net/publication/328214661
ANALISIS SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4140 AKIBAT
PERBEDAAN TEMPERATUR PADA PERLAKUAN PANAS TEMPERING
CITATIONS READS
0 11,552
2 authors, including:
Jasman Jasman
Universitas Negeri Padang
48 PUBLICATIONS 15 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Jasman Jasman on 11 October 2018.
Abstrak
Perlakuan panas pada baja memiliki peranan sangat penting karena dapat merubah struktur mikro dan
sifat mekanik dari baja tersebut sesuai dengan kebutuhan. Perlakuan panas hardening dapat
menyebabkan kekerasan (hardness) dan kegetasan (brittleness) sehingga baja tersebut belum cocok
untuk digunakan, maka baja tersebut perlu diberi perlakuan panas tempering. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat pengaruh perlakuan panas tempering terhadap perubahan sifat mekanik pada baja
dengan variasi temperatur tempering 200 °C, 400 °C, dan 600 °C.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan menggunakan bahan baja karbon sedang yang
mengandung kadar karbon 0,38-0,45 % C, yaitu baja AISI 4140. Dimulai dengan membuat spesimen
sesuai dengan standar alat pengujian kekerasan, pengujian tarik, pengujian impak dan pengujian
struktur mikro. Dengan pengambilan 5 kelompok spesimen, yaitu kelompok tanpa perlakuan,
hardening, tempering 200 °C, tempering 400 °C, tempering 600 °C.
Penelitian yang telah dilakukan maka didapat nilai rata-rata kekerasan baja AISI 4140 tanpa perlakuan
sebesar 30 HRC, hardening sebesar 48,7 HRC, tempering 200 °C sebesar 47 HRC, tempering 400 °C
sebesar 37,8 HRC, tempering 600 °C sebesar 30,2 HRC. Nilai rata-rata tegangan spesimen tanpa
perlakuan 1041,838 x 10⁶ N/m², hardening 203,815 x 10⁶ N/m², tempering 200 °C 461,795 x 10⁶
N/m², tempering 400 °C 530,77 x 10⁶ N/m², tempering 600 °C 110,417 x 10⁶ N/m². Harga impak
spesimen tanpa perlakuan 1,114 × 106 N/m, hardening 0,166 × 106 N/m, tempering 200 °C 0,104 ×
106 N/m, tempering 400 °C 0,227 × 106 N/m, tempering 600 °C 0,878 × 106 N/m. Setelah
mengalami perlakuan panas hardening struktur mikro terlihat lebih halus, sedangkan setelah
mengalami proses perlakuan panas tempering dengan temperatur 200 °C,400 °C dan 600 °C keadaan
struktur mikro Baja AISI 4140 mengalami perubahan, semakin tinggi temperatur tempering yang
diberikan, maka butiran-butiran struktur baja terlihat semakin besar. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi temperatur tempering maka nilai kekerasan baja AISI 4140
menurun bila dibandingkan dengan spesimen hardening, sedangkan kekuatan dan ketangguhan
material kembali meningkat.
Kata Kunci : Sifat Mekanik, Struktur Mikro, Baja AISI 4140, Variasi Temperatur Tempering.
Abstract
Heat treatment on the steel has a very important role because it can alter the microstructure and
mechanical properties of the steel according to the requirement. Hardening heat treatment can cause
hardness and brittleness, so that the steel is not suitable for use, the steel needs to be given a
tempering heat treatment. This study aims to look at the effect of tempering heat treatment to changes
in the mechanical properties of steel with tempering temperature variation of 200 ° C, 400 ° C and 600
° C.
This study used an experimental method, using medium carbon steel material containing carbon
content of 0.38 to 0.45% C, namely steel AISI 4140. Starting with a specimen in accordance with
standard hardness testing, tensile testing, impact testing, and testing of Micro structure. By taking 5
groups of specimens, the group without treatment, hardening, tempering 200 ° C, tempering 400 ° C,
tempering 600 ° C.
37
Research that has been done, it obtained an average value of AISI 4140 steel hardness of 30 HRC
without treatment, amounting to 48.7 HRC hardening, tempering 200 ° C for 47 HRC, tempering 400 °
C of 37.8 HRC, tempering at 600 ° C 30.2 HRC. The average value of voltage specimens without
treatment 1041.838 x 10⁶ N / m², hardening 203.815 x 10⁶ N / m², tempering 200 ° C 461.795 x 10⁶ N
/ m², tempering 400 ° C 530.77 x 10⁶ N / m², tempering 600 ° C 110.417 x 10⁶ N / m². Value of impact
specimens without treatment 1.114 106 N / m, hardening 0.166 106 N / m, tempering 200 ° C 0.104
106 N / m, tempering 400 ° C 0.227 106 N / m, tempering 600 ° C 0.878 106 N / m. After
experiencing a hardening heat treatment microstructure looks more refined, while following a
tempering heat treatment process at a temperature of 200 ° C, 400 ° C and 600 ° C state of AISI 4140
steel micro structure changes, the higher the tempering temperature is given, then grain steel structures
look bigger. It can be concluded that the higher the tempering temperature, the hardness value of steel
AISI 4140 decreased when compared with specimens hardening, while the strength and toughness of
the material increase.
Keywords: Mechanical properties, Microstructure, Steel AISI 4140, Variation Temperature of
Tempering.
38
mempunyai perlakuan bahan dan komposisi F. Struktur Mikro Baja
berbeda. Sifat mekanis baja sangat sensitif
1. Diagram Keseimbangan Besi-Karbon.
berdasarkan kandungan karbon, yang mana secara
normal kurang dari 2,0%. sebagian dari baja Diagram kesetimbangan besi-karbon adalah sebuah
digolongkan menurut konsentrasi karbon, yakni ke gambaran yang semestinya digunakan sebagai dasar
dalam rendah, medium dan jenis karbon tinggi. untuk melaksanakan perlakuan panas.
Penggunaan diagram ini relatif terbatas karena
1. Baja karbon
beberapa metode perlakuan panas digunakan untuk
Baja karbon adalah paduan besi karbon dimana menghasilkan struktur yang tidak seimbang (non-
unsur karbon sangat menentukan sifat-sifatnya, equilibrium). Akan tetapi pengetahuan mengenai
sedangkan unsur-unsur paduan lainnya yang biasa perubahan fasa pada kondisi seimbang memberikan
terkandung di dalamnya terjadi karena proses ilmu pengetahuan dasar untuk melakukan perlakuan
pembuatannya. Sifat baja karbon ditentukan oleh panas.
persentase karbon dan struktur mikro. Berdasarkan
kandungan karbonnya, baja dapat dikelompokkan
menjadi tiga :
a. Baja Karbon Rendah (low carbon steel).
Baja ini disebut baja ringan (mild steel) atau
baja perkakas, baja karbon rendah bukan baja
yang dapat dikeraskan, karena kandungan
karbonnya rendah berkisar 0,05-0,30%.
b. Baja Karbon Sedang (medium carbon steel)
Baja karbon sedang mengandung karbon 0,3-
0,6% dan kandungan karbonnya memungkinkan
baja untuk dikeraskan sebagian dengan
pengerjaan panas (heat treatment) yang sesuai.
c. Baja Karbon Tinggi (hight carbon steel).
Baja karbon tinggi mengandung karbon 0,6-
1,5%, dibuat dengan cara digiling panas.
2. Baja Paduan
Baja paduan adalah baja yang mengandung sebuah
unsur lain atau lebih dengan kadar yang berlebih
dari pada kadar biasanya dalam baja karbon. Unsur-
unsur yang biasanya terdapat dalam baja karbon
adalah C, Mn, Si, P dan S. untuk memperoleh sifat-
sifat yang lebih baik maka kadar Mn atau Si
ditambah, atau unsur-unsur lain seperti Cr, Ni, Mo, Gambar 1. Diagram Kesetimbangan Besi-
Co, Ti, W dan sebagainya. Karbon (Fe-C)
Dengan demikian selain memperbaiki sifat-sifat Pada diagram Fe-C material yang mengandung
mekanisnya juga memperbaiki sifat tahan korosi, karbon dibawah 2% menjadi perhatian utama dalam
tahan suhu tinggi, tahan aus dan sifat-sifat listrik perlakuan panas baja. Kandungan karbon yang
serta magnetiknya. Baja paduan terbagi atas dua lebih dari 2% tergolong pada baja tuang. Metode
kelompok, yaitu baja paduan rendah dan baja perlakuan panas baja didasarkan pada perubahan
paduan tinggi. fasa austenite pada sistem Fe-C.
39
G. Perlakuan Panas (heat treatment)
Menurut Wahyudin K dan Wahjoe Hidayat (1978:
59), Perlakuan panas pada baja adalah proses
pemanasan baja sampai temperatur tertentu dan
selama waktu tertentu kemudian diikuti dengan
proses pendinginan menurut laju pendinginan
tertentu untuk memperoleh sifat-sifat yang
dinginkan dalam batas kemampuan baja yang
berbeda dari sifat semula.
40
1. Sifat Fisik 2) Pengujian Kekerasan Vickers
a) Metalografi Metode uji kekerasan lain harus digunakan untuk
material dengan kekerasan tinggi yang tidak dapat
Metalografi adalah pengetahuan tentang bentuk-
diukur dengan metode Brinell (maksimal 450 HRB
bentuk struktur mikro logam. Sifat mekanik dan
[48 HRC]), yaitu metode Vickers. Nilai kekerasan
sifat fisik suatu logam akan ditentukan oleh gambar
Vickers dihitung menggunakan persamaan berikut;
bentuk struktur mikronya. Gambar itu berasal dari
ketidakteraturan butir, ukuran butir, distribusi fasa,
unsur pengatur, perubahan karena deformasi dan [2𝑃 sin(1360 / 2)]
HV =
lainnya (Tata Surdia dan Shinroku Saito, 1999). 2
2. Sifat Mekanik [1,8544 𝑃]
HV = …………………………(2)
Menurut Wahyudin K dan Wahjoe Hidayat (1978: 𝑑2
9), sifat mekanik suatu logam adalah kemampuan
atau kelakuan logam untuk menahan beban-beban Dimana P = beban indentasi (kg), dan
yang dikenakan kepadanya, baik pembebanan statis
atau dinamis pada suhu biasa, suhu tinggi atau pun d = rata-rata diameter jejak (mm).
suhu dibawah 00 .” Kekerasan Vickers dinyatakan dalam nomor
a) Pengujian Kekerasan (hardness test) Vickers dengan symbol “HV” diikuti dengan sufiks
yang menyatakan beban (Bondan T. Sofyan, 2010).
Menurut Bondan T. Sofyan (2010: 34), kekerasan
merupakan ukuran ketahanan material terhadap 3) Pengujian Kekerasan Rockwell
deformasi plastis terlokalisasi (misal: “Indentasi
kecil” atau gores). Metode Rockwell merupakan metode yang paling
banyak digunakan dalam industri karena sangat
Gambar 3. Macam-macam Teknik (William D. sederhana dan tidak memerlukan keahlian khusus
untuk melakukannya. Peralatan pengujian sudah
teraotumatisasi sehingga tidak diperlukan
pengukuran jejak.
41
a. Kontraksi (Q) Keterangan :
Pembebanan tarik yang diberikan kepada spesimen HI = Harga Impak (N/m)
uji akan mengakibatkan dimensi penampang E = Besar energi serapan (Nm)
spesimen uji akan mengalami pengecilan. Af = Luas penampang spesimen (m2)
Pengecilan penampang spesimen uji akibat
Energi Serapan (E)
pembebanan tarik disebut dengan kontraksi (Q).
besarnya kontraksi pada penampang spesimen uji E = E0 - Ei
setelah putus akibat pembebanan tarik dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: E0 = m . g . Ho
𝐴𝑜 − 𝐴𝑓 Ei = m . g . Hi
Q= × 100% ……………………..(3)
𝐴𝑜 Keterangan :
E = Energi Serapan (Nm)
Keterangan : E 0 = Energi Serapan Awal (Nm)
E i = Energi Serapan Akhir (Nm)
Q = Kontraksi
A0 = Luas penampang spesimen sebelum m = Massa pendulum (Kg)
pengujian g = Percepatan Gravitasi (m/s2)
Af = Luas penampang spesimen setelah H o = Ketinggian Jatuh Pendulum (m)
putus H i = Ketinggian Pantulan Pedulum (m)
r = Panjang Lengan Pendulum (m)
b. Tegangan (𝜎 ) 𝛼 = Sudut Jatuh
𝛽 = Sudut Akhir Ayunan
Nilai tegangan suatu material dapat diketahui
dengan persamaan berikut:
I. Kerangka Konseptual
𝐹
𝜎= (G.Groenendijk,1984: 23) ………...(4)
𝐴𝑜
Keterangan :
𝜎 = Tegangan (N/m2)
F = Gaya (N)
A0 = Luas Penampang awal Spesimen
(m2)
c. Regangan (𝜀 )
Nilai regangan dari suatu material dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
𝐿𝑖 −𝐿𝑜
𝜀= × 100% ………………………(5)
𝐿𝑜
Keterangan :
𝜀 = Regangan
Lf = Panjang spesimen setelah pengujian Gambar 5. Kerangka Konseptual
(mm)
L0 = Panjang spesimen sebelum pengujian
III. METODOLOGI PENELITIAN
(mm).
A. Metode Penelitian
c) Pengujian Impak (impact test)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
penelitian eksperimen. Yang bertujuan untuk
Harga Impak (HI) adalah sebagai energi
mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu
serapan untuk mematahkan spesimen persatuan perlakuan (treatment). Dan treatmen yang
luas, dapat dinyatakan dalam persamaan dimaksud adalah perlakuan panas Tempering.
sebagai berikut:
Harga Impak (Hi): B. Objek Penelitian
𝐸 Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah
HI = ……………………………. (6) baja AISI 4140.
𝐴𝑓
42
C. Jadwal dan Tempat Penelitian
1. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan
(Februari sampai Juli 2015), mulai dari penulisan
proposal, seminar proposal, pembuatan spesimen,
pengujian, pengolahan data dan analisa data dan
pembuatan laporan.
2. Tempat Penelitian
Proses pengujian spesimen dilakukan di
Laboratorium Pengujian Bahan Jurusan Teknik
Mesin Universitas Negeri Padang.
D. Prosedur Penelitian
Gambar 7. Grafik Uji Kekerasan
Spesimen yang diberikan perlakuan panas
hardening dan diquenching dengan menggunakan
media pendingin air didapat nilai rata-rata
kekerasan pada spesimen 1 sebesar 48,7 HRC,
spesimen 2 sebesar 48,5 HRC, dan pada spesimen 3
sebesar 48,9 HRC. Sehingga diperoleh nilai rata-
rata kelompok sebesar 48,7 HRC.
Spesimen yang diberikan perlakuan panas
tempering dengan temperatur 200 0C dan
didinginkan dengan media pendingin udara didapat
nilai rata-rata kekerasan pada spesimen 1 sebesar 47
HRC, pada spesimen 2 sebesar 47,3 HRC, dan pada
spesimen 3 sebesar 46,7 HRC. Sehingga diperoleh
nilai rata-rata kelompok sebesar 47,0 HRC.
Spesimen yang diberikan perlakuan panas
tempering dengan temperatur 400 0C dan
didinginkan dengan media pendingin udara didapat
nilai rata-rata kekerasan pada spesimen 1 sebesar
39,5 HRC, pada spesimen 2 sebesar 40,1 HRC, dan
pada spesimen 3 sebesar 39,8 HRC.
43
HRC, pada spesimen 2 sebesar 30,1 HRC, dan pada keretakan pada saat proses pendinginan, sehingga
spesimen 3 sebesar 29,8 HRC. Sehingga diperoleh nilai yang diperoleh tidak tepat.
nilai rata-rata kelompok sebesar 30,2 HRC. Spesimen yang diberikan perlakuan panas
tempering dengan temperatur 400 0C didapat niai
Nilai rata-rata kekerasan baja AISI 4140 tanpa
tegangan pada spesimen 1 sebesar 458,022 x 10⁶
perlakuan sebesar 30 HRC, nilai kekerasan setelah
N/m², pada spesimen 2 sebesar 559,434 x 10⁶
perlakuan panas hardening sebesar 48,7 HRC, nilai
N/m²,dan pada spesimen 3 sebesar 574,854 x 10⁶
kekerasan setelah proses perlakuan panas tempering
N/m², sehingga nilai rata-rata tegangan sebesar
200 0 C sebesar 47 HRC, nilai kekerasan setelah
perlakaun panas tempering 400 0C sebesar 37,8 530,77 x 10⁶ N/m²,
Spesimen yang diberikan perlakuan panas
HRC, dan nilai kekerasan setelah perlakaun panas
tempering dengan temperatur 600 0C didapat niai
tempering 600 0C sebesar 30,2 HRC.
tegangan pada spesimen 1 sebesar 1103,417 x 10⁶
N/m², pada spesimen 2 sebesar 1103,417 x 10⁶
2. Pengujian Tarik
N/m²,dan pada spesimen 3 sebesar 299,432 x 10⁶
Pengujian tarik menggunakan alat uji tarik Tenso N/m², sehingga nilai rata-rata tegangan sebesar
Meter Type W Monsanto. Material yang dijadikan 1103,417 x 10⁶ N/m².
sebagai bahan dasar untuk pembanding adalah
spesimen tanpa perlakuan. 3. Pengujian Impak
Pengujian impak (impact test) menggunakan
pengujian impak charphy. Material yang digunakan
sebagai bahan dasar untuk pembanding adalah baja
karbon sedang, yaitu baja AISI 4140 dan
dibandingkan dengan nilai kekerasan spesimen
yang telah mengalami proses perlakuan panas
hardening dan tempering dengan temperatur yang
berbeda.
44
Spesimen yang diberikan perlakuan panas c) Spesimen tempering 200 0C
tempering dengan temperatur 200 0C didapat nilai
harga impak pada spesimen 1 adalah 1,787 x 106
N/m, spesimen 2 sebesar 1,962 x 106 N/m,
spesimen 3 sebesar 0,104 x 106 N/m.
Spesimen yang diberikan perlakuan panas
tempering dengan temperatur 400 0 C didapat nilai
harga impak pada spesimen 1 adalah 0,237 × 106
N/m, spesimen 2 sebesar 0,22 × 106 N/m,
spesimen 3 sebesar 0,225 × 106 N/m, sehingga
diperoleh nilai rata-rata harga impak sebesar 0,227
x 106 N/m
Spesimen yang diberikan perlakuan panas
tempering dengan temperatur 600 0C didapat nilai Gambar 13. Struktur mikro Baja AISI 4140
harga impak pada spesimen 1 adalah 0,897 × 106 setelah tempering 200 0 C
N/m, spesimen 2 sebesar 0,748 × 106 N/m, d) Spesimen tempering 400 0C
spesimen 3 sebesar 0,99 × 106 N/m, sehingga
diperoleh nilai rata-rata harga impak sebesar 0,878
x 106 N/m.
45
terlihat semakin besar. Hal ini menandakan bahwa 2. Dimensi spesimen uji harus benar-benar sesuai
semakin tinggi temperatur tempering yang dengan standar pengujian dan sesuai dengan
digunakan maka nilai kekerasan semakin menurun, kemampuan alat uji.
kekuatan dan ketangguhan material jadi meningkat. 3. Adanya penelitian selanjutnya mengenai sifat
Semakin besar butiran-butiran struktur dari baja mekanik baja AISI 4140 setelah mengalami
tersebut maka nilai kekerasan semakin menurun, perlakuan panas tempering dengan mengacu
kekuatan dan ketangguhan material jadi meningkat. kepada standar perancangan sebuah komponen
mesin, sehingga temperatur tempering yang
V. PENUTUP akan digunakan bisa diketahui.
4. Untuk pembuatan komponen-komponen mesin
A. Kesimpulan yang menggunakan Baja AISI 4140, sebaiknya
Setelah dilakukan penelitian mengenai sifat untuk meningkatkan ketangguhannya diberi
mekanik pada Baja AISI 4140 setelah mengalami perlakuan panas temering terlebih dahulu.
perlakuan panas tempering dengan temperatur yang
berbeda maka penulis menyimpulkan bahwa:
a) Nilai kekerasan setelah perlakuan panas Referensi :
tempering 200 0C tidak berbeda jauh dengan
nilai kekerasan setelah perlakuan panas Ach. Muhib Zainuri. (2008). Kekuatan Bahan.
hardening. Perlakuan panas tempering 200 0C Yogyakarta: Penerbit Andi.
(temper rendah) tidak terlalu banyak merubah
keadaan dari strukutur maupun nilai kekerasan AISI (American Iron and Steel Institute).
dan kekuatan dari material tersebut. Anrinal. (2013). Metalurgi Fisik. Yogyakarta:
b) Berdasarkan nilai rata-rata tegangan yang Penerbit Andi.
didapat dari masing-masing kelompok spesimen
dapat diketahui bahwa setelah material ASTM Standart A370-02 (2002).
mengalami proses perlakuan panas hardening
maka kekerasan material meningkat tapi ASTM Standar E10-01 Volume 03 01 (2003).
kekuatan material menurun, setelah mengalami Avner. (1974). Introduction to Physical
perlakuan panas tempering dengan temperatur Metallurgy (second edition). New
200 0C, 400 0C, dan 600 0C maka kekuatan
York: Mc Graw-Hill International
material mengalami peningkatan bila
dibandingkan dengan spesimen yang Book Company.
dihardening. Bondan T. Sofyan. (2010). Pengantar Material
c) Berdasarkan nilai rata-rata harga impak yang Teknik. Jakarta: Salemba Teknika.
didapat dari masing-masing kelompok spesimen
dapat diketahui bahwa setelah material Budinski, Kenneth. (1999). Engineering
mengalami proses perlakuan panas hardening Materials: Properties and Selection
maka ketangguhan material menurun, setelah (6th Edition). New York: Prentice
mengalami perlakuan panas tempering dengan Hall.
temperatur 200 0C, 400 0C, dan 600 0C maka
ketangguhan material mengalami peningkatan Calister, William D. Jr (2001). Fundamentals
kembali sesuai dengan peningkatan temperatur. of Materials Science and
d) Keadaan struktur mikro (micro strukture) Engineering. 5th edition.
Setelah mengalami perlakuan panas hardening
keadaan struktur mikro menjadi lebih halus, hal DIN (Denth Industrie Normen). 50103.
ini mengakibatkan nilai kekerasan dari Baja Groenendijk. G, dkk. (1984). Pengujian
AISI 4140 meningkat dan material menjadi Material. Belanda.
getas. Setelah mengalami proses perlakuan
panas tempering dengan temperatur 200 0 C ,400 Hari Amanto dan Daryanto. (1999). Ilmu
0
C dan 600 0C keadaan struktur mikro Baja Bahan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
AISI 4140 mengalami perubahan, semakin
tinggi temperatur tempering yang diberikan, Harsono Wiryosumarto. (2008). Teknologi
maka butiran-butiran struktur baja terlihat Pengelasan Logam. Jakarta: Pradnya
semakin besar. Paramita.
Khurmi. R.S. and Gupta.J.K. (2005). A Text
B. Saran
Book Machine Design. S.I Unit. New
1. Sebelum melakukan penelitian tentang sifat Delhi: Eurashia Publishing House
mekanik suatu material, sesuaikan karakteristik (PVT.) LTD.
bahan dengan jenis perlakuan yang akan
diberikan.
46
Krauss, George. (1989). Steels: Heat
Treatment and Processing
Principles, ASM International.
United States Of America.
Smallman R.E. dan Bishop. R.J. (1999).
Metalurgi Fisik Modern & Rekayasa
Material. Edisi Keenam. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Tata Surdia dan Shinroku Saito.(1999).
Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta:
Pradnya Paramita.
Universitas Negeri Padang (2011). Buku
Panduan Penulisan Tugas Akhir/
Skripsi Universitas Negeri
Padang. Padang: Universitas Negeri
Padang.
Wahyudin K dan Wahjoe Hidayat. (1978).
Pengetahuan Logam 2. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
W.O. Alexander. (1991). Dasar Metalurgi
untuk Rekayasawan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
47