Anda di halaman 1dari 2

Strawberry and Pop Gengs Generation

Bismillahirohmanirrohim

Kemajuan Teknologi membuat Negara seolah tanpa batas, Sehingga diri kita lah yang
harus menjadi benteng pertahanan terakhir akan arus informasi yang sampai kepada putra-putri
kita. Kepada merekalah kelak kita akan menitipkan estafet perjuangan,maka kita harus
membekali mereka dengan kecerdasan berpikir dan pondasi aqidah yang baik. Seperti kutipan
dalam lagu Indonesia Raya “bangunlah Jiwanya bangunlah badannya ( rohani dan jasmani)
untuk Indonesia Raya”. Tanamkanlah rasa bangga kepada mereka terhadap agama dan tanah
airnya, jangan biarkan terpengaruh dengan budaya luar yang bisa jadi akan menghancurkan
generasi muda di kemudian hari. Ada 2 fenomena yang ingin coba saya angkat sebagai
contoh,yaitu Strawberry and Pop Gengs Generation.
Kedua istilah ini pastinya sering kita dengar sekarang ini, saya menemukan istilah
strawberry Generation muncul pertama kali di negara Taiwan, Cǎoméi zú atau cǎoméi shìdài
istilah ini muncul berdasarkan riset National Central University Center for the Study of Sexuality
(sebuah Universitas Negeri di Taiwan) yang secara resmi dipublish tahun 2016 dan telah
menjalankan riset sejak tahun 2005. Hal ini diperuntukkan bagi generasi muda (yang lahir
setelah era 1980 an) yang karakteristiknya mirip seperti buah strawberry. Memang seperti apa sih
buah strawberry itu? Dia adalah buah yang secara penampilannya sangat menarik ketika matang,
berwarna merah dan bentuknya pun lucu. Memang benar strawberry itu kaya vitamin dan
mengandung antioksidan yang tinggi, akan tetapi dia memiliki kekurangan, selain rasanya ynag
asam strawberry juga punya masalah yang serius. Teksturnya yang lembek dan mudah sekali
busuk membuat strawbbery tidak dapat dikonsumsi untuk jangka waktu yang lama, merawat
tanamannya pun cenderung susah. artinya mereka tak dapat menghadapi tekanan sosial atau
kerja keras seperti generasi orang tua mereka; istilah tersebut merujuk kepada orang yang
insubordinat, manja, penyendiri, arrogan, dan malas kerja.
Lalu apa itu Pop Gengs Generation ? istilah ini coba saya munculkan berdasarkan
kebiasaan para penggemar K-pop melabel dirinya. Generasi ini muncul seiring dengan
mewabahnya virus K-pop atau aliran musik Pop yang berasal dari Korea Selatan, berdasarkan
penelusuran sebenarnya K-pop ini telah muncul pada era tahun 1990 an bukan hanya melalui
jalur musik akan tetapi aliran ini terus merambah ke Indonesia melalui Film dan iklan-iklan yang
dibintangi para artis K-pop. Kita tidak bisa memandang remeh karena K-pop ini adalah sebuah
industri yang diback up oleh negara, bahkan pemerintah Korea Selatan mengistilahkan ini
sebagai Hallyu (Korean Wave) yang mana bertujuan untuk mendongkrak Ekonomi Negara dan
merubah sudut pandang dunia terhadap negara tersebut. dari data Forbes, pertumbuhan ekonomi
Korea dua dekade terakhir cukup kuat, dan dalam periode tersebut kontribusi K-pop ke
pertumbuhan industri makin signifikan. Tahun 2017, industri K-pop dapat menyumbang
pemasukan negara sekitar US$ 5 miliar atau jika dikurskan ke mata uang Indonesia setara
dengan Rp 72 triliun.
Kontribusi ini setara dua kali lipat jumlah penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang
diterima Indonesia dari sektor mineral dan batu bara. Artinya, saat Indonesia perlu mengirim
ratusan juta ton batu bara, emas, tembaga, dan nikel untuk dapat Rp 40,1 triliun. Korea cuma
perlu melatih ratusan pemuda-pemudi untuk bernyanyi dan berjoget di mana-mana dan hasilkan
hampir dua kali lipatnya. Kok bisa ? nah disinilah generasi muda kita sebagai penikmat K-pop
secara sadar ataupun tidak telah mengikuti gaya hidupnya, merubah kultur budayanya dan
membeli apa saja yang berbau K-pop, tentunya hal tersebut mendatangkan keuntungan bagi
mereka sang pelaku industri. BBC bahkan pernah menulis permintaan kursus bahasa Korea
melonjak di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Thailand, demi untuk dapat
mengerti arti dari sebuah drama dan lagu Korea.
Pemerintah Korea kini punya 130 lembaga bahasa yang tersebar di lebih dari 50 negara.
Profesor Sekolah Bisnis dan Management Yonsei University Mooweon Rhee pernah menulis di
Harvard Business Review bahwa kesuksesan K-pop bukan suatu kebetulan tapi terencana dan
terstruktur. "Perusahaan entertainment K-pop menunjukkan inovasi bisnis dengan mengubah dan
merombak formula dasar industri hiburan sebelumnya. Ini adalah industri manufaktur, artis-artis
K-pop dibentuk untuk memenuhi permintaan pasar bukan ditemukan begitu saja," ujarnya. Wow
menarik bukan ?
Mudah-mudahan apa yang saya tulis ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, mari kita jaga
bersama generasi muda agar bisa teguh akidahnya, kuat imannya dan kompetitif dalam berbagai
bidang. Yang mana pada akhirnya merekalah yang akan meneruskan perjuangan kita semua,
menjaga keberlangsungan bangsa, negara dan agama.
Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Anda mungkin juga menyukai