V-BENDING
DISUSUN OLEH :
SULISTIYO (220104053)
PRODI : TEKNIK INDUSTRI
KELAS : KARYAWAN
SEMESTER: 3
DOSEN: Mad Yusuf S.T.M.T
MK: PROCESS MANUFACTURE
Pada beberapa tahun belakangan ini ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami
perkembangan yang begitu pesat. Perkembangan teknologi saat ini tidak terlepas dari dari dukungan
industri manufaktur yang berasal dari industri skala besar maupun industri skala kecil (Wibowo et al.,
2014). Seperti contoh pada industri skala kecil ataupun bengkel fabrikasi yang tentunya merasakan
dampak kemajuan teknologi demi kebutuhan konsumen. Adapun fenomena penekukan pelat yang
cukup berkembang dikalangan fabrikasi peralatan alat-alat rumah tangga dan keperluan bengkel
otomotif atau permesinan yang tersebar hampir di seluruh tanah air (Dullah et al., 2019). Pada saat
ini mesin v-bending pelat yang digunakan dari segi besarnya alat sangat memakan tempat dan dari
segi perawatan/perbaikan juga membutuhkan biaya yang cukup besar. Hal ini yang membuat
manusia berusaha untuk menciptakan alat bantu yang dapat digunakan untuk memproduksi barang-
barang tersebut dengan biaya produksi yang cukup rendah.(Buka, 2013) Berdasarkan permasalahan
di atas, penelitian ini akan difokuskan untuk bagaimana menciptakan alat v-bending pelat
menggunakan dongkrak hidrolik sebagai alat penekuk pelat dengan fungsi yang sama namun lebih
sederhana, biaya produksi dan perawatan yang murah serta memiliki mobilitas tinggi (alat dapat
dipindahkan dengan mudah) sehingga dapat mempermudah pembuatan produk dengan maksimal.
Perancangan alat v-bending pelat menggunakan dongkrak hidrolik ditujukan untuk kebutuhan
sektor bengkel otomotif atau mesin yang saat ini memiliki keterbatasaan alat produksi khususnya
dalam produk yang membutuhkan proses penekukan pelat seperti pada gambar 1.1. Oleh karena itu,
rancangan alat penekuk pelat manual ini harus memliki nilai ekonomis yang dapat dijangkau oleh
industri skala kecil atau bengkel fabrikasi. Pada perancangan alat v-bending ini nantinya akan dibuat
pemodelan tiga dimensi dan dari hasil rancangan tersebut dan di analisis kekuatan rangkanya
menggunakan perangkat lunak software solidworks 2020. Hasil akhir dari penelitian ini yaitu gambar
hasil design dan hasil simulasi alat v-bending pelat manual menggunakan dongkrak hidrolik
berkapasitas 5 ton.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk menjelaskan :
Definisi V-Bending
Prinsip kerja V-Bending
Peralatan V-Bending
Analisis Parameter Pengerjaan
BAB II
PEMBAHASAN
Bending merupakan pengerjaan dengan cara memberi tekanan pada bagian tertentu
sehingga terjadi deformasi plastis pada bagian yang diberi tekanan. Sedangkan proses
bending merupakan proses penekukan atau pembengkokan menggunakan alat bending
manual maupun menggunakan mesin bending. Pengerjan bending biasana dilakukan pada
bahan plat baja karbon rendah untuk menghasilkan suatu produk dari bahan plat.
Pada proses bending gaya-gaya yang terjadi saling berlawanan arah, hampir sama
dengan proses cutting. Tetapi pada proses bending gaya gaya yang terjadi terpisah jauh,
apalagi pada V-bending. Pada proses cutting, jarak antara 2 gaya adalah sebesar clearance,
yaitu antara 4% sampai dengan 5% dari tebal sheet metal. Sedangkan pada proses bending
(U bending), jarak antara dua gaya adalah sebesar tebal material+radius dari punch dan die.
Pada proses bending, strees hanya terjadi pada bagian radius yang dibentuk,
sedangkan pada radius bagian dalam terjadi sebaliknya yaitu compression-strees. Karena hal
tersebut, bila terjadi kerusakan proses, maka pada radius bagian luar akan terjadi crack dan
kerutan pada bagian dalam.
