Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan1Pustaka

Pada umumnya Drill Jig Fixture merupakan “perkakas bantu” yang


berfungsi untuk memegang dan atau mengarahkan benda kerja sehingga proses
manufaktur suatu produk dapat lebih efisien.1Selain itu Drill Jig Fixture juga dapat
berfungsi agar kualitas produk dapat terjaga seperti yang telah ditentukan. Desain
yang sudah ada ini sudah bagus, akan tetapi dalam pengoperasiannya masih sulit
secara akurat dan efektif. Dikarenakan ketika akan melakukan pengeboran pada
lubang yang berbeda, operator perlu sering mengubah posisi center bor untuk
melakukan pengeboran. Sehingga membuang waktu operasi dan efisiensi tenaga
kerja rendah. Mengingat hal ini perlu untuk membuat jig putar yang baru, untuk
mengatasi atau meringankan kelemahan diatas.

2.2 Tinjauan Patent

Rotary drill jig assembly


Patent Number :1CN203765038U

Gambar 2.1. Rotary drill jig assembly


(1Sumber : https://www.google.com/patents/CN203765038U1)

5
6

Dengan demikian1penulis terpikir untuk membuat desain1Drill Jig Fixture


yang bertujuan untuk1mengatasi permasalahan pada pengoperasian akibat
penyetingan dan penanganan benda kerja. Dengan merancang drill jig model
pengeboran putar1(Indexing) (https://www.google.com/patents/CN203765038U)

2.3 Dasar Teori


Jig adalah rancangan dan media untuk mengarahkan alat potong pada waktu
proses pemesinan. Terkadang jig dicekam pada meja mesin, tetapi kebanyakan
tidak, sebab untuk memudahkan memindah jig itu untuk mengarahkan pada posisi
lain. Sedangkan fixture adalah rancangan dan media untuk mencekam dan
menempatkan benda kerja pada posisi yang tepat selama proses pemesinan. Jadi
fixture hanya mencekam tetapi tidak mengarahkan alat potongnya. Fixture biasanya
dicekam pada meja mesin.
Dengan pemakaian jig dan fixture ini produktivitas akan meningkat, sebab
dengan jig dan fixture ini, meskipun tanpa penandaan, penempatan, dan
pengecekan, masing-masing benda kerja dapat dipastikan akan tepat posisi
pemotongannya. Pemakaian jig dan fixture ini juga menyeragamkan kualitas
fabrikasi, sehingga tidak perlu memilih bila diasembling, sebab semuanya sama dan
dapat saling menggantikan (interchangable). Selain itu kemampuan operator tidak
perlu terlalu tinggi sebab dengan jig dan fixture, proses pemesinan menjadi lebih
mudah. (Rosadi, 1995;5)
Keuntungan lain yang dapat diperoleh dari pemakaian alat bantu produksi
(terutama Drill Jig) ini adalah bahwa ia mampu mengarahkan mata bor tepat pada
posisi yang diinginkan, meskipun yang dibor bukan permaukaan yang datar.

2.4 Analisa Gaya pada Proses Drilling

Dalam pegoperasian drill ada tiga macam komponen gaya yang bekerja,
yaitu :
Fz = gaya potong
Fv = gaya vertical
Fh = gaya horizontal
7

Gaya horizontal (Fh) pada kedua lips saling membuat keseimbangan,


gaya-gaya vertical (Fv) mengarah ke atas, demikian juga dengan gaya F pada
mata pahat (chisel edge).

Gambar 2.2. Gaya-gaya yang bekerja pada drill

Sumber : A. Muin, Syamsir. 1988 ; hal. 235

Gerakan drill dihalangi oleh gaya gesekan pada rusuk mata bor (drill
margin) dan gaya gesekan Ft karena gerakan chip. Untuk memasuki benda kerja,
gaya thrust drill (thrust force) F’ yang diberikan oleh mesin akan mengatasi
beberapa gaya tahanan yang bekerja sepanjang proses drill:

F’> (2Fv + F = F )...[1]

Semua gaya tahanan yang bekerja pada arah aksial disebut gaya axial thrust (F atau
feed force). Gaya axial thrust dapat ditentukan dengan rumus:

F = Cf . D .S .K ...[2]

dimana :

F = gaya aksial (N)


C = koefisien karakteristikmaterial dan kondisi pemotongan
D =diameter drill (mm)
S = feeding (mm/put)
Zr = suatu eksponen diameter dan feeding
8

K = faktor koreksi

Sedangkan gaya dorong proses drilling dapat dihitung dengan rumus :

. .
P = K. D ...[3]

dimana :

P = gaya dorong (N)


K = konstanta pemotongan material
S = feeding (mm/put)
D = diameter drill (mm)

Tabel 2.1. Konstanta Gaya Drilling ...[4]

Bahan benda kerja dan Cf Cm Yf Ym Zf Zm


pahat

HSS Tool memotong


68 34,5 0,7 0,8 1 2
Carbon Steel σ = 75
BHN 215

Carbide tool memotong


42 12 0,75 0,8 1,2 2,2
besi tuang kelabu
BHN 190

2.5 Elemen pada Jig dan Fixture

2.5.1 Penempatan Benda Kerja

Benda keja harus ditempatkan pada posisi yang tepat, sehingga proses
pemesinan dapat berjalan dengan baik. Penempatan benda kerja itu tergantung dari
bentuk dan permukaanya. Bentuk-bentuk itu antara lain adalah datar, silinder.
9

Untuk mendapatkan permukaan datar, minimal diletakkan diatas tiga titik


penopang, meskipun empat atau lebih dapat juga dipakai. Harus dicatat bahwa tiga
penopang secara teoritis akan dapat menetapkan kesamaan penempatan benda kerja
di setiap permukaannya. Empat atau lebih penopang tidak akan dapat menetapkan
seperti itu, sebab permukaan benda kerja tidak benar / tidak rata, dan hal ini masih
dapat diatasi pada tiga penopang. Pada bidang datar, benda kerja ditempatkan pada
suatu element penempat yang biasanya adalah pin dan button locator. Jenis dan
bentuknya bermacam-macam antara lain, adjustable locator, yaitu penempat yang
dapat diatur panjang pendeknya, kemudian button dan pin standart.

Gambar 2.3 Button dan Pin Standart


Sumber : Donaldson, Cyrll. Cain, H. Le, George. Goold, V.C. 1980. Hal. 506

Untuk menempatkan permukaan benda kerja silnder, maka digunakan


penempat berbentuk silinder yang dibuat press fit atau berulir dengan frame, tetapi
sliding pada kepalanya sebagai tempat masuk benda kerja.

Locator yang digunakan harus mempunyai lead (chamfer) yang lebar untuk
memudahkan masuknya benda kerja dan tidak boleh terlalu panjang untuk
mencegah terjadinya kemacetan masuknya benda kerja. Tetapi bila penempat itu
harus panjang, maka hal ini dapat diatasi dengan membuat relief di tengah-tengah
penempat itu.
10

Gambar 2.4 Penempat Silinder dalam


Sumber : Luchsinger, 1981. hal. 19

Gambar 2.5 Pencegah Kemacetan Pemasukan


Sumber : Joshi, P.H. 1988. hal. 18

Bila ada dua lubang yang harus memakai penempat, maka lubang yang
kurang penting menggunakan penempat berbentuk diamond, lubang yang penting
menggunakan penempat yang utuh. Biasanya diameter yang lebih kecil atau yang
lebih penting, penempatnya dibuat lebih tinggi dari penempat yang bentuknya
diamond. Semuanya itu dibuat untuk keakuratan penempatan, kemudahan
pemasangan dan pengambilan benda kerja. iioooyh8yiuiiiiggu
11

Gambar 2.6 Penempat Diamond

Sumber : Joshi, P.H. 1988. hal. 20

Untuk menempatkan benda kerja dengan bentuk silinder dapat juga menggunakan
sistem penempat tirus. Sistem ini menggunakan tirus untuk menempatkan benda kerja.
Biasanya digunakan untuk menempatkan benda kerja kasar dan mempunyai pengatur
eksial dengan sekerup yang dapat dipakai untuk sekaligus menjepit benda kerja pada
posisinya

Gambar 2.7 Penempat Tirus dalam dan luar


Sumber : Luchsinger, H.R. 1981. hal. 27
12

2.5.2 Pencekaman Benda Kerja

Jika suatu benda kerja akan mengalami proses pemesinan, maka diperlukan suatu
gaya untuk memegangnya dan melawan gaya-gaya pemotongan yang bekerja padanya.
Gaya ini disebut gaya pencekaman, sedangkan mekanisme untuk mencekam benda kerja
itu disebut pencekam atau klem.
Banyak jenis dan macam pencekaman, untuk itu pemilihan jenis pencekam
disesuaikan dengan bentuk dan gaya pencekaman benda kerja. Tetapi baik pencekaman
yang sederhana maupun rumit haruslah memenuhi persyaratan penting, yaitu:
1. Benda kerja harus terpegang kuat selama proses pemesinan.
2. Waktu yang diperlukan untuk pemasangan dan pembongkaran benda kerja harus
sesingkat mungkin.
3. Pencekaman tidak boleh menyebabkan kerusakan pada benda kerja.
4. Pencekaman tidak boleh menghalangi dan mengganggu proses pemesinan.
Alat pencekaman harus dapat menimbulkan gaya gesek yang cukup diantara benda kerja
dan penyangga untuk menghindari bergesernya benda kerja.

Gaya pencekaman benda kerja yang diperlukan dapat dihitung dengan rumus :

F = ...[5]

dimana :
F = gaya pencekaman
Fa = gaya geser
μ = koefisien gesek (diambil 0,1)

Gambar 2.8 Screw Clamp


Sumber : 1. Luchsinger, H.R. 1981. hal. 33
2. Joshi, P.H. 1988. hal. 29
13

Ada berbagai jenis penjepitan benda kerja, karena itu dalam memilihnya harus sesuai
dengan benda kerja. salah satu contoh jenis lem adalah screw clamp. Penggunaan jenis
klem ini sederhana, dimana benda kerja

Gambar 2.9 Floating Pad


Sumber :Joshi, P.H. 1988. hal. 30

Langsung dijepit dengan screw clamp. Screw clamp dikencangkan dengan


menggunakan kepala sekrup yang dikartel, handel, handknop atau dengan kunci.
Sekrup dapat dikembangkan dengan penggunaan floating pad. Penggunaan
elemen ini dapat mencegah adanya gesekan antara benda kerja dengan sekrup.
Penjepitan dengan screw clamp ini terdapat kelemahan-kelemahan,
diantaranya adalah :
1. Waktu yang digunakan untuk pengoperasian cukup lama.
2. Usaha yang diperlukan untuk mengencangkan cukup besar.
3. Gaya jepitnya tidak konstan antara penjepitan yang satu dengan yang lain.

Gaya yang ditimbulkan oleh screw clamp dapat dihitung dengan rumus :
.
F = . ( )
...[6]

dimana :
F = gaya yang timbul (N)
Fℎ = tarikan atau dorongan dari tuas (N)
14

L = panjang tuas (mm)


R = radius pitch
= sudut pendakian ulir
= sudut gesekan ulir

Sedangkan panjang ulir yang diperlukan supaya tidak terjadi dol (keausan ulir)
dengan rumus :
.
H = . .

dimana :

H = panjang ulir (mm)


W = gaya yang ditahan (N)
p = pitch ulir
d = diameter minimal ulir (mm)
h = 75% - 50% kedalaman ulir (mm)
q = tekanan kontak yang diijinkan

*(h), diambil 50% dari kedalaman ulir:


Ulir yang baik mempunyai harga h paling sedikit 75% dari kedalaman ulir
penuh; ulir biasa mempunyai h sekitar 50% dari kedalaman penuhnya.

Tabel 2.2 Tekanan kontak ulir


(sumber : http://www.pelaut.xyz/2018/01/mur-dan-baut.html)

Tekanan permukaan yang diijinkan


Bahan
(kg/ )

Ulir luar Ulir dalam Untuk pengikat Untuk penggerak

Baja liat atau


Baja liat 3 1
perunggu
Baja liat atau
Baja keras 4 1,3
perunggu
Baja keras Besi cor 1,5 0,5
15

2.5.3 Bodi, Base, Frame

Bodi, base, frame merupakan bagian utama jig dan fixture. Pada bodi ini
semua elemen dipasang menurut keperluan dan desainnya. Untuk itu bodi harus
kuat dan kokoh, sehingga mampu menahan gaya-gaya yang timbul dari proses
pemesinan. bodi juga harus stabil tidak bergetar selama proses pemesinan, sehingga
pemesinan dapat berjalan dengan baik. Selain itu bodi harus mampu menempatkan
benda kerja secara tepat. Dengan demikian benda kerja akan mudah dikerjakan dan
dapat mencapai keakuratan tinggi.

Beram yang terjadi akibat penyayatan benda kerja harus dapat diarahkan
oleh bodi, yaitu dengan membuat celah dan lubang pada bodi untuk pembuangan
beram itu. Dengan pembuangan beram yang lancar, maka tidak akan merusak benda
kerja dan menghambat pemesinan.

Untuk membuat bodi yang kokoh dan stabil, perlu diperhatikan cara
pembuatannya. Pembuatan bodi ini dapat dilakukan dengan pengecoran,
pengelasan, built up ataupun membentuknya dari bahan utuh (solid body). Untuk
menentukan pembuatan body ini tergantung dari jumlah, ukuran, keekonomisan
dan keperluan jig and fixture yang perlu dibongkar pasang.

2.5.4 Penandaan Benda Kerja

Penandaan benda kerja disini yang dimaksud adalah proses untuk


menempatkan benda kerja sehingga kedudukannya tepat untuk dilakukan
pemotongan. Elemen ini disebut juga indexing device. Dapat juga dikatakan bahwa
indeksi adalah proses yang cepat dengan penempatan benda kerja yang tepat pada
suatu posisi yang diinginkan.

2.5.4.1 Rotary Indexing

Secara umum ada dua macam penandaan yaitu Liniear Indexing dan Rotary
Indexing adalah indeksi untuk penandaa lurus. Sedangkan rotary indexing adalah
indeksi untuk menempatkan kedudukan secara akurat untuk bentuk-bentuk
melingkar.
16

Contoh1yang mudah adalah rotary indexing pada drill jig untuk membuat
empat lubang yang sama jaraknya. Benda1kerja dibor, kemudian benda diputar.
Sementara itu dari arah tegak lurus dengan drill bush dan segaris dengan titik pusat
lingkaran terdapat pen1indeksi.

Benda kerja diputar sampai lubang1pertama tepat pada pin dan pin dapat
dimasukkan ke dalam lubang. Lalu dilakukan pemboran lagi, setelah itu diputar
seperti yang pertama, demikian seterusnya, maka benda kerja dapat dikerjakan
sesuai target dengan cepat dan tepat. Tetapi sebelum pemboran dilakukan, benda
kerja harus dalam keadaan tercekam.

Gambar 2.10 Rotary Indexing Drill Jig


Sumber :Joshi, P.H. 1988. hal. 51

2.5.4.2. Plat Indeksi

Untuk indeksi yang lebih presisi, benda kerja ditempatkan dan diklem pada
plat indeksi (indexing plate)1yang akurat dan pada akhirnya bergerak besama benda
kerja. Plat indeksi biasanya untuk rotary indexing dan dilengkapi denganbush
ataupun slot untuk memudahkan mengatur gerakan1dengan adanya pengulangan
operasi pada produksi masal.
17

Plat indeksi dapat diputar pada porosnya dan diklem pada waktu proses
pemesinan. Slot dan bush digunakan untuk tempat masuk atau indeksi yang
dilakukan pin seperti dalam roatary indexing. Dengan demikian plat indeksi dapat
berputar kemudian berhenti dengan tepat.
Untuk1mengindeksi plat indeksi dengan pin, dapat dilakukan dengan
memasukkannya ke dalam lubang atau slot pada plat indeksi.1Cara memasukkan
pin itu dapat dengan cara manual atau dengan pegas. Untuk memasukkan dengan
pegas,1pin ang digunakan dibentuk tirus (taper) atau menggunakan bola. Taper atau
bila ditekan dengan pegas, ketika plat1indeksi diputar, maka taper akan menekan
pegas.

Gambar 2.11 Drill Jig dengan Plat Indeksi


Sumber :Joshi, P.H. 1988. hal. 52

Gambar 2.12 Pengindeksi


Sumber :Joshi, P.H. 1988. hal. 52
18

Tetapi begitu sampai pada lubang indeksi, pegas akan mendorongnya masuk, maka
dapat dikatakan bahwa plat telah terindeksi.1Demikian eterusnya plat indeksi harus
diputar untuk indeksi selanjutnya. Setelah terjadi indeksi itu, plat harus diklem dan
baru dilaksanakan proses pemesinan. Tetapi pada waktu proses ineksi, plat indeksi
harus dalam keadaan bebas.

2.5.5 Drill Bush

Drill jig menggunakan bush untuk mengarahkan drill, reamer dalam proses
pemesinan. Bush ini dibuat dari baja karbon yang dikraskan antar 62-65 HRC.
Diameter dalamnya dibuat dengan suaian running fit1(F7) dengan drill atau reamer.
Sedangkan diameter luarnya dibuat press fit (p6), sliding (h6) atau running fit (f6),
tergantung fungsi dan aplikasinya.
Dengan adanya fungsi dan aplikasi yang berbeda maka bush pun bermacam-
macam enisnya. Tetapi secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
bush yang dpat diganti dan bush tetap.
Bush dapat diganti, artinya bussh itu dapat diganti-ganti dengan bush lain
pada kedudukan yang sam. Hal ini digunakan untuk proses drilling yang
memerlukan beberapa macam ukuran drill. Jenis-jenis bush ini diantaranya adalah:
- Renewable Bush : bush dengan suaian running fit atau sliding.
- Slip bush : bush dengan suaian running fit atau sliding, tetapi
pemasangannya dengan linier.
- Threaded bush : bush yang berulir.

Gambar 2.13 Renewable Bush Gambar 2.14 Slip Bush

Sumber :Joshi, P.H. 1988. hal. 52


19

Untuk renewable dan slip bush, dengan suaian seperti itu, maka
kemungkinan bush dapat ikut berputar ada waktu proses drilling berjalan dan
terangkat pada waktu drill diangkat. Hal ini tidak boleh terjadi, untuk mencegahnya
digunakan shoulder screw atau arrestor rod sebagai penahan.
Untuk1jenis bush tetap, digunakan suaian press fit. Press fit bush ini
merupakan jenis yang banyak dipakai. Pemasangannya ialah dengan menekannya
di lubang pada plat bush. Ada dua jenis bush ini yaitu bush dengan kepala dan bush
tanpa kepala. Bush berkepala lebih dipilih, karena dengan adanya kepala dapat
mencegah terlepasnya ush dari plat bila ditekan kebawah. Meskipun suaiannya
press fit, pada bush tanpa kepalakemungkinan terlepasnya dari plat lebih besar.

Gambar 2.15 Jenis lain slip bush


Sumber :Joshi, P.H. 1988. hal. 58

Gambar 2.16 Threaded Bush


Sumber :Joshi, P.H. 1988. hal. 59
20

Tetapi bila tempat bush itu tidak memungkinkan dengan kepala atau permukaan
atas plat dikehendaki rata, maka bush tanpa kepala dapat digunakan.

Gambar 2.17 Bush Berkepala Dan Bush Tanpa Kepala


Sumber :Joshi, P.H. 1988. hal. 57

Untuk kondisi tertentu diperlukan bush tertentu pula. Untuk proses drilling
pada bidang miring atau kurva digunakan bush yang dibentuk sesuai bidang itu.
Sedangkan bila ada dua lubang yang berdekatan, yang tidak mungkin dibuat dua
bush maka digunakan bush dengan modifikasi-modifikasi.

Gambar 2.18 Bush untuk Bidang Miring


Sumber : Donaldson, Cyrll. Cain, H. Le, George. Goold, V.C. 1980. Hal 563

Gambar 2.19 Bush dengan modifikasi


Sumber : Donaldson, Cyrll. Cain, H. Le, George. Goold, V.C. 1980. Hal 563
21

2.5.6 Jenis Drill jig

Jenis drill jig bermacam-macam, setiap industry menamakannya dengan


berbeda. Teapi meskipun demikian banyak kesaman penamaan drill jig itu, yaitu
tergantung dari bentuk jig itu sendiri. Diantaanya aalah leaf, box, tumble, template,
indexing, universal dan vise jig.

Leaf Jig

Jenis jig ini dikenal dengan penutupnya yang berengsel. Penutup ini dapat
dibuka dan itutup untuk meletakkan benda kerja. Drill bush dipasang pada penutup
atau pada bodi.

Box dan Tumble Jig

Nama box jig diambil daribentuknya yaitu kotak. Benda kerja diletakkan di
dalam kotak jig. Bila box jig ini terdapat dua atau lebih drill bush pada sisi-sisi yang
berbeda, maka jig ini disebut tumble jig.

Template Jig

Jig ini merupakan pengarah drill yang sederhana.drill bush diletakkan pada plat.
Plat ini bisa mempunyai penempat untuk benda kerja atau diletakkan pada benda
kerja dengan cara mengukur.

Indexing Jig

Indexing Jig digunakan untuk membuat lubang yang seragam secara


berulang-ulang dalam satu benda kerja, baik itu linier ataupun melingkar. Ini dapat
dilakukan karena benda kerja diindeksi pada posisi berbeda dengan satu bush. Yang
menjadi lubang indeksi dapat merupakan lubang pertama yang dibor atau
enggunakan lubang pada plate indeksi.

Pada jig untuk pembuatan lubang secara linier, benda kerja dapat langsung
digeserdengan melewati pengarah linier di sampingnya. Sedangkan pada jig untuk
pembuatan lubang secara melingkar, terdapat suatu poros yang digunakan sebagai
22

pusat putaran. Pada ujung poros diberi bantalan, yang berguna untuk menghindari
gesekan anatara poros dengan frame. Pada poros ini diletakkan plat indeksi.
Sedangkan benda kerja biasanya dijepit diantara penjepit denganplat indeksi.
Sehingga baik plat indeksi maupun penjepit akan ikut berputar bersama benda kerja
bila poros diputar. Pada plat indeksi terdapat lubang atau celah yang digunakan
untuk indeksi. Sedangkan pengindeksi biasanya dipasang pada frame.

Biasanya jig jenis ini dicekam pada meja mesin drilling. Untuk
mencekamnya haruslah diperhatikan, bahwa bush harus lurus dengan drill.
Pencekaman ini berguna, supaya jig tidak bergeser saat proses terjadi dan saat
ndeksi, sehingga kedudukan drill tetap lurus terhadap drill bush.

Universal Jig

Jig ini diproduksi ecara komersial dan dapat digunakan untuk mengerjakan
proses drilling secara umum. Dengan sedikit pengfaturan jig ini dapat
digunakanuntuk mengerjakan proses drilling yang khusus.

Vise Jig

Adalah jig yang pemakaiannya adalah dicekampada ragum jig ini biasanya
digunakn untuk benda kerja dengan volume kecil dengan produksi sedikit atau
benda kerja untuk prosuksi banyak tercapai sederhana pengerjaanya.

2.6 Pengelasan

Pengelasan adalah suatu katan metalurgi ada sambungan logam maupun


logam paduan, yang dilaksanakan dalam keadaan lumer. Yang paling peenting dari
pengelasan adalah menggabungkan suatu bahan dari logam sehingga bagian-bagian
itu mencapai satu kesatuian dalam menahan suatu ahan. Untuk mecapai suatu
keekonomisan yang tinggi maka, sebelum melakukan pengelasan bendaknya
dipertimbangkan apakah memang perlu penyambungan dengan las. Las digunakan
untuk menyambung bagian-bagian yang tidak mungkin dilepas (bersifat
permanen).
23

Banyak jenis pengelasan dalam industry, tetapi yang palaing penting ada
tiga macam, yaitu las gas (gas welding), las busur (arc welding) dan las tahanan
(resistant welding).

Las gas adalah pengelasan yang menggunakan gas flammable (mudah


terbakar, biasanya asitilin) yang dibakar untuk mencairkan logaam. Proses
pengelasan ini berjalan lambat sehingga lebih banyak digunakan untuk usaha-usaha
perbaikan dan perawatan dari pada untuk pengelasan suatu produksi secara masal.

Pengelasan yang paling banyak dipakai adalah pengelasan busur. Pada


pengelasan ini, panas diperoleh dari busur listrik akibat singgungan anatara
elektroda dengan benda kerja. Busur ini cukup panas, mampu mencairkan dan
kemudian membekukan logam dengan cepat.

Sebagaimana pengelasan busur, pengelasan tahanan juga termasu


pengelasan listrik, tetapi bukan busur listrik yang menghasilkan panas. Panas
dihasilkan dari tahanan dari aliran arus listrik yang tinggi yang mengalir pada dua
permukaan benda kerja yang disambung. Pengelasan ini merupakan kombinasi dari
pengelasan pemanasan listrik dengan tekanan. Biasanya pengelasan ni digunakan
untuk menyambung plat-plat logam yang tipis.

Tabel 2.3 Tabel Kampuh Las (Sumber : Jensen, Haisel. 1983. Hal 233)
24

Dalam pengelasan diharapkan kampuh yang terjadi mempunyai kekuatan


yang sama dengan bahan benda kerja. Biasanya bahan tambah yang dipakai sama
dengan benda kerja . dalam membentuknya, tergantung pada ketebalan benda kerja
yang dilas. Misalnya untuk mengelas benda kerja setebal 6mm, kampuh lasnya
adalah 5mm. kekuatan pengelasan akan optimum bila benda kerja yang disambung
juga meleleh sampai ke dalam, tidak hanya dipermukaan pada bagian yang dilas.
Untuk itu diperlukan suatu takikan pada benda kerja, kecuali diyakini bahwa tanpa
takikan pengelasan cukup kuat. Adanya takikan pada benda kerja ditunjukkan pada
simbol pengelasan.

Dalam menyambung dengan las harus diperhatikan adanya distorsi akibat


pemanasan. Karena itu diperlukan suatu keseimbangan pengelasan atau
menggunakan suatu pencekam (jig). Cara lain untuk menghindari distorsi adalah :

- Pemanasan awal benda kerja sebelum dilas


- Pendinginan dengan cepat setelah pengelasan
- Kecepatan pengelasan optimum, sebab bila terlalu lambat cenderung
menambah distorsi

Gambar 2.20 Keseimbangan Pengelasam


Sumber : Ginting, Dines, Ir. 1985. Hal. 103
25

2.7 Pengerasan total

Pengerasan total (trough hardening)1adalah proses untuk mengeraskan


logam secara keseluruhan dari permukaan sampai bagian dalam benda kerja.
Pengerasan ini dilakukan dengan cara, benda kerja dipanaskan sampai suhu
austenite stabil, kemudian ditahan pada suhu itu beberapa saat, lalu benda kerja
didinginkan dengan cepat.

Pada dasarnya proses pengerasan ini adalah proses untuk membentuk


struktur martensit yang keras. Struktur yang dapat berubah menjadi keras adalah
austenite,1perlit. Austenit ini stabil pada suhu 912°C - 1394°C tetapi pada kadar
karbon tertentu, pada suhu 727°C austenitnya stabil.

