PERBANDINGAN TINGKAT KEBERHASILAN SUMUR BOR PADA

KEDALAMAN 18 DAN 90 METER SERTA SUMUR CINCIN DANGKAL

TERHADAP KEBUTUHAN AIR BAKU

ABSTRAK

Air sebagai sebagai unsur alam adalah menjadi hal terpenting yang harus
dipertahankan sumber dayanya, semua kebutuhan pendukung kehidupan di
permukaan bumi tidak bisa terlepas dari unsur utama yaitu air. Salah satu cara
yang di terapkan untuk mendapatkan air baku dari dalam tanah adalah dengan
teknologi sumur bor. Beragam metode dilakukan dalam pengeboran, baik
dengan teknologi sederhana untuk kedalaman antara 15 sampai dengan 30
meter atau bahkan dengan teknologi lebih tinggi untuk pengeboran sampai
dengan ratusan meter. Kualitas air juga di tentukan oleh kandungan mineral
fisik, kimia dan mikroba yang di temukan dalam kandungan air, hal ini juga
dimaksudkan untuk mendapatkan hasil uji air baku untuk daerah terimbas
tsunami Aceh 26 Desember tahun 2004 lalu. Penentuan kualitas air baku
dengan parameter standar sudah di tentukan dengan peraturan dan regulasi
pemerintah yang mengatur tentang standar air baku untuk konsumsi. Untuk
mengukur kualitas air baku dapat dilakukan dengan sampling air yang di uji di
laboratorium dengan penentuan parameter uji untuk e-coli, besi (fe) dan derajat
keasaman (pH). Dari hasil uji air sampling di dapat bahwa kualitas air sangat
di tentukan dari kondisi lingkungan di sekitar sumber air tersebut diambil dalam
hal ini adalah sampel air dari sumur bor dengan kedalam 18 meter dan 90
meter serta air sumur cincin dangkal dengan kedalaman 5 meter. Hasil uji
laboratorium memperlihatkan sumur bor dangkal dan sumur cincin dangkal
memiliki angka mikroba e-coli yang sangat tinggi dari sumur bor dalam 90
meter, berbanding terbalik untuk angka derajat keasaman (pH) pada sumur bor
dalam terlihat lebih tinggi, walaupun tidak melewati ambang batas aman
standar air baku. Untuk hasil kandungan besi (fe) dari semua sampel air yang di
ambil pada lokasi sumur sangat kecil.

Kata kunci : air baku, kualitas air, uji sampel air baku, perbandingan kandungan hasil uji.

viii