Pada proses tekuk ini, mesin yang digunakan untuk melipat atau menekuk plat adalah
mesin bending manual dan bending Hydraulic Pipe Bender. Bending manual digunakan
untuk melipat atau menekuk pelat kerja yang telah diselesaikan untuk pekerjaan awal.
Mampu menekuk pelat dengan tebal maksimum 3 mm dan panjang maksimal 1,5 meter,
sedangkan hydraulic pipe bender digunakan untuk menekuk benda kerja yang berbentuk
silinder.
Secara mekanika proses penekukan ini terdiri dari dua komponen gaya yakni: tarik dan
tekan (lihat gambar). Pada gambar memperlihatkan pelat yang mengalami proses
pembengkokan ini terjadi peregangan, netral, dan pengkerutan. Daerah peregangan terlihat
pada sisi uar pembengkokan, dimana daerah ini terjadi deformasi plastis atau perobahan
bentuk. Peregangan ini menyebabkan pelat mengalami pertambahan panjang. Daerah
netral merupakan daerah yang tidak mengalami perobahan. Artinya pada daerah netral ini
pelat tidak mengalami pertambahan panjang atau perpendekkan.
1. Periksalah terlebih dahulu deis atau sepatu pembentuk, sudut pembengkokan yang
diinginkan.
2. Tandailah sisi bagian tepi plat yang akan dibengkokan.
3. Posisi tanda pembengkokan ini harus sejajar dengan dies pembengkok.
4. Penjepit plat harus kuat
5. Atur sudut pembengokan sesuai dengan sudut pembengkokan yang dikehendaki.
6. Sesuaikan dies landasan dengan pembengkok yang diinginkan.
7. Mulailah proses pembengkokan dengan memperhatikan sisi-sisi yang akan
dibengkokan, hal ini untuk menjaga agar lebih dahulu mngerjakan posisi yang mudah.
8. Jika ingin melakukan pembengkokan dengan jumlah yang banyak buatlah jig atau alat
bantu untuk memudahkan proses pembengkokan. Jig ini bertujuan untuk
memudahkan pekerjan sehingga menghasilkan bentuk pembengkok yang sama
Sub assembly rangka merupakan bagian yang berfungsi untuk penopang komponen-
komponen lainnya dan juga sebagai penahan gaya sewaktu terjadinya proses penekanan
seperti yang tersaji pada gambar2.Dimensi untuk rangka yang digunakan yaitu 400 x 300 x
636 mm. Subassembly rangka terdiri dari beberapa komponen yaitu besi hollow 40x40x2
mm, Bottom plate, top plate,leg supporthollow, danleg support. Material yang digunakan
pada komponen sub assembly rangka yaitu ASTM A36 steel. Gambar-2. Sub assembly
rangka.
Sub assemblypress break v-bending
Pada sub assembly press break v-bending merupakan bagian yang berfungsi untuk
proses terjadinya penekukan pelat. Sub assemblyini memiliki beberapa komponen yaitu
rangka gerak, punch, dies, base dies, pilar, spring, support base dies, dan stopper seperti
pada gambar 3. Material yang digunakan berbeda-beda pada beberapa komponen.Untuk
material rangka gerak, base dies,support base dies dan stopper menggunakan material
ASTM A36 steel, pada punch dan dies menggunakan material SKD 11 yang dikeraskan
(hardening), dan material pilar menggunakan hard chrome.
Sub assembly penggerak merupakan bagian yang sangat penting pada alat v-
bending. Komponen yang digunakan pada sub penggerak menggunakan dongkrak hidrolik
berkapasitas 5 ton dan tuas penggerak seperti pada gambar 4. Dongkrak hidrolik berfungsi
untuk memberikan tekanan pada rangka gerak dan punch untuk melakukan proses
penekukan pada lembaran pelat.
Perhitungan Gaya Bending
Dari perhitungan diatas diketaui bahwa untuk melakukan penekukan pelat material
baja ST 37 dengan lebar benda kerja maksimum 150 mm dan tebal 2 mm,
diperlukan gaya bendingsebesar 12837,4 N atau 1,3 ton. Maka pada perancangan
alat ini direncanakan menggunakan dongkrak 5 ton karena menyesuaikan dengan
ketebalan dan bahan pelat yang akan ditekuk.