Gambar 2.21 Diagram Fe3-C


Sumber : Van Vlack. 1984. Hal. 356

Pada suhu kestabilan ini austenite lunak, ulet dan mudah dibentuk. Pada saat
suhu ini tercapai dan telah benar-benar stabil, bila didinginkan akan menghasilkan
26

struktur ferit dan karbit (perlit). Bila pendinginannya lambat, yang terbentuk adalah
perlit kasar, bila agak cepat yang terbentuk adalah perlit halus. Tetapi bila
pendinginan itu sangat cepat maka yang terbentuk adalah martensit.

Pada pendinginan yang sangat cepat ini yang terjadi adalah suatu pergeseran
struktur, bukan difusi. Hal ini terjadi dengan cepat sehingga semua karbon
tertinggal di dalam larutan padat. Struktur yang terbentuk adalah tetragonal
sehingga karbon terperangkap dalam kisi-kisi dan slip sulit terjadi, karena itu
martensit keras, kuat dan rapuh.

Gambar 2.22 Pembentukan Martensit


Sumber : Van Vlack. 1984. Hal. 409

Untuk melakukan pengerasan total dilakukan proses-proses :

a. Preheating : pemansan awal yang berguna untuk meratakan panas


anatara oven dan benda kerja sehingga tidak terjadi
keretakan.

b. Austenizing : pemansan pada suhu austenisasi.

penahanan pada suhu tertentu selama beberapa waktu,


c. Holding Time
berguna agar austenizing terjadi dengan sempurna.
:

pendinginan benda kerja dengan cepat, untuk membentuk


struktur martensit. Media pendingin yang digunakan
d. Quenching : antara lain: air garam, oli.
27

Gambar 2.23 Perbandingan Kekerasan Martensit dan Fe3-C


Sumber : Van Vlack. 1984. Hal. 409

Gambar 2.24 Kurva Perlakuan Panas Baja Paduan Mn rendah


Sumber : Van Vlack, Lawrence. 1983. Ilmu dan teknologi bahan
28

2.8 Tegangan Pada Elemen Jig

2.8.1 tegangan tarik dan tegangan geser

Tegangan tarik terjadi akibat adanya gaya aksial pada elemen. Besarnya tegangan
tarik dapat dihitung dengan rumus :

dimana :
= tegangan tarik (N/mm )
F = gaya tarik (N)
A = luasan (mm )

Dari rumus diatas dapat dikembangkan untuk mencari dimensi elemen jika
tegangan tarik elemen itu diketahui.

Untuk diameter (d) :

.
=
4
.
D = .

Untuk persegi : (l = lebar, h = panjang)

l . h =

tegangan geser terjadi karena suatu luasan terkena beban tangensial. Besarnya
tegangan geser dihitung dengan rumus :

T =

dimana :
T = tegangan geser (N/mm )
F = gaya (N)
A = luasan (mm )
29

Dari rumus diatas dapat dikembangkan untuk mencari dimensi elemen jika
tegangan tarik elemen itu diketahui.

Untuk diameter (d) :

.
=

.
d = .

untuk persegi : (l = lebar, h = panjang)

l .h =

Antara tegangan tarik dan tegangan geser mempunyai hubungan. Yaitu

= (0,5 – 0,7)

2.8.2 Tegangan Bengkok

Tegangan bengkok terjadi akibat adanya momen bengkok. Momen bengkok


dihitung dengan rumus :

=F.L

dimana :

= momen bengkok (N.mm)


F = gaya (N)
L = jarak dari tumpuan (mm)

Untuk tegangan bengkok dihitung dengan rumus :

.
= /
30

dimana :

= tegangan bengkok (N/ )


F = gaya (N)
I = inersia ( )
e = jarak terjauh terjadi beban max. = 1/2 tebal atau 1/2 diameter

dari rumus diatas dapat dikembangkan untuk mencari dimensi elemen jika tegangan
tarik elemen itu diketahui.

Untuk diameter (d) :

Karena : I =

Maka :
. .
= .

. .
d =

untuk persegi : (b = lebar, h = tebal)

karena :

.
I =

maka,
. .
= .

. .
h = .

Anda mungkin juga menyukai