuk


monitoring sistem. Pada screen 2 nilai yang termonitoring ada 3 yaitu kelembapan
tanah, suhu lingkungan, ketinggian air. Nilai tersebut didapatkan dari realtime
database yang berasal dari google firebase, dimana nilai yang muncul pada google
firebase akan muncul di aplikasi secara realtime dan dapat dipantau dari jarak jauh
menggunakan koneksi internet.

Gambar 4.6 Tampilan Notifikasi Aplikasi


Pada gambar 4.6 merupakan tampilan notifikasi aplikasi yang dibuat,
dimana untuk notifikasi yang digunakan ada 4. Notifikasi “Kelembapan Tanah

50
Tinggi” akan muncul ketika nilai kelembapan tanah yang terbaca sensor soil
moisture yl69 >80% dan jika <60% akan memunculkan notifikasi “Kelembapan
Tanah Rendah”. Selanjutnya notifikasi “Suhu Lingkungan Tidak Mendukung”
akan muncul ketika nilai suhu lingkungan yang terbaca sensor dallas ds18b20 <24°
atau >28°C. Notifikasi selanjutnya yaitu “Air Akan Habis” notifikasi ini akan
muncul ketika nilai ketinggian air yang terbaca sensor ultrasonik hcsr04 < 5cm.

4.1.4. Hasil Perancangan Google Spreadsheet


Pada hasil perancangan google spreadsheet menjelaskan mengenai
tampilan form pada google spreadsheet. Pada hasil perancangan ini terdapat 3 form,
yaitu suhu, kelembapan, dan tinggi air.

Gambar 4.7 Hasil Perancangan Google Spreadsheet

Pada gambar 4.7 merupakan hasil perancangan google spreadsheet, dimana


pada hasil perancangan ini terdapat 3 form yang diletakan pada sheet yang berbeda-
beda yaitu kelembapan, suhu, dan tinggi air penampung. Pada setiap form memiliki
kolom timestamp yang berguna untuk menginformasikan hari dan waktu saat data

51
tersimpan pada google spreadsheet dan kolom nilai untuk menampilkan nilai
sensor.

4.2. HASIL PENGUJIAN SISTEM


Pada hasil pengujian sistem skripsi ini akan membahas pengujian sensor soil
moisture yl69, sensor ultrasonik hcsr04, sensor dallas ds18b20, motor servo sg90,
dan keseluruhan sistem.
4.2.1. Hasil Pengujian Sensor Soil moisture YL69

Gambar 4.8 Pengujian Sensor Soil moisture YL69

Pada gambar 4.8 merupakan pengujian sensor soil moisture yl69


menggunakan alat pembanding berupa soil moisture meter. Pengujian ini bertujuan
untuk memperoleh nilai error (%) dari akurasi sensor soil moisture yl69. Pengujian
ini dilakukan sebanyak 30 kali percobaan dengan kondisi kelembapan tanah yang
berbeda. Penentuan status tanah disesuaikan dengan alat ukur soil moisture meter,
dimana pada alat ukur tanah kering berada pada nilai 0-30%, tanah lembab 30-40%,
dan tanah basah 80-100%. Pengujian sensor soil moisture yl69 dilakukan dalam
kondisi tertancap sepenuhnya yang kemudian dibandingkan dengan alat ukur soil
moisture meter.

52
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kalibrasi Sensor Soil moisture YL69

Kelembaban Kelembaban Selisih Nilai Error


No Aktual (%) Pengukuran(%) (%) (%)
(a − b)
(a) (b) |a-b| |
a
x100|

1 0 0 0 0
2 20 19.77 0.23 1.15
3 20 20.53 0.53 2.65
4 25 25.06 0.06 0.24
5 25 24.40 0.6 2.40
6 28 27.23 0.77 2.75
7 30 28.90 1.1 3.67
8 35 34.93 0.07 0.20
9 40 40.00 0 0.00
10 40 41.00 1 2.50
11 45 45.57 0.57 1.27
12 50 51.27 1.27 2.54
13 50 50.50 0.5 1.00
14 55 54.00 1 1.82
15 60 61.13 1.13 1.88
16 60 61.00 1 1.67
17 60 60.47 0.47 0.78
18 60 62.00 2 3.33
19 65 66.00 1 1.54
20 65 65.00 0 0.00
21 70 67.50 2.5 3.57
22 70 69.27 0.73 1.04
23 70 68.83 1.17 1.67
24 80 81.07 1.07 1.34
25 80 81.00 1 1.25
26 85 88.00 3 3.53
27 90 88.30 1.7 1.89
28 90 87.00 3 3.33
29 90 92.00 2 2.22
30 100 100.00 0 0.00
Rata-rata 1.02 1.77

Pada tabel 4.1 diatas merupakan hasil pengujian kalibrasi sensor soil
moisture yl69 atau sensor kelembapan tanah. Pengujian sensor soil moisture yl69
dilakukan sebanyak 30 kali percobaan dengan nilai kelembapan tanah berbeda.
Setiap percobaan dilakukan pengambilan data sebanyak 30 data. Pengambilan 30

53
data digunakan untuk mendapatkan nilai rata-rata pengukuran sensor soil moisture
yl69. Pengujian ini dilakukan dalam kondisi tanah kering, tanah lembab, dan tanah
basah. Pengujian sebanyak 30 kali percobaan dilakukan untuk mendapatkan nilai
error dari sensor. Nilai error tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat akurasi
dari sensor soil moisture yl69 dan mengetahui apakah sensor yang digunakan masih
layak atau tidak. Dari 30 kali percobaan nilai rata-rata error sensor soil moisture
yl69 didapatkan nilai sebesar 1,77%. Sedangkan untuk nilai selisih sensor soil
mositure yl69 dari 30 kali percobaan didapatkan selisih terbesar 3% pada pengujian
aktual 90% dengan kondisi tanah basah. Selanjutnya untuk nilai rata-rata selisih
didapatkan nilai sebesar 1,02%. Dari hasil pengujian tersebut dapat dikatakan
bahwa nilai sensor yang digunakan masih memiliki nilai error yang baik dengan
selisih yang tidak terlalu besar pada setiap percobaan yang dilakukan dengan
kondisi tanah kering, lembab, ataupun basah.

4.2.2. Hasil Pengujian Sensor Ultrasonik HCSR04

Gambar 4.9 Pengujian Sensor Ultrasonik HCSR04


Pada gambar 4.9 merupakan pengujian sensor ultrasonik hcsr04
menggunakan alat pembanding berupa meteran. Pengujian ini bertujuan untuk
memperoleh nilai error (%) dari akurasi sensor ultrasonik hcsr04. Pengujian ini
dilakukan sebanyak 30 kali percobaan dengan kondisi ketinggian air yang berbeda.

54
Dimana ketinggian air yang diukur yaitu jarak sensor terhadap air yang ditempatkan
pada suatu penampung. Pengujian sensor ultrasonik hcsr04 dilakukan dari jarak
aktual 5cm hingga 100cm dengan mengubah tinggi posisi air yang berada pada
penampung.
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kalibrasi Sensor Ultrasonik HCSR04

Jarak Jarak Error (%)


Selisih(Cm)
No Aktual(Cm) Pengukuran(Cm) (𝒂 − 𝒃)
|a-b| |
𝒂
𝒙𝟏𝟎𝟎|
(a) (b)
1 2 1.99 0.01 0.50
2 4 3.95 0.05 1.25
3 6 5.89 0.11 1.83
4 8 7.98 0.02 0.25
5 10 9.83 0.17 1.70
6 15 14.39 0.61 4.07
7 20 19.52 0.48 2.40
8 25 23.83 1.17 4.68
9 30 29.33 0.67 2.23
10 35 34.06 0.94 2.69
11 40 39.13 0.87 2.17
12 45 43.80 1.20 2.67
13 50 49.06 0.94 1.88
14 55 52.94 2.06 3.75
15 60 58.39 1.61 2.68
16 65 62.22 2.78 4.28
17 70 68.30 1.70 2.43
18 75 73.01 1.99 2.65
19 80 78.74 1.26 1.58
20 85 83.22 1.78 2.09
21 90 87.83 2.17 2.41
22 95 92.49 2.51 2.64
23 100 96.39 3.61 3.61
24 125 119.70 5.30 4.24
25 150 145.60 4.40 2.93
26 200 191.31 8.69 4.35
27 250 238.50 11.50 4.60
28 300 287.07 12.93 4.31
29 350 338.23 11.77 3.36
30 400 374.83 25.17 6.29
Rata-rata 3.62 2.88

55
Pada tabel 4.2 diatas merupakan hasil pengujian kalibrasi sensor ultrasonik
hcsr04 atau sensor jarak. Pengujian sensor ultrasonik hcsr04 dilakukan sebanyak
30 kali percobaan dengan jarak berbeda. Setiap percobaan dilakukan pengambilan
data sebanyak 30 data. Pengambilan 30 data digunakan untuk mendapatkan nilai
rata-rata pengukuran sensor ultrasonik hcsr04. Pengujian ini dilakukan jarak aktual
5cm hingga 100cm. Pengujian sebanyak 30 kali percobaan dilakukan untuk
mendapatkan nilai error dari sensor ultrasonik hcsr04. Nilai error tersebut
digunakan untuk mengetahui tingkat akurasi dari sensor dan mengetahui apakah
sensor yang digunakan masih layak atau tidak. Dari 30 kali percobaan nilai rata-
rata error sensor ultrasonik hcsr04 didapatkan nilai sebesar 2,88%. Sedangkan
untuk nilai selisih ultrasonik hcsr04dari 30 kali percobaan didapatkan selisih
terbesar 25,17 cm pada pengujian aktual 100 cm. Selanjutnya untuk nilai rata-rata
selisih didapatkan nilai sebesar 3,62 cm. Dari hasil pengujian tersebut dapat
dikatakan bahwa nilai sensor yang digunakan masih memiliki nilai error yang baik
dengan rata-rata selisih yang tidak terlalu besar.

4.2.3. Hasil Pengujian Sensor Dallas DS18B20

Gambar 4.10 Pengujian Sensor Dallas DS18B20

Pada gambar 4.10 merupakan pengujian sensor dallas ds18b20


menggunakan alat pembanding berupa thermometer digital. Pengujian ini bertujuan
untuk memperoleh nilai error (%) dari akurasi sensor dallas ds18b20. Pengujian

56
ini dilakukan sebanyak 30 kali percobaan dengan kondisi suhu lingkungan yang
berbeda. Pengujian sensor suhu dallas ds18b20 dilakukan pada suhu <24°C, 24-
28°C, dan >28°C.
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kalibrasi Sensor Dallas DS18B20

Suhu Aktual (°C) Suhu Pengukuran(°C) Selisih(°C) Error %


No (𝒂 − 𝒃)
(a) (b) |a-b| |
𝒂
𝒙𝟏𝟎𝟎|

1 19.20 18.88 0.32 1.65


2 19.80 19.33 0.47 2.36
3 20.00 19.61 0.39 1.94
4 20.50 20.09 0.41 2.02
5 20.60 20.43 0.17 0.84
6 21.40 20.49 0.91 4.25
7 21.90 21.58 0.32 1.45
8 22.30 22.88 0.58 2.59
9 23.00 22.89 0.11 0.49
10 23.80 23.55 0.25 1.06
11 24.40 23.73 0.67 2.73
12 24.60 24.26 0.34 1.37
13 24.90 24.39 0.51 2.05
14 25.00 24.59 0.41 1.63
15 25.20 24.76 0.44 1.76
16 25.30 24.87 0.43 1.70
17 25.60 25.29 0.31 1.21
18 25.80 26.12 0.32 1.26
19 26.00 26.19 0.19 0.74
20 28.50 28.80 0.30 1.05
21 29.00 29.13 0.13 0.46
22 29.70 29.31 0.39 1.31
23 29.90 29.67 0.23 0.77
24 30.60 30.15 0.45 1.47
25 31.20 30.88 0.32 1.02
26 32.40 32.02 0.38 1.17
27 32.70 32.56 0.14 0.43
28 33.80 33.00 0.80 2.35
29 35.80 35.02 0.78 2.19
30 36.20 35.85 0.35 0.96
Rata-rata 0.39 1.54

Pada tabel 4.3 diatas merupakan hasil pengujian kalibrasi sensor dallas
ds18b20 atau sensor suhu. Pengujian sensor dallas ds18b29 dilakukan sebanyak 30

57
kali percobaan dengan suhu lingkungan berbeda. Setiap percobaan dilakukan
pengambilan data sebanyak 30 data. Pengambilan 30 data digunakan untuk
mendapatkan nilai rata-rata pengukuran sensor dallas ds18b20. Pengujian ini
dilakukan pada suhu <24°C, 24-28°C, dan >28°C . Pengujian sebanyak 30 kali
percobaan dilakukan untuk mendapatkan nilai error dari sensor dallas ds18b20.
Nilai error tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat akurasi dari sensor dan
mengetahui apakah sensor yang digunakan masih layak atau tidak. Dari 30 kali
percobaan nilai rata-rata error sensor dallas ds18b20 didapatkan nilai sebesar
1,54%. Sedangkan untuk nilai selisih dallas ds18b20 dari 30 kali percobaan
didapatkan selisih terbesar 0,91°C pada pengujian aktual 21,40°C. Selanjutnya
untuk nilai rata-rata selisih didapatkan nilai sebesar 0,39°C. Dari hasil pengujian
tersebut dapat dikatakan bahwa nilai sensor yang digunakan masih memiliki nilai
error yang baik dengan rata-rata selisih yang tidak terlalu besar.

4.2.4. Hasil Pengujian Motor Servo SG90

Gambar 4.11 Pengujian Motor Servo SG90

Pada gambar 4.10 merupakan pengujian motor servo sg90 menggunakan alat
pembanding berupa busur derajat. Pengujian ini bertujuan untuk memperoleh nilai
error (%) dari akurasi sudut yang dihasilkan motor servo sg90. Pengujian ini
dilakukan sebanyak 30 kali percobaan dengan kondisi sudut berbeda. Pengujian
motor servo sg90 dilakukan dengan menggunakan potensiometer untuk mengatur
pergerakan sudut motor servo yang kemudian diukur menggunakan busur derajat.
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Motor Servo SG90
Sudut Aktual
Sudut Error %
Dengan Selisih(°C)
No Pengukuran (𝒂 − 𝒃)
Potensiometer |a-b| |
𝒂
𝒙𝟏𝟎𝟎|
(b)
(a)
1 0 0 0 0.00

58
2 10 10 0 0.00
3 15 15 0 0.00
4 20 20 0 0.00
5 25 24 1 4.00
6 30 31 1 3.33
7 35 34 1 2.86
8 40 38 2 5.00
9 45 44 1 2.22
10 50 49 1 2.00
11 55 54 1 1.82
12 60 58 2 3.33
13 65 63 2 3.08
14 70 70 0 0.00
15 75 72 3 4.00
16 80 77 3 3.75
17 85 83 2 2.35
18 90 87 3 3.33
19 95 93 2 2.11
20 100 96 4 4.00
21 105 103 2 1.90
22 110 107 3 2.73
23 115 111 4 3.48
24 120 115 5 4.17
25 130 125 5 3.85
26 140 134 6 4.29
27 150 144 6 4.00
28 160 153 7 4.38
29 170 163 7 4.12
30 180 172 8 4.44
Rata-rata 2.73 2.82

Pada tabel 4.4 diatas merupakan hasil pengujian motor servo sg90 untuk
menguji sudut yang dihasilkan. Pengujian motor servo sg90 dilakukan sebanyak 30
kali percobaan dengan pengaturan sudut yang berbeda menggunakan potensiometer
untuk mengatur sudut aktual. Pengujian ini dilakukan pada sudut 0-180°. Pengujian
sebanyak 30 kali percobaan dilakukan untuk mendapatkan nilai error dari sudut
yang dihasilkan motor servo sg90. Nilai error tersebut digunakan untuk mengetahui
tingkat akurasi dari sudut servo dan mengetahui apakah sensor yang digunakan
masih layak atau tidak. Dari 30 kali percobaan nilai rata-rata error sudut motor

59
servo sg90 didapatkan nilai sebesar 2,82%. Sedangkan untuk nilai selisih sudut
motor servo sg90 dari 30 kali percobaan didapatkan selisih terbesar 8° pada
pengujian sudut 180°. Selanjutnya untuk nilai rata-rata selisih didapatkan nilai
sebesar 2,73°. Dari hasil pengujian tersebut dapat dikatakan bahwa nilai sensor yang
digunakan masih memiliki nilai error yang baik dengan rata-rata selisih yang tidak
terlalu besar.

4.2.5. Hasil Pengujian Keseluruhan Sistem


Pada pengujian keseluruhan sistem menjelaskan mengenai pengiriman data
google firebase, notifikasi pada aplikasi, dan pengujian sistem irigasi tetes gravitasi.
a. Pengujian Pengiriman Data Ke Google Firebase
Pada pengujian pengiriman data ke google firebase menguji pengiriman data
dari nodemcu esp8266 ke google firebase, pengujian ini dilakukan dengan
mengirim 3 data berbeda dengan tiap data dilakukan percobaan sebanyak 30 kali.
Pengujian pengiriman data ke google firebase bertujuan untuk memastikan setiap
data yang dikirim ke google firebase dapat ditangkap atau diterima.

Gambar 4. 12 Pengujian Pengiriman Data Ke Google Firebase

Pada gambar 4.12 merupakan pengujian pengiriman data ke google firebase,


dimana pada pengujian ini dilakukan pengiriman 3 data sebanyak 30 kali. Data yang
merupakan data dari nodemcu esp826 berupa data suhu, tinggi air, dan kelembapan.

60
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Pengiriman Data Ke Google Firebase

Pengujian Pengiriman Data Ke Google Firebase


Persentase
Skenario Status Jumlah Jumlah
No Keberhasilan
Uji Pengujian Pengujian Berhasil
(%)
Data Suhu
Pengiriman Ditampilkan
1 30 30 100.00
Data Suhu Pada Google
Firebase
Data Tinggi
Pengiriman Air
2 Data Tinggi Ditampilkan 30 30 100.00
Air Pada Google
Firebase
Data
Pengiriman
Kelembapan
Data
3 Ditampilkan 30 30 100.00
Kelembapa
Pada Google
n
Firebase
Rata-rata 30 30 100.00

Pada tabel 4.6 merupakan hasil pengujian pengiriman data ke google firebase
yang dilakukan sebanyak 30 kali percobaan dari nodemcu esp8266 dengan 3 data
berbeda. Pada tabel 4.6 skenario uji yang dilakukan ada 3 skenario, skenario 1
melakukan pengiriman data suhu, skenario 2 melakukan pengiriman data tinggi air,
dan skenario 3 melakukan pengiriman data kelembapan. Pada seluruh skenario
dilakukan pengiriman untuk menampilkan data suhu, tinggi air, dan kelembapan
pada google firebase sebanyak 30 kali percobaan. Dari hasil pengujian yang
dilakukan pada skenario 1 setelah dilakukan 30 kali pengujian untuk mengirim data
suhu terdapat jumlah yang berhasil 30 dengan presentase keberhasilan 100% . Pada
skenario 2 setelah dilakukan 30 kali pengujian untuk mengirim data tinggi air
terdapat jumlah yang berhasil 30 dengan presentase keberhasilan 100%.
Selanjutnya pada skenario 3 setelah dilakukan 30 kali pengujian untuk mengirim
data kelembapan terdapat jumlah yang berhasil 30 dengan presentase keberhasilan
100%. Dari keseluruhan pengujian didapatkan rata-rata keberhasilan 30 dan
persentase keberhasilan 100 %.
b. Pengujian Notifikasi Aplikasi
Pada pengujian notifikasi aplikasi untuk menampilkan peringatan nilai
kelembapan, suhu, dan tinggi air sebanyak 30 kali percobaan dengan mengatur nilai

61
yang terbaca pada google firebase. Pengujian notifikasi aplikasi bertujuan untuk
memberikan peringatan saat aplikasi digunakan apabila kondisi suhu, tinggi air, dan
kelembapan tidak pada kondisi normal.

Kelembapan
NilaiTanaman
Kelembapan Tanaman

Suhu Lingkungan
Suhu Lingkungan

Tinggi
Tinggi Air
Air Penampung
Penampung

Gambar 4.13 Pengujian Notifikasi Aplikasi

Pada gambar 4.13 merupakan pengujian notifikasi aplikasi, pengujian ini


dilakukan dengan mengirim data dari realtime database pada google firebase. Nilai
yang dikirim dari firebase akan tertampil pada aplikasi android dan akan
memunculkan notifikasi. Notifikasi untuk kelembapan akan muncul jika nilai
kelembapan yang terbaca >80% atau <60%, notifikasi untuk suhu akan muncul jika
nilai suhu yang terbaca <24°C atau >28°C, dan notifikasi untuk tinggi air akan
muncul jika nilai tinggi air yang terbaca <5cm.
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Notifikasi Aplikasi

Pengujian Notifikasi Aplikasi


Persentase
Status Jumlah Jumlah
No Skenario Uji Keberhasilan
Pengujian Pengujian Berhasil
(%)
Menampilka Notifikasi Suhu
n Notifikasi Ditampilkan
1 30 30 100.00
Suhu <24°C Pada Aplikasi
atau >28°C Android
Menampilka Notifikasi
n Notifikasi Tinggi Air
2 Tinggi Air Ditampilkan 30 30 100.00
Penampung Pada Aplikasi
<5cm Android
Menampilka Notifikasi
n Notifikasi Kelembapan
3 30 30 100.00
Kelembapan <60%
<60% Ditampilkan

62
Pada Aplikasi
Android

Notifikasi
Menampilka
Kelembapan
n Notifikasi
4 >80% 30 30 100.00
Kelembapan
Pada Aplikasi
<80%
Android
Rata-rata 30 30 100.00

Pada tabel 4.7 merupakan hasil pengujian notifikasi aplikasi yang dilakukan
sebanyak 30 kali percobaan dengan 4 notifikasi yang berbeda. Pada tabel 4.7
skenario uji yang dilakukan ada 4 skenario, skenario 1 menampilkan notifikasi suhu
saat suhu yang terbaca <24°C atau >28°C, skenario 2 menampilkan notifikasi tinggi
air saat tinggi air yang terbaca <5cm, skenario 3 menampilkan notifikasi
kelembapan saat kelembapan yang terbaca <60%. skenario 4 menampilkan
notifikasi kelembapan saat kelembapan yang terbaca >80%. Pada seluruh skenario
dilakukan untuk menampilkan notifikasi suhu, tinggi air, dan kelembapan pada
aplikasi android sebanyak 30 kali percobaan. Dari hasil pengujian yang dilakukan
pada skenario 1 setelah dilakukan 30 kali pengujian untuk menampilkan notifikasi
suhu saat suhu <24°C atau >28°C terdapat jumlah yang berhasil 30 dengan
persentase keberhasilan 100% . Pada skenario 2 setelah dilakukan 30 kali pengujian
untuk menampilkan notifikasi tinggi air saat tinggi air <5cm terdapat jumlah yang
berhasil 30 dengan persentase keberhasilan 100%. Selanjutnya pada skenario 3
setelah dilakukan 30 kali pengujian untuk menampilkan notifikasi kelembapan saat
kelembapan <60% terdapat jumlah yang berhasil 30 dengan persentase
keberhasilan 100%. Pada skenario 4 setelah dilakukan 30 kali pengujian untuk
menampilkan notifikasi kelembapan saat kelembapan <60% terdapat jumlah yang
berhasil 30 dengan persentase keberhasilan 100% Dari keseluruhan pengujian
didapatkan rata-rata keberhasilan 30 dan persentase keberhasilan 100 %.
c. Pengujian Sistem Irigasi Tetes Gravitasi
Pada pengujian sistem irigasi tetes gravitasi dilakukan dengan melakukan
pemantauan selama 30 menit dengan kondisi awal tanah kering. Pengujian ini
bertujuan untuk memantau penggunaan sistem irigasi tetes gravitasi dalam menjaga
kelembapan tanah tanaman cabai rawit secara otomatis. Pada pengujian sistem

63
irigasi tetes gravitasi dilakukan pengambilan data yang tersimpan di google
spreadsheet pada waktu siang hari.

Gambar 4.14 Pengujian Sistem Irigasi Tetes Gravitasi

Pada gambar 4.14 merupakan pengujian sistem irigasi tetes gravitasi, dimana
pada pengujian ini dilakukan pada siang hari selama 30menit dengan kondisi awal
tanah pada kondisi kering. Pengujian dilakukan pada ruangan terbuka dengan
tanaman yang diletakan pada posisi tidak terkena sinar matahari secara langsung.
Selanjutnya posisi sensor suhu dallas ds18b20 pada posisi dekat dengan
penampung air, dan sensor ultrasonik yang diletakan didalam penampung air.
Selama pengujian data kelembapan, suhu, dan tinggi air akan tersimpan pada
google spreadsheet.

Gambar 4. 15 Grafik Pengujian Suhu Lingkungan

Pada gambar 4.15 merupakan grafik pengujian suhu lingkungan pada sistem
irigasi tetes gravitasi selama 30 menit pengujian yang disimpan di google

64
spreadsheet. Pada gambar 4.15 sumbu vertikal menjelaskan nilai suhu pada data
sedangkan sumbu horizontal menjelaskan data ke n, dari grafik tersebut dapat
dilihat bahwa perubahan kondisi suhu lingkungan masih relatif stabil tidak terjadi
perubahan suhu yang tinggi. Perubahan suhu yang terjadi saat pengujian tergantung
cuaca dan posisi penempatan sensor dallas ds18b20 apakah terkena sinar matahari
langsung atau tidak. Dimana pada pengujian suhu nilai suhu tertinggi pada 31°C
dan terendah 29°C.

Gambar 4. 16 Grafik Pengujian Kelembapan Tanah

Pada gambar 4.16 merupakan grafik pengujian kelembapan tanah tanaman


cabai rawit pada sistem irigasi tetes gravitasi selama 30 menit pengujian. Pada
gambar 4.16 sumbu vertikal menjelaskan nilai kelembaban pada data sedangkan
sumbu horizontal menjelaskan data ke n, dari grafik tersrbut dapat dilihat bahwa
perubahan kondisi kelembapan tanah yang tersimpan pada google spreadsheet
terjadi perubahan kelembapan yang cukup tinggi saat awal pengujian dan mulai
stabil di pertengahan. Perubahan kelembapan pada saat awal terjadi cukup tinggi
karena kondisi awal pengujian menggunakan tanah kering sehingga nilai
kelembapan yang terbaca oleh sensor rendah. Dimana ketika kelembapan rendah
maka irigasi tetes akan mengairi air ke tanah pada tanaman sehingga pada
pertengahan pengujian kondisi kelembapan mulai stabil pada kelembapan 60%.
Perubahan kelembapan yang terjadi saat pengujian tergantung cuaca dan posisi
penempatan tanaman yang terkena sinar matahari. Dimana pada pengujian
kelembapan ini nilai kelembapan tertinggi yang terbaca pada sensor soil moisture
yl69 adalalah 66% dan terendah 16%. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa
irigasi tetes gravitasi yang dibuat mampu menjaga kelembapan tanah tanaman cabai

65
rawit dalam polybag saat kelembapan tanah <60% hingga mencapai kelembapan
60%.
Pada pengujian tinggi air kondisi enampung air yang digunakan memiliki
panjang 20cm, lebar 20cm, dan tinggi 20cm dengan kapasitas volume air 8liter atau
8000cm3 dimana 1 liter mewakili 1000cm3. Dalam pengujian ini kondisi tinggi air
awal 13cm dan tinggi air akhir 11cm dengan panjang dan lebar yang sama. Untuk
mencari banyaknya volume air yang dikeluarkan selama 30menit dapat
menggunakan rumus :
Volume = (panjang x lebar x tinggi) cm3 (4.1)
Tabel 4. 7 Penggunaan Volume Air Pada Bak Penampung

Volume Air Volume Air


Volum Volume Volume
Yang Yang
No e Awal Akhir Air/Menit
Dikeluarkan Berkurang
(liter) (liter) (mililiter/menit)
(mililiter) (cm/menit)
0,067
1 5,2 liter 4,4 liter 800ml 26,67 ml/menit
cm/menit

Pada penggunaan volume air seperti yang ada di tabel 4.7 didapatkan nilai
volume air awal dengan tinggi 13cm sebesar 5,2liter, volume air akhir dengan tinggi
11cm sebesar 4,4liter. Banyaknya volume air yang dikeluarkan 800ml atau
26,67mililiter/menit. Untuk mencari tinggi air yang berkurang perlu mengetahui
banyaknya volume air yang keluar, sehingga dari banyak volume air yang keluar
yaitu 26,67mililiter/menit didapatkan ketinggian air yang berkurang dalam
penampung sebanyak 0,067cm. Dari pengujian tersebut tinggi air yang dikeluarkan
setiap menitnya hanya 0,067cm.

Data Tinggi Air


13.5
13
Tinggi Air (Cm)

12.5
12
11.5
11
10.5
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Menit Ke

Gambar 4. 17 Grafik Pengujian Tinggi Air Penampung

66
Pada gambar 4.17 merupakan grafik pengujian tinggi air penampung pada
sistem irigasi tetes gravitasi selama 30 menit pengujian. Pada gambar 4.17
perubahan tinggi air penampung tinggi awal 13 ke ke tinggi akhir pada 11 cm terjadi
pengurangan ketinggian air sebanyak 0,067cm/menit sesuai dengan perhitungan.
Perubahan tinggi air menyebabkan air tidak tenang sehingga nilai yang terbaca pada
sensor ultrasonik terus berubah namun perubahan yang terjadi tidak terlalu besar.
Selain saat air yang keluar tidak tenang, air yang dikeluarkan tidak terlalu banyak
saat nilai kelembapan sudah mencapai 60% dan hanya mengeluarkan banyak air
apabila kondisi tanah sangat kering.

4.3. HASIL PENGUJIAN QUALITY OF SERVICES (QoS)


Pada hasil pengujian quality of services (QoS) skripsi ini akan membahas
beberapa pengujian parameter QoS yaitu, pengujian delay, throughput, packet loss,
dan jitter menggunakan software wireshark pada laptop yang terhubung dengan
wifi indihome dengan paket kecepatan 10 Mbps.
4.3.1. Hasil Pengujian Delay
Pengujian delay yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan waktu
yang berbeda dengan pengiriman data yang sama pada jarak 3m dan penghalang
berupa dinding tembok. Untuk waktu yang digunakan selama 1 menit sampai 30
menit. Pengujian yang dilakukan menggunakan nodemcu yang menggunakan
jaringan wifi yang sama dengan laptop sebagai Tx atau pengirim sedangkan google
firebase sebagai sisi Rx atau penerima sekaligus yang merequest data ke Tx. Semua
pengujian dipantau menggunakan aplikasi wireshark yang terinstall pada laptop,
dimana laptop terkoneksi dengan wifi yang sama dengan nodemcu. Pengujian delay
dilakukan untuk mengetahui rata-rata waktu tunda saat melakukan pengiriman data
dengan lama waktu pengujian yang berbeda. Hasil pengujian delay dapat dilihat
pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Delay

Pengujian Waktu Jumlah Total Delay


Rata-rata Delay (ms)
Ke- (menit) Paket (s)
1 1 412 69.028 167.95
2 5 1837 300.661 163.76
3 10 3618 606.919 167.80
4 15 5405 902.380 166.98

67
5 20 6427 1207.753 187.95
6 25 8024 1513.718 188.67
7 30 8873 1799.664 202.85
Rata-rata 177.99

Pengujian Delay
300.00
187.95 188.67 202.85
Delay (ms)

167.95 163.76 167.80 166.98


200.00
100.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7
Pengujian Ke

Gambar 4.18 Grafik Pengujian Delay

Pada tabel 4.8 dan gambar 4.18 di atas merupakan hasil pengujian delay
yang dilakukan dengan melakukan pengujian sebanyak 7 kali dengan lama waktu
pengujian yang berbeda yaitu dari waktu 1 menit sampai 30 menit, pengujian ini
bertujuan untuk melihat delay yang dihasilkan selama pengiriman data dari Tx ke
Rx. Delay sendiri dipengaruhi oleh jarak, congesti, media fisik, atau juga waktu
proses yang lama. Pada hasil pengujian parameter delay didapatkan hasil nilai delay
tertinggi pada pengujian ke 7 dengan lama waktu 30 menit sebesar 202,85 ms, dan
nilai delay terendah pada pengujian ke 3 dengan lama waktu 5 menit sebesar 163,76
ms. Pada grafik pengujian delay yang ditunjukan oleh gambar 4.18 dapat dilihat
bahwa untuk nilai delay yang dihasilkan sendiri belum terlalu banyak perubahan
pada awal pengujian dengan waktu yang belum cukup lama. Sedangkan pada
pengujian delay dengan waktu diatas 20 menit dapat dilihat nilai delay mulai naik
dan tinggi. Nilai delay yang naik tersebut karena delay dapat dipengaruhi oleh
waktu proses yang lama. Dari keseluruhan pengujian didapatkan rata-rata pengujian
delay sebesar 177,99ms sehingga pengujian delay yang dilakukan dapat
disimpulkan dalam kategori bagus.

4.3.2. Hasil Pengujian Jitter


Pengujian jitter yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan waktu
yang berbeda dengan pengiriman data yang sama pada jarak 3m dan penghalang
berupa dinding tembok. Untuk waktu yang digunakan selama 1 menit sampai 30

68
menit. Pengujian yang dilakukan menggunakan nodemcu yang menggunakan
jaringan wifi yang sama dengan laptop sebagai Tx atau pengirim sedangkan google
firebase sebagai sisi Rx atau penerima sekaligus yang merequest data ke Tx. Semua
pengujian dipantau menggunakan aplikasi wireshark yang terinstall pada laptop,
dimana laptop terkoneksi dengan wifi yang sama dengan nodemcu. Pengujian jitter
dilakukan untuk mengetahui rata-rata variasi delay saat pengiriman data dengan
lama waktu pengujian yang berbeda. Hasil pengujian jitter dapat dilihat pada tabel
4.9.
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Jitter

Pengujia
Waktu Jumlah Total Jitter
n Rata-rata Jitter (ms)
(menit) Paket (s)
Ke-
1 1 412 42.132 102.76
2 5 1837 175.066 95.40
3 10 3618 355.627 98.35
4 15 5405 531.275 98.33
5 20 6427 791.232 123.15
6 25 8024 1014.358 126.45
7 30 8873 1385.209 156.15
Rata-rata 114.37

Pengujian Jitter
200.00 156.15
150.00 123.15 126.45
Jitter (ms)

102.76 95.40 98.35 98.33


100.00
50.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7
Pengujian Ke

Gambar 4. 19 Grafik Pengujian Jitter

Pada tabel 4.9 dan gambar 4.19 di atas merupakan hasil pengujian jitter
yang dilakukan dengan melakukan pengujian sebanyak 7 kali dengan lama waktu
pengujian yang berbeda yaitu dari waktu 1 menit sampai 30 menit, pengujian ini
bertujuan untuk melihat jitter yang dihasilkan selama pengiriman data dari Tx ke
Rx. Jitter sendiri dapat dipengaruhi oleh salah satunya variasi-variasi dalam waktu
69
pengolahan data. Pada hasil pengujian parameter jitter didapatkan hasil nilai jitter
tertinggi pada pengujian ke 7 dengan lama waktu 30 menit sebesar 156,15 ms, dan
nilai jitter terendah pada pengujian ke 3 dengan lama waktu 5 menit sebesar 95,40
ms. Pada grafik pengujian jitter yang ditunjukan oleh gambar 4.19 dapat dilihat
bahwa untuk nilai jitter yang dihasilkan sendiri belum terlalu banyak perubahan
pada awal pengujian dengan waktu yang belum cukup lama. Sedangkan pada
pengujian jitter dengan waktu diatas 20 menit dapat dilihat nilai jitter mulai naik
dan tinggi. Dari keseluruhan pengujian didapatkan rata-rata pengujian jitter sebesar
114,37 ms sehingga pengujian jitter yang dilakukan dapat disimpulkan dalam
kategori cukup.

4.3.3. Hasil Pengujian Throughput


Pengujian throughput yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan
waktu yang berbeda dengan pengiriman data yang sama pada jarak 3m dan
penghalang berupa dinding tembok. Untuk waktu yang digunakan selama 1 menit
sampai 30 menit. Pengujian yang dilakukan menggunakan nodemcu yang
menggunakan jaringan wifi yang sama dengan laptop sebagai Tx atau pengirim
sedangkan google firebase sebagai sisi Rx atau penerima sekaligus yang merequest
data ke Tx. Semua pengujian dipantau menggunakan aplikasi wireshark yang
terinstall pada laptop, dimana laptop terkoneksi dengan wifi yang sama dengan
nodemcu. Pengujian throughput dilakukan untuk mengetahui kecepatan
pengiriman data dengan lama waktu pengujian yang berbeda. Hasil pengujian
throughput dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Throughput

Pengujian Waktu Jumlah Data Total Delay Throughput


Ke- (m) (bytes) (s) (bit/s)
1 1 37473 69.028 4342.95
2 5 167036 300.661 4444.506
3 10 329325 606.919 4340.939
4 15 492812 902.380 4368.996
5 20 591359 1207.753 3917.084
6 25 729995 1513.718 3858.025
7 30 814079 1799.664 3618.804
Rata-rata 4127.33

70
Pengujian Throughput
5000.00 4342.95 4444.506 4340.939 4368.996
3917.084 3858.025 3618.804

Throughput (bit/s)
4000.00
3000.00
2000.00
1000.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7
Pengujian Ke

Gambar 4. 20 Grafik Pengujian Throughput

Pada tabel 4.10 dan gambar 4.20 di atas merupakan hasil pengujian
throughput yang dilakukan dengan melakukan pengujian sebanyak 7 kali dengan
lama waktu pengujian yang berbeda yaitu dari waktu 1 menit sampai 30 menit,
pengujian ini bertujuan untuk melihat throughpu tyang dihasilkan selama
pengiriman data dari Tx ke Rx. Throughput sendiri dapat dipengaruhi oleh salah
satunya banyaknya pengguna jaringan dan piranti jaringan. Pada hasil pengujian
parameter throughput didapatkan hasil nilai throughput tertinggi pada pengujian ke
2 dengan lama waktu 5 menit sebesar 4444,506 bps, dan nilai throughput terendah
pada pengujian ke 7 dengan lama waktu 30 menit sebesar 3618,804 bps. Pada grafik
pengujian throughput yang ditunjukan oleh gambar 4.20 dapat dilihat bahwa untuk
nilai throughput yang dihasilkan sendiri belum terlalu banyak perubahan pada awal
pengujian dengan waktu yang belum cukup lama. Sedangkan pada pengujian
throughput dengan waktu diatas 20 menit dapat dilihat nilai throughput mulai naik
dan tinggi. Dari keseluruhan pengujian didapatkan rata-rata pengujian throughput
sebesar 4127,33bps sehingga pengujian throughput yang dilakukan dapat
disimpulkan dalam kategori sangat buruk namun masih dapat mengirim data.

4.3.4. Hasil Pengujian Packet Loss


Pengujian packet loss yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan
waktu yang berbeda dengan pengiriman data yang sama pada jarak 3m dan
penghalang berupa dinding tembok. Untuk waktu yang digunakan selama 1 menit
sampai 30 menit. Pengujian yang dilakukan menggunakan nodemcu yang
menggunakan jaringan wifi yang sama dengan laptop sebagai Tx atau pengirim

71
sedangkan google firebase sebagai sisi Rx atau penerima sekaligus yang merequest
data ke Tx. Semua pengujian dipantau menggunakan aplikasi wireshark yang
terinstall pada laptop, dimana laptop terkoneksi dengan wifi yang sama dengan
nodemcu. Pengujian packet loss dilakukan untuk mengetahui jumlah paket yang
diterima dan paket yang hilang dengan lama waktu pengujian yang berbeda. Hasil
pengujian packet loss dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Packet Loss

Pengujian Waktu Paket Paket Paket Packet Loss


Ke- (m) Dikirim Diterima Hilang (%)
1 1 412 412 0 0.00
2 5 1837 1837 0 0.00
3 10 3618 3618 0 0.00
4 15 5405 5404 1 0.02
5 20 6427 6424 3 0.05
6 25 8024 8021 3 0.04
7 30 8873 8868 5 0.06
Rata-rata 1.71 0.02

Pengujian Packet Loss


0.06
0.06
0.05
0.05
Packet Loss (%)

0.04
0.03 0.04
0.02
0.02
0.01
0.00 0.00 0.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7
Pengujian Ke

Gambar 4. 21 Grafik Pengujian Packet Loss

Pada tabel 4.11 dan gambar 4.21 di atas merupakan hasil pengujian packet
loss yang dilakukan dengan melakukan pengujian sebanyak 7 kali dengan lama
waktu pengujian yang berbeda yaitu dari waktu 1 menit sampai 30 menit, pengujian
ini bertujuan untuk melihat packet loss yang dihasilkan selama pengiriman data dari
Tx ke Rx. Packet loss dapat terjadi karena tabrakan antar paket yang dikirimkan

72
dalam waktu yang sama. Pada hasil pengujian parameter packet loss didapatkan
hasil nilai packet loss tertinggi pada pengujian ke 7 dengan lama waktu 30 menit
sebesar 0,06% dengan total paket yang hilang 5. Pada grafik pengujian packet loss
yang ditunjukan oleh gambar 4.21 dapat dilihat bahwa untuk nilai packet loss yang
dihasilkan sendiri belum terlalu banyak perubahan pada awal pengujian dengan
waktu yang belum cukup lama. Sedangkan pada pengujian packet loss dengan
waktu diatas 15 menit dapat dilihat nilai packet loss sudah mulai terdapat paket
yang hilang. Dari keseluruhan pengujian didapatkan rata-rata pengujian packet loss
sebesar 0,02% dengan rata-rata paket yang hilang 1,71 sehingga pengujian packet
loss yang dilakukan dapat disimpulkan dalam kategori sangat baik.

73
BAB 5
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan secara
keseluruhan pada penelitian skripsi ini, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut
:
1. Hasil perancangan sistem yang dibuat berjalan dengan baik, dimana pengujian
pengiriman data sensor kelembapan, suhu, dan ultrasonik ke firebase dapat
ditampilkan serta pengujian aplikasi yang dibuat menggunakan MIT App
inventor dapat bekerja sesuai kondisi yang diinginkan. Pada pengujian sistem
irigasi tetes gravitasi yang terpantau melalui google spreadsheet, kelembapan
tanaman yang dihasilkan dapat stabil terjaga pada kelembapan 60% - 80%
dengan rata-rata penggunaan air sebesar 26,67mililiter/menit dan pengurangan
air 0,067cm/menit selama 30 menit pengujian.
2. Hasil pengujian kalibrasi dari 30 kali pengujian dengan pengambilan 30 data
pada setiap pengujian pada sensor soil moisture yl69 didapatkan hasil rata-rata
selisih nilai kelembapan sebesar 1,02% dengan nilai rata-rata error sebesar
1,77%. Untuk pengujian sensor ultrasonik hcsr04 didapatkan hasil rata-rata
selisih nilai jarak sebesar 3,62 cm dengan rata-rata nilai error 2,88%.
Selanjutnya pengujian sensor dallas ds18b20 didapatkan hasil rata-rata selisih
nilai suhu sebesar 0,39°C dengan nilai rata-rata error sebesar 1,54%. Kemudian
pada pengujian motor servo didapatkan rata-rata selisih nilai sudut sebesar 2,73°
dengan nilai rata-rata error sebesar 2,82%.
3. Hasil pengujian parameter Quality Of Service (QoS) yang dilakukan sebanyak
7 kali dengan lama waktu 1,5,10,15,20,25,30 menit pada jarak 3m dengan
penghalang berupa dinding tembok, pada pengujian delay didapatkan hasil
dengan rata-rata sebesar 177,99ms atau masuk pada kategori bagus. Selanjutnya
pada pengujian jitter didapatkan hasil nilai rata-rata jitter sebesar 114,37ms atau
masuk pada kategori cukup. Pada hasil pengujian throughput didapatkan nilai
rata-rata sebesar 4127,33bit/s atau masuk pada kategori sangat buruk namun
74
masih dapat mengirim data. Kemudian pada pengujian packet loss didapatkan
hasil pengujian dengan nilai rata-rata paket yang hilang 1,71 dan packet loss
sebesar 0,02%, dari pengujian packet loss dapat disimpulkan masuk pada
kategori sangat bagus.

5.2. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk kedepannya terdapat
beberapa saran apabila pembaca atau pihak yang berkepentingan ingin melanjutkan
penelitian skripsi ini sebagai berikut :
1. Untuk penelitian selanjutnya penelitian ini bisa dikembangkan lebih baik lagi
dengan penambahan sensor pH tanah untuk mendeteksi nilai pH pada tanah
tanaman cabai rawit.
2. Untuk penelitian selanjutnya dapat dikembangkan lagi dengan menggunakan
komunikasi selain wifi dengan menggunakan antena tx dan rx atau
menggunakan LoRa.
3. Untuk penelitian selanjutnya penelitian ini dapat dikembangkan dengan
menerapkan sistem irigasi tetes gravitasi pada tandon dan mengganti kontrol
kran otomatis dengan solenoid valve.

75
DAFTAR PUSTAKA

[1] Z. Farhan, R. Notarianto, and M. Kromowartomo, “Pengaruh Pemberian


Dosis Pupuk Organik Ampas Kelapa Terhadap Produksi Tanaman Cabai
Rawit (Capsicum Frutescent L),” J. Ilm. Respati Pertan., vol. 12, no. 1, pp.
770–776, 2018.
[2] N. T. Brata, M. R. Pratama, N. Qothrunada, N. Maryama, and E. Cahya,
“Pelatihan Budidaya Tanaman Cabai Merah Menggunakan Polybag Di
Halaman Rumah Wilayah Undaan Kabupaten Kudus,” Semarang, 2018.
[3] R. Heryanto, “Cara Sukses Menanam Cabai dalam Polibaq di Pekarangan
Rumah,” Cyber Extension, 2020.
http://cybex.pertanian.go.id/artikel/95813/cara-sukses-menanam-cabai-
dalam-polibaq-di-pekarangan-rumah/ (accessed May 27, 2021).
[4] A. S.M, Kiat Sukses Budidaya Cabai Rawit, 1st ed. Yogyakarta: Bio Genesis,
2017.
[5] A. Sumarna, Irigasi Tetes Pada Budidaya Cabai, 1st ed. Bandung: Balai
Penelitian Tanaman Sayuran, 1998.
[6] Supramono, “Irigasi Tetes Pada Tanaman Dalam Polybag/Pot,” Cybext,
Muara Lembu, pp. 1–2, Nov. 19, 2019.
[7] A. R. Tukiman, Bayu Aditya Pratama Putra, Isna Mydiawati, “Ketahanan
Pangan Masa Pandemi Covid-19 Melalui Hydroponik Dalam Skala Rumah
Tangga Di Kelurahan Kedung Baruk Kecamatan Rungkut Surabaya,” Public
Adm. J. Res., vol. 8, no. 32, pp. 73–92, 2020, [Online]. Available:
http://hpj.journals.pnu.ac.ir/article_6498.html.
[8] N. N. Tedistya, Winarno, and T. Novianti, “Pengembangan Rancang
Bamgun Alat Penyiram Tanaman Cabai Otomatis Pendeteksi Kelembaban
Tanah Berbasis MIkrokontroller Arduino Uno (Greenhouse),” Ilmiah, vol.
2, no. 1, pp. 1–8, 2020, [Online]. Available:
https://www.arduinoindonesia.id/2018/08/arduino-uno-r3.html.
[9] C. M. Soemantri, “Sistem Monitoring Pemeliharaan Tanaman Cabe Berbasis
Internet Of Things (IoT) Menggunakan Mobile Apps,” J. Indones. Sos.
Teknol., vol. 2, no. 4, p. 6, 2021.

76
[10] S. V Kiri and L. A. S. Lapono, “Otomatisasi Sistem Irigasi Tetes Berbasis
Arduino Nano,” J. Fis. Sains dan Apl., vol. 2, no. 1, pp. 44–49, 2017.
[11] F. I. F. Fitria Suryatini, Maimunah, “Sistem Akuisisi Data Suhu Dan
Kelembaban Tanah Pada Irigasi Tetes Otomatis Berbasis Internet Of
Things,” Pros. Semnastek 2018, vol. 1, no. 1, pp. 1–6, 2018.
[12] M. M. Adimas Ketut Nalendra, “Perancangan IoT (Internet Of Things) Pada
Sistem Irigasi Tanaman Cabai,” Gener. J., vol. 4, no. 2, pp. 61–68, 2020,
doi: 10.29407/gj.v4i2.14187.
[13] P. Ariyanto, A. Iskandar, and U. Darusalam, “Rancang Bangun Internet of
Things (IoT) Pengaturan Kelembaban Tanah untuk Tanaman Berbasis
Mikrokontroler,” J. JTIK (Jurnal Teknol. Inf. dan Komunikasi), vol. 5, no. 2,
p. 112, 2021, doi: 10.35870/jtik.v5i2.211.
[14] I. Diana, H. M. Saputra, and A. Nurhakim, “Pemantauan dan Penyiraman
Tanaman menggunakan Smartphone Android,” Semin. Nas. Tek. Elektro
UIN Sunan Gunung Djati Bandung (SENTER 2019), vol. 1, no. 1, pp. 419–
425, 2019, [Online]. Available:
https://senter.ee.uinsgd.ac.id/repositori/index.php/prosiding/article/view/se
nter2019p46.
[15] T. Visenno and N. Fath, “Monitoring Sistem Kelembapan Tanah Pada
Tanaman Tomat Berbasis IoT (Internet Of Things),” Maestro, vol. 3, no. 1,
pp. 107–115, 2020.
[16] A. Ningsih, “Makalah Pengantar Bisnis ‘Budidaya Tanaman Cabai Rawit,’”
Surabaya, 2017.
[17] A. Widiyanto, “Budidaya Cabai Rawit Dalam Polibag,” Balai Besar
Pelatihan Pertanian Binuang, 2021.
http://bbppbinuang.bppsdmp.pertanian.go.id/blog/post/budidaya-cabai-
rawit-dalam-polibag# (accessed Jun. 01, 2021).
[18] M. Nisty, “Irigasi Tetes Dengan Botol,” Mediatani, 2019.
https://mediatani.co/mengatasi-tanaman-hortikultura-yang-layu-dengan-
drip-irrigation/ (accessed Jun. 30, 2021).
[19] A. Ansari, “Analisis Kinerja Penggunaan Irigasi Tetes Otomatis Pada
Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis Guneensis Jacq.),” Yogyakarta, 2016.

77
[20] Y. Efendi, “Internet Of Things (Iot) Sistem Pengendalian Lampu
Menggunakan Raspberry Pi Berbasis Mobile,” J. Ilm. Ilmu Komput., vol. 4,
no. 1, pp. 19–26, 2018.
[21] H. A. Dharmawan, Mikrokontroller Praktik Dasar Dan Praktis, 1st ed.
Malang: Universitas Brawjaya Press, 2017.
[22] A. Aqeel, “Introduction To NodeMCU V3,” Leipzig, 2018. [Online].
Available: https://www.theengineeringprojects.com/2018/10/introduction-
to-nodemcu-v3.html.
[23] Acoptex.com, “Project 036a Soil Moisture Sensor YL-69, FC-28 Or HL-69,”
Acoptex.com, 2019. https://acoptex.com/project/179/basics-project-036a-
soil-moisture-sensor-yl-69-fc-28-or-hl-69-at-
acoptexcom/#sthash.5ZFw7txe.t0pd0G4c.dpbs. (accessed Nov. 30, 2021).
[24] Satriapujirawan, “Pelajari tentang Sensor Suhu DS18B20 dan Bagaimana
Penyambungan Alat Tersebut Sebagai Input Pada Perangkat Raspberry Pi
Sebagai Sensor Suhu Sebuah Ruangan,” 2015.
https://kl801.ilearning.me/2017/02/26/pelajari-tentang-sensor-suhu-
ds18b20-dan-bagaimana-penyambungan-alat-tersebut-sebagai-input-pada-
perangkat-raspberry-pi-sebagai-sensor-suhu-sebuah-ruangan/ (accessed
Feb. 18, 2022).
[25] H. Santoso, Panduan Praktis Arduino Untuk Pemula, 1st ed. Trenggalek:
Elangsakti, 2016.
[26] TowerPro, “TowerPro SG90 Micro Servo,” 2018. [Online]. Available:
http://www.ee.ic.ac.uk/pcheung/teaching/DE1_EE/stores/sg90_datasheet.p
df.
[27] E. Susanti and J. Triyono, “Pengembangan Sistem Pemantau dan
Pengendalian Menggunakan Raspberry Pi dan Firebase,” J. Konf. Nas.
Teknol. Inf. dan Komun. (KNASTIK 2016), vol. 1, no. 1, pp. 144–153, 2016.
[28] Y. Effendi, “Rancangan Aplikasi Game Edukasi Berbasis Mobile
Menggunakan App Inventor,” J. Intra-Tech, vol. 2, no. 1, pp. 39–48, 2018.
[29] A. Perdana, “Berkenalan dengan Google Sheets, Aplikasi Spreadsheet yang
Gratis dan Komplet,” Glints.com, 2020.
https://glints.com/id/lowongan/google-sheet-adalah/#.YG-Z6j8xXIU

78
(accessed Apr. 09, 2021).
[30] A. F. Farhan, “Wireshark,” IlmuKomputer.Com.
https://ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2013/05/wireshark.pdf
(accessed Apr. 09, 2021).
[31] ETSI, Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over
Networks (TIPHON); General aspects of Quality of Service (QoS), V2.1.1.
Valbonne: European Telecommunications Standards Institute, 1999.

79
LAMPIRAN

Program Arduino IDE Sistem Irigasi Tetes Gravitasi Pada Budidaya Tanaman
Cabai Rawit Dalam Polybag Berbasis Internet Of Things (IoT) :

#include <ESP8266WiFi.h>
#include <OneWire.h>
#include <DallasTemperature.h>
#include <Servo.h>
#include <FirebaseArduino.h>
#define FIREBASE_HOST "smartdripp-default-rtdb.firebaseio.com"
#define FIREBASE_AUTH
"yAJ9iFDiPzGnHLoyp8U0qo1hrs62pXrVwG6hzRu2"
#define WIFI_SSID "RUSWANDI" // Change the name of your WIFI
#define WIFI_PASSWORD "neneng515151" // Change the password of your WIFI

//inisialisasi sensor soil moisture


int soil = A0;
int nilai; //adc sensor
int persen; //% kelembaban
int high = 1024; //nilai maksimal kering
int low = 150; //nilai maksimal basah

//inisialisasi sensor dallas


int dallas = 0; //pin d3 nodemcu
OneWire oneWire(dallas);
DallasTemperature sensors(&oneWire); //Pass the oneWire reference to Dallas
Temperature.

//inisialisasi sensor ultrasonik


int t = 5; //pin d1 triger
int e = 4; //pin d2 echo
int d; //variabel untuk durasi waktu atau kalkulasi waktu
int j; //variabel untuk jarak
int TP = 18.5; //tinggi wadah penampungan
int TA; //tinggi air pada penampungan

//inisialisasi motor servo


Servo myservo;

void setup()
{
Serial.begin (115200);
sensors.begin();
pinMode(t, OUTPUT);
pinMode(e, INPUT);
myservo.attach(16);
myservo.write(0);
WiFi.begin (WIFI_SSID, WIFI_PASSWORD);
while (WiFi.status() != WL_CONNECTED)
{
delay(100);
Serial.print(".");
}
Serial.println ("");
Serial.println ("WiFi Connected!");
Firebase.begin(FIREBASE_HOST, FIREBASE_AUTH);
}

void loop ()
{
suhu();
moisture();
ultrasonik();
Firebase.setInt("Suhu", sensors.getTempCByIndex(0));
Firebase.setInt("Tinggi Air", TA);
Firebase.setInt("Kelembaban", persen);
delay(200);
if (persen < 60)
{
delay(100);
Serial.println("Tanah Kering");
myservo.write(120);
delay(10000);
myservo.write(0);
delay(5000);
}
else
{
myservo.write(0);
}
}
void suhu()
{
sensors.requestTemperatures(); // Send the command to get temperatures
Serial.print("Temperature : ");
Serial.print(sensors.getTempCByIndex(0)); // Why "byIndex"? You can have
more than one IC on the same bus. 0 refers to the first IC on the wire
Serial.println(" C");
delay(100);
}

void moisture()
{
nilai = analogRead(soil);
//Serial.print("Kelembaban tanah : ");
//Serial.println(nilai);
persen = map(nilai, high, low, 0, 100);
Serial.print("Kelembaban tanah (%) : ");
Serial.print(persen);
Serial.println(" %");
delay(200);
}

void ultrasonik()
{
digitalWrite(t, LOW);
delay(5);
digitalWrite(t, HIGH);
delay(10);
digitalWrite(t, LOW);

d = pulseIn(e, HIGH);
j = (d / 2) / 29;
Serial.print("Jarak: ");
Serial.print(j);
Serial.println(" Cm");
delay(50);
TA = TP - j;
Serial.print("Tinggi Air :");
Serial.print(TA);
Serial.println(" Cm");
delay(100);
}
Pengujian Menggunakan Google Spreadsheet

1 2

Gambar 1. Pengujian Suhu Pada Spreadsheet

1 2

Gambar 2. Pengujian Kelembaban Pada Spreadsheet


1 2

Gambar 3. Pengujian Kelembaban Pada Spreadsheet

Anda mungkin juga menyukai