Maksimal Pada perencanaan punch ini akan dihitung dari gaya bending yang
terjadi. Tegangan tersebut digunakan untuk mencari panjang punch. Untuk
mendapatkan panjang punch maksimal dapat digunakan persamaan2 berikut ini.
Dari hasil perhitungan panjang punch maksimal diketahui 253,58 mm sedangkan
yang akan dirancang pada alat v-bending ini adalah sebesar 80 mm. Oleh karena itu
dengan panjang punch yang dirancang tidak melebihi panjang punch maksimal
sehingga pada saat proses penekukan punch tidak mudah patah.
Perhitungan ketebalan dies ditinjau dari gaya bending maksimum yang bekerja
pada diessebesar 12837,4 N[4].Ketebalan minimal dies dapat dihitung dengan
persamaan3berikut ini.
Dari hasil perhitungan tebal minimal dies yang digunakan sebesar 10,93 mm, maka
direncanakan tebal dies 44 mm (karena semakin tebal dies maka semakin baik untuk
menerima tekanan dari punch dan parameter pelat yang akan ditekuk mempengaruhi
gaya bending yang dihasilkan).
Baut untuk mengikat punch pada rangka gerak mengalami tegangan geser karena
baut menahan punch pada saat proses penekukan dan mengalami pembebanan merata
seperti pada gambar 6.
Pada perhitungan sebelumnya gaya yang terjadi pada penekukan sebesat 12.837,4
N. Baut yang digunakan menggunakan material ST 37 mempunyai tegangan geser ijin
material sebesar 92,5 MPa. Untuk menghitung baut yang akan digunakan menggunakan
persamaan berikut ini.
Berdasarkan perhitungan, ukuran diameter baut yang digunakan sebesar mm.
Maka baut yang digunakan untuk mengikat punch dengan rangka tengah pada saat
proses penekukan sesuai dengan standar baut menggunakan bautM8.
Pengujian sub assembly rangka merupakan salah satu subassembly yang sangat
penting di analisis jenis material yang digunakan agar hasil rancangan yang diperoleh
kuat dan aman digunakan. Pada pengujian rangka alat v-bending menggunakan
perangkat lunak solidworks 2020. Analisis pengujian dilakukan untuk mengetahui stress,
displacement, danfactor of safetypada rangka saat terjadinya proses bending. Berikut ini
merupakan hasil pengujian rangka saat menekuk pelat 2 mm dengan gaya
bending12837,4 N.
Nilai Stress
Berdasarkan hasil stress simulation pada software solidworks 2020 seperti pada
gambar dibawah menunjukkan maksimum stress yang terjadi pada rangka sebesar
78,657 MPa terdapat dibagian top plate dengan besi hollow 40x40x2. Hasil tersebut
dibawah nilai yield strength material ASTM A36 sebesar 250 MPa. Dari hasil tersebut,
maka disimpulkan bahwa rangka yang digunakan untuk menekuk pelat 2 mm aman.
Nilai Displacement
Hasil pengujian displacement simulation pada software solidworks 2020 yang terjadi
pada saat menerima gaya bending sebesar 12.837,4 N dibagian buttom plate dan top plate.
Nilai Displacement maksimum terjadi pada top plate yang berwarna merah sebesar 0,287
mm seperti pada gambar.
Factor of safety
Berdasarkan hasil simulasi pada rangka diperoleh tegangan yang bekerja pada
saat proses bending berlangsung sebesar 78,657 MPa. Dengan menggunakan material
ASTM A36 yang memiliki nilai yield strength sebesar 250 MPa, maka nilai angka
keamanan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (2.8) berikut:
Maka nilai faktor keamanan dari pengujian rangka dengan gaya bending 12.837,4
N adalah 3,17 yang artinya rangka tersebut aman digunakan karena nilai angka keamanan
lebih dari 1.
BAB III
PENUTUP
Akhirnya, semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih baik
tentang V-Bending. